T1 162009054 BAB IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Salatiga
4.1.1 Kondisi Geografis
Kota Salatiga, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini
berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km
sebelah selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan
berada di jalan negara yang menghubungan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri
atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota ini
berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini berudara
cukup sejuk. Mulai tahun 2014 direncanakan pemekaran wilayah di dalam kota
Salatiga segera terwujud, yaitu membagi kelurahan Kutowinangun menjadi 2
wilayah sehingga menjadi kelurahan Kutowinangun Lor (utara) dan Kelurahan
Kutowinangun Kidul (selatan) mengingat wilayah yang luas dan jumlah penduduk
yang padat serta permintaan dari warga sebagai latar belakang pemekaran wilayah
dan sudah diajukan kepada pemerintah negara Republik Indonesia.
Salatiga terletak di ketinggian 750-850 mdpl, dan terletak di lereng timur
Gunung Merbabu yang membuat daerah Salatiga menjadi lebih sejuk.
Pemandangan Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan Rawa
Pening yang indah membuat Salatiga menjadi daerah yang indah dan spektakuler.
Seluruh Wilayah Salatiga dibatasi oleh Kabupaten Semarang, antara lain di bagian
utara berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Pabelan, di bagian
selatan berbatasan dengan Kecamatan Tengaran, di bagian barat berbatasan
dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan, di bagian timur berbatasan
dengan Kecamatan Tengaran dan Kecamatan Pabelan.1
4.2 Analisis Data
4.2.1. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama dalam persamaan
regresi. Maka dari itu harus dilakukan 4 pengujian yaitu: (1) data berdistribusi
normal ( Uji Normalitas), (2) tidak terdapat autokorelasi (Uji Autokorelasi), (3)
tidak terdapat multikolineritas antar variabel independen ( Uji Multikolinieritas),
(4) tidak terdapat heteroskedastisitas (Uji Heteroskedastisitas). Dalam analisis
regresi perlu di perhatikan adanya penyimpangan – penyimpangan atas asumsi
Klasik, jika tidak di penuhi maka variabel – variabel yang menjelaskan akan
menjadi tidak efesien. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan IBM
SPSS Statistic 20 .
4.2.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data variabel penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Berikut merupakan hasil pengujian normalitas
data awal dengan menggunakan analisis grafik normal probability plot :
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Salatiga
Berdasarkan gambar 4.1 dengan menggunakan sampel 11 tahun dengan
melihat histrogram yang membandingkan antara observasi dengan distribusi yang
mendekati normal yaitu simetris dan tidak menceng ke kanan atau kekiri. Dalam
gambar tersebut data menyebar disekitar garis diagonal mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas
Berdasarkan tabel lampiran telah diketahui bahwa nilai tolerance masingmasing variabel independen adalah > 0.10 dan VIF (Variance Inflation Factor) <
10.
Dengan
demikian,
multikolinearitas.
pengujian
tersebut
menunjukkan
tidak
terjadi
4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar lampiran dapat diketahui bahwa tidak ada pola yang
jelas, titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, dengan
demikian tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.2.1.4 Uji Autokorelasi
Dalam lampiran menunjukkan bahwa nilai untuk Durbin-Watson, yaitu
1.026, nilai du pada tabel Durbin-Watson adalah 2.631, prinsip autokorelasi : du <
DW < 4-du sehingga 1.0262 < 1.034 < 2.3306 dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi.
4.2.2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah proses pemindahan ke dalam data-data
berbentuk tabulasi yang mudah dipahami dan diinterpretasikan. Dibawah ini
merupakan hasil dari tabel statistik deskriptif dari 11 tahun sampel dalam tahun
dasar 2000 yang meliputi perhitungan Kesempatan Kerja :
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengaruh Kesempatan Kerja terhadap Produk
Domestik Regional Bruto di Kota Salatiga tahun 1980 - 2010
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
PDRB
1691849.1818
1042149.22804
11
KK
2195063.9091
1375287.86993
11
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata PDRB daerah Salatiga
adalah 1691849,1818 setiap tahunnya. Sedangkan kesempatan kerja yang tersedia
di daerah mencapai 2195063.9091 Kesemptan Kerja per tahunnya.
4.2.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji Simultan F (Fisher) digunakan menguji signifikansi model
regresi. Yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh semua variabel
bebas Kesempatan kerja secara residual terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) di Kota Salatiga. Apabila signifikansi lebih kecil dari 0,05 (
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Salatiga
4.1.1 Kondisi Geografis
Kota Salatiga, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini
berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km
sebelah selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan
berada di jalan negara yang menghubungan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri
atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota ini
berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini berudara
cukup sejuk. Mulai tahun 2014 direncanakan pemekaran wilayah di dalam kota
Salatiga segera terwujud, yaitu membagi kelurahan Kutowinangun menjadi 2
wilayah sehingga menjadi kelurahan Kutowinangun Lor (utara) dan Kelurahan
Kutowinangun Kidul (selatan) mengingat wilayah yang luas dan jumlah penduduk
yang padat serta permintaan dari warga sebagai latar belakang pemekaran wilayah
dan sudah diajukan kepada pemerintah negara Republik Indonesia.
Salatiga terletak di ketinggian 750-850 mdpl, dan terletak di lereng timur
Gunung Merbabu yang membuat daerah Salatiga menjadi lebih sejuk.
Pemandangan Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan Rawa
Pening yang indah membuat Salatiga menjadi daerah yang indah dan spektakuler.
Seluruh Wilayah Salatiga dibatasi oleh Kabupaten Semarang, antara lain di bagian
utara berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Pabelan, di bagian
selatan berbatasan dengan Kecamatan Tengaran, di bagian barat berbatasan
dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan, di bagian timur berbatasan
dengan Kecamatan Tengaran dan Kecamatan Pabelan.1
4.2 Analisis Data
4.2.1. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama dalam persamaan
regresi. Maka dari itu harus dilakukan 4 pengujian yaitu: (1) data berdistribusi
normal ( Uji Normalitas), (2) tidak terdapat autokorelasi (Uji Autokorelasi), (3)
tidak terdapat multikolineritas antar variabel independen ( Uji Multikolinieritas),
(4) tidak terdapat heteroskedastisitas (Uji Heteroskedastisitas). Dalam analisis
regresi perlu di perhatikan adanya penyimpangan – penyimpangan atas asumsi
Klasik, jika tidak di penuhi maka variabel – variabel yang menjelaskan akan
menjadi tidak efesien. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan IBM
SPSS Statistic 20 .
4.2.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data variabel penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Berikut merupakan hasil pengujian normalitas
data awal dengan menggunakan analisis grafik normal probability plot :
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Salatiga
Berdasarkan gambar 4.1 dengan menggunakan sampel 11 tahun dengan
melihat histrogram yang membandingkan antara observasi dengan distribusi yang
mendekati normal yaitu simetris dan tidak menceng ke kanan atau kekiri. Dalam
gambar tersebut data menyebar disekitar garis diagonal mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas
Berdasarkan tabel lampiran telah diketahui bahwa nilai tolerance masingmasing variabel independen adalah > 0.10 dan VIF (Variance Inflation Factor) <
10.
Dengan
demikian,
multikolinearitas.
pengujian
tersebut
menunjukkan
tidak
terjadi
4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar lampiran dapat diketahui bahwa tidak ada pola yang
jelas, titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, dengan
demikian tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.2.1.4 Uji Autokorelasi
Dalam lampiran menunjukkan bahwa nilai untuk Durbin-Watson, yaitu
1.026, nilai du pada tabel Durbin-Watson adalah 2.631, prinsip autokorelasi : du <
DW < 4-du sehingga 1.0262 < 1.034 < 2.3306 dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi.
4.2.2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah proses pemindahan ke dalam data-data
berbentuk tabulasi yang mudah dipahami dan diinterpretasikan. Dibawah ini
merupakan hasil dari tabel statistik deskriptif dari 11 tahun sampel dalam tahun
dasar 2000 yang meliputi perhitungan Kesempatan Kerja :
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengaruh Kesempatan Kerja terhadap Produk
Domestik Regional Bruto di Kota Salatiga tahun 1980 - 2010
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
PDRB
1691849.1818
1042149.22804
11
KK
2195063.9091
1375287.86993
11
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata PDRB daerah Salatiga
adalah 1691849,1818 setiap tahunnya. Sedangkan kesempatan kerja yang tersedia
di daerah mencapai 2195063.9091 Kesemptan Kerja per tahunnya.
4.2.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji Simultan F (Fisher) digunakan menguji signifikansi model
regresi. Yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh semua variabel
bebas Kesempatan kerja secara residual terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) di Kota Salatiga. Apabila signifikansi lebih kecil dari 0,05 (