STRUKTUR KOMUNITAS HYMENOPTERA PARASITOID YANG BEASOSIASI DENGAN HAMA UTAMA TANAMAN CRUCIFERAE DAN TUMBUHAN LIAR PADA TIPE LANSKAP PERTANIAN BERBEDA.

STRUKTUR KOMUNITAS HYMENOPTERA PARASITOID
YANG BEASOSIASI DENGAN HAMA UTAMA TANAMAN CRUCIFERAE
DAN TUMBUHAN LIAR PADA TIPE LANSKAP PERTANIAN BERBEDA
Yaherwandi dan Usra Syam
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Manih Padang
Telp. 0751-74369. HP 081374330195; email: yaherwandi@faperta.unand.ac.id
Abstract
Hymenoptera parasitoids have an important role in agroecosystem because of their
ability in suppressing pest population. Their presences in the field are seen as the key to
agricultural ecosystem. Their presence can be influenced by the availability of non-crop
vegetation. Some adult Hymenoptera parasitoids require food in the form of pollen and
nectar of wild flowers to ensure effective reproduction and longevity. The objective of this
research is to study Hymenoptera parasitoid communities in importance pest of
Cruciferae field and non-crop vegetation around Cruciferae fields. Samplings were
conducted at three different landscape structures, i.e. Aie Batumbuak, Batu Palano, and
Cingkariang. Insects were sampled by three trapping techniques ( sweepnet, hand
collect, and yellow pan traps) in one lines of transect for each landscape. Total species of
Hymenoptera parasitoid have been collected in Cruciferae field and non-crop vegetation.
Were 9 spescies. Landscape structure and flowering vegetation affected the species
richness, diversity and evenness of Hymenoptera parasitoid in Brasicaceae non-crop
vegetation.

Key word: Community structure, Hymenoptera parasitoid, Landscape structure, noncrop habitat, Cruciferae
PENDAHULUAN
Struktur komunitas merupakan suatu konsep yang mempelajari susunan atau
komposisi spesies dan kelimpahannya dalam suatu komunitas. Secara umun ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas yaitu
keanekaragaman spesies, interaksi spesies dan organisasi fungsional. Masing-masing
pendekatan memberikan informasi yang sangat berguna dan pemilihan pendekatan yang
akan digunakan tergantung pada tujuan dan pertimbangan praktisnya. Pendekatan yang
digunakan untuk mempelajari struktur komunitas Hymenoptera parasitoid pada penelitian
ini adalah keanekaragaman spesies.
Keanekaragaman spesies merupakan salah satu tema utama dalam penelitian
ekologi. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari bagaimana pengaruh

perubahan kondisi lingkungan terhadap keanekaragaman spesies dan bagaimana
keanekaragaman spesies mempengaruhi stabilitas komunitas alami.
Hymenoptera parasitoid merupakan musuh alami yang sangat penting karena
keanekaragamannya yang tinggi dan keefektifannya sebagai agens pengendali hayati. van
Emden (1991) mengatakan peningkatan keanekaragaman habitat dalam lanskap pertanian
dapat meningkatkan keanekaragaman serangga hama dan serangga bermanfaat (musuh
alami) dan seringkali kerusakan tanaman oleh hama berkurang. Selanjutnya Kruss dan

Tscharntke (2000) menambahkan bahwa tipe dan kualitas habitat, susunan spasial dan
keterhubungan (connectivity) antar habitat di dalam suatu lanskap dapat mempengaruhi
keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem. Hipotesis tersebut didukung oleh
Yaherwandi et al. (2007) yang mengemukakan bahwa keanekaragaman struktur lanskap
pertanian tidak hanya mempengaruhi keanekaragaman musuh alami (Hymenoptera
parasitoid) di dalam pertanaman, tetapi juga kelimpahan dan keefektifannya. Memahami
pengaruh tipe atau struktur lanskap terhadap interaksi antara tanaman, hama dan musuh
alami merupakan masalah yang kompleks dan pada gilirannya mempengaruhi kesuksesan
dan kegagalan pengendalian hayati.
Disamping itu, tumbuhan liar merupakan komponen agroekosistem yang penting,
karena secara positif dapat mempengaruhi biologi dan dinamika musuh alami (Altieri dan
Nicholls 2004). Tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar pertanaman tidak hanya berfungsi
sebagai tempat berlindung (shelter) dan pengungsian musuh alami ketika kondisi
lingkungan tidak sesuai (van Emden 1991), tetapi juga menyediakan inang alternatif dan
makanan tambahan bagi imago parasitoid seperti tepung sari dan nektar dari tumbuhan
berbunga serta embun madu yang dihasilkan oleh ordo Homoptera (Altieri dan Nicholls
2004). Banyak penelitian memperlihatkan bahwa manipulasi tumbuhan liar dapat
meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman musuh alami, termasuk Hymenoptera
parasitoid (Yaherwandi et al. 2005).
Untuk itu, dalam upaya peningkatan efektifitas parasitoid di lapangan, perlu

dilakukan berbagai penelitian dasar mengenai aspek keanekaragaman dan bioekologi
parasitoid. Penelitian ini akan difokuskan pada keanekaragaman, kelimpahan dan
distribusi Hymenoptera parasitoid yang berasosiasi dengan hama utama tanaman
Cruciferae (Crocidolomia pavonana dan Plutella xylostella) dan tumbuhan liar yang

terdapat di sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari keanekaragaman,
distribusi, dan parasitisasi Hymenoptera parasitoid yang berasosiasi dengan serangga
hama tanaman cruciferae dan tumbuhan liar pada tipe lanskap pertanian berbeda. Hasil
penelitian ini diharapkan menjadi landasan yang kuat untuk perencanaan dan
pengembangan model atau teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) sayuran spesifik
lokasi.

Untuk

mencapai

tujuan

tersebut


telah

dilakukan

penelitian

tentang

keanekaragaman, kelimpahan dan distribusi Hymenoptera parasitoid pada tipe lansekap
pertanian berbeda.
TEMPAT DAN WAKTU
Koleksi Hymenoptera parasitoid dilakukan pada tipe atau struktur lansekap yang
berbeda yaitu di Nagari Aie Batumbuak Kabupaten solok (mewakili struktur lansekap
pertanian yang sederhana atau ekosistem sayuran monokultur) dan Nagari batu Palano
dan Cingkariang Kabupaten Agam (mewakili struktur lansekap pertanian yang komplek
atau ekosistem yang polikultur sayuran, padi dan palawija). Penelitian laboratorium di
lakukan di Laboratorium Bioekologi Serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
sampai dengan November 2008.
METODE PENELITIAN

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua tahun (20 bulan) yaitu tahun I tentang
aspek keanekaragaman Hymenoptera parasitoid pada tanaman Cruciferae dan habitat
tumbuhan liar yang terdapat di sekelilingnya pada berbagai tipe lanskap pertanian. Tahun
II penelitian lebih difokuskan kepada aspek bioekologi parasitoid dominan yang
ditemukan pada serangga hama utama tanaman cruciferae (seleksi kandidat pada
penelitian tahun I) yang berasal dari tipe lansekap dan daerah geografi berbeda.
Pada tanaman Cruciferae
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang keanekaragaman,
kelimpahan, distribusi, dan parasitisasi (seleksi kandidat) Hymenoptera parasitoid pada
tipe lanskap pertanian berbeda di Sumatera Barat. Penelitian dilakukan selama dua
musim tanam. Koleksi Hymenoptera parasitoid

dilakukan pada tipe atau struktur

lansekap yang berbeda yaitu di Nagari Aie Batumbuak dan Sungai Nanam, Kabupaten
solok (mewakili struktur lansekap pertanian yang sederhana atau ekosistem sayuran
monokultur) dan Nagari Cingkariang dan Batu Palano, Kabupaten Agam (mewakili
struktur lansekap pertanian yang komplek atau ekosistem yang polikultur sayuran, padi
dan palawija). Selanjutnya, pada setiap lansekap pertanian dibuat jalur transek dengan

panjang lebih kurang satu kilometer atau sepanjang pertanaman yang ada. Penempatan
sampel dilakukan setiap 50 m di sepanjang jalur transek. Koleksi data Hymenoptera
parasitoid pada tiap titik sampel dilakukan dengan menggunakan empat metode yaitu
penjaringan (insect net atau sweepnet), nampan kuning, dan koleksi telur dan larva
serangga hama cruciferae secara langsung dengan tangan.
Metode penjaringan. Penjaringan dilakukan pada setiap titik sampel pada jalur
transek. Penjaringan yaitu sepuluh kali ayunan ganda yang meliputi 50 rumpun tanaman
cruciferae per titik sampel. Serangga yang tertangkap langsung dimasukkan ke dalam
botol film yang telah berisi alkohol 70%. Di laboratorium serangga Hymenoptera
parasitoid dipisahkan dari serangga lain dan masing-masing morphospesies dipisahkan,
selanjutnya dimasukkan ke dalam ependof 2 ml yang telah berisi alkohol 70% untuk
diidentifikasi
Metode nampan kuning. Nampan kuning terbuat dari wadah plastik yang
berukuran, alas 15 X 25 cm dan tinggi 10 cm. Nampan kuning dipasang di tengah
pertanaman sayuran cruciferae dan diusahakan tidak menghalangi penglihatan serangga
terhadap nampan tersebut. Serangga yang tertarik warna kuning akan mendatangi
nampan tersebut. Untuk membunuh serangga yang hinggap pada nampan, terlebih dahulu
ke dalam nampan dimasukkan larutan air sabun untuk mengurangi tegangan permukaan,
sehingga serangga yang masuk akan tenggelam dan mati. Setiap titik sampel dipasang
satu nampan dan dibiarkan selama 24 jam. Serangga yang tertangkap dibersihkan dan

langsung dimasukkan ke dalam botol film yang telah berisi alkohol 70%. Di laboratorium
serangga Hymenoptera parasitoid dipisahkan dari serangga lain dan masing-masing
morphospesies dipisahkan, selanjutnya dimasukkan ke dalam ependof 2 ml yang telah
berisi alkohol 70% untuk diidentifikasi
Metode koleksi langsung. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
langsung semua telur dan larva serangga hama tanaman cruciferae yang ditemukan pada

setiap titik sampel. Telur dan larva yang telah dikoleksi ditempatkan dalam kotak yang
terpisah. Selanjutnya telur diinkubasi di laboratorium sampai semua Hymenoptera
parasitoid keluar. Larva serangga yang telah dikoleksi dipelihara di laboratorium dan
diberi makan daun tanaman cruciferae. Pemeliharaan larva ini dilaksanakan sampai
semua Hymenoptera parasitoid keluar. Semua Hymenoptera parasitoid yang keluar dari
telur dan larva di masukkan ke dalam ependof 2 ml berisi alkohol 70%

untuk

diidentifikasi
Pada tumbuhan liar
Pada tumbuhan liar koleksi Hymenoptera parasitoid dilakukan dengan metode
jaring ayun (sweepnet). Cara koleksi Hymenoptera tersebut sama seperti koleksi pada

tanaman Cruciferae.
Identifikasi Hymenoptera Parasitoid
Identifikasi dilakukan terhadap imago Hymenoptera parasitoid. Semua Imago
Hymenoptera parasitoid yang diperoleh dari metode penjaringan, nampan kuning, dan
dari telur dan larva serangga hama tanaman cruciferae diidentifikasi dengan
menggunakan buku Barrion dan Litsinger (1992), Gaulet dan Huber (1993) dan
mencocokkan dengan koleksi standar Hymenoptera parasitoid yang ada di Laboratorium
Bioekologi Serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Andalas.
Analisis Data
Analisis data Keanekaragaman dan kelimpahan spesies Hymenoptera parasitoid
dilakukan dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner, indek
kekayaan spesies dan indeks kemerataan Simpson

(Magurran, 1988; Ludwig dan

Reynolds 1988 dan Krebs 1999). Untuk menghitung kekayaan spesies, indeks ShannonWienner dan indeks kemerataan Simpson digunakan program Ecological metodology 2nd
edition (Krebs 2000). Analisis kemiripan komunitas Hymenoptera parasitoid pada
tanaman kubis dan tumbuhan liar mengunakan indeks kemiripan Sorensen. Untuk
memperoleh nilai indeks kemiripan Sorensen digunakan program biodiv97 yang

diintegrasikan dalam Microsoft Exel.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Alisis Agroekosistem
Nagari Aie Batumbuak terdapat pada Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten
Solok yang terletak pada ketiggian 1160 meter di atas permukaan laut (mdpl). Nagari
Batu Palano dan Cingkariang berturut-turut terdapat pada Kecamatan Sungai Puar dan
Banuhampu, Kabupaten Agam. Batu Palano dan Cingkaringan berturut-turut terletak
pada ketinggian 1138 dan 950 mdpl.
Sistem pertanian di Nagari Aie Batumbuak lebih sederhana jika dibandingkan
dengan Batu Palano dan Cingkariang (Tabel 1). Sistem pertanian di Aie Batumbuak
adalah pertanaman sayuran yang relatif monokultur dan didominasi oleh pertanaman
bawang merah, sedangkan kubis hanya terdapat beberapa petakan saja. Dari komunikasi
dengan petani terungkap bahwa untuk pengendalian hama P. xylostelle dan C. pavonana
masih mengandalkan insektisida sintetik. Insektisida tersebut diaplikasi rata-rata dua kali
seminggu, namun aplikasi insektisida tergantung pada kondisi cuaca, jika curah hujan
tinggi aplikasi pestisida lebih dari dua kali seminggu.
Sistem pertanian di Nagari Batu Palano dan Cingkariang adalah polikultur yaitu
terdiri atas berbagai pertamanan sayuran dan jagung untuk Batu Palano, sedangkan
Cingkariang jenis penggunaan lahan terdiri atas pertanaman sayuran dan padi (Tabel 1).

Teknik pengendalian hama P. xylostella dan C. pavonana pada kedua nagari tersebut
sama dengan yang dilakukan petani di Nagari Aie Batumbuak. Rata-rata aplikasi
insektisida untuk pengendalian hama sayuran di Nagari Batu Palano dan Cingkaringan
adalah satu sampai dua kali seminngu. Aplikasi pestisida secara umum sangat tergantung
pada tingkat serangan dan kondisi cuaca.
Tabel 1. Deskrisi lokasi penelitian Aie Batumbuak, batu Palano, dan Cingkariang
Lokasi penelitian

Ketinggian

Aie Batumbuak

1160 mdpl

Batu Palano

1138 mdpl

Cingkariang


950 mdpl

Jenis Pengunaan lahan
Didominasi oleh bawang merah, ada
beberapa petak kubis bulat
Kubis bunga, bawang daun, wortel,
jagung, kacang buncis, terung, seladri,
cabe, dan tomat
Padi, kubis bunga, bawang daun, wortel,
dan cabe

Keanekaragaman spesies Hymenoptera Parasitoid yang Berasosiasi dengan
Tanaman Cruciferae
Keanekaragaman spesies sangat ditentukan oleh kekayaan spesies dan kelimpahan
relatifnya (kemerataan spesies) dalam suatu komunitas (Magurran, 1988). Pada Tabel 2
terlihat bahwa jumlah individu Hymenoptera parasitoid di Aie Batumbuak lebih tinggi
daripada Batu Palano dan Cingkariang. Namur, kekayaan spesies dan kemerataan
spesiesnya relatif lebih tinggi, sehingga keanekaragaman spesies Hymenoptera parasitoid
juga lebih tinggi.
Menurut Magurran (1988), Ludwig dan Reynolds (1988), dan Krebs (1999)
kemerataa spesies dalam suatu komunitas ditentukan oleh dominasi suatu spesies.
Rendahnya kemerataan spesies di Batu Palano dan Cingkariang disebabkan oleh
komunitas Hymenoptera parasitoid didominasi oleh Deadegma semiclausum, parasitoid
larva P. xylostella (Tabel 5 dan 6). Hasil yang mirip juga pernah ditemukan oleh
Yaherwandi et al. (2006) tentang keanekaragaman Hymenoptera parasitoid pada
pertanaman padi di Naylindung, Gasol, dan Selajambe, Cianjur Jawa Barat dan
Yaherwandi dan Syam (2007) tentang keanekaragaman parsasitoid wereng batang coklat
di Sungai Sapih dan Kayu Tanduak, Sumatera Barat.
Tabel 2. Kekayaan spesies, jumlah individu, keanekaragaman spesies dan kemerataan
spesies hymenoptera parasitoid yang berasosiasi dengan tanaman Cruciferae
pada tiga lokasi penelitian
Lokasi
Aie Batumbuak
Batu Palano
Cingkariang

Kekayaan
spesies

Jumlah
individu

Keanekaragaman
spesies

Kemerataan
spesies

29

369

1.60

0.58

26
29

656
657

0.78
1.06

0.26
0.36

Keanekaragaman Hymenoptera Parasitoid yang Berasosiasi dengan Tanaman kubis
bunga, kubis bulat, dan tumbuhan liar
Secara umum kekayaan, kemerataan, dan keanekaragaman spesies Hymenoptera
parasitoid tumbuhan liar lebih tinggi daripada tanaman kubis bulat dan kubis bunga
(Tabel 3). Dari data pada Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa jumlah individu tidak menentukan
keanekaragaman spesies komunitas Hymenoptera parasitoid yang beasosisasi dengan
tanaman cruciferae. Tingginya keanekaragaman spesies pada tumbuhan liar terjadi karena
komunitas Hymenoptera parasitoid yang terdapat pada tumbuhan liar tersebut tidak hanya
terdiri atas spesies parasitoid yang menyerang serangga herbivor yang hidupa pada
tumbuhan liar itu saja, tetapi juga berasal dari parasitoid yang menyerang hama tanaman
kubis bulat dan kubis bunga. Hal ini karena adanya aliran spesies pada kedua habitat
tersebut ke tumbuhan liar (Tabel 6). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa habitat
tumbuhan liar yang terdapat diksekitar pertanaman kubis-kubisan dapat menjadi habita
refugia bagi musuh alami termasuk Hymenoptera parasitoid, ketika habitat utama
mengalami gangguan, yaitu ketika aplikasi insektisida atau pada saat tanaman utama
dipanen. Hal ini juga perna dilaporan oleh Yaherwandi et al. (2007 dan 2008).bahwa
habitat tumbuhan liar yang terdapat di lanskap pertanian di Nyalindung, Gasol, dan
Selajambe dapat mendukung kehidupan Hymenoptera parasitoid ketika aplikasi pestisida
pada tanaman sayuran dan padi.
Tabel 3. Jumlah individu dan kekayaan spesies, kemerataan spesies, dan keanekaragaman
spesies hymenoptera yang berasosiasi dengan tanaman kubis bunga, kubis
bulat, dan tumbuhan liar.
Jenis tanaman
Kubis bulat
Kubis bunga
Tumb. liar

Kekayaan
spesies

Jumlah
Individu

Keanekaragaman
spesies

Kemerataan
spesies

29
47
56

369
1313
261

1.60
0.98
3.33

0.58
0.31
0.93

Tabel 4. Kesamaan komunitas parasitoid yang berasosiasi dengan Plutella xylostella dan
rocidolomia pavonada pada tanaman kubis bulat, kubis bunga, dan tumbuhan
liar

Ideks
sorensen
Kubis bulat
Kubis bunga
Tumb. liar

Kubis
bulat

Kubis
bunga

Tumb.
liar

1.00

0.67
1.00

0.33
0.44
1.00

Komunitas Hymenoptera parasitoid pada Hama Utama Tanaman Cruciferae
Kekayaan spesies parasitoid yang beasosiasi dengan hama utama tanaman
Cruciferae pada ketiga lokasi penelitian adalah sembilan spesies yaitu terdiri atas delapan
spesies termasuk ordo Hymenoptera dan satu spesies ordo Diptera yaitu Stumia sp (Tabel
5 dan 6). Kekayaan spesies Hymenoptera yang beasosiasi dengan P. xylostella dan C.
pavonana berturut-turut adalah lima dan tiga spesies (Tabel 5). Jika dilihat dari lokasi
penelitian, kekayaan spesies Hymenoptera parasitoid yang berasosiasi dengan kedua
hama tersebut adalah tujuh spesies untuk Aie Batumbuak dan enam spesies untuk Batu
Palano dan Cingkariang (Tabel 6). Hasil ini mirip dengan yang ditemukan oleh Alam
(1990) di Jamaica yaitu enam spesies Hymenoptera parasitoid, tetapi jauh lebih rendah
daripada yang ditemukan oleh Mustata dan Mustata (2007) di Moldovia, Rumania yaitu
19 spesies parasitoid. Hal ini disebabkan oleh lokasi pengumpulan data Hymenoptera
parasitoid pada penelitian ini dan penelitian Alam (1990) jauh lebih sedikit yaitu tiga
lokasi jika dibanding penelitian Mustata dan Mustata (2007) yaitu 60 lokasi.
Dari Tabel 5 dan 6 terlihat bahwa Hymenoptera parasitoid yang dominan yang
berasosiasi dengan hama utama tanaman Cruciferae pada ketiga lokasi adalah Deadegma
semiclausum. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Alam (1990) di Jamaica dan Mustata
dan Mustata (2007) Moldavia, Romania. Jika dilihat lebih jauh terbukti bahwa tumbuhan
liar berbunga dapat mendukung kehidupan Hymenoptera parasitoid, termasuk D.
semiclausum (Tabel 5 dan 6). Dengan demikian dapat disimpulkan bawa tumbuhan liar
pada ekosistem sayuran di ketiga lokasi dapat digunakan untuk habitat konservasi D.
semiclausum jika pertanaman Cruciferae tidak layak huni yaitu ketika aplikasi pestisida
dan pada saat panen. Hal ini sebelumnya juga dikemukan oleh Yaherwandi et al. (2007)
pada tanaman padi.

Tabel 5. Kelimpahan Hymenoptera parasitoid yang berasosiasi dengan Plutella
xylostella dan Crocidolomia pavonana pada tanaman Cruciferae dan tumbuhan
liar

Jenis Hama

P. xylostella

C. pavonana

Spesies
D. semiclausum
sp 2
Sp 4
sp16
sp17
E. argentipilosus
sp 1
Sp 3
Sturmia sp

Jenis tanaman
Kubis
Tumb.
Kubis
bunga
Liar
bulat
234
3
0
1
1
5
0
1
14

1087
16
1
0
0
2
1
3
15

57
7
3
0
0
0
20
27
0

Tabel 6. Komunitas parasitoid yang beasosiasi dengan Plutella xylostella dan
Crocidolomia pavonana hama utama tanaman Criciferae dan tumbuhan liar
pada ketiga lokasi penelitian

Lokasi

Aie Batumbuak

Batu Palano

Cingkariang

Spesies
D. semiclausum
sp1
sp3
E. argentipilosus
sp16
sp17
sp2
Sturmia sp
D. semiclausum
sp1
sp3
sp4
E. argentipilosus
sp2
Sturmia sp
D. semiclausum
sp1
E. argentipilosus
sp2
sp3
sp4
Sturmia sp

Kubis
bulat
234
0
1
5
1
1
3
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Kubis
bunga
0
0
0
0
0
0
0
0
563
0
1
0
1
12
5
524
1
1
4
2
1
10

Tumb.
liar
24
11
22
0
0
0
2
0
0
9
5
3
0
5
0
33
0
0
0
0
0
0

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1.

Lanskap pertanian Aie Batumbuak lebih sederhana daripada lanskap
pertanian Batu Palano dan Cingkariang.

2.

Keanekaragaman spesies Hymenoptera parasitoid lebih tinggi pada
lanskap Aie Batumbuak dariapada Batu Palano dan Cingkariang

3.

Keanekaragaman Hymenoptera parasitoid lebih tinggi pada tumbuhan
liar daripada kubis bulat dan kubis bunga.

4.

Dari sembilan spesies Hymenoptera parasitoid yang yang berasosiasi
dengan hama utama tanaman Cruciferae, D. semiclausum adalah parasitoid
yang dominan untuk ketiga lokasi penelitian.

5.

Tumbuhan liar yang terdapat di sekitar pertanaman Cruciferae dapat
digunakan untuk konservasi musuh alami, termasuk D. semiclausum
DAFTAR PUSTAKA

Altieri MA, Nicholls CI. 2004. Biodiversity and Pest management in Agroecosystem.
Second Edition. New York: Food Product Press.
Alam, M. M. 1990. Diamondback moth and its natural enemies in Jamaica and some
other Caribean Islands. 233 - 243
Barrion A.T. dan J.A. Litsinger. 1992. Taxonomy of rice pest and their arthropod parasites
and predators. Dalam Heinrichs, E.A., editor. New Delhi: Willey Eastern Limited.
Colwell RK, Coddington JA. 1994. Estimating terrestrial biodiversity through
extrapolation. Philosophical Transactions of Royal Society London 345: 101-118.
Colwell RK. 2000. EstimateS: Statistical estimate of spesies richness and shared spesies
from
samples.
Version
6.0b1
[serial
online].
http://www.viceroy.eeb.uconn.edu/estimates [16 Dsember 2003].
Garcia, M.C., S.H. Gage dan D.A. Landis. 1997. Respon of an Assemblage of
Coccinellidae (Coleoptera) to a Diverse agricultural landscape. Environ. Entomol.
26 (4): 792 – 804
Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of The world: An Identification Guide to
Families. Ottawa: Research Branch Agruculture Canada Publication.
Kartosuwondo, K dan D. Buchori. 2003. Kompatibilitas parasitoid E. argenteopilosus
Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) dan Inangnya: Faktor-faktor yang
mempengaruhi effektifitas Eriborus argenteopilosus dalam mengendalikan
Crocidolomia pavanana Zell (Lepidoptera: Pyralidae). Laporan Penelitian Hibah
Bersaing X. Dirjen Dikti, Depdiknas.
Krebs CJ. 1999. Ecological Metodology. Second Edition. New York: An imprint of Addison
Wesley Longman, Inc.
Krebs CJ. 2000. Program for ecological methodology [software]. Second Edition. New
York: An imprint of Addison Wesley Longman, Inc.
Kruess A, Tscharntke T. 2000. Spesies richness and parasitism in a fragmented landscape:
experiments and field studies with insects on Vicia sepium. Oecologia 122: 129137.

Landis, D.A. dan P.C. Marino. 1999. Landscape structure and extra-field proses: impact
on management of pests and beneficials. In. Ruberson, R.R. (Ed.) Handbook of
Pest Management, pp 79 – 104
Landis, D.A. dan A. C. Costamagna. 2004. Influence of agricultural landscape
conplexcity in parasitoid abundance and diversity in Michigan. http://www.
entomology.wisc.edu [Download 20 februari 2005).
Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology. New York: John Wiley & Sons.
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Chapman and
Hall.
Marino, P.C. dan D. A. Landis. 1996. Effect of landscape structure on parasitoid diversity
and parasitism in agroecosystems. Ecological Application, 6 (1), pp 276 – 284
Menalled, F.D., P.C. marino, S.H. Gage dan D.A. Landis. 1999. Does agricultural
landscape structure affect parasitism and parasitoid diversity?. Ecological
Application 9(2), 634 – 641
Mustata, G and M. Mustata. 2007. Plutella xylostella (Lepidoptera: plutellidae) and its
natural biological control in the region of Moldovia, Romania. Biologi Animala,
III: 149 - 158
Novrinelly dan Yaherwandi. 2006. Struktur Populasi Eriborus argenteopilosus Cameron
(Hymenoptera: Ichneumonidae) Parasitoid Crocidolomia pavonana Fabricius
(Lepidoptera: Pyralidae) Pada Beberapa Tipe Lansekap: Implikasinya Terhadap
Keefektifan Parasitoid Sebagai Agens Pengendalian Hayati di Lapangan. Laporan
Hibah Bersaing (telah disummit ke Jurnal Akta Agrosia Jurusan Agronomi Univ.
Bengkulu).
Ratna, E. S., D. Buchori dan T. Santoso. 1999. Pemanfaatan Virus dari beberapa Spesies
Parasitoid untuk Meningkatkan Kinerja Eriborus argenteopilosus Cameron
(Hymenoptera: Ichneumonidae) dalam Mengendalikan Crocidolomia pavonana
Zell. (Lepidoptera: Pyralidae). Laporan Riset Unggulan Terpadu IV. Kantor Mentri
Negara Riset dan Teknologi.
Reflinaldon, Yaherwandi dan Hidrayani. 2005. Fragmentasi habitat dan keanekaragaman
parasitoid Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) pada
berbagai struktur lansekap. Manggaro 6 (2): 1 – 7
Sastrosiswojo S dan Sastrodihardjo S. 1986. Status of biological control of diamondback
moth by introduction of parasitoid Diadegma eucerophaga in Indonesia. Di
dalam: Talekar NS (ed). Diamondback Moth Management: Proceeding of Firts
International Workshop. http://www.avrdc.org [download 20 Januari 2006]
Sathe, T. V. 1990. The biology of Diadegma argenteopilosus (Cameron) (Hyemenoptera:
Ichneumonidae) an internal parasitoid of spodoptera litura (Fab.). Entomologist
109: 2 – 7.
[Statsoft] Statistical Software. 1997. Statistica 6.0 for Windows. Tulsa: Statsoft.

Szentkiralyi, F dan F. Kozar 1991. How many species are there in apple insect
communities?: testing the resource diversity and intermediate disturbance
hypoteses. Ecological Entomol. 16: 491 – 503
Thies, C. dan T. Tscharntke. 1999. Landscape structure and biological control in
agroecosystems. Science 283: 893 – 893
van Emden HF. 1991. Plant diversity and natural enemy efficiency in agroecosystems. Di
dalam: Mackkauer M, Ehler LE, Roland J, editor. Critical Issues in Biological
Control. Great Britain: Atheneum Press. hlm 63-80.
Yaherwandi, Manuwoto S, Buchor D, Hidayat P dan Prasetyo L. 2005. Keanekaragaman
Hymenoptera Parasitoid pada Tumbuhan Liar di Sekitar Pertanaman padi di DAS
Cianjur (Prosiding Seminar BKS-Barat, September 2005 (Telah disummit pada
Jurnal Biosain Hayati FMIPA IPB Maret 2007).
Yaherwandi, Manuwoto S, Buchori D, Hidayat P dan Prasetyo L. 2006. Analisis spasial
lanskap pertanian dan keanekaragaman Hymenoptera di Daerah Aliran Sungai
Cianjur. Jurnal Hayati 13 (4): 137 – 144
Yaherwandi, Manuwoto S, Buchori D, Hidayat P dan Prasetyo L. 2007. Keanekaragaman
Komunitas Hymenoptera Parasitoid pada Ekosistem Padi, (Inpress Edisi Maret
2007 Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika Jurusan Proteksi Faperta
UNILA).