Hubungan Antara Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi Pada Siswa-Siswi SMA "X", Bandung.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Dukungan peer group dan Motivasi Berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi yang ada di SMA “X” tersebut dengan sampel penelitian 220 siswa-siswi. Penelitian ini menggunakan rancangan korelasional dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur motivasi berprestasi adalah kuesioner Prestatie Motivatie Test dengan enam puluh empat item yang disusun oleh Hermans dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner ini menjaring tiga faktor dari motivasi berprestasi (Hermans, 1967). Alat ukur yang digunakan untuk dukungan peer group adalah kuesioner dukungan peer group dengan lima puluh delapan item yang diturunkan berdasarkan aspek-aspek dari dukungan sosial (House, 1981 dalam Vaux, 1988), dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner ini terdiri atas empat aspek dari dukungan sosial.
Berdasarkan pengolahan data dan perhitungan statistik koefisien korelasi Rank Spearman dengan menggunakan SPSS 12.0 dengan derajat signifikansi 0,05 diperoleh nilai korelasi sebesar 0,15 yang berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat rendah antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung, sehingga dapat diabaikan. Terdapat faktor dan dukungan pihak lain yang berperan dalam motivasi berprestasi pada siswa-siswi, yaitu penghayatan siswa-siswi mengenai dirinya, guru, orang tua, dan kompetisi yang sehat dalam peer group.
Dari hasil penelitian dan kesimpulan, disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk mengadakan penelitian dengan variabel lain yang berperan dalam motivasi berprestasi siswa-siswi, seperti penghayatan diri, dukungan guru dan dukungan orang tua.
(2)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak--- i
Kata Pengantar --- ii
Daftar Isi ---v
Daftar Skema--- viii
Daftar Tabel ---ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ---1
1.2 Identifikasi Masalah---7
1.3 Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian ---8
1.3.1 Maksud Penelitian---8
1.3.2 Tujuan Penelitian ---8
1.3.3 Kegunaan Penelitian ---8
1.3.3.1 Kegunaan Ilmiah ---8
1.3.3.2 Kegunaan Praktis ---8
1.4 Kerangka Pemikiran ---9
1.5 Asumsi Penelitian --- 18
1.6 Hipotesis Penelitian --- 18
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial--- 19
2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial --- 19
2.1.2 Bentuk Dukungan Sosial --- 20
2.1.3 Unsur-unsur yang Berpengaruh pada Proses Dukungan Sosial --- 21
2.1.4 Sumber Dukungan Sosial --- 24
2.1.5 Perkembangan Proses Dukungan Sepanjang Kehidupan--- 25
2.1.6 Aspek yang memberikan Konsekuensi Afeksi dalam Pemunculan Dukungan--- 26
(3)
2.2. Peer Group --- 27
2.2.1. Pengertian Peer Group --- 27
2.2.2. Fungsi Peer Group --- 28
2.2.3. Bentuk Peer Group --- 30
2.2.4. Perkembangan Relasi Peer Group --- 31
2.2.5. Pola Perkembangan Peer Group --- 31
2.2.6. Peer Group sebagai Agen Sosialisasi --- 32
2.3 Motivasi Berprestasi --- 34
2.3.1 Pengertian Motivasi --- 34
2.3.2 Proses Motivasi --- 35
2.3.3 Prinsip Dasar Teori Motivasi --- 36
2.3.4 Cirir-ciri Motivasi --- 37
2.3.5 Pengertian Motivasi Berprestasi--- 38
2.3.6 Proses Motivasi Berprestasi--- 40
2.3.7 Motivasi Berprestasi dan Tingkah Laku--- 41
2.3.8 Teori Motivasi Berprestasi dari Hermans --- 43
2.3.9 Motivasi Berprestasi pada Remaja --- 50
2.3.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motivasi Berprestas Remaja --- 51
2.4 Masa Remaja--- 53
2.4.1 Pengertian Masa Remaja --- 53
2.4.2 Perubahan Dasar pada Masa Remaja--- 54
2.4.3 Perubahan Perkembangan Kognitif --- 54
2.4.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja --- 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian --- 57
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional --- 57
3.2.1 Variabel Penelitian --- 57
3.2.2 Definisi Operasional --- 57
3.2.2.1 Dukungan Peer Group--- 58
(4)
3.2.2.2 Motivasi Berprestasi --- 59
3.3 Alat Ukur Penelitian --- 60
3.3.1 Alat Ukur Dukungan Peer Group --- 60
3.3.2 Alat Ukur Motivasi Berprestasi --- 62
3.3.3 Data Pribadi dan Data Penunjang --- 63
3.4 Pengujian Alat Ukur --- 64
3.4.1 Validitas Alat Ukur Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi--- 64
3.4.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi. --- 64
3.5 Populasi dan Sampel --- 65
3.5.1 Populasi Sasaran--- 65
3.5.2 Karakteristik Populasi --- 65
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel --- 65
3.6 Teknik Analisis Data--- 66
3.7 Hipotesis Statistik --- 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel --- 69
4.1.1 Gambaran Sampel Berdasarkan Usia --- 69
4.1.2 Gambaran Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin --- 70
4.2 Hasil Penelitian --- 70
4.2.1 Hasil Pengolahan Data--- 71
4.3 Pembahasan --- 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan--- 81
5.2 Saran --- 83
Daftar Pustaka--- 84
Daftar Rujukan--- 85 Lampiran
(5)
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Skema Kerangka Pemikiran---17 Skema 2.1 Skema Rancangan Penelitian ---57
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur Dukungan Peer Group ---60
Tabel 3.2. Kisi-kisi Alat Ukur Motivasi Berprestasi ---63
Tabel 4.1.1 Gambaran Sampel Berdasarkan Usia ---69
Tabel 4.1.2 Gambaran Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ---70
Tabel 4.2.1 Tabulasi Silang antara Dukungan Peer group dan Motivasi Berprestasi ---71
Tabel 4.2.2 Tabulasi Silang antara Hubungan dengan Orang tua dan Motivasi Berprestasi ---71
Tabel 4.2.3 Tabulasi Silang antara Sikap Orang tua saat siswa-siswi menghadapi kegagalan dan Motivasi Berprestasi---72
Tabel 4.2.4 Tabulasi Silang antara Kompetisi dalam peer group dan Motivasi Berprestasi ---73
Table 4.2.5 Tabulasi Silang antara Hubungan dengan Guru dan Motivasi Berprestasi ---73
Tabel 4.2.6 Tabulasi Silang antara Sikap guru saat siswa-siswi menghadapi kegagalan dan Motivasi Berprestasi---74
Tabel 4.2.7 Tabulasi Silang antara Sikap guru saat siswa-siswi menghadapi keberhasilan dan Motivasi Berprestasi---74
Tabel 4.2.8 Tabulasi Silang antara Sikap guru pada siswa-siswi dan Motivasi Berprestasi ---75
Tabel 4.2.9 Tabulasi Silang antara Penghayatan diri dan Motivasi Berprestasi --76
(7)
DAFTAR LAMPIRAN Kata Pengantar
Data Pribadi
Alat Ukur Dukungan Peer Group dan Motivasi Berprestasi Analisis Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Tabel Frekwensi Alat Ukur Tabel Tabulasi Silang Alat Ukur
Tabel Jawaban Responden Terhadap Alat Ukur
(8)
Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur
Tabel 1.1.1 Reliabilitas Alat Ukur Dukungan Peer Group Nilai Reliabilitas Keterangan
0,943 Sangat tinggi
Tabel 1.1.2 Reliabilitas Motivasi Berprestasi Nilai Reliabilitas Keterangan
0,713 Tinggi
Tabel 1.1.3 Reliabilitas Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Facilitating Anxiety (F+) Nilai Reliabilitas Keterangan
0,611 Sedang
Tabel 1.1.4 Reliabilitas Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Debilitating Anxiety (F-) Nilai Reliabilitas Keterangan
0,680 Sedang
Tabel 1.2.1 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Emosional Nomor
item
Nilai Validitas Keterangan
1 0,427 Dipakai 2 0,547 Dipakai 3 0,582 Dipakai
13 0,166 Dibuang
14 0,319 Direvisi
15 0,346 Direvisi
25 0,584 Dipakai
26 0,560 Dipakai
27 0,597 Dipakai
34 0,315 Direvisi
35 0,515 Dipakai
36 0,662 Dipakai
43 0,332 Direvisi
44 0,625 Dipakai
45 0,581 Dipakai
52 0,515 Dipakai
53 0,591 Dipakai
54 0,494 Dipakai
Tabel 1.2.2 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Penghargaan Nomor
item
Nilai Validitas Keterangan
4 0,285 Direvisi 5 0,334 Direvisi 6 0,364 Direvisi
(9)
17 0,413 Dipakai
18 0,380 Direvisi
28 0,475 Dipakai
29 0,308 Direvisi
30 0,431 Dipakai
37 0,669 Dipakai
38 0,494 Dipakai
39 0,671 Dipakai
46 0,707 Dipakai
47 0,680 Dipakai
48 0,625 Dipakai
55 0,636 Dipakai
56 0,603 Dipakai
57 0,335 Direvisi
49 0,614 Dipakai
50 0,468 Dipakai
51 0,448 Dipakai
58 0,552 Dipakai
59 0,669 Dipakai
60 0,570 Dipakai
Tabel 1.2.3 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Informasi Nomor
item
Nilai Validitas Keterangan
7 0,461 Dipakai 8 0,424 Dipakai
9 0,546 Dipakai
19 0,606 Dipakai
20 0,611 Dipakai
21 0,505 Dipakai
31 0,765 Dipakai
32 0,645 Dipakai
33 0,644 Dipakai
40 0,581 Dipakai
41 0,534 Dipakai
42 0,542 Dipakai
Tabel 1.2.4 Validitas Item Dukungan Peer Group Aspek Instrumental Nomor
item
Nilai Validitas Keterangan
10 0,604 Dipakai
11 0,564 Dipakai
12 0,701 Dipakai
22 0,589 Dipakai
23 0,517 Dipakai
24 0,663 Dipakai
(10)
Tabel 1.2.5 Validitas Item Motivasi Berprestasi Nomor
item
Nilai Validitas Keterangan
2 0,269 Direvisi 3 0,516 Dipakai 5 0,065 Dibuang 6 0,245 Direvisi 9 0,379 Direvisi
10 0,141 Dibuang
14 0,182 Dibuang
16 0,222 Direvisi
17 0,338 Direvisi
18 0,389 Direvisi
20 0,248 Direvisi
24 0,480 Dipakai
26 0,128 Dibuang
28 -0,072 Dibuang
32 0,267 Direvisi
33 0,159 Dibuang
36 0,358 Direvisi
38 0,234 Direvisi
41 0,113 Dibuang
44 0,317 Direvisi
46 0,141 Dibuang
47 0,003 Dibuang
49 0,526 Dibuang
51 -0,027 Dibuang
53 0,024 Dibuang
55 -0,109 Dibuang
57 -0,003 Dibuang
60 0,177 Dibuang
61 0,384 Direvisi
64 0,336 Direvisi
66 0,373 Direvisi
68 0,486 Dipakai
69 0,272 Direvisi
70 0,416 Dipakai
71 0,243 Direvisi
72 0,251 Direvisi
73 0,299 Direvisi
74 0,279 Direvisi
77 0,292 Direvisi
78 0,435 Dipakai
80 0,432 Dipakai
83 0,394 Direvisi
85 0,181 Dibuang
86 0,317 Direvisi
89 0,080 Dibuang
(11)
Tabel 1.2.6 Validitas Item Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Facilitating Anxiety (F+)
Nomor item
Nilai Validitas Keterangan
11 -0,082 Dibuang
15 0,106 Dibuang
19 0,490 Dipakai
25 0,555 Dipakai
35 0,723 Dipakai
42 0,272 Direvisi
43 0,550 Dipakai
48 0,681 Dipakai
52 0,250 Direvisi
62 0,593 Dipakai
79 0,482 Dipakai
82 0,409 Dipakai
84 0,549 Dipakai
87 0,402 Dipakai
88 0,159 Dibuang
Tabel 1.2.7 Validitas Item Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Debilitating Anxiety (F-)
Nomor item
Nilai Validitas Keterangan
4 0,370 Direvisi
7 0,459 Dipakai
8 0,445 Dipakai
12 0,246 Direvisi
13 0,245 Direvisi
21 0,269 Direvisi
22 0,302 Direvisi
23 0,255 Direvisi
27 0,415 Dipakai
29 0,219 Direvisi
31 0,109 Dibuang
34 0,414 Dipakai
37 0,093 Dibuang
39 0,462 Dipakai
40 0,079 Dibuang
45 0,509 Dipakai
50 0,250 Direvisi
54 0,406 Dipakai
56 0,395 Direvisi
59 0,465 Dipakai
63 0,318 Direvisi
65 0,635 Dipakai
67 0,191 Dibuang
75 0,376 Direvisi
(12)
81 0,312 Direvisi
Tabel 2.1.1 Frekuensi Penghayatan Aspek Emosional
Aspek Emosional N Persentase
Tinggi 104 47,3 Rendah 116 52,7 Tabel 2.1.2 Frekuensi Penghayatan Aspek Penghargaan
Aspek Penghargaan N Persentase
Tinggi 104 47,3 Rendah 116 52,7 Tabel 2.1.3 Frekuensi Penghayatan Aspek Informasi
Aspek Informasi N Persentase
Tinggi 108 49,1 Rendah 112 50,9 Tabel 2.1.4 Frekuensi Penghayatan Aspek Instrumental
Aspek Instrumental N Persentase
Tinggi 87 39,5 Rendah 133 60,5
Tabel 2.2.1 Frekuensi Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi N Persentase
Tinggi 96 43,6 Rendah 124 56,4
Tabel 2.2.2 Frekuensi Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Facilitating Anxiety (F+) Facilitating Anxiety
(F+)
N Persentase Tinggi 94 42,7 Rendah 126 57,3
Tabel 2.2.3 Frekuensi Motivasi Berprestasi yang diikuti oleh Debilitating Anxiety (F-) Debilitating Anxiety
(F-)
N Persentase
Tinggi 86 39,1
Rendah 134 60,9
Tabel 3.1.1 Tabulasi Silang antara Penghayatan Emosional dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Penghayatan Emosional
Tinggi Rendah Total
Tinggi 68 (30,9%) 51 (23,2%) 119 (54,1%)
Rendah 50 (22,7%) 51 (23,2%) 101 (45,9%)
(13)
Tabel 3.1.2 Tabulasi Silang antara Penghayatan Penghargaan dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi
Penghayatan Penghargaan
Tinggi Rendah Total
Tinggi 68 (30,9%) 50 (22,7%) 118 (53,6%)
Rendah 50 (22,7%) 52 (23,6%) 102 (46,4%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.1.3 Tabulasi Silang antara Penghayatan Informasi dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi
Penghayatan Informasi
Tinggi Rendah Total
Tinggi 70 (31,8%) 57 (25,9%) 127 (57,7%)
Rendah 48 (21,8%) 45 (20,5%) 93 (42,3%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.1.4 Tabulasi Silang antara Penghayatan Instrumental dan Motivasi
Berprestasi
Motivasi Berprestasi Penghayatan Instrumental
Tinggi Rendah Total
Tinggi 68 (30,9%) 53 (24,1%) 121 (55%)
Rendah 50 (22,7%) 49 (22,3%) 99 (45%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.2.1 Tabulasi Silang antara Facilitating Anxiety dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi
Facilitating Anxiety
Tinggi Rendah Total
Tinggi 60 (27,3%) 58 (26,4%) 118 (53,6%)
Rendah 58 (26,4%) 44 (20%) 102 (46,4%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.2.2 Tabulasi Silang antara Debilitating Anxiety dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi
Debilitating Anxiety
Tinggi Rendah Total
Tinggi 63 (28,6%) 48 (21,9%) 111 (50,5%)
Rendah 55 (25%) 54 (24,5%) 109 (49,5%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.1 Tabulasi Silang antara Usia dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Total
Usia
Tinggi Rendah
15 tahun 25 (11,4%) 27 (12,3%) 52 (23,6%)
16 tahun 40 (18,2%) 31 (14,1%) 71 (32,3%)
17 tahun 43 (19,5%) 33 (15%) 76 (34,5%)
18 tahun 10 (4,5%) 11 (5%) 21 (9,5%)
(14)
Tabel 3.3.2 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi
Jenis Kelamin
Tinggi Rendah Total
L 50 (22,7%) 41 (18,6%) 91 (41,4%)
P 68 (30,9%) 61 (27,7%) 129 (58,6%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.3 Tabulasi Silang antara Sikap orang tua pada siswa-siswi ketika mengalami keberhasilan dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Sikap Orang tua
Tinggi Rendah Total
Mendukung 114 (51,8%) 95 (43,2%) 209 (95%)
Kurang mendukung 4 (1,8%) 7 (3,2%) 11 (5%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.4 Tabulasi Silang antara Sikap dan tingkah laku orang tua pada siswa-siswi dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Sikap Orang tua
Tinggi Rendah Total
Terdorong 109 (49,5%) 89 (40,5%) 198 (90%)
Terhambat 9 (4,1%) 13 (5,9%) 22 (10%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.5 Tabulasi Silang antara Hubungan dengan peer group dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi
Hubungan dengan peer group
Tinggi Rendah Total Dekat/cukup dekat 115 (52,2%) 98 (34,6%) 213 (96,8%)
Kurang dekat 3 (1,4%) 4 (1,8%) 7 (3,2%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.6 Tabulasi Silang antara Sikap peer group pada siswa-siswi ketika mengalami kegagalan dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Sikap peer group
Tinggi Rendah Total
Mendukung 91 (41,4%) 81 (36,8%) 172 (78,2%)
Kurang mendukung 27 (12,2%) 21 (9,6%) 48 (21,8%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.7 Tabulasi Silang antara Sikap peer group pada siswa-siswi ketika mengalami keberhasilan dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Sikap peer group
Tinggi Rendah Total
Mendukung 99 (45%) 86 (39,1%) 185 (84,1%)
Kurang mendukung 19 (8,6%) 16 (7,3%) 35 (15,9%)
(15)
Tabel 3.3.8 Tabulasi Silang antara Sikap dan tingkah laku peer group pada siswa-siswi dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Sikap peer group
Tinggi Rendah Total
Terdorong 96 (43,6%) 82 (37,3%) 178 (80,9%)
Terhambat 22 (10%) 20 (9,1%) 42 (19,1%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.9 Tabulasi Silang antara Hubungan dengan Lingkungan masyarakat dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Hubungan dengan
lingkungan masyarakat Tinggi Rendah
Total
Dekat/cukup dekat 83 (37,7%) 65 (29,6%) 148 (67,3%)
Kurang dekat 35 (15,9%) 37 (16,8%) 72 (32,7%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.10 Tabulasi Silang antara Sikap lingkungan masyarakat pada siswa-siswi ketika mengalami kegagalan dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Sikap lingkungan masyarakat
Tinggi Rendah Total
Mendukung 44 (20%) 39 (17,7%) 83 (37,7%)
Kurang mendukung 74 (33,6%) 63 (28,7%) 137 (62,3%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.11 Tabulasi Silang antara Sikap lingkungan masyarakat pada siswa-siswi ketika mengalami keberhasilan dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Sikap lingkungan masyarakat
Tinggi Rendah Total
Mendukung 60 (27,3%) 41 (18,6%) 101 (45,9%)
Kurang mendukung 58 (26,3%) 61 (27,8%) 119 (54,1%)
Total 118 (53,6%) 102 (46,4%) 220 (100%)
Tabel 3.3.12 Tabulasi Silang antara Sikap dan tingkah laku lingkungan masyarakat pada siswa-siswi dan Motivasi Berprestasi
Motivasi Berprestasi Sikap lingkungan masyarakat
Tinggi Rendah Total
Terdorong 88 (40%) 73 (33,2%) 161 (73,2%)
Terhambat 30 (13,6%) 29 (13,2%) 42 (26,8%)
(16)
KATA PENGANTAR
Saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Saat ini saya sedang melakukan suatu peneltian mengenai Hubungan antara
Dukungan peer group dan Motivasi Berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”. Oleh
karena itu, saya bermaksud untuk mengambil data dalam rangka melengkapi
penelitian ini.
Saya sangat mengharapkan kesediaan Adik-adik untuk berpartisipasi
dalam pengisian angket ini. Harapan saya, partisipasi Adik-adik dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya pada penelitian ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Adik-adik yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Bandung, 2006
(17)
Data Penunjang
Data Pribadi
Kelas/No.Absen :…………/…..…..
Usia :……..tahun
Jenis Kelamin : a. Lelaki b. Perempuan
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan saudara:
1. Apakah kamu tinggal dengan orang tua saat ini? Ya/Tidak (Jika Tidak, kamu tinggal dengan siapa?...
2. Siapakah orang yang paling dekat hubungannya dengan kamu saat ini?
a. orang tua b.kakak/adik c. teman sekelompok d. guru e. ……….. 3. Menurut saya, yang paling banyak memberikan dukungan atau bantuan adalah: a. orang tua b.kakak/adik c. teman sekelompok d. guru e. ……….. 4. Menurut saya, saya adalah seorang yang:
a. sangat pandai b. pandai c. kurang pandai d. tidak pandai 5. Hubungan saya dengan orang tua:
a. dekat b. cukup dekat c. kurang dekat d. tidak dekat 6. Saat mengalami kegagalan, orang tua:
a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya
c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut 7. Saat mengalami keberhasilan, orang tua:
a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya
c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut
8. Orang tua saya menunjukkan sikap dan tingkah laku yang membuat saya: a. terdorong untuk berprestasi b. terhambat untuk berprestasi 9. Hubungan saya dengan teman-teman sekelompok :
a. dekat b. cukup dekat c. kurang dekat d. tidak dekat 10. Suasana kompetisi/persaingan dengan teman-teman sekelompok:
a. memacu saya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi
b. mengurangi keinginan saya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi c. tidak ada suasana kompetisi/bersaing
(18)
11. Teman sekelompok saya menunjukkan sikap dan tingkah laku yang membuat saya:
a. terdorong untuk berprestasi b. terhambat untuk berprestasi 12. Saat mengalami kegagalan, teman-teman sekelompok:
a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya
c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut 13. Saat mengalami keberhasilan, teman sekelompok:
a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya
c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut 14. Hubungan saya dengan guru-guru:
a. dekat b. cukup dekat c. kurang dekat d. tidak dekat 15. Saat mengalami kegagalan, guru-guru:
a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya
c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut 16. Saat mengalami keberhasilan, guru-guru:
a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya
c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut
17. Guru-guru saya menunjukkan sikap dan tingkah laku yang membuat saya: a. terdorong untuk berprestasi b. terhambat untuk berprestasi 18. Hubungan saya dengan orang-orang di sekitar saudara/tetangga:
a. dekat b. cukup dekat c. kurang dekat d. tidak dekat 19. Saat mengalami kegagalan, orang-orang di sekitar saya/tetangga:
a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya
c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut
20. Saat mengalami keberhasilan, orang-orang di sekitar saya/tetangga:
a menyalahkan saya b. tidak mempedulikan saya
c. mendukung untuk mengatasi kegagalan tersebut
21. Orang-orang di sekitar saya/tetangga saya menunjukkan sikap dan tingkah laku yang membuat saya:
(19)
KUESIONER DUKUNGAN PEER GROUP
Pernyataan berikut ini adalah pernyataan mengenai teman sebaya saudara. Bacalah setiap pernyataan baik-baik, kemudian pilihlah salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada kotak yang tersedia. Jawablah dengan respon pertama saudara dan sesuai dengan kenyataan yang saudara rasakan. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban benar jika sesuai dengan keadaan.
N0 Pernyataan Tidak pernah
Jarang terjadi
Sering terjadi
Selalu terjadi
1 Teman sekelompok saya mengingat hari ulang
tahun saya dan memberikan selamat atau hadiah buat saya.
2 Teman sekelompok saya menghibur saya ketika
saya sedih karena mengalami kegagalan.
3 Teman sekelompok saya acuh tak acuh terhadap
perolehan nilai ulangan saya.
4 Teman sekelompok saya mencemooh saya ketika
saya gagal melakukan suatu hal.
5 Teman sekelompok saya akan memuji bila mengetahui saya rajin belajar.
6 Teman sekelompok saya memberitahukan
bahan-bahan ulangan ketika saya tidak masuk sekolah.
7 Teman sekelompok saya mengajak saya untuk
ikut kursus bersama.
8 Teman sekelompok saya membiarkan saya tidak
mengerjakan tugas yang diberikan guru.
9 Teman sekelompok saya tidak memberitahu saya
tentang ulangan mendatang yang diumumkan guru ketika saya tidak masuk sekolah.
10 Teman sekelompok saya memberikan barang yang saya perlukan ketika saya berulang tahun. 11 Teman sekelompok saya mau berdiskusi tentang
(20)
12 Teman sekelompok saya mengabaikan permintaan tolong saya.
13 Teman sekelompok saya turut memperhatikan kesehatan saya.
14 Teman sekelompok saya memberikan pujian ketika saya berhasil mengerjakan tugas kelompok yang sulit.
15 Teman sekelompok saya membiarkan saya melakukan kesalahan yang sama berulang kali. 16 Teman sekelompok saya akan mengolok-olok
bila mengetahui saya rajin belajar.
17 Teman sekelompok saya tidak memberitahukan adanya tugas yang harus dikumpulkan.
18 Teman sekelompok saya meminjamkan catatan pelajaran bila saya tidak masuk sekolah.
19 Teman sekelompok saya mau menemani saya bila saya perlu membeli barang-barang keperluan sekolah.
20 Teman sekelompok saya tidak punya waktu untuk membantu saya menyelesaikan tugas yang tidak sanggup saya kerjakan.
21 Teman sekelompok saya tidak meminjamkan uang ketika saya membutuhkannya.
22 Teman sekelompok saya menolak untuk berdiskusi tentang pelajaran bila saya memerlukannya.
23 Teman sekelompok saya acuh tak acuh terhadap masalah yang saya hadapi.
24 Teman sekelompok saya mengejek bila saya mendapat nilai buruk di ulangan.
25 Teman sekelompok saya turut gembira bila saya mendapat nilai baik di ulangan.
(21)
26 Teman sekelompok saya bangga saat saya memperoleh prestasi yang memuaskan.
27 Teman sekelompok saya meremehkan prestasi yang saya capai di sekolah.
28 Teman sekelompok saya membiarkan saya mencari jalan keluar sendiri untuk menyelesaikan masalah yang saya hadapi.
29 Teman sekelompok saya memberikan masukan untuk membantu mengatasi masalah pribadi saya.
30 Teman sekelompok saya mau berdiskusi dengan
saya untuk mencari jalan keluar saat saya berselisih paham dengan orang tua saya.
31 Teman sekelompok saya memberi masukan kepada saya tentang banyak hal.
32 Teman sekelompok saya kurang mau mengerti dan memahami kesulitan yang saya hadapi.
33 Teman sekelompok saya mau mendengarkan keluhan saya saat saya memiliki masalah.
34 Teman sekelompok saya mau mengerti dan memahami kesulitan yang saya hadapi dalam pelajaran di sekolah.
35 Teman sekelompok saya tidak menghargai usaha yang saya lakukan dalam mengerjakan tugas kelompok.
36 Teman sekelompok saya tidak bangga ketika saya berhasil mencapai suatu prestasi.
37 Teman sekelompok saya kagum akan kepercayaan diri yang saya miliki.
38 Teman sekelompok saya menghargai usaha yang
saya lakukan dalam mengerjakan tugas kelompok.
(22)
39 Teman sekelompok saya tidak menegur dan menasehati saya ketika saya melakukan hal yang tidak benar.
40 Teman sekelompok saya tidak memberi informasi yang saya perlukan untuk mengatasi masalah pribadi saya, padahal ia memiliki informasi tersebut.
41 Teman sekelompok saya mempercayakan saya untuk mengatur acara dalam kegiatan kelompok. 42 Teman sekelompok saya percaya saya dapat
menyimpan rahasia.
43 Teman sekelompok saya tidak peduli saat saya mengalami kekekcewaan dan membutuhkan dukungan mereka.
44 Teman sekelompok saya tidak memberikan saya
semangat untuk berusaha meraih prestasi yang lebih baik.
45 Teman sekelompok saya memberikan semangat agar saya tidak menyerah saat menemukan jalan buntu dalam menghadapi masalah.
46 Teman sekelompok saya mendorong saya untuk
berusaha kembali ketika saya mengalami kegagalan.
47 Teman sekelompok saya tidak menghargai pendapat saya dalam kelompok.
48 Teman sekelompok saya mengabaikan
gagasan-gagasan saya dalam mengerjakan tugas kelompok.
49 Teman sekelompok saya memperhatikan saran-saran yang saya ajukan dalam membahas tugas kelompok.
50 Teman sekelompok saya tidak mempercayai kejujuran saya.
(23)
51 Teman sekelompok saya meragukan kesungguhan saya membantu mereka.
52 Teman sekelompok saya meragukan kemampuan
saya untuk mengerjakan tugas kelompok.
53 Teman sekelompok saya mempercayai kemampuan saya untuk menamatkan SMU dengan baik.
54 Teman sekelompok saya akan mendukung saya untuk berusaha kembali ketika saya mengalami kegagalan.
55 Teman sekelompok saya membujuk saya untuk bermain ketika saya harus belajar.
56 Teman sekelompok saya tidak menanyakan pendapat saya jika kami sedang berdiskusi.
57 Teman sekelompok saya mendengarkan dan menerima pendapat saya saat mereka membutuhkan bantuan.
58 Teman sekelompok saya menanggapi gagasan yang saya berikan jika sedang berdiskusi.
(24)
ALAT UKUR MODIFIKASI PMT (PRESTATIVE MOTIVATIE TEST)
Pada halaman berikut ini, anda akan mendapatkan beberapa pertanyaan. Pada setiap pertanyaan terdapat beberapa kemungkinan jawaban. contoh :
1. Menonton TV dalam waktu yang lama, menurut pendapat saya :
a. sangat menyenangkan
b. menyenangkan
c. tidak menyenangkan
d. sangat tidak menyenangkan
Apabila anda berpendapat sangat menyenangkan, lingkarilah huruf 'a' pada lembar jawaban yang tersedia. Demikian pula apabila anda berpendapat lain. Lingkarilah huruf yang sesuai dengan pendapat anda.
1. a b c d
Jika anda ingin mengganti jawaban yang sudah anda pilih, berilah tanda silang pada jawaban yang telah anda pilih, lalu lingkarilah jawaban yang menjadi pilihan anda. Dalam memberikan jawaban, usahakan untuk langsung menjawab dan jangan membuang waktu. Jangan terlalu lama memikirkan satu pertanyaan, oleh karena yang diminta adalah kesan pertama anda. Tidak ada jawaban yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, tetapi bekerjalah sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang anda hayati mengenai diri anda sendiri.
Jangan ada pertanyaan yang anda lewati dan bekerjalah sebaik mungkin.
(25)
1. Menonton TV dalam waktu yang lama, menurut pendapat saya :
a. sangat menyenangkan c. tidak menyenangkan
b. menyenangkan d. sangat tidak menyenangkan
2. Apabila jam tangan saya tidak menunjukkan waktu yang tepat, saya merasa : a. tidak apa-apa, asal tahu kira-kira pukul berapa
b. kadang-kadang mengganggu
c. tidak menyenangkan
3. Apabila saya sedang memikirkan masa depan saya, maka biasanya saya berpikir : a. sangat jauh ke depan c. agak jauh ke depan
b. jauh ke depan d. belum terpikirkan
4. Apabila saya mendapat nilai kurang dalam ulangan, saya merasa :
a. sangat mengganggu c. sedikit mengganggu
b. mengganggu d. tidak mengganggu
5. Apabila mengerjakan tugas, penyelesaian yang saya lakukan :
a. tidak pernah baik c. kadang-kadang baik
b. jarang baik d. biasanya baik
6. Apabila saya membayangkan berada dalam situasi test, maka perasaan saya :
a. tenang c. tidak tenang
b. agak tenang
7. Apabila saya tahu sebelumnya bahwa saya harus mengikuti suatu test kecerdasan, maka saya
merasa : a. bebas sepenuhnya c. tidak begitu bebas (agak tegang)
b. bebas d. sangat tegang
8. Keadaan sehari-hari saya biasanya :
a. sangat sibuk c. kadang-kadang sibuk
b. sedikit sibuk d. sama sekali tidak sibuk
9. Apabila tugas saya sedang dinilai, maka tangan saya : a. seringkali berkeringat c. tidak berkeringat
b. kadang-kadang berkeringat
10. Apabila menghadapi kesulitan, saya merasa :
a. sangat bimbang c. pasti
(26)
11. Teman-teman menganggap saya belajar :
a.sangat rajin c. agak rajin
b.rajin d. kurang rajin
12. Apabila saya telah memulai dengan suatu pekerjaan yang sulit, maka saya dapat menghentikan pekerjaan tersebut dengan :
a. mudah c. sulit
b. tidak begitu mudah d. sangat sulit 13. Belajar dengan giat di sekolah, menurut saya :
a. sangat tidak menyenangkan b. kurang begitu menyenangkan
c. menyenangkan
14. Apabila saya dalam keadaan tegang, maka saya akan menghasilkan prestasi yang:
a. kurang baik c. lebih baik
b. baik
15. Menurut saya, risiko dalam hidup adalah keadaan yang : a. tidak dapat dihindarkan
b. dapat membuat hidup menjadi lebih menarik
16. Dalam situasi kritis, ketakutan ditertawakan oleh teman-teman : a. kadang-kadang saya alami
b. tidak pernah saya alami
17. Apabila mendadak diuji/ditest mengenai pengetahuan dan ketrampilan saya, saya
merasa : a. gugup terus menerus c. agak tenang
b. kadang-kadang gagap
18. Apabila bercakap-cakap dengan orang lain yang belum saya kenal, maka saya :
a. tetap merasa bebas
b. merasa kurang percaya pada diri sendiri c. biasanya agak canggung
19. Tuntutan saya terhadap diri sendiri dalam pelajaran adalah :
a. sangat tinggi c. agak tinggi
b. tinggi d. tidak tinggi
20. Apabila perasaan saya agak cemas sewaktu diuji atau dinilai maka daya ingat saya menjadi :
a.Lebih baik dari biasanya c. Kurang baik dibandingkan biasanya b.Tetap seperti biasanya
(27)
21. Apabila saya mendapat giliran untuk melakukan sesuatu pekerjaan di bawah pengawasan yang berwenang, maka hati saya :
a.Sering berdebar-debar c. Tidak pernah berdebar-debar b.Jarang berdebar-debar
22. Waktu kecil, kepercayaan diri saya :
a.Cukup c. Kurang
b.Agak
23. Apabila saya sedang mengerjakan PR, lalu seseorang memanggil saya untuk menonton suatu acara TV, maka setekah acara tersebut selesai, saya selalu :
a.Dapat langsung mengerjakannya kembali b.Beristirahat sejenak baru mengerjakannya
c.Menunggu agak lama sebelum mulai mengerjakannya
d.Sulit menimbulkan semangat untuk mulai mengerjakannya kembali 24. Pada masa lalu, rasa takut saya untuk menghadapi ujian :
a.Sangat menganggu c. Tidak mengganggu
b.Sedikit menganggu
25. Apabila saya agak tegang, maka saya dapat bekerja :
a.Lebih baik dari biasanya c. Kurang baik dibandingkan biasanya b.Tetap seperti biasanya
26. Saya merasa keuletan dalam menghadapi tugas merupakan hal yang :
a.Kurang penting c. Sangat penting
b.Penting
27. Bagi saya, memiliki cita-cita mencapai kedudukan setinggi-tingginya dalam masyarakat merupakan hal yang :
a.Tidak begitu penting c. Penting b.Agak penting
28. Timbulnya pikiran bahwa hasil ujian saya akan buruk sewaktu menjalani ujian
adalah : a.Lemah c. Agak kuat
b.Agak lemah d. Kuat
29. Bagi saya, perasaan cemas yang timbul sewaktu mencapai prestasi belajar adalah
: a.Tidak pernah menguntungkan c. Sering menguntungkan
(28)
30. Apabila dalam waktu dekat saya akan menghadapi ujian dan saya merisaukan hal itu, maka saya dapat belajar :
a. Lebih baik dari biasanya c. Sulit belajar dibandingkan biasanya b. Tetap seperti biasanya
31. Dalam hal belajar, keinginan saya untuk dipuji :
a.besar c. kurang besar
b.cukup besar
32. Apabila saya bertanya pada diri sendiri, apakah saya pernah merasa tegang, maka seharusnya saya akui bahwa hal itu :
a.Jarang terjadi c. Selalu terjadi
b.Sering terjadi
33. Apabila ada sesuatu yang menimbulkan ketegangan, maka hal tersebut dapat membuat saya bekerja :
a.Kurang baik dari biasanya c. Lebih baik dari biasanya b.Tetap seperti biasanya
34. Teman-teman saya menganggap saya belajar dengan :
a.Tekun c. Cenderung seenaknya
b.Kurang tekun
35. Menjadi bingung ketika menghadapi situasi gawat merupakan pengalaman yang :
a.Jarang saya alami c. Sangat sering saya alami
b.Sering saya alami
36. Ketakutan dalam menghadapi ujian akan : a.Meningkatkan prestasi saya b.Tidak meningkatkan prestasi saya c.Menurunkan prestasi saya
37. Setelah mengikuti ujian, biasanya saya : a.Kadang-kadang merasa tertekan b.Jarang sekali merasa tertekan c.Tidak pernah merasa tertekan
38. Bila menghadapi ujian yang diberikan tanpa pemberitahuan sebelumnya, saya :
a.tidak panik c. Sangat panik
(29)
39. Membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan pada situasi yang mendesak :
a.Jarang saya alami c. Sering sekali saya alami
b.Sering saya alami
40. Bagi saya, orang-orang yang berhasil dalam bidang pendidikan merupakan tokoh yang : a.Sangat saya kagumi c. Agak saya kagumi
b.Saya kagumi d. Kurang saya kagumi
41. Apabila saya tegang karena takut, maka saya dapat berpikir : a.Kurang baik dibandingkan biasanya
b.Tetap seperti biasanya
c.Lebih baik dibandingkan biasanya
42. Apabila sedang mengerjakan ujian dan saya merasa tidak dapat menyelesaikan pada waktunya, maka saya :
a. Merasa panik c. tetap tenang
b. khawatir
43. Pandangan teman-teman mengenai prestasi-prestasi saya, saya anggap :
a.Penting c. Tidak penting
b.Agak penting
44. Apabila saya bertanya pada diri sendiri apakah saya gugup, maka haruslah saya katakan bahwa saya memang :
a. Sering gugup b. Jarang gugup
45. Bagi saya, pendidikan merupakan hal yang :
a.Sangat penting c. Kurang penting
b.penting d. tidak penting
46. Mempersiapkan suatu tugas yang penting jauh sebelumnya merupakan suatu kegiatan yang :
a.Tidak ada gunanya c. Memang seharusnya demikian
b.Kadang-kadang berguna
47. Bermalas-malasan pada masa kanak-kanak adalah hal yang :
a.Sangat menyenangkan c. Tidak menyenangkan
(30)
48. Mendapatkan kemajuan dalam masyarakat adalah sesuatu yang dinilai : a.Terlalu berlebih-lebihan
b.Agak penting
c.Berharga untuk dicapai
49. Teman-teman sekelas beranggapan bahwa saya dapat berprestasi : a.Jauh lebih baik dari sekarang c. Cukup
b.Baik d. Kurang
50. Untuk melakukan hobi, saya :
a.Tidak mempunyai waktu c. Cukup waktu
b.Kadang-kadang kurang waktu d. Banyak waktu
51. Bila diserahi tugas mengatur/mengelola suatu kegiatan, saya mengerjakannya
dengan : a.Senang hati c. Sama sekali tidak senang
b.Kurang senang
52. Apabila mengerjakan sesuatu yang sulit : a.Kadang-kadang saya menyerah
b.Saya tunda terlebih dahulu, tetapi kemudian melanjutkannya c.Biasanya saya lanjutkan terus
53. Setelah selesai mengerjakan ujian/ulangan, saya berpikir bahwa sebenarnya saya dapat melakukan lebih baik daripada yang telah saya lakukan tadi. Pikiran ini :
a.Tidak pernah timbul c. Sering timbul b.Jarang timbul
54. Menurut saya, menjaga hubungan baik dengan guru merupakan hal yang :
a.Kurang penting c. Penting
b.Agak kurang penting
55. Apabila saya mendapat tugas yang saya perkirakan tidak saya selesaikan dengan baik, maka : a.Saya berusaha mencapainya dengan sekuat tenaga
b.Saya mencoba dengan jalan lain c.Saya berusaha seadanya (sebisanya)
56. Apabila saya dalam keadaan gelisah dan gugup, saya sering belajar : a.Tidak sebaik biasanya c. Lebih baik daripada biasa b.Tetap seperti biasa
(31)
57. Pada umumnya saya melakukan sesuatu : a.Sangat mengarah ke masa depan b.Agak mengarah ke masa depan c.Tidak mengarah ke masa depan 58. Memasuki situasi baru, bagi saya :
a.Sangat mudah c. Sulit
b.Mudah d. Sangat sulit
59. Dalam situasi mendesak, biasanya prestasi saya :
a.Meningkat c. Sangat menurun
b.Menurun
60. Aktivitas-aktivitas yang tidak begitu besar risikonya, sangat saya :
a..Sukai c. Tidak sukai
b.Kurang sukai
61. Rasa tegang sebelum ujian, menurut saya merupakan persiapan ujian yang :
a.Sangat baik c. Kurang baik
b.Baik d. Buruk
62. Pada saat guru menjelaskan sesuatu :
a.Biasanya saya memperhatikan dengan baik
b.Kadang-kadang saya berusaha untuk tetap memperhatikannya c.Sering pikiran saya melayang ke hal lain
63. Menurut pengalaman, rasa cemas saya :
a.Sering merugikan saya c. Kadang-kadang membantu saya b.Kadang-kadang merugikan saya d. Sering membantu saya
64. Apabila saya sedang belajar dan saya diganggu, maka hal itu : a.Menjengkelkan saya
b.Tidak begitu saya persoalkan
(32)
(33)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan
membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan
kasih sayang, perhatian, dan tergantung pada ayah dan ibunya serta pengakuan
akan keberadaan dirinya dalam keluarga. Mereka menghabiskan waktunya dengan
orang tua dan orang-orang terdekat yang ada dalam lingkungan keluarganya. Saat
seseorang mulai beranjak remaja, ia mulai membutuhkan kasih sayang, perhatian
serta pengakuan akan keberadaan dirinya dari orang lain. Remaja mulai memiliki
kegiatan di luar rumah sehingga mereka memiliki kesempatan untuk menemukan
individu lainnya di luar lingkungan keluarga. Hal ini membuat mereka mulai
membentuk kelompok karena mereka memiliki persamaan usia dan minat.
Menurut Hortacsu (dalam Philip Rice,1999), kebutuhan pertama remaja
adalah berhubungan dengan orang lain, dengan siapa mereka dapat berbagi minat
bersama. Mereka lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah dibandingkan di
dalam rumah sehingga tindakan, sikap, perilaku, dan minat seorang remaja
banyak dipengaruhi oleh peer group (kelompok teman sebaya). Di dalam
perkembangannya untuk mencari identitas diri maupun mencapai suatu prestasi,
remaja membutuhkan peer group yang dapat mendukung mereka dalam
melakukan aktivitas-aktivitas. Mereka bergaul dalam suatu komunitas, baik teman
(34)
dari sekolah maupun dari luar sekolah di mana para remaja ini banyak
berinteraksi.
Menurut Sawitri Supardi (SWARA, 9/9 1999), kebutuhan untuk afiliatif
pada remaja biasanya sangat tinggi, yang menandakan keterikatan emosional serta
fanatisme kuat terhadap teman sebaya. Remaja akan marah bila keluarga atau
orang tua memberikan penilaian negatif pada perilaku sahabat dan
teman-temannya. Sesuatu yang sangat menonjol dalam masalah remaja adalah kebutuhan
yang kuat untuk memperoleh "tempat" dalam kelompoknya. Biasanya segala daya
dan upaya akan mereka lakukan agar dapat diterima serta diakui, dan mendapat
perhatian sebanyak mungkin dari kelompok. Persetujuan dari kelompok
merupakan salah satu bentuk kebutuhan terhadap afiliasi. Pada usia remaja,
siswa-siswi mulai untuk menyatakan keinginan-keinginan mereka sendiri yang
terkadang bertentangan atau tidak sesuai dengan keinginan orang tua, sehingga
mereka butuh dukungan dari kelompok untuk membantu mereka menyatakan
keinginan tersebut.
Selain berinteraksi dengan teman sebaya, tugas mereka sebagai seorang
pelajar juga merupakan hal yang penting untuk mereka. Khususnya pada SMA
“X” yang memiliki standar nilai yang tinggi, dalam arti mengharuskan
siswa-siswi memiliki nilai yang baik dalam bidang akademis untuk dapat mengikuti
pelajaran di sekolah tersebut. Pada umumnya siswa-siswi di SMA “X” memiliki
tingkat kecerdasan di atas rata-rata yang menunjang prestasi mereka. Siswa-siswi
juga dituntut untuk memiliki motivasi berprestasi tinggi sehingga mereka dapat
mengikuti pelajaran di sekolah tersebut.
(35)
Menurut Guru BK di SMA “X”, siswa-siswi tersebut sebenarnya memiliki
potensi di dalam diri untuk berprestasi, akan tetapi mereka cenderung malas dan
lebih senang bermain dengan peer group-nya atau bermain game di warnet
(warung internet). Walaupun ada juga peer group yang mengajak untuk belajar
dan mengerjakan tugas bersama dan mengikuti kursus bersama. Akan tetapi les
atau pelajaran tambahan di luar sekolah yang mereka ikuti, sebenarnya kurang
membantu siswa-siswi untuk memperoleh prestasi yang baik. Kesadaran dan
keinginan untuk memperoleh prestasi baik cenderung kurang dimiliki oleh diri
siswa-siswi. Siswa-siswi cenderung mulai memiliki keinginan dan usaha untuk
memperoleh nilai atau prestasi yang baik, bila nilai yang mereka peroleh pada
semester sebelumnya tidak terlalu baik atau pada saat menjelang kenaikan kelas.
Prestasi tinggi yang diperoleh siswa-siswi cenderung dikarenakan tuntutan dari
orang tua maupun guru.
Peran orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan motivasi berprestasi pada siswa-siswi (McClelland, 1953). Orang
tua mengharapkan anak remaja mereka memiliki prestasi yang baik di sekolah,
kalau bisa menjadi yang ‘nomor satu’. Beberapa orang tua menginginkan anaknya
berprestasi hanya untuk meningkatkan gengsi orang tua. Namun ada juga orang
tua yang menginginkan anaknya beprestasi agar anak mereka memiliki masa
depan yang lebih baik.
Cara orang tua mewujudkan keinginannya agar anak remaja mereka
berprestasi, antara lain dengan cara membayar guru privat atau tempat-tempat
kursus agar anak mereka dapat mengikuti pelajaran tambahan di luar jam sekolah,
(36)
dengan harapan anak mereka memiliki prestasi yang baik dalam bidang akademik
di sekolahnya. Orang tua juga menanyakan kesulitan apa yang dihadapi oleh
siswa-siswi dalam pelajaran. Pemberian pujian oleh orang tua pada anak
remajanya saat memperoleh nilai ulangan yang baik atau pemberian hadiah jika
mereka masuk dalam 10 besar di kelasnya atau saat kenaikan kelas, dapat
memotivasi siswa-siswi untuk berprestasi lebih baik dari prestasi sebelumnya.
Biasanya orang tua juga mencari informasi sebanyak mungkin tentang sekolah
atau kursus yang dapat menunjang prestasi anak mereka. Namun ada juga orang
tua yang tidak peduli dengan prestasi yang diperoleh anak remajanya. Orang tua
tidak peduli apakah nilai atau prestasi yang dimiliki anak remajanya baik atau
buruk. Orang tua mengganggap pendidikan tidak penting bagi masa depan anak
remajanya. Orang tua menganggap mengikuti pendidikan di sekolah hanya untuk
naik kelas dan lulus saja tanpa memperoleh prestasi yang baik. Ketidakpedulian
orang tua juga dapat menghambat siswa-siswi untuk memperoleh prestasi yang
baik.
Di lingkungan sekolah, dalam usaha mencapai prestasi yang baik,
siswa-siswi didukung oleh guru yang memberikan pendidikan secara formal dan juga
teman-teman yang sangat berperan untuk melakukan suatu aktivitas. Penerimaan
yang baik dari peer group memiliki pengaruh yang positif dalam memotivasi
siswa-siswi untuk berprestasi. Dukungan peer group memotivasi siswa-siswi
untuk berprestasi dalam bidang akademik (Coodenow, dalam Philip Rice, 1999).
Hasil angket dari 40 siswa-siswi di SMA “X”, Bandung memperlihatkan bahwa
sebanyak 22 siswa-siswi (55%) menghayati peer group menjadi tempat untuk
(37)
saling berbagi, mau mengerti, mendengarkan, dan menghibur jika sedang sedih,
mereka juga merasa dimiliki oleh kelompoknya (dukungan emosional). Peer
group juga menghargai pendapatnya dan memuji prestasi yang diperoleh,
mendorong, dan memberikan semangat ketika siswa-siswi mulai malas belajar
atau mengalami kegagalan (dukungan penghargaan). Peer group memberi tahu
bahan-bahan yang menjadi tugas saat siswa-siswi tidak masuk sekolah,
memberikan masukan atau nasihat ketika sedang mengalami masalah (dukungan
informatif). Peer group selalu mengajak belajar dan mengerjakan tugas
bersama-sama jika ada tugas yang harus diselesaikan, meminjamkan catatan ketika
siswa-siswi tidak masuk sekolah. (dukungan instrumental).
Sebanyak 12 siswa-siswi (30%) menyatakan dengan adanya dukungan dari
peer group semakin memacu dan memotivasi siswa-siswi untuk berprestasi lebih
baik lagi. Siswa-siswi juga merasa nilai-nilai baik dalam ulangan yang diperoleh
teman-teman dalam peer group-nya, memotivasi diri mereka untuk mendapatkan
nilai yang lebih baik sehingga terjadi persaingan yang sehat di dalam
kelompoknya untuk memperoleh prestasi di kelas. Saat menghadapi batas waktu
pengumpulan tugas, dan siswa-siswi belum menyelesaikannya, mereka akan
berusaha mengerjakan sampai selesai atau sebisa mungkin.
Sebaliknya 10 siswa-siswi (25%) lainnya meskipun menghayati adanya
dukungan dari peer group, prestasi mereka tidak lebih bagus dari teman-teman
dalam peer group-nya. Nilai ulangan yang baik yang diperoleh peer group, justru
membuat mereka merasa rendah diri, karena menurut mereka, teman dalam peer
group jauh lebih pintar darinya. Hal ini menghambat siswa-siswi untuk
(38)
memperoleh prestasi yang lebih baik dari orang lain atau prestasi sebelumnya.
Siswa-siswi dengan motivasi beprestasi rendah, akan semakin cemas bila belum
menyelesaikan tugasnya sehingga tidak dapat mengerjakan secara optimal.
Siswa-siswi memilih untuk mengerjakannya di sekolah dengan meminjam dan menyalin
pekerjaan temannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shaffer (1999) bahwa peer
group juga dapat menghambat usaha orang tua dalam mendorong siswa-siswi
memiliki motivasi berprestasi.
Menurut Sawitri Supardi (SWARA, 9/9 1999), peer group dapat
menyebabkan penurunan prestasi belajar dan berkurangnya minat belajar karena
minat utama adalah menjalin hubungan seluas-luasnya. Prestasi sekolah bukan
saja mundur, melainkan kebutuhan memperoleh prestasi sosial formal sangat
menurun dan tampak rasa tanggung jawab terhadap belajar formal sangat rendah.
Di antara 18 siswa-siswi (45%) yang menghayati kurangnya mendapatkan
dukungan dalam bidang akademis dari peer group. Terdapat 8 siswa-siswi (20%)
merasa peer group-nya lebih banyak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan ke
mall dan bermain, dan terkadang saat akan menghadapi ulangan sehingga
siswa-siswi tidak memiliki waktu untuk belajar. Saat siswa-siswa-siswi tidak memiliki uang
untuk bermain atau jalan-jalan, terkadang peer group akan meminjamkan uang
bahkan membayarkannya. Hal ini merupakan bentuk dukungan yang menghambat
motivasi berprestasi siswa-siswi. Biasanya siswa-siswi mulai memiliki semangat
dan keinginan untuk belajar dan mendapatkan nilai baik saat menjelang kenaikan
kelas, karena mereka takut tinggal kelas dan ditinggalkan oleh peer group-nya dan
teman sekelasnya. Siswa-siswi dengan motivasi beprestasi rendah, akan semakin
(39)
cemas bila belum menyelesaikan tugasnya sehingga tidak dapat mengerjakan
secara optimal. Siswa-siswi memilih untuk mengerjakannya di sekolah dengan
meminjam dan menyalin pekerjaan temannya.
Akan tetapi 10 siswa-siswi (25%) lainnya tetap termotivasi untuk
berprestasi meskipun mereka menghayati kurangnya dukungan peer group dalam
bidang akademis. Siswa-siswi merasa harus tetap berprestasi karena tuntutan dari
orang tua dan guru-guru sehingga mereka berusaha untuk membagi waktu antara
bermain dan belajar. Saat menghadapi batas waktu pengumpulan tugas, dan
siswa-siswi belum menyelesaikannya, mereka akan berusaha mengerjakan sampai
selesai atau sebisa mungkin.
Melalui uraian di atas dapat dilihat bahwa pada masa remaja, hal yang
sangat berperan dalam kehidupan mereka adalah peer group. Mereka mengikuti
apa yang peer group lakukan. Namun berkaitan dengan prestasi akademik,
terdapat beberapa remaja meskipun mendapat dukungan dari peer group, mereka
tidak termotivasi untuk berprestasi. Remaja lainnya meski tidak mendapat
dukungan dari peer group tetap dapat termotivasi karena mereka merasa
mendapat dukungan dan dituntut oleh orang tua atau guru. Sehubungan dengan
itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara dukungan peer
group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung..
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang ingin diteliti ialah apakah ada hubungan antara dukungan
peer group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung.
(40)
1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran mengenai
hubungan antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi pada
siswa-siswi SMA “X”, Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam dan komprehensif
mengenai hubungan antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi
pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung.
1.3.3 Kegunaan Penelitian 1.3.3.1 Kegunaan Ilmiah
1) Menambah informasi dalam bidang ilmu Psikologi Pendidikan dan
Psikologi Perkembangan terutama mengenai hubungan Dukungan Peer
Group dan Motivasi Berprestasi
2) Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan antara dukungan peer group dengan motivasi berprestasi.
1.3.3.2 Kegunaan Praktis
1) Memberikan informasi kepada guru di SMA “X”, Bandung mengenai
hubungan antara penghayatan dukungan peer group yang diperoleh
siswa-siswi tersebut dan motivasi berprestasi yang dimiliki agar dapat
dimanfaatkan dalam upaya memotivasi, dan membantu siswa-siswi untuk
meningkatkan prestasi dalam bidang akademis.
2) Memberikan masukan kepada siswa-siswi SMA “X”, Bandung mengenai
(41)
hubungan antara dukungan yang mereka hayati dalam usaha meningkatkan
motivasi berprestasi.
3) Memberikan masukan kepada orang tua mengenai hubungan antara
dukungan peer group dengan motivasi berprestasi yang bisa dimanfaatkan
dalam membimbing anak remajanya meningkatkan motivasi berprestasi.
1.4 Kerangka Pemikiran
Masa remaja adalah saat meningkatnya pengambilan keputusan mengenai
masa depan, apakah akan melanjutkan belajar ke Perguruan Tinggi, teman yang
akan dipilih, dan lain-lain (Santrock, 2003). Remaja diharapkan mulai dapat
memilih dan menyiapkan lapangan kerja di saat usia mereka beranjak dewasa
(Havighurst, 1951 dalam Dacey & Kenny, 1997). Untuk memilih dan
menyiapkan pekerjaan serta masa depan, dapat dimulai dengan mengikuti
kegiatan belajar dan memperoleh prestasi akademis yang baik di sekolah.
Perolehan prestasi akademis yang baik menimbulkan usaha dalam diri
siswa-siswi SMA “X”, Bandung. Usaha merupakan aspek yang sangat penting
dari penyebab internal dalam berprestasi (Santrock, 2003). Para siswa menyadari
bahwa usaha merupakan strategi yang paling efektif untuk mencapai hasil kerja
yang baik (Skinner, Wellborn & Connell, 1990 dalam Santrock, 2003). Usaha
untuk mengikuti kegiatan belajar dan memperoleh prestasi akademis yang baik di
sekolah diperlukan agar siswa-siswi dapat menyelesaikan pendidikan, naik kelas,
dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam perolehan
prestasi, sering kali terjadi persaingan di antara mereka. Siswa-siswi memiliki
(42)
keinginan untuk berprestasi lebih baik daripada teman-temannya. Keinginan
tersebut menimbulkan motivasi untuk berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan teman-temannya atau prestasi sebelumnya.
Motivasi berprestasi merupakan suatu kecenderungan untuk berprestasi.
Berprestasi diartikan sebagai melakukan sesuatu yang melebihi atau mengungguli
prestasi yang diperoleh orang lain, dengan berusaha sebaik-baiknya untuk
mencapai sasaran, ditinjau dari sudut pandang orang lain maupun diri sendiri
(Hermans, dalam Suryana S., 1995). Ciri-ciri siswa-siswi dengan motivasi
berprestasi tinggi adalah cenderung memilih tugas-tugas yang sesuai dengan
kemampuannya, lebih menyukai risiko-risiko yang kecil apabila hasil suatu
tindakan karena kebetulan atau kesempatan yang ada dalam situasi yang tidak
pasti dan tidak menentu, dapat mencapai taraf keahlian yang lebih tinggi,
memiliki keuletan dalam menghadapi tugas, memiliki kecenderungan yang kuat
untuk merampungkan tugas yang telah dimulai, perspektif waktu lebih kuat
mengarahkan diri dalam merencanakan hari depan, bisa bersikap lebih fleksibel
terhadap pemanfaatan waktu, lebih menghargai pengakuan orang lain atas prestasi
yang dicapai, memilih teman-teman yang ahli dalam tugas yang sedang dihadapi
dan menghasilkan prestasi yang lebih baik dalam situasi-situasi yang memberikan
insentif bagi prestasi.
Hermans (dalam Suryana S, 1995) berpendapat bahwa siswa-siswi dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan mengarahkan diri untuk menentukan
sendiri hasil tindakannya dalam suatu situasi prestasi dan tidak akan mendasarkan
prestasi yang diperolehnya pada kesempatan, keberuntungan, atau orang lain.
(43)
McClelland (1953) juga memberikan pendapat bahwa siswa-siswi dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki keyakinan akan kemampuannya, senantiasa
berusaha melakukan sesuatu lebih baik dibanding yang telah diperbuat oleh orang
lain, dengan menggunakan prestasi orang lain sebagai standar yang harus dicapai
atau ingin menghasilkan sesuatu yang lebih baik melampaui prestasi sebelumnya
dan ingin menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin, yang baginya merupakan
suatu tantangan. Santrock (1998) menambahkan bahwa siswa-siswi dengan
motivasi berprestasi tinggi memiliki standar pribadi yang tinggi untuk berprestasi
dan juga memiliki perasaan yang kuat untuk bersaing. Sebaliknya, siswa-siswi
dengan motivasi berprestasi rendah tidak mengarahkan diri untuk menentukan
hasil yang harus diperoleh tetapi cenderung mendasarkan prestasinya pada
keberuntungan, kesempatan, atau orang lain (Hermans, dalam Suryana S, 1995).
Mereka biasanya lebih didominasi oleh rasa ketidakmampuan akan dirinya,
cenderung diliputi perasaan cemas, takut gagal, sehingga menghambat
kemampuan diri dalam mengaktualisasikan potensinya (McClelland, 1953).
Weiner (dalam Slavin, 1980) menyatakan bahwa siswa-siswi dengan motivasi berprestasi rendah tidak akan bertahan terhadap tugas-tugas yang dihadapi serta
cenderung cepat putus asa di saat mengalami kegagalan dan kurang
memperlihatkan usaha untuk meraih prestasi.
Perkembangan motivasi berprestasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal (McClelland, 1953). Salah satu faktor internal
yang mempengaruhi ialah inteligensi, yaitu kemampuan yang bersifat potensial
yang dimiliki siswa-siswi dan merupakan salah satu unsur penting dalam proses
(44)
memecahkan masalah yang dihadapi. Faktor internal lain yang berpengaruh
terhadap motivasi berprestasi yaitu penilaian siswa-siswi mengenai kemampuan
dirinya yang terbentuk berdasarkan penilaian atau pandangan orang lain maupun
diri sendiri. Inteligensi yang dimiliki siswa-siswi mempesngaruhi dan menunjang
usahanya untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik dari orang lain, dan ketika
berhasil, ia menyadari akan kemampuannya berprestasi sehingga ia akan berusaha
untuk mengulang keberhasilan atau mempertahankan prestasi. Ketika siswa-siswi
takut menghadapi kegagalan, mereka akan menampilkan kecemasan dari dalam
diri yang akan mempengaruhi tingkah laku berprestasi (Hermans, dalam
Suryana S, 1995). Kecemasan tersebut adalah kecemasan yang mendukung (facilitating anxiety) dan kecemasan yang menghambat (debilitating anxiety)
(Alpert&Haber, dalam Suryana S, 1995).
Facilitating anxiety merupakan suatu kecemasan yang mendukung,
khususnya di dalam situasi tugas yang relatif tidak sistematis (berstruktur), yang
menyebabkan siswa-siswi dapat berfungsi secara optimal. Misalnya dalam situasi
menghadapi batas waktu pengumpulan tugas atau waktu yang sempit untuk
menyiapkan diri menghadapi ujian, mereka akan mencari bahan-bahan yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya dan tidak menunda-tunda
mengerjakannya. Biasanya siswa-siswi dengan motivasi berprestasi tinggi
memiliki kecemasan yang mendukung karena memiliki harapan yang kuat untuk
berhasil dibandingkan takut akan kegagalan (Atkinson & Raynor, 1974, dalam
Santrock, 1998). Mereka akan menghubungkan kegagalan yang dialami dengan sedikitnya usaha yang dilakukan, dan bukan karena faktor keberuntungan atau
(45)
tugas yang sukar, mereka akan lebih berusaha sampai berhasil (Weiner, dalam
Slavin, 1991). Siswa-siswi percaya akan kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas dan ingin segera menyelesaikan tugas yang baginya
merupakan suatu tantangan.
Sebaliknya siswa-siswi dengan motivasi berprestasi rendah biasanya
memiliki kecemasan yang menghambat (debilitating anxiety). Debilitating anxiety
merupakan suatu kecemasan yang menghanbat, khususnya di dalam situasi tugas
yang relatif tidak sistematis (berstruktur), yang menyebabkan siswa-siswi tidak
dapat berfungsi secara optimal. Misalnya saat menghadapi batas waktu
pengumpulan tugas atau waktu yang sempit untuk menyiapkan diri menghadapi
ujian, mereka semakin cemas sehingga cenderung menunda-tunda mengerjakan
tugasnya dan tidak mampu mengerjakan tugas sebaik mungkin. Siswa-siswi
dengan motivasi berprestasi rendah tidak dapat bertahan terhadap tugas-tugas
yang dihadapi serta cenderung cepat putus asa ketika mengalami kegagalan dan
kurang memperlihatkan usaha untuk meraih prestasi (Weiner, dalam Slavin,
1991). Siswa-siswi cenderung tidak yakin bahwa mereka mampu menyelesaikan
tugas serta takut menghadapi kegagalan.
Faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan motivasi berprestasi
siswa-siswi adalah keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Suasana
keluarga yang harmonis dan hangat akan memberikan rasa aman pada siswa-siswi
untuk berekspresi secara bebas dan akan merasa tertantang untuk dapat meraih
prestasi yang lebih baik walaupun mengalami kegagalan. Di sekolah, guru yang
dapat membina relasi yang hangat dan memberikan kesempatan kepada
(46)
siswinya untuk mengekspresikan kemampuan yang dimiliki akan membuat
mereka mendapat kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya. Suasana
menyenangkan dan kompetisi yang sehat di dalam peer group juga mendorong
untuk berprestasi. Lingkungan di sekitar rumah yang memberi kesempatan pada
siswa-siswi untuk mengekspresikan kemampuannya akan menimbulkan rasa
percaya diri, sehingga walaupun mengalami kegagalan, mereka tetap terdorong
untuk mengatasinya dan berusaha lebih baik.
Salah satu faktor eksternal penting yang mempengaruhi perkembangan
motivasi berprestasi di sekolah adalah sikap, tanggapan dan dukungan peer group.
Siswa-siswi ini membentuk kelompok yang akan memberikan persahabatan dan
menyediakan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, belajar untuk saling
menghargai dan saling membantu teman yang mengalami kesulitan. Peran peer
group dapat bersifat positif yang mendukung pembentukan identitas maupun
bersifat negatif yang akan menjerumuskan siswa-siswi pada beragam
permasalahan kenakalan remaja (Muuss, 1990).
Dalam peer group, siswa-siswi belajar untuk saling memberikan dan
menghayati dukungan dari teman mereka. Dukungan sosial ialah transaksi
interpersonal yang melibatkan satu atau lebih hal-hal berupa perhatian, kasih
sayang, empati (emosional), penghargaan dan evaluasi terhadap perbuatan yang
dilakukan (penghargaan), pemberian informasi (informasi), pemberian bantuan
berupa benda, waktu dan tenaga (instrumental) yang akan berfungsi secara efektif
apabila dukungan tersebut dapat dirasakan, disadari, dan dihayati oleh penerima
dukungan (House, dalam Vaux, 1988).
(47)
Dukungan emosional dihayati oleh siswa-siswi dalam peer group melalui
tingkah laku yang berhubungan dengan perasaan senang, merasa memiliki dan
pengungkapan kasih sayang. Misalnya saat seorang di antara mereka mengalami
kegagalan dalam ujian, teman dalam peer group akan menghibur dan
mendorongnya agar tidak menyerah; dan ketika berhasil dalam ujian, peer
group-nya akan ikut merasa senang. Keadaan seperti ini akan membuat siswa-siswi
cenderung menunjukkan keinginan dan usaha yang lebih tinggi dalam meraih
prestasi. Terkadang terdapat juga teman-teman dalam peer group yang merasa
senang jika teman mereka mengalami kegagalan dan merasa iri hati jika teman
yang lain memperoleh prestasi yang baik. Keadaan seperti ini akan membuat
siswa-siswi menghayati bahwa ia akan dijauhi jika memperoleh prestasi yang baik
sehingga mereka cenderung tidak memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi
yang baik.
Pemberian penghargaan dan pengungkapan rasa bangga atas prestasi yang
dicapai, tanggapan positif terhadap gagasan atau perasaan yang diungkapkan
merupakan beberapa tingkah laku yang dihayati oleh siswa-siswi dalam peer
group-nya sebagai dukungan penghargaan. Dukungan penghargaan atas prestasi
yang dicapai ini membuat siswa-siswi menghargai dirinya sehingga
menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki. Penghargaan
yang diperoleh siswa-siswi berupa pujian, penghargaan atau hadiah atas prestasi
cenderung membuat siswa-siswi menghasilkan prestasi yang lebih baik dalam
situasi tertentu yang memberikan insentif. Semakin sering insentif yang diterima,
membuat siswa-siswi semakin giat untuk memperoleh prestasi lebih baik dari
(48)
yang pernah dicapai. Tidak adanya insentif atas prestasi yang diperoleh membuat
siswa-siswi enggan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik dari orang lain
atau dari yang pernah dicapai karena merasa prestasinya tidak dihargai.
Dukungan informasi yang dihayati oleh siswa-siswi berupa pemberian
informasi dan nasihat, misalnya memberikan masukan untuk membantu
memecahkan masalah dan memberitahukan bahan-bahan ulangan. Siswa-siswi
cenderung memilih teman-teman yang mampu dalam tugas yang sedang dihadapi,
karena akan membantu siswa-siswi mengerjakan tugas yang sukar. Bantuan dari
peer group akan memberikan pengetahuan untuk menyelesaikan tugas dan
menyiapkan diri menghadapi ujian. Peer group yang cenderung acuh tak acuh
dalam bidang akademik akan membuat siswa-siswi juga acuh tak acuh dan tidak
berusaha mencari cara untuk menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi.
Dukungan terakhir adalah dukungan instrumental dalam bentuk pemberian
waktu dan tenaga, serta materi berupa barang, misalnya mengajak belajar dan
mengerjakan tugas bersama dan juga meminjamkan catatan saat siswa-siswi tidak
masuk sekolah. Dukungan ini membuat siswa-siswi cenderung untuk bersemangat
menyelesaikan tugas dan belajar. Jika mereka mengalami kesulitan, baik dalam
menghadapi masalah sehari-hari maupun tugas sekolah, mereka akan berbagi
cerita dengan teman sekelompoknya. Siswa-siswi yang menghayati kurangnya
dukungan dari peer group, cenderung enggan untuk menyelesaikan tugas karena
mereka merasa tidak ada yang membantu jika mengalami kesulitan.
Siswa-siswi yang menghayati adanya dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental dari peer group
(49)
akan membuat mereka merasa dicintai dan diperhatikan, dihargai dan bernilai,
serta menjadi bagian dari kelompok. Penghayatan tersebut akan menumbuhkan
rasa kepercayaan akan kemampuan diri sendiri yang membuat siswa-siswi
memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik dibandingkan
prestasi sebelumnya atau prestasi orang lain.
Secara ringkas, uraian konseptual mengenai keterkaitan dukungan peer
group dengan motivasi berprestasi dapat dilihat dalam skema berikut ini :
Guru
Teman
Dukungan peer group: - Emosional - Penghargaan - Informasi - Instrumental
Sekolah Keluarga
Lingkungan masyarakat
Faktor Eksternal
Motivasi Berprestasi : - Motivasi Berprestasi - Facilitating Anxiety - Debilitating Anxiety
Siswa-Siswi SMU ‘X’
Faktor Internal: - Inteligensi - Penilaian akan
kemampuan diri
Skema 1.1 Skema Kerangka Pikir
(50)
1.5 Asumsi Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir di atas, peneliti
mengasumsikan :
1) Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
2) Dukungan peer group merupakan salah satu faktor eksternal penting yang
berperan dalam perkembangan motivasi berprestasi siswa-siswi SMA
3) Dukungan peer group yang dihayati siswa-siswi membuat siswa-siswi
memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri
4) Keyakinan akan kemampuan diri sendiri berpengaruh pada motivasi
berprestasi
1.6 Hipotesis Penelitian
Semakin kuat dukungan peer group yang dihayati oleh siswa-siswi, maka
semakin tinggi motivasi berprestasi siswa-siswi SMA “X”, Bandung.
(51)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai hubungan
antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”,
Bandung; dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif yang sangat rendah antara dukungan peer group
dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung. Artinya
tinggi rendahnya dukungan peer group kurang memiliki kaitan dan peranan
dengan tinggi rendahnya motivasi berprestasi, sehingga hubungan ini dapat
diabaikan.
2. Terdapat faktor dan dukungan dari pihak lain yang memiliki peranan
terhadap tinggi rendahnya motivasi berprestasi siswa-siswi. Berdasarkan
data penunjang dapat disimpulkan bahwa penghayatan diri, hubungan
dengan guru dan orang tua, serta kompetisi yang sehat dalam peer group
terkait dengan motivasi berprestasi.
3. Penghayatan siswa-siswi yang positif mengenai kemampuan diri
meningkatkan rasa percaya diri sehingga lebih termotivasi berprestasi lebih
baik dari yang pernah dicapainya.
4. Guru yang memiliki relasi dekat dengan siswa-siswi, pengharapan yang
positif, serta sikap dan tingkah laku yang mendukung siswa-siswi untuk
(52)
berprestasi menimbulkan rasa percaya diri pada siswa-siswi dalam
mengembangkan motivasi berprestasi.
5. Orang tua yang dekat dengan anak-anaknya dan memberikan dukungan
agar tidak cepat menyerah saat mengalami kegagalan dapat memberikan
rasa aman dan percaya diri pada siswa-siswi dalam mengembangkan
motivasi berprestasi.
6. Kompetisi secara sehat yang terdapat dalam peer group memunculkan rasa
ingin bersaing dalam diri siswa-siswi dan mampu memotivasi diri untuk
beprestasi lebih baik dibandingkan dengan prestasi yang diperoleh peer
group-nya.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :
1. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti hubungan antara
dukungan peer group dan motivasi berprestasi di luar bidang akademis;
serta meneliti hubungan antara motivasi berprestasi dengan variabel lainnya,
seperti dukungan guru, dukungan orangtua, dan penghayatan diri yang
positif.
2. Disarankan kepada siswa-siswi untuk dapat memiliki relasi yang dekat dan
hangat dengan guru, orang tua, dan teman sebaya sehingga dapat
memperoleh dukungan, masukan yang positif, dan dapat membantu
siswa-siswi dalam mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasi.
(53)
3. Bagi orang tua, disarankan untuk lebih memperhatikan prestasi akademik
anak-anaknya dengan memberikan dukungan berupa pujian, penghargaan,
dan semangat untuk tidak cepat menyerah dan puas dengan prestasi yang
dicapai, agar penghayatan yang cukup positif dengan adanya dukungan
orang tua dapat membantu anak-anaknya dalam mengembangkan dan
meningkatkan motivasi berprestasi.
4. Disarankan kepada guru untuk lebih memberikan pengarahan dalam hal
belajar, membantu anak didiknya untuk menguasai pelajaran, serta memberi
feedback terhadap hasil akademik agar dapat membantu siswa-siswi
meningkatkan dan mengembangkan motivasi berprestasi.
(54)
DAFTAR PUSTAKA
Dacey, John. & Kenny, Maureen., 1997. Adolescent Development, Second edition, USA: Times Mirror Higher Education Group, Inc.
Hoffman, Lois., Paris, Scott., Hall, Elizabeth., 1994, Development Psychology Today, Sixth edition, USA: McGraw-Hill, Inc.
Hurlock, Elizabeth B., 1996, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga.
McClelland, David., 1953, The Achievement Motive, First edition, New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
Morgan, Clifford T., dkk, 1986, Introduction to Psychology, Singapore: Mc Graw-Hill Book Co.
Muuss, Rolf E., 1990, Adolescent Behavior and Society: A book of readings, Fourth edition, Singapore : Mc.Graw-Hill Book,Co.
Rice, Philip., 1999, The Adolescent: Development, Relations and Culture, Ninth edition, Boston: Allyn & Bacon.
Santrock, John W., 1998, Adolescence, Seventh edition, USA: McGraw-Hill Companies.
---2003, Adolescence: Perkembangan Remaja, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Erlangga
Sarafino, Edward P., 1990, Health Psychology, Biopsychosocial Interactions, New York: Jhon Willey & son’s ltd.
Shaffer, David R., 1994, Social and Personality Development, Third edition, California: Brooks/Cole Publishing Company.
Sitepu, Nirwana., 1995, Analisa Korelasi, Bandung : Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran.
Slavin, Robert E., 1991, Educational Psychology: Theory Into Practice, Third edition, USA: Prentice-Hall, Inc.
Sumantri, Suryana., 1995, Motivatie en Prestatie: Test Hermans (Revisi), Bandung: Fakultas Psikologi Jurusan Industri & Organisasi, Universitas Padjadjaran.
Vaux, Alan., 1988, Social Support: Theory, Research, and Intervention, New York: Praeger Publishers.
(55)
DAFTAR RUJUKAN
Skripsi, 2002. Hubungan antara Kemandirian dan Motif Berprestasi Pada Mahasiswa Fakultas “X” Universitas “Y” yang indekos di Kotamadya Bandung. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Swara, edisi 9 September 1999, Kebutuhan Otonomi Vs Perilaku Nekat Remaja..!, Sawitri Supardi.
Swara, edisi 9 September 1999, Mengenal Remaja Bermasalah, Sawitri Supardi.
(1)
1.5 Asumsi Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir di atas, peneliti
mengasumsikan :
1) Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
2) Dukungan peer group merupakan salah satu faktor eksternal penting yang
berperan dalam perkembangan motivasi berprestasi siswa-siswi SMA
3) Dukungan peer group yang dihayati siswa-siswi membuat siswa-siswi
memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri
4) Keyakinan akan kemampuan diri sendiri berpengaruh pada motivasi
berprestasi
1.6 Hipotesis Penelitian
Semakin kuat dukungan peer group yang dihayati oleh siswa-siswi, maka
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai hubungan
antara dukungan peer group dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”,
Bandung; dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif yang sangat rendah antara dukungan peer group
dan motivasi berprestasi pada siswa-siswi SMA “X”, Bandung. Artinya
tinggi rendahnya dukungan peer group kurang memiliki kaitan dan peranan
dengan tinggi rendahnya motivasi berprestasi, sehingga hubungan ini dapat
diabaikan.
2. Terdapat faktor dan dukungan dari pihak lain yang memiliki peranan
terhadap tinggi rendahnya motivasi berprestasi siswa-siswi. Berdasarkan
data penunjang dapat disimpulkan bahwa penghayatan diri, hubungan
dengan guru dan orang tua, serta kompetisi yang sehat dalam peer group
terkait dengan motivasi berprestasi.
3. Penghayatan siswa-siswi yang positif mengenai kemampuan diri
meningkatkan rasa percaya diri sehingga lebih termotivasi berprestasi lebih
baik dari yang pernah dicapainya.
4. Guru yang memiliki relasi dekat dengan siswa-siswi, pengharapan yang
(3)
berprestasi menimbulkan rasa percaya diri pada siswa-siswi dalam
mengembangkan motivasi berprestasi.
5. Orang tua yang dekat dengan anak-anaknya dan memberikan dukungan
agar tidak cepat menyerah saat mengalami kegagalan dapat memberikan
rasa aman dan percaya diri pada siswa-siswi dalam mengembangkan
motivasi berprestasi.
6. Kompetisi secara sehat yang terdapat dalam peer group memunculkan rasa
ingin bersaing dalam diri siswa-siswi dan mampu memotivasi diri untuk
beprestasi lebih baik dibandingkan dengan prestasi yang diperoleh peer
group-nya.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah :
1. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti hubungan antara
dukungan peer group dan motivasi berprestasi di luar bidang akademis;
serta meneliti hubungan antara motivasi berprestasi dengan variabel lainnya,
seperti dukungan guru, dukungan orangtua, dan penghayatan diri yang
positif.
2. Disarankan kepada siswa-siswi untuk dapat memiliki relasi yang dekat dan
hangat dengan guru, orang tua, dan teman sebaya sehingga dapat
memperoleh dukungan, masukan yang positif, dan dapat membantu
(4)
3. Bagi orang tua, disarankan untuk lebih memperhatikan prestasi akademik
anak-anaknya dengan memberikan dukungan berupa pujian, penghargaan,
dan semangat untuk tidak cepat menyerah dan puas dengan prestasi yang
dicapai, agar penghayatan yang cukup positif dengan adanya dukungan
orang tua dapat membantu anak-anaknya dalam mengembangkan dan
meningkatkan motivasi berprestasi.
4. Disarankan kepada guru untuk lebih memberikan pengarahan dalam hal
belajar, membantu anak didiknya untuk menguasai pelajaran, serta memberi
feedback terhadap hasil akademik agar dapat membantu siswa-siswi meningkatkan dan mengembangkan motivasi berprestasi.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Dacey, John. & Kenny, Maureen., 1997. Adolescent Development, Second edition, USA: Times Mirror Higher Education Group, Inc.
Hoffman, Lois., Paris, Scott., Hall, Elizabeth., 1994, Development Psychology Today, Sixth edition, USA: McGraw-Hill, Inc.
Hurlock, Elizabeth B., 1996, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga. McClelland, David., 1953, The Achievement Motive, First edition, New York:
Appleton-Century-Crofts, Inc.
Morgan, Clifford T., dkk, 1986, Introduction to Psychology, Singapore: Mc Graw-Hill Book Co.
Muuss, Rolf E., 1990, Adolescent Behavior and Society: A book of readings, Fourth edition, Singapore : Mc.Graw-Hill Book,Co.
Rice, Philip., 1999, The Adolescent: Development, Relations and Culture, Ninth edition, Boston: Allyn & Bacon.
Santrock, John W., 1998, Adolescence, Seventh edition, USA: McGraw-Hill Companies.
---2003, Adolescence: Perkembangan Remaja, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Erlangga
Sarafino, Edward P., 1990, Health Psychology, Biopsychosocial Interactions, New York: Jhon Willey & son’s ltd.
Shaffer, David R., 1994, Social and Personality Development, Third edition, California: Brooks/Cole Publishing Company.
Sitepu, Nirwana., 1995, Analisa Korelasi, Bandung : Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran.
Slavin, Robert E., 1991, Educational Psychology: Theory Into Practice, Third edition, USA: Prentice-Hall, Inc.
Sumantri, Suryana., 1995, Motivatie en Prestatie: Test Hermans (Revisi), Bandung: Fakultas Psikologi Jurusan Industri & Organisasi, Universitas Padjadjaran.
(6)
DAFTAR RUJUKAN
Skripsi, 2002. Hubungan antara Kemandirian dan Motif Berprestasi Pada Mahasiswa Fakultas “X” Universitas “Y” yang indekos di Kotamadya Bandung. Bandung : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Swara, edisi 9 September 1999, Kebutuhan Otonomi Vs Perilaku Nekat Remaja..!, Sawitri Supardi.