ANALISIS FASILITAS PARIWISATA OLAHRAGA DI KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI).

(1)

Analisis Fasilitas Pariwisata Olahraga Di Kampus Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI)

Oleh : Pagi Moch. Isro

054913

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah besarnya potensi pariwasata olahraga di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia dimana sarana prasarana olahraga di kampus, fasilitas perlengkapan olahraga yang memadai, dan gedung olahraga yang dimiliki, apabila dapat dikembangkan dan didayagunakan seoptimal mungkin dengan baik, maka bisa menjadi sumber pendapatan yang cukup besar bagi kampus dan universitas selain dari pendapatan umum lainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Analisis Miles dan Huberman kemudian hasil analisa tersebut dimasukkan ke dalam analisis SWOT.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa analisis fasilitas pariwisata olahraga di kampus UPI hendaknya dikembangkan secara umum sebagai berikut : memanfaatkan akses lokasi UPI yang strategis, mengoptimalisasikan potensi fasilitas yang dimiliki, memanfaatkan potensi pasar dan segmen yang beragam, pengembangan UPI sebagai kawasan pariwisata olahraga dan sebagai pusat pelatihan dan pendidikan atlet serta penyelenggara event olahraga.


(2)

ANALYSIS OF SPORTS TOURISM FACILITIES AT INDONESIAN UNIVERSITY OF EDUCATION (UPI)

PAGI MOCH ISRO 054913

ABSTRACT

The background of this research is the potential of sports tourism at campus UPI where college sports infrastructure, sports facilities are adequate, and the gymnasium has, if it can be optimally developed and utilized properly, it can be a source of considerable revenue to the campus and universities apart from other general revenues.

The method used in this research are Milles and Hubberman analysis techniques, then the results of the analysisnare included in the analysis SWOT.

Based on the results of research that analyzes sports facilities on campus UPI, tourism should be developed in general as follows: utilizing a strategic location access UPI, optimize the potential facilities, utilizing the potential of the various markets and segments, UPI as development of sports tourism and as a center for training and education of athletes and sports organizers.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR ………... i

UCAPAN TERIMAKASIH………... ii

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR TABEL………. vi

DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

C. Tujuan Penelitian………. 5

D E Manfaat Penelitian………... Kerangka Pemikiran... 5 6 BAB II. KAJIAN TEORI……….... 7

A. Pengertian Pariwisata………... 7

B. Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata………. 12

C. Pengertian Pengembangan Pariwisata……….... 14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……….. 18

A. Lokasi………... 18

B. Desain Penelitian………... 19

C. Alat Pengumpulan Data……….... 20


(4)

1.Teknik Analisis Miles dan Huberman……… 21

2.Analisis SWOT……….. 23

3.Matriks SWOT………. 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 29

A. Gambaran Umum Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)……….. 29

B. Analisis Fasilitas Pariwisata Olahraga UPI……….. 33

1. Fasilitas………. 33

1. Gelanggang Olahraga Bumi Siliwangi 33 2. Kolam Renang……….. 34

3. Stadion Sepak Bola dan Atletik……….. 35

4. Lapangan Softball……….... 36

5. Gedung Gymnasium……….... 37

6. Lapangan Tenis……….... 38

7. Sport Hall……….. 39

2. Manajemen……….. 40

3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal……… 41

a. Analisis SWOT... 41

b. Faktor Internal... 44

c. Faktor Eksternal... 47

BAB V. KESIMPULAN... 54

DAFTAR PUSTAKA... 60 DAFTAR RIWAYAT HIDUP...

LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 Identifikasi Faktor Internal... 42 TABEL 4.2 Identifikasi Faktor Eksternal... 43 TABEL 5.1 Matriks SWOT... 54


(6)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 Kerangka Pemikiran……….. 6

GAMBAR 3.1 Universitas Pendidikan Indonesia... 18

GAMBAR 3.2 Peta Posisi Kekuatan... 24

GAMBAR 3.3 Matriks SWOT……….. 26

GAMBAR 4.1 Kolam Renang……….. 34

GAMBAR 4.2 Stadion Sepak Bola dan Atletik……… 35

GAMBAR 4.3 Lapangan Softball………. 36

GAMBAR 4.4 Gedung Gymnasium………. 37

GAMBAR 4.5 Lapangan Tenis………. 38


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pariwisata dan olahraga merupakan dua disiplin ilmu yang dapat dipadukan sehingga memiliki kekuatan dan efek ganda bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu olahraga pariwisata saat ini mendapat perhatian besar baik dari pihak pemerintah, swasta, industri pariwisata, industri olahraga, akademisi maupun masyarakat luas. Hal ini menjadi sangat penting karena pengembangan pariwisata olahraga memerlukan sumberdaya manusia yang unggul dan handal dalam mendisain berbagai macam kegiatan olahraga sehingga menjadi atraksi wisata yang layak jual karena memiliki nilai-nilai ekonomi (economic values) dan mendatangkan keuntungan suatu negara atau daerah.

Pariwisata telah dikenal sejak dahulu dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu bertamasya. Sejalan dengan perkembangan dalam negeri, pariwisata dikembangkan dan diperkenalkan kepada masyarakat dalam rangka memupuk rasa cinta tanah air serta mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Industri kepariwisataan saat ini telah mengalami kemajuan yang pessat dan menjadi salah satu sektor penghasil devisa yang sangat besar dan potensial.


(8)

Kegiatan sektor pariwisata telah berkembang pesat selaras dengan perkembangan-perkembangan yang telah ada baik dari segi kehidupan sosial, ekonomi, tingkat pendidikan, serta alat transportasi dan sarana prasarana yang semakin maju. Ini tentunya menjadi peluang yang sangat besar bagi sektor lain seperti kampus atau universitas yang biasanya bergerak di bidang pendidikan untuk menggali dan memanfaatkan potensi yang ada, dikarenakan sifat dari pariwisata yang multidimensional.

Sedangkan olahraga sendiri merupakan kegiatan yang dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan, atau juga dilakukan dengan tujuan untuk prestasi. Pemerintah sendiri telah menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya manusia indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan. Yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan yang tinggi.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata dilakukan bukan hanya untuk kepentingan wisatawan mancanegara saja, namun juga untuk menggalakan kepentingan wisatawan dalam negeri. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata yang berupa


(9)

kekayaan alam yang indah, keragaman flora fauna, seni budaya, peninggalan sejarah, benda-benda purbakala serta kemajemukan budaya (Susanti, 2005).

Dewasa ini pariwisata dikemas dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk-produk pariwisata yang berkualitas dengan tujuan untuk menarik dan mendorong wisatawan untuk melakukan kegiatan berwisata. Adapun produk-produk wisata antara lain wisata alam, bahari, religi, seni&budaya, sejarah, serta olahraga, dan lain-lain. Salah satu jenis atau bentuk wisata yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah wisata olahraga.

Wisata olahraga merupakan suatu perjalanan orang/kelompok yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentua atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan olahraga itu sendiri. Jenis wisata ini bertujuan memenuhi kepuasan untuk melakukan kegiatan olahraga yang dsenangi seperti, berenang, sepak bola, tenis, softball, atletik, senam, panjat tebing, pencak silat, bola basket, bola voli, loncat indah, futsal, dan lain-lain. Wisata olahraga ini memiliki potensi keuntungan yang cukup besar apabila mampu dikembangkan dengan baik.

Potensi pariwasata olahraga di sebuah perguruan tinggi seperti, sarana prasarana olahraga di kampus, fasilitas perlengkapan olahraga yang memadai, dan gedung olahraga yang dimiliki, dan lain-lain, apabila dapat dikembangkan dan didayagunakan seoptimal mungkin dengan baik, maka bisa menjadi sumber


(10)

pendapatan yang cukup besar bagi kampus dan universitas selain dari pendapatan umum lainnya.

Berdasarkan perkembangan tersebut, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan modernisasi kampus baik dalam bentuk fasilitas-fasilitas pendidikan pada umumnya maupun kelengkapan sarana prasarana olahraga yang mumpuni, menjadi sebuah prasyarat untuk lebih mampu bersaing mencapai tujuan yang diharapkan demi terwujudnya universitas pelopor yang unggul.

Maka penulis sebagai mahasiswa yang mengambil bidang kepariwisataan Manajemen Resort Leisure (MRL) sangat mendukung modernisasi kampus UPI yang kental dengan karakter pendidikannya ini, dalam wujud mengembangkan pariwisata olahraga di lingkungan kampus UPI.

Sebagaiana dikemukakan oleh Marpaung (2002:4) bahwa: “kampus universitas merupakan atraksi wisata yang penting untuk olahraga, hiburan, dan konferensi juga pendidikan singkat.”

Bertolak dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis melakukan penelitian di kampus dengan judul :

“Analisis Fasilitas Pariwisata Olahraga Di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ”.


(11)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana analisis fasilitas untuk pariwisata olahraga di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fasilitas pariwisata olahraga di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi penulis, manfaat penulisan pada umumnya untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman mengenai pengembangan kepariwisataan. Khususnya untuk mengetahui potensi fasilitas kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk dikembangkan sebagai wisata olahraga di Kota Bandung.

2. Bagi pihak kampus, sebagai masukan dan tambahan kepada pihak-pihak terkait di kampus khususnya rektorat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk mendukung pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai wisata olahraga di Kota Bandung.


(12)

E. Kerangka Pemikiran

KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ANALISIS FASILITAS

Fasilitas Olahraga di Kampus UPI

1. Kolam Renang

2. Stadion Sepak Bola dan atletik 3. Lapangan Softball dan Tenis

4. Gedung Gymnasium dan Sport Hall 5.

ANALISIS SWOT

Faktor Internal Faktor Eksternal

Analisis Fasilitas Pariwisata Olahraga Di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi

Gambar 3.1 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Penelitian ini mengambil lokasi objek Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Bumi Siliwangi yang berada di Jalan Dr. Setiabudi No. 229 Bandung 40154. Kampus UPI merupakan kampus pelopor dan unggul yang berada di kawasan Bandung Utara, di Kota Bandung. Selain kampus UPI menjadi salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia yang selalu banyak di minati calon mahasiswa, kampus UPI juga memiliki nilai historis yang tinggi sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara.


(14)

B.Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitik. Arti deskriptif analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada objek yang diteliti secara obyektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paparan, uraian terhadap suatu kasus yang sedang diteliti.

Dengan mengetahui paparan ini maka diharapkan peneliti dapat menganalisis dan memecahkan suatu masalah secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang didapat di suatu daerah tertentu. Penelitian deskrptif ini mempunyai ciri-ciri yaitu untuk membuat suatu keterangan dan paparan terhadap suatu situasi atau kejadian tertentu. Menurut Sugiyono (2006:21) penelitian (statistika) deskriptif adalah statistika yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Jadi pada penelitian deskriptif hanya merupakan akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata, tidak perlu mencari hubungan korelasi, hubungan sebab akibat dan tidak perlu mencari hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap suatu penelitian.


(15)

C.Alat Pengumpulan Data

Tahapan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1. Observasi

Dengan observasi lapangan peneliti secara langsung akan mendapat data primer dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sisitematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.

2. Studi kepustakaan/literatur

Studi literatur digunakan untuk mendukung permasalahan penelitian yaitu dengan cara mencari buku-buku dan data-data, baik itu dari lembaga maupun dari sumber lain.

3. Studi dokumentasi

Dilakukan untuk melengkapi data dalam menganalisis masalah yang sedang diteliti dengan jalan mencari informasi dari dokumen yang diperlukan dalam mendukung penelitian ini baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Data tersebut bisa berupa foto atau dokumen lainnya.

4. Survei melalui jaringan komputer atau internet.

Survei ini dijalankan melalui jaringan komputer atau internet, cara ini menghilangkan batas geografis dan kendala waktu dalam pelaksanaan survei.


(16)

D.Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Miles dan Huberman

Analisis data secara kualitattif dilakukan saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, hingga diperoleh data yang kredibel.

Menurut Miles and Huberman (1984), bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data tersebut antara lain:

a. Data Reduction (Reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih


(17)

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumulan data selanjutnyaa, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Data Display (Penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hhubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion Drawing (verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(18)

Setelah analisis dengan metode Miles and Huberman dilakukan, barulah kemudian hasil analisa tersebut dimasukkan ke dalam analisis SWOT.

2. Analisis SWOT

Menurut Sondang P. Siagian (1998:172) dimana dikutip dari Nizwan Zukhri (2009) bahwa metode SWOT adalah merupakan akronim untuk kata Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman).

Dari pengertian SWOT tersebut akan dijelaskan satu persatu (Yoeti, 1996:133) yaitu:

1. Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata. Dengan mengetahui kekuatan, pariwisata dapat dikembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya.

2. Kelemahan (Weakness), yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi pariwisata.

3. Kesempatan (Opportunties), yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap memberi peluang bagi pariwisata untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang.


(19)

4. Ancaman (Threats), yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti Peraturan Pemerintah yang tidak memberikan kemudahan berusaha, rusaknya lingkungan, penularan penyakit Aids, meningkatnya pelacuran atau gejolak sosial sebagai akibat mahalnya dan persaingan tour operator asing yang lebih professional.

Analisis pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisa SWOT (Strength / Kekuatan, Weakness / Kelemahan, Opportunities / Peluang, dan Treaths/Ancaman), analisis ini di kembangkan oleh Fredi Rangkuti yang secara prinsip akan memberikan arahan, kebijakan yang baik melalui sinergitas faktor internal dan eksternal yang dimiliki. Analisa ini menggunakan data kualitatif ataupun deskriptif.

Kelemahan Internal

Berbagai Peluang

Kekuatan Internal

1. Mendukung Strategi Turn-Arround

2. Mendukung Strategi Diversifikasi 3. Mendukung

Strategi Agresif

4. Mendukung Strategi Detensif


(20)

Gambar 3.2 Peta Posisi Kekuatan

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan wisata tersebut. memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapakan dalam kondisi seperti ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran 2 : Meskipun mengahadapai berbagai ancaman, wisata ini memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus ditetapkan adalah menggunakan kekutan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadaran 3 : Suatu tempat wisata menghadapai peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena menghadapi beberapa ancaman dan kelemahan internal.

3. Matriks SWOT

Dalam pengolahan data yang kedua, menggunakan matriks SWOT.

Strenghs, Weakness, Opportunities, dan Threats (SWOT) merupakan perangkat


(21)

Faktor Internal

Faktor eksternal

Kekuatan (strengths)

Kelemahan (weakneses)

Peluang (opportunities) Strategi SO Strategi WO

Ancaman (threats) Strategi ST Strategi WT

Sumber: Manajemen strategis tahun 2003

Gambar 3.3 Matriks SWOT

1. Strategi SO ( Strengths-Opportunities)

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Semua maneger menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat dipakai untuk penilaian trend dan peristiwa eksternal.


(22)

Organisasi umumnya akan menjalankan strategi WO, ST atau WT supaya mereka dapat masuk ke dalam situasi di mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Jika perusahaan mempunyai kelemahan besar, perusahaan akan berusaha keras untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Kalau menghadapi ancaman besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindari agar dapat memusatkan perhatian pada peluang.

2. Strategi WO (Weakneses-Threats)

Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang peluang eksternal yang besar ada, tetapi kelamahan internal sebuah perusahaan membuatnya tidak mampu memanfaatkan peluang tersebut. Strategi WO alternative adalah mempekerjakan dan melatih orang untuk memiliki kemampuan teknis yang diperlukan.

3.Strategi ST (Strenghts-Threats)

Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat selalu menghadapi ancaman frontal dalm lingkungan eksternal.


(23)

4.Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Strategi WT atau strategi kelemahan–ancaman merupakan taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang dihadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal, sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya, faktanya, atau melakukan merger, rasionalisasi, menyatakan pailit atau memilih dilikuidasi.


(24)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Universitas Pendidikan Indonesia didirikan pada tanggal 20 Oktober 1954 di Bandung, diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran Mr. Muhammad Yamin. Semula bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), didirikan dengan latar belakang sejarah pertumbuhan bangsa, yang menyadari bahwa upaya mendidik dan mencerdaskan bangsa merupakan bagian penting dalam mengisi kemerdekaan. Beberapa alasan didirikannya PTPG antara lain: Pertama, setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, bangsa Indonesia sangat haus pendidikan. Kedua, perlunya disiapkan guru yang bermutu dan bertaraf universitas untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang akan merintis terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

Gedung utama UPI bermula dari puing sebuah villa yang bernama Villa Isola, merupakan gedung bekas peninggalan masa sebelum Perang Dunia II. (Pada masa perjuangan melawan penjajah, gedung ini pernah dijadikan markas para pejuang kemerdekaan). Puing puing itu dibangun kembali dan kemudian


(25)

menjelma menjadi sebuah gedung bernama Bumi Siliwangi yang megah dengan gaya arsitekturnya yang asli.

Di sinilah untuk pertama kalinya para pemuda mendapat gemblengan pendidikan guru pada tingkat universitas, sebagai realisasi Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia (Nomor 35742 tanggal 1 September 1954 tentang pendirian PTPG/Perguruan Tinggi Pendidikan Guru).

Sejalan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 40718/S pada waktu itu, yang menyatakan bahwa PTPG dapat berdiri sendiri menjadi perguruan tinggi atau perguruan tinggi dalam universitas, maka seiring dengan berdirinya Universitas Padjadjaran (UNPAD), pada tanggal 25 November 1958 PTPG diintegrasikan menjadi fakultas utama Universitas Padjadjaran dengan nama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Untuk memantapkan sistem pengadaan tenaga guru dan tenaga kependidikan, berbagai kursus yang ada pada waktu itu, yaitu pendidikan guru B I dan B II, diintegrasikan ke dalam FKIP melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 1961. Selanjutnya FKIP berkembang menjadi FKIP A dan FKIP B. Pada saat yang sama, berdiri pula Institut Pendidikan Guru (IPG), yang mengakibatkan adanya dualisme dalam lembaga pendidikan guru. Untuk menghilangkan dualisme tersebut, pada tanggal


(26)

1 Mei 1963 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 1 tahun 1963, yang melebur FKIP dan IPG menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sebagai satu satunya lembaga pendidikan guru tingkat universitas. FKIP A/FKIP B dan IPG yang ada di Bandung akhirnya menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung (IKIP Bandung).

IKIP Bandung saat itu telah memiliki lima fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta, dan Fakultas Keguruan Ilmu Teknik. Kebutuhan akan tenaga guru kian mendesak, demikian pula tumbuhnya hasrat untuk meningkatkan dan memeratakan kemampuan para guru. Hal ini mendorong IKIP Bandung membuka ekstension, antara tahun 1967 1970 IKIP Bandung membuka ekstension di hampir seluruh kabupaten di Jawa Barat.

Peranan IKIP Bandung di tingkat nasional semakin menonjol, setelah pemerintah menetapkan bahwa IKIP Bandung menjadi IKIP Pembina yang diserahi tugas membina beberapa IKIP di luar Pulau Jawa, yaitu IKIP Bandung Cabang Banda Aceh, Palembang, Palangkaraya, dan Banjarmasin. Sesuai dengan kebijaksanaan Departemen P dan K, pada awal tahun 1970 an, secara bertahap ekstension tersebut ditutup dan cabang cabang IKIP di daerah menjadi fakultas di lingkungan universitas di daerah masing masing.


(27)

Untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar, pada tahun 1970 IKIP Bandung membuka program Pos Doktoral melalui pembentukan Lembaga Pendidikan Pos Doktoral (LPPD) PPS yang mengelola Program S2 dan S3. Pada tahun 1976 LPPD diubah namanya menjadi Sekolah Pasca Sarjana, pada tahun 1981 berubah menjadi Fakultas Pasca Sarjana dan tahun 1991 menjadi Program Pascasarjana (PPS).

Penataan program pendidikan tinggi yang dilakukan oleh pemerintah dengan menerapkan multiprogram dan multistrata, ditindaklanjuti IKIP Bandung dengan membuka Program Diploma Kependidikan. Untuk meningkatkan kualifikasi guru SD menjadi lulusan D II, tahun ajaran 1990/ 1991, diselenggarakan Program D II Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selain diselenggarakan di Kampus Bumi Siliwangi program ini juga diselenggarakan di Unit Pelaksana Program (UPP) pada beberapa sekolah eks SPG yang diintregarasikan ke IKIP. Guna meningkatkan kualifikasi Guru Taman Kanak-kanak atau play group pada tahun 1996/1997 IKIP Bandung membuka Program D II PGTK.

Seiring dengan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan tinggi yang memberikan perluasan mandat bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang harus mampu mengikuti tuntutan perubahan serta mengantisipasi segala kemungkinan dimasa datang , IKIP Bandung diubah menjadi Universitas


(28)

Pendidikan Indonesia melalui Keputusan Presiden RI No. 124 tahun 1999 tertanggal 7 Oktober 1999.

Pengembangan dan peningkatan UPI tidak saja berorientasi pada bidang akademik, tetapi juga dalam berbagai bidang, termasuk pemantapan konsep dan rencana pembangunannya. Melalui bantuan Islamic Development Bank (IDB) tengah merancang dan menata pembangunan gedung kampus yang megah, modern dan representatif sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar. Bermodalkan kemampuan yang dimiliki Universitas Pendidikan Indonesia bertekad menjadikan lembaga pendidikan ini terdepan dan menjadi Universitas Pelopor dan Unggul ( Leading and Outstanding University).

B. Analisis Fasilitas Pariwisata Olahraga UPI

1. Fasilitas

1. Gelanggang Olahraga Bumi Siliwangi UPI

Gelanggang Olahraga Bumi Siliwangi UPI terletak di dalam kampus UPI daerah Bandung Utara dengan luas sekitar 10 hektar, suasana sejuk, nyaman dan aman, sangat cocok untuk berolahraga atau berwisata bersama keluarga. Gelanggang olahraga ini dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memberikan kepuasan bagi para pelanggan/pengguna. Inilah satu-satunya sarana olahraga terpadu paling


(29)

ditunjang oleh sarana akomodasi training centre sekelas hotel bintang tiga, aula dengan banyak tempat dan daya tampung berbeda, dan berada dalam lingkungan pendidikan paling kondusif – yaitu kampus yang edukatif, ilmiah dan religius.

2. Kolam Renang


(30)

Sebuah Kolam Renang dengan ukuran lintasan standard internasional, yang memungkinkan di UPI diselenggarakan kejuaraan renang tingkat internasional. Di samping tersedianya fasilitas kolam untuk pertandingan, kolam renang UPI pun dilengkapi sarana kolam untuk rekreasi dan pembelajaran renang anak-anak, di samping didukung juga oleh fasilitas kolam dan tiang untuk Loncat Indah (Diving). Beberapa kolam yang ada, antara lain yaitu kolam renang prestasi standard internasional, kolam dangkal dengan water boom, dan kolam untuk loncat indah. Tersedia pula tempat bilas, tempat ganti pakaian putera/puteri, kantin, dan tribun untuk duduk-duduk rileks atau untuk menonton perlombaan.


(31)

4.2 Gambar Stadion Sepak Bola dan Atletik

Sebuah Stadion Sepak Bola dan Atletik, yang dilengkapi dengan sistem drainase yang canggih, sehingga memungkinkan pemeliharaan rumput di lapangan utama dilakukan dengan baik, sehingga selalu layak untuk menjadi tempat pertandingan sepak bola tingkat internasional sekalipun. Tribun utama dan penunjangnya, sementara diperkirakan dapat menampung sekitar 5000-an penonton. Ke depan, kapasitas tempat duduk ini diharapkan dapat semakin ditingkatkan, sehingga kapasitasnya semakin bertambah secara proporsional. Lapang sepak bola dengan kualitas standar internasional ini dapat digunakan oleh klub tetap atau insidental pagi, siang atau sore. Tersedia ruang ganti pakaian untuk dua tim, kamar kecil, tempat mandi, tribun, parkir yang cukup luas, serta ruang kantor manajer stadion.

Lintasan lari atau atletik sangat cocok digunakan untuk memelihara kebugaran dengan melakukan olahraga jalan atau jogging. Keliling


(32)

lintasan sepanjang 400 meter menggunakan tanda-tanda ukuran setiap 10 meter pada tembok di samping jalur lari. Tersedia pula tabel kebugaran yang yang dipampang di samping lapangan untuk masing-masing kelompok usia. Bagi para pengguna dapat langsung mengetahui tingkat kebugarannya setelah melakukan lari atau jalan.

4. Lapangan Softball

4.3 Gambar Lapangan Softball

Terletak di samping gedung gymnasium dengan standard internasional. Lapangan ini dilengkapi dengan kamar kecil, kamar ganti pakaian, ruang tunggu, dan tribun untuk penonton dengan jumlah terbatas.


(33)

5. Gedung Gymnasium

4.4 Gambar Gedung Gymnasium

Gedung ini luasnya kira-kira 2 kali lapang basket, dapat digunakan untuk bola basket, bola voli, futsal, seminar atau konferensi dengan jumlah peserta 1000-10.000 orang. Gymnasium ini didukung oleh kapasitas tempat duduk sekitar 5000-an penonton, sehingga layak dan pantas untuk menjadi tempat berlangsungnya kejuaraan tingkat nasional bahkan internasional. Lantainya dilapisi karpet sintetik, yang memungkinkan digunakan untuk berbagai keperluan dan memberikan


(34)

tingkat keselamatan yang tinggi, tetapi konsekuensinya memerlukan pemeliharaan ekstra hati-hati agar tidak mudah aus dan rusak. Juga tersedia ruangan-ruangan sebesar ruangan kelas untuk kuliah, pelatihan, penataran, diklat dan sejenisnya. Tersedia ruang ganti pakaian putera dan puteri, kamar kecil, kantin, dan tribun untuk penonton.

6. Lapangan Tenis

4.5 Gambar Lapangan Tenis

Sebuah Fasilitas Tenis Court Indoor dengan kapasitas 4 lapangan tenis, yang dilengkapi pula dengan fasilitas mini-tribun yang nyaman untuk pertandingan maupun turnamen skala nasional. Tenis court inipun


(35)

jadi bagian dari fasilitas yang dikelola oleh Gelanggang Olahraga, sehingga selama ini pemeliharaannya dikelola secara semi-profesional Dapat digunakan dari sesi pagi, siang, dan sore hari. Lapangan tenis ini dilengkapi dengan kamar kecil, kamar ganti pakaian, ruang tunggu, tribun dan ruang kantor.

7. Sport Hall


(36)

Sebuah Gedung Serbaguna (Sport-Hall) dengan luas setara 12 lapangan badminton, di mana di dalamnya juga dapat dibesut secara cepat sekitar empat buah lapangan tenis. Dalam sport-hall ini pun disediakan dua buah lapang squash, yang dapat juga digunakan untuk pertandingan. Gedung ini dilengkapi dengan WC, tempat ganti pakaian, tempat tunggu, kantin, dan tribun untuk penonton. Di depan sporthall

dibuat“golfdrivingrange“.

Fasilitas yang disediakan terpadu dan tidak dimiliki pihak lain, selain sarana olahraga yang lengkap antara lain akomodasi hotel dengan

management system yang berada dalam satu lokasi dalam kampus

Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Manajemen

Drs. Ridwan El Hariri, M.M. : Manajer Utama Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd. : Pemasaran

Drs. Nuryadi, M.Pd : Administrasi dan Keuangan Drs. Boyke Mulyana, M.Pd. : Kolam Renang


(37)

Drs. Yoyo Bahagia : Stadion Sepak Bola dan Atletik Drs. Aming Supriatna, M.Pd. : Gedung Gymnasium

Drs. Enjang Rahmat : Lapang Bulutangkis Drs. Bambang A. J., M.Pd. : Lapang Tenis Drs. Dian Budiana, M.Pd. : Lapang Softball Drs. Satriya : Sporthall

3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Menggunakan Analisis SWOT

a. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Sthrengths) dan peluang (Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Jadi, kesimpulannya analisis SWOT bertujuaan untuk membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan Ancaman dengan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan. Sebelum melakukan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu menentukan identifikasi faktor Internal dan faktor Eksternal.


(38)

Identifikasi faktor-faktor Internal dan Eksternal dalam Tabel sebagai berikut: Tabel 4.1

Identifikasi Faktor Internal

Faktor Internal

Strengths Weaknesses

S1 Lokasi yang strategis W1 Pemanfaatan kurang optimal S2 Sarana olahraga yang lengkap

dan memadai

W2 Kerusakan akibat perawatan kurang baik

S3 Kawasan olahraga terpadu W3 Pengelolaan belum sepenuhnya profesional

S4 Lingkungan yang kondusif W4 Kurangnya kegiatan olahraga yang bertema pariwisata S5 Kualitas standar internasional W5 Persepsi negatif civitas

akademika atas komersialisasi fasilitas kampus


(39)

Tabel 4.2

Identifikasi Faktor Eksternal

Faktor Eksternal

Opportunities Threats

O1 Potensi pangsa pasar yang cukup besar

T1 Persaingan dari universitas yang memiliki fasilitas sejenis

O2 Segmen pasar yang beragam T2 Pandangan negatif masyarakat terhadap usaha pariwisata di kampus

O3 Tanggapan positif masyarakat terhadap UPI.

T3 Rendahnya tingkat kunjungan masyarakat

O4 Sebagai kawasan pariwisata olahraga terpadu

T4 Ancaman dari tempat wisata yang letaknya berdekatan dengan kampus UPI O5 Pusat pelatihan atlet yang

berprestasi

T5 Kepadatan lalu lintas di sekitar UPI


(40)

b. Faktor Internal Strength (S)

Merupakan faktor kekuatan dalam lingkungan Internal. Adapaun identifikasi faktor kekuatannya adalah sebagai berikut:

1. Lokasi yang strategis.

Lokasi kampus UPI yang tidak jauh dari pusat kota memudahkan masyarakat yang ingin datang atau berkunjung dan berwisata ke UPI untuk menikmati fasilitas fasilitas wisata olahraga yang ada di waktu senggang atau di hari libur dan akhir pekan bersama keluarga.

2. Sarana olahraga yang lengkap dan memadai.

UPI merupakan salah satu universitas yang memiliki sarana baik untuk berolahraga maupun berwisata yang terlengkap, sangat memadai, dan terbaik di wilayah Bandung dan Jawa Barat.

3. Kawasan olahraga terpadu.

Berbagai fasilitas yang ada terletak dalam satu area atau kawasan yang saling berdekatan dengan ditunjang sarana pendukung lainnya seperti hotel bintang tiga, aula dengan banyak tempat dan daya tampung berbeda,dll menjadikan UPI sebagai kampus dengan


(41)

kawasan olahraga terpadu dan terintegrasi yang potensial untuk pengembangan pariwisata olahraga kedepannya.

4. Lingkungan yang kondusif.

Suasana yang sejuk, aman, dan nyaman serta lingkungan kampus yang edukatif, ilmiah, dan religius semakin memberikan nilai tambah kepada UPI sebagai daerah tujuan untuk berolahraga maupun berwisata bersama keluarga.

5. Kualitas standar internasional

Sebagian besar fasilitas yang ada telah berstandar internasional, seperti gymnasium, sport hall, tennis court, kolam renang, stadion sepakbola,dll. Tentunya dengan standarisasi seperti ini dan bangunan baru serta renovasi beberapa fasilitas yang sudah ada, menjadi jaminan kualitas yang terbaik.

Weaknesses (W)

Merupakan faktor kelemahan dalam lingkungan internal. Adapun identifikasi faktor kelemahannya adalah sebagai berikut:

1. Pemanfaatan kurang optimal.

Sayangnya berbagai kelengkapan fasilitas yang ada, kurang dapat dimanfaatkan secara baik dan optimal, baik oleh mahasiswa maupun


(42)

masyarakat. Sehingga beberapa fasilitas terlihat sepi dan kosong, hanya petugas kebersihan yang membersihkan setiap hari, seperti tennis court indoor, lapangan bola di stadion,dll.

2. Kerusakan akibat perawatan yang kurang baik

Perawatan rutin dari pengelola fasilitas atau pihak kampus sebenarnya sudah cukup baik, namun yang patut disayangkan masih terlihat beberapa kerusakan kecil di beberapa fasilitas akibat perawatan yang kurang terjaga. Seperti beberapa kerusakan di toilet, ruang ganti,dll. Mengingat ini adalah fasilitas milik bersama, sehingga beberapa kerusakan kecil pun harus diperhatikan karena akan mengganggu kenyamanan pengunjung lainnya.

3. Pengelolaan belum sepenuhnya profesional.

Pengelolaan fasilitas sebagian besar dikelola oleh internal pihak kampus UPI, sehingga terkadang profesionalitas pengelola belum sebaik swasta atau yang sudah profesional. Proses perizinan dan birokrasi yang berbelit menjadi kendala terbesar apabila ingin menggunakan fasilitas tesebut untuk event atau acara yang cukup besar.


(43)

4. Kurangnya kegiatan olahraga yang bertema pariwisata.

Rata rata kegiatan olahraga di kampus hanya mencangkup ruang lingkup yang sempit, seperti kontrak mata kuliah wajib olahraga, praktek untuk UTS atau UAS mata kuliah olahraga,dll. Sedangkan kegiatan olahraga yang bertema wisata atau pariwisata olahraga, masih dirasakan sangat kurang sekali. Sehingga kebutuhan olahraga dikampus masih berorientasi kepada nilai, bukan untuk tujuan berwisata atau berekreasi.

5. Persepsi negatif civitas akademika atas komersialisasi fasilitas kampus.

Masih banyaknya anggapan dari beberapa kalangan internal kampus seperti dosen, mahasiswa, organisasi kemahasiswaan,dll bahwa segala fasilitas yang ada dikampus seharusnya digratiskan bukan dikomersialisasikan (berbayar) baik untuk mahasiswa atau umum, sedikit banyaknya menghambat proses pengembangan pariwisata khususnya di bidang olahraga di lingkungan kampus UPI.

c. Faktor Eksternal Opportunities (O)

Merupakan faktor peluang yang ada di luar lingkungan. Adapun identifikasi faktor peluangnya adalah sebagai berikut:


(44)

1. Potensi pangsa pasar yang cukup besar.

Mahasiswa maupun masyarakat kita yang gemar berolahraga merupakan potensi pasar yang cukup besar dan potensial untuk mengembangkan pariwisata olahraga di kampus. Karena olahraga saat ini sudah menjadi gaya hidup dan kebutuhan di masyarakat modern sekarang, sehingga integrasi pariwisata dan olahraga akan menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat pengunjung dan mendatangkan keuntungan bagi pihak kampus.

2. Segmen pasar yang beragam.

Keuntungan dari pariwisata olahraga adalah segmentasinya yang beragam mencakup berbagai kalangan dan golongan tanpa adanya batasan usia, sehingga masyarakat dari kalangan bawah, menengah, hingga atas, bahkan anak-anak, remaja, dewasa, hingga kakek-kakek pun dapat menikmati kegiatan wisata sambil berolahraga ini. Karakternya yang universal mampu mencakup berbagai lapisan masyarakat, sehingga dapat menjangkau hampir semua lapisan masyarakat dan segmen pasar yang beragam.

3. Tanggapan positif masyarakat terhadap UPI.


(45)

image atau citra yang baik dan positif tersebut merupakan kondisi faktual atau refleksi dari situasi dan kondisi kampus UPI saat ini. Semakin baiknya tanggapan masyarakat, akan semakin memudahkan pengembangan kampus untuk pariwisata olahraga kedepannya, sehingga perubahan tersebut akan lebih mudah diterima oleh masyarakat.

4. Sebagai kawasan pariwisata olahraga terpadu.

Kampus UPI tidak hanya menjadi penyelenggara pendidikan tinggi saja, namun juga menyelenggarakan kegiatan kegiatan olahraga dan pariwisata. Berbagai fasilitas dan sarana pendukung yang dimiliki berada dalam satu kawasan kampus, menambah keaneka ragaman jenis kegiatan wisata olahraga yang bisa dilakukan atau diselenggarakan di kampus.

5. Pusat pelatihan atlet yang berprestasi

Selain dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan olahraga wisata atau rekreasi, fasilitas olahraga yang ada di kampus UPI dapat juga dimanfaatkan untuk kepentingan olahraga prestasi, seperti pemusatan latihan atlet atlet daerah maupun nasional menjelang kejuaraan tingkat daerah (PORDA), nasional (PON), maupun internasional (SEA GAMES / ASIAN GAMES).


(46)

Threats (T)

Merupakan faktor penghambat yang berada di luar lingkungan. Adapun identifikasi faktor penghambatnya adalah sebagai berikut:

1. Persaingan dari universitas yang memiliki fasilitas sejenis.

Pesaing utama Gelora Bumi Siliwangi milik UPI adalah Sasana Budaya Ganesha (SABUGA) milik ITB. Sabuga memiliki kelengkapan fasilitas olahraga dan standar fasilitas yang kurang lebih sama dengan fasilitas yang dimiliki Gelora Bumi Siliwangi UPI. Selain dari fasilitas, faktor kedekatan lokasi SABUGA yang berada di pusat kota menjadikan sarana olahraga ini lebih difavoritkan pengunjung untuk berwisata maupun berolahraga.

2. Pandangan negatif masyarakat terhadap usaha pariwisata di kampus.

Fungsi dan peranan kampus sebagai sentra pendidikan, terkadang memberikan tanggapan negatif di mata masyarakat apabila berniat atau berencana untuk mengembangkan usaha pariwisata apapun jenisnya termasuk pariwisata olahraga di dalam lingkungan kampus. Mengingat usaha pariwisata identik dengan sifatnya yang komersial, sehingga dikhawatirkan bergesernya orientasi kampus atau universitas dari pendidikan ke motif ekonomi.


(47)

3. Rendahnya tingkat kunjungan masyarakat.

Masih rendahnya kunjungan masyarakat untuk berwisata olahraga di kampus, bisa jadi dikarenakan kurangnya atau minimnya informasi yang didapat masyarakat tentang fasilitas-fasilitas olahraga yang ada dan kegiatan wisata olahraga apa saja yang dapat dilakukan di lingkungan kampus UPI. Kekurang-tahuan inilah yang menyebabkan tingkat kunjungan masyarakat untuk berolahraga dan berwisata masih terbilang rendah.

4. Ancaman dari tempat wisata yang letaknya berdekatan dengan kampus UPI.

Kawasan Bandung Utara yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata di kota bandung, memiliki puluhan tempat dan obyek wisata yang beragam, seperti Kampung Gajah, Rumah Sozis, Tangkuban Parahu, Desa Wisata Cihideung,dll. Maraknya tempat dan obyek wisata yang berada di kawasan ini menjadi ancaman tersendiri bagi keberlangsungan pariwisata olahraga di kampus UPI. Pelayanan yang lebih ramah dan keragaman obyek daya tarik wisata serta suasana yang nyaman dan asri, dapat menarik minat masyarakat untuk lebih memilih berlibur atau berwisata ke tempat-tempat tersebut daripada menghabiskan waktu untuk berolahraga wisata di lingkungan kampus UPI.


(48)

5. Kepadatan lalu lintas di sekitar UPI.

Kondisi jalan raya yang selalu padat hampir setiap hari bahkan kemacetan total di akhir pekan atau weekend, dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di UPI sebagai sarana berekreasi keluarga. Berbagai kelengkapan fasilitas yang ada pun menjadi sia-sia, jika pengunjung lebih banyak terbuang waktunya dijalan daripada menikmati liburannya dengan berwisata olahraga.


(49)

BAB V

KESIMPULAN

Olahraga dan pariwisata merupakan dua disiplin ilmu yang dapat dipadukan sehingga memiliki kekuatan dan efek ganda bagi kampus UPI. Oleh sebab itu olahraga pariwisata saat ini mendapat perhatian besar baik dari pihak pemerintah, swasta, industri olahraga, industri pariwisata, akademisi maupun masyarakat luas.

Sport Tourism atau Pariwisata untuk olahraga merupakan paradigma baru dalam

pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia.

Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata) yang saat ini berkembang pesat dan banyak diminati banyak kalangan. Akan tetapi salah satu kendala dalam mengembangkan pariwisata olahraga khususnya di lingkungan kampus UPI adalah ketersediaan fasilitas untuk menunjang kegiatan ini. Namun terkadang ketersediaan fasilitas yang ada tidak mampu dimanfaatkan dengan baik oleh pihak kampus untuk menunjang kegiatan pariwisata olahraga ini. Karena itu dilakukan analisis mendalam tentang fasilitas olahraga yang ada di UPI, sebagai perencanaan untuk pengembangan pariwisata olahraga di kampus ini.

Untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian yang ada, maka hasil analisis fasilitas akan diterjemahkan dalam matriks SWOT terlebih dahulu agar dapat diambil kesimpulan yang lebih dalam, sebagai berikut:


(50)

Tabel 5.1

Matriks SWOT Internal

Eksternal

Strengths (Kekuatan) 1. Lokasi yang strategis

2. Sarana olahraga yang lengkap dan memadai

3. Kawasan olahraga terpadu

4. Lingkungan yang kondusif

5. Kualitas standar internasional

Weakness (Kelemahan) 1. Pemanfaatan kurang

optimal

2. Kerusakan akibat perawatan kurang baik

3. Pengelolaan belum sepenuhnya professional

4. Kurangnya kegiatan olahraga yang bertema pariwisata

5. Persepsi negatif civitas

akademika atas

komersialisasi fasilitas kampus


(51)

Opportunities (peluang)

Strategi SO Strategi WO

1. Potensi pangsa pasar yang cukup besar

2. Segmen pasar yang beragam

3. Tanggapan positif masyarakat terhadap UPI

4. Sebagai kawasan pariwisata olahraga terpadu

5. Pusat pelatihan atlet yang berprestasi

1. Memanfaatkan akses lokasi upi yang strategis

2. Mengoptimalisasikan potensi fasilitas yang dimiliki

3. Memanfaatkan

potensi pasar dan segmen yang beragam

4. Mengembangkan UPI menjadi kawasan pariwisata olahraga

5. Memanfaatkan

kelengkapan fasilitas yang ada sebagai pusat pelatihan dan pendidikan atlet serta penyelenggaraan event olahraga.

1. Memaksimalkan pemanfaatan fasilitas 2. Merawat fasilitas

secara rutin dan berkala

3. Membenahi

manajemen agar lebih professional

4. Memperbanyak kegiatan pariwisata olahraga

5. Memberikan

penyuluhan atau seminar kepada civitas akademika 1.


(52)

Threats (Ancaman) Strategi ST : Strategi WT :

1. Persaingan dari universitas yang memiliki fasilitas sejenis

2. Pandangan negatif masyarakat terhadap usaha pariwisata di kampus

3. Rendahnya tingkat kunjungan masyarakat

4. Ancaman dari tempat wisata yang letaknya berdekatan dengan kampus UPI

5. Kepadatan lalu lintas di sekitar UPI

1. Meningkatkan daya saing kampus

2. Memberikan pengarahan dan informasi kepada masyarakat

3. Memberikan paket atau promosi olahraga wisata yang menarik

4. Meningkatkan kualitas pelayanan

5. Bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait

1. Memanfaatkan dan memaksimalkan potensi yang ada untuk menghadapi

persaingan

2. Mengelola dan merawat setiap fasilitas dengan baik agar kualitas tetap terjaga

3. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta dan professional

4. Mengadakan berbagai kegiatan pariwisata olahraga dan mengajak masyarakat tutut aktif berperan serta

5. Memperlebar ruas jalan untuk akses keluar-masuk UPI.


(53)

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis fasilitas pariwisata olahraga di kampus UPI hendaknya dikembangkan secara umum sebagai berikut :

1. Memanfaatkan akses lokasi UPI yang strategis.

Lokasi adalah faktor penting dalam sebuah keberhasilan usaha pariwisata selain faktor-faktor yang lain. Karena itu UPI seharusnya mampu memanfaatkan dengan baik lokasi strategis yang dimiliki untuk pengembangan pariwisata olahraga di kampus ke depannya.

2. Mengoptimalisasikan potensi fasilitas yang dimiliki.

Tidak semua kampus atau universitas memiliki kelengkapan fasilitas yang baik, terutama dalam pengembangan pariwisata di bidang olahraga. Fasilitas-fasilitas olahraga tersebut seyogyanya dapat dimanfaatkan dengan baik dan dioptimalisasikan semaksimal mungkin potensi fasilitas yang ada dan dimiliki.

3. Memanfaatkan potensi pasar dan segmen yang beragam.

Potensi pasar dan segmen yang beragam menjadi modal penting dalam mengembangkan pariwisata olahraga. Mengingat kelengkapan fasilitas sudah dimiliki kampus UPI, jadi pemanfaatan potensi pasar dan segmennya bisa menjadi keunggulan dan keberlangsungan pariwisata olahraga tersebut.


(54)

Berbagai fasilitas yang dimiliki dengan segala potensinya menjadi langkah awal untuk pengembangan UPI selanjutnya, tidak hanya sebagai kawasan pendidikan saja, namun merintis sebagai kawasan pariwisata olahraga di kampus.

5. Sebagai pusat pelatihan dan pendidikan atlet serta penyelenggara event olahraga.

Kelengkapan fasilitas yang ada berpotensi tidak hanya dikembangkan sebagai pariwisata olahraga, tetapi bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai pemusatan latihan maupun pendidikan atlet-atlet daerah maupun nasional. Sekaligus kampus UPI berkesempatan menjadi penyelenggara event-event olahraga skala daerah, nasional, maupun internasional untuk semakin mengenalkan aktivitas pariwisata olahraga di kampus.

Demikianlah kesimpulan yang dapat dijelaskan dalam menganalisis potensi fasilitas olahraga yang dimiliki kampus UPI agar kedepannya dapat dikembangkan lagi sebagai kawasan pariwisata olahraga yang berisi berbagai kegiatan maupun aktivitas olahraga baik olahraga rekreasi, prestasi, pendidikan, maupun kesehatan. Semoga kedepannya UPI tidak hanya dikenal masyarakat luas sebagai sentra pendidikan dan guru, namun juga dikenal luas sebagai sentra olahraga dan pariwisata di kota Bandung, Jawa Barat, dan seluruh Indonesia.


(1)

BAB V

KESIMPULAN

Olahraga dan pariwisata merupakan dua disiplin ilmu yang dapat dipadukan sehingga memiliki kekuatan dan efek ganda bagi kampus UPI. Oleh sebab itu olahraga pariwisata saat ini mendapat perhatian besar baik dari pihak pemerintah, swasta, industri olahraga, industri pariwisata, akademisi maupun masyarakat luas.

Sport Tourism atau Pariwisata untuk olahraga merupakan paradigma baru dalam

pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia.

Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata) yang saat ini berkembang pesat dan banyak diminati banyak kalangan. Akan tetapi salah satu kendala dalam mengembangkan pariwisata olahraga khususnya di lingkungan kampus UPI adalah ketersediaan fasilitas untuk menunjang kegiatan ini. Namun terkadang ketersediaan fasilitas yang ada tidak mampu dimanfaatkan dengan baik oleh pihak kampus untuk menunjang kegiatan pariwisata olahraga ini. Karena itu dilakukan analisis mendalam tentang fasilitas olahraga yang ada di UPI, sebagai perencanaan untuk pengembangan pariwisata olahraga di kampus ini.

Untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian yang ada, maka hasil analisis fasilitas akan diterjemahkan dalam matriks SWOT terlebih dahulu agar dapat diambil kesimpulan yang lebih dalam, sebagai berikut:


(2)

Tabel 5.1

Matriks SWOT

Internal Strengths (Kekuatan)

1. Lokasi yang strategis

2. Sarana olahraga yang lengkap dan memadai

3. Kawasan olahraga terpadu

4. Lingkungan yang

kondusif

5. Kualitas standar internasional

Weakness (Kelemahan)

1. Pemanfaatan kurang optimal

2. Kerusakan akibat

perawatan kurang baik

3. Pengelolaan belum

sepenuhnya professional

4. Kurangnya kegiatan olahraga yang bertema pariwisata

5. Persepsi negatif civitas

akademika atas

komersialisasi fasilitas kampus


(3)

Opportunities (peluang)

Strategi SO Strategi WO

1. Potensi pangsa pasar yang cukup besar

2. Segmen pasar yang beragam

3. Tanggapan positif masyarakat terhadap UPI

4. Sebagai kawasan pariwisata olahraga terpadu

5. Pusat pelatihan atlet yang berprestasi

1. Memanfaatkan akses lokasi upi yang strategis

2. Mengoptimalisasikan potensi fasilitas yang dimiliki

3. Memanfaatkan

potensi pasar dan segmen yang beragam

4. Mengembangkan UPI menjadi kawasan pariwisata olahraga

5. Memanfaatkan

kelengkapan fasilitas yang ada sebagai pusat pelatihan dan pendidikan atlet serta penyelenggaraan event olahraga.

1. Memaksimalkan pemanfaatan fasilitas

2. Merawat fasilitas secara rutin dan berkala

3. Membenahi

manajemen agar

lebih professional

4. Memperbanyak kegiatan pariwisata olahraga

5. Memberikan

penyuluhan atau

seminar kepada

civitas akademika 1.


(4)

Threats (Ancaman) Strategi ST : Strategi WT :

1. Persaingan dari

universitas yang memiliki fasilitas sejenis

2. Pandangan negatif masyarakat terhadap usaha pariwisata di kampus

3. Rendahnya tingkat kunjungan masyarakat

4. Ancaman dari tempat wisata yang letaknya berdekatan dengan kampus UPI

5. Kepadatan lalu lintas di sekitar UPI

1. Meningkatkan daya saing kampus

2. Memberikan pengarahan dan informasi kepada masyarakat

3. Memberikan paket atau promosi olahraga wisata yang menarik

4. Meningkatkan kualitas pelayanan

5. Bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait

1. Memanfaatkan dan memaksimalkan potensi yang ada untuk menghadapi

persaingan

2. Mengelola dan merawat setiap fasilitas dengan baik agar kualitas tetap terjaga

3. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta dan professional

4. Mengadakan berbagai kegiatan pariwisata olahraga dan mengajak masyarakat tutut aktif berperan serta

5. Memperlebar ruas jalan untuk akses keluar-masuk UPI.


(5)

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis fasilitas pariwisata olahraga di kampus UPI hendaknya dikembangkan secara umum sebagai berikut :

1. Memanfaatkan akses lokasi UPI yang strategis.

Lokasi adalah faktor penting dalam sebuah keberhasilan usaha pariwisata selain faktor-faktor yang lain. Karena itu UPI seharusnya mampu memanfaatkan dengan baik lokasi strategis yang dimiliki untuk pengembangan pariwisata olahraga di kampus ke depannya.

2. Mengoptimalisasikan potensi fasilitas yang dimiliki.

Tidak semua kampus atau universitas memiliki kelengkapan fasilitas yang baik, terutama dalam pengembangan pariwisata di bidang olahraga. Fasilitas-fasilitas olahraga tersebut seyogyanya dapat dimanfaatkan dengan baik dan dioptimalisasikan semaksimal mungkin potensi fasilitas yang ada dan dimiliki.

3. Memanfaatkan potensi pasar dan segmen yang beragam.

Potensi pasar dan segmen yang beragam menjadi modal penting dalam mengembangkan pariwisata olahraga. Mengingat kelengkapan fasilitas sudah dimiliki kampus UPI, jadi pemanfaatan potensi pasar dan segmennya bisa menjadi keunggulan dan keberlangsungan pariwisata olahraga tersebut.


(6)

Berbagai fasilitas yang dimiliki dengan segala potensinya menjadi langkah awal untuk pengembangan UPI selanjutnya, tidak hanya sebagai kawasan pendidikan saja, namun merintis sebagai kawasan pariwisata olahraga di kampus.

5. Sebagai pusat pelatihan dan pendidikan atlet serta penyelenggara event olahraga.

Kelengkapan fasilitas yang ada berpotensi tidak hanya dikembangkan sebagai pariwisata olahraga, tetapi bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai pemusatan latihan maupun pendidikan atlet-atlet daerah maupun nasional. Sekaligus kampus UPI berkesempatan menjadi penyelenggara event-event olahraga skala daerah, nasional, maupun internasional untuk semakin mengenalkan aktivitas pariwisata olahraga di kampus.

Demikianlah kesimpulan yang dapat dijelaskan dalam menganalisis potensi fasilitas olahraga yang dimiliki kampus UPI agar kedepannya dapat dikembangkan lagi sebagai kawasan pariwisata olahraga yang berisi berbagai kegiatan maupun aktivitas olahraga baik olahraga rekreasi, prestasi, pendidikan, maupun kesehatan. Semoga kedepannya UPI tidak hanya dikenal masyarakat luas sebagai sentra pendidikan dan guru, namun juga dikenal luas sebagai sentra olahraga dan pariwisata di kota Bandung, Jawa Barat, dan seluruh Indonesia.