EFEKTIVITAS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN CALON GURU PENJAS ORKES DI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN FPOK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UPI BANDUNG.

(1)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

HALAMAN PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN... vi

ABSTRACT... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B.Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah... 7

C.Tujuan Penelitian... 14

D.Manfaat Penelitian... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka... 17

1. Pendidikan... 17

a. Pendidikan Dalam Arti Luas... 18

b. Pendidikan dalam Arti Sempit... 23

c. Komponen-komponen Utama Pendidikan... 24

2. Pendidikan Jasmani... 26

3. Konsep Dasar Pendidikan Jasmani... 27

a. Hakikat Pendidikan Jasmani... 27

b. Rasionalitas Pendidikan Jasmani... 34

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani... 36

d. Fungsi Pendidikan Jasmani... 38

e. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani... 41

f. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jasmani.... 45

4. Manajemen Pembelajaran... 47

a. Konsep Manajemen Pembelajaran... 47

b. Ruang Lingkup dan Fungsi Manajemen Pembelajaran... 50

c. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran... 53

5. Kompetensi Guru... 59

a. Tinjauan tentang Kompetensi Guru... 59

b. Peran Guru dalam Pembelajaran... 65

6. Efektivitas Manajemen Pembelajaran... 68

7. Standar Kompetensi Guru SMA ... 69


(2)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

A. Lokasi... 89

B. Metode Penelitian... 89

1. Grounded Theory... 92

2. Studi Kasus (The Case Study)... 97

C. Subyek Penelitian... 109

D. Definisi Operasional... 112

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data... 113

F. Prosedur Pengumpulan Data... 124

G. Analisis Data... 127

H. Validitas Data... 132

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 136

1. Perencanaan Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK UPI... 136

2. Pengorganisasian Struktur Program Pengembangan Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK UPI... 141

3. Proses Pembelajaran Calon Guru di FPOK UPI.... 168

4. Evaluasi Hasil Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK UPI... 177

B. Pembahasan... 183

1. Perencanaan Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK UPI... 183

2. Pengorganisasian Struktur Program Pengembangan Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK UPI... 201

3. Proses Pembelajaran Calon Guru di FPOK UPI.... 209

4. Evaluasi Hasil Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK UPI... 210

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan... 218

B. Rekomendasi... 219

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(3)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Komponen-komponen Utama Pendidikan... 25

Gambar 2.2 Matriks Pola Dasar Manajemen Pembelajaran... 52

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian... 88

Gambar 3.1 Bagan Siklus Penelitian Naturalistik... 116


(4)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan kepada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktek pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat, termasuk pendidikan di bidang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Indonesia, hingga dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang memprihatinkan di sekolah dasar, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan tinggi telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan olahraga (Cholik Mutohir,1992) . Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Cholik Mutohir, 1992: Soediyanto, 1992, 1993).


(5)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Kualitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang ada pada sekolah dasar dan lanjutan pada umumnya kurang memadai. Mereka kurang mampu melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka belum berhasil melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendidik siswa secara sistemati

k

melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Tampak pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum berhasil mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun intelektual.

Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cenderung tradisional. Model metode-metode praktek dipusatkan pada guru (Teacher Centered) dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai inisiatif sendiri (Student Centered). Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tradisional cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga. Dalam pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebagai media pendidikan dalam rangka pengembangan pribadi anak seutuhnya (Ahmesabe, 2004)

Dalam beberapa tahun belakangan ini, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan membuat kebijakan-kebijakan baru guna meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Kurikulum baru (2006) yang mencakup pendidikan jasmani olahraga dan


(6)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

kesehatan bagi sekolah dasar dan menengah telah dibuat dan diputuskan, Demikian pula kurikulum baru bagi program Diploma II, dimana guru-guru sekolah dasar yang di dalamnya terdapat mata kuliah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan Kesehatan telah dipersiapkan sebagai penyempurnaan kurikulum lama. Upaya pembaharuan kurikulum tersebut, seharusnya diikuti dengan upaya peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum dan pengadaan fasilitas pendukungnya.

Hingga saat ini, usaha-usaha yang dilakukan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan menyediakan fasilitas yang mendukung program-program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum dilakukan secara optimum. Apabila kondisi seperti ini terjadi terus, maka dapat diperkirakan bahwa inovasi-inovasi kurikulum yang dilakukan tidak dapat direalisasikan secara efektif. Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan tidak akan berarti, jika para guru atau dosen yang melaksanakan kurikulum dalam kondisi yang kurang menguntungkan, baik dalam kemampuan mengajar maupun fasilitas yang mendukungnya. Mereka akhirnya melaksanakan tugas mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cenderung secara rutin dan tradisional. Akibatnya, sering berbagai inovasi yang telah direncanakan mengalami berbagai kendala dan hambatan. Untuk itu, jika implementasi kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus bisa dicapai dan berhasil, maka harus ada keinginan yang besar untuk meningkatkan kemampuan guru dan menambah fasilitas yang sesuai.

Keefektifan pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah pada beberapa tahun terakhir telah menjadi isu nasional yang


(7)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

menarik. Isu tersebut sering dibicarakan secara serius dalam forum diskusi atau seminar tingkat nasional oleh berbagai kalangan termasuk para pakar dan praktisi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Berbagai saran dan rekomendasi sering diajukan dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah-sekolah termasuk perbaikan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, penyediaan lapangan dan fasilitasnya.

Sebagai akibat terlalu mendewakan prestasi, pembinaan olahraga di kalangan anak usia muda disalahgunakan, dan bahkan dalam prakteknya sering bertentangan dengan norma-norma pendidikan. Anak-anak yang seharusnya tumbuh dengan wajar, sering memperoleh perlakuan di luar batas kemampuannya. Sering anak dipaksa harus berlatih dengan beban yang berlebihan. Kasus penggunaan obat terlarang pada anak usia dini dan pencurian umur dalam arena kejuaraan kelompok umur merupakan pengalaman yang negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.

Idealnya, sesuai dengan pandangan hidup (filsafat) dan konsep pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang kita anut, pembinaan olahraga usia dini itu diarahkan pada pengenalan dan penguasaan keterampilan dasar suatu cabang olahraga yang dilengkapi dengan pengembangan keterampilan serta kemampuan fisik yang bersifat umum. Sementara itu, dalam konteks pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, seperti pada kelas-kelas awal, penekanannya pada pengembangan keterampilan gerak secara menyeluruh.

Kualitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang salah satunya adalah institusi yang memproduksi guru


(8)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dalam hal ini adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai penghasil guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus mampu menghasilkan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang mempunyai kompetensi, pedagogik, profesional, kepribadian dan kompetensi sosial yang handal. Pada kenyataan, masih banyak guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang belum menguasai empat kompetensi dari seorang pendidik tersebut. Hasil penelitian Maksum, dkk (2010) tentang kualitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah pada tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di tiga kota besar yaitu Jakarta, Surabaya dan Padang menemukan bahwa kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan relatif optimal, namun masa kerja berbanding terbalik dengan kompetensi. Kompetensi profesional pre-service dan in-service masih kurang dan kompetensi kepribadian dan sosial berbanding terbalik dengan masa kerjanya.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) salah satu universitas di Indonesia yang menghasilkan tenaga guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan adanya Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK). Berdasarkan survey awal ditemukan adanya mahasiswa FPOK yang mempunyai nilai indeks prestasi dan juga adanya mahasiswa FPOK yang menyelesaikan perkuliahan melebihi dari waktu yang ditetapkan. Rendahnya indeks prestasi mahasiswa dan mahasiswa yang tidak menyelesaikan perkuliahan tepat waktu, mengindikasikan kurangnya penguasaan mahasiswa tersebut terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Kurangnya penguasaan


(9)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mahasiswa akan berimbas tidak berkualitasnya lulusan dari perguruan tinggi tersebut, sehingga mengakibatkan tidak profesionalnya calon guru yang dihasilkan tersebut jika nantinya bekerja ssebagai guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah-sekolah.

Aspek yang perlu diperhatikan oleh perguruan tinggi dalam mendidik guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan salah satunya adalah aspek manajemen pembelajaran . Menurut Josep M. Muran dalam Kusuma (2006) mutu pendidikan agar dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu terletak pada manajemen (pengelolaan).

Manajemen pembelajaran ialah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan. Manajemen pembelajaran merupakan aplikasi prinsip, konsep dan fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controling). Komponen manajemen pembelajaran meliputi proses pembelajaran, sumber daya manusia, mahasiswa dan sarana prasarana (Kusuma, 2006).

Berdasarkan data tersebut maka perlu dilihat efektifitas manajemen pembelajaran pendidikan di perguruan tinggi dalam mendidik calon guru


(10)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Rendahnya kualitas guru hingga saat ini diyakini sebagai penyebab utama rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah. Menjadi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak semudah yang dibayangkan. Menjadi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang profesional lebih sulit dibandingkan dengan guru mata pelajaran karena kompleksnya permasalahan. Pada beberapa kenyataan terlihat bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan belum menunjukkan sikap profesionalnya dalam mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Beberapa permasalahan yang dapat didentifikasi adalah sebagai berikut (Cholik Mutohir, 1992; Soediyanto, 1992; Ahmesabe, 2004; Josep M. Muran dalam Kusuma, 2006),:

1. Kegiatan pembelajaran calon guru lebih dititikberatkan kepada hasil pembelajaran yang akan dicapai, sedangkan di dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa aspek manajemen yang harus diperhatikan yaitu perencanaan pembelajaran, pengorganisasian bahan ajar, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.


(11)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2. Pada kenyataannya kemampuan guru olahraga dalam mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan disekolah menengah belum terlihat optimal, seperti adanya guru olahraga mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan duduk di pinggir lapangan, sementara siswa berlatih sendiri tanpa adanya motivasi, penghargaan dan perhatian serius. Atau dapat dikatakan bahwa guru olahraga masih mengajar dengan metode mengajar yang masih bersifat tradisional. Kondisi ini dapat berkaitan dengan kompetensi guru yang meliputi empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.

3. Masih banyaknya guru olahraga yang belum bisa menunjukkan performance yang baik sebagai seorang guru terutama dalam praktek mengajar. Sehingga perlu diketahui proses pembelajaran dari calon guru yang salah satunya berhubungan dengan kegiatan praktek mengajar dari calon guru.

4. Perguruan tinggi sebagai penghasil guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, belum mampu menghasilkan calon guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang berkualitas, sehingga perlu diketahui penerapan manajemen pembelajaran di perguruan tinggi. Fungsi-fungsi manajemen dalam pembelajaran berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut


(12)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa yang akan datang. Sedangkan yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pengajar untuk merumuskan tujuan mengajar (David, 1996). Fungsi lain dari manajemen pembelajaran adalah mengorganisir bahan ajar dan juga sumber daya pembelajaran serta penentuan metode pembelajaran yang digunakan. Menurut David (1996) bahwa proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan yaitu 1) memilih alat praktek yang tepat, 2) memilih alat bantu belajar atau audiovisual yang tepat, 3) memilih besarnya kelas, 4) memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur-prosedur serta pengajaran yang kompleks.

Salah satu unsur penting dalam manajemen pembelajaran adalah peran dosen yang merupakan motivator yang akan mempengaruhi mahasiswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan bentuk kegiatan pembelajaran aktif dimana selain mahasiswa yang aktif, maka dosen juga harus aktif mendengarkan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa persyaratan untuk dapat mendengar aktif dalam kegiatan mengajar adalah :1) dosen harus mempunyai perasaan percaya yang dalam terhadap kemampuan mahasiswa untuk memecahkan masalahnya sendiri, 2) dosen harus dapat menerima dengan tulus perasaan-perasaan yang diungkapkan murid, 3) dosen harus mengerti bahwa perasaan-perasaan seringkali berubah, 4) dosen harus


(13)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mempunyai keinginan membantu menyelesaikan masalah mahasiswa dan menyediakan waktu untuk itu.

Selanjutnya fungsi managemen pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran. Menurut Reigeluth (1993:9) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah berkaitan dengan pemahaman, peningkatan dan penafsiran informasi untuk menilai (asses) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Hamalik (1990:259) memberikan tiga implikasi yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran yaitu :1) evaluasi adalah proses yang terus menerus bukan hanya pada akhir pengajaran, akan tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya pengajaran, 2) proses evaluasi senantiasa diarahkan kepada tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran, 3) evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.

Selain itu sebagai seorang guru olahraga (guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ) harus mempunyai kompetensi-kompetensi sebagai seorang guru. Menjadi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak semudah yang dibayangkan, karena guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai tugas yang kompleks. Menurut Wilandalton (2003:4) mengatakan bentuk tugas yang nyata dan kompleks dari guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah :

1. Sebagai pengajar. Sebagai pengajar, guru pendidikan jasmani olahraga


(14)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mempunyai dampak atau mengarah pada ranah kognitif didik menjadi lebih baik atau meningkat. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri dan olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik mendapatkan banyak pengetahuan bagaimana hakikat masing-masing materi.

2. Sebagai pendidik. Berkaitan dengan tugas sebagai pendidik, maka

seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertugas memberikan dan menanam sikap atau afektif peserta didik melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri dan olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik ditanamkan sikap agar benar-benar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dengan unsur-unsur sikap: tanggungjawab, jujur, menghargai orang lain, ikut berpartisipasi, rajin belajar dan rajin hadir.

3. Sebagai pelatih. Sebagai pelatih, maka guru pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan bertugas memberikan keterampilan dan fisik yang mempunyai dampak atau mengarah pada ranah fisik dan psikomotorik peserta didik menjadi lebih baik atau meningkat. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri dan


(15)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik maka guru melatih fisik dan keterampilan gerak dengan baik.

4. Sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing guru pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan bertugas mengarahkan peserta didik berkaitan dengan tugas tambahan peeserta didik seperti membimbing baris berbaris, petugas upacara, mengelola UKS, mengelola koperasi, kegiatan pecinta alam dan juga membimbing peserta didik yang memiliki masalah atau khusus.

Perguruan tinggi sebagai institusi yang menghasilkan calon guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berperan penting dalam menciptakan guru penjas orkes yang profesional, terutama perguruan tinggi yang secara khusus menyelenggarakan program kependidikan, yang salah satunya adalah Universitas Pendidikan Indonesia yang salah satu fakultasnya yaitu FPOK yang menghasilkan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. FPOK UPI berkewajiban membekali calon guru agar benar-benar menjadi guru profesional melalui pengelolaan manajemen pembelajaran, pengembangan kompetensi mahasiswa sebagai guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian serta melaksanakan proses pembelajaran bagi calon guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Berdasarkan uraian identifikasi masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah dengan fokus utama penelitian ini adalah ingin mengungkap efektifitas manajemen pembelajaran pendidikan calon guru sekolah menengah di FPOK UPI. Permasalahan tersebut selanjutnya dirinci sebagai berikut:


(16)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK UPI?

a. Bagaimana dosen merencanakan program pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?

b. Bagaimana dosen melakukan merencanakan identifikasi awal kemampuan mahasiswa dalam merencanakan proses pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?

c. Bagaimana dosen merencanakan pemilihan alternative kegiatan pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?

2. Bagaimana pengorganisasian struktur program pengembangan materi Pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes sekolah menengah di FPOK UPI? a. Bagaimana dosen mengorganisasikan bahan ajar untuk pembelajaran calon

guru sekolah menengah di FPOK UPI?

b. Bagaimana upaya dosen mengembangkan materi pembelajaran untuk pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?

c. Bagaimana dosen mengembangkan metode pembelajaran untuk

pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?

d. Bagaimana upaya untuk pengembangan kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional dalam pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?

3. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di FPOK UPI?

a. Bagaimana langkah-langkah persiapan pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?


(17)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

b. Bagaimana bentuk-bentuk pelaksanaan praktek mengajar calon guru sekolah menengah di FPOK UPI?

c. Bagaimana strategi yang dilakukan dosen dalam menyampaikan bahan ajar dalam pembelajaran calon guru sekolah menengah di FPOK UPI? 4. Bagaimana evaluasi hasil pendidikan calon guru Penjas Orkes sekolah

menengah di FPOK UPI?

a. Bagaimana penilaian hasil belajar calon guru menengah di FPOK UPI? b. Bagaimana evaluasi terhadap pembelajaran praktek calon guru sekolah

menengah di FPOK UPI?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap efektifitas manajemen pembelajaran pendidikan calon guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah menengah. Secara lebih terperinci tujuan yang dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis perencanaan pembelajaran calon guru Penjas Orkes sekolah menengah di FPOK UPI.

2. Untuk menganalisis pengorganisasian strukrur program pengembangan materi pembelajaran calon guru penjas orkes sekolah menengah di FPOK UPI 3. Untuk menganalisis proses pelaksanaan pendidikan calon guru Penjas Orkes

sekolah menengah yang dilaksanakan di FPOK UPI.


(18)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna atau manfaat berkaitan dengan masalah yang diteliti. Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan kajian manajemen pembelajaran terutama di tingkat perguruan tinggi. dalam upaya meningkatkan hasil akhir yang baik bagi lulusannya yang pada akhirnya akan meningkatkan citra yang baik bagi lembaganya.

b. Sebagai bahan masukan dalam perbaikan manajemen pembelajaran di tingkat perguruan tinggi terutama untuk perguruan tinggi yang menghasilkan calon guru dalam rangka peningkatan kompetensi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

c. Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Perguruan Tinggi

1) Dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama dalam pembelajaran calon guru


(19)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2) Dapat memotivasi institusi pendidikan perguruan tinggi dalam merancang manajemen pembelajaran calon guru sekolah menengah

b. Bagi Peneliti Lanjutan

Dapat dijadikan landasan empirik bagi penelitian-penelitian sejenis berikutnya yang memiliki keterkaitan kuat dengan berbagai upaya untuk peningkatan kompetensi profesional guru.


(20)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

B. Metode Penelitian

Dalam pelaksanaan studi dengan melakukan penelitian digunakan berbagai macam metode dan semua kegiatan penelitian bersifat ilmiah. Semua peneliti dalam melakukan penelitian pastilah menggunakan pendekatan teori ilmiah, karena teori akan berfungsi untuk memperjelas apa yang menjadi kajian yang diteliti, sebagai dasar dan landasan untuk menjawab pertanyaan dan rumusan masalah yang telah disusun. Dalam penelitian kualitatif, biasanya permasalahan yang dibawa peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan penyusunan proposal penelitian kualitatif biasanya juga masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan.

Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, karakteristik penelitian adalah holistik, tentu dasar teori yang dibutuhkan oleh peneliti harus lebih banyak, agar dapat menemukan makna penelitian. Seseorang yang akan menjadi peneliti kualitatif, tentu akan lebih profesional di bidang objek penelitian yang digunakan, karena secara teori sipeneliti akan menjadi instrumen langsung, yang tentu harus menguasai objek teori penelitiannya. Wawasannya peneliti kualitatif juga harus


(21)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

lebih luas, teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk mendalami konteks permasalahan. Walau demikian peneliti kualitatif dituntut untuk menguasai teori yang luas dan mendalam, bisa saja dalam melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti tidak menggunakannya untuk pedoman menyusun panduan wawancara atau instrumen penjaring data. Untuk dapat menjadi instrumen penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, baik wawasan teoritis dan wawasan yang terkait dengan konteks objek yang diteliti.

Pendekatan kualitatif ini dianggap sesuai digunakan dalam penelitian ini dengan alasan sebagai berikut : 1) lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy J. Moleong, 1993 : 5).

Berkaitan dengan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini, Bogdan dan Taylor (1993:30), mengemukakan sebagai berikut :

Pendekatan kualitatif mengarah kepada keadaan-keadaan dan individu-individu secara holistik (utuh). Pokok kajiannya, baik sebuah organisasi atau individu tidak akan diredusir (disederhanakan) kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa yang telah direncanakan sebelumnya, akan tetapi akan dilihat sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.

Selanjutnya Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (1993 : 3) menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai metode yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.


(22)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Bogdan dan Biklen (1982) dalam Soehardi Sigit (1999:155) mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Perangkat alami adalah sumber langsung data, dan peneliti sendiri adalah instrumen kunci;

2) Data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar;

3) Penelitian kualitatif bertalian hanya dengan proses dan hasil. Peneliti hanya peduli pada bagaimana hal itu terjadi, bagaimana orang berinteraksi satu dengan yang lainnya, bagaimana satu pertanyaan dijawab, arti daripada kata-kata dan tindakannya, bagaimana sikap dijabarkan dalam tindakan,

4) Penelitian kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif. Penelitian kualitatif biasanya tidak memformulasikan sesuatu hipotesis lalu mengujinya, melainkan melihat dan melaporkan sebagaimana adanya;

5) Penelitian kualitatif peduli bagaimana hidup mereka yang menjadi sasaran penelitian itu mempunyai arti bagi mereka, yaitu pandangan hidupnya, apa yang menjadi pikirannya, anggapan, motivasi, alasan, tujuan, dan lain-lain.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, maka pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang paling tepat digunakan dalam penelitian tentang pelatihan kecakapan hidup hidup.

Seperti telah dikemukakan di atas, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Consuelo G. Sevila et.al, (1993 : 73) dikemukakan bahwa : “bila kita melakukan penelitian terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu, kita melakukan apa yang disebut


(23)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

studi kasus”. Metode studi kasus ini akan melibatkan peneliti dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku seseorang individu. Kita akan memperhatikan juga bagaimana tingkah laku tersebut berubah ketika individu itu menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap lingkungannya. Lagi pula, kita akan menemukan dan mengidentifikasi semua variabel penting yang mempunyai sumbangan terhadap riwayat dan pengembangan subjek. Ini berarti kita melalukan pengumpulan data yang meliputi pengalaman-pengalaman masa lampau dan keadaan lingkungan subjek. Ini berarti pula bahwa data yang akan kita kumpulkan termasuk pengalaman masa lampau dan keadaan sekarang dari individu tersebut, termasuk lingkungannya. Kita akan berusaha menemukan hubungan antara faktor-faktor tersebut satu sama lain.

Penelitian kualitatif Efektifitas Manajemen pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah ini akan mengambil sumber data dari narasumber secara induktif dan landasan teori berupa kajian pustaka akan menjadi dasar pertanyaan. Data yang diperoleh harus dipahami betul dan wawasan yang luas akan digunakan sebagai landasan kajian atau analisis temuan. Peneliti dalam hal ini dituntut mampu mengorganisasikan seluruh teori yang dibaca dan landasan teori yang dijadikan acuan dan berfungsi memahami permasalahan yang diteliti, yakni Efektifitas Manajemen Pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.


(24)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Kajian dalam penelitian mengenai Efektivitas Manajemen pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di FPOK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini juga menggunakan pendekatan dengan landasan gounded research theory, dan dijadikan dasar kajian penemuan makna teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Penggunaan pendekatan dengan gounded theory didasarkan pertimbangan :

a. Bertitik tolak dengan permasalahan Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Sekolah Menengah yang bersifat konseptual teoritis khususnya menyangkut aspek implementasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah. Kajian Efektivitas Manajemen Pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah berupa studi tentang Efektivitas Manajemen Pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah yang sedang berjalan dan diharapkan grounded theory dipandang sebagai metode yang tepat untuk mendapatkan data dan informasi tentang Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah secara induktif.

b. Sebagai objek kajian Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah memerlukan penjelasan secara teoritis konseptual yang cocok dengan situasi kajian dan dapat diterapkan secara bermakna, serta dapat menjelaskan perilaku model yang berjalan, dan metode merupakan metode yang sesuai dengan situasi dan dapat digunakan sebagai gounded theory.


(25)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

c. Melalui analisis data yang dilakukan, diharapkan peneliti dapat menemukan teori-teori gounded atas penelitian mengenai Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah yang dilakukan secara sistematis mengingat dalam penelitian ini diperlukan wawasan yang luas dan dalam untuk menyingkap makna yang dituangkan melalui interaksi peneliti dengan subjek penelitian ataupun narasumber.

Seperti apa yang dikemukakan oleh ahli riset, yang disimpulkan penulis

dari buku “Qualitative Inquiry and Research Design”, Creswell (1998:56) yang

menyatakan bahwa:

A grounded theory study is to generate bor discover a theory, an abstract analytical schema of a phenomenon, that relates to a particular situation. This situation in one in which individuals interact, take actions, or engage inj a process in response to a phenomenon. To study how people act and react to this phenomenon, the researcher collects primarily interview data, makes multiple visits to the field, develops and interrelates categories of information, andf writes theoretical propositions ore hypotheses or presents a visual picture of theory.

Strauss dan Corbin (2003: 51) mengemukakan tentang gounded theory bahwa terdapat tiga macam sistem kodefikasi dalam penelitian gounded theory, yakni open coding (pengkodean terbuka), axial coding (pengkodean berporos) dan selective coding.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sistem kodefikasi dengan prinsip terbuka dengan langkah-langkah kegiatan, yaitu (Strauss dan Corbin, 2003: 57):

a. Label fenomena; Pada langkah ini peneliti harus sensitif terhadap landasan teori dengan pengenalan konsep mengenai Efektivitas Manajemen


(26)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah dengan memberi tanda kegiatan responden yang dilakukan selama diamati, ditanya ataupun diwawancarai, yang merupakan kegiatan awal dalam analisis data.

b. Temuan kategori; Pada langkah ini konsep Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah, dikategorikan, dikelompokkan berdasarkan kesamaannya, langkah ini disebut pengkategorian berdasarkan jumlah pengelompokkannya.

c. Nama kategori. Dalam langkah ini peneliti memberi nama kategori Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah yang relevan dengan data mengenai yang diperoleh. d. Penyusunan kategori. Pada langkah ini peneliti harus memahami sifat

masing-masing kategori sebagai atribut dari suatu kategori.

e. Memilih pengkodean yang digunakan. Dalam pengkodean ini peneliti memilih pengkodean terbuka, artinya semua fenomena Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah, diidentifikasi terlebih dahulu tanpa memandang jenis, sifat dan substansinya. Setelah itu peneliti dapat memulai menganalisis data dengan analisis baris yang memerlukan pengujian frase per frase bahkan kata demi kata secara rinci.

f. Penyajian Data; Pada langkah ini peneliti menyajikan data yang sedapat mungkin mudah dipahami oleh pembaca, sehingga alur berpikir peneliti dapat diikuti pembaca.


(27)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

g. Interpretasi; Pada langkah ini peneliti harus mampu menemukan suatu jawaban dari interpretasi yang dilakukan sebagai temuan teori grounded.

Dari pengkajian dan pemahaman Gounded Theory yang diperoleh dari

buku “How to Design and Evaluate Research In Education”, Jack R. Fraenkel &

Norman E. Wallen, Mc Graw Hill, (2008: 428), menyampaikan:

Grounded theories are not generated before a study begins, but are formed inductively from the data that are collected during the study itself. In other words, researches start with the data they have collected and then develop generalizations after they look at the data.

Penjelasan tersebut menjelaskan, bahwa Gounded Theory, tidaklah men-generalisasi suatu keadaan sebelum studi dimulai, tetapi peneliti membentuk teori ketika dan setelah data dikumpulkan, atau dengan kata lain peneliti mulai mengembangkan teori dari sejak data dikumpulkan dan selama penelitian berlangsung. Dijelaskan juga penelitian yang dihasilkan Strauss dan Corbin, dimana satu penemuan dimulai dengan konsep, “Satu tidak dimulai dengan satu teori, tetapi membuktikan, satu dimulai dengan suatu studi yang luas dan relevan

untuk memunculkan teorinya”. Data dalam Grounded Theory, adalah hasil studi

dari pengumpulan dan analisis data yang diperoleh melalui mewawancara satu demi satu. Penemuan teori dimulai dengan analisis data yang terkumpul, diteliti satu per satu, direvisi, dikumpul, direvisi lagi, diperjelas sambil berjalan penelitian, siklus analisis dan revisi terus dilakukan sampai pada tahap jenuh dan teori (berupa data) disimpulkan menjadi Grounded Theory.

Pemahaman dari penjelasan ahli tersebut di atas, mengandung pengertian tentang Gounded Theory adalah teori yang diperoleh secara induktif dari


(28)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

penelitian tentang fenomena yang dijelaskannya. Pendekatan metode ini memberikan peluang sangat besar untuk menemukan makna teori dan dapat menemukan teori baru, yang dibuktikan melalui pengumpulan data secara analisis sistematis berkenaan dengan fenomena tentang Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah.

2. Studi Kasus (The Case Studies) a. Pengertian Studi Kasus

Metode studi kasus didefinisikan atau diartikan dalam berbagai pendapat, beberapa sumber mendefinisikan metode studi kasus sebagi suatu cara yang sistematis menyelidiki suatu peristiwa atau kumpulan peristiwa yang berhubungan dengan tujuan spesifik untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena. Bogdan dan Biklen (2003: 54) mendefinisikan studi kasus sebagai : “ a detail examination of one setting, or a single subject, a single depository of documents, or one particular event”. Penjelasan tersebut mengartikan bahwa pemeriksaan detail terhadap satu latar, atau satu subjek, satu tumpukan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Bahkan banyak ahli mendefinisikan secara sederhana metode studi kasus sebagai metode dengan pendekatan kualitatif merupakan studi mendalam terhadap satu atau beberapa kasus secara ilustratif.

Dari kajian pustaka, melalui buku “Qualitative Research Methods for the

Social Sciences”, oleh Bruce L. Berg (2007: 283), dikemukakan definisi case

study sebagai: “define case study method as involving systematically gathering

enough information about a particular person, social setting, event, or group to permit the researcher to effectively understand how the subject operator or


(29)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

function”. Penjelasan teori tersebut mengartikan bahwa, studi kasus sebagai suatu metode yang melibatkan secara sistematis pengumpulan informasi yang cukup mengenai sesuatu, latar sosial, peristiwa, atau kelompok untuk menggiring peneliti secara efektif menemukan dan memahami bagaimana fungsi dan operasi suatu subjek terjadi. Pendefinisian atau arti dari studi kasus yang beragam, memperlihatkan bahwa studi kasus adalah suatu pendekatan yang mampu meneliti suatu fenomena secara sederhana maupun komprehensif.

Dengan demikian, untuk menemukan suatu teori pendidikan, seperti penelitian yang fokus pada Efektivitas Manajemen Pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah, penelitian dengan pendekatan metode studi kasus dapat digunakan. Karena melalui studi kasus, dapat diperoleh informasi yang rinci tentang Efektivitas Manajemen Pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah. Dari berbagai buku diperoleh, banyak peneliti kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Dengan berkonsentrasi atau fokus pada satu masalah banyak peneliti menggunakan metode ini untuk mengungkap fenomena, individu, komunitas, sistem organisasi dan interaksi sosial. Selain itu, peneliti dapat menangkap beragam nuansa, pola dan elemen yang lebih tersembunyi yang mungkin terlewatkan melalui penelitian dengan pendekatan-pendekatan penelitian lainnya. Metode studi kasus cenderung memfokuskan pada deskripsi dan penjelasan holistik; dan sebagai pernyataan umum, beberapa fenomena dapat dipelajari oleh metode-metode studi kasus.


(30)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Metode studi kasus bukanlah gaya baru dari pengumpulan data dan teknik analitik. Bidang-bidang kedokteran dan psikologi, sebagai contoh, berdasarkan sifatnya, mengharuskan pada dokter dan ahli psikologi untuk memeriksa para pasien kasus per kasus. Studi kasus umumnya digunakan dalam bisnis, sistem informasi dan kurikulum hukum untuk membantu para siswa menjembatani celah antara studi dan praktek. Penggunaan diari dan biografi, metode populer di antara beberapa pengusung aliran feminisme dan para ahli sain sosial lainnya, mendekati metode studi kasus, seperti halnya etnobiografi. Dalam pendidikan, studi kasus termasuk studi-studi terhadap orang-orang dan program yang unik dan juga pemprograman khusus. Kenyataan, studi-studi kasus oleh para ahli sain sosial tertentu menggambarkan usaha-usaha penelitian klasik dalam sosiologi dan kriminologi.

Bagaimana metode studi kasus menginformasikan teori? Studi-studi kasus dapat memberikan jenis pemahaman mendalam terhadap fenomena, peristiwa, orang-orang atau organisasi. Intinya, studi kasus membuka pintu pada proses-proses “sensemaking” yang dibuat dan digunakan oleh orang-orang yang terlibat dalam fenomena, peristiwa, kelompok atau organisasi yang dipelajari. Lebih lanjut Bruce L. Berg (2007: 285), mengemukakan bahwa:

Sensemaking, is the manner by which they are confordnted how they frame what they see and hear, how they perceive and interpret this information and how they interpret their own actions an go about solving problems and interacting with others.

Penjelasan tersebut menyatakan bahwa, sensemaking adalah cara dimana orang-orang, kelompok dan organisasi memahami stimulus dimana mereka


(31)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dihadapkan pada bagaimana mereka membingkai apa yang mereka lihat dan dengar, bagaimana mereka menerima dan menafsirkan informasi tersebut dan bagaimana mereka menafsirkan tindakan-tindakan mereka sendiri dan akan memecahkan masalah dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan teori (grounded theory) dan mengikuti pola yang sama dengan teori setelah melakukan penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat; Fernandez (2005 : 47); Eisenhardt (1989: 546) yang dikemukakan dalam tulisan Bruce L. Berg (2007 : 285). Dan dia juga mengemukakan bahwa pengumpulan data melalui studi kasus akan membuat teori dasar (grounded theory), dengan tiga keunggulan yaitu: 1) Pembuatan teori dari studi kasus kemungkinan akan menghasilkan teori; ini

karena “pengetahuan kreatif seringkali muncul dari begitu banyak bukti

kontradiksi atau paradoks”. Proses merekonsiliasikan hal-hal ini dengan

menggunakan metode komparatif konstan mendorong analis untuk mencairkan pikiran dan menghasilkan “teori dengan lebih sedikit bias penelitian kemudian membuat teori dari studi-studi yang meningkat deduksi aksiomatik.”

2) Teori yang muncul “kemungkinan akan dapat diujikan dengan konsep-konsep yang dapat dengan siap diukur dan hipotesis-hipotesis yang dapat terbukti salah”. Karena hubungan erat antara teori dan data, kemungkinan teori tersebut dapat lebih jauh diujikan dan diperluas dengan studi-studi selanjutnya.


(32)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

3) “Teori yang dihasilkan kemungkinan akan secara empiris valid”. Ini terjadi

karena level validasi dilakukan secara implisit dengan perbandingan konstan, dengan mempertanyakan data dari awal proses.

Teori dapat diungkap dan diinformasikan sebagai konsekuensi dari kumpulan data dan penafsiran-penafsiran data, yang dikembangkan dengan penelitian studi kasus. Oleh karena itu data merupakan pengembangan dari studi kasus, atau teori dasar dari pengembangan dari studi kasus. Peneliti akan memulai dengan beberapa jenis gagasan penelitian, kemudian mengembangkan rencana, termasuk apakah akan menggunakan pendekatan kasus tunggal dan banyak kasus, mengidentifikasikan lokasi studi (dalam kelompok atau organisasi), menentukan bagaimana akses itu akan diperoleh, dan mempertimbangkan apakah strategi-strategi pengumpulan data yang akan digunakan. Ketika akses diperoleh, data harus dikumpulkan, ketika data dikumpulkan, peneliti secara konstan mempertimbangkan apa yang akan digali, membuat perbandingan-perbandingan antara informasi (data) yang dikumpulkan dan asesmen-asesmen dengan peneliti lainnya (untuk menjamin penafsiran dan analisis yang tidak memiliki bias) dan literatur. Peneliti kemudian harus berefleksi pada informasi yang dikumpulkan dan masalah-masalah yang pada awalnya disoroti untuk menyampaikan apa yang dimaksud dengan temuan-temuan dan apakah implikasi-implikasinya. Akhirnya, peneliti dapat memberikan beberapa implikasi teoritis untuk masalah atau isu apapun yang sedang dieksplorasi, digambarkan atau dijelaskan studi.


(33)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Ada beberapa desain yang sesuai untuk studi-studi kasus menurut Bruce L. Berg (2007:292), yaitu : eksplorasi (exploratoru), eksplanasi (explanatory) dan desktiptif (descriptive). Ketiga pendekatan tersebut terdiri dari studi satu kasus atau banyak kasus dimana kasus-kasus yang dipelajari adalah adalah replikasi sesungguhnya, bukan kasus-kasus yang diambil sampelnya.

1) Studi Kasus Eksplorasi

Ketika melakukan studi-studi eksplorasi, kerja lapangan dan pengumpulan data mungkin dilakukan sebelum menentukan pertanyaan penelitian. Jenis studi ini mungkin dilihat sebagai pembuka untuk studi ilmiah sosial yang besar. Walau begitu, studi harus memiliki beberapa jenis kerangka kerja organisasi yang telah didesain sebelum memulai penelitian. Jenis studi eksplorasi mungkin berguna sebagai studi pilot, sebagai contoh, ketika merencanakan penelitian yang lebih komprehensif dan lebih besar.

2) Studi Kasus Eksplanasi

Studi-studi kasus eksplanasi berguna ketika sedang melakukan studi-studi kausal. Terutama dalam studi-studi-studi-studi organisasi atau komunitas yang kompleks, kita mungkin ingin menggunakan kasus-kasus multivariat untuk memeriksa banyak pengaruh, ini dipenuhi dengan menggunakan teknik pencocokan-pola. Pencocokan-pola adalah suatu situasi dimana beberapa potong informasi dari kasus yang sama mungkin berhubungan dengan beberapa dalil teoritis.


(34)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

3) Studi Kasus Deskriptif

Eksplorasi-eksplorasi kasus deskriptif mengharuskan peneliti untuk menyajikan teori deskriptif, yang membangun kerangka kerja keseluruhan untuk diikuti peneliti sepanjang studi. Apa yang disiratkan oleh pendekatan ini adalah pembentukan dan identifikasi orientasi yang dapat dijalankan sebelum menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Peneliti harus juga menentukan sebelum permulaan penelitian secara pasti apakah unit analisis dalam studi itu.

Ketika membuat desain-desain formal untul penelitian-penelitian studi kasus. Yin (1994: 20) merekomendasikan lima elemen komponen:

a) Pertanyaan studi (study question)

b) Dalil-dalil studi (jika beberapa darinya digunakan) atau kerangka kerja teoritis (study proportion).

c) Identifikasi unit-unit analisis (identification of the unit of analysis) d) Hubungan logis data dengan dalil-dalil (atau teori) (the logical linking) e) Kriteria untuk menafsirkan temuan-temuan (the criteria for interpreting

the findings)

Pertanyaan studi umumnya diarahkan terhadap pertimbangan bagaimana dan mengapa, dan artikulasi serta definisinya adalah tugas pertama dari peneliti. Terkadang, dalil-dalil studi berasal dari pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa dan membantu mengembangkan fokus teoritis. Tidak semua studi akan memiliki dalil. Studi eksplorasi, daripada memiliki dalil, mungkin memiliki tujuan atau kriteria yang dinyatakan yang akan memberikan pedoman dan jenis kerangka kerja pengoperasian untuk diikuti oleh studi kasus. Unit analisis menentukan apa


(35)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

yang sedang difokuskan oleh studi kasus (apakah kasusnya), seperti individu, kelompok, organisasi, kota dan seterusnya.

c. Manfaat Ilmiah Studi Kasus

Manfaat ilmiah dari metode studi kasus terletak pada kemampuannya dalam membuka jalan penelusuran. Hal ini dapat dengan mudah berfungsi sebagai dasar pengembangan untuk pengetahuan bahkan hipotesis-hipotesis yang mungkin dicari dalam studi-studi selanjutnya. Namun, kapan saja kita mempertimbangkan nilai-nilai ilmiah dari studi-studi kasus, dua poin harus disoroti. Pertama, apakah prosedur ini melibatkan terlalu banyak keputusan subjektif yang dibuat oleh peneliti untuk memberikan hasil-hasil objektif ssecara murni? Kedua, apakah metode ini memberikan informasi yang dapat dilihat berguna diluar kasus individu? Dengan kata lain, dapatkah temuan-temuan itu digeneralisasi? Mari kita pertimbangkan setiap pertanyaan tersebut secara terpisah.

Objektivitas adalah istilah yang cukup sukar dipahami. Bagi beberapa peneliti ini melibatkan pembuatan strategi-strategi analitis dalam lingkungan yang hampir steril. Seringkali, beberapa jenis penelitian kualitatif dilihat sebagai suspect ketika pertanyaan objektivitas diajukan. Namun, objektivitas sesungguhnya terkait erat dengan kemampuan menghasilkan kembali (replikasi). Pertanyaannya bukanlah apakah seorang peneliti individu telah membuat beberapa keputusan subjektif atau tidak, menyangkut bagaimana peneliti harus mengalami kemajuan atau bagaimana studi itu didesain. Jenis-jenis pertimbangan


(36)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

ini secara reguler dilakukan oleh semua yang melakukan penelitian ilmiah sosial, baik yang berorientasi secara kuantitatif atau kualitatif.

Jika temuan-temuan dan analisis peneliti itu benar, maka penelitian selanjutnya akan menguatkan hal ini. Jika penelitian yang dihasilkan dari studi kasus itu salah atau tidak akurat, ini juga akan diperlihatkan oleh penelitian selanjutnya. Seperti dalam beberapa penelitian ilmiah, temuan-temuan dari satu studi jarang diterima dengan cepat tanpa pertanyaan dan penelitian-penelitian tambahan. Berdasarkan hal ini, metode-metode kasus sama objektifnya dengan strategi-strategi analisis dan pengumpulan data lainnya yang digunakan oleh para ahli sain sosial.

Pertimbangan kedua menyoroti pertanyaan kemampuan

menggeneralisisasi. Bagi banyak orang, pertanyaan ini tidaklah penting untuk diajukan. Ini karena terdapat nilai ilmiah yang jelas ketika menyelidiki beberapa kategori tunggal dari individu, kelompok atau peristiwa untuk memperoleh pemahaman mengenai individu, kelompok atau peristiwa tersebut. Bagi mereka dengan orientasi lebih positif yang telah peduli dengan menggeneralisasi untuk jenis-jenis orang, kelompok atau peristiwa yang sama, metode-metode kasus masih berguna dan dapat digeneralisasi. Ini tidak berarti mengatakan bahwa penjelasan mengenai mengapa seorang anggota geng terlibat dalam obat-obatan dengan cepat menginformasikan kepada kita mengapa semua anggota geng yang berurusan dengan obat-obatan juga terlibat dalam aktifitas ini. Namun, ini memberikan penjelasan mengapa beberapa anggota geng kemungkinan akan terlibat dalam perilaku-perilaku ini. Logika dibelakang ini berhubungan dengan


(37)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

fakta bahwa beberapa prilaku manusia itu bersifat unik dan spontan. Kenyataannya, jika hal ini terjadi, usaha untuk melakukan beberapa jenis penelitian survey terhadap kelompok keseluruhan akan menjadi tidak berguna.

Metode penelitian studi kasus ini digunakan untuk mengungkapkan kenyataan yang ada atau terjadi di lapangan untuk dipahami secara mendalam, sehingga pada akhirnya diperoleh temuan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan Efektivitas manajemen pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes sekolah menengah di FPOK UPI Bandung.

Dalam penelitian mengenai Efektifitas Manajemen pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di UPI ini peneliti menggunakan kriteria kualitatif dalam pengolahan data, sejak mereduksi data, menyajikan data serta memverifikasi dan menyimpulkannya menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penulis mengemukakan pendapat Lincoln dan Guba (1985:198) yang menyampaikan bahwa: pendekatan kualitatif menjadi hal yang utama dalam paradigma naturalistik bukan karena paradigma ini anti kuantitatif melainkan karena pendekatan kualitatif lebih menghendaki manusia sebagai instrumen. Data kuantitatif dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk kepentingan dukungan analisis.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah kepedulian terhadap makna, dimana penelitian naturalistik tidak terllau tergantung pada persamaan dari objek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang ungkapan dari perbedaan. Pemikiran ini


(38)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap sumber data dan objek berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam suatu kasus yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen. Lebih lanjut ungkapan Lincoln dan Guba 91985:199) yang menyatakan bahwa: “... the human as instrument is inclined toward methods that are extensions of normal human activities:looking, listening, speaking, reading and the like.”. Ungkapan tersebut semakin memperjelas bahwa keunggulan manusia sebagai instrumen penelitian naturalistik, karena alat ini dapat melihat, mendengar, membaca, merasa, merespon, sekaligus analisis ketika sedang melakukan penelitian.

Lebih lanjut Bogdan dan Biklen (1982: 2-3) menyampaikan gagasannya tentang penelitian kualitatif sebagai payung (umbrella) dengan sejumlah strategi penelitian yang memberikan karakteristik-karakteristik tertentu. Penelitian ini

disebut juga “field research” dan seringkali digunakan oleh para peneliti untuk

membedakan proses penelitian ini dari penelitian yang dilakukan di dalam laboratorium atau eksperimen. Sebutan naturalistik pada penelitian kualitatif karena para peneliti menggantungkan pada peristiwa yang terjadi secara alamiah. Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Denzin dan Lincoln (1994:2), yang menyampaikan gagasan bahwa:

Qualitative resrach is multi methods in focus, ilvolving an interpretative, naturalistic approach to its subject matter. Mean that qualitative researches study things in their natural setting, attempting to make sense of or interpret phenomena in terms of meanings bring to them. Qualitative research involves the studied use and collection of variety of empirical materials-case study, personal experience, introspective, life story, interview, observational, historical, interactional, and visual texs-


(39)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

that describe routine and problematic moments and meaning in individuals’ live.

Pengertian dan pemahaman akan pendapat-pendapat tersebut

menunjukkan bahwa banyak hal yang dilakukan oleh peneliti kualitatif sebagai instrumen, seperti menggambarkan temuan secara holistik, mengaanalisis, melaporkan pandangan subjek penelitian dan bekerja sama dalam keadaan alamiah dengan menggunakan bermacam metode. Untuk itu di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, deskriptif yang bersifat naturalistik holistik terhadap Efektifitas Manajemen pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah (Studi Naturalistik di FPOK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung) yang menjadi objek penelitian.

Proses penelusuran dengan melakukan pengamatan dan pengkajian pengelolaan sistem yang sedang berjalan. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengungkap fenomena secara alamiah, perspektif partisipan, membuat gambaran nyata melalui studi deskriptif. Pendekatan inkuiri juga digunakan (inquiry qualitative interactive), dimana peneliti berhadapan langsung dengan partisipan dalam hal ini Efektifitas Manajemen pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah (Studi Naturalistik di FPOK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung), para staf, dosen, mahasiswa dan masyarakat umum. Model inkuiri menginformasikan desain penelitian ilmiah yang menjelaskan prosedur mengadakan studi, bagaimana data diperoleh.

Lebih lanjut MCMillan dan Schumacher (2001: 30) menjelaskan, “ A mode of inquiry inform the more specific research design. A research design


(40)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

describes the procedures for conducting the study, including when from whom, and under what conditions the data will be obtained”. Demikian juga dengan

kajian pendapat yang ditemukan dalam buku “Qualitative Inquiry and Research,

Choosing Among Five Traditions”, oleh John W. Creswell (1998 : 15), dikemukakan bahwa:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural.

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif ini mencoba memahami kajian aplikasi teori dan merumuskan pemahaman terhadap fokus penelitian, memahami bagaimana Efektifitas Manajemen pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah (Studi naturalistik di FPOK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung) yang ideal. Dan akan diperoleh aspek substansial dan prosedural dalam Manajemen pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pengembangan Manajemen pembelajaran Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah yang ideal berdasarkan hasil penelitian ini.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan komponen utama yang memiliki kedudukan penting dalam suatu penelitian, karena di dalam subyek penelitian inilah terdapat variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti. Dalam penelitian ini subyek yang akan diteliti terdiri dari dua bagian, pertama, sebagai


(41)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

“sumber informasi”, yaitu responden yang terdiri dari warga belajar yang dapat memberikan data tentang dirinya serta bagaimana pengalamannya yang berkaitan dengan pelaksanaan program pelatihan kecakapan hidup hidup (life skills). Kedua, “sumber informan”, yaitu sumber data lain yang dapat memberikan informasi pelengkap tentang hal-hal yang tidak terungkap dari subyek penelitian, dan sekaligus sebagai triangulasi untuk menjamin akurasi data. Informan ini terdiri dari penyelenggara dan sumber belajar program pelatihan kecakapan hidup hidup. Subyek penelitian dipilih secara purposif (sesuai dengan tujuan). Hal ini berdasarkan pendapat Nasution (1988 : 11) yang menyatakan bahwa “metode naturalistik tidak menggunakan sampling random atau acak, dan tidak pula menggunakan populasi sampel yang banyak”. Sampel atau subyek penelitian biasanya sedikit dan dipilih berdasarkan tujuan (purposive) penelitian.

Selain itu Lincoln dan Guba (1985 : 202) menyatakan bahwa penggunaan purposive sampling adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan peneliti. Sehubungan dengan itu maka tidak semua peserta dijadikan subyek penelitian, melainkan dengan cara menentukan sampel penelitian secara purposive, yaitu beberapa orang warga belajar.

Pada penelitian kualitatif pemilihan sampel bersifat sampel bertujuan. Berkaitan dengan sampel bertujuan tersebut Lexi J. Moleong (1993 : 165-166) mengemukakan ciri-ciri sampel bertujuan tersebut sebagai berikut :

1. Rancangan sampel yang muncul sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.

2. Pemilihan sampel secara berurutan; tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyak-nya hanya dapat dicapai apabila pemilihan


(42)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

satuan-satuan sampel dilakukan, jika satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh lebih dahulu. Sehingga dapat dipertentangkan atau diisi, adanya kesenjangan informasi yang ditemui darimana atau dari siapa dimulai, tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal itu terjadi sudah berjalan maka pemilihan berikutnya bergantung pada keperluan peneliti.

3. Penyesuaian berkelanjutan dan sampel pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun sesudah makin banyak informasi yang masuk dan makin mengembang hipotesis kerja, akan ternyata bahwa sampel makin diperoleh dasar fokus penelitian.

4. Penelitian berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Pada sampel

bertujuan seperti, ini jurnlah sampel ditentukan oleh

pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperkirakan. Jlka tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka pemilihan sampelpun sudah dapat diakhiri. Jadi kuncinya jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi maka pemilihan sampel harus dihentikan.

Untuk memperoleh informasi yang tuntas berkenan dengan Efektivitas Manajemen pembelajaran pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah sebagai sumber data pada penelitian ini, secara sistematis, terstruktur dan proporsional diharapkan didapatkan jawaban akan pertanyaan-pertanyaan dan rumusan masalah pada bab terdahulu. Subjek dari penelitian ini yang merupakan sumber informasi adalah dekan fakultas FPOK UPI, Ketua Juruan FPOK UPI dan mahasiswa FPOK UPI yang sudah melakukan kegiatan praktek ke sekolah-sekolah.

Objek penelitian adalah tentang Efektivitas Manajemen pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah, yang diterapkan dalam


(43)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

rangka meningkatkan Kompetensi Guru Olahraga. Adapun lokasi tempat penelitian dipilih sedemikian rupa, yang dianggap dapat mewakili karakter pengelolaan Efektivitas Manajemen pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah Menengah di UPI.

Sumber data atau dalam penelitian kuantitatif sering dipakai dengan istilah populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri dari : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, demikian pendapat Sugiyono (2007: 117). Dengan demikian populasi dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan sumber informasi yang membantu peneliti mengungkap fenomena penelitian. Satu benda atau satu orang juga dapat dianggap populasi apabila memiliki berbagai karakteristik. Sebagai contoh seseorang dapat diambil data tentang : tipikal berbicara, disiplin, hobi, cara bergaul, gaya kepemimpinan. Keterangan tersebut dapat kita jadikan populasi apabila kita meneliti tipe seorang pemimpin. Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan adalah segala bentuk informasi yang dapat dijadikan bahan penelitian tentang Efektifitas Manajemen pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Sekolah menengah di FPOK UPI.

Sebagai sumber data, maka ada primer dan ada data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti dengan subyek penelitian yaitu dekan, ketua jurusan, dosen dan mahasiswa FPOK UPI Bandung. Sedangkan data sekunder berupa struktur organisasi, struktur program dan IPK mahasiswa FPOK UPI diperoleh dari jurusan FPOK UPI Bandung.


(1)

220

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

bidang ilmu yang diajarkan baik identifikasi pengetahuan maupun identifikasi keterampilan dalam pendidikan jasmani.

2. Perlu dilakukan berbagai inovasi yang lebih konkrit dalam pengembangan metode dan bahan ajar serta dalam pengembangan kompetensi mahasiswa sebagai calon guru pendidikan jasmani.

3. Pengembangan bahan ajar sebaiknya dilakukan secara komprehensif dan kontinyu sehingga sesuai dengan perkembangan pendidikan jasmani. Sehingga pada setiap tahun ajaran ada inovasi-inovasi tentang pengajaran pendidikan jasmani.

4. Agar dalam kegiatan pembelajaran selalu dilakukan kegiatan manajemen pembelajaran yang efektif mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.


(2)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmesabe. 2004. Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Jasmani. Http://www.ahmasabe.wordpress.com. Diakses tanggal 2 Januari 2012 Admin. 2011. Perilaku dan Karakteristik Mahasiswa. http://

http://www.qirtin.com

Bolt, James P. 2000. Mengembangkan Pemimpin Tiga Dimensional dalam Frances Hesselbein, et .al. (terj. Bob Widyahartono). The Leader of The Future. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Burns, JM. 1978. Leadership. NY: Harper and Row, Inc

Castetter, WB. 1966. The Human Resource Function in Educational Administration. NJ: Englewood Cliffts.

Covey, Stephen R. 2000. “Tiga Peranan Pemimpin dalam Paradigma Baru”. Dalam Hesselbein et. Al. Pemimpin Masa Depan. Jakarta: The Drucker Foundation-Elex Komputindo.

Cholik Muthohir T. 1993. Metodik Pengajaran dan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud.

Davis, Stanley M. 1993. Managing Corporate Culture. Cambridge-Mass: Ballinger

Denison, D. 1994. Corporate Culture and Organizational Effectiveness. NY: Wiley.

Depdiknas, 2003. Konstruk dan Indikator Kualitas Sekolah. Jakarta: BAS Nasional Depdiknas

Dwiyogo, Wasis Joko. 1994. Konsepsi Bermain dan Berolahraga dalam Pendidikan jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani Tahun 4 No 1 April 1994. Engkoswara. 1987. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Ditjen Dikti

Depdikbud.

Evans, William, M. 1988. Organization Theory: Research and Design. NY: McMillan

Fattah, Nanang. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya


(3)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Fatah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Gaffar, Mohammad Fakry. 1994. Visi: Suatu Inovasi dalam Proses manajemen

Strategik Perguruan Tinggi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Bandung: IKIP Bandung.

Gafur, Abdul. 2006. Landasan Teknologi Pendidikan. PPs UNY. Yogyakarta

Halaki, Oemar,2010 Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi, Sinar Baru Algesindo

Handoko, T.Hani. 1999. Manajemen, Edisi 2, BPFE. Yogyakarta

Hersey, Paul dan Blanchard, Ken. 1997. Management of Organizational Behavior. NJ: Prentice Hall Inc.

Hill, Roger B. & Petty, Gregory C. 1995. A New Look at Select Emploability Skills: A Factor Analysis of The Occupational Work Ethic, Journal of Vocational Educational research. 20

Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung

Hofstede, G. 1990. Culture’s Cosequences. London: Sage Publications.

Indah Tri Utami,2011. “Metode dalam Pengorganisasian Materi Ajar”,

http://ienimatu.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Maret 2012

Jones, GR, 1995. Organizational Theory: text and Cases. Mass: Addison Wesley Publishing CO.

Keith, Sherry dan Girling, Robert H. 1991. Education, Management and Participation: New Direction in Educational Administration. Mass: Adison Wesley Publishing Co.

Kusuma, Imma Helianti. 2006. Manajemen Pendidikan di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Penabur No 06/Th.V/Juni 2006 h. 77

Liansoro, Agus. 2010 Profil Kompetensi Guru Pensorkes.

Http://ahmesabe.wordpress.com. Dikases tanggak 27 Maret 2012

Maksum, Ali. 2010. Kualitas Guru Pendidikan Jasmani di Sekolah. Antara Harapan dengan Kenyataan. FPOK Universitas Surabaya

Meyer, marshall. 1982. Environments and Organizations. San Francisco: Jossey – Bass.


(4)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Morrisey, George L. 1997. Pedoman Pemikiran Strategik : Pembangunan Landasan Perencanaan Anda, Jakarta: Prenhallindo

Muhadjir, Noeng. 1987. Teori Perubahan Sosial. Yogyakarta: Rake Rasain.

Muttaqin, Miftahul. 2010. Survei Sarana Dan Prasarana Olahraga SMA Negeri Di Kabupaten Batang Tahun 2009/2010. Http: lib. Unnes.ac.id. Diakses tanggal 12 Juli 2012

Nystrom, PC. Dan Tstarbuck, WH. 1981. Handbook of Organizational Design. NY: Oxford University Press.

Oemar, Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar Jakarta : Pt. Bumi Aksara. Pettigrew, 1978. On Studying Organizational Culture. Administrative Science

Quarterly. 22 No 4.

Rahman, Arif. 1997. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Dosen DPTK IKIP Bandung. Tesis PPs-IKIP Bandung.

Ristiani, Iis. 2010. Pengembangan Sistem SKS dan Penilaiannya. Jurnal pendidikan FKIP Suryakencana Cianjur. HTTP: jurnal.pdii.lipi.co.id. diakses tanggal 23 Maret 2012

Robbins, Stephen P. 1985. Organization Theory: Structure, Design and Aplications. Englewood Cliffs, NJ: Prentice_Hall Inc.

... 1991. Organizational Behavior: Concepts, Controversies, and Appliactions. NJ: Prentice-Hall Inc.

Sackman, Sonja A. 1991. Cultural Knowledge in Organization Exploring the Collective Mind. Newbury Park, Ca: Sage Publications.

Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Ltd.

Salusu. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta: Gramedia

Sanusi, Ahmad. 1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependudukan. Bandung: IKIP Bandung.

Sathe, Vijay. 1983. Culture and Related Corporate Realties. Homewood Ill: Richard D. Irwin. Inc.


(5)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Soekartawi, et. al,1995. Meningkatkan Rancangan Instruksional (Instructional Design), Jakarta: PT. Raja Grafindo

Schein Edgar H. 1985. “The Role of The Founder in Creating Organizational

Culture”. Organizational Dynamic.

...1992. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Josey-Bass Publ.

Senge, M.Peter. 1995. Disiplin Kelima, Seni dan Praktek dari Organisasi Pembelajar. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Sergiovanni, TJ. 1986. The Principalship: A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyin Bacon Inc.

Shieve, LY & Schoenheit, MB (eds), 1987. Leadership: Examining the Exclusive ASCD.

Soedirman Z. 2009 Jurnal Edukasi, Vol. 5 No. 1 Juni 2009.

http://isjd.pdii.lipi.go.id. Diakses tanggal 26 Maret 2012

Supriadi, dedi. 1997. Globalisasi dan Pendidikan: Implikasi pada Perguruan Tinggi Swasta Menghadapi Abad ke-21. Bandung:BMPS Jawa Barat ..., 2003. Guru di Indonesia: pendidikan, pelatihan dan Perjuangannya

Sejak Zaman Kemerdekaan Hingga Reformasi. Jakarta: Depdiknas

Suryadi, Ace. 1995. Efisiensi Pengelolaan Pendidikan. Jakarta: Balitbang Depdikbud.

Susanto, Antonius. 2002. Pengaruh Penggunaan Media Gambar OHP terhadap Prestasi Belajar Keterampilan Servis Tangan Bawah Bola Voli. Jurnal Pendidikan Penabur/ No .01/Th I/ 2002.

Thomas, Alan, J. 1971. The Productive School: A System Analysis Approach to Educational Administration. John Wiley& Sons. Inc

Tilaar, HAR. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tosi, Henry L. 1990. Managing Organizational Behavior, 2nd. NY: Happer Collins Publisher.

Trinanda, Andi. 2008. Memahami Kompleksitas Manajemen Pendidikan di Perguruan Tinggi. Http://Trinanda file. Wordpress.com


(6)

Andri Supriadi, 2012

Efektivitas Manajemen Pembelajaran Pendidikan Calon Guru Penjas Orkes Di Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (Fpok) Universitas Pendidikan Indonesia

(Upi) Bandunguniversitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Qu Zonghu. Et.al. 2010. The Development and Concept of Physical Education Reform in University and Colleges in China. Journal of Beijing University of Physical of Education;2000-04. 10. Www. http://en.cnki.com.cn/

Wakhinuddin S. 2010. Prinsip-prinsip Evaluasi dalam Pembelajaran. www.wakhinuddin. Wordpress.com. Diakses tanggal 23 Maret 2012