IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERBASIS ISLAM DENGAN PENDEKATAN MUTUAL ADAPTIVE PADA MATA PELAJARAN IPA : Study Di MTsN Salido Kabupaten Pesisir Selatan.

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam karyanya yang paling monumental, “Muqaddimah” Ibnu Khaldun pernah menegaskan, bahwa secara manusiawi, peradaban yang kalah itu cenderung mengikuti peradaban yang lebih unggul dan lebih menang. Nampaknya, kaedah sosiologi inilah yang bisa menjelaskan fenomena budaya latah dan taklid (ikut-ikutan tanpa mengetahui alasannya) umat Islam dalam mengadopsi dan mengimpor seluruh aspek dari peradaban Barat. Globalisasi atau Westernisasi bukan hanya berlangsung dalam aspek 3F; food, fun, fashion (makanan, kesenangan, dan pakaian), seperti yang ditegaskan oleh John Naisbit, tetapi juga 1T; thought (pemikiran) Barat. Bahkan, cara kaum muslimin beriman kepada Tuhan-Nya, juga memahami kitab sucinya tidak luput dari hegemoni (Al-Attas, 1978:32). Padahal, aspek inilah yang paling berbahaya. Sebab ini menyangkut aspek identitas kultural, sosial budaya dan peradaban Islam. Menurut Maryam Jameela, dalam bukunya Islam Versus the West, bahwa tindakan imitatif (peniruan) terhadap pandangan hidup Barat yang berbasiskan materialisme, pragmatisme, dan filsafat sekuler, akan berujung pada pemusnahan Islam (Al-Attas, 1980:24).

Fakta ini yang kemudian diistilahkan oleh Ziauddin Sardar dengan “Imperialisme epistemologis” suatu bentuk penjajahan intelektual yang


(2)

2 melahirkan, merujuk pada pemikiran al-Attas, korupsi pengetahuan (the corruption of knowledge). Menurut Sardar, imperialisme ini telah berlangsung sejak 300 tahun yang lalu. Epistemologi Barat telah menjadi cara pemikiran dan penyelidikan (mode of thought and inquiry) yang dominan dewasa ini, maka masyarakat-masyarakat muslim, dan masyarakat-masyarakat di planet bumi ini sesungguhnya dibentuk menurut image (citra) Barat (Armas, 2005:25).

Akibat buruk dari imprealisme, telah menyebabkan berbagai tantangan dan krisis multidimensi yang melanda di tengah-tengah masyarakat muslim. Krisis ini timbul akibat pengetahuan yang disebarkan dan dipahamkan ke seluruh dunia oleh peradaban Barat, di mana titik persolan krisis itu muncul akibat pengetahuan dan pemahaman yang tidak adil. Sebab utamanya, karena pengetahuan dan ilmu dalam pandangan Barat bukan didasarkan dan dikembangkan di atas pondasi agama (wahyu), melainkan dibangun di atas altar semangat penolakan dan penentangan terhadap agama (baca: Gereja). Disamping itu, sejak munculnya semangat rasionalitas pada jaman renaissance, dalam pandangan hidup Barat, kebenaran suatu ilmu hanya didasarkan pada hal-hal yang bisa diobyektifikasi dengan indra yang kemudian diperkuat dengan spekulasi filosofis dan renungan-renungan yang bertalian terutama dengan kehidupan duniawi yang berpusat pada manusia sebagai makhluk fisik dan satwa rasional. Inilah yang disebut dengan kebenaran yang dibangun pada filsafat "Antroposentrisme" dimana Rene Descartes, yang dijuluki oleh sejarawan Barat sebagai bapak filsafat modern


(3)

3 adalah pencetus awalnya. Ungkapannya yang paling terkenal "cogito ergo sum" (aku berpikir maka aku ada), telah menjadikan rasio sebagai titik tolak dari seluruh metode keilmuan dan satu-satunya kriteria untuk mengukur kebenaran dalam disiplin ilmiah Barat. Alhasil, ilmu dan sains Barat begitu dilematis, dikotomis, membingungkan, tidak berujung dan tidak berpangkal karena selalu on going proces, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah telah menebarkan maut dan kekacauan kepada tiga kerajaan alam: satwa, nabati dan tambang. Pengaruh buruk ini terjadi karena salah satu pendekatan yang mereka yang lakukan ketika melakukan pengkajian adalah pendekatan anti metafisika. Misalnya, salah satu pernyataan Imanuel Kant (1804 M) yang menegaskan bahwa metafisika merupakan "ilusi transenden dan pernyataan-pernyataan metafisika tidak memiliki nilai-nilai epistemologi”. Paradigma ini yang menyebabkan ilmu dalam kebudayaan Barat telah kehilangan nilai-nilai spiritual dan transendentalnya.

Pandangan ini lahir dari semangat sekularisme yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kultural dan sosial masyarakat Barat. Konsekuensi dari sistem sekuleristik ini lahirlah krisis-krisis yang meluluhlantakkan kehidupan umat, seperti tatanan ekonomi yang kapitalistik, prilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, dan paradigma pendidikan yang materialistik. Semua masalah itu mengingatkan kita pada sebuah pernyataan Kurshid Ahmad yang menyatakan bahwa “...dari sekian banyak permasalahan yang merupakan tantangan dunia Islam dewasa ini adalah


(4)

4 masalah pendidikan merupakan masalah yang paling menantang. Masa depan dunia Islam tergantung pada cara dunia Islam menjawab dan memecahkan tantangan tersebut”.

Terapi pemecahan krisis ini harus berangkat dan bertitik tolak dari komitmen untuk kemudian berjihad dan berijtihad membersihkan (purifikasi) seluruh ilmu pengetahuan dari unsur-unsur dan pengaruh buruk peradaban Barat sekuler yang bertentangan dengan pandangan hidup Islam (Islamic worldview). Tidak ada yang bisa menolak, bahwa sesungguhnya pertumbuhan intelektual Islam tergantung pada kemampuan kita sendiri untuk membebaskan diri dari belenggu mental sistem pengetahuan Barat. Unsur-unsur yang harus dibersihkan dari tradisi dan intelektual Barat antara lain adalah: Konsep dualisme yang mencakup cara pandang tentang hakekat dan kebenaran, dualisme antara jiwa dan jasad, pemisahan antara intellectus (intelek) dan ratio (akal) serta penekanan mereka pada rasio. Perpecahan metodologis mereka antara rasioanalisme dan empirisme, doktrin humanisme dan idiologi sekulernya, konsep tragedi mereka, terutama dalam kesusasteraan.

Mengingat beratnya persoalan atau krisis yang dihadapi, maka semua itu hanya mungkin dihadapi melalui solusi yang paradigmatik dan integral. Solusi paradigmatik dan integral yang dimaksud adalah dengan cara menegakkan kembali seluruh tatanan kehidupan masyarakat, termasuk di bidang pendidikannya, dengan berlandaskan pada aturan syari’at Islam.


(5)

5 Dalam konteks pemecahan berbagai krisis multidimensi dan untuk berjuang menegakkan sebuah peradaban, tentu saja peran sekolah sangat strategis, fundamental, sentral dan sangat menentukan. Para generasi muslim diharapkan mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran yang orisinal (asli) sehingga mampu mengalahkan seluruh bentuk pemikiran, konsep, sistem dari pandangan hidup Barat. Hal ini penting agar umat tidak lagi mengidap penyakit inferiority complex (rendah diri). Begitu pula dengan hadirnya para pemimipin di segala bidang, yang punya komitmen keIslaman yang kuat, mereka nantinya diharapkan mampu membuat dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro syari'ah (sesuai dengan Islam), sebagai manifestasi (perwujudan) dari tanggung jawab ke-abdullah-an dan ke-khalifah-an mereka. Usaha-usaha ke arah itu, merujuk pada perspektif pendidikan, sebuah tujuan pendidikan harus diterjemahkan secara jelas dan aplikatif dalam bentuk kurikulum yang keseluruhan bagian-bagiannya bertanggung jawab untuk menghantarkan para peserta didik pada tujuan (goal) yang telah dicanangkan. Sesuai dengan fungsi, sifat dan peran kurikulum yang bertindak sebagai sarana mencapai tujuan, maka kurikulum itu harus bersifat fleksibel dan berusaha merespon secara cerdas dan kreatif berbagai tantangan dan dinamika kehidupan. Di sinilah pentingnya usaha pengembangan kurikulum yang harus bersifat antisifatif, adaptif dan aplikatif.

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan perorganisasian berbagai komponen situasi


(6)

6 belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit dan garis pelajaran ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar. Devinisi lain dari pengembangan kurikulum adalah suatu usaha menambahkan, mengurangi atau dalam beberapa hal menghilangkan unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam komponen kurikulum. Hal ini dimaksudkan agar hasil dari usaha tersebut mampu menghasilkan suatu kurikulum baru yang lebih baik dan mampu mencapai tujuan pendidikan.

Permasalahan utama adalah bagaimana merumuskan secara jelas konsep pendidikan spiritual dan moral ini? Secara sederhana barangkali kita bisa menterjemahkan bahwa pendidikan spiritual ini adalah menyangkut aspek keimanan yang tertanam kuat di hati dan tercermin dalam kepribadiannya yang memancarkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Adalah tidak mudah pula untuk merumuskan kurikulum yang menjadikan siswa cerdas secara spiritual, walaupun sebenarnya langkah-langkah konkret sudah dilaksanakan, memang secara sistematis tampaknya belum bisa sepenuhnya tergarap. Spiritual maupun moral merupakan dua aspek yang sangat dekat, keduanya dapat disarikan dari sumber utama Islam yaitu al Qur’an dan Hadits, permasalahannya adalah bagaimana mensarikan al Qur’an dan hadits ini menjadi sesuatu yang aplikatif secara kurikulum pendidikan.

Beberapa contoh pelaksanaannya adalah dengan melakukan penilaian terhadap pencapaian hapalan al qur’an, puasa senin kamis, kerajinan shalat


(7)

7 berjama’ah, kepedulian terhadap kebersihan. Hanya saja usaha tersebut belum sejajar dengan pelajaran matematika atau pelajaran umum lainnya. Jadi perlu dibuat gebrakan bahwa shalat berjama’ah sama pentingnya dengan kehadiran masuk sekolah, hapalan al qur’an sama pentingnya dengan pelajaran matematika atau sosiologi dan seterusnya.

Aspek selanjutnya adalah aspek moral, di madrasah, aspek moral ini sudah menjadi pertimbangan tersendiri untuk penilaian prilaku siswa. Memang sudah selazimnya diberlakukan demikian. Karena inilah misi madrasah, menyelenggarakan pendidikan yang tidak menginginkan kebocoran di salah satu aspek. Sebagaimana pendidikan spiritual, maka di sisi moral harus ditanamkan kuat-kuat bahwa siswa yang memiliki karakter Islami yang kuat sama pentingnya dengan usaha untuk mencapai ranking satu secara akademik. Tatanan rambut, model pakaian dan lain-lain, merupakan sesuatu yang sama nilainya dengan mata pelajaran, siswa atau guru tidak membedakan salah satunya lebih penting dari lainnya. Beberapa aspek dari pembentukan moral seperti amanah, rasa hormat kepada orang lain, tanggung jawab, kejujuran, kepedulian dan keanggotaan sebagai bagian masyarakat, merupakan pilar yang dapat dijadikan acuan dalam membina dan mendesain kurikulum moral. Maka berkelahi sesama teman, mengejek dan memperlihatkan permusuhan baik kepada teman sendiri maupun guru merupakan suatu pelanggaran yang dianggap serius di madrasah. Sangat ditekankan untuk berlaku sopan terhadap siapapun. Penjabaran dari pengembangan kecerdasan spiritual dan moral ini tentu sangat panjang sebagaimana luasnya penjabaran


(8)

8 dari kurikulum akademik yang menjabarkan kecerdasan intelektual, baik menyangkut kesiapan Madrasah sendiri, maupun orang tua.Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah, seperti dengan melakukan evaluasi terhadap kurikulum untuk mencetuskan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan standar nasional dan membangun karakter bangsa.

Pembelajaran di madrasah saat ini belum menyentuh pendidikan islam yang berkesan terhadap kepribadian siswa. Guru hanya mentargetkan kelulusan siswa pada ujian nasional untuk menaikkan gengsi sekolah. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya pemberitaan tentang kenakalan remaja yang berlatar belakang pendidikan madrasah. Sedangkan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal telah menekankan untuk menerapkan pendidikan berkarakter pada setiap mata pelajaran, Fasli menjelaskan, integrasi pendidikan karakter dalam berbagai mata pelajaran misalnya terlihat pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Siswa diajak merenungi keagungan ciptaan Tuhan sambil menekuni beragam rumus.(okezone.com)

Di MTS Salido Kabupaten Pesisir Selatan sendiri telah menerapkan model KTSP yang sesuai dengan kondisi sekolah yang berbentuk madrasah. Diantaranya adalah pada mata pelajaran IPA. Di madrasah, mata pelajaran IPA membahas tentang alam dan gejalanya serta manfaatnya bagi manusia. Pada pelaksanaannya, mata pelajaran ini diintegrasikan dengan muatan khasanah islam, diantaranya adalah ketauhidan untuk mengenal sang Pencipta serta kekuasaan-Nya, melalui pendekatan mutual adaptive.


(9)

9 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 1, ayat 15 dikemukakan bahwa “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan”. Artinya, KTSP merupakan bentuk operasional kurikulum dalam usaha peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tersebut kemudian diperkuat dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22/2006 tentang Standar Isi Pendidikan dan Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan, mengantar kemunculan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006. Setiap satuan pendidikan dasar dan menengah diberikan peluang untuk mengembangkan dan menetapkan kurikulum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas peneliti akan mengadakan penelitian tentang “Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA”. Pokok masalah penelitian adalah: Bagaimana Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA kelas VII di MTs.N Salido ?


(10)

10 Dalam penelitian ini tinjauan lebih difokuskan pada implementasi KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA di MTS.N Salido, meliputi: perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini lebih memfokuskan kepada aspek “Implementasi pada Kegiatan Pembelajaran Bidang Studi IPA di Kelas VII yang didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berbasis Islam dengan Pendekatan Mutual adaptive Oleh Guru” Fokus penelitian ini menitik beratkan pada Implemetasi Kurikulum yang berkenaan dengan aspek perencanaan pengajaran, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar.

Aspek-aspek tersebut secara rinci akan berhubungan dengan pemahaman dan persepsi guru terhadap KTSP Berbasis Islam, persepsi guru terhadap implementasi KTSP Berbasis Islam, kepedulian guru terhadap implementasi KTSP Berbasis Islam dan kepedulian guru dalam pemanfaatan potensi dari kondisi-kondisi eksternal dan internal, tingkatan implementasi mutual adaptive dan aktivitas pembelajaran.

Lebih lanjut Implementsi KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA dibatasi/ difokuskan pada aspek-aspek sebagai berikut:

1. Silabus dan Program rencana pembelajaran (RPP) Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS)


(11)

11 2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah

Tsanawiyah (MTS)

3. Faktor -faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada bidang studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS)

D. Definisi operasional

Untuk lebih memperjelas operasional penelitian ini maka perlu dijelaskan beberapa definisi operasional penelitian ini, sebagai ruang lingkup dari aspek-aspek yang akan diungkapkan dalam pelaksanaan penelitian ini, agar dapat memperjelas jenis data yang akan dikumpulkan.

1. Implementasi

Nurdin Usman (2002:70) mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.


(12)

12 2. Implementasi Pendekatan mutual adaptive

Pendekatan mutual adaptive dalam penelitian ini adalah pendekatan yang memberi kebebasan lebih besar pada guru selama implementasi kurikulum yaitu dengan mengadopsi tuntutan inovasi (melakukan penyesuaian-penyesuaian) dalam situasi nyata baik perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam pembelajaran siswa (Miller & Seller 1995, Oemar Hamalik, 2007: 8)

Ciri pokok pendekatan ini adalah bahwa dalam implementasinya pelaksana kurikulum mengadakan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi riel, kebutuhan, dan tuntutan perkembangan secara kontekstual. Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa berdasarkan temuan empirik, pada kenyataannya kurikulum tidak pernah benar-benar dapat diimplementasikan sesuai rencana, namun perlu diadaptasi sesuai kebutuhan setempat (Jackson, 1991: 428)

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan, pasal 1 ayat 15 tahun 2005 dikemukakan bahwa: “KTSP adalah kurikulum operasional disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Satandar Pendidikan Nasional”. Selanjutnya menurut Mulyasa (2006, 26) Said Hamid.H (2007, 490) mengemukakan: “Tujuan dalam KTSP adalah rumusan yang lebih spesifik


(13)

13 berkenaan dengan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap yang hendak dikembangkan pada diri peserta didik”.

KTSP dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI). SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan SI adalah ruang lingkup materi dan tigkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan satuan pendidikan tertentu. Selanjutnya berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional 2003 pasal 36 ayat 1 dinyatakan: “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, sedangkan Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses kompetensi lulusan...”

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berbasis Islam

KTSP Berbasis Islam adalah sebuah struktur kurikulum paradigmatik terdiri dari tiga komponen materi pendidikan utama yang sekaligus menjadi karakteristik khas, yakni: (1) aspek ruhiyah, (2) aqliyah dan (3) jismiyah. Dari ketiga karakteristik tersebut isi materi kurikulumnya terdiri dari ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu umum dan keterampilan.

Dalam bahasa Arab Islamisasi ilmu disebut sebagai “Islamiyyat al-Ma’rifat” dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Islamization of Knowledge”. Dalam Islam, ilmu merupakan perkara yang amat penting


(14)

14 malahan menuntut ilmu diwajibkan semenjak lahir hingga ke liang lahad. Ayat al-Quran yang pertama yang diturunkan berkaitan dengan ilmu yaitu surah al-’Alaq ayat 1-5. Menurut ajaran Islam, ilmu tidak bebas nilai-sebagaimana yang dikembangkan ilmuan Barat--akan tetapi sarat nilai, dalam Islam ilmu dipandang universal dan tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu dalam Islam. Oleh kerana itu, sejarah dalam dunia ilmu Islam dahulu telah melahirkan ulama yang terkemuka yang dapat menguasai ilmu-ilmu “dunia” dan “akhirat”. Mereka berusaha menyeimbangkan ide-ide besar dalam tamadun yang lain dengan ajaran agama Islam. Ini dapat dilihat sebagai contoh seperti al-Kindi,Ibnu Sina, al-Ghazali,dan lain-lain. Mereka berusaha mengetengahkan beberapa ide dasar dan mempertemukan ilmu “luar” dengan ajaran Islam. Perbedaannya,mereka tidak mengunakan istilah “pengislaman Ilmu” kala itu kerana pada saat itu umat Islam begitu cemerlang dalam ilmu pengetahuan.

Mulyanto mengatakan bahwa islamisasi ilmu pengetahuan sering dipandang sebagai proses penerapan etika islam dalam pemanfaatan imu pengetahuan dan kreteria pemilihan suatu jenis ilmu pengetahuan yang akan di kembangkannya. Dengan kata lain, islam hanya berlaku sebagai kreteria etis diluar struktur ilmu pengetahuan, Asumsi dasarnya adalah, bahwa ilmu pengetahuan adalah bebas nilai. Konsekuensi logisnya mereka mereka menganggap mustahil munculnya ilmu pengetahuan islami, sebagaimana mustahilnya ilmu pengetahuan Marxisme. Dan islam beserta ideologi-ideologi lainnya, hannya mampu merasuki subjek


(15)

15 ilmu pengetahuan beraksi; lalu menyerahkan kedaulatan muthlak pada metodologi ilmu bersangkutan. Lebih lanjut Mulyanto mengatakan bahwa islamisasi ilmu pengetahuan,tak lain dari proses pengembalian atau pemurnian ilmu pengetahuan pada prinsip-prinsip yang hakiki, yakni: tauhid, kesatuan makna kebenaran, dan kesatuan ilmu pengetahuan.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka untuk lebih memfokuskan penelitian hal tersebut perlu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai acuan pelaksanaan penelitian. Pertanyaan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana penyusunan dan rancangan Kurikulum Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

a. Bagaimana guru menyusun silabus mata pelajaran IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

b. Bagaimana guru menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

3. Apa saja faktor -faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada bidang


(16)

16 studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

F. Tujuan Penelitian 1. Tujuan secara umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan gambaran mengenai Implementasi KTSP Berbasis Agama dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA di MTS dan hubungan variabel yang mempengaruhi implementasinya. Dengan informasi dan gambaran tersebut, selanjutnya dapat dijadikan arahan bagi pihak yang terkait dalam memperbaiki sistem implementasi kurikulum Bidang Studi IPA.

2. Tujuan Secara Khusus

Sehubungan dengan itu, secara khusus penelitian ini betujuan sebagai berikut:

a. Untuk mendiskripsikan program yang dikembangkan dalam pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan

b. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan

c. Untuk mendiskripsikan faktor -faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual


(17)

17 adaptive pada bidang studi IPA kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Salido Kabupaten Pesisir Selatan?

G. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap upaya mendalami pemahaman tetang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berbasis Islam Bidang Studi IPA dalam model Rencana Program Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajarannya, cara penilaiannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengimplementasian dengan pendekatan mutual adaptive.

Adapun secara operasional penelitian ini juga dapat digunakan bagi mereka yang terlibat langsung maupun tidak langsung didalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran Bidang Studi IPA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satauan Pendidikan (KTSP), yaitu:

1. Memberikan masukan khususnya bagi guru-guru IPA dalam rangka meningkatkan performa mereka dalam membuat desain program pembelajaran yang didasarkan pada KTSP berbasis Islam

2. Memberikan masukan bagi pihak yang membuat kebijakan (pejabat terkait) tentang impelementasi kurikulum berdasarkan pendekatan mutual adaptive sesuai dengan kondisi-kondisi dilapangan.

3. Khusus Bagi Kantor Kementrian Agama, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengimplementasikan KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive.


(18)

18 4. Bagi peneliti lanjutan diharapkan dapat membuka cakrawala sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti yang akan datang khususnya yang berkaitan dengan tugas guru sebagai pengembang dan implementator kurikulum di Madrasah Tsanawiyah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berbasis Islam.


(19)

61 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memilih metoda penelitian deskriptif— sebuah metoda yang efektif untuk tujuan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiyah maupun fenomena hasil rekayasa.

Menurut Sukmadinata (2005: 74),

Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum-pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakukan-perlakukan tertentu terhadap variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek komponen atau variabel berjalan apa adanya. Akan tetapi, seperti dikatakan Best, John W. (Sukmadinata, 2005: 74) bahwa penelitain deskriptif tidak hanya berhenti pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan interpretasi serta penyimpulan, tetapi dilanjutkan dengan pembandingan, mencari kesamaan-perbedaan dan hubungan kausal dalam berbagai hal. Penemuan makna adalah fokus dari keseluruhan proses yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti hendak mengkaji secara mendalam Implementasi KTSP Berbasis Islam Dengan


(20)

62 Pendekatan Mutual Adaptive Pada Mata Bidang Studi IPA Di MTs Salido Kabupaten Pesisir Selatan.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian Implementasi KTSP Berbasis Islam Dengan Pendekatan Mutual Adaptive Pada Mata Bidang Studi IPA Di MTs lebih tepat jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif , karena pendekatan kualitatif lebih tepat digunakan kalau meneliti proses bukan hasil atau produk, untuk mengetahui kondisi obyektif dan mendalam tentang fokus penelitian. Hal ini sesuai dengan pemikiran Bogdam dan Biklen (1992: 31) yang menyatakan: “ qualitative researchers are concerned with prosses rather than simply with outcome or product”

Dan Pendekatan penelitian yang digunakan adalah: “…pendekatan deskriptif kualitatif, artinya penelitian yang berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang” (Sumanto, 1990: 47).

Pendekatan kualitatif dianggap sesuai dalam penelitian ini karena peneliti mempunyai alasan, yaitu: 1) lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan subyek penelitian, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong L.J, 1993: 5). Nana Sudjana dan Ibrahin R (1989: 189)


(21)

63 mengatakan bahwa” “tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan hasil”

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian tentang implementasi KTSP dengan pendekatan mutual adaptive di MTS. Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan kemudian ditafsirkan dan diberi makna sesuai apa adanya dan berdasarkan ciri-ciri tersebut serta sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program yang sesuai dengan KTSP dengan pendekatan mutual adaptive pada Bidang Studi IPA kelas VII di MTS.

Seperti yang diuraikan di atas, bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, Menurut Nana Syaodih S (2007: -73) dikemukakan bahwa “deskriptif adalah penelitian yang paling mendasar dan penting dalam kurikulum karena medeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, impelementasi kurikulum pada berbagai jenis jenjang dan satuan pendidikan”. Lebih lanjut Nana Syaodih S ( 2007: 74) mengatakan bahwa, “ dalam metode deskriptik peneliti tidak melakukan manipulasi atau perlakuan tertentu tehadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek komponen variabel berjalan seperti itu”.

Peneliti akan menemukan dan mengidentifikasi semua variabel penting yang mempunyai sumbangan terhadap riwayat dan pengembangan subyek. Ini berarti peneliti melakukan pengumpulan data yang meliputi


(22)

pengalaman-64 pengalaman masa lampau dan keadaan lingkungan subyek. Ini berarti pula bahwa data yang akan peneliti kumpulkan termasuk pengalaman masa lampau dan keadaan sekarang dari individu tersebut termasuk lingkungannya dan peneliti berusaha untuk menemukan hubungan antar faktor tersebut satu sama lain.

Penggunaan metode penelitian deskriptif ini untuk mengumpulkan suatu kenyataan yang ada atau yang terjadi di lapangan agar dapat dipahami secara mendalam, sehingga pada akhirnya diperoleh temuan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. Temuan data tersebut adalah gambaran atau deskripsi tentang impelementasi KTSP dengan pendekatan mutual adaptive pada pembelajaran Bidang Studi IPA kelas VII di MTS.

C. Subyek Penelitian

Yang akan menjadi subyek dalam penelitian ini terdiri dari; Guru Bidang Studi IPA di kelas VII . Alasan penggunaan studi populasi dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah subyek penelitian sedikit 2. Diperoleh data yang lengkap.

3. Mudah untuk menghubungi subyek penelitian karena tempat tinggalnya

4. Ada waktu dan tenaga untuk mengadakan penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian atau sumber informasi dalam yaitu adalah: Kepala Sekolah .dan Guru-Guru


(23)

65 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Dalam penentuan teknik dan instrumen yang digunakan dalam penelitian tergantung dari: “…subyek penelitian, sumber data, waktu dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengolah data” (Arikunto S, 2006: 160).

Secara lebih jelas, teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dijelaskan dibawah ini.

1. Teknik Observasi

Teknik observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan atau kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian. Instrumen observasi adalah menggunakan pedoman observasi.

Teknik observasi ini digunakan dalam penelitian karena mempunyai alasan-alasan, antara lain:

a. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerapan atau kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasaian.

b. Data yang dikumpulkan dapat diamati dengan jelas. c. Teknik ini menggunakan pedoman observasi.


(24)

66 2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk menggali data yang belum terungkap. Wawancara peneliti melalui berinteraksi dengan subyek penelitian agar peneliti dapat menganalisa dan menafsirkan jawaban yang diwawancarai. Alasan digunakan teknik wawancara, yaitu:

1) Teknik ini merupakan teknik yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif.

2) Teknik ini untuk mengetahui pendapat seseorang atau subyek penelitian.

3) Teknik ini merupakan teknik wawancara mendalam.

Instrumen wawancara yang digunakan adalah menggunakan pedoman wawancara.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tertulis dari suatu keadaan dan kegiatan subyek penelitian Teknik dokumentasi ini diperlukan sebagai pelengkap yang dapat menguatkan atau sebagai pengayaan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian, dan interpretasi sekunder terhadap kejadian-kejadian. Data-data yang dikumpulkan adalah catatan non-statistik.

Teknik dokumentasi ini digunakan dalam penelitian ini karena memiliki alasan, antara lain:

a. Teknik ini untuk mengumpulkan data tentang latar belakang dan keadaan responden sebagai implementator kurikulum.


(25)

67 b. Teknik ini berdasarkan data tertulis.

c. Datanya bersifat autentik.

Instrumen yang digunakan dalam teknik dokumentasi ini adalah pedoman tentang hal-hal yang dibutuhkan untuk memperkuat informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

Ketiga tekhnik di atas yakni wawancara, observasi dan analisa dokumen adalah cara kerja yang digunakan oleh peneliti sendiri untuk menjaring data penelitian. Hal ini sejalan dengan penelitian dengan pendekatan naturalistik kualitatif, dimana salah satu cirinya adalah peneliti berperan sebagai instrument.

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim R (1989 : 189) mengemukakan bahwa:

peneliti dan obyek yang diteliti saling berinteraksi yang proses penelitiannya dilakukan diluar maupun dari dalam dengan banyak melibatkan judgment. Dalam pelaksanaanya, peneliti sekaligus berfungsi sebagai alat peneliti yang tentunya tidak melepaskan diri sepenuhnya dari unsur subyektivitas

Berdasarkan pandangan di atas, maka peneliti berperan sebagai instrumen terjun langsung kelapangan , menjaring data melalui teknik wawancara, observasi dan analisa dokumen dengan melakukan judgment selama tahap pengumpulan data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Nasution (1991: 3) meliputi tiga tahapan, yaitu: 1) tahap orientas, untuk


(26)

68 mendapatkan informasi apa yang penting untuk ditemukan, 2) tahap eksplorasi, untuk menentukan seseuatu secara terfokus, dan 3) tahap member check, untuk mengecek temuan menurut prosedur dan memperoleh laporan akhir.

Prosedur penelitian ini digunakan dalam rangka penelitian agar penelitian yang dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar dan tepat. Secara lebih rinci, tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi

Yang dimaksud orientasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap mengenai masalah yang hendak diteliti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, antara lain:

a. Melakukan studi pendahuluan dan penjajakan lapangan ke lingkungan Sekolah MTs.N Salido Kabupaten Pesisir Selatan untuk mengidentifikasi masalah atau fokus penelitian.

b. Mempersiapkan berbagai referensi, seperti: buku, majalah, surat kabar, brosur, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Menyusun pra-desain penelitian.

d. Menyusun kisi-kisi penelitian dan pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi.


(27)

69 2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menggali informasi dan pengumpulannya dengan fokus dan tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat surat ijin penelitian dari pihak yang berwewenang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap eksplorasi ini, antara lain:

a. Menerima penjelasan dari pihak Sekolah dan Guru yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran dan dampak implementasi KTSP Berbasis Islam, khususnya pembelajaran Bidang Studi IPA.

b. Melakukan wawancara secara lisan kepada subyek penelitian untuk memperoleh informasi tentang perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dalam implementasi KTSP Berbasis Islam serta hal-hal yang menunjang dalam implementasi.

c. Melakukan observasi terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengeimpelementasian KTSP Berbasis Islam dengan pendekatan mutual adaptive pada pembebelajaran Bidang Studi IPA.

d. Membuat catatan kasar hasil data yang terkumpul dari subyek penelitian.

e. Memilih, menyusun, dan mengklasifikasi data sesuai dengan aspek-aspek penelitian.


(28)

70 3. Tahap Member Check

Tahap ini digunakan untuk mengecek kebenaran dari informasi hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah terkumpul agar peneliti memiliki tingkat kepercayaan yang cukup baik. Pengecekan informasi dan data dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

a. Menyusun hasil wawancara berdasarkan item-item pertanyaan, menyusun hasil observasi yang kemudian mengkonfirmasikan hasil wawancara dan observasi kepada informan (nara sumber) agar tidak ada kesalahan interpretasi dalam mendeskripsikan data.

b. Meminta koreksi hasil yang telah dicatat dari observasi kepada informan (nara sumber).

c. Peningkatan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan triangulasi akan kebenaran informasi dari nara sumber dengan informasi dari penyelenggara dan sumber belajar serta pengamatan.

4. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara seksama selama di lapangan maupun setelah dari lapangan. Model analisis yang digunakan adalah model analisis interaktif. Langkah-langkah yang dirumuskan Nasution, S (1993: 129) dalam model ini meliputi: 1) koleksi data (data collection), 2) penyederhanaan data (data reductional), 3) penyajian data (data display), dan 4) pengambilan kesimpulan serta verifikasi (conclusion; drawing verivying).


(29)

71 Berdasarkan pendapat tentang model analisis data dalam penelitian kualitatif di atas, maka peneliti menganalisis data hasil lapangan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Koleksi data (data collection), yaitu data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan peneliti dari subyek penelitian dan sumber informasi, merupakan langkah awal dalam pengolahan data. Dalam mengoleksi data, peneliti malakukan observasi dengan subyek penelitian dan sumber informasi serta mencari dokumentasi hasil pelatihan. Hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan segera dituangkan peneliti dalam bentuk tulisan dan dianalisis.

b. Penyederhanaan data (data reductional), yaitu penelaahan kembali seluruh catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan demikian pada tahap ini akan diperoleh hal-hal pokok berkaitan dengan fokus penelitian.

c. Penyajian data (data display), merupakan kegiatan penyusunan hal-hal pokok dan pola yang sudah dirangkum secara sistematis, sehingga diperoleh tema dan pola secara jelas tentang permasalahan penelitian agar mudah diambil kesimpulan.

d. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi (conclusion; drawing verivying), merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan dan memantapkan kesimpulan dengan member check atau triangulasi yang dilakukan selama dan sesudah data dikumpulkan. Dengan demikian proses verifikasi merupakan upaya mencari makna


(30)

72 dari data yang telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, perbedaan-perbedaan, hal-hal yang sering timbul dan lain sebagainya.


(31)

135 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang di dasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan mata pelajaran IPA di Kabupaten Pesisir Selatan.

A. Simpulan

Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan data hasil penelitian tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran IPA di Kabupeten Pesisir Selatan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengembangan Kurikulum IPA

Dari temuan penelitian pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA dilakukan sesuai dengan KTSP atau sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, dan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas tentang Pelaksanaan Permendiknas no. 22 dan 23. yang mengatur adanya pegembangan kurikulum pada satuan pendidikan.

Proses pengembangan dilakukan dengan cara melakukan penggabungan beberapa sub materi pelajaran seperti kimia, fisika dan biologi menjadi satu pelajaran, yaitu mata pelajaran IPA. Sedangkan pengembangan silabus mata pelajaran IPA belum dilakukan. Hal ini


(32)

136 disebabkan pihak satuan pendidikan ataupun guru bidang studi IPA masih kebingungan untuk mengembangkan silabus mata pelajaran IPA yang sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan dimana satuan pendidikan berada. Oleh karena itu pihak satuan pendidikan dan guru mencontoh draf-draf KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

a. Penyusunan Silabus

Dari hasil penelitian, pembuatan silabus sesuai dengan format yang disyaratkan oleh KTSP. Yaitu ada Standar Kompetensi, Komptensi Dasar, materi pokok dan uraian materi pokok, indikator, penilaian, serta sumber bahan/alat. Tapi dalam hal ini guru hanya mencontoh draf silbus yang dibuat oleh BSNP. Hal dilakukan guru untuk memenuhi adminstrasi dalam menyusun program semester dan program tahunan. Oleh sebab itu dalam proses penyusunan silabus guru ataupun pihak satuan pendidikan belum melakukan proses pengembangan silabus seperti yang disyaratkan dalam PP. No. 19 Tahun 2005 pasal 17 ayat 2 dan pasal 20.

b. Penyusunan Rencana Program Pembelajaran (RPP)

Berdasarkan temuan hasil penelitian, pengembangan RPP guru IPA MTsN Salido dibuat sesuai dengan format pengembangan RPP. Namun pembuatan RPP dilakukan sama persis dengan RPP yang dibuat oleh BSNP.


(33)

137 2. Implementasi Pembelajaran IPA

Langkah-langkah yang ditempuh guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA sesuai dengan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan. Pada pendahuluan guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa. Guru juga telah menciptakan iklim yang kondusif dalam proses pembelajaran yaitu suasana demokratis yang ditunjukkan dengan melakukan tanya jawab seputar materi yang disampaikan. Dalam menggunakan metode pembelajaran guru juga telah sesuai seperti yang tertuang dalam rencana pembelajaran, yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Sedangkan dalam memanfaatkan media pembelajaran guru memanfaatkan laboratorium IPA yang tersedia seperti alat peraga dan alat penelitian seperti mikroskop.

Evaluasi yang dilakukan oleh guru IPA untuk mengukur kompetensi siswa dilakukan dengan evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses yang dilakukan dengan melihat sikap dan perilaku siswa selama di luar dan proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil dengan melakukan tes lisan dan tulisan.


(34)

138 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kurikulum IPA

a. Faktor Pendukung

1) Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, dan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas tentang Pelaksanaan Permendiknas no. 22 dan 23. yang mengatur adanya pegembangan kurikulum pada satuan pendidikan.

2) Adanya dukungan dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten Pesisir Selatan untuk mengembangkan kurikulum IPA baik melalui pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kurikulum IPA ataupun bantuan sarana dan prasarana.

3) Tersedianya laboratorium pembelajaran IPA yang berfungsi untuk melakukan praktek-praktek pengajaran IPA.

b. Faktor Penghambat

1) Dalam kenyataan di lapangan para perumus pengembangan kurikulum di madrasah belum mengetahui secara baik teori-teori pengembangan kurikulum, sehingga para perumus pengembangan kurikulum di madrasah cukup kesulitan untuk mengembangkan materi-materi mata pelajaran IPA yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya.

2) Belum adanya kesiapan madrasah untuk menerima inovasi-inovasi pengembangan kurikulum terutama guru bidang studi, sehingga


(35)

139 yang terlihat di lapangan para pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA terlihat verbal dan kaku. Hal itu terlihat dalam pengembangan silabus yang dilakukan oleh guru, Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai rujukan untuk mengembangkan indikator-indikoator proses pembelajaran tidak mengalami pengembangan.

B. Rekomendasi

Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan hasil penelitaian maka ada baiknya temuan-temuan penelitian ini bisa menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum IPA selanjutnya. Oleh karena itu ada beberapa rekomendasi yang menurut penulis sangat perlu untuk dikemukakan, rekomenadsi tersebut antara lain:

1. Untuk Guru dan Madrasah

Dalam mengembangkan kurikulum mata pelajaran IPA sangat penting dilakukan kajian-kajian yang lebih mendalam tentang teori-teori kurikulum, sehingga dalam mengembangkan silabus matari-materi pelajaran bisa sesuai dengan kondisi sosial masyarakatnya dan sesuai dengan konteks keberagamaan masyarakat Indonesia. Lebih jauh, guru ataupun pihak madrasah jangan terjebak pada tuntutan untuk melakukan perubahan kurikulum tanpa melakukan kajian yang mendalam tentang kondisi sosial masyrakatnya dan kemampuan sumber daya madrasahnya.


(36)

140 2. Untuk Instansi terkait

Pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA di satuan pendidikan memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah. Oleh karena itu instansi seperti Kemenag yang membawahi pendidikan Islam perlu memfasilitasi terjadinya proses pengembangan kurikulum, bukan hanya perhatian dalam bentuk sosialisasi, tetapi akan lebih baik jika Kanwil Kemenag ataupun Kantor kemenag mampu menghadirkan para pakar kurikulum untuk dijadikan nara sumber ataupun konsultan dalam proses pengembangannya sehingga pengembangan kurikulum benar-benar dilakukan sesuai dengan kebutuhan daerah atupun kebutuhan peserta didik serta kebutuhan zaman.

3. Untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini baru menggambarkan bagaimana proses pengembangan kurikulum tentang mata pelajaran IPA. Untuk itu diperlukan satu penelitian yang lebih komprehensif diantaranya adalah bagaiaman proses penyusunan dan bagaimana satuan pendidikan mendsaian sebuah kurikulum yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan lebih spesifik penelitian ini harus dilanjutkan pada landasan dan komponen-komponen kurikulum secara untuh


(37)

141 DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1978. Islam dan Sekularisme. Diterjemaahkan oleh Karsidjo Djojosuwarno. 1981. Bandung: Penerbit Pustaka.

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1980. Konsep Pendidikan dalam Islam;Suatu Rangka Pikir ke Arah Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam. Diterjemaahkan oleh Haidar Bagir. 1994. Bandung: Penerbit Mizan.

Abdullah, M. A. (1998). Problem Epistimologis-Metodologis Pendidikan Islam, dalam Abdul Munir Mulkhan, et.al. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto. Suharsini. (1991). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta

Azra. Azyiumardi (1999). Paradigma pendikan Islam. Jakarta: Logos

Armas, Adnin. 2005. Werternisasi dan Islamisasi, Islamia, 1 (6): 9. Tim Departemen Pendidikan Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah t.t., t.p., t.t. Buku Induk Seri Konsep Sekolah Integral

Badan Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas (2006), Panduan Penyusunanan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidilan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta

Bisri, Cik Hasan, Ed. (1999) Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: Logos

Bogdan, RC dan Biklen, S (1982), Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Metods, Boston : Massachusetts.

Bogdam, R Biklen , S. K (1982) Qualitative Research for Education: An Introduction and Theory and Methods, Boston: Allyn Bacon

Borg, W.R and Gall, M.D (2003) Educational Research: An Introduction, Seven Edition New York: Logman

Departemen Agama, (2006) Stadar Isi Madrasah Tsanawiyah , Depag pusat Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Daud, Wan Mohd Nor Wan. 1998. Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed M.

Naquib Al-Attas. Diterjemaahkan oleh Hamid Fahmy, M. Arifin Isma’il, dan Iskandar Amel. 2003. Bandung: Teraju Mizan.


(38)

142 Dawam Ainurrafiq,(2005). Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Jakarta:

Lastafarista Putra.

Departemen Agama, (2005 ). Pedoman Integrasi Life Skills Dalam Pembelajaran. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.

Departemen Agama, (2005).Desain Pengembangan Madrasah. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.

Depdiknas (2006), Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Bidang Pendidikan (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional 2006), Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas.

Dirjen, Kelembagaan Agama Islam,(2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2006. Jakarta

Doll.. R. C. (1978). Curriculum Improvment: Decision Making and Process. Boston: Allyn Bacon Inc

(Ed). 2000. Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim. Diterjemaahkan oleh Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudyartanto. 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gagne. RM and Briggs. ()979). The Conditioning of Learning. New York: Holt Rinehart and Winston.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hasan Said. H (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dalam Ali.M, Ibrahim, R Sukmadinata, N.S, Sudjana, D dan Rasyidin., W (penyunting), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pedagogiana ( halaman 447-493), Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban Barat; dari Hegemoni Kristen ke

Dominasi Sekuler-Liberal. Jakarta: Gema Insani Press.

Hasan, Said Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud -Dirjen Dikti P2LPTK.

H.A.R. Tilaar. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ibrahim. R (2001) Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar Baru Algesindo


(39)

143 Ibrahim, Sakdiah (2005) Penerapan Pendekatan Mutual Adaptive Dalam implementasi Kurikulum 2004, Desertasi Doktor tidak dipublikasikan, Bandung PPS UPI Bandung

John W Creswell (1994), Research Design Qualitative and Quantitative Approaches, London: Sage Publications, International Education and Professional Publisher, Thousand Oaks.

Miller, John P, Wayne Seller (1987) Curriculum Perspectives and Practice, Logman, New York & London

Moeleong, Lexi J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, (1999) Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Miles, Matthew B, dan Huberman, A Michael (1984), Analisis Data Kualitatif, Alih Bahasa Tjejtep Rohendi, Jakarta: UI Press.

Muhaimin, (1993). Pemikiran Pendidikan Islam. Trigenda Karya. Bandung Muhaimin, (2007) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam.Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Muslich, Masnur. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2007

Mulyasa, E (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implenmentasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

Nasution S, (1988) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsiti Bandung Nasution S (1996). Beberapa Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta

Bina Aksara.

Nasution S (2005). Azas-Azas Kurikulum, Cet-2. Jakarta: Bumi Aksara Nasution S. ( 1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti


(40)

144 Nata Abudin, (2001). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan

lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Grasindo. Jakarta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum IPA. Jakarta: Balai Pustaka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang standar isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 tahun 2006.

Pusat Pengembangan Kurikulum. (April 2006). Kebijakan Dasar Kurikulum 2006. Jakarta.

Qomar, Mujammil. 2002. Epistmelogi Pendidikan Islam; dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Penerbir Erlangga.

Sanjaya, Wina (2006), Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Kencana,

Sardar, Ziauddin. 1998. Jihad Intelektual,Merumuskan Parameter-Parameter Sains Islam. Diterjemahkan oleh AE Priyono. 1998. Ponorogo: Risalah Gusti. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2005) Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Susilana, Rudi, dkk. (2006) Kurikulum Dan Pembelajaran. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia. Sukmadinata, N.S (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung,

Yayasan Kusuma Karya

Sukmadinata, N.S (2007), Pengembangan Kurikulum Teori dan Prakatek, Bandung, Remaja Rosdakarya,

Tyler. R.W. (1975). Basic Principles of Currriculum and Intruction. Chicago: The University Chicago Press.


(41)

145 Tn, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Bandung: Panitia Seminar.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Fokus Media.

Zais, R.S (1976) Curriculum: Principles and Foundation New York: Happer & Row Publisher

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(1)

140 2. Untuk Instansi terkait

Pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA di satuan pendidikan memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah. Oleh karena itu instansi seperti Kemenag yang membawahi pendidikan Islam perlu memfasilitasi terjadinya proses pengembangan kurikulum, bukan hanya perhatian dalam bentuk sosialisasi, tetapi akan lebih baik jika Kanwil Kemenag ataupun Kantor kemenag mampu menghadirkan para pakar kurikulum untuk dijadikan nara sumber ataupun konsultan dalam proses pengembangannya sehingga pengembangan kurikulum benar-benar dilakukan sesuai dengan kebutuhan daerah atupun kebutuhan peserta didik serta kebutuhan zaman.

3. Untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini baru menggambarkan bagaimana proses pengembangan kurikulum tentang mata pelajaran IPA. Untuk itu diperlukan satu penelitian yang lebih komprehensif diantaranya adalah bagaiaman proses penyusunan dan bagaimana satuan pendidikan mendsaian sebuah kurikulum yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan lebih spesifik penelitian ini harus dilanjutkan pada landasan dan komponen-komponen kurikulum secara untuh


(2)

141 DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1978. Islam dan Sekularisme. Diterjemaahkan oleh Karsidjo Djojosuwarno. 1981. Bandung: Penerbit Pustaka.

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1980. Konsep Pendidikan dalam Islam;Suatu Rangka Pikir ke Arah Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam. Diterjemaahkan oleh Haidar Bagir. 1994. Bandung: Penerbit Mizan.

Abdullah, M. A. (1998). Problem Epistimologis-Metodologis Pendidikan Islam, dalam Abdul Munir Mulkhan, et.al. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto. Suharsini. (1991). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta

Azra. Azyiumardi (1999). Paradigma pendikan Islam. Jakarta: Logos

Armas, Adnin. 2005. Werternisasi dan Islamisasi, Islamia, 1 (6): 9. Tim Departemen Pendidikan Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah t.t., t.p., t.t. Buku Induk Seri Konsep Sekolah Integral

Badan Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas (2006), Panduan Penyusunanan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidilan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta

Bisri, Cik Hasan, Ed. (1999) Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: Logos

Bogdan, RC dan Biklen, S (1982), Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Metods, Boston : Massachusetts.

Bogdam, R Biklen , S. K (1982) Qualitative Research for Education: An Introduction and Theory and Methods, Boston: Allyn Bacon

Borg, W.R and Gall, M.D (2003) Educational Research: An Introduction, Seven Edition New York: Logman

Departemen Agama, (2006) Stadar Isi Madrasah Tsanawiyah , Depag pusat Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Daud, Wan Mohd Nor Wan. 1998. Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed M.

Naquib Al-Attas. Diterjemaahkan oleh Hamid Fahmy, M. Arifin Isma’il, dan Iskandar Amel. 2003. Bandung: Teraju Mizan.


(3)

142 Dawam Ainurrafiq,(2005). Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Jakarta:

Lastafarista Putra.

Departemen Agama, (2005 ). Pedoman Integrasi Life Skills Dalam Pembelajaran. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.

Departemen Agama, (2005).Desain Pengembangan Madrasah. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.

Depdiknas (2006), Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Bidang Pendidikan (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional 2006), Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas.

Dirjen, Kelembagaan Agama Islam,(2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2006. Jakarta

Doll.. R. C. (1978). Curriculum Improvment: Decision Making and Process. Boston: Allyn Bacon Inc

(Ed). 2000. Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim. Diterjemaahkan oleh Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudyartanto. 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gagne. RM and Briggs. ()979). The Conditioning of Learning. New York: Holt Rinehart and Winston.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hasan Said. H (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dalam Ali.M, Ibrahim, R Sukmadinata, N.S, Sudjana, D dan Rasyidin., W (penyunting), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pedagogiana ( halaman 447-493), Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban Barat; dari Hegemoni Kristen ke

Dominasi Sekuler-Liberal. Jakarta: Gema Insani Press.

Hasan, Said Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud -Dirjen Dikti P2LPTK.

H.A.R. Tilaar. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ibrahim. R (2001) Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar Baru Algesindo


(4)

143 Ibrahim, Sakdiah (2005) Penerapan Pendekatan Mutual Adaptive Dalam implementasi Kurikulum 2004, Desertasi Doktor tidak dipublikasikan, Bandung PPS UPI Bandung

John W Creswell (1994), Research Design Qualitative and Quantitative Approaches, London: Sage Publications, International Education and Professional Publisher, Thousand Oaks.

Miller, John P, Wayne Seller (1987) Curriculum Perspectives and Practice, Logman, New York & London

Moeleong, Lexi J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, (1999) Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Miles, Matthew B, dan Huberman, A Michael (1984), Analisis Data Kualitatif, Alih Bahasa Tjejtep Rohendi, Jakarta: UI Press.

Muhaimin, (1993). Pemikiran Pendidikan Islam. Trigenda Karya. Bandung Muhaimin, (2007) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam.Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Muslich, Masnur. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2007

Mulyasa, E (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implenmentasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

Nasution S, (1988) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsiti Bandung Nasution S (1996). Beberapa Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta

Bina Aksara.

Nasution S (2005). Azas-Azas Kurikulum, Cet-2. Jakarta: Bumi Aksara Nasution S. ( 1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti


(5)

144 Nata Abudin, (2001). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan

lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Grasindo. Jakarta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum IPA. Jakarta: Balai Pustaka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang standar isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 tahun 2006.

Pusat Pengembangan Kurikulum. (April 2006). Kebijakan Dasar Kurikulum 2006. Jakarta.

Qomar, Mujammil. 2002. Epistmelogi Pendidikan Islam; dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Penerbir Erlangga.

Sanjaya, Wina (2006), Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Kencana,

Sardar, Ziauddin. 1998. Jihad Intelektual,Merumuskan Parameter-Parameter Sains Islam. Diterjemahkan oleh AE Priyono. 1998. Ponorogo: Risalah Gusti. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2005) Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Susilana, Rudi, dkk. (2006) Kurikulum Dan Pembelajaran. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia. Sukmadinata, N.S (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung,

Yayasan Kusuma Karya

Sukmadinata, N.S (2007), Pengembangan Kurikulum Teori dan Prakatek, Bandung, Remaja Rosdakarya,

Tyler. R.W. (1975). Basic Principles of Currriculum and Intruction. Chicago: The University Chicago Press.


(6)

145 Tn, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Bandung: Panitia Seminar.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Fokus Media.

Zais, R.S (1976) Curriculum: Principles and Foundation New York: Happer & Row Publisher

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


Dokumen yang terkait

MODEL PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Studi pada Mata Pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah Kabupaten Garut.

2 8 68

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERBASIS ISLAM DENGAN PENDEKATAN MUTUAL ADAPTIVE PADA MATA PELAJARAN IPA : Studi di MTsN Salido Kabupaten Pesisir Selatan.

0 1 47

HAMBATAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK WIRASWASTA KOTA CIMAHI.

0 0 39

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Islam Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Islam Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Islam Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 10

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Islam Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 53

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Islam Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Islam Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 23

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA KOTA SEMARANG1

0 0 14