PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PESERTA DIDIK SMK : Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PESERTA DIDIK SMK
(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh:
Catur Ahmaji Pamungkas 0809042
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
Program Bimbingan Untuk Meningkatkan
Kematangan Karir Peserta Didik SMK
Oleh
Catur Ahmaji Pamungkas
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© [email protected] Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
CATUR AHMAJI PAMUNGKAS 0809042
PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PESERTA DIDIK SMK
(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING 1
Dr. H. Mamat Supriatna, M.Pd. NIP. 19600829 198703 1 002
PEMBIMBING 2
H. Nandang Budiman, S.Pd., M.Si. NIP. 19710219 199802 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 196005 1198603 1 004
(4)
Pelajaran 2012/2013. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode pra eksperimen dan desain penelitian Pre-Test Post-Test Group. Instrumen yang digunakan berupa nontes berbentuk angket model rating scale. Teknik analisis data menggunakan statistik nonparametric untuk mengukur uji komparasi antara skor pretest dan
posttest. Penelitian ini menghasilkan: 1) gambaran umum kematangan karir peserta didik, 2) rumusan program bimbingan yang layak menurut pakar dan praktisi, dan 3) gambaran keefektifan program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik.
Kata Kunci: Program Bimbingan, Kematangan Karir, Peserta Didik SMK
Abstract : The aims of this study is to earn an effective guidance program in increasing students career maturity for 10th grade students in 3 Vocational High School. The approach of this study used in quantitative with pre experiment methods and Pre-Test Post-Test Group design as a research design. The research instrument is non-test model which used rating scale questionnaire. Nonparametric statistic was used as a technique of data analysis to comparation test betwen pretest score and posttest score. This study shows: 1) the general profile of students career maturity; 2) the formula of suitable for guidance program according to expert and practitioner; and 3) the effectiveness of guidance program to increase students career maturity.
(5)
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 6
C. Pengertian Istilah 7
D. Tujuan Penelitian 10
E. Manfaat Penelitian 10
F. Pendekatan dan Metode Penelitian 11
G. Kerangka Penelitian 13
BAB II KONSEP KEMATANGAN KARIR DAN PROGRAM BIMBINGAN
A. Konsep Kematangan Karir 14
B Konsep Program Bimbingan 27
C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 43
B. Pendekatan dan Metode Penelitian 45
C. Definisi Operasional Variabel 46
(6)
E. Teknik Pengumpulan Data 54
F. Analisis Data 55
G. Prosedur dan Tahapan Penelitian 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 62
B. Pembahasan Hasil Penelitian 84
C. Keterbatasan Penelitian 100
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 102
B. Rekomendasi 103
DAFTAR PUSTAKA 105
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang dilaksanakan melalui pendidikan. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berisi sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Undang-undang mengenai pendidikan nasional tersebut memiliki makna bahwa pendidikan berfungsi menyiapkan generasi muda agar dapat menghadapi dan menjalani kehidupannya di masa yang akan datang, untuk itu pendidikan diarahkan bukan hanya mengasah kemampuan kognisi semata, namun secara keseluruhan sebagaimana tercantum di dalam tujuan pendidikan adalah terbentuknya individu yang memiliki kepribadian yang utuh, yang berakhlak mulia, kreatif dan mandiri.
Pendidikan sangat berkaitan dengan perkembangan dunia kerja, sebab salah satu fungsi pendidikan adalah menyiapkan lulusannya untuk masuk dunia kerja (Sukmadinata, 2007: 87). Melalui berbagai jenjang dan jenis pendidikan, anak-anak dan remaja disiapkan untuk secara langsung setelah selesai dari suatu jenjang pendidikan atau terlebih dahulu memasuki jenjang berikutnya, akhirnya akan memasuki dunia kerja. Keragaman jenjang, jenis, program pendidikan, isi dan sistem pembelajaran yang digunakan sebenarnya sampai batas tertentu ada
(8)
kaitannya dengan perkembangan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja (Sukmadinata, 2007: 87).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu jenjang yang direncanakan untuk mempersiapkan peserta didiknya memasuki dunia kerja. Pada jenjang SMK, peserta didik berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi atau dunia kerja yang merupakan tahapan dimana peserta didik mempersiapkan karir di masa yang akan datang.
Berdasarkan tahap perkembangan, peserta didik SMK berada pada usia 13-18 tahun yang termasuk ke dalam tahapan remaja (Hurlock, 1980: 270). Remaja tersebut dihadapkan pada berbagai hal yang menyangkut keberadaan dirinya, masa depannya, peran-peran sosialnya baik dalam keluarga ataupun masyarakat, dan kehidupan beragama.
Remaja sudah mulai berpikir tentang perkembangan karir di masa yang akan datang, baik bidang akademik maupun dalam bidang pekerjaan. Senada dengan apa yang diungkapkan Hurlock (1980: 221) bahwa peserta didik sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh, dan juga sejalan dengan teori perkembangan karir Super (Sharf, 92:155-159), masa remaja memiliki kesiapan dalam membuat keputusan-keputusan karir yang tepat.
Karir merupakan salah satu teka teki bagi peserta didik, untuk mendapatkan karir yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki dibutuhkan pengetahuan dalam diri peserta didik tentang karir yang akan ditekuninya kelak. Pembuatan keputusan tentang karir yang dipilih harus dipadukan antara pekerjaan dan karir yang dikehendaki dengan potensi-potensi pribadi yang dimiliki (Sukardi, 1987).
Namun, peserta didik dihadapakan pada berbagai permasalahan seperti pilihan untuk melanjutkan studi dan memilih pekerjaan yang kurang sesuai dengan kemampuan, minat serta bakatnya. Dalam menentukan pilihan setiap peserta didik dituntut untuk mandiri, bagi peserta didik yang kurang mampu memahami dirinya termasuk minat dan potensinya serta lingkungannya cenderung
(9)
akan mengalami kesulitan untuk menentukan berbagai macam pilihan untuk masa depannya (Herawati, 2010:4).
Pengembangan SMK di Indonesia saat ini sedang menjadi isu utama, tidak hanya dalam dunia pendidikan akan tetapi dalam kehidupan pemerintahan di Indonesia saat ini. Hal itu dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional yang melakukan penambahan jumlah dan peningkatan kualitas SMK di Indonesia. Pemerintah melakukan sosialisasi tentang SMK yaitu sebagai sekolah masa depan yang bukan merupakan sekolah kelas dua. Peluang pekerjaan lulusan SMK dan arah pendidikan Indonesia akan menyetarakan jumlah SMA dan SMK.
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lembaga pendidikan yang mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja dengan pemenuhan kompetensi di berbagai pengembangan. Dalam hal ini karier menjadi orientasi utama sebagian besar peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan. Untuk merencanakan kehidupan karier lebih baik, diperlukan suatu bimbingan yang memberikan bekal cukup kepada peserta didik.
Fakta empirik tentang kompetensi lulusan sebuah lembaga pendidikan menunjukan bahwa tenaga ahli yang ada di Indonesia belum memadai untuk mengikuti persaingan global. Dilihat dari pendidikannya, sebagian angkatan kerja (53%) tidak berpendidikan, berpendidikan dasar sebanyak 34%; berpendidikan menengah 11% dan yang berpendidikan tinggi hanya 2% (Herawati, 2010:4). Kondisi tersebut menunjukan bahwa daya saing bangsa indonesia secara global masih rendah.
Super (Osipow, 1983: 161) mengatakan bahwa komponen-komponen kematangan karir yaitu: a) Orientasi pilihan karir; b) Informasi dan perencanaan; c) Konsistensi bidang pilihan karir; d) kristalisasi sifat; e) kebijakan pilihan. Menurut Super (Sharf, 1992 : 155) bahwa kematangan karir didefinisikan sebagai
“....the readiness to make appropriate career decisions”...readiness to make (a) good choice (s) atau kesiapan individu untuk membuat keputusan karir yang tepat. Dillard (1985: 32) mengatakan bahwa kematangan karir merupakan sikap individu terhadap pembuatan keputusan karir di tampakkan oleh tingkat
(10)
konsistensi pilihan karir dalam suatu periode tertentu. Sedangkan kematangan karir menurut Super (Ilfiandra, 1997:53) adalah tingkat kesesuaian antara perilaku karir dengan pilihan pekerjaan pada rentang usia tertentu. Pendapat ini bermakna bahwa kematangan karir seseorang dibandingkan dengan orang lain yang berbeda dalam usia,tetapi dalam tahap kematangan yang sama.
Senada dengan Super, Crites (Sharf, 1992:154-155) berpendapat bahwa
“the maturity of an individual's vocational behavior as indicated by the similarity between his behavior and that of the oldest individual's in his vocational stages".
Definisi ini menunjukkan bahwa kematangan karir adalah kesesuaian antara perilaku karir individu dengan perilaku karir yang diharapkan pada usia tertentu di setiap tahap.
Walaupun bimbingan karir telah dilaksanakan, tetapi hasilnya belum mampu mengembangkan kematangan karir siswa. Studi pendahuluan di SMK yang dilakukan oleh Yunan Rauf pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kematangan karir siswa belum baik, meskipun di sekolah guru bimbingan dan konseling telah melaksanakan bimbingan karir. Di samping itu hasil pengamatan dan wawancara terhadap peserta didik menunjukkan bahwa siswa belum memahami bakat, minat, pilihan-pilihan karir, perencanaan karir serta orientasi karir secara baik. Ini menunjukkan bahwa konsep-diri siswa belum berkembang, sebab tingkah laku dan sikap karir seseorang merupakan refleksi dari konsep-diri.
Hasil penelitian Oktaviana (2008) menunjukan sebagian sampel yang mencapai tingkat kematangan karir yang tinggi (matang) yaitu sebesar 84,2 %, sebanyak 7,4 % peserta didik telah mencapai tingkat kematangan karir yang sangat tinggi (sangat matang), dan sisanya 8,4 % berada pada katagori sedang (cukup matang).
Tingkat kematangan karir peserta didik dapat pula terlihat dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada peserta didik SMKN 3 Cimahi kelas X Busana 1 dengan menggunakan Daftar Cek Masalah (DCM), dari 22 peserta didik yang menyatakan masih bingung akan bekerja atau melanjutkan studi setelah lulus dari sekolah sebanyak 14 peserta didik atau sekitar 67%. Selain itu hasil studi Budiamin (2006) yang salah satu temuannya mengungkapkan bahwa 90% peserta
(11)
didik di SMA di kabupaten Bandung menyatakan bingung dalam memilih karir di masa depan. Penelitian Hayadin (Herawati, 2010:4) memberikan gambaran bahwa 35,75% peserta didik sudah mempunyai pilihan pekerjaan dan profesi, sementara 64,25% belum memiliki pilihan pekerjaan dan profesi. Pada dasarnya peserta didik yang belum memiliki pilihan pekerjaan dan profesi tersebut merupakan peserta didik yang memiliki prestasi akademik sedang hingga tinggi.
Adapun berbagai permasalahan karir yang dirasakan oleh peserta didik, antara lain sebagai berikut :1) peserta didik kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat, 2) peserta didik tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup, 3) peserta didik masih bingung untuk memilih pekerjaan, 4) peserta didik masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat, 5) peserta didik merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah, 6) peserta didik belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidkan tertentu, bila setelah tamat tidak masuk dunia kerja, dan 7) peserta didik belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya Supriatna (2009:24-25).
Menurut Tolbert (Amti, 1992-122) mendefinisikan bimbingan karir adalah suatu program yang terorganisasi untuk membantu orang muda mengembangkan pemahaman diri, belajar tentang dunia kerja, mendapatkan pengalaman-pengalaman yang akan membantunya dalam membuat keputusan dan mendapatkan pekerjaan. Bimbingan karier sebagai jembatan bagi peserta didik dalam mengetahui informasi karier yang ingin ditekuni oleh peserta didik agar peserta didik mandiri dalam memilih karier yang sesuai dengan kondisi diri peserta didik. Hal ini penting, mengingat kehidupan karier merupakan kehidupan yang akan dijalani peserta didik setelah lulus. Agar masa depan karier yang akan dijalani memberikan hasil yang memuaskan.
Menurut Arikunto (2010:55) bahwa melalui bimbingan karier di SMK diharapkan peserta didik mampu untuk memahami dirinya, tingkat kemampuannya serta mampu mengetahui gambaran yang lengkap tentang
(12)
karakteristik kariernya. Dengan adanya bimbingan karier disekolah, diharapkan dapat menumbuhkan profsionalisme dalam menghadapi dunia kerja dan kemandirian peserta didik dalam memilih karier yang akan dijalaninya nanti berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Berdasarkan uraian di atas, dipandang penting untuk mengembangkan program bimbingan karir yang dapat membantu peserta didik dalam memperoleh kematangan karirnya, sehingga diharapkan lulusan SMK yang siap kerja dapat menghadapi persaingan karir era global.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). Masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Pada usia ini salah satu tugas perkembangannya adalah mempersiapkan diri memilih suatu pekerjaan. Menurut Super (Osipow, 1983:157) dalam tahap perkembangan karir, remaja berada dalam tahap eksplorasi. Salah satu tugas perkembangan karir yang ada pada masa eksplorasi tersebut adalah mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir.
Peserta didik SMK yang sedang berada pada tahap eksplorasi tersebut diharapkan mampu membuat keputusan karir dalam memilih pekerjaan maupun sekolah lanjutan sesuai dengan bakat dan minatnya. Tapi pada kenyataannya tidak sedikit peserta didik SMK yang merasa bingung untuk memilih studi dan pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat sendiri, merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah, dan jika setelah lulus sekolah tidak langsung masuk dunia kerja, serta belum mempunyai pilihan perguruan tinggi.
Melalui Bimbingan Karir, individu dapat mengembangkan keterampilan dan pengalaman dalam pembuatan keputusan karir, serta tanggung jawab atas
(13)
keputusan-keputusannya. Begitu juga dengan peserta didik SMK akan dihadapkan pada proses pengambilan keputusan yang sangat menentukan karirnya di masa depan, yaitu pengambilan keputusan mengenai pemilihan program studi yang berhubungan dengan rencana kelanjutan studi dan pekerjaan serta memilih kegiatan diluar sekolah yang dapat menunjang karir.
Berdasarkan fenomena diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana program bimbingan yang efektif untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun ajaran 2012/2013?
Permasalahan tersebut diuraikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.
a. Seperti apa profil kematangan karir peserta didik SMKN 3 Cimahi kelas X tahun ajaran 2012/2013?
b. Bagaimana rumusan program bimbingan yang layak menurut ahli dan praktisi berdasarkan profil kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013?
c. Bagaimana gambaran keefektifan program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013?
C. Pengertian Istilah
Dalam penelitian ini terdapat dua konsep yang perlu dijelaskan, yaitu kematangan karir dan program bimbingan karir.
1. Kematangan Karir
Dillard (1985: 32) mengatakan bahwa kematangan karir merupakan sikap individu terhadap pembuatan keputusan karir di tampakkan oleh tingkat konsistensi pilihan karir dalam suatu periode tertentu.
Sedangkan kematangan karir menurut Super (Ilfiandra, 1997:53) adalah tingkat kesesuaian antara perilaku karir dengan pilihan pekerjaan pada rentang usia tertentu. Pendapat ini bermakna bahwa kematangan karir seseorang
(14)
dibandingkan dengan orang lain yang berbeda dalam usia, tetapi dalam tahap kematangan yang sama.
Senada dengan Super, Crites (Sharf, 1992:154-155) berpendapat bahwa
“the maturity of an individual's vocational behavior as indicated by the similarity between his behavior and that of the oldest individual's in his vocational stages".
Definisi ini menunjukkan bahwa kematangan karir adalah kesesuaian antara perilaku karir individu dengan perilaku karir yang diharapkan pada usia tertentu di setiap tahap.
Menurut Savickas (Nathan, 2006:109) kematangan karir adalah kesiapan individu untuk lebih terbuka terhadap informasi, membuat keputusan karir yang sesuai dengan usianya serta membentuk karir yang sesuai dengan tugas perkembangan karir setiap individu. Menurut Savickas dalam kematangan karir terdapat aspek pengetahuan dengan indikator pemahaman tentang informasi, penilaian diri dan lingkungan dan aspek sikap dengan indikator realistis dalam membuat keputusan.
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka esensi kematangan karier adalah kesiapan individu dalam membuat keputusan tentang pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan dengan tepat yang meliputi aspek: (1) pengetahuan yang ditandai dengan pemahaman terhadap rencana, pengenalan lingkungan, penilaian terhadap dunia kerja dan pertimbangan dalam keputusan; (2) sikap yang ditandai dengan keinginan, keterlibatan dalam mendapatkan informasi tentang pendidikan lanjutan maupun pekerjaan, keyakinan terhadap pilihan, rasa tanggung jawab atas semua pilihan; (3) keterampilan yang ditandai dengan pemecahan masalah karir, pengambilan keputusan, realisasi tujuan karir, penerapan strategi untuk mencapai tujuan karir.
2. Program Bimbingan
Program bimbingan karir merupakan salah satu bagian dari program bimbingan dan konseling. Maka untuk menjelaskan konsep program bimbingan karir, dijelaskan terlebih dahulu konsep program bimbingan dan konseling disekolah.
(15)
Menurut Suherman dan Sudrajat (1989) program merupakan rencana kegiatan yang disusun secara operasional dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya.
Winkel (2005: 119) menjelaskan bahwa program bimbingan adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode tertentu.
Para ahli di bidang bimbingan dan konseling menjelaskan bimbingan karir sebagai berikut.
Super (Septiani, 2006:9) mengartikan bimbingan karir adalah suatu proses membantu seseorang untuk mengembangkan dan menerima gambaran diri secara terintegrasi dan peranannya dalam dunia kerja.
Tolbert (Amti, 1992-122) mendefinisikan bimbingan karir adalah suatu program yang terorganisasi untuk membantu orang muda mengembangkan pemahaman diri, belajar tentang dunia kerja, mendapatkan pengalaman-pengalaman yang akan membantunya dalam membuat keputusan dan mendapatkan pekerjaan.
Menurut Winkel (2005: 114) bimbingan karir adalah bimbingan dalm mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan/ profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan yaitu sederetan deskripsi kegiatan bahan rujukan atau panduan yang digunakan untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan tugas-tugas perkembangan karirnya sesuai dengan tingkat kurikulum, dorongan individu, dan harapan sosial-kultural lingkungan sekitarnya.
Program bimbingan karir dalam penelitian ini adalah satuan layanan yang disusun berdasarkan hasil analisis profil kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
Kerangka program bimbingan yang utuh merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang dikelola dengan baik sehingga berjalan secara efektif dan
(16)
produktif. Dalam merumuskan program berbasis kebutuhan peserta didik, struktur dan isi atau materi berdasarkan hasil penelitian dan kebutuhan peserta didik dalam hal ini adalah kematangan karir.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah membuat program bimbingan yang efektif untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan:
a. Profil kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
b. Rumusan program bimbingan yang layak menurut para ahli dan praktisi untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
c. Gambaran efektivitas program bimbingan karir untuk meningkatan kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru bimbingan dan konseling dan peneliti selanjutnya. Adapun manfaat bagi guru bimbingan dan konseling, serta peneliti selanjutnya yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam upaya pemberian bimbingan kepada peserta didik khususnya bimbingan karir yang pelaksanaannya tidak hanya mencapai target kurikulum saja tetapi sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Program bimbingan karir ini pun dapat menguatkan dan memperkaya konsep tentang kematangan karir dalam konteks bimbingan dan konseling, serta menguatkan konsep layanan bimbingan di sekolah.
(17)
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian kematangan karir berdasarkan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan pada setiap jenjang pendidikan tingkat SD, SMP dan PT. Sehingga akan dihasilkan program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir pada setiap jenjang pendidikan yang lebih luas berdasarkan kajian aspek dan indikator yang lebih mendalam dan menyeluruh.
F. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan objektivitas desain penelitian yang menghasilkan data berupa angka-angka yang diolah dengan menggunakan perhitungan statistik (Riduwan, 2002: 5). Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa profil kematangan karir. Selanjutnya hasil analisi profil kematangan karir dijadikan landasan dalam penyusunan program bimbingan karir.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen. Metode pra eksperimen seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010:84).
Dalam penelitian pra eksperimen (Arikunto, 2010:85), terdapat tiga desain penelitian, yaitu: (1) studi kasus dengan satu-bidikan (one-shot case study), (2) rancangan pre-test post-test pada satu kelompok (pre-test post-test group), dan (3) perbandingan kelompok statis atau (statistic group comparison).
Penelitian ini menggunakan desain pre-test post-test group yaitu ada pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan dalam kelompok yang sama. Dengan alasan ingin melihat apakah terdapat perubahan yang signifikan pada kematangan karir peserta didik sebelum dan setelah diberikan treatment.
Dalam desain pre-test and post-test group, observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang
(18)
dilakukan sebelum eksperimen ( disebut pre-test, dan observasi sesudah eksperimen ( disebut post-test (Arikunto 2010: 85).
(19)
G. Kerangka Penelitian
Gamb PENDAHULUAN Identifikasi Masalah
Studi Lapangan
Instr umen
Terst andar Penyusunan
Instrumen
Judgement ke Pakar
Studi Pustaka
Uji Keterbacaan
Uji Validitas dan Realibillitas
Profil Kematangan Karir Peserta Didik Kelas
X SMK Program Bimbingan
Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Pre-test
Treatment
Post-test
Program Bimbingan Karir yang Efektif Untuk Meningkatkan Kematangan Karir
Peserta Didik PELAKSANAAN
HASIL DAN LAPORAN
(20)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Bagian ini mendeskripsikan mengenai lokasi penelitian dilakukan, populasi penelitian dan sampel penelitian. Adapun deskripsinya adalah sebagai berikut.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Cimahi yang beralamat di Jl. Sukarasa No. 136 Citeureup – Cimahi Utara 40512. Tlp./ Fax (022) 6628404. N S S : 34.1.02.08.03.003. NPSN : 20224135 SK Pendirian : No. 0207/ 0 / 1980 Tanggal 30 Juli 1980. SMK ini membuka 3 program keahlian yaitu: Perhotelan, Tata Boga, dan Tata Busana.
2. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi tahun ajaran 2012/2013 yang secara administratif terdaftar, yaitu berjumlah 292 orang yang terbagi dalam 3 kompetensi keahlian, dengan rincian jumlah peserta didik setiap kelas sebagai berikut.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No KELAS JUMLAH
1. X Perhotelan 1 34
2. X Perhotelan 2 34
3. X Perhotelan 3 32
4. X Tata Boga 1 34
5. X Tata Boga 2 34
6. X Tata Boga 3 26
7. X Tata Boga 4 30
8. X Tata Busana 1 23
9. X Tata Busana 2 23
(21)
Jumlah 292 3. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Arikunto (2010:177), menjelaskan bahwa “penggunaan teknik Simple Random
Sampling dilakukan karena peneliti ingin memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel dengan cara setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, lalu diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subjek.”
Adapun hasil tingkat ketercapaian kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Tingkat Ketercapaian Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013
KUALIFIKASI PER KELAS
Kelas Matang Cukup Matang
Belum
Matang jumlah rata2 kesimpulan X PH 1 23 67,65% 11 32,4% 0 0% 34 160,44 MATANG X PH 2 14 41,18% 20 58,8% 0 0% 34 149,1 CUKUP
MATANG X PH 3 13 40,63% 19 59,4% 0 0% 32 147 CUKUP
MATANG X BG 1 22 64,71% 12 35,3% 0 0% 34 156,1 MATANG X BG 2 21 61,76% 13 38,2% 0 0% 34 157 MATANG X BG 3 15 57,69% 11 42,3% 0 0% 26 153,5 MATANG X BG 4 21 70,00% 9 30,0% 0 0% 30 159,2 MATANG X BS 1 10 43,48% 13 56,5% 0 0% 23 155,1 MATANG X BS 2 9 39,13% 14 60,9% 0 0% 23 151 CUKUP
MATANG X BS 3 10 45,45% 12 54,5% 0 0% 22 151,3 CUKUP
MATANG
Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peserta didik yang berada di kelas yang memiliki rata-rata skor terendah pada pada profil kematangan karir yang diidentifikasi menggunakan instrumen kematangan karir. Berdasarkan profil tingkat ketercapaian kematangan karir kelas X pada tabel 3.2,
(22)
maka kelas X BS 2 dipilih menjadi kelas eksperimen karena hasil rata-rata skor menunjukkan jumlah yang paling rendah diantara kelas-kelas yang lain.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono, 2010: 13). Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah pengkajian secara empiris dan sistematis terhadap peningkatan kematangan karir peserta didik kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Cimahi dengan menggunakan Instrumen Kematangan Karir yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menghasilkan data yang teruji secara ilmiah. Data yang dihasilkan adalah profil kematangan karir peserta didik kelas X di SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
Profil kematangan karir yang diperoleh dari hasil pengolahan instrumen kemudian dianalisis sebagai landasan dalam penyusunan program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Metode Penelitian
Macam-macam desain penelitian menurut Sugiyono (2012: 109) antara lain: (a) Pre-Experimental yang terdiri dari: One-shot Case Studi, One Group Pretest-Posttest dan Intec-Group Comparison, (b) True-Experimental yang terdiri dari: Posttest Only Control Design dan Pretest-Control Group Design, (c)
Factorial Experimental, dan (d) Quasi Experimental yang terdiri dari Time Series Design dan Nonequivalent Control Group Design.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen. Metode pra eksperimen seringkali dipandang sebagai ekperimen yang tidak sebenarnya, dalam disain penelitian pra eksperimen tidak ada kelompok pengontrol atau pembanding (Arikunto, 2010: 77). Disebut penelitian
(23)
tidak sebenarnya karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010: 84). Penelitian ini menggunakan disain Pre-Test Post-Test Group yaitu ada pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan dalam kelompok yang sama. Dengan alasan ingin melihat apakah terdapat perubahan yang signifikan pada kematangan karir peserta didik setelah diberikan treatment berupa satuan layanan bimbingan karir yang diberikan setelah pemberian tes awal. Dalam disain pre-test post-test group observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/ sebelum pemberian
treatment dan sesudah eksperimen yang digambarkan dengan bagan sebagai berikut.
O1 X O2
Keterangan dari bagan di atas adalah O1 yaitu pre-test dilakukan dengan
menggunakan instrumen kematangan karir, O2 adalah posttest yang dilakukan dengan menggunakan instrumen kematangan karir, dan X adalah treatment yang dilakukan dengan menggunakan satuan layanan bimbingan karir. Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2-O1 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau
eksperimen yang dilakukan.
C. Definisi Operasional
1. Definisi Kematangan Karir
Secara operasional, yang dimaksud dengan kematangan karir dalam penelitian ini adalah respon peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi tahun ajaran 2012 / 2013 terhadap pernyataan tertulis tentang kesiapan individu dalam menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan selepas SMK yang dibatasi pada aspek pengetahuan dan sikap.
1) Aspek pengetahuan ditunjukan dengan indikator yang ditandai dengan pemahaman terhadap rencana karir, penilaian terhadap dunia kerja, pertimbangan keputusan.
(24)
2) Aspek sikap ditunjukan dengan indikator keinginan, keterlibatan dalam mendapatkan informasi tentang karir, keyakinan terhadap pilihan karir.
2. Program Bimbingan
Program bimbingan dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang terencana secara sistematis, terarah, dan terpadu yang merupakan implementasi dari strategi layanan bimbingan karir yang disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013, berdasarkan hasil analisis instrumen kematangan karir yang diberikan pada tahap
pre-test. Struktur program yang dikembangkan meliputi: rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan, sasaran program, pengembangan tema, tahapan kegiatan, dan evaluasi dalam upaya membantu meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
Pada penelitian ini, program bimbingan ruang lingkupnya difokuskan pada kematangan karir. Teknik yang digunakan yaitu diskusi, menulis daftar isian, dan modeling dengan media berupa video. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan indikator kematangan karir yaitu (1) Pemahaman terhadap rencana karir; (2) Penilaian terhadap dunia kerja (3) Keinginan;(4) Pertimbangan dalam keputusan; (5) Keterlibatan dalam mendapatkan informasi; (6) Keyakinan terhadap pilihan karir.
D. Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen diberikan pada pada peserta didik, terlebih dahulu melalui proses pengembangan instrumen yang dilakukan dengan langkah-langkah, antara lain sebagai berikut.
1. Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data (Arikunto, 2010:112).
(25)
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kematangan karir peserta didik SMK berupa angket. Angket digunakan atas dasar jumlah responden besar, dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia (Sugiyono, 2012: 172).
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).”
Skala yang digunakan sebagai pedoman pemberian skor pada angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale. Riduwan (2012:28),
mengemukakan “...dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari
dari data kualititatif yang sudah tersedia tersebut, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Dengan demikian bentuk rating scale
lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden.”
Alternatif respon pernyataan yang digunakan ialah skala empat. Alasan menggunakan skala empat didasari oleh pendapat Arikunto (2010: 284) bahwa “...ada kelemahan dengan lima alternatif jawaban karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena hampir tidak berpikir), maka disarankan agar alternatif pilihannya hanya
empat saja”.
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1-4 dengan bobot tertentu. Bobotnya ialah:
1. Untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif dan skor 1 pada pernyataan negatif.
2. Untuk pilihan jawaban Sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif dan skor 2 pada pernyataan negatif.
3. Untuk pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau skor 3 pada pernyataan negatif.
(26)
4. Untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif atau skor 4 pada pernyataan negatif.
2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Pengembangan kisi-kisi instrumen pada penelitian ini disesuaikan dengan definisi operasional yang telah dirangkum dari beberapa pendapat ahli dan disajikan dalam bentuk aspek dan indikator berdasarkan teori. Adapun pengembangan kisi-kisi instrumen untuk mengungkap profil kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Peserta Didik SMK
(Sebelum Uji Coba)
Aspek Indikator Batasan Ruang Lingkup No. Item ∑
(+) (-)
Pengetahuan
Pemahaman terhadap rencana karir
Kesadaran tentang wawasan, persiapan dan alternatif pilihan yang dimiliki guna menunjang karir
1,2,3,4,5,7, 8,9,10 11,12.13,14
6,15 15
Penilaian terhadap dunia kerja
Identifikasi ciri-ciri, jenis, situasi pekerjaan , persyaratan memasuki dunia kerja dan pendidikan lanjutan
16,17,19
20,21,22 18 7
Pertimbangan dalam
keputusan
Pemikiran terhadap pengambilan keputusan dalam memilih pendidikan lanjutan dan pekerjaan
23,24,25,26 - 4
Sikap
Keinginan Pengumpulan dan pemanfaatan sumber informasi untuk lebih mendalami pendidikan lanjutan dan dunia kerja lebih jauh
27,28,29 30,31,32 33,34,35,36
- 10
Keterlibatan dalam
mendapatkan informasi
Ikut berdiskusi dan berusaha mencari informasi tentang pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati.
37,38,39,41 42,47,48,49
50,52
40,43,44 45,46,51,53 17
Keyakinan terhadap pilihan karir
Optimis terhadap pilihan karir, penelaahan terhadap keputusan, tanggung jawab.
54,55,57
(27)
Total Pernyataan 49 11 60
Tabel di atas menunjukkan kisi-kisi instrumen kematangan karir yang dibuat sebelum uji coba dilakukan. Setelah uji coba, maka hasil kisi-kisi instrumen setelah uji coba adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Peserta Didik SMK
(Setelah Uji Coba)
Aspek Indikator Batasan Ruang Lingkup No. Item ∑
(+) (-)
Pengetahuan
Pemahaman diri terhadap rencana karir
Kesadaran tentang wawasan, persiapan dan alternatif pilihan yang dimiliki guna menunjang karir
1,2,3, 4,6,7, 8,9.10 11
5,12 12
Penilaian terhadap dunia kerja
Identifikasi ciri-ciri, jenis, situasi pekerjaan , persyaratan memasuki dunia kerja dan pendidikan lanjutan
13,14,15
16,17,18 - 6
Pertimbangan dalam
keputusan
Pemikiran terhadap pengambilan keputusan dalam memilih pendidikan lanjutan dan pekerjaan
19,20
21, - 3
Sikap
Keinginan Pengumpulan dan pemanfaatan sumber informasi untuk lebih mendalami pendidikan lanjutan dan dunia kerja lebih jauh
22,23,24 25,26,27 28, 29,30
- 9
Keterlibatan dalam
mendapatkan informasi
Ikut berdiskusi dan berusaha mencari informasi tentang pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati.
31,32,34, 35,40,41, 42, 43 33,36, 37,38, 39, 44 14 Keyakinan terhadap pilihan karir
Optimis terhadap pilihan karir, penelaahan terhadap keputusan, tanggung jawab.
45,46,48,
49,50,51 47 7
Total Pernyataan 42 9 51
3. Perumusan Butir Pernyataan Instrumen
Pernyataan instrumen dalam penelitian ini mengacu pada kisi-kisi instrumen kematangan karir. Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada instrumen
(28)
kematangan karir ditujukan untuk mengukur pemahaman diri terhadap rencana karir, penilaian terhadap dunia kerja, pertimbangan dalam keputusan, keinginan dan keterlibatan dalam mendapatkan informasi serta keyakinan terhadap pilihan karir. Pernyataan disesuaikan dengan tingkat berfikir responden, yaitu peserta didik kelas X SMK.
Setiap pernyataan disertai dengan alternatif respon yang disusun menggunakan rating scale. Empat alternatif respon instrumen kematangan karir yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Adapun kriteria alternatif respon instrumen kematangan karir adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kriteria Alternatif Respon Instrumen
Alternatif Respon Deskripsi
SS Peserta didik merasa bahwa pernyataan sangat sesuai dengan gambaran dirinya.
S Peserta didik merasa bahwa pernyataan sesuai dengan gambaran dirinya.
TS Peserta didik merasa bahwa pernyataan tidak sesuai dengan gambaran dirinya.
STS Peserta didik merasa bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan gambaran dirinya.
4. Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen kematangan karir disusun melalui beberapa tahap uji kelayakan, yaitu penimbangan instrumen oleh pakar dan praktisi, uji keterbacaan, uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.
a. Penimbangan Instrumen oleh Pakar dan Praktisi
Intrumen yang telah disusun selanjutnya ditimbang (judgement) oleh tiga orang ahli yaitu dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Judgement dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik dari segi isi, konstruk dan bahasa dari item pernyataan. Uji kelayakan instrumen ini dilakukan mulai tanggal 15-28
(29)
Februari 2013. Dibawah ini merupakan hasil judgement angket kematangan karir yang ditampilkan pada tabel 3.4 sebagai berikut :
Tabel 3.6
Hasil Judgement Angket Kematangan Karir Peserta Didik
No Kesimpulan No Item Jml
1 Memadai 3,4,5,11,14,15,16,17,20,24,26,27,28,32,33,35,36,40,41 ,42,43,45,46,48,49,50,51,52,53,54,55,56,58,59, 60
35 2 Revisi 1,6,7,9,10,13,16,19,21,22,23,25,29,30,31,37,39,44,57 18 3 Tidak
Memadai
2,8,12,18,34,38,47 7
b. Uji Keterbacaan Instrumen
Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 5 Maret 2013 kepada tiga siswa kelas X di sekolah yang berbeda. Tujuan uji keterbacaan ini yaitu mengukur tingkat keterbacaan instrumen dari segi kata-kata seperti kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah makna dari pernyataan tersebut.
c. Uji Validitas dan Reliabilitas (1) Uji Validitas Instrumen
Arikunto (2010: 168) memaparkan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalam cakupan yang ingin diukur dalam suatu perangkat instrumen (Arikunto, 2010: 168).
Suatu instumen dapat dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012:121).
Pengujian validitas data menggunakan rumus Spearman Brown.
Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0
for Windows. Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan dari 53 butir pernyataam dari angket kematangan karir peserta didik 51 butir
(30)
pernyataan dinyatakan valid. Indeks validitas instrumen bergerak diantara 0,122 – 0,526 pada p < 0.05. (hasil penghitungan validitas pada lampiran).
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen Kematangan Karir Peserta Didik Kelas X SMKN 3 Cimahi
Kesimpulan Nomor Pernyataan Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,23,2 4,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42, 43,45,46,47,48,49,50,51,52,53
51
Tidak Valid 21,44 2
Hasil perhitungan terhadap 53 butir soal untuk instrumen kematangan karir, diperoleh item yang tidak valid sebanyak 2 item, sehingga total item yang valid 51 item, item yang tidak valid tidak digunakan dalam pengambilan data penelitian. Item-item yang valid dijadikan instrumen dengan nomor-nomor yang disusun secara acak.
(2) Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Arikunto (2010: 172), reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.
Menurut Arikunto (2010: 196) untuk uji reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
Keterangan:
r 11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir soal ∑Si = Jumlah varians butir
St = Varians total
(Arikunto, 2010: 196)
(31)
Titik tolak ukur koefisien reliabilitas yang digunakan adalah pedoman interpretasi koefisien korelasi yang disajikan pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199
0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000
Sangat Rendah Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
(Arikunto, 2010: 197)
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dan
Microsoft Excel 2007, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.9
Tingkat Reliabilitas Instrumen Kematangan Karir Peserta Didik
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.863 51
Berdasarkan tabel 3.9 didapatkan koefisien Cronbach's Alpha adalah 0,863 yang berada pada tingkat reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen kematangan karir dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai kematangan karir peserta didik SMK.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan kuisioner (angket). Menurut Arikunto (2010: 225), prosedur sebelum kuisioner disusun adalah sebagai berikut.
(32)
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuisioner. Pada penelitian ini, tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui profil kematangan karir peserta didik.
2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuisioner. Pada penelitian ini, variabel yang akan diungkap adalah kematangan karir peserta didik kelas X SMK.
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi subvariabel yang lebih spesifik dan tunggal. Penelitian ini mengungkap dua aspek utama yaitu pengetahuan dan sikap yang masing-masing aspek memiliki indikator tersendiri.
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data mengenai kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket yang digunakan untuk mengungkap kematangan karir peserta didik. Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan dengan alternatif jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), kolom tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 4.
F. Analisis Data 1. Penyeleksian Data
Penyeleksian data yang dimaksud adalah pemeriksaan kelengkapan jumlah instrument yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah instrument yang disebarkan. Penyeleksian data dipilih data yang memadai untuk diolah, yaitu kelengkapan pengisian setiap butir pernyataan dan kelengkapan pengisian identitas subjek.
2. Skoring
Langkah selanjutnya adalah penskoran data hasil penelitian. Setiap pernyataan disertai dengan alternatif respon yang disusun menggunakan rating
(33)
scale. Empat alternatif respon instrumen kematangan karir yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Alasan menggunakan skala empat didasari oleh pendapat Arikunto (2010: 284) bahwa
“...ada kelemahan dengan lima alternatif jawaban karena responden cenderung
memilih alternatif yang ada di tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena hampir tidak berpikir), maka disarankan agar alternatif pilihannya hanya
empat saja”. Penskoran dilakukan dengan mengacu pada pedoman penyekoran
sebagai berikut.
Tabel 3.10
Pola Skor Pilihan Alternatif Respon Pernyataan Skor Pilihan Alternatif Respon
SS S TS STS
Positif (+) 4 3 2 1
Negatif (-) 1 2 3 4
3. Pengelompokkan dan Penafsiran Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kematangan karir peserta didik SMK kelas X. Data hasil penelitian yang diperoleh dari angket yang telah disebarkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui makna skor yang dicapai peserta didik dalam pendistribusian responnya terhadap instrumen.
Penskoran dimaksudkan untuk memudahkan dilakukannya analisis dengan menggunakan teknik statistik. Untuk menetapkan batas lulus aktual tersebut perlu dicari X (rata-rata) dan S (simpangan baku atau standar deviasi). Adapun langkah-langkah untuk menentukan kriteria skor kematangan karir peserta didik kelas X SMK adalah sebagai berikut.
a. Menentukan kategorisasi jenjang (data ordinal) dengan cara masing-masing item diberi skor yang berkisar dari 1,2,3, sampai 4. Dengan demikian skor minimal yang mungkin diperoleh subjek pada skala tersebut adalah x = 51 (1x62) dan skor maksimal adalah x = 204 (4x51).
(34)
b. Menghitung rentang ( r ) = skor maksimal – skor minimal ( r = 204-51 = 153) c. Menentukan standar deviasi dengan cara membagi rentang ( r = 153:6, maka σ
= 25,5)
d. Menentukan mean teoritik. Skala yang digunakan adalah skala 4, maka mean/ mediannya adalah 2,5.
e. Mencari batas lulus = X+1,0.Sd
f. Mengelompokkan data menjadi tiga kategori dengan pedoman sebagai berikut.
Tabel 3.11
Interpretasi Skor Kematangan Karir
No Kriteria Skor Matang Kategori
1 X>X+1,0.Sd Matang
2 X-1,0.Sd <X<X+1,0. Sd Cukup Matang
3 X<X-1,0.Sd Belum Matang
Sumber : Azwar (2010:109)
Pengelompokan ini bertujuan untuk memperoleh profil kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013. Adapun penjelasan dalam setiap kriteria skor kematangan karir adalah sebagai berikut.
Tabel 3.12
Kategori Tingkat Kematangan Karir Peserta Didik
No Kriteria Deskripsi
1 Matang ( ≥ 153)
Pada kategori ini, peserta didik sudah menyadari pentingnya wawasan, persiapan dan alternatif pilihan yang dimiliki guna menunjang karir, mengenal ciri-ciri, jenis pekerjaan dan persyaratan memasuki dunia kerja maupun pendidikan lanjutan, mampu berpikir terhadap pengambilan keputusan dalam memilih pendidikan lanjutan dan pekerjaan, memiliki keinginan untuk mencari informasi pendidikan lanjutan dan pekerjaan, aktif berdiskusi dengan orang lain tentang pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati dan optimis yang tinggi terhadap pilihan karirnya.
(35)
2 Cukup Matang (102-153)
Pada kategori ini, peserta didik masih kebingungan tentang: wawasan, persiapan, alternatif pilihan yang dimiliki; mengenali ciri-ciri, jenis pekerjaan dan persyaratan memasuki dunia kerja maupun pendidikan lanjutan; bimbang antara keinginan diri dengan saran orang lain dalam menetapkan karir; berdiskusi dengan orang lain dan berusaha mencari informasi karir tetapi kurang dimanfaatkan hasilnya; memiliki pilihan karir akan tetapi belum mampu berprioritas.
3 Belum Matang ( < 102 )
Pada kategori ini, peserta didik belum menyadari tentang: pentingnya wawasan, persiapan dan alternatif pilihan yang dimiliki guna menunjang karir; mengenal ciri-ciri, jenis pekerjaan dan persyaratan memasuki dunia kerja maupun pendidikan lanjutan; mampu berpikir terhadap pengambilan keputusan dalam memilih pendidikan lanjutan dan pekerjaan; memiliki usaha untuk mencari informasi pendidikan lanjutan dan pekerjaan; aktif berdiskusi dengan orang lain tentang pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati; dan optimis terhadap pilihan karirnya.
4. Proses dan Hasil Uji Kelayakan Program Bimbingan
Langkah selanjutnya setelah hasil dari profil kematangan karir didapatkan adalah merancang program bimbingan karir yang digunakan sebagai treatment
pada peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi untuk meningkatkan kematangan karirnya.
Proses yang dilaksanakan dalan uji kelayakan program bimbingan karir, yaitu (a) konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai program yang telah disusun; (b) meminta pertimbangan kepada tiga orang pakar yaitu dosen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang merupakan dua pakar program dan satu pakar karir, serta satu orang praktisi yaitu guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 3 Cimahi.
Adapun struktur program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 yang diuji kelayakannya adalah sebagai berikut.
(36)
Rasional yang dinyatakan layak adalah rasional yang menjelaskan dasar pemikiran mengenai urgensi bimbingan dan konseling di dalam keseluruhan program khususnya bimbingan karir, gambaran kematangan karir peserta didik SMK dan pentingnya bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir.
b. Deskripsi Kebutuhan
Deskripsi kebutuhan yang dinyatakan layak adalah yang menjelaskan layanan-layanan yang dibutuhkan oleh peserta didik berdasarkan profil kematangan karir yang didapatkan dari hasil analisis Instrumen Kematangan Karir Peserta Didik SMK.
c. Tujuan Program
Tujuan program yang dinyatakan layak adalah tujuan yang mendeskripsikan mengenai tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam meningkatkan kematangan karir peserta didik.
d. Sasaran Program
Sasaran program yang dinyatakan layak adalah sasaran yang menjelaskan mengenai peserta didik yang paling membutuhkan layanan bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir.
e. Tahapan Kegiatan
Tahapan kegiatan yang dinyatakan layak adalah tahapan kegiatan yang berisi matriks dan uraian secara rinci mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan satuan layanan yang telah dibuat untuk memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kematangan karir.
f. Pengembangan Topik
Pengembangan Topik yang dinyatakan layak adalah topik yang menggambarkan berbagai materi yang akan digunakan dalam pelaksanaan layanan dalam program bimbingan karir. Topik kemudian dioperasionalkan dalam bentuk Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling.
(37)
Evaluasi yang dinyatakan layak didasarkan pada dua aspek, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses merupakan evaluasi apakah layanan bimbingan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah dibuat. Evaluasi hasil merupakan evaluasi terhadap perubahan yang sikap pada peserta didik. Tindak lanjut dilakukan berdasarkan hasil yang telah dievaluasi sebagai langkah perbaikan dan pengembangan, sehingga program untuk selanjutnya dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.
h. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan program bimbingan karir diketahui dari adanya peningkatan kematangan karir peserta didik dari sebelum dan sesudah kegiatan layanan diberikan.
5. Teknik Pengujian Keefektifan Program Bimbingan Karir
Analisis data untuk mengetahui efektivitas program bimbingan karir menggunakan statistik nonparametrik. Pengujian efektifitas menggunakan statistika nonparametrik karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ordinal dan menggunakan pengujian hipotesis komparatif. Sugiyono (2012:4) menjelaskan bahwa “data ordinal adalah data yang berbentuk ranking atau peringkat. Data ini bila dinyatakan dalam skala maka jarak satu data dengan data yang lainnya tidak sama”.
G. Prosedur dan Tahapan Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam peneleitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal dan mengkonsultasikannya dengan tim dosen mata kuliah Metode Riset.
b. Mempresentasikan hasil konsultasi proposal di kegiatan seminar proposal pada mata kuliah Metode Riset.
c. Merevisi proposal penelitian sesuai dengan saran dari tim dosen pada saat penyelenggaraan kegiatan seminar proposal.
(38)
d. Mendapatkan nama-nama dosen pembimbing skripsi melalui pertimbangan tim dosen mata kuliah Metode Riset.
e. Merevisi proposal penelitian sesuai dengan saran dosen pembimbing.
f. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.
g. Bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing untuk penyusunan BAB I,II, dan III.
h. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat fakultas dan BAAK kemudian surat izin yang telah disahkan kemudian diberikan kepada kepala sekolah SMKN 3 Cimahi sehingga dikeluarkan surat disposisi dari pihak sekolah.
i. Pengembangan instrumen penelitian (perumusan definisi operasional, kisi-kisi instrumen, perumusan butir-butir pernyataan, penimbangan instrumen oleh para pakar, uji keterbacaan selanjutnya merivisi instrumen dari hasil uji keterbacaan).
j. Uji coba angket (untuk pengolahan data validitas dan reliabilitas) kepada 292 orang peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013. k. Menghitung validitas dan reliabilitas instrumen yang telah diujicobakan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan data dalam rangka pelaksanaan treatment dengan menyebarkan instrumen kematangan karir yang telah layak untuk disebarkan kepada peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 (setelah diuji validitas dan reliabilitas).
b. Menetapkan sampel penelitian yang mendapat hasil tingkat pencapaian terendah. Kelas tersebut adalah kelas X BS 2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah peserta didik 23 orang.
(39)
c. Pengolahan data tentang kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun 2012/2013 yang menghasilkan profil kematangan karir peserta didik dan dijadikan dasar rumusan program bimbingan karir.
d. Penyusunan program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013, yang kemudian dipertimbangkan oleh para pakar dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan praktisi dari SMK Negeri 3 Cimahi untuk menghasilkan program bimbingan karir yang layak.
e. Pretest dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data untuk mengungkap profil kematangan karir.
f. Program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 telah layak diujicobakan.
g. Posttest dilaksanakan setelah kegiatan layanan selesai dilakukan.
h. Melakukan analisis data pretest dan postest. Kemudian membandingkan hasil pengukuran dengan menguji signifikansi untuk mengungkap keefektifan program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik.
3. Tahap Pelaporan Hasil
a. Menyusun BAB IV dan V untuk menjelaskan hasil serta kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
b. Melaporkan hasil penelitian dalam bentuk skripsi untuk kemudian dipertanggungjawabkan.
(40)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian, program bimbingan terbukti efektif untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013, dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Profil kematangan karir peserta didik kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 sebagian besar berada pada tingkat cukup matang. Artinya peserta didik masih kurang memahami wawasan, persiapan dan alternatif pilihan yang dimiliki guna menunjang karir, mengenali ciri-ciri, jenis pekerjaan dan persyaratan memasuki dunia kerja maupun pendidikan lanjutan, berpikir terhadap pengambilan keputusan dalam memilih pendidikan lanjutan dan pekerjaan, memiliki keinginan untuk mencari informasi pendidikan lanjutan dan pekerjaan, aktif berdiskusi dengan orang lain tentang pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati dan optimis yang tinggi terhadap pilihan karirnya.
2. Rumusan program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik yang layak menurut pakar dan praktisi memuat struktur program sebagai berikut: (a) Rasional, (b) Deskripsi Kebutuhan, (c) Tujuan Program, (d) Sasaran Program, (e) Tahapan kegiatan, (f) Pengembangan Topik yang dioperasionalkan melalui Pengembangan Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK), (g) Evaluasi dan Tindak Lanjut, dan (h) Indikator Keberhasilan.
3. Program bimbingan efektif untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013, hal ini diketahui dengan adanya peningkatan pada kematangan karir peserta didik secara umum dan setiap indikatornya yang terdiri dari pemahaman terhadap rencana karir, penilaian terhadap dunia kerja, pertimbangan keputusan, keinginan keterlibatan dalam mendapatkan informasi tentang karir dan keyakinan terhadap pilihan karir.
(41)
B. Rekomendasi
Rekomendasi untuk mengembangkan program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir lebih lanjut ditujukan bagi guru bimbingan dan konseling dan penelitian selanjunya, sebagai berikut.
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling SMK
Sebagai upaya tindak lanjut program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir, guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat:
a. Instrumen kematangan karir peserta didik SMK yang dapat digunakan dalam mengungkap kematangan karir peserta didik kelas X. Instrumen kematangan karir dapat digunakan untuk perorangan ataupun secara kelompok bagi peserta didik kelas X dengan prosedur sebagai berikut; (1) guru BK terlebih dahulu membaca pedoman instrumen kematangan karir, lalu diberitahukan kepada peserta didik; (2) peserta didik membaca langkah-langkah menjawab instrumen kematangan karir; (3) lembar pernyataan dan lembar jawaban diberikan kepada peserta didik lalu mulai mengerjakan; dan (4) setelah peserta didik mengerjakan, kemudian hasil jawaban peserta didik dianalisis dengan norma-norma yang telah ditentukan, kemudian hasilnya ditafsirkan untuk mengetahui tingkat pencapaian kematangan karir peserta didik.
b. Program bimbingan ini dapat diaplikasikan sebagai upaya untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan karir peserta didik dengan cara terlebih dahulu diidentifikasi indikator-indikator dan peserta didik yang memiliki tingkat pencapaian kematangan karir terendah melalui penyebaran instrumen kematangan karir.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini masih terbatas pada variabel yang diteliti, populasi, sampel dan metode penelitian, sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan melakukan hal-hal sebagai berikut.
(42)
a. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan pengungkapan profil kematangan karir yang masih terbatas pada dua aspek yaitu pengetahuan dan sikap, menjadi tiga aspek utuh kematangan karir dengan ditambah aspek keterampilan.
b. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan tema yang sama, namun pada populasi dan sampel yang berbeda. Diantaranya pada peserta didik SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA dan mahasiswa di perguruan tinggi. Sehingga dapat menghasilkan profil kematangan karir pada jenjang yang lebih luas.
c. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain seperti eksperimen murni dengan memberikan perlakuan tidak hanya kepada kelas eksperimen namun juga kepada kelas kontrol, sehingga dapat diketahui perubahan kematangan karir pada peserta didik pada kedua kelompok sampel.
(43)
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN.(2007). Penataan pendidikan professional konselor dan layanan bimbingan dan konseling. Bandung : ABKIN.
Anonim. (2012). Teori Perkembangan Karier: Perspektif Social Learning Theory dari Krumboltz. [Online]. Tersedia di
http://bkpemula.wordpress.com/2012/04/11/teori-perkembangan-karir-perspektif-social-learning-theory-dari-krumboltz/ 19 Juni 2012.
Amti. (1992). Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : Tidak Diterbitkan
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta.
Amundson, N. (1995). An Interactive Model of Career Decision Making.
Vancouver, Canada: Journal of Employment Counseling Department of Counseling Psychology Faculty of Education University of British Columbia Volume 32, 11-21.
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiamin, A. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI Press Colledge, R. (2002). Mastering Counselling Theory. Palgrave macmilan. Depdiknas. (2008). Rambu-rambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional
Konselor.
Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI.
Dillard, J. M. (1985). Lifelong Career Planning. Charles E. Merril Publishing Company.
Faiz. (2008). Teori Pilihan Karier Menurut John Holland. [Online]. Tersedia: http://faizperjuangan.wordpress.com/2008/02/12/teori-pilihan-karir-menurut-john-l-holland-sebuah-tugas-kuliah/. (3 Oktober 2008). Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Gati, I. (2001). High School Student’ Career-Related Decision Making Difficulties. Journal of Counselling and Development Volume 79, 331-341.
(44)
Gani, R. (1987). Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.
Gladding, T. S. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Indeks: Jakarta. Herawati, Y. (2010). Program BK Untuk Mengembangkan Kematangan Karir
Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: ErlanggaKartono.
Illfiandra, (1997). Kontribusi Konsep Diri terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi pada Jurusan Psikologi Pendidikan FIP IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Juwitaningrum, I. (2010). Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Komalaningsih, S. (2012). Efektivitas Program Bimbingan Karier Untuk Mengembangkan Kematangan Karier Peserta Didik Madrasah Aliyah. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Kuijpers, M.A.C.T, et.al. Career Competencies for Career Succes. Dalam The Career Development Quarterly [Online], Vol.55, 11 halaman. Tersedia :
http://www.utwente.nl/igs/tccr/TCCR%20Publicaties/kuijpers_schyns_s cherens2006.pdf. (19 Mei 2012)
Kuijpers, M.A.C.T dan Scheerens, J. 2006. “Career Competencies for the
Modern Career”. Journal of Career Development. 32, (4), 303-319.
Kurniati, N.M.T, et. al. (2006). “Adaptasi, Uji Validitas dan Reliabilitas Career Maturity Inventory (CMI) Siswa Menengah Atas (SMA) di
Jakarta”. Jurnal Penelitian Psikologi. 2, (11), 163-177.
Manrihu, M. T. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Nathan and Hill. (2006). Career Counseling. California: SAGE Publication Ltd. Vol 32, 299-311.
(45)
Nurihsan, A. J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Oktaviana, T. (2008). Program Bimbingan Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa SMK. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan. Osipow, S. H. (1983). Theories of Career Development. The Ohio State
University. New Jersey.
Rauf. Y. (2006). Bimbingan Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Santrock. (2007). Adolesence. Alih bahasa Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Saripah, I. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak (dikembangkan berdasarkan studi terhadap bimbingan para pengasuh dan kemampuan perilaku prososial anak TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pangalengan, Kabupaten Bandung).
Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Septiani, D. (2006). Kontribusi Layanan Informasi Karir Oleh Guru Pembimbing Terhadap Pengambilan Keputusan Karir Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Sharf, R. (1992). Applying Career Development Theory to Counseling.
California: Brooks/Cole Publishing Company.
Sudjana. N. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat, A. (2010). Konsep Dasar Pengambilan Keputusan. [Online].
Tersedia di
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/16/pengambilan-keputusan/ 02072012
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
(46)
Suherman, U dan Sudrajat. D. (1998). Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP UPI.
Sukardi, D. K. (1993). Psikologi Pemilihan Karier. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi, D. K. (1984). Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sukmadinata, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Badung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Supriatna, M. (2009). Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengnah.
Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.
Supriatna, M. (2010). Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional UPI.
Supriatna, M. (Ed.). (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Suryani, I. (2010). Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Surya. (1988). Bimbingan Karir. Bandung : PPS UPI. Makalah tidak diterbitkan Tarsidi, D. (2007). Teori Perkembangan Karir. [Online]. Tersedia di: http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/10/teori-perkembangan-karir.html. (3 Oktober 2010).
Tarsidi. D. (2007). Teori Perkembangan Karir. [Online] Tersedia di http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/10/teori-perkembangan-karir.html 02 Juli 2012.
Winkel. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
Winkel dan Sri. (2012). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Jakarta: PT. Gramedia.
Yusuf, S dan Nurihsan. J. (2008). Landasan Bimbingan & Konseling.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S. (2008). Program Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.
(1)
B. Rekomendasi
Rekomendasi untuk mengembangkan program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir lebih lanjut ditujukan bagi guru bimbingan dan konseling dan penelitian selanjunya, sebagai berikut.
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling SMK
Sebagai upaya tindak lanjut program bimbingan untuk meningkatkan kematangan karir, guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat:
a. Instrumen kematangan karir peserta didik SMK yang dapat digunakan dalam mengungkap kematangan karir peserta didik kelas X. Instrumen kematangan karir dapat digunakan untuk perorangan ataupun secara kelompok bagi peserta didik kelas X dengan prosedur sebagai berikut; (1) guru BK terlebih dahulu membaca pedoman instrumen kematangan karir, lalu diberitahukan kepada peserta didik; (2) peserta didik membaca langkah-langkah menjawab instrumen kematangan karir; (3) lembar pernyataan dan lembar jawaban diberikan kepada peserta didik lalu mulai mengerjakan; dan (4) setelah peserta didik mengerjakan, kemudian hasil jawaban peserta didik dianalisis dengan norma-norma yang telah ditentukan, kemudian hasilnya ditafsirkan untuk mengetahui tingkat pencapaian kematangan karir peserta didik.
b. Program bimbingan ini dapat diaplikasikan sebagai upaya untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan karir peserta didik dengan cara terlebih dahulu diidentifikasi indikator-indikator dan peserta didik yang memiliki tingkat pencapaian kematangan karir terendah melalui penyebaran instrumen kematangan karir.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini masih terbatas pada variabel yang diteliti, populasi, sampel dan metode penelitian, sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan melakukan hal-hal sebagai berikut.
(2)
104
a. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan pengungkapan profil kematangan karir yang masih terbatas pada dua aspek yaitu pengetahuan dan sikap, menjadi tiga aspek utuh kematangan karir dengan ditambah aspek keterampilan.
b. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan tema yang sama, namun pada populasi dan sampel yang berbeda. Diantaranya pada peserta didik SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA dan mahasiswa di perguruan tinggi. Sehingga dapat menghasilkan profil kematangan karir pada jenjang yang lebih luas.
c. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain seperti eksperimen murni dengan memberikan perlakuan tidak hanya kepada kelas eksperimen namun juga kepada kelas kontrol, sehingga dapat diketahui perubahan kematangan karir pada peserta didik pada kedua kelompok sampel.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
ABKIN.(2007). Penataan pendidikan professional konselor dan layanan bimbingan dan konseling. Bandung : ABKIN.
Anonim. (2012). Teori Perkembangan Karier: Perspektif Social Learning
Theory dari Krumboltz. [Online]. Tersedia di
http://bkpemula.wordpress.com/2012/04/11/teori-perkembangan-karir-perspektif-social-learning-theory-dari-krumboltz/ 19 Juni 2012.
Amti. (1992). Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : Tidak Diterbitkan
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta.
Amundson, N. (1995). An Interactive Model of Career Decision Making. Vancouver, Canada: Journal of Employment Counseling Department of Counseling Psychology Faculty of Education University of British Columbia Volume 32, 11-21.
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiamin, A. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI Press Colledge, R. (2002). Mastering Counselling Theory. Palgrave macmilan. Depdiknas. (2008). Rambu-rambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional
Konselor.
Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI.
Dillard, J. M. (1985). Lifelong Career Planning. Charles E. Merril Publishing Company.
Faiz. (2008). Teori Pilihan Karier Menurut John Holland. [Online]. Tersedia: http://faizperjuangan.wordpress.com/2008/02/12/teori-pilihan-karir-menurut-john-l-holland-sebuah-tugas-kuliah/. (3 Oktober 2008). Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Gati, I. (2001). High School Student’ Career-Related Decision Making Difficulties. Journal of Counselling and Development Volume 79, 331-341.
(4)
106
Gani, R. (1987). Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.
Gladding, T. S. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Indeks: Jakarta. Herawati, Y. (2010). Program BK Untuk Mengembangkan Kematangan Karir
Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: ErlanggaKartono.
Illfiandra, (1997). Kontribusi Konsep Diri terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi pada Jurusan Psikologi Pendidikan FIP IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Juwitaningrum, I. (2010). Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Komalaningsih, S. (2012). Efektivitas Program Bimbingan Karier Untuk Mengembangkan Kematangan Karier Peserta Didik Madrasah Aliyah. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Kuijpers, M.A.C.T, et.al. Career Competencies for Career Succes. Dalam The Career Development Quarterly [Online], Vol.55, 11 halaman. Tersedia : http://www.utwente.nl/igs/tccr/TCCR%20Publicaties/kuijpers_schyns_s cherens2006.pdf. (19 Mei 2012)
Kuijpers, M.A.C.T dan Scheerens, J. 2006. “Career Competencies for the Modern Career”. Journal of Career Development. 32, (4), 303-319. Kurniati, N.M.T, et. al. (2006). “Adaptasi, Uji Validitas dan Reliabilitas
Career Maturity Inventory (CMI) Siswa Menengah Atas (SMA) di Jakarta”. Jurnal Penelitian Psikologi. 2, (11), 163-177.
Manrihu, M. T. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Nathan and Hill. (2006). Career Counseling. California: SAGE Publication Ltd. Vol 32, 299-311.
(5)
Nurihsan, A. J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Oktaviana, T. (2008). Program Bimbingan Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa SMK. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan. Osipow, S. H. (1983). Theories of Career Development. The Ohio State
University. New Jersey.
Rauf. Y. (2006). Bimbingan Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Santrock. (2007). Adolesence. Alih bahasa Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Saripah, I. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak (dikembangkan berdasarkan studi terhadap bimbingan para pengasuh dan kemampuan perilaku prososial anak TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pangalengan, Kabupaten Bandung). Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Septiani, D. (2006). Kontribusi Layanan Informasi Karir Oleh Guru Pembimbing Terhadap Pengambilan Keputusan Karir Siswa. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Sharf, R. (1992). Applying Career Development Theory to Counseling. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Sudjana. N. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat, A. (2010). Konsep Dasar Pengambilan Keputusan. [Online].
Tersedia di
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/16/pengambilan-keputusan/ 02072012
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
(6)
108
Suherman, U dan Sudrajat. D. (1998). Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP UPI.
Sukardi, D. K. (1993). Psikologi Pemilihan Karier. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi, D. K. (1984). Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sukmadinata, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Badung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Supriatna, M. (2009). Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengnah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.
Supriatna, M. (2010). Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah. Departemen Pendidikan Nasional UPI.
Supriatna, M. (Ed.). (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Suryani, I. (2010). Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Skripsi Mahasiswa PPB FIP UPI : tidak diterbitkan.
Surya. (1988). Bimbingan Karir. Bandung : PPS UPI. Makalah tidak diterbitkan Tarsidi, D. (2007). Teori Perkembangan Karir. [Online]. Tersedia di: http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/10/teori-perkembangan-karir.html. (3 Oktober 2010).
Tarsidi. D. (2007). Teori Perkembangan Karir. [Online] Tersedia di http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/10/teori-perkembangan-karir.html 02 Juli 2012. Winkel. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT.
Gramedia.
Winkel dan Sri. (2012). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
Yusuf, S dan Nurihsan. J. (2008). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S. (2008). Program Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.