KAJIAN ETNOGRAFI TERHADAP MAKNA SYAIR LAGU PADA RITUAL DAUR HIDUP MASYARAKAT SUKU NUAULU DI PULAU SERAM KABUPATEN MALUKU TENGAH DAN MODEL PELESTARIANNYA.

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

yang dinamis, yang senantiasa berubah. Hubungan antara kebudayaan dan

masyarakat itu amat erat, karena kebudayaan itu sendiri adalah cara suatu kumpulan

manusia atau masyarakat mengadakan sistem nilai, yaitu berupa aturan yang

menentukan sesuatu benda atau perbuatan lebih tinggi nilainya, lebih dikehendaki,

dari yang lain (Semi, 1984: 54). Kebudayaan tentulah tidak akan terlepas dari sastra,

begitu juga sebaliknya, sastra akan maju bila ditunjang oleh kebudayaan yang kuat

dan mengakar di kalangan masyarakat kita. Keduanya, sastra dan budaya, saling

mendukung.

Sebagai salah satu bagian dari kebudayaan, karya sastra selalu berkaitan erat

dengan persoalan kehidupan manusia yang terdapat dalam masyarakat karena karya

sastra selalu membicarakan perilaku kehidupan manusia dengan segala aspeknya.

Dengan demikian, karya sastra juga dapat dipandang sebagai cerminan dari

kehidupan manusia, sebagai tanggapan dari kehidupan manusia, dan sebagai evaluasi

dari kehidupan manusia karena karya sastra juga menggambarkan tingkat keinginan

suatu kebudayaan, gambaran tradisi yang berlaku, dan tingkat kehidupan yang telah

dicapai oleh suatu masyarakat pada suatu masa serta harapan yang dicita-citakan.


(2)

Kebudayaan adalah segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran,

kemauan, serta perasaan manusia, yang perkembangannya melalui manusia dengan

manusia, manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha

Esa. Koentjaraningrat (1983: 9) mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan

gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta

keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Salah satu hasil kebudayaan yang

berkaitan kuat dengan karya manusia ialah yang berbentuk sastra.

Di Indonesia, khususnya dalam dunia kesusastraan kita mengenal istilah sastra

lisan dan sastra tulis. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dilepaspisahkan

dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah berperan dalam

membentuk apresiasi sastra masyarakat, sehingga sastra lisan dan sastra tulis hidup

berdampingan. Dikatakan sastra lisan karena sastra tersebut disalurkan dari mulut ke

mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan menggunakan bahasa lisan

tanpa ada naskah.

Hampir sebagian besar suku bangsa di Indonesia mengenal sastra lisan,

demikian pula dengan masyarakat suku Nuaulu di pulau Seram Kabupaten Maluku

Tengah. Masyarakat adat di suku Nuaulu ini memiliki sastra lisan yang lahir dan

berkembang dalam lingkungan yang menggunakan bahasa daerah. Salah satu sastra

lisan penting yang masih digunakan pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan yaitu

nyanyian rakyat. Dalam syair lagu terkandung nilai budaya,pendidikan,etika,religi,


(3)

3

nasihat yang bagi masyarakat suku Nuaulu mempunyai arti yang sangat besar bagi

kehidupan.

Dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini, upacara tradisional

sebagai warisan budaya leluhur boleh dikatakan masih memegang peranan penting

dalam kehidupan bermasyarakat. Kita menyadari bahwa upacara tradisional yang

didalamnya dilantunkan nyanyian-nyanyian atau lagu-lagu yang mana mengandung

norma-norma atau aturan-aturan dalam hidup bermasyarakat pendukungnya. Lagipula

dalam syair lagu ini mengandung unsur nilai-nilai budaya yang ditanamkan oleh

para leluhur kita kepada generasi penerusnya. Dengan ditanamkan seawal mungkin

akan semakin memperkokoh kepribadian masyarakat pendukungnya, sehingga ada

alasan tertentu untuk melestarikannya.

Uneputty (1984: 57) menjelaskan Daur Hidup berkaitan dengan

upacara-upacara ritual kehidupan manusia yang terkait dengan religi dan menjadi tradisi

budaya. Norma-norma yang berkaitan dengan lintasan hidup sudah merupakan

sesuatu yang sakral, karena kesakralannya itu maka pengingkaran terhadapnya dapat

menimbulkan malapetaka. Pola pemikiran ini sangat jelas tampaknya pada suku

Nuaulu yang mendiami Pulau Seram, bagi kelompok suku ini lintasan-lintasan hidup

atau daur hidup mutlak harus diupacarakan.

Nyanyian rakyat adalah salah satu genre tua yang berbentuk folklor yang terdiri

atas kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu,

berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian. Berbeda dengan kebanyakan


(4)

bentuk-bentuk folklor lainnya, nyanyian rakyat berasal dari bermacam-macam

sumber dan timbul dalam berbagai macam media. Seringkali juga nyanyian rakyat ini

kemudian dipinjam oleh penggugah nyanyian profesional untuk diolah lebih lanjut

menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa). Walaupun demikian, identitas

flokrositasnya masih dapat kita kenali karena masih ada varian foklornya yang

beredar dalam peredaran lisan (

oral transmission

).

Di dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwitunggal yang tak

terpisahkan, sehingga salah besar jika pengumpulan nyanyian rakyat jarang tidak

sekaligus mengumpulkan lagunya. Dalam kenyataan, teks nyanyian rakyat selalu

dinyanyikan oleh informan dan jarang sekali yang hanya disajakan (

recite

) saja.

Nyanyian rakyat dapat dibedakan dari nyanyian lainnya, seperti nyanyian pop atau

klasik (

art song

), karena sifatnya yang mudah dapat berubah-ubah, baik dalam

bentuk maupun isinya. Nyanyian rakyat lebih luas peredarannya pada suatu kolektif

dan dapat bertahan untuk beberapa generasi. Tempat peredaran nyanyian rakyat ini

lebih luas daripada nyanyian pop atau klasik. Hal ini disebabkan karena kalau

nyanyian pop atau klasik hanya beredar di antara kolektif yang melek huruf dan semi

melek huruf, maka nyanyian rakyat selain beredar di antara kolektif buta huruf dan

semi buta huruf tapi juga beredar di kalangan yang melek huruf.

Usaha-usaha yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk melindungi dan

melestarikan nyanyian rakyat di suku Nuaulu tersebut, mutlak diperlukan. Salah satu

bentuk upaya untuk melindungi dan melestarikan nyanyian rakyat pada masyarakat


(5)

5

suku Nuaulu ini adalah dengan cara pembelajaran mengidentifikasi makna dan majas

dalam syair lagu Ritual Daur Hidup di sekolah, membuat dokumentasi kumpulan

nyanyian-nyanyian Ritual Daur Hidup dalam bentuk buku.

Sekolah menjadi bagian terpenting dalam pengembangan aset budaya daerah

dan sekaligus pula sebagai lembaga yang dipercaya untuk melestarikan dan

mengembangkan budaya daerah melalui pengajaran sastra di sekolah, dan dapat juga

sebagai bahan ajar pada mata pelajaran mulok.

Pelestarian nyanyian rakyat sebagai sarana untuk menyampaikan pesan nilai

budaya yang di dalamnya ada unsur pendidikan yang wajib diajarkan oleh guru

kepada siswa di sekolah, sebagai salah satu bentuk upaya melestarikan adat istiadat

daerah yang notabene adalah merupakan suatu aset kekayaan bangsa yang patut

dijaga dan dilestarikan. Sebelumnya, penelitian mengenai model pelestarian sastra

lisan pernah dilakukan oleh Nono Sudarmono dengan judul “Struktur Dan Fungsi

Seni Tradisi Gaok Serta Model Pelestariannya Melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra

Di SMA”, Novita Tabelessy dengan judul “Model Pelestarian Nilai Budaya Dan Nilai

Pendidikan Dalam Konteks Sastra Lisan Pantun Pada Upacara Pernikahan” dan

Casminih dengan judul “Kajian Makna, Nilai Budaya, Dan Konteks Seni Tradisional

Indramayu “Sintren” Serta Upaya Pewarisannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang : Kajian Etnografi Terhadap Makna Syair Lagu Pada Ritual Daur


(6)

Hidup Masyarakat Suku Nuaulu Di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah Dan

Model pelestariannya.

1.2 Batasan Masalah

Dengan mengenal budaya daerah, kita akan memahami pula kebudayaan

tersebut. Salah satu cara yang dipakai untuk mempelajari dan mengenal budaya

daerah yaitu dengan mempelajari sastra lisan (

folklore

) dalam masyarakat sekitar

kita. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

untuk lebih bermanfaat, penelitian ini akan lebih difokuskan pada makna yang

terkandung dalam syair lagu sebagai upaya melestarikan warisan budaya daerah

melalui Ritual Daur Hidup suku Nuaulu di Kabupaten Maluku Tengah dan model

pelestariannya.

1.3

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.

Bagaimanakah proses pelaksanaan Ritual Daur Hidup dan makna apa saja yang

terkandung pada syair lagu Ritual Daur Hidup suku Nuaulu di Pulau Seram

Kabupaten Maluku Tengah?

2.

Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam makna syair lagu pada upacara

Ritual Daur Hidup suku Nuaulu di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah?


(7)

7

3.

Bagaimana model pelestarian nilai budaya dalam syair lagu yang terdapat pada

Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu di pulau Seram Kabupaten Maluku

Tengah.

1.4

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.

Untuk mengetahui bagaimanakah proses pelaksanaan Ritual Daur Hidup pada

masyarakat suku Nuaulu dan mendeskripsikan makna yang terkandung pada syair

lagu Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu.

2.

Untuk menemukan nilai budaya yang terkandung dalam makna syair lagu pada

upacara Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu.

3.

Untuk menyusun model pelestarian nilai budaya yang terkandung dalam syair

lagu agar dapat bermanfaat bagi pembelajaran sastra.

1.5

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1.

Peneliti dan peminat sastra untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

sastra daerah.

2.

Generasi muda, khususnya anak cucu orang Maluku dalam menambah

pengetahuan tentang suku Nuaulu, dan dapat membangkitkan minat untuk

memelihara serta melestarikan budaya daerah agar jangan punah.


(8)

3.

Bagi Pemda Provinsi Maluku, sebagai bahan referensi dan informasi tambahan

dalam mengungkapkan kekayaan budaya masyarakat Maluku, khususnya Suku

Nuaulu di Pulau Seram.

4.

Menjadi sumbangan bagi pembelajaran sastra di sekolah.

1.6

Definisi Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan istilah-istilah sebagai berikut :

1.

Nilai Budaya

Nilai Budaya adalah nilai-nilai sosio budaya yang terkandung di dalam sebuah

cerita yang mewarnai dan melatarbelakangi terciptanya cerita tersebut.

Nilai Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari kegiatan

menganalisis syair lagu Ritual Daur Hidup suku Nuaulu yang berupa rumusan

nilai budaya yang terkandung pada syair lagu tersebut.

2.

Makna

Makna adalah arti; maksud (mengandung) arti penting (dalam).

Makna yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil penyelidikan atau

penelahaan makna terhadap syair lagu Ritual Daur Hidup suku Nuaulu. Kegiatan

analisis makna berupa analisis makna denotatif dan makna konotatif, dan analisis

majas.


(9)

9

3.

Syair Lagu

Syair lagu adalah karya sastra atau puisi yang berisi curahan perasaan pribadi,

susunan kata sebuah nyanyian.

Syair lagu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah susunan kata yang terdapat

pada sekumpulan lagu-lagu yang selalu dilantunkan masyarakat suku Nuaulu

pada saat upacara Ritual Daur Hidup dilaksanakan.

4.

Ritual Daur Hidup

Upacara- upacara ritual kehidupan manusia yang telah diikat oleh religi dan

menjadi tardisi budaya, yang merupakan sebuah kepribadian suku etnik tertentu

dan mempunyai suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak-anak, dewasa, masa

tua sampai kepada kematian.

Ritual Daur hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upacara-upacara

daur hidup yang sering dilakukan oleh masyarakat suku Nuaulu di Pulau Seram

Kabupaten Maluku Tengah.

5.

Etnografi

Metode penelitian yang paling kompleks, karena penelitian ini menggunakan

serangkaian pendekatan guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai

masyarakat, kelompok, institusi, tempat, maupun situasi tertentu.

6.

Suku Nuaulu

Salah satu suku terpencil yang mendiami pedalaman pulau Seram di Desa

Nuanea, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.


(10)

1.7

Anggapan Dasar

Asumsi atau anggapan dasar yang penulis gunakan sebagai pedoman

penelitian adalah sebagai berikut.

1.

Nyanyian-nyanyian pada Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu merupakan

salah satu aset budaya yang turut memperkaya kebudayaan daerah dan

kebudayaan nasional.

2.

Syair lagu yang terdapat pada nyanyian-nyanyian Ritual Daur Hidup masyarakat

suku Nuaulu bila dimaknai memiliki nilai-nilai budaya yang perlu diwariskan

kepada generasi penerus.

3.

Melestarikan dan mengembangkan budaya daerah berarti melestarikan dan

mengembangkan budaya nasional.


(11)

58

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Penelitian kualitatif (

qualitative research

) adalah penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap

kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (

Syaodih, 2007:60). Tentunya hal ini terkait dengan yang penulis teliti yakni ingin

mendeskripsikan tentang fenomena masyarakat suku Nuaulu menyangkut nilai

budaya yang terkandung dalam syair lagu pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan.

Koentjaraningrat (2002:329) melihat penelitian kualitatif ini sebagai

penelitian yang bersifat etnografi yaitu suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu

bangsa dengan pendekatan antropologi. Hal inipun dibenarkan oleh Fathoni

(2005:98) karena bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu

komunitas dari suatu daerah tertentu menjadi pokok deskripsi sebuah karangan

etnografi, maka dibagi kedalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut

suatu tata urut yang sudah baku. Susunan tata urut tersebut disebut sebagai kerangka

etnografi.

Menurut Spradley (Creswell, 1998:487) langkah-langkah dalam penelitian

etnografi adalah sebagai berikut ;

1.

Menetapkan Informasi

2.

Mewawancarai Informan


(12)

3.

Membuat catatan Etnografis

4.

Mengajukan Pertanyaan Deskriptipf

5.

Melakukan Analisis Wawancara

6.

Membuat Analisis Domain

7.

Mengajukan Pertanyaan Struktural

8.

Membuat Analisis Taksonomik

9.

Mengajukan pertanyaan Kontras

10.

Membuat Analisis Komponen

11.

Menemukan Tema-Tema Budaya

12.

Menulis Suatu Etnografis.

Dalam penelitian ini peneliti langsung berinteraksi dengan masyarakat suku

Nuaulu setempat sehingga segala permasalahan yang terkait dengan budaya

masyarakat sempat dapat diketahui, dipahami oleh peneliti secara jelas. Desain

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dihasilkan data deskriptif dan analisis

serta interpretasi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.

Bogdan dan Biklen (1982: 27-29) secara terperinci menjabarkan karakteristik

penelitian kualitatif, diantaranya :

1.

Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung

sumber data.

2.

Mengimlementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih

cenderung ke kata-kata daripada angka


(13)

60

3.

Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan pada proses tidak

semata-mata pada hasil

4.

Melalui analisis induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang

terjadi

5.

Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif.

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan di dalam “

natural

setting

” (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak kepada observasi, wawancara mendalam, angket dan dokumentasi.

Teknik observasi digunakan peneliti untuk meneliti secara langsung Ritual

Daur Hidup pada masyarakat yang dijadikan objek penelitian. Teknik observasi ini

menggunakan pedoman observasi sebagai berikut.

PEDOMAN OBSERVASI

No

Masalah

Indikator

Instrumen Pertanyaan

1

Menjelaskan posisi

atau peran pelantun

nyanyian pada saat

Ritual Daur Hidup

dijalankan?

Menjelaskan kedudukan

nyanyian pada saat Ritual

Daur Hidup

dilaksanakan:

a.

Ritual pada masa

kelahiran.

b.

Ritual pada masa

dewasa untuk

1.

Apakah ada waktu,hari khusus

untuk menjalankan ritual

tersebut?

2.

Siapa saja yang berperan

sebagai pelantun nyanyian

dalam ritual tersebut?

3.

Jenis kelamin atau usia berapa

saja yang dianggap bisa menjadi


(14)

perempuan dan

laki-laki.

c.

Masa kawin

meminang dan

kawin lari.

d.

Masa kematian.

pelantun nyanyian pada saat

ritual dijalankan?

4.

Apakah ada pakaian khusus

yang dipakai oleh para pelantun

pada saat ritual dijalankan?

5.

Alat musik apa saja yang

digunakan sebagai pengiring

pada saat nyanyian dilantunkan?

6.

Apakah dalam melantunkan

syair lagu dinyanyikan secara

bersama-sama atau ada orang

khusus yang menyanyikannya?

7.

Bagaimana perasaan para

pelantun dalam menyanyikan

lagu pada saat ritual dijalankan?

8.

Apakah ada tempat khusus yang

disediakan bagi pelantun

nyanyian pada saat ritual

dijalankan?

9.

Bagaimana posisi para pelantun

pada saat ritual dijalankan?

10.

Apakah pada saat ritual

dijalankan diperbolehkan untuk

menonton atau tidak?

11.

Dalam melaksanakan ritual

apakah dalam bentuk pesta atau

acara khusus yang sangat

sakral?


(15)

62

Selain itu, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk

mendapatkan data, informasi, dan pendapat dari tokoh masyarakat. Teknik

dokumentasi yang digunakan peneliti sebagai bukti data penelitian.

Dalam penenilitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri

karena peneliti memegang peranan penting sebagai pengamat penuh. Moleong

(2000:19), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti

sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan

akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. Disamping penulis melakukan hal tersebut,

penulis juga menggunakan beberapa alat untuk membantu pengumpulan data sebagai

berikut.

1.

Tape Recorder

Tape recorder

digunakan untuk merekam nyanyian yang didendangkan oleh para

pelaku pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan, dan juga digunakan untuk

merekam pembicaraan pada saat peneliti mengadakan wawancara dengan para

informan.

2.

Kamera atau

Handycam

Kamera atau

Handycam

diperlukan untuk merekam dan mendapatkan foto atau

gambar pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan.

3.

Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang nyanyian apa

saja yang sering didendangkan pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan dan

juga untuk memperoleh data tentang nilai budaya yang terkandung dalam syair


(16)

lagu tersebut. Bentuk pedoman wawancara yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

PEDOMAN WAWANCARA

(Untuk Pelantun Nyanyian)

I.

Identitas Informan

1.

Nama Lengkap :

2.

Umur :

3.

Jenis kelamin :

4.

Pendidikan Terakhir :

5.

Pekerjaan :

Pertanyaan :

1.

Sejak kapan Bapak/Ibu/saudara/ menjadi pelaku/pelantun nyanyian pada saat

ritual dilakukan?

2.

Apakah ada syarat tertentu bagi bapak/ibu/saudara untuk menjadi

pelaku/pelantun nyanyian tersebut? Jelaskan!

3.

Usia berapa saja yang dianggap bisa menjadi pelantun nyanyian tersebut?

4.

Mengapa dalam setiap ritual harus ada nyanyian yang dilantunkan?

5.

Berapa banyak nyanyian yang dilantunkan pada setiap Ritual Daur Hidup

dilaksanakan? Sebutkan dan jelaskan!

6.

Makna dari setiap nyanyian itu berupa apa saja? Apakah mengandung nasihat

atau yang lainnya? Sebutkan dan jelaskan!

7.

Alat music apa saja yang dipakai atau digunakan pada saat Ritual Daur Hidup

dilaksanakan untuk mengiringi nyanyian tersebut?

8.

Apakah ada pakaian khusus yang dipakai pada saat melaksanakan ritual adat

tersebut,khususnya para pelantun nyanyian?


(17)

64

9.

Apakah ada nilai budaya yang terkandung dalam syair lagu tersebut?

Sebutkan!

10.

Menurut bapak/ibu/saudara,apakah nyanyian ini masih dibutuhkan pada saat

Ritual Daur Hidup dilaksanakan?

11.

Apakah menurut bapak/ibu/saudara nyanyian pada saat ritual ini perlu

dilestarikan?

12.

Siapa saja yang paling bertanggungjawab untuk melestarikan nyanyian

tersebut?

13.

Apakah ada model pewarisan tertentu yang diajarkan bagi generasi penerus

khususnya generasi muda pada suku Nuaulu?Jika ada jelaskan dan jika tidak

jelaskan!

14.

Apakah ada kebijakan dari pemerintah setempat untuk melestarikan tradisi

Ritual Daur Hidup ini,khusunya nyanyian-nyanyian yang dilantunkan pada

saat ritual dilaksanakan?

15.

Apa saja bentuk atau model pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah

untuk mempertahankan nyanyian ritual ini?

16.

Seberapa besar peran pemerintah dalam melestarikan nyanyian ritual ini?dan

bagaimana hasilnya?


(18)

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA BAGI PELANTUN NYANYIAN

No

Masalah

Indikator

Instrumen Penelitian

1

Apakah tradisi Ritual

Daur

Hidup

masih

dijalankan

dan

bagaimana

proses

pelaksanaan

ritual

tersebut?

Menjelaskan

kedudukan

pelantun nyanyian pada

saat ritual dilaksanakan?

1.

Sejak kapan Bapak/Ibu/saudara/

menjadi pelaku/pelantun

nyanyian pada saat ritual

dilakukan?

2.

Apakah ada syarat tertentu bagi

bapak/ibu/saudara untuk

menjadi pelaku/pelantun

nyanyian tersebut? Jelaskan!

3.

Usia berapa saja yang dianggap

bisa menjadi pelantun nyanyian

tersebut?

4.

Mengapa dalam setiap ritual

harus ada nyanyian yang

dilantunkan?

5.

Berapa banyak nyanyian yang

dilantunkan pada setiap Ritual

Daur Hidup dilaksanakan?

Sebutkan dan jelaskan!

6.

Makna dari setiap nyanyian itu

berupa apa saja? Apakah

mengandung nasihat atau yang

lainnya? Sebutkan dan jelaskan!

7.

Alat music apa saja yang

dipakai atau digunakan pada

saat Ritual Daur Hidup


(19)

66

dilaksanakan untuk mengiringi

nyanyian tersebut?

8.

Apakah ada baju khusus yang

dipakai pada saat melaksanakan

ritual adat tersebut,khususnya

para pelantun nyanyian?

2

Mengetahui Nilai budaya

yang terkandung dalam

nyanyian atau syair lagu

yang dilantunkan pada

saat ritual dijalalankan!

Menjelaskan nilai budaya

yang terkandung dalam

nyanyian atau syair lagu

:1. Nilai budaya :

a.

Hubungan

manusia

sebagai

pribadi.

b.

Hubungan

manusia

dengan

sesama.

c.

Hubungan

manusia

dengan

alam.

d.

Hubungan

1.

Apakah ada nilai budaya

yang terkandung dalam

nyanyian atau syair lagu

tersebut?sebutkan !

2.

Apakah dalam syair lagu

tersebut ada gambaran

tentang hubungan manusia

sebagai diri sendiri, dengan

sesama,dengan alam, dan

Tuhan? Berikan alasannya!


(20)

manusia

dengan

Tuhan.

3.

Model pelestarian apa

saja yang cocok untuk

nilai

budaya

yang

terkandung dalam syair

lagu dalam penerapannya

di

masyarakat

dan

sekolah?

Memilih salah satu model

pelestarian

yang

ditawarkan

di

sekolah

maupun pemerintah.

1.

Menurut

bapak/ibu/saudara,apakah

nyanyian ini masih dibutuhkan

pada saat ritual daur hidup

dilaksanakan?

2.

Apakah menurut

bapak/ibu/saudara nyanyian

pada saat ritual ini perlu

dilestarikan?

3.

Siapa saja yang paling

bertanggungjawab untuk

melestarikan nyanyian tersebut?

4.

Apakah ada model pewarisan

tertentu yang diajarkan bagi

generasi penerus khususnya

generasi muda pada suku

Nuaulu?Jika ada jelaskan dan

jika tidak jelaskan!

5.

Apakah ada kebijakan dari

pemerintah setempat untuk

melestarikan tradisi Ritual Daur

Hidup ini,khusunya

nyanyian-nyanyian yang dilantunkan pada

saat ritual dilaksanakan?

6.

Apa saja bentuk atau model

pelestarian yang dilakukan oleh


(21)

68

pemerintah untuk

mempertahankan nyanyian

ritual ini?

7.

Seberapa besar peran

pemerintah dalam melestarikan

nyanyian ritual ini? dan

bagaimana hasilnya?

PEDOMAN WAWANCARA

(Untuk Guru)

II.

Identitas Informan

1.

Nama :

2.

Tempat/Tanggal lahir :

3.

Jenis Kelamin :

4.

Pendidikan :

5.

Pekerjaan :

6.

Alamat :

Pertanyaan :

1.

Apa yang bapak/ibu ketahui tentang Ritual Daur Hidup pada masyarakat suku

Nuaulu?

2.

Apakah nyanyian (syair lagu) yang dilantunkan pada saat ritual dilaksanakan

punya manfaat bagi masyarakat suku Nuaulu, khususnya bagi anak-anak yang

duduk di bangku pendidikan? jelaskan!

3.

Dapatkah nyanyian atau syair lagu ini dijadikan bahan alternativ pembelajaran

di sekolah?


(22)

4.

Apakah dalam kurikulum sekarang terdapat materi nyanyian atau syair lagu

dalam mata pelajaran bahasa Indonesia atau sastra daerah dalam pembelajaran

mulok?

5.

Nilai Budaya apa saja yang bapak/ibu ketahui dalam nyanyian atau syair lagu

tersebut?

6.

Apakah tradisi ini masih berfungsi bagi masyarakat setempat?

7.

Menurut bapak/ibu perlukah adanya pelestarian tradisi tersebut?

8.

Menurut bapak/ibu nilai budaya yang ada dalam nyanyian atau syair lagu

tersebut perlu dilestarikan?

9.

Menurut bapak/ibu, model pelestarian manakah yang cocok untuk

melestarikan nilai budaya yang terdapat dalam syair lagu?

a.

Model pembelajaran mengidentifikasi makna syair lagu di sekolah

b.

Model dokumentasi dalam bentuk buku

c.

Model pelestarian lainnya.

10.

Apa alasan bapak/ibu memilih salah satu model pelestarian nilai budaya di

atas? Jelaskan!

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU

No Masalah

Indikator

Instrumen Penelitian

1

Bagaimana

keberadaan Nyanyian

atau Syair lagu dalam

pembelajaran di

sekolah?

Menjelaskan

keberadaan atau

fungsi nyanyian

atau syair lagu pada

Ritual Daur Hidup

dalam pembelajaran

sastra di sekolah?

1.

Apa yang bapak/ibu ketahui

tentang Ritual Daur Hidup

pada masyarakat suku Nuaulu?

2.

Apakah nyanyian (syair lagu)

yang dilantunkan pada saat

ritual dilaksanakan punya

manfaat bagi masyarakat suku

Nuaulu, khususnya bagi

anak-anak yang duduk di bangku


(23)

70

pendidikan? jelaskan!

3.

Dapatkah nyanyian atau syair

lagu ini dijadikan bahan

alternatif pembelajaran di

sekolah?

4.

Apakah dalam kurikulum

sekarang terdapat materi

nyanyian atau syair lagu dalam

mata pelajaran bahasa

Indonesia atau sastra daerah

dalam pembelajaran mulok?

2.

Nilai Budaya apa saja

yang terkandung

dalam nyanyian atau

syair lagu?

Menjelaskan nilai

budaya yang

terkandung dalam

nyanyian atau syair

lagu?

1.

Apakah ada nilai budaya yang

terkandung dalam nyanyian

atau syair lagu

tersebut?sebutkan !

2.

Apakah dalam syair lagu

tersebut ada gambaran tentang

hubungan manusia sebagai diri

sendiri, dengan sesama,dengan

alam, dan Tuhan? Berikan

alasannya.

3.

Model pelestarian apa

saja yang cocok untuk

nilai budaya yang

terkandung dalam

nyanyian atau syair

lagu untuk diterapkan

Memilih salah satu

model pelestarian

nilai budaya dalam

nyanyian atau syair

lagu yang

ditawarkan di

Pilihlah salah satu model

pelestarian yang bapak/ibu

setuju pada pilihan dibawah

ini:

1.

Menurut bapak/ibu, model

pelestarian manakah yang


(24)

di masyarakat dan di

sekolah?

sekolah.

cocok untuk melestarikan nilai

budaya yang terdapat dalam

syair lagu?

a.

Model pembelajaran

mengidentifikasi makna syair

lagu di sekolah.

b.

Model dokumentasi dalam

bentuk buku

c.

Model pelestarian lainnya.

2.

Apa alasan bapak/ibu memilih

salah satu model pelestarian

nilai budaya di atas? Jelaskan!

4.

Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dan

perlu dalam mendukung penelitian tersebut.

3.4 Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai

berikut.

a.

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan

1.

Mempersiapkan perlengkapan penelitian seperti

tape recorder

, kamera, buku

catatan, dan lain-lain.

2.

Mencari informan.


(25)

72

4.

Melakukan wawancara dengan para informan untuk memperoleh keterangan

mengenai objek yang akan diteliti.

5.

Mengamati Ritual Daur Hidup dilaksanakan.

6.

Mengamati dan merekam nyanyian yang didendangkan pada saat ritual tersebut

dijalankan.

7.

Melakukan wawancara dengan para tokoh masyarakat (tua-tua adat), masyarakat

biasa, pejabat pemerintahan desa/negeri, dan guru-guru dalam rangka pelestarian

nyanyian-nyanyian tersebut.

8.

Menerjemahkan syair lagu ke dalam bahasa Indonesia.

9.

Menyimpulkan hasil wawancara.

10.

Menyusun laporan atau evaluasi akhir dari hasil wawancara.

b.

Informan Penelitian

Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti menentukan beberapa informan

sebagai berikut :

1.

Tokoh masyarakat (tua-tua adat) yang berperan penting secara langsung pada saat

ritual dilaksanakan.

2.

Masyarakat yang bertindak sebagai pelantun nyanyian pada saat ritual

dilaksanakan.

3.

Masyarakat biasa

4.

Guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia

c.

Data dan Sumber Data


(26)

Data yang dijadikan bahan penelitian adalah nyanyian-nyanyian yang

didendangkan atau dilantungkan pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan. Sumber

data adalah tokoh masyarakat (tua-tua adat) yang memimpin ritual tersebut dan

pelantun nyanyian pada saat ritual dilaksanakan. Data-data tersebut direkam dan

dicatat serta dikumpulkan dan kemudian dianalisis.

d.

Populasi dan Sampel

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Ritual Daur Hidup

yang dilaksanakan pada Suku Nuaulu dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah nyanyian-nyanyian (syair lagu) yang sering dilantunkan pada saat ritual

tersebut dijalankan.

e.

Lokasi Penelitian

Tempat atau lokasi dalam penelitian adalah desa Nuanea, di Pulau Seram

Kabupaten Maluku Tengah. Peneliti tertarik untuk meneliti di pulau Seram karena

banyak adat istiadat dan budaya mereka yang masih lestari dan dijaga keasliannya

serta dijunjung tinggi keberadaannya dalam kehidupan mereka. Dan sangat menarik

untuk diteliti ( Peta lokasi penelitian terlampir).

f.

Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak memasuki lapangan,

selama di lapangan dan setelah di lapangan dalam hal ini Sugiyono (2008:90)

menyatakan bahwa : “ analisis data telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan

masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai hasil penelitian “.


(27)

74

Analisis dilakukan terhadap nilai budaya yang terkandung dalam nyanyian,

dan hasil data wawancara kemudian diinterpretasikan. Sebelum dianalisis,data yang

telah dikumpulkan dalam bahasa daerah terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam

bahasa

Indonesia

untuk

mempermudah

peneliti

dalam

memaknai

dan

menganalisisnya.

Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1.

Mendeskripsikan Ritual Daur Hidup,

2.

Menentukan nyanyian-nyanyian yang terdapat dalam Ritual Daur Hidup,

3.

Menerjemahkan syair lagu ke dalam bahasa Indonesia,

4.

Mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam syair lagu,

5.

Menginterpretasikan data sesuai dengan teori yang digunakan,

6.

Menyusun model pelestarian yang akan dilakukan oleh para guru,

7.

Menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis,


(28)

151

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1

Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam bagian deskripsi hasil

penelitian dan analisis hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa syair

lagu dalam Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu Kabupaten Maluku

Tengah mengandung nilai-nilai budaya yang patut dijaga dan dilestarikan

khususnya bagi generasi muda.

Simpulan hasil penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.

1.

Masyarakat suku Nuaulu mengenal 5 fase penting dalam siklus kehidupan

manusia yakni (1) masa kehamilan 9 bulan, (2) masa melahirkan; pada ritual

ini, hal pertama yang dilakukan adalah membangun

posone

,

kemudian

memasukan ibu hamil ke dalam posone . Pada ritual ini ada 2 buah lagu yang

didendangkan secara berulang-ulang sampai ritual ini selesai. Dalam syair

lagu ini, mengandung doa permohonan kepada Tuhan untuk ibu hamil dan

anak yang akan lahir; (3) masa dewasa, terbagi ; a. masa dewasa bagi anak

perempuan (pinamou) yang ditandai dengan datangnya haid pertama. Pada

ritual ini ada 4 buah lagu yang didendangkan secara berulang-ulang sampai

upacara ini selesai. b. masa dewasa bagi laki-laki (pataheri) yang ditandai

dengan pemotongan kepala ayam, pemakaian cawat (cidaku) dan pemakaian

kain berang (kain berwarna merah) di kepala. Pada ritual ini ada 5 buah lagu

yang dilantunkan sebagai pengiring dalam ritual ini; (4) masa perkawinan; a.


(29)

152

Kawin meminang, terdiri dari peminangan, pembicaraan harta kawin/mas

kawin, dan Akad nikah. b. Kawin lari; terdiri dari si gadis dibawa lari oleh

pemuda, utusan dikirim oleh pihak pemuda ke rumah si gadis untuk meminta

maaf dan membicarakan harta kawin/mas kawin, dan membayar denda kepada

pihak si gadis. Pada ritual ini ada 4 buah lagu yang dilantunkan untuk kedua

mempelai, yang mengandung unsur nasihat dalam hidup berumah tangga; (5)

masa kematian; yang terdiri dari pemukulan tifa, memandikan jenasah,

pelepasan jenasah dan penguburan tetapi jenasah tersebut tidak dikuburkan di

dalam tanah, tetapi jenasah tersebut hanya diletakan di atas para-para yang

terbuat dari kayu dan diletakan di tengah hutan yang dipercaya hutan itu masih

suci dan dibiarkan jenasah itu sampai membusuk. Pada ritual ini ada 3 buah

lagu yang dilantunkan, sebagai penguatan dan penghiburan bagi keluarga yang

berduka.

2.

Nilai budaya yang terkandung dalam syair lagu pada Ritual Daur Hidup suku

Nuaulu dari hasil analisis berupa nilai budaya hubungan antara manusia

dengan beberapa aspek dalam kehidupan masyarakat setempat, yaitu

hubungan manusia sebagai pribadi, hubungan manusia dengan manusia,

hubungan manusia dengan alam sekitarnya, dan hubungan manusia dengan

Tuhan. Keberlakuan nilai budaya dalam syair lagu pada tradisi Ritual Daur

Hidup pada masyarkat suku Nuaulu paling tinggi keberlakuannya, dibutikan

dengan lantunan syair lagu yang bila dimaknai mengandung nilai budaya yang

patut dijaga dan dilestarikan.


(30)

3.

Model pelestarian nilai budaya yang dipilih oleh masyarakat suku Nuaulu

kabupaten Maluku Tengah agar supaya syair lagu pada Ritual Daur Hidup ini

tetap ada dan di jaga kelestariannya adalah membuat bentuk model pelestarian

di antaranya model pelestarian menganalisis makna syair lagu melalui

pembelajaran di sekolah, karena menurut pendapat masyarakat setempat

dengan adanya model pelestraian seperti disebutkan di atas, maka siswa siswi

akan lebih mengenal dan mengetahui lebih dalam lagi tentang tradisi yang ada

di daerah mereka, sehingga timbul keinginan besar untuk tetap menjaga dan

melestarikan tradisi ritual tersebut maupun nyanyian-nyanyian yang ada pada

saat ritual dijalankan.

1.2

Saran

Dalam upaya untuk melestarikan syair lagu dalam Ritual Daur Hidup suku

Nuaulu di kabupaten Maluku Tengah, penulis menyampaikan beberapa saran

yang ditujukan ke beberapa pihak yang terkait, sebagai berikut.

1.

Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah, supaya mau memperhatikan

kebudayaan yang ada dalam daerah, dan mau memperhatikan segala

kebutuhan masyarakat setempat dalam hal ini pelestraian warisan budaya yang

sudah ada sejak dulu. Pemerintah diminta untuk menyiapkan sarana dan

prasarana bagi kebutuhan tersebut dan pemerintah diharapkan bekerjasama

dengan pihak sekolah dalam hal ini, melakukan pelatihan untuk meningkatkan

mutu guru dengan memanfaatkan Ritual Daur Hidup suku Nuaulu khususnya

dalam melestarikan nyanyian-nyanyian yang ada pada ritual tersebut dan


(31)

154

mengimplementasikannya ke dalam kurikulum pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Selain itu juga, pemerintah diharapkan bisa menyediakan

buku-buku sastra atau yang terkait dengan kebutuhan masyarakat dan peserta didik,

yang lebih banyak lagi.

2.

Mengingat akan berbagai faktor yang sangat mempengaruhi punahnya sebuah

budaya daerah, maka diharapkan para generasi muda khususnya anak- anak

suku Nuaulu yang masih tinggal dan menetap di daerah tersebut maupun yang

sudah keluar meninggalkan daerahnya, untuk tetap mau berusaha dan

berupaya menjaga dan melestarikan budaya yang sudah ada supaya tidak

punah dan terkikis habis oleh perkembangan zaman. Dalam hal ini,

diharapkan para generasi muda selalu mau terlibat dan berperan serta dalam

setiap Ritual Daur Hidup yang dilaksanakan oleh tua-tua adat.

3.

Para guru bidang studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mulai

memberdayakan nyanyian nyanyian rakyat sebagai salah satu alternatif bahan

ajar yang dipilih dan diajarkan di sekolah. Dengan cara ini, diharapkan

nyanyian-nyanyian rakyat (syair lagu) dapat terus dilestarikan serta

dikembangkan secara lebih baik lagi untuk memperkaya khazanah budaya

Indonesia.

4.

Bagi para peneliti berikutnya, perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lain

lagi dalam upaya menggali tradisi budaya daerah yang belum dikenal di

kalangan masyarakat setempat.


(32)

155

DAFTAR PUSTAKA

Bacom, Wilian R. 1965.

Four function of folklore. The Study of Folklore

(Alan

Dundes ed). Englewood cliffs:NJ.Prentice Hall Inc.

Creswell, John W . 1998.

Qualitative Inquiri and Research Design ; chosin among

five tradisions

: London ; united kingdom ; sage publication.

Danandjaja,

James.

1991.

Folklore

Indonesia

Ilmu

Gosip,Dongeng,dll

.

Jakarta:Graffiti.

Endraswara, Suwardi. 2009.

Metodologi Penelitian Folklore, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta :Media Pressindo.

Endraswara, Suwardi. 2010.

Folklor Jawa; Macam, Bentuk dan Nilainya

. Jakarta:

Penaku.

Esten, Mursal. 1990.

Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultural

. Bandung: Angkasa.

Fang,Yock Liaw. 1993.

Sejarah Kesusatraan Melayu Klasik

. Erlangga.

Frangkel J.R. 1977.

How to Teach About Values;An Analitic Approach

. New

Jersey;Prentice-Hall, Inc.

Jean. 2009.

Sosiologi Seni

. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.

Joyce, Bruce, Weil, Marsha, with Emily Calhoun. 2000.

Models of Teaching

. Ed.

Boston: Allyn and Bacom A Person Education Company.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

. 2008. Jakarta : Balai Pustaka.


(33)

156

Koentrjaraningrat . 2002.

Pengantar Ilmu Antropologi

.Jakarta;PT Rineka Cipta.

Koentrjaraningrat. 2004.

Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia.

Jakarta:Djambatan.

Koentrjaraningrat. 2000.

Kebudayaan,Mentalitas dan pembangunan

. Jakarta : PT

Gramedia Utama.

Kristina. 2004.

Kajian Struktur, Nilai Budaya, dan Konteks Cerita Rakyat Dalam

Tradisi Berebab di Kabupaten Padang Pariaman

. Tesis Sps.Bandung-UPI.

Mahmud,K.K. 1993.

Sastra Indonesia dan Daerah

. Bandung:Angkasa.

Mulyasa E. 2010.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

. Bandung: Rosda Karya.

Moeloeng, Lexy J. 2000.

Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung : Tarsito.

Nasution . 2003.

Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.

Bandung: Tarsito.

Nurgiyantoro, B. 1995.

Teori Pengkajian Fiksi

. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Pudentia, 2008.

Metodologi Kajian Tradisi Lisan

. Jakarta:ATL

Rampan, Korie Layun. 1983.

Perjalanan Sastra Indonesia

. Jakarta: Gunung Jati.

Rusyana, Yus. 1982.

Metodologi Pengajaran Sastra

. Bandung: Gunung Larang.

Rusyana, Yus. 1984.

Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan

.Bandung:

Diponegoro.

Saputra, Yahya Andi . 2009.

Upacara Daur Hidup Adat Betawi

; Jakarta; Wedatama

Widya Sastra.

Semi,M.Atar. 1990.

Metode Penelitian Sastra

. Bandung : Angkasa.

Simanungkalit, Tiolintan. 2008.

Studi Deskriptif Terhadap Struktur, Konteks Dan

Nilai Budaya Cerita Rakyat Desa Panjalu Kabupaten Ciamis. (Penyusunan


(34)

Model Teater bagi Pelestarian Nilai Budaya Cerita Rakyat Masyarakat Desa

Panjalu).

Tesis Sps. Bandung:UPI.

Siswantoro, 2010.

Metode Penelitian Sastra

. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Spradley.James.P. 2006.

Metode Etnografi

: Yogyakarta; Tiara Wacana

Sudikan, Setya Yuwana. 1993.

Metode Penelitian Sastra Lisan

. Surabaya : Citra

Wacana.

Sugiyono. 2008.

Memahami Penelitian Kualitatif.

Bandung :Alfabeta.

Sujana, Nana dan Ibrahim. 2007.

Penelitian dan Penilaian Pendidikan

. Bandung :

Sinar Baru Algensindo.

Sumardjo Jakob. 2000.

Filsafat Seni

. Bandung: ITB.

Suriasumantri. 1999.

Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer

. Jakarta: Pustaka Sinar

harapan.

Teeuw, A. 1982.

Khazanah Sastra Indonesia

. Jakarta : Balai Pustaka.

Teeuw, A. 1983.

Membaca Dan Menilai Sastra

. Jakarta: Gramedia.

Teeuw.A. 1984.

Sastra dan Ilmu Sastra

. Jakarta: Pustaka Jaya.

Uneputty Dkk. 1984.

Upacara Tradisional Daerah Maluku

. Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah Maluku: Depdikbud.

Waluyo, Herman.J. 1987.

Teori dan Apresiasi Puisi

. Erlangga.

Waridah Ernawati. 2010.

EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia

. Jakarta.Kawan

Pustaka.


(1)

152

Kawin meminang, terdiri dari peminangan, pembicaraan harta kawin/mas kawin, dan Akad nikah. b. Kawin lari; terdiri dari si gadis dibawa lari oleh pemuda, utusan dikirim oleh pihak pemuda ke rumah si gadis untuk meminta maaf dan membicarakan harta kawin/mas kawin, dan membayar denda kepada pihak si gadis. Pada ritual ini ada 4 buah lagu yang dilantunkan untuk kedua mempelai, yang mengandung unsur nasihat dalam hidup berumah tangga; (5) masa kematian; yang terdiri dari pemukulan tifa, memandikan jenasah, pelepasan jenasah dan penguburan tetapi jenasah tersebut tidak dikuburkan di dalam tanah, tetapi jenasah tersebut hanya diletakan di atas para-para yang terbuat dari kayu dan diletakan di tengah hutan yang dipercaya hutan itu masih suci dan dibiarkan jenasah itu sampai membusuk. Pada ritual ini ada 3 buah lagu yang dilantunkan, sebagai penguatan dan penghiburan bagi keluarga yang berduka.

2. Nilai budaya yang terkandung dalam syair lagu pada Ritual Daur Hidup suku Nuaulu dari hasil analisis berupa nilai budaya hubungan antara manusia dengan beberapa aspek dalam kehidupan masyarakat setempat, yaitu hubungan manusia sebagai pribadi, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam sekitarnya, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Keberlakuan nilai budaya dalam syair lagu pada tradisi Ritual Daur Hidup pada masyarkat suku Nuaulu paling tinggi keberlakuannya, dibutikan dengan lantunan syair lagu yang bila dimaknai mengandung nilai budaya yang patut dijaga dan dilestarikan.


(2)

153

3. Model pelestarian nilai budaya yang dipilih oleh masyarakat suku Nuaulu kabupaten Maluku Tengah agar supaya syair lagu pada Ritual Daur Hidup ini tetap ada dan di jaga kelestariannya adalah membuat bentuk model pelestarian di antaranya model pelestarian menganalisis makna syair lagu melalui pembelajaran di sekolah, karena menurut pendapat masyarakat setempat dengan adanya model pelestraian seperti disebutkan di atas, maka siswa siswi akan lebih mengenal dan mengetahui lebih dalam lagi tentang tradisi yang ada di daerah mereka, sehingga timbul keinginan besar untuk tetap menjaga dan melestarikan tradisi ritual tersebut maupun nyanyian-nyanyian yang ada pada saat ritual dijalankan.

1.2Saran

Dalam upaya untuk melestarikan syair lagu dalam Ritual Daur Hidup suku Nuaulu di kabupaten Maluku Tengah, penulis menyampaikan beberapa saran yang ditujukan ke beberapa pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah, supaya mau memperhatikan kebudayaan yang ada dalam daerah, dan mau memperhatikan segala kebutuhan masyarakat setempat dalam hal ini pelestraian warisan budaya yang sudah ada sejak dulu. Pemerintah diminta untuk menyiapkan sarana dan prasarana bagi kebutuhan tersebut dan pemerintah diharapkan bekerjasama dengan pihak sekolah dalam hal ini, melakukan pelatihan untuk meningkatkan mutu guru dengan memanfaatkan Ritual Daur Hidup suku Nuaulu khususnya dalam melestarikan nyanyian-nyanyian yang ada pada ritual tersebut dan


(3)

154

mengimplementasikannya ke dalam kurikulum pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu juga, pemerintah diharapkan bisa menyediakan buku-buku sastra atau yang terkait dengan kebutuhan masyarakat dan peserta didik, yang lebih banyak lagi.

2. Mengingat akan berbagai faktor yang sangat mempengaruhi punahnya sebuah budaya daerah, maka diharapkan para generasi muda khususnya anak- anak suku Nuaulu yang masih tinggal dan menetap di daerah tersebut maupun yang sudah keluar meninggalkan daerahnya, untuk tetap mau berusaha dan berupaya menjaga dan melestarikan budaya yang sudah ada supaya tidak punah dan terkikis habis oleh perkembangan zaman. Dalam hal ini, diharapkan para generasi muda selalu mau terlibat dan berperan serta dalam setiap Ritual Daur Hidup yang dilaksanakan oleh tua-tua adat.

3. Para guru bidang studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mulai memberdayakan nyanyian nyanyian rakyat sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dipilih dan diajarkan di sekolah. Dengan cara ini, diharapkan nyanyian-nyanyian rakyat (syair lagu) dapat terus dilestarikan serta dikembangkan secara lebih baik lagi untuk memperkaya khazanah budaya Indonesia.

4. Bagi para peneliti berikutnya, perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lain lagi dalam upaya menggali tradisi budaya daerah yang belum dikenal di kalangan masyarakat setempat.


(4)

155

DAFTAR PUSTAKA

Bacom, Wilian R. 1965. Four function of folklore. The Study of Folklore (Alan Dundes ed). Englewood cliffs:NJ.Prentice Hall Inc.

Creswell, John W . 1998. Qualitative Inquiri and Research Design ; chosin among five tradisions : London ; united kingdom ; sage publication.

Danandjaja, James. 1991. Folklore Indonesia Ilmu Gosip,Dongeng,dll. Jakarta:Graffiti.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Folklore, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :Media Pressindo.

Endraswara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa; Macam, Bentuk dan Nilainya. Jakarta: Penaku.

Esten, Mursal. 1990. Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultural. Bandung: Angkasa. Fang,Yock Liaw. 1993. Sejarah Kesusatraan Melayu Klasik. Erlangga.

Frangkel J.R. 1977. How to Teach About Values;An Analitic Approach. New Jersey;Prentice-Hall, Inc.

Jean. 2009. Sosiologi Seni. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.

Joyce, Bruce, Weil, Marsha, with Emily Calhoun. 2000. Models of Teaching. Ed. Boston: Allyn and Bacom A Person Education Company.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta : Balai Pustaka.


(5)

156

Koentrjaraningrat . 2002. Pengantar Ilmu Antropologi .Jakarta;PT Rineka Cipta. Koentrjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:Djambatan. Koentrjaraningrat. 2000. Kebudayaan,Mentalitas dan pembangunan. Jakarta : PT

Gramedia Utama.

Kristina. 2004. Kajian Struktur, Nilai Budaya, dan Konteks Cerita Rakyat Dalam Tradisi Berebab di Kabupaten Padang Pariaman. Tesis Sps.Bandung-UPI. Mahmud,K.K. 1993. Sastra Indonesia dan Daerah. Bandung:Angkasa.

Mulyasa E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Moeloeng, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nasution . 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurgiyantoro, B. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Pudentia, 2008. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta:ATL

Rampan, Korie Layun. 1983. Perjalanan Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung Jati. Rusyana, Yus. 1982. Metodologi Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan.Bandung:

Diponegoro.

Saputra, Yahya Andi . 2009. Upacara Daur Hidup Adat Betawi; Jakarta; Wedatama Widya Sastra.

Semi,M.Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.

Simanungkalit, Tiolintan. 2008. Studi Deskriptif Terhadap Struktur, Konteks Dan Nilai Budaya Cerita Rakyat Desa Panjalu Kabupaten Ciamis. (Penyusunan


(6)

157

Model Teater bagi Pelestarian Nilai Budaya Cerita Rakyat Masyarakat Desa Panjalu). Tesis Sps. Bandung:UPI.

Siswantoro, 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Spradley.James.P. 2006. Metode Etnografi: Yogyakarta; Tiara Wacana

Sudikan, Setya Yuwana. 1993. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya : Citra Wacana.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :Alfabeta.

Sujana, Nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sumardjo Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Suriasumantri. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.

Teeuw, A. 1982. Khazanah Sastra Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Teeuw, A. 1983. Membaca Dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Teeuw.A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Uneputty Dkk. 1984. Upacara Tradisional Daerah Maluku. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Maluku: Depdikbud.

Waluyo, Herman.J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Erlangga.

Waridah Ernawati. 2010. EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia. Jakarta.Kawan Pustaka.


Dokumen yang terkait

Analisis kotribusi sektor perikanan terhadap kawasan pengembangan ekonomi terpadu pulau seram kabupaten Maluku Tengah

0 8 212

Analisis kondisi ekosistem mangrove dan pengaruhnya terhadap komposisi lkan dan udang di teluk Bula, pulau Seram, kabupaten Maluku Tengah, provinsi Maluku

0 4 109

Analisis kondisi ekosistem mangrove dan pengaruhnya terhadap komposisi lkan dan udang di teluk Bula, pulau Seram, kabupaten Maluku Tengah, provinsi Maluku

0 4 99

Analisis kotribusi sektor perikanan terhadap kawasan pengembangan ekonomi terpadu pulau seram kabupaten Maluku Tengah

0 4 202

PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL MASYARAKAT SUKU NUAULU : Studi Etnografi pada Masyarakat Adat Suku Nuaulu di Pulau Seram, Negeri Nua Nea Kec. Amahai Kab. Maluku Tengah Prov. Maluku.

0 3 34

PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL MASYARAKAT SUKU NUAULU : Studi Etnografi pada Masyarakat Adat Suku Nuaulu di Pulau Seram, Negeri Nua Nea Kec. Amahai Kab. Maluku Tengah Prov. Maluku.

2 58 337

TRADISI MEMBACA SYAIR AL BARZANJI DI LINGKUNGAN SOSIOKULTURAL MASYARAKAT KABUPATEN CIANJUR – JAWA BARAT : Kajian Makna, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dan Upaya Pelestariannya.

1 17 59

NILAI-NILAI KEARIFAN ADAT DAN TRADISI DI BALIK RITUAL DAUR HIDUP (LIFE CYCLES) PADA MASYARAKAT SUKU NUAULU DI PULAU SERAM SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS :Studi Etnografi di Desa Tamilou Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

3 19 81

Penyelidikan Pendahuluan Daerah Panas Bumi P, Seram, Kabupaten Maluku Tengah Dan Kabupaten Seram Bagian Barat – Maluku

2 3 20

SKRIPSI BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI UPACARA RITUAL DAUR HIDUP MANUSIA PADA MASYARAKAT SUNDA

1 10 177