PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL MASYARAKAT SUKU NUAULU : Studi Etnografi pada Masyarakat Adat Suku Nuaulu di Pulau Seram, Negeri Nua Nea Kec. Amahai Kab. Maluku Tengah Prov. Maluku.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Almond, Gabriel and Verba, Sidney. (1963). The Civic Culture: Political Attitude
and Democracy in Five Nations. Boston: Little, Brown and Company.
Azis,

A. Wahab. &Sapriya.(2011). Teori
Kewarganegaraan.Bandung: Alfabeta

dan

Landasan

Pendidikan

Azis,

A. Wahab. &Sapriya.(2006). Teori
Kewarganegaraan.Bandung: Alfabeta


dan

Landasan

Pendidikan

Beiner, Ronald (Ed). (1995). Theorizing Citizenship. New York: State University
of New York Press
Budimansyah,
D.
&Suryadi,
K.
(2008).PKn
dan
Masyarakat
Multikultural.Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Bungin, B. (2012). PenelitianKualitatif: (edisi kedua). Jakarta: KencanaPrenada
Media Group
Bridges, Thomas. (1994). The Culture of Citizenship: Inveting Postmodern Civic

Culture SUNY Series in Social and Political Thought. New York: State
University Of New York
Cogan and Derricott.(1998).Citizenship Education For the 21st Century: Setting
the Context. London: Kogan Page
Creswell, John.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Efendi, Ridwan & Sapriya (2004) Makna dan Tanggung Jawab Sebagai Warga
Negra Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Fathoni, Abdurrahmat.(2006). Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Geertz, Clifford.(1973). The Interpretation of Cultures: Selected Essays.New
York: Basic Books

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
371
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

372


Grant, L., & Fine, G. A. (1992). Sociology unleashed: Creative directions in
classical ethnography. In M. D. LeCompte, W.L. Millroy, & J. Preissle
(Eds.), The Handboks of Qualitattive reserach in Education (pp.405-446).
New York: Academic Press.
Horton, Paul B dan Hunt, Chester, (1992).Sosiologi Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Koentjaraningrat, (2009).Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta
--------------------(2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Miles dan Huberman.(2007). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-motode baru.Jakarta : Universitas Indoneisa Press.
Moleong, L.J. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong.L.J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya
Nasution.(1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito.
Nasikun, (1995).Sistem Sosial Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono, (2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumaantmadja, N. (2010). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan
Lingkungan Hidup.Bandung: Alfabeta.
Tilaar, H.A.R., (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Tilaar, H. A. R. (2004). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung : Rosda
Karya.
Winaputra.U.S. (2005) Pengembangan “civic culture” dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan di sekolah Dasar dan Menengah Atas.Jakarta :
PPs-Universitas Terbuka
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

373

--------, (2007) Membangun Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan.PPs-UPI

Winaputra, Udin S. Dan Budimansyah, (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Perspektif Internasional: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur
Kelas. Bandung: Widya Aksara Press
Wiriaatmadja, Rochiati (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia; perspektif Lokal,
Nasional, dan Global.Bandung: Historia Utama
Tesis dan Disertasi
Alrakhman, R. (2008).Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Indonesia Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan Di Lingkungan Paguyuban Pasundan
(Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung
Idham, A. (2009).Pengaruh pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture)
melalui kegiatan ekstarakurikuler terhadap pengembangan sikap
patriotism(studi deskriptif pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler dalam
rangka pengembangan budaya kewarganegaraan di SMA Negeri di
Kota Pontianak).(Tesis).Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Matitaputty,J. (2010).Nilai-Nilai Kearifan Adat Dan Tradisi Di Balik Ritual Daur
Hidup (Life Cycles) Pada Masyarakat Suku Nuaulu Di Pulau Seram
Sebagai Sumber Pembelajaran Ips :Studi Etnografi Di Desa Tamilou
Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.(Tesis).Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sari, W, (2013).Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tanggung
Jawab Sosial Warga Negara : Studi Analisis Korelasi, Analisis
Determinan dan Analisis Kovarians Pada Mahasiswa Universitas
Nasional
Pasim
Bandung
dan
Universitas
Nurtanio
Bandung. (Tesis).Sekolah
Pascasarjana,
Universitas
Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Sopiah, P (2008), Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis
portofolio tehadap pengembangan budaya kewarganegaraan (civic
culture) (studi komparatif pada sekolah model portofolio dan sekolah
bukan Model Portofolio di Bandung Raya).(Tesis).Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

374

Artikel Jurnal dan Makalah
Creese A., BhattA., Bhojani N., Martin P, (2008). Fieldnotes in team
ethnography: researching complementary schools:Qualitative Research:
SAGE Publications Los Angeles, London, New Delhi and Singapore), 8(2),
hlm 197–215
Hofstede, G. (1983). National Culture in Four Dimensions: A Research-Based
Theory of Cultural Differences among Nations. International Studies of
Management & Organization,13 (1-2), hlm. 46 – 74
Palupi, L.S. (2007). Menigkatkan Rasa Cinta Tanah Aiar Dengan Pendidikan
Berbasisi Nilai-Nilai Budaya. Prespektif Psikologi : tidak diterbitkan
Sartini, Ni Wayan. (2009). Menggali Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa Lewat
Ungkapan (Bebasan, Seoka, dan Paribasa). Jurnal Ilmiah Bahasa dan

Sastra Volume V No. 1 April 2009
Wagiran.(2012). Pengembangan Karakter Berbasis kearifan lokal Hamemayu
Hayuning Bawana, Dalam Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun II (2) , 329339
Zaki,

Dib Claudio (1987), Formal, Non Formal, And Informal
Education:Concepts/Applicability.Conference Proccedings, American
Innstitute of , New York. (online). Diakses dariwww.techne-dib.com

Peraturan, Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab V membahas tentang simpulan dan saran. mengacu pada hasil temuan
dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat
dirumuskan beberapa simpulan dan rekomendasi sesuai dengan hasil penelitian.
A. Simpulan
1. Simpulan Umum
Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang diuraikan pada bahasan
sebelumnya maka secara umum dapat disimpulkan bahwa melalui nilai-nilai
budaya lokal pada budaya suku Nuaulu di Pulau Seram Negeri Nua Nea Kec.
Amahai Kab. Maluku Tengah terdapat beberapa nilai-nilai kearifan lokal dan
merupakan bagian dari pengembangan civic culture. Kebudayaan Suku Nuaulu
sesuai dengan siklus kehidupan manusia meliputi kehamilan, kelahiran, masa
dewasa, perkawinan, dan kematian. Dalam proses kebudayaan ini terdapat nilainilai budaya lokal masyarakat suku Nuaulu mengenai adat, upacara kehamilan
sembilan bulan sampai kelahiran, upacara masa peralihan dari anak-anak menjadi
dewasa yaitu pinamou untuk masa dewasa bagi perempuan, dan pataheri untuk
masa dewasa bagi laki-laki, upacara perkawinan, dan upacara kematian sebagai
pedoman berprilaku sehari-hari. Kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal
terdapat sebuah nilai-nilai civic culture yaitu sikap saling percaya, sikap
kemampuan bekerja sama, kepercayaan (religius), tanggung jawab, solidaritas,
musyawarah, kebersamaan, gotong royong, saling menghormati, cinta tanah air,

kepedulian, nilai kemandirian dan nilai pengetahuan.
Pengembangan civic culture melalui peroses pendidikan formal dari
tingkat sekolah dasar sampai sekolah tinggi didasari oleh persepsi masyarakat
suku Nuaulu terkait kesadaran masyarakat Suku Nuaulu terhadap pentingnnya
pendidikan dan minat masuk pendidikan formal meskipun orang tua berlatar
belakang ekonomi keluarga petani dan tidak punya pengalaman pendidikan
sekolah formal. Pengembangan civic culture melalui pendidikan formal (SD,
SMP, SMA, PT) dalam konteks pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
disesuiakan dengan kurikulum sekolah selain pengembangan budaya lokal di
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
360
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

361

lingkungan sekolah dilakukakn dengan mengembangan nilai-nilai budaya lokal
sebagai usaha penegmbangan civic culture yang merupakan bagian dari warga
negara. Budaya lokal suku Nuaulu mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa

yang sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 dan objek citizenship
education serta mencerminkan budaya kewarganegaraan (civic culture).
Pengembangan civic culture di masyarakat suku Nuaulu melalui bentuk kegiatan
dan pembinaan budaya lokal suku Nuaulu dengan sosialisasi, enkulturasi dan
menginternalisasi nilai-nilai budaya lokal suku Nuaulu melalui pendekatan
interventif dan habituasi yang dilakukan di ruang lingkup informal dan non
formal.
Masyarakat suku Nuaulu memiliki pengembangan kebudayaan yang mana
dulunya masyarakat suku Nuaulu sangat tertutup terhadap kebudayaan luar tetapi
sekarang sudah mulai terbuka dengan kebudayaan luar. Kondisi perilaku,
kepribadian masyarakat suku Nuaulu di Nua Nea mulai berubah seiring dengan
interaksi sosial mereka dan pendidikan formal mulai dilibatkan dalam kehidupan
mereka dalam artian banyak dari mereka yang sudah sekolah. Beberapa perilaku
yang ditampilkan masyarakat suku Nuaulu diantaranya: cinta tanah air,
partisipatif, cerdas, saling menghargai dan menghormati, toleransi, tanggung
jawab, kreatif, mandiri, sopan santun. Perilaku yang ditampilkan diatas tentunya
karena tanggung jawab sekolah melalui pengajaran yang terencana dalam
mempersiapkan peserta didik agar memiliki perilaku, nilai, dan norma yang sesuai
dengan sisitem yang berlaku sehingga dapat mewujudkan totalitas manusia yang
utuh dan mandiri sesuai dengan tata cara hidup bangsa. Meskipun dalam
pengembangan civic culture melalui pendidikan formal dan nilai-nilai budaya
lokal mengalami beberapa kendala yang berkaitan dengan pelestarian dan
pewarisan budaya lokal.
2. Simpulan Khusus
Merujuk pada sub masalah penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :
1) Kebudayaan lokal suku Nuaulu sesuai dengan siklus kehidupan manusia
meliputi kehamilan sembilan bulan, kelahiran, masa dewasa, perkawinan dan
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

362

kematian pada proses ritualnya meliputi ritual upacara kehamilan Sembilan
bulan sampai kelahiran, ritual masa dewasa bagi perempuan (pinamou) dan
masa dewasa bagi laki-laki (pataheri), ritual upacara perkawinan, dan upacara
kematian terdapat nilai-nilai civic culture yaitu sikap saling percaya,
kemampuan bekerja sama, keprcayaan (religius), tanggung jawab, patriotisme,
solidaritas, sopan santun, saling menghormati, musyawarah, gotong royong,
dan cinta tanah air.
2) Meknisme Pengembangan civic culture melalui budaya lokal berdasarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam siklus kehidupan masyarakat suku Nuaulu
yang sesuai dengan nilai Pancasila dan UUD 1945 berjalan dengan cara
natural atau alamiah dan spontan. Pendidikan tentang kebudayaan dan nilainilai kearifan lokal di masyarakat suku Nuaulu melalui pendidikan infomal
(keluarga) dan non formal (masyarakat) juga berjalan dengan cara alamiah
atau natural dan spontan.

Dalam proses pembelajaran suku Nuaulu

terdapatnya sebuah proses pendidikan dengan cara internalisasi, sosialisasi,
dan enkulturasi. Mekanisme pengembangan civic culture meliputi :
budayawan, pemerintah, masyarakat suku Nuaulu melalui remaja melalui
pendekatan interventif dan habituasi di keluarga yang meliputi pemberian
pemahaman, memberikan keteladanan, membangun kebersamaan dan
komunikasi.

Interventif

dilingkungan sekolah salah satunya melalui

pembelajaran PKn. Habituasi dilingkungan masyarakat melalui kegiatan ritual
masa dewasa pinamou bagi perempuan dan pataheri bagi laki-laki,
memperkenalakan pada anak usia dini dan melibatkan generasi muda
mengikuti

setiap

prosesi

upacara

budaya

yang

diadakan

dalam

mengembangkan nilai-nilai yang sudah membudaya serta pengembangan civic
culture melalui sekolah pada pembelajaran PKn

melalui pembinaan di

sekolah dari SD, SMP, dan SMA dan PT dapat diarahkan tentang sikap
demokrasi selalu mengahargai orang lain dan menghargai diri sendiri, serta
bersikap sopan santun antara sesama masyarakat, teman, tentunya semua ini
dapat diarahkan untuk mengembangkan sikap yang mencerminkan budaya
kewarganegaraan generasi muda Maluku saat ini khususnya kepada suku
Nuaulu. Guru berfokus pada pembelajaran bermutu menggunaan metode atau
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

363

model pembelajaran yang menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang
memenuhi muatan tatanan nilai-nilai budaya yang dapat di serap dan
diinternalisasikan pada diri peserta didik serta mengimplementasikan hakekat
pembelajaran PKn dalam kehidupan sehari-hari mentransformasikan nilainilai budaya lokal di lingkungan sekolah menjadikan pengebangan budaya
sebagai visi dan misi sekolah yang sesuai kearah ranah Pancasila dan UUD
1945

sehingga

terbentuk

perilaku

yang

sesuai

dengan

budaya

kewarganegaraan.
3) Persepsi mayarakat suku Nuaulu pada umumnya beranggapan bahwa
pendidikan formal adalah penting, meskipun latar belakang ekonomi keluarga
dari petani dan orang tua tidak punya latar belakang pendidikan. Persepsi
orang tua terhadap pendidikan formal adalah positif kondisi ini ditandai
dengan keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang
lebih tinggi lagi. Hal tersebut tersebut didukung oleh berbagai faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi antara lain motivasi
orang tua, motivasi pribadi. Sementara faktor eksternal yang diduga
mempengaruhi tingkat pendidikan formal antara lain jarak tempat tinggal
dengana sarana pendidikan, era industrialisasi yang berkembang diikuti
kemajuan yang pesat dibidang informasi dan

transportasi (globalisasi),

kompetisi dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan
yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Tetapi karena
mayoritas mereka bekerja sebagai petani dengan kondisi perekonomian yang
minim, menyebabkan orientasi mereka kepada anaknya setelah menyelesaikan
sekolah adalah sebisa mungkin mendapatkan pekerjaan untuk mendapat
pekerjaan yang layak membantu,dapat membantu perekonomian keluarga dan
mengangkat derajat orang tua khususnya dan umunya suku Nuaulu.
4) Kondisi perilaku masyarakat suku Nuaualu awalnya pemalu, tertutup dengan
dunia luar sekarang telah terbuka hal tersebut dibuktikan dengan pergaulan
mereka dengan komunitas lain, berhubungan baik dengan warga lain tetangga
desa. Kepribadian masyarakat suku Nuaulu yang mencerminkan civic culture
mulai berubah dan seiring dengan interaksi sosial mereka dan pendidikan
formal mulai dilibatkan dalam kehidupan mereka dalam artian banyak dari
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

364

mereka yang sudah sekolah. Beberapa perilaku yang ditampilkan masyarakat
suku Nuaulu diantaranya: cinta tanah air, partisipatif, cerdas, saling
menghargai dan menghormati, toleransi, tanggung jawab, kreatif, mandiri,
sopan santun. Perilaku yang ditampilkan diatas tentunya karena tanggung
jawab sekolah melalui pengajaran yang terencana dalam mempersiapkan
peserta didik agar memiliki perilaku, nilai, dan norma yang sesuai dengan
sisitem yang berlaku sehingga dapat mewujudkan totalitas manusia yang utuh
dan mandiri sesuai dengan tata cara hidup bangsa.
5) Kendala dan Upaya dalam pelestarian nilai-nilai budaya lokal suku Nuaualu di
lingkungan masyarakat dan pendidikan formal diantaranya; (a) Sosialisi
upacara adat kepada generasi muda kurang. Generasi muda hanya tau ritual
tersebut dilakukan tanpa mengerti makna apa yang terkandung didalamnya.
Hal ini disebabkan oleh kurang terbukanya pengetahuan dari genarasi tua ke
generasi muda; (b) Faktor ekonomi, dimana masyarakat suku Nuaulu dalam
prosesi ritual silus kehidupan seperti pinamou yang datang mendadak, tanpa
mereka tau waktunya, sehingga terkendala pada biaya persiapan pesta adat
jika ritual tersebut dilakukan mendadak, mereka tak bisa menolak karena
sudah menjadi tradisi pada masyarakat suku Nuaulu; (c) Beberapa generasi tua
tidak memiliki pengetahuan yang luas untuk menggali kebudyaan suku
Nuaulu, mereka hanya menganggap sebuah tradisi dan tidak meperhatikan
nilai-nilai yang terkandung dalam kebudyaan yang telah ada. Hal tersebut
dikarenakan latar belakang pendidikan yang rendah; (d) Belum ada Perda
Kabupaten Maluku tengah terkait Pengembangan budaya lokal di lingkungan
masyarakat bahkan sekolah
Untuk mengurangi beberapa kendala yang dihadapi dilakukan pula
beberapa upaya untuk mengatsinya diantaranya: (a) Faktor ekonomi yang menjadi
kendala dalam ritual upacara adat seperti pinamou karena hari pelaksanaan tidak
ditentukan, karena perkiraan datangnya haid pertama seorang gadis tidak dapat
diprediksi. Sehingga untuk kendala ini dilakukan upaya dengan saling membantu
antar kerabat berupa sumbangan hasil panen atau ikut membantu persiapan acara
ritual. Untuk mengenalkan budaya lokal suku Nuaulu dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya generasi muda, anak-anak, masyarakat kampung Nua Nea
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

365

disarankan untuk ikut serta hadir setiap upacara ritual adat sebagai bentuk
partisipasi; (b) Pembiasaan dilakukan oleh orang tua kepada anak dengan
membiasakan mengenalkan dengan melibatkan sang anak sejak dini

ikut

menyaksikan upacara adat, mendengar kapata sehingga sejak kecil sudah
tertanam rasa tertarik dalam dirinya. Hal tersebut adalah bagian dari upaya
mengembangkan civic culture

dengan pewarisan budaya lokal dengan cara

pembinaan sejak dini, dan apresiasi generasi muda terhadap budaya lokal suku
Nuaulu. Menyesuaikan pikiran dan sikap sesuai adat dan norma yang berlaku.
Sebaliknya ketika orang tua tidak memiliki pengetahuan luas untuk bagaimana
menggali kebudyaan mereka, maka peserta didik ataupun generasi muda yang
punya kewajiban untuk melestarikan budaya lokal, yaitu mereka memberikan
pemahaman kepada para pendatang terkait budaya lokal dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya; (c) Melalui guru pkn juga harus memperkenalkan budaya
lokal suku Nuaulu serta mendorong para siswa untuk menerapkan yang dalam
prakteknya erat kaitanya dengan civic culture melalui intervensi yaitu mata
pelajaran khususnya seni budaya, dan habituasi (pembiasaan) yaitu budaya
sekolah, kegiatan sekolah, dan pagelaran di luar sekolah.
B. Implikasi
Mengkaji

nilai-nilai

dalam

budaya

lokal

Suku

Nuaulu

untuk

pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan bagian
penting dari studi Pendidikan Kewarganegaraan berbasis budaya di karenakan
budaya lokal suku Nuaulu mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 dan objek citizenship education.
Memberikan kontribusi terhadap pembelajaran Pkn diataranya pada mata kuliah
etnopedagogik dan keantarbudayaan selanjutnya pada kurikulum 2013 SD,SMP
dan SMA. SD dengan tema, SMP kelas VII dalam Kompetensi Inti (KI) II yaitu :
menghargai dan menghayati pelilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli,
toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan

lingkungan

sosial

dan

alam

dalam

jangkauan

pergaulan

dan

keberadaannya.
Selanjutnya KI III yaitu ; memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

366

seni, budaya, dan kejadian tampak mata. Kompetensi Dasar (KD) memahami
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
memahami keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender. Pada kelas VIII,
KI III, KD 3.5 terkait memahami norma dan kebiasaan antar daerah di Indonesia.
Kelas IX, KI IV mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama. KD 4.7
Berinteraksi dengan teman dan orang lain berdasarkan prinsip saling
menghormati, dan menghargai dalam keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan
gender

4.8

Menyaji

bentuk-bentuk

partisipasi

dan

tanggung

jawab

kewarganegaran.
PKn SMA kelas X KI 3, memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Dengan
KD 3.1 terkait Menganalisis kasus-kasus pelanggaran HAM dalam rangka
pelindungan dan pemajuan HAM sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menganalisis kasus
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga negara selanjutnya
KD 4.1 menyaji kasus–kasus pelanggaran HAM dalam rangka perlindungan dan
pemajuan

HAM

sesuai

dengan

nilai-nilai

Pancasila

dalam

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 4.6 menyaji analisis penanganan kasus
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga negara, 4.9.
Berinteraksi dengan teman dan orang lain berdasarkan prinsip saling
menghormati, dan menghargai dalam keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan
gender. dalam hal ini terkait tradisi pemenggalan kepala suku Nuaualu.
Kelas XI KI 2 menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

367

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia. Sesuai KD mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Selanjutnya implementasi terhadap nilai-nilai religius sesuai KI I
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya sejalan dengan
Kurikulum 2013 PKn. Pada PPKn 1994, sebagaimana dikutip oleh Sapria &
wahab (2011, hlm. 312) mengatakan bahwa “Kurikulum PPKn 1994 berorientasi
pada nilai (value based curriculum)...”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa di
dalam PPKn pembelajaran nilai-nilai diterapkan, seperti nilai yang terkandung
didalam agama (religius). Penerapan nilai-nilai ini memiliki tujuan agar peserta
didik memiliki kepribadian yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
salah satu mata pelajaran ataupun mata kuliah tentang pendidikan nilai.
Pendidikan nilai didalamnya terdapat nilai-nilai religius yang ada. Mengingat dari
hal ini bahwa nilai religius yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa maka
harulah ada dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dalam hal ini tepatlah PKn untuk mengkaji, sebab PKn dalam pendidikan
kajian utamanya yaitu value based. Nilai ini merupakan salah satu kajain civic,
Sebagaimana dipaparkan oleh Somantri (2001, hlm. 276) dalam lokakarya
metodologi pendidikan kewarganegaraan (1973, hlm. 214) yang termasuk ke
dalam objek studi civics ialah: a) Tingkah laku, b) Tipe pertumbuhan berfikir, c)
Potensi yang ada dalam setiap diri warga negara, d) Hak dan kewajiban, e) Citacita dan aspirasi, f) Kesadaran (patriotism, nasionalisme, pengertian internasional,
dan moral Pancasila), g) Usaha, kegiatan, partisipasi, dan tanggung jawab.
Dengan demikian pembinaan nilai-nilai sosial, religius dan pengetahuan budaya
lokal Suku Nuaualu semestinya harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Guna pembentukan warganegara yang baik.
Upaya pendidikan di lingkungan sekolah dipandang masih perlu adanya
pendidikan keberlanjutan dimasyarakat. PKn merupakan pendidikan yang objek
kajianannya salah satunya yaitu masyarakat. Masyarakat sebagai laboratorium
PKn, dengan adanya pendidikan di lingkungan sekolah dan ditunjang di
lingkungan masyarakat.maka akan mewujudkan warga Negara yang baik.
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

368

Demikian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kita tidak hanya dituntut
untuk mengetahui teori dan dalil, tetapi yang paling penting kita mampu
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian memberikan beberapa
rekomendasi kepada pemerintah, masyarakat dan penelitian selanjutnya untuk
memperhatikan sebagai berikut:
1. Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Maluku Tengah


Memperkenalkan budaya lokal suku Nuaulu ke dunia luar sebagai budaya
lokal

dan

menjadikannya

sebagai

budaya

nasional,

ataupun

memperkenalkan ke dunia internasioanal tentang budaya lokal suku
Nuaulu yang meliputi siklus kehidupan, mengingat Suku Nuaulu di Pulau
Seram masih kental dengan adat istiadatnya.


Adanya alokasi dana khusus pembinaan dan pengembangan budaya lokal
suku Nuaulu serta mengadakan monitoring, evaluasi dan realisi dari hasil
monitoring dan evaluasi.



Harus ditingkatkan kegiatan budaya lokal yang sudah

ada dan perlu

adanya inovasi baru dalam kolaborasi budaya-budaya yang ada di daerah
tersebut dimana disesuaikan dengan jaman sekarang dan menggunakan
IPTEK yang canggih sehingga menarik banyak orang terutama media
massa untuk ditampilkan ataupun dipentaskan.
2. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Maluku Tengah


Perlu adanya pemerataan tenaga pendidik di kabupaten Maluku Tengah
khususnya di desa seperti di daerah di mana Suku Nuaulu terkkhus untuk
guru pendidikan kewarganegaraan yang sesuai dengan latar belakang
keilmuan pendidikan kewarganegaraan, karena keberadaan guru adalah
bagian dari adanya proses pengembangan civic culture dilingkungan
pendidikan formal.



Adanya rancangan peraturan daerah terkait pengembangan budaya lokal di
lingkungan masyarakat dan sekolah. Perlu adanya pelatihan khususnya
terhadap guru pendidikan kewaraganegaraan di Kabupaten Maluku tengah

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

369

dalam

inovasi metode

pembelajaran berbasis budaya lokal yang

menyenangkan dan menarik.

3. Masyarakat Suku Nuaulu di Pulau Seram


Generasi muda harus merasa memiliki, dan percaya diri terhadapa budaya
lokal suku Nuaulu, dan harus memiliki kesadaran bahwa siapa lagi yang
akan melestarikan kesenian budaya lokal selain masyarakat Suku Nuaulu
itu sendiri.



Antara generasi tua dan generasi muda harus bersama-sama menyatukan
visi dan misi bahwa kekayaan tradisonal dari nenek moyang harus tetap
dijalankan. serta menjadi pelopor jangan sampai di klaim oleh masyarakat
dan bangsa lain tanpa alasan apapun.

4. Institusi/ Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan bagian dari disiplin ilmu
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan terkait pemerintahan yang demokratis.
Seyogyanya pihak tersebut lebih mendukung penuh kegiatan yang bersifat
kebudayaan di sekolah dan diaplikasikan di kelas Jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan tingkat Perguruan Tinggi.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian yang dilakukan peneliti kemungkinan dirasa belum cukup
memuaskan bagi peneliti maupun civitas akademika lainnya. Oleh karena
itu, perlu pengkajian penelitian lebih mendalam mengenai pengaruh
implementasi budaya lokal suku Nuaulu terhadap pembentukan karakter
generasi muda melalui pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen
research sehingga mampu memberikan jawaban secara komprehensif dan
mengetahui seberapa besar pengaruhnya yang dituangkan melalui angkaangka secara jelas dan sistematis.



Pengkajian lebih lanjut terkait Analisis Pendidikan Formal masyarakat
Suku Nuaulu, pengaruh latar belakang pendidikan terhadap tingkat minat
pendidikan formal melalui pendekatan kunatitatif sehingga mampu
memberikan jawaban secara komperhensif melalui angka-angka secara
jelas dan sistematis.

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

370



Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan sebuah model pembelajaran
kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal dalam konteks civic culture baik
di masyarakat maupun di sekolah melalui resarch & development.



Peneliti berikut mengkaji lebih dalam terkait terkait makna simbol-simbol
yang ada pada budaya lokal suku Nuaulu melalui sudut pandang
antropologi ataupun sosiologi karena menarik untuk di kaji agar
memperoleh jawaban dari sudut pandang dari masing-masing keilmuan.

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

371

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Almond, Gabriel and Verba, Sidney. (1963). The Civic Culture: Political Attitude
and Democracy in Five Nations. Boston: Little, Brown and Company.
Azis,

A. Wahab. &Sapriya.(2011). Teori
Kewarganegaraan.Bandung: Alfabeta

dan

Landasan

Pendidikan

Azis,

A. Wahab. &Sapriya.(2006). Teori
Kewarganegaraan.Bandung: Alfabeta

dan

Landasan

Pendidikan

Beiner, Ronald (Ed). (1995). Theorizing Citizenship. New York: State University
of New York Press
Budimansyah,
D.
&Suryadi,
K.
(2008).PKn
dan
Masyarakat
Multikultural.Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Bungin, B. (2012). PenelitianKualitatif: (edisi kedua). Jakarta: KencanaPrenada
Media Group
Bridges, Thomas. (1994). The Culture of Citizenship: Inveting Postmodern Civic
Culture SUNY Series in Social and Political Thought. New York: State
University Of New York
Cogan and Derricott.(1998).Citizenship Education For the 21st Century: Setting
the Context. London: Kogan Page
Creswell, John.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Efendi, Ridwan & Sapriya (2004) Makna dan Tanggung Jawab Sebagai Warga
Negra Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Fathoni, Abdurrahmat.(2006). Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Geertz, Clifford.(1973). The Interpretation of Cultures: Selected Essays.New
York: Basic Books

Ritna Wati Utami, 2015

368
371

PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

372

Grant, L., & Fine, G. A. (1992). Sociology unleashed: Creative directions in
classical ethnography. In M. D. LeCompte, W.L. Millroy, & J. Preissle
(Eds.), The Handboks of Qualitattive reserach in Education (pp.405-446).
New York: Academic Press.
Horton, Paul B dan Hunt, Chester, (1992).Sosiologi Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Koentjaraningrat, (2009).Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta
--------------------(2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Miles dan Huberman.(2007). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-motode baru.Jakarta : Universitas Indoneisa Press.
Moleong, L.J. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong.L.J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya
Nasution.(1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito.
Nasikun, (1995).Sistem Sosial Indonesia.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono, (2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumaantmadja, N. (2010). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan
Lingkungan Hidup.Bandung: Alfabeta.
Tilaar, H.A.R., (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Tilaar, H. A. R. (2004). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung : Rosda
Karya.
Winaputra.U.S. (2005) Pengembangan “civic culture” dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan di sekolah Dasar dan Menengah Atas.Jakarta :
PPs-Universitas Terbuka
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

373

--------, (2007) Membangun Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan.PPs-UPI
Winaputra, Udin S. Dan Budimansyah, (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Perspektif Internasional: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur
Kelas. Bandung: Widya Aksara Press
Wiriaatmadja, Rochiati (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia; perspektif Lokal,
Nasional, dan Global.Bandung: Historia Utama
Tesis dan Disertasi
Alrakhman, R. (2008).Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Indonesia Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan Di Lingkungan Paguyuban Pasundan
(Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung
Idham, A. (2009).Pengaruh pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture)
melalui kegiatan ekstarakurikuler terhadap pengembangan sikap
patriotism(studi deskriptif pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler dalam
rangka pengembangan budaya kewarganegaraan di SMA Negeri di
Kota Pontianak).(Tesis).Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Matitaputty,J. (2010).Nilai-Nilai Kearifan Adat Dan Tradisi Di Balik Ritual Daur
Hidup (Life Cycles) Pada Masyarakat Suku Nuaulu Di Pulau Seram
Sebagai Sumber Pembelajaran Ips :Studi Etnografi Di Desa Tamilou
Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.(Tesis).Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sari, W, (2013).Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tanggung
Jawab Sosial Warga Negara : Studi Analisis Korelasi, Analisis
Determinan dan Analisis Kovarians Pada Mahasiswa Universitas
Nasional
Pasim
Bandung
dan
Universitas
Nurtanio
Bandung. (Tesis).Sekolah
Pascasarjana,
Universitas
Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Sopiah, P (2008), Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis
portofolio tehadap pengembangan budaya kewarganegaraan (civic
culture) (studi komparatif pada sekolah model portofolio dan sekolah
bukan Model Portofolio di Bandung Raya).(Tesis).Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

374

Artikel Jurnal dan Makalah
Creese A., BhattA., Bhojani N., Martin P, (2008). Fieldnotes in team
ethnography: researching complementary schools:Qualitative Research:
SAGE Publications Los Angeles, London, New Delhi and Singapore), 8(2),
hlm 197–215
Hofstede, G. (1983). National Culture in Four Dimensions: A Research-Based
Theory of Cultural Differences among Nations. International Studies of
Management & Organization,13 (1-2), hlm. 46 – 74
Palupi, L.S. (2007). Menigkatkan Rasa Cinta Tanah Aiar Dengan Pendidikan
Berbasisi Nilai-Nilai Budaya. Prespektif Psikologi : tidak diterbitkan
Sartini, Ni Wayan. (2009). Menggali Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa Lewat
Ungkapan (Bebasan, Seoka, dan Paribasa). Jurnal Ilmiah Bahasa dan
Sastra Volume V No. 1 April 2009
Wagiran.(2012). Pengembangan Karakter Berbasis kearifan lokal Hamemayu
Hayuning Bawana, Dalam Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun II (2) , 329339
Zaki,

Dib Claudio (1987), Formal, Non Formal, And Informal
Education:Concepts/Applicability.Conference Proccedings, American
Innstitute of , New York. (online). Diakses dariwww.techne-dib.com

Peraturan, Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

375

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan pendahuluan yang mendeskripsikan latar belakang
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi
penelitian, dan struktur organisasi tesis.

A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia termasuk negara besar di kawasan Asia Tenggara yang
merupakan negara kepulauan dengan dicirikan oleh adanya keragaman. Salah
satunya adalah budaya yang berkembang dalam masyarakat adat sebagai
kekayaan nasional. Masyarakat adat secara tradisi terus berpegang pada nilai-nilai
lokal yang diyakini kebenaran dan kesakralannya serta menjadi pegangan hidup
anggotanya yang diwariskan secara turun temurun. Nilai-nilai tersebut saling
berkaitan dalam sebuah sistem. Koentjanigrat (1998, hlm.190) mengatakan
bahwa;
Dalam setiap masyarakat, baik kompleks maupun yang sederhana, ada
sejumlah nilai budaya yang satu dengan lain berkaitan hingga merupakan
suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal
dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan
warga masyarakatnya.
Sebagai warga masyarakat Indonesia oleh karena itu dituntut untuk
mempertahankan menjunjung tinggi memajukan nilai-nilai lokal sebagai budaya
nasioanal. Hal ini sesuai dengan undang-undang NRI 45 Pasal 32. ayat 1 dan 2
sebagai berikut ;
1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan budayanya.
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional.
Pendidikan adalah salah satu cara yang dianggap mempunyai potensi
untuk mengadakan pendekatan dalam upaya melestarikan, mengembangkan, dan
mempertahankan nilai-nilai budaya lokal yang ada dalam masyarakat. Pendidikan
tidak bisa lepas dari budaya karena pendidikan berfungsi sebagai transformasi
Ritna Wati Utami, 2015
1
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

budaya. Widodo (2003, hlm. 23-33) menyatakan bahwa ; “…pendidikan
memiliki tiga fungsi sebagai berikut: a) pendidikan sebagai pemelihara dan
penerus warisan budaya, b) pendidikan sebagai alat transformasi budaya, dan c)
pendidikan sebagai pengembangan individu. Sebagai pemelihara dan penerus
warisan budaya, dijelaskan oleh Widodo (2005, hlm. 21) memandang bahwa;
Kontinuitas budaya akan memungkinkan hanya
jika pendidikan
memelihara warisan ini dengan meneruskan kebenaran-kebenaran yang
telah dihasilkan
pada masa lampau kepada generasi baru,
mengembangkan suatu background dan loyalitas kultural.
Pendapat di atas memadang pendidikan memiliki pengaruh terhadap
perkembangan kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan
individu. Pendidikan sesungguhnya adalah transformasi budaya dengan adanya
pewarisan nilai-nilai budaya di perlukan agar dapat memelihara warisan budaya
tersebut sehingga persoalan budaya dan karakter bangsa yang kurang baik akan
menjadi sorotan tajam kepada setiap generasi. Pendidikan sebagai alat
pembudayaan dan peningkatan kualitasnya dibutuhkan untuk menyiapkan anak
manusia demi menunjukan perannya di masa datang. Salah satunya pendidikan
kewarganegaraan yang mempunyai objek studi warga negara dalam hubungannya
dengan kebudayaan, organisasi kemasyarakatan sosial, ekonomi, agama, dan
negara tentunya berperan dalam mempertahankan dan mengembangkan budaya
lokal atau nilai-nilai luhur yang dimiliki.
Pendidkan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang budaya yaitu civic
culture. menurut Winataputra (2012, hlm. 57) spesifik civic culture merupakan
budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisikan separangkat ide-ide
yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan
pembentukan identitas warganegara. Dalam hal ini civic culture sangat diperlukan
dalam pengembangan pendidikan kewarganegaraan. Selain dari pada

itu

Winataputra (2006, hlm. 58) menyatakan bahwa identitas warganegara yang
bersumber

dari

civic

culture

perlu

dikembangkan

melalui

pendidikan

kewarganegaraan dalam berbagai bentuk dan latar belakang. Winataputra (2006,
hlm. 62) juga menjelaskan unsur dari budaya kewarganegaran (civic culture)
adalah civic virtue atau kebajikan atau ahlak kewarganegaraan yang mencakup

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

keterlibatan aktif warganegara, hubungan kesejajaran/egaliter, saling percaya dan
tolern, kehidupan yang kooperatif, solidaritas, dan semangat kemasyarakatan.
Pendidikan kewarganegaraan dengan demikian dijadikan suatu mata
pelajaran wajib di sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sesuai Undang-Undang
Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 37 ayat (l) dikemukakan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan kewarganegaraan dan
pada ayat (2) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
pendidikan kewarganegaraan, sedangkan pada bagian penjelasan Pasal 37
dikemukakan

bahwa

pendidikan

kewarganegaraan

dimaksudkan

untuk

membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air. Adanya ketentuan tentang pendidikan kewarganegaraan dalam
Undang-Undang Sisdiknas sebagai mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan
dasar, menengah, dan tinggi menunjukkan bahwa mata pelajaran ini menempati
kedudukan yang strategis dalam mencapai tujuan pendidikan nasional di negara
ini karena itulah pendidikan pun merupakan salah satu hak yang paling asasi yang
harus dimiliki oleh setiap orang.
Pendidikan Kewarganegaraan yang juga membahas tentang hak dan
kewajiban warga negara sangat perlu ditekankan oleh semua elemen masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cogan dan Derricott
(dalam Sapriya & Abdul Aziz, 2011, hlm. 32) mengenai hubungan citizen,
citizenhip dan citizenship education diikuti dengan definisi kerja (working
definition) tentang citizenship dengan mengatakan bahwa:
A citizen was defined as a „constituent member of society‟. Citizenship on
the other hand, was said to be a set of characteristics of being a citizen‟.
And finally, citizenship education the underlying focal point of a study,
was defined as‟ the contribution of education to the development of those
characteristcs of a citizen‟.
Peran Citizenship Education (Pendidikan Kewarganegaraan) dalam
mendidik warga negara untuk menjadi warga negara yang baik (a good citizen)
secara universal diterima bagi setiap warga negara dengan mengetahui dan
menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Beberapa bentuk hak dan
kewajiban dari seorang warga negara adalah mendapatkan pendidikan formal,

Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

melestarikan dan mengembangkan budaya lokal menjadi identitas bangsa
Indonesia dalam hal ini budaya masyarakat Suku Naulu.
Masyarakat Suku Nuaulu merupakan bagian dari pada warga negara yang
berada di pedalaman Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Memiliki karakteristik adat budaya yang khas yang tertuang dalam nilai-nilai
budaya kewarganegaraan (civic culture). Indikasinya dapat dikaji melalui upacara
siklus kehidupanseperti ritual kehamilan, kelahiran, masa dewasa,perkawinan dan
kematian. Selain itu budaya kesenian berupa tari-tarian, nyayian, dan kerajinan
tangan. Budaya lokal Suku Nuaulu tersebut mengandung nilai religius,
kepedulian, gotong royong, kerjasama, keikhlasan, ketrampilan, rasa hormat,
solidaritas dan lain sebagainya. Pelaksanaan setiap tradisi yang leluhur wariskan
kepada generasi berikutnya yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Suku Naulu
adalah upaya mereka menjaga kebudayaan serta nilai-nilai yang ada di
masyarakat.
Demikian kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat sehingga
manusia sebagai bagian dari masyarakat (makhluk sosial) tidak bisa terlepas dari
konteks sosial budaya yaitu nilai-nilai budaya dimana dia berada. Karakteristik
manusia sedikit banyak dibentuk dari budaya masyarakatnya. Segala aktivitas
kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah
kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh
kehidupannya Malinowski ( dalam Koentjaraningrat, 2009, hlm. 171).
Kebudayaan selain sebagai human needs kebudayaan juga dijadikan sarana
internalisasi perilaku anggota masyarakat.. Oleh karena itu, pengembangan
budaya keawarganegaraan (civic culture) melalui budaya lokal dalam hal ini
budaya Suku Nuaulu sangat dibutuhkan.
Bagi masyarakat Suku Nuaulu sudah menjadi kewajiban untuk
mempertahankan kearifan lokal yang sudah ada. Mengembangkan nilai budaya
lokal tersebut sebagai civic culture adalah upaya melestarikannya. Demikian agar
terbentuk wujud civic culture melalui budaya lokal Suku Naulu juga harus
menjalankan proses belajar dalam kehidupannya sehari-hari. Proses belajar
tersebut menjadi suatu pengalaman belajar bagi pembentukan pengembangan
kualitas diri dalam kehidupan nyata. Seperti halnya pembelajaran yang terjadi di
Ritna Wati Utami, 2015
PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL
MASYARAKAT SUKU NUAULU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

lingkungan pendidikan formal yang memililki partisipasi aktif antar individu yang
berada pada lingkungan yang saling menguntungkan dalam hal mendidik. Mereka
tidak hanya bisa dengan mengandalkan pendidikan non formal melalui keluarga
saja karena hakikatnya pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan non
formal tetapi pendidikan formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk
kepribadian, terutama anak atau peserta didik. Dalam upaya pengembangan ciciv
culture ketiganya harus dapat bersinergi secara selaras, serasi dan seimbang dalam
menjalankan perannya.
Faktanya untuk menjangkau pendidikan formal, perlu disadari harus
didukung dengan upaya distribusi pendidikan yang merata. Sehingga pendidikan
dapat menjangkau hingga ke pelosok negeri dan tidak hanya menjangkau
masyarakat kelas ekonomi atas tapi juga masyarakat menengah ke bawah. Untuk
menjangkaunya perlu fasilitasi terhadap kelas ekonomi tersebut dan juga
menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Mereka yang paling memerlukan fasilitas
layanan pendidikan dalam mengantisipasi persaingan global bukan lagi hanya
penyandang buta huruf tapi masyarakat miskin di tempat-tempat yang jauh dan
tersebar agar tidak berakibat sama dengan yang dialami masyarakat Suku Naulu,
akibat pendidikan yang tidak terjangkau masyarakat Suku Naulu menjalankan
ritual adat mengalahkan akal sehat dan logika manusia umunya. Mereka
melakukan pemenggalan kepala manusia untuk persembahan, sebuah ritual adat
yang diyakini masyarakat Suku Naulu sebagai kepercayaan yang mutlak harus
dilakukan, jika tidak mendapat kepala manusia buat persembahan bisa
mendatangkan bala atau musibah.
Terbukti pada Juli 2005

lalu, warga Masohi Kecamatan Amahai

Kecamatan Amahai digegerkan dengan penemuan dua sosok manusia yang sudah
terpotong-potong bagian tubuhnya. Bonefer Nuniary dan Brusly Lakrane adalah
korban persembahan tradisi Suku Naulu saat akan melakukan ritual adat
memperbaiki rumah adat marga Sounawe. Kepala manusia yang dikorbankan
diyakini akan menjaga rumah adat mereka. Akibat perbuatannya itu, tiga warga
Naulu yang merupakan komunitas adat

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

8 111 119

DOKTRINISASI MASYARAKAT ADAT BUTON DALAM KEMENANGAN PILKADES TAHUN 2004 (Studi Kasus di Desa Waeura Kec. Waplau Kab. Buru Prov. Maluku)

0 11 32

Analisis Tataniaga Cengkeh di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku

0 1 58

Etnobotani Tumbuhan Pangan dan Obat Suku Kei Masyarakat Kampung Adat Waur Maluku Tenggara

3 40 62

PENGEMBANGAN CIVIC CULTURE MELALUI PENDIDIKAN FORMAL DAN BUDAYA LOKAL MASYARAKAT SUKU NUAULU : Studi Etnografi pada Masyarakat Adat Suku Nuaulu di Pulau Seram, Negeri Nua Nea Kec. Amahai Kab. Maluku Tengah Prov. Maluku.

0 3 34

NILAI–NILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA BUDAYA SUKU TALANG MAMAK: Studi Etnografi Pada Masyarakat Kec. Rakit Kulim, Kab. Indragiri Hulu Provinsi Riau.

4 13 31

KAJIAN ETNOGRAFI TERHADAP MAKNA SYAIR LAGU PADA RITUAL DAUR HIDUP MASYARAKAT SUKU NUAULU DI PULAU SERAM KABUPATEN MALUKU TENGAH DAN MODEL PELESTARIANNYA.

1 3 34

NILAI-NILAI KEARIFAN ADAT DAN TRADISI DI BALIK RITUAL DAUR HIDUP (LIFE CYCLES) PADA MASYARAKAT SUKU NUAULU DI PULAU SERAM SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS :Studi Etnografi di Desa Tamilou Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

3 19 81

LPSE Kabupaten Maluku Tengah Und. Amahai

0 0 1

NILAI–NILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA BUDAYA SUKU TALANG MAMAK: Studi Etnografi Pada Masyarakat Kec. Rakit Kulim, Kab. Indragiri Hulu Provinsi Riau - repository UPI T PKN 1201475 Title

0 1 3