KERAGAMAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PMP DI SEKOLAH DASAR : Studi Deskriptif Analitis terhadap Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar PMP pada 3 Sekolah Dasar di Kabupaten Klaten.

KERAGAMAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PMP
DI SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Analitis terhadap Pelaksanaan
Proses Belajar-Mengajar PMP pada 3 Sekolah
Dasar di Kabupaten Klaten)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian
Magister Pendidikan dalam bidang
Pengembangan Kurikulum

Oleh

SUNARNO
NIM. 8832071

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
TAHUN 1992

MENSAHKAN DAN MENYETUJUI UNTUK
UJIAN TAHAP AKHIR

PEMBIMBING I

DR. H. MULYANIAfiUMANTRI, MSc.

PEMBIMBING II

DR. R. IBRAHIM, MA.

DAFTAR ISI
halaman

KATA PENGANTAR

iii


UCAPAN TERIMA KASIH

v

DAPTAR ISI

viii

BAB I

PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang Masalah

1

1.2 Rumusan Masalah


8

1.3 Definisi Operasional

12

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian..

13

1.5 Kerangka Tesis

14

BAB II

PROSES BELAJAR-MENGAJAR PMP

DI SEKOLAH DASAR


16

2.1 Pengertian PMP

16

2.2 Pendekatan dalam Proses

Belajar-Mengajar

2.3 Metode Belajar-Mengajar PMP ....

22

39

2.4 Model dan Langkah-Langkah

Proses Belajar-Mengajar PMP ....

BAB III

53

METODOLOGI

73

3.1 Penentuan Fokus Penelitian

73

3.2 Waktu Penelitian

74

3.3 Hubungan Peneliti dengan
Informan

75


3.4 Teknik Pengumpulan Data

76

3.5 Instrumen Penelitian

77

3.6 Analisis Data

77

•viii

BAB IV

DESKRIPSI PELAKSANAAN PROSES

BELAJAR-


MENGAJAR PMP DI SEKOLAH DASAR

,

4.1 Keadaan Sekolah Dasar X

.79
79

4.1.1 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas I

82

4.1.2 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas II

86


4.1.3 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas III .

91

4.1.4 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas IV

96

4.1.5 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas V

102

4.1.6 Proses Belajar-Mengajar PMP
dikelas VI

108


4.2 Keadaan Sekolah Dasar Y

115

4.2.1 Proses belajarMengajar PMP
di kelas I

117

4.2.2 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas II

121

4.2.3 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas III

125

4.2.4 Proses Belajar-Mengajar PMP

di kelas IV

127

4.2.5 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas V

'

133

4.2.6 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas VI

ix

139

4.3 Keadaan Sekolah Dasar Z


,w

145

4.3.1 Proses Belajar-Mengajar PMP

di kelas I

;

147

,

151

4.3.2.Proses Belajar-Mengajar PMP

di kelas II

BAB V

4.3.3 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas III

155

4.3.4 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas IV

158

4.3.5 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas V

163

4.3.6 Proses Belajar-Mengajar PMP
di kelas VI

I69

INTERPRETASI

175

5.1

5.2
5.3
5.4
5.5

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas I pada SD X ....

175

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas II pada SD X ...

182

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas III pada SD X ..

190

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas IV pada SD X ...

198

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas V pada SD X ....

5.6
5.7
5.8

205

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas VI pada SD X ...

213

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas I pada SD Y ....

221

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas II pada SD Y ...

229

5.9

Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas III pada SD Y ...

236

5.10 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas IV pada SD Y ....

5.11 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas V pada SD Y

243

250

5.12 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas VI pada SD Y ....

258

5.13 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas I pada SD Z

266

5.14 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas II pada SD Z ....

274

5.15 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas III pada SD Z ...

281

5.16 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas IV pada SD Z ....

287

5.17 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas V pada SD Z

293

5.18 Proses Belajar-Mengajar PMP yang
berlangsung di kelas VI pada SD Z ....
BAB VI

301

KESIMPULAN, PEMBAHASAN DAN SARAN

309

6.1 . Kesimpulan

309

6.1.1 Persiapan Proses Belajar-Mengajar PMP
di Sekolah Dasar

309

6.1.2 Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar
PMP di Sekolah Dasar

311

6.1.3 Csra Mengetahui Keberhasilan Proses

6.2

Belajar-Mengajar PMP di Sekolah
Dasar

313

Pembahasan

314

6,2,1 Persiapan Proses Belajar-Mengajar PMP
di Sekolah Dasar

xi

314

6.2.2 Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar
PMP di Sekolah Dasar

319

6.2.3 Cara Mengetahui Keberhasilan Proses

6.3

Belajar-Mengajar PMP di Sekolah
Dasar

334

Saran-Saran

335

6.3.1 Kepada Guru Pembina Bidang Studi PMP
di Sekolah Dasar

6.3.2 Kepada Kepala Sekolah Dasar

336

339

6.3.3 Kepada Kantor Wilayah dan Dinas
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

340

6.3.4 Kepada Orang Tua Siswa dan
Masyarakat

341

DAFTAR PUSTAKA

342

LAMPIRAN-LAMPIRAN

345

xii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan usaha seluruh rakyat Indonesia
untuk mewujudkan cita-citanya, masyarakat yang adil, makmur

dan merata. Pembangunan sebagai usaha untuk mencapai apa yang
kita harapkan.

Pembangunan telah memberikan peluang kemampuan untuk
berkembang baik secara sosial, ekonomi maupun politik di
setiap lapisan dan unsur masyarakat sehingga dengan demikian diperoleh keterandalan untuk memperjoangkan kehidup-

an bangsa yang lestari. (Soepardjo Adikusumo,1988, z .1)
Pembangunan memerlukan perkembangan dan perubahan yang tera-

rah. Pembangunan barulah memberi peluang demi tercapainya tu
juan yang dicita-citakan. "Pembangunan pada hakekatnya menggalang perubahan dan di dalam perubahan itu dilaksanakan pemba

ngunan secara berkelanjutan? (Soepardjo Adikusumo, 1988 s 2)
Keberhasilan pembangunan diperlukan perkembangan dan perubah

an yang terarah di segala bidang dan secara berkelanjutan.
Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan manusia

sebagai subyek pembangunan. Pendidikan berusaha mempersiapkan
pelaku dan penerima hasil-hasil pembangunan. Pendidikan membe
rikan sumbangan yang sangat besar bagi tercapainya tujuan yang

diinginkan dan digalakkan secara nasional di seluruh wilayah
Indonesia.

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan

untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manu
sia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas
dan terarapil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan

nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa
cinta pada Tanah Air, mempertebal semangat kebangsaan dan
rasa kesetiakawanan sosial. (GBHN, 1988).

Tujuan pendidikan ini dipertegas lagi dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab
II pasal 4 bahwa;

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tujuan pendidikan nasional ini masih terlalu umura. Pencapaian
tujuan pendidikan nasional ini dirinci menjadi tujuan-tujuan
yang memiliki lingkup dan bidang-bidang yang terbatas.

Tujuan pendidikan nasional dirinci menjadi tujuan institusional
yakni tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada lembaga tertentu. Tujuan institusional dirinci menjadi tujuan kurikuler
yang pencapaiannya diserahkan kepada bidang studi tertentu.

Tujuan kurikuler dirinci menjadi tujuan instruksional yang
pencapaiannya diserahkan kepada proses belajar-mengajar di da
lam kelas.

Salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan nasio

nal adalah menetapkan bahwa setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib merauat Pendidikan Pancasila di samping agama

dan kewarganegaraan. (UU nomor 2 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 39 ayat 2).

Pemerintah Republik Indonesia memandang pendidikan Pancasila

sebagai salah satu hal yang penting dalam pembangunan karena
pendidikan yang berlangsung di Indonesia harus berdasarkan

Pancasila. Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa;
Dalam rangka melaksanakan pendidikan nasional perlu
makin diperluas, ditingkatkan dan dimantapkan usahausaha penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila

sehingga makin membudaya di seluruh lapisan masyarakat.
Pendidikan Pancasila termssuk pendidikan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( P4 ), Pendidikan

Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
serta unsur-unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan khususnya
nilai-nilai 1945 kepada generasi rauda, dilanjutkan dan
makin ditingkatkan di semua jenis dan jenjang mulai dari
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta (Tap. MPR No.II/MPR/1988)
Garis-garis Besar Haluan Negara ini mengamanatkan agar pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila

makin ditingkatkan dan dimantapkan. Hal ini disebabkan karena

Pancasila sebagai dasar negara dan juga sebagai kepribadian
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara dijabarkan
dalam semua peraturan perundangan yang berlaku, sedangkan
sebagai kepribadian bangsa menunjukkan bahwa nilai-nilai
Pancasila merupakan pedoman untuk bertingkah laku bagi semua
warga negara Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan penjabar-

an nilai-nilai Pancasila yang berperan sebagai petunjuk dan

pedoman untuk bertingkah laku. Pedoman itm dituangkan dalam
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( P4 )•
Pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila harus disebarluaskan kepada semua lapisan masyarakat Indonesia.

Pemasyarakatan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca

sila (P4) dilaksanakan melalui jalur pendidikan baik yang
berlangsung di keluarga, sekolah dan di masyarakat, jalur

mass media dan jalur organisasi sosial politik.
Pendidikan Moral Pancasila merupakan salah satu

jalur pemasyarakatan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila yaitu

dengan memasukkannya ke dalam kurikulum

sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan ting

gi, termasuk juga ke dalam kurikulum sekolah dasar.

Pemasukan pendidikan moral Pancasila (PMP) ke dalam kuri
kulum bukan hanya memasukkan ke dalam daftar bidang studi

yang harus dipelajari siswa, karena kurikulum bukan hanya
berarti daftar mata pelajaran atau bidang studi yang ha
rus diselesaikan untuk raeraperoleh ijazah. "Kurikulum meli

puti segala pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar

anak mencapai tujuan yang ditentukan guru "(S. Nasution,
1988 : 10). Pencapaian tujuan dilakukan dengan memberikan
dan mengendalikan pengalaman-pengalaman siswa agar siswa
itu mengarah dan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pengalaman yang diraaksud di atas bukan hanya yang berlang
sung di kelas saja tetapi meliputi pengalaman yang berlang

sung di rumah dan di masyarakat. Dalam hubungannya dengan
kurikulum sekolah maka

pemberian pengalaman itu termuat

tujuan yang ingin dicapai, bahan yang harus dimiliki siswa>

kegiatan atau proses untuk mewujudkan tujuan tersebut dan

usaha guru untuk mengetahui apakah tujuan itu berhasil

atau gagal. Lebih tegas lagi S. Nasution (1988 : 14-15)
mengutarakan bahwa

Dan tiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu
mempunyai komponen-komponen tertentu yakni pernyataan
tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi ba
han dan ini pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan
mengajar, dan akhirnya evaluasi hasil belajar.

Berdasar pada pendapat ini jelas bahwa kurikulum mengamdung
4 komponen pokok yaitu tujuan, bahan, proses belajar-menga

jar dan evaluasi. Keempat komponen itu berhubungan erat sa
tu dengan yang lain. "Jadi tujuan bertalian erat dengan ba
han pelajaran, proses belajar-mengajar dan penilaian"

(S. Nasution, 1987 : 4). Keterkaitan antara keempat kompo
nen itu digambarkan sebagai berikut, (S. Nasution, 1987 : 4)

Penilaian -«

*- Bahan Pelajaran
Proses

Bela jar-Menga jar

Tanda panah raenunjukkan hubungan dari komponen-komponen ter
sebut.

Pendidikan Moral Pancasila (PMP) merupakan bidang
studi yang mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa te

tapi lebih menekankan aspek afektif ( Kurikulum 1984, GBPP

PMP : 114). Guru bidang studi PMP dengan melaksanakan pro
ses belajar-mengajar bertujuan agar siswa memahami, mengha-

yati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Guru berupaya menyentuh dan menggugah hati
nurani siswa agar siswa menerima dan mengamalkan Pancasila.

Proses belajar-mengajar PMP mempunyai warna tersendiri

karena bukan hanya raemberitahukan tentang nilai-nilai
Pancasila tetapi lebih dari itu yaitu berupaya agar nilai-

nilai Pancasila itu dapat dimiliki dan menjadi bagian da
ri kehidupannya. Proses belajar-mengajar PMP memiliki
bahan_atau materi tersendiri dan juga memerlukan cara

yang tersendiri pula untuk mengetahui keberhasilannya.
Dengan demikian proses belajar-mengajar pendidikan moral

Pancasila (PMP) mempunyai karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan bidang studi lainnya,
Sementara orang berpendapat bahwa proses belajar-

mengajar pendidikan moral Pancasila (PMP) yang dilaksana-

kan sekarang ini masih mengembangkan aspek kognitif saja
yaitu hanya memberikan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila. Guru kurang membina dan
mendorong siswa untuk menerima dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila itu dalam kehidupan sehari-hari. Padahal untuk

mengamalkan nilai-nilai Pancasila tidak cukup hanya menge
tahui dan memahaminya tetapi siswa perlu didorong, dibina
dan dipandu untuk mengamalkannya. Lebih tegas lagi Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Sarwono Kusumaatmaja (Pelita,

18-2-19,92) mengatakan bahwa proses belajar-mengajar P4 terraasuk pendidikan moral Pancasila (PMP) banyak bersifat
monolog. Beliau raenyarankan agar diganti dengan yang

lebih efektif sesuai sasaran yang diinginkan.

Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal
terendah yang bertujuan memberikan bekal dan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai untuk hidup bermasyarakat dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi. Lembaga ini menyajikan bidang studi PMP pada semua
kelas yaitu dari kelas I sampai kelas VI dengan alokasi waktu dua jam pelajaran setiap minggu* Siswa yang duduk di seko

lah dasar berusia 6 sampai 12 tahun. Menurut Piaget anak
usia ini mempunyai perkembangan intelektual yang berorientasi pada hal-hal

yang bersifat kongkrit. Guru sebagai pem-

bina dan pelaksana proses belajar-mengajar di dalam kelas
harus menyesuaikannya dengan perkembangan siswa tsb.

Negara Republik Indonesia mempunyai wilayah yang luas

dengan karakteristik daerah yang berbagai macam. Letak seko
lah dasar tersebar di seluruh pelosok tanah air dari daerah

perkotaan sampai ke daerah pedesaan. Kondisi dan lingkungan
sekolah mempengaruhi proses belajar-mengajar di dalamnya
karena hal ini menyangkut

tersedianya sarana dan kemudahan-

kemudahan untuk memperoleh sarana tersebut. Proses belajarmengajar yang berlangsung di daerah perkotaan yang banyak
tersedia dan mudah memperoleh sarana belajar-mengajar akan
berbeda dengan yang berlangsung di daerah pedesaan yang

sarananya serba terbatas dan sulit untuk memperolehnya.

Guru sebagai pelaksana proses belajar-mengajar di
dalam kelas juga sangat berpengaruh jalannya proses belajarmengajar karena guru mempunyai latar belakang pendidikan

dan pengalaman yang berbeda-beda. Proses belajar-mengajar
yang dibawakan guru yang berpendidikan tinggi berbeda de

ngan yang dibawakan oleh guru yang berpendidikan lebih rendah, deraikian pula yang dibawakan oleh guru yang sudah berpengalaman berbeda dengan yang dibawakan oleh guru yang
masih baru dan miskin pengalaman mengajar.
Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru melalui

tahap mempersiapkan-3 .melaksanakan dan mengetahui keberhasilannya. Tahap mempersiapkan meliputi menentukan tujuan yang
akan dicapai dan cara-cara untuk mencapainya. Tahap raelak
sanakan meliputi bahan yang disajikan, medel, langkah-lang-

kah dan metode yang dipergunakan dalam proses belajar-menga

jar tsb. Tahap

mengetahui keberhasilan proses belajar-meng

ajar meliputi mengetahui keberhasilan proses belajar-menga
jar sebagai proses maupun sebagai hasil.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah keragaman proses
bela,iar-raenga.jar PMP di sekolah dasar ?.

Pokok permasalah

an ini meliputi sub masalah;

1.2.1 Bagaimanakah guru itu mempersiapkan PBM PMP di seko
lah dasar ?. Sub masalah ini mencakup;

1.2.1.1 Bagaimanakah guru itu merencanakan proses bel

ajar-mengajar PMP tsb. Masalah ini mencakup,
apa tujuan PBM yang akan dicapai ?, bagaimana
cara-cara untuk mewujudkan tujuan tsb, apakah

guru membuat satuan pelajaran ?, apa yang
8

direncanakan dalam satuan pelajaran ?. Apa
kah guru membuat buku persiapan mengajar. ?.
Apa yang direncanakan dalam persiapan tsb ?,
Apa raanfaat buku satuan pelajaran dan persiap

an mengajar itu ?, Apakah guru juga mempersi
apkan alat peraga atau alat belajar-mengajar ?,

Apakah guru mempersiapkan^alat peraga, sekala ,
Sikap, gambar, guntingan karangan, dsb.
1.2.1.2 Bagaimanakah guru mempersiapkan kondisi kelas.
Masalah ini mencakup bagaimana guru mengeta
hui kebiadiran siswa. Apakah guru itu cukup
mengamati saja ?, apakah dengan memanggil
seorang demi seorang ?. Apabila guru memberi

tugas kelompok, bagaimana cara guru itu membentuk kelompok ?, apakah dengan pola paralel,

komplementer atau dengan campuran 7

1.2.2 Bagaimanakah proses belajar-mengajar itu dilaksana^kan ?. Sub masalah ini mencakup;

1.2.2.1 Materi apakah yang disajikan dalam proses bel

ajar-mengajar PMP itu ?. Apakah materi itu
berupa fakta-fakta ?, apakah berupa konsep-

konsep ?, apakah berupa prinsip-prinsip ?

Apakah berupa nilai-nilai/norma-norma ?

Bagaimana materi itu dikembangkan ?.

Apakah dikembangkan dengan paparan penjelasan saja ?. Apakah dengan pola induktif ?
Apakah dengan pola diduktif ?.

1.2.2.2 Bagaimana model dan langkah-langkah dalam
proses belajar-mengajar PMP tsb ?.

Permasalahan ini mencakup model apakah yang
digunakan dalam proses belajar-mengajar PMP
itu ?• Apakah model kasus ?. Apakah model
Analisis nilai ?. Apakah model Matrik ?.
Apakah model Yurisprodensi ?. Apakah model

permainan ?. dsb. Bagaimana langkah-langkah
yang ditempuh dalam menyajikan materi PMP

itu ?. Apakah melalui persiapan, penyajian
materi dan konflik nilai, penentuan pilihan
siswa, pengkajian pilihan siswa beserta alasannya, penyimpulan dan tindak Ianjut ?

Apakah disajikan melalui persiapan, penyaji
an, penyimpulan dan tindak Ianjut ?. dsb.

1.2.2.3 Bagaimana penggunaan metode dalam proses
belajar-mengajar PMP tsb ? Permasalahan ini

mencakup apakah proses belajar-mengajar itu
disampalkan dengan ceramah, tanya jawab,

diskusi, peragaan atau dengan praktek ?.
Apakah guru memadukan beberapa metode ?.

Metode apakah yang banyak dipergunakan ?

10

Apa peran dari masing-masing metode tsb ?

1.2.2.4 Bagaimana guru mempergunakan media dalam
proses belajar-mengajar PMP itu ?. Perma-

lahan ini mencakup media apa yang dipergu
nakan ?. Apa manfaat media ini bagi guru,
siswa dan bagi sekolah ?

1.2.2.5 Bagaimanakah guru mengakhiri proses bela
jar-mengajar PMP tsb ?. Permasalahan ini

mencakup apakah guru mengakhiri proses
belajar-mengajar dengan memberikan ulasan ?. Apakah memberikan kesimpulan ?.
Apakah dengan mengadakan .tes ?. Apakah de
ngan mengurapulkan tugas-tugas ?. dsb.

1.2.3 Bagaimanakah cara guru mengetahui keberhasilan
proses belajar-mengajar PMP yang dilaksanakan ?
Permasalahan ini meliputi;

1.2.3.1 Bagaimanakah cara mengetahui keberhasilan
proses belajar-mengajar PMP itu sendiri ?.
Apakah dengan mengadakan pengamatan ?.

Apakah dengan daftar cek ?. Apakah dengan
memberikan angket ?. dsb.

1.2.3.2 Bagaimanakah cara mengetahui hasil proses
belajar-mengajar PMP yang dilaksanakan ?
Apakah dengan tanya jawab ?. Apakah dengan

tes lisan atau dengan tes tertulis ?. dsb.

11

1.3 Defislnj operasional

Fokus penelitian ini adalah .keragaman

proses

belajar-mengajar PMP di sekolah dasar. Permasalahan ini
masih menimbulkan berbagai pandangan. Agar memperoleh

kesamaan pandangan maka diuraikan definisi operasionalnya.
1) Keragaman adalah berbagai ciri atau warna dari sesuatu
hal atau kegiatan. Pada penelitian ini yang

dimaksud-

kan adalah ciri-ciri atau warna dari proses belajarmengajar PMP di sekolah dasar.

2) Proses belajar-mengajar adalah interaksi antara guru
dengan siswa balk yang berlangsung di dalam maupun di
luar kelas dalam upaya mencapai tujuan tertentu.

3) Pendidikan Moral Pancasila (PHP) adalah salah satu bi
dang studi yang disajikan di sekolah dasar yang bertu

juan agar siswa memahami, menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila.

4) Sekolah dasar adalah lembaga pendidikan formal teren

dah yang memiliki 6 kelas yaitu kelas I sampai VI.
Berdasarkan pada uraian di atas maka secara opera

sional permasalahan penelitian adalah bagaimanakah ciriciri interaksi guru dengan siswa pada salah satu bidang

studi yang bertujuan agar siswa memahami, menghayati dan

mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang berlangsung di
lembaga pendidikan formal terendah dari kelas I sampai VI,

12

1.4 Tu.tuan dan kegunaan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh infor

ms!, deskrifsi dan kesimpulan tentang keragaman dari

proses belajar-mengajar PMP yang berlangsung di sekolah
dasar terutama dalam hal;

1) cara mempersiapkan proses belajar-mengajar PMP di
sekolah dasar.
2) Pelaksan,,n
proses belajar-menga^r PHP di seuol^h

dasar.

,) cara mengetahui keberhasilan proses belajar-mengajar
PMP di sekolah dasar.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai bahan masukan bagi perbaikan dan penyempurnaan

proses belajar-mengajar PMP yang berlangsung di sekolah
aasar. Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan daoat

bermanfaat ;

1) Bagi guru pembina bidang studi PMP.

Bagi guru pembina bidang studi PHP dapat bermanfaat
sebagai bahan masukan bagi perbaikan dan penyempur

naan proses belajar-mengajar yang dilaksanakan terutama pada cara- *emn««P^ankan.
mempersiapKan, melaksanakan dan cara

mengetahui keberhasilannya.

2) Bagi kepala sekolah dasar.

Bagi kepala sekolah dasar yang terkait dapat berman
faat sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan
13

sekolah dalam membina, membimbing dan mengarahkan para

guru terutama guru pembina bidang studi PMP yang berkaitan dengan cara mempersiapkan, melaksanakan dan

cara mengetahui keberhasilan proses belajar-mengajar
PMP sehingga dapat lebih efisien sesuai dengan yang
diharapkan.

3) Bagi penentu kebijaksanaan terkait.

Bagi penentu kebijaksanaan terkait dalam pendidikan
seperti Kanwil dan Dinas Departemen Pendidikan dan
kebudayaan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan un
tuk mengambil kebijaksanaan dalam bidang pendidikan

agar terangsang dan tercipta kondisi yang memungkinkan proses belajar-mengajar PMP di sekolah dasar yang
efisien.

1.5 Kerangka tesis

Tesis ini disusun dalam 6 (enara) bab, secara bertu-

rut-turut diuraikan sebagai berikut ;
Bab I berisi tentang permasalahan yang mendorong

peneliti mengadakan penelitian. Bab ini merauat latar bela-

kang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tuju
an dan kegunaan penelitian, dan terakhir kerangka tesis.
Bab II berisi uraian tentang hasil studi kepustaka-

an. Bab ini menyajikan pengertian PMP, pendekatan dalam

proses belajar-mengajar PMP, metode dalam belajar-mengajar
14

PMP, terakhir model dan langkah-langkah dalam proses

belajar-mengajar PMP.
Bab III berisi uraian tentang metodologi.
Bab ini merauat uraian tentang penentuan fokus penelitian,

hubungan peneliti dengan informan, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian dan analisis data.
Bab IV berisi deskripsi hasil penelitian. Bab ini

menyajikan hasil pengamatan, wawancara dan studi dokumen

tasi yang berkenaan dengan "keragaman

proses belajar-

mengajar PMP yang berlangsung pada sekolah dasar tempat
penelitian ini dilakukan.
Bab V merauat interpretasi. Bab ini menyajikan inter-

pretasi dari hasil penelitian yang telah dideskripsikan
di dalam Bab IV.

Bab VI memuat kesimpulan, pembahasan dan saran.

Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil interpretasi.
Kesimpulan ini selanjutnya dibahas dengan seksama berdasar

pada teori-teori yang telah diuraikan dalam Bab II.
Berdasarkan pada kesimpulan dan pembahasan itu maka pene

liti raenyampaikan saran-saran demi perbaikan dan penyerapurnaan proses belajar-mengajar PMP di sekolah dasar.

15

BAB III

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitis

terhadap

keragaman

proses belajar-mengajar PMP yang

berlangsung di sekolah dasar.
3.1 Penentuan fokus penelitian

Proses belajar-mengajar PMP berlangsung pada berba
gai jenis dan jenjang pendidikan. Penelitian ini memfokus-

kan pada 'keragaman

proses belajar-mengajar yang ber

langsung di sekolah dasar. Peneliti mengambil 3 (tiga)
buah sekolah dasar sebagai tempat penelitian, diraana keti
ga sekolah dasar itu terletak di daerah yang berbeda,

Sebuah sekolah dasar terletak di daerah perkotaan yakni ter
letak di tengah ibukota kabupaten, sebuah lagi terletak.di

ibukota kecamatan dan terakhir terletak di daerah pedesaan.
Untuk menjaga kerahasiaan maka peneliti dan kepala sekolah
sepakat untuk tidak raenyebutkan identitas masing-masing
sekolah. Tempat penelitian itu selanjutnya

secara berturut-

turut diberikan identitas Sekolah Dasar X bagi sekolah da
sar yang terletak di daerah perkotaan, Sekolah Dasar Y ba

gi sekolah dasar yang terletak di daerah ibukota kecamatan

dan

Sekolah Dasar Z bagi sekolah dasar yang terletak di

daerah pedesaan, Ketiga sekolah dasar itu terletak pada
satu departemen pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Klaten.

73

Penentuan tempat penelitian ini dengan pertim

bangan bahwa sekolah dasar itu di bawah naungan departemen pendidikan dan kebudayaan tingkah kabupaten yang
sama tetapi memiliki lingkungan yang berbeda. Sekolah Da-

sar X terletak di daerah perkotaan banyak tersedia dan

kemudahan untuk peralatan belajar-mengajar yang diper
lukan. Sekolah Dasar Y terletak di daerah antara perko
taan dan daerah pedesaan sehingga dikategorikan sekolah
yang cukup. Peralatan tersedia tetapi memerlukan usaha-

usaha yang cukup tinggi. Di Sekolah Dasar Y

berada pada

daerah antara mudah memperoleh. peralatan sekolah dan ju
ga agak sulit untuk mengadakannya. Sedangkan Sekolah Da

sar Z terletak di daerah pedesaan yang kurang tersedia

dan sulit untuk memperoleh peralatan belajar-mengajar
yang diperlukan. Penulis berharap dengan adanya keragam

an tempat penelitian agar diperoleh deskripsi yang cukup
komprehensif tentang

keragaman

proses belajar-menga

jar PMP di sekolah dasar.
3.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai pada awal bulan Januari

dan berakhir pada awal bulan Maret 1991. Peneliti menga
dakan pengamatan terhadap proses belajar-mengajar yang
berlangsung di kelas I sampai kelas VI pada 3 sekolah
dasar masing-masing 3 kali pertemuan berturut-turut.

74

Secara keseluruhan peneliti mengadakan pengamatan

sebanyak 54 kali perterauan. Waktu penelitian^dapat
dilihat pada jadwal sebagai berikut :

^\Sekolah
Hari^.
S

e n

i n

S

e 1

a

R

a

b

u

K

a m

i

s

SDN Y/ke-

SDN ZAe-

las

las

las

III, IV
a

s

J u

m

' at

S

b

t u

a

SDN XAe-

I, VI

-

-

IV, V

-

III, VI

II, VI
-

I, v

-

Ill, V

-

I,

II, IV

II
•H

3.3 Hubungan peneliti dengan informan

Hubungan antara peneliti dengan informan dikem

bangkan dengan etis maksudnya peneliti mengadakan pene
litian di lembaga itu dengan memperhatikan sopan santun
dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku pada lem
baga tersebut, Peneliti mengadakan pengamatan terhadap
proses belajar-mengajar yang berlangsung di dalam mau

pun di luar kelas tanpa mengganggu jalannya proses bela

jar-mengajar itu. Di samping mengadakan pengamatan pene
liti juga mengadakan wawancara dengan informan terkait

sesuai dengan kesediaan dan waktu yang dijanjikannya.

75

Peneliti berusaha untuk turut serta dalam kegiatan seko

lah yang memungkinkan misalnya mengikuti upacara bendera,
mengikuti kerja bakti, mengikuti kegiatan ekstra kuriku

ler, dsb. Dengan keikutsertaan peneliti dalam kegiatankegiatan di lembaga itu, peneliti berharap dapat diterima
sebagai warga dari lembaga tersebut. Penerimaan dari lem

baga inilah yang sangat diharapkan dalam penelitian sehing
ga tercipta suasana keterbukaan dari lembaga itu dan akhir
nya diperoleh data yang diperlukan.
3.4 Teknik pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuali*

tatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawan
cara dan dokumentasi. Kegiatan pengamatan dilaksanakan de
ngan mengamati proses belajar-mengajar PMP yang berlang

sung di dalam maupun di luar kelas terutama pada persiap
an, pelaksanaan dan cara mengetahui keberhasilan proses
belajar-mengajar yang dilaksanakan. Untuk melengkapi data
yang diperoleh dengan pengamatan peneliti mengadakan wawan

cara dengan informan terkait antara lain guru pembina bi
dang studi PMP yang bersangkutan, kepala sekolah dasar

yang terkait, para guru sekolah dasar itu- dan orang tua
siswa. Data yang belum terungkap

dengan pengamatan dan

wawancara dijaring dengan teknik dokumentasi.

76

3.5 Instruraen penelitian

Instruraen utaraa dalam penelitian ini adalah pene

liti sendiri. Di lapangan peneliti dibantu oleh seorang
pembantu peneliti. Sebelum masuk ke lapangan pembantu
peneliti ini diberi latihan dan pengarahan berkenaan de

ngan cara mengumpulkan data, raencatat dan raenganalisisnya.

Peneliti menggunakan tape recorder untuk membantu pencatatan data di lapangan. Hasil pengamatan, wawancara dan

dokumantasi dituangkan ke dalam catatan lapangan untuk
selanjutnya dideskripsikan, diinterpretasi, disimpulkan
dan dibahas dengan seksama.

3.6 Analisis data

Analisis data dilakukan secara terus menerus sela

ma penelitian itu berlangsung. Data yang diperoleh dari
lapangan dicatat, sesampainya di rumah data itu didiskusi

kan bersama dengan pembantu peneliti. Hasil diskusi itu

dituangkan ke dalam catatan lapangan. Catatan lapangan itu
diserahkan kepada informan terkait untuk memperoleh masukkan dan perbaikan seperlunya. Catatan yang sudah diketahui

dan diperbaiki itu dikumpulkan dan diperiksa dengan seksama,
Catatan lapangan itu dikelompokkan berdasar tema-tema ter

tentu. Berdasar tema-tema itu dibuat rangkuman. Hasil tema-

nisasi dan rangkuman itu selanjutnya dideskripsikan sesuai
dengan permasalahan penelitian yakni

keragaman._. proses

belajar-mengajar PMP yang berlangsung di sekolah dasar.

77

Hasil deskripsi ini selanjutnya diinterpretasikan.
Berdasar deskripsi dan interpretasi ini diambil suatu

kesimpulan. Kesirapulan-kesimpulan ini dibahas dengan
seksama. Berangkat dari hasil kesimpulan dan pembahas
an hasil penelitian peneliti mengajukan saran-saran seba

gai masukan demi perbaikan dan penyempurnaan proses bela.
jar-mengajar PMP di sekolah dasar.

78

BAB V

INTERPRETASI

Dalam bab ini akan diuraikan interpretasi dari ha

sil penelitian yaitu interpretasi dari proses belajar-mengajar yang berlangsung di setiap kelas dari 3 sekolah dasar.
Interprtasi dari proses belajar-mengajar PMP di sekolah
dasar yang telah dideskripsikan pada Bab IV.

5.1 Proses belajar-mengajar PMP yang berlangsung
di kelas I pada Sekolah Dasar X

Sebelum masuk ke dalam kelas guru mempersiapkan
diri lebih dahulu. Persiapan ini dapat dilihat dari buku

persiapan mengajar, satuan pelajaran dan teks PMP yang
dibawanya. Unsur pokok pada persiapan ini adalah menentu

kan tujuan yang akan dicapai sedang unsur-unsur yang lain
sebagai sarana untuk mencapainya.

Proses belajar-mengajar di kelas ini pada dasarnya

bertujuan untuk mewujudkan tingkah laku siswa yang telah
dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus (TIK).

Pencapaian tujuan instruksional khusus ini dalam upaya
mencapai tujuan instruksional umum yaitu agar siswa mam
pu mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat melalui

penerapan. Hal ini sebagai usaha untuk mencapai tujuan

kurikuler agar siswa meraaharai, menghayati dan mengamalkan
sila keempat dari Pancasila.

Di saraping persiapan itu guru juga mempersiapkan
kondisi kelas. Guru bersalaman dengan semua siswa

175

seorang demi seorang, mengamati siswa, memeriksa kehadiran
siswa dan merainta siswa untuk duduk dengan manis. Semua ini

sebagai usaha agar siswa menjadi akrab, terbuka dan siap
untuk melaksanakan proses belajar-mengajar.

Seusai mempersiapkan kelas guru mulai menyampaikan

raateri. Materi yang disampaikan dalam proses belajar-menga
jar dibedakan menjadi 2 macam yaitu menurut lingkup dan menu
rut sifatnya. Menurut lingkupnya materi yang disajikan butir-

butir Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yaitu

butir kesatu sila keempat dari Pancasila. Menurut sifatnya
materi yang disampaikan terdiri dari prinsip, norma dan fak-

ta-fakta atau contoh-contoh. Materi yang berupa prinsip mi
salnya kesadaran raentaati peraturan sekolah. Norma misalnya
siswa harus^datang di sekolah tepat pada waktunya, siswa ha
rus berpakaian seragam sekolah, siswa harus turut menjaga
kebersihan kelas, siswa harus duduk dengan manis, dsb.
Fakta-fakta misalnya jarum yang panjang menunjuk angka 12

dan jarum yang pendek menunjuk angka 6, menyapu kelas dengan
sapu ijuk, membuang sampah di keranjang sampah, dsb.
Pengembangan materi dilakukan dengan berangkat dari

prinsip atau norma diberi penjelasan dan disertai dengan

fakta atau contoh-contoh nyata. Hal ini berarti pengembang
an materi bersifat deduktif.

Proses belajar-mengajar disajikan dengan model kasus

karena guru menyajikan suatu kasus yakni tentang anak kelas
176

Ill yang tidak berpakaian seragam sekolah sebagai bahan

untuk dikaji lebih lanjut. Guru menyajikan materi dengan
melalui langkah persiapan, penyajian materi termasuk penya
jian konfliks nilai, penentuan pilihan siswa, pengkajian
pilihan siswa beserta alasannya

dan penyimpulan.

Langkah persiapan dilakukan dengan mempersiapkan buku per
siapan mengajar, satuan pelajaran, buku teks PMP dan mem

persiapkan kondisi kelas agar siswa siap untuk melaksana
kan proses belajar-mengajar.

Langkah berikutnya guru menyajikan materi dengan
membahas pokok bahasan kesadaran mentaati peraturan seko

lah. Pokok bahasan ini dirinci menjadi sub bahasan datang
ke sekolah tepat pada waktunya, berpakaian seragam sekolah,
menjaga kebersihan kelas

dan menjaga ketertiban kelas.

Pembahasan pokok bahasan/sub bahasan ini bertujuan memberi

kan wawasan dan pengetahuan kepada siswa agar mengenai dan

memahami nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya.
Dengan mengenai dan memaharainya maka siswa akan menaruh
perhatian pada nilai-nilai Pancasila tsb.

Pembahasan pokok bahasan/sub bahasan dilengkapi de
ngan penyajian konfliks nilai. Penyajian' konfliks nilai ini

bertujuan agar pada diri siswa terjadi dialog antara nilai-

nilai yang terkandung dalam stimulus dengan nilai yang

dimilikinya. Siswa akan berpegang dan memilih nilai yang
memiliki bobot yang tertinggi bagi dirinya. Penyajian mafefcf
dan" konfliks" nilai disusul langkah menentukan pilihan
177

siswa beserta alasannya. Hal ini bertujuan agar siswa

menentukan pilihan berdasar pada nilai yang dimilikinya.
Guru membahas dan mengkaji pilihan siswa beserta

alasan tab. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap dan men
jelajahi nilai-nilai yang dimiliki para siswa sesuai sti
mulus yang disajikan. Pada pengkajian pilihan siswa ini

guru mulai menanamkan nilai-nilai Pancasila sesuai tujuan
yang ingin dicapai. Penanaman ini dilakukan dengan memani
pulasi pilihan siswa beserta alasan yang sama atau berde

katan dengan tujuan yang akan dicapai sehingga siswa mene
rima dan menghargai nilai-nilai Pancasila tsb,

Manipulasi pilihan siswa itu raisalnya anak-anak tentu saja
tidak setuju karena anak-anak itu anak sekolah. Anak seko

lah harus berpakaian seragam baju berwarna putih lengkap
dengan badge dan papan nama. Celana atau rok berwarna me

rah hati lengkap dengan ikat pinggangnya. Coba pikirkan se

andainya banyak teman yang berpakaian warna-warni merah,

hijau, biru dsb maka siswa berarti tidak seragam lagi.
Padahal anak sekolah harus seragam.

Langkah pembahasan pilihan siswa diakhiri dengan
menyampaikan suatu kesimpulan. Misalnya semua siswa harus

berpakaian seragam. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh
dari proses belajar-raengajar ditulis di papan tulis.

Siswa diminta untuk menyalin ke dalam buku tulisnya dan
dibaca secara bersama-sama. Hal ini bertujuan agar siswa
lebih berkesan dan mantap menerima nilai-nilai Pancasila
tsb,
178

Guru menyampaikan proses belajar-mengajar dengan

mempergunakan metode ceramah, peragaan dan tanya jawab.
Metode ceramah diraanfaatkan untuk memberikan apersepsi,
membahas pokok bahasan/sub bahasan, menyajikan konfliks

nilai, mengkaji pilihan siswa beserta alasannya dan me
nyampaikan kesimpulan. Metode peragaan dipergunakan untuk
raelengkapi dan memperjelas metode ceramah sehingga materi

dapat diterima siswa dengan jelas. Metode tanya jawab di
pergunakan untuk menarik perhatian siswa pada pembahasan
pokok bahasan dan untuk menentukan pilihan siswa.

Guru banyak mempergunakan metode ceramah dan tanya jawab
karena cocok untuk menyampaikan materi yang dibahas dan
raurah untuk pelaksanaannya,

Dalam menyampaikan proses belajar-mengajar guru
mempergunakan media belajar. Media yang dipergunakan ada

lah diri guru itu sendiri, buku satuan pelajaran, buku

persiapan raengajar, buku teks PMP dan alat peraga yang
sesuai. Guru sebagai media utama karena guru yang raembawakan proses belajar-mengajar dapat menunjukkan dan menara-

pilkan nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam pokok
bahasan, Buku satuan pelajaran dan buku persiapan menga

jar dimanfaatkan sebagai pedoman dan arah bagi proses

belajar-mengajar yang dilaksanakan. Buku teks diperguna
kan sebagai sumber materi yang disajikan dan sesuai de
ngan garis-garis besar program pengajaran yang ditentukan,
179

Alat peraga dipergunakan untuk memperjelas dan mempertajam penyampaian raateri sehingga siswa dapat menerima
dan raenghargai materi yang disampaikan.

Di samping mempersiapkan dan melaksanakan proses
belajar-mengajar guru juga ingin mengetahui keberhasilannya. Keberhasilan proses belajar-raengajar PMP dibedakan

raenjadi 2 macam yaitu keberhasilan proses belajar-menga
jar sebagai proses dan kedua sebagai hasil. Sebagai proses
dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan terhadap ke
sungguhan dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses bela

jar-mengajar, apabila sebagian besar siswa menunjukkan
kesungguhan dan aktif dalam mengikuti proses belajar-menga
jar maka proses belajar-mengajar itu berhasil, sebaliknya
apabila sebagian besar siswa menunjukkan acuh tak acuh dan

pasif dalam raengikuti proses belajar-raengajar raaka proses

belajar-mengajar itu gagal. Sedangkan keberhasilan proses
belajar-mengajar sebagai hasil dapat diketahui dengan
mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku siswa di seko

lah, mengadakan tanya jawab dan tes. Guru mengadakan penga

matan terhadap tingkah laku siswa di sekolah apabila ting
kah laku siswa itu menunjukkan nilai-nilai Pancasila seper
ti yang disajikan raaka proses belajar-mengajar itu berhasil.

Apabila tingkah laku siswa menunjukkan tingkah laku yang
bertentangan maka proses belajar-mengajar itu gagal.
Guru juga mengadakan tanya jawab dan tes

dengan siswa,

apabila sebagian besar siswa menunjukkan penyelesaian
180

yang memuaskan maka proses belajar-mengajar dinyatakan

berhasil sebaliknya apabila sebagian besar siswa raenunjuk
kan penyelesaian yang kurang memuaskan raaka proses belajarmengajar itu gagal.

Penilaian keberhasilan proses belajar-mengajar dila
kukan dengan 2 prosedur yaitu prosedur forraatif dan sumatif.
Prosedur forraatif dilakukan apabila satu unit kecil dari

proses belajar-mengajar itu sudah dilaksanakan, sedangkan
prosedur sumatif dilakukan apabila satu unit yang lebih

besar dari proses belajar-mengajar sudah berlangsung.
Proses belajar-mengajar PMP di kelas ini berlang
sung dengan penuh keakraban, keterbukaan dan kegembiraan.

Hal ini disebabkan dibina oleh guru yang sudah berpengalam
an mengajar yaitu sudah selama 22 tahun dan sudah mengi
kuti penataran guru bidang studi PMP. Guru pembina ini

tepat dalam memilih model dan langkah-langkah karena;per*r
bendaharaan pengetahuan dan penerapan tentang materi, mo
del, metode dan langkah-langkah diperoleh pada penataran
guru bidang studi PMP dan hasil berdiskusi sesama guru

bidang studi PMP. Guru pembina ini juga termasuk guru yang
rajin dan tertib karena setiap masuk ke dalam kelas memper
siapkan persiapan mengajar dan membawa satuan pelajaran
dan buku teks PMP serta alat peraga yang sesuai.

Kelancaran proses belajar-mengajar di kelas ini juga
didukung oleh keadaan sekolah. Hal ini dapat dilihat bahwa

sebagian besar siswa memiliki buku teks PMP sebagai
181

penunjang proses belajar-mengajar. Di tambah lagi kemam

puan dan keiinginan orang tua siswa yang sangat mendukung.
Hal ini dapat dilihat dari kesediaan orang tua siswa untuk

raelengkapi peralatan sekolah bagi anak-anaknya dan besarnya
uang BP3 yang dibayarkan kepada sekolah. Keinginan orang
tua agar anaknya dapat melanjutkan ke sekolah raenengah uraum

tingkat pertama yang lebih

baik

mendorong orang tua untuk

melengkapi peralatan-peralatan sekolah bagi anak-anaknya.
Orang tua siswa di kelas ini bersedia melengkapi peralatan

sekolah bagi anak-anaknya karena berkeinginan agar anaknya
dapat diterima di sekolah menengah uraum tingkat pertama
(SMP) yang baik yaitu di SMP Negeri 1 terdekat.

5.2 Proses belajar-mengajar PMP yang berlangsung
di kelas II pada Sekolah Dasar X

Sebelum raasuk ke kelas guru mempersiapkan diri lebih

dahulu. Persiapan ini dapat dilihat pada buku persiapan
mengajar, satuan pelajaran dan buku teks PMP yang dibawanya.
Unsur pokok pada persiapan itu adalah menentukan tujuan

yang ingin dicapai, sedang unsur-unsur yang lain sebagai
sarana untuk mewujudkan tujuan tsb.

Proses belajar-mengajar PMP di kelas ini pada dasar-

nya bertujuan untuk mewujudkan tingkah laku siswa seperti
yang dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus (TIK).

Pencapaian tujuan instruksional khusus sebagai upaya menca
pai tujuan instruksional umum yakni agar siswa menghargai
182

dan mampu mengembangkan perbuatan-perbuatan luhur yang

mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan melalui pengamatan dan penerapan. Hal ini sebagai

salah satu usaha untuk mewujudkan tujuan kurikuler yaitu
agar siswa memahami, menghayati dan mengamalkan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Di samping persiapan itu guru juga mempersiapkan
kondisi kelas agar keadaan kelas raenjadi akrab, terbuka

dan siap untuk melaksanakan proses belajar-mengajar.
Misalnya dilakukan dengan memeriksa kehadiran siswa dan
mengadakan pembagian tugas secara nyata.

Seusai mempersiapkan kelas guru menyampaikan materi.

Materi yang disampaikan dalam proses belajar-mengajar di
bedakan raenjadi 2 raacara yaitu raenurut lingkup dan menurut
sifatnya. Menurut lingkupnya raateri yang disajikan adalah

butir-butir P4 yaitu butir kesatu sila kelima dari Panca

sila. Menurut sifatnya materi yang disampaikan adalah

fakta, prinsip dan norma. Guru menyampai materi yang ber
bentuk fakta misalnya siswa membersihkan kaca, siswa mem
bersihkan lantai kelas, siswa menyapu halaman dsb.
Prinsip misalnya gotong royong dspat membina kerukunan
dan persahabatan. Norma misalnya seraua siswa harus turut

serta dalam kegiatan gotong royong.
Guru mengembangkan materi dengan 2 pola. Pertama

berangkat dari fakta-fakta nyata baru diambil suatu prinsip
misalnya guru mengatakan kaca jendela bersih, gambar-gambar
183

dinding menjadi bersih, lantai kelas bersih, halaman
sekolah bersih dan akhirnya sekolah kita menjadi bersih.

Kedua guru berangkat dari prinsip, prinsip itu diberi penjelasan-penjelasan dan disertai dengan fakta dan contoh-

contoh. Misalnya dengan gotong royong pekerjaan yang berat
dapat terselesaikan dalam waktu singkat, contohnya saja
membersihkan kelas hanya selama 45 menit. Melihat cara

pengembangan materi tersebut raaka di kelas II ini materi

dikembangkan dengan 2 pola yaitu pola induktif dan pola
deduktif.

Penyajian proses belajar-mengajar PMP di kelas II

ini disajikan dengan 3 model yaitu model kasus, analisis

gambar dan analisis bacaan yang belum selesai. Pertama gu
ru menyajikan kasus tentang beberapa siswa yang berserabunyi di balik gedung sekolah karena tidak membawa alat

untuk bekerja bakti. Guru menyajikan gambar yaitu gambar
yang tercantum pada buku teks PMP halaman 72 untuk diana-

lisis. Terakhir guru menyajikan bacaan yang belum selesai
agar dilengkapi para siswa.

Guru menyajikan proses belajar-mengajar melalui

langkah persiapan, penyajian materi termasuk penyajian

stimulus yang problematis, penentuan pilihan siswa, peng
kajian pilihan siswa beserta alasannya, penyimpulan dan
mengadakan tindak lanjut. Langkah persiapan dilakukan de

ngan mepersiapkan buku satuan pelajaran, persiapan menga

jar, buku teks dan mempersiapkan kondisi siswa dengan
184

memeriksa dan merabagi tugas kepada para siswa

sehingga

siswa siap melaksanakan proses belajar-mengajar.
Seusai langkah persiapan guru menyajikan materi.

Penyajian materi dilakukan dengan membahas pokok bahasan

kesadaran akan hidup kekeluargaan dan gotong royong dalam
sekolah dan masyarakat lingkungannya. Pokok bahasan ini

dirinci menjadi sub bahasan gotong royong di sekolah, di
rumah dan-di masyarakat. Pembahasan pokok bahasan/sub bahas-

an bertujuan memberikan wawasan dan pengetahuan kepada sis
wa agar mengenai dan memahami nilai-nilai Pancasila yang

terkandung di dalamnya. Dengan mengenai dan memahaminya
maka siswa akan menaruh perhatian pada nilai-nilai Panca
sila tersebut,

Pembahasan pokok bahasan diikuti dengan menyajikan
stiraulus yang problematis seperti kasus, gambar dan baca

an yang belum selesai. Penyajian ini bertujuan agar pada
diri siswa terjadi dialog antara nilai-nilai yang terkan
dung dalam stimulus dengan nilai yang dimilikinya.
Siswa akan berpegang dan memilih nilai yang memiliki bobot

tertinggi

bagi dirinya. Penyajian stimulus yang problema

tis disusul langkah penentuan pilihan siswa beserta alasan

nya, Langkah ini bertujuan agar siswa menentukan dan meng
utarakan pilihan dan alasannya.
Guru selanjutnya membahas pilihan siswa beserta

alasannya tersebut, Pembahasan pilihan siswa ini bertujuan
untuk mengungkap dan menjelajahi nilai-nilai yang dimiliki
185

para siswa berkaitan dengan stiraulus yang disajikan.
Pada langkah ini guru mulai menanamkan nilai-nilai Panca

sila sesuai tujuan yang diinginkan. Penanaman nilai-nilai

Pancasila ini dilakukan dengan memanipulasi pilihan siswa

beserta alasannya yang sama atau berdekatan dengan tujuan
yang ingin dicapai sehingga siswa menerimanya. Misalnya
sebagian dari kalian tentu tidak setuju karena kita seba

gai siswa harus turut serta bekerja bergotong royong.
Kelas ini milik kita bersama, siapa yang harus membersih

kan kelas, tentu saja semua siswa. Anak-anak yang tidak
bergotong-royong berarti jelek.

Langkah pembahasan dan manipulasi pilihan siswa be

serta alasannya diakhiri dengan mengambil kesimpulan.
Misalnya guru mengambil kesimpulan bahwa kita harus tolong
menolong karena suka memberikan pertolongan sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila terutama sila kelima.

Proses belajar-mengajar diakhiri dengan memberi tu

gas kepada siswa yaitu untuk melaporkan satu pekerjaan yang
dilakukan di rumah sebelum berangkat ke sekolah. Hal ini

bertujuan agar nilai-nilai pancasila yang sudah diterima
itu diamalkan dalam kehidupan.

Guru menyajikan proses belajar-mengajar dengan mem

pergunakan metode tugas, ceramah, tanya jawab, peragaan
dan praktek lapangan. Metode tugas dipergunakan untuk
menentukan pendapat siswa beserta alasan yang mendasarinya.

186

Metode ceramah dipergunakan untuk menyampaikan informasi

tentang tugas yang harus dilaksanakan siswa, membahas po

kok bahasan/sub bahasan, menyajikan konfliks nilai, raengkaji pilihan siswa dan menyampaikan kesimpulan. Metode tanya
jawab dipergunakan untuk menentukan pilihan siswa beserta

alasannya dan untuk menarik perhatian siswa pada pokok ba
hasan yang dibicarakan. Metode peragaan dipergunakan untuk

memperjelas dan melengkapi penyajian materi yang disajikan
dengan metode yang lain agar siswa dapat lebih jelas dan

lebih tajam menerimanya. Sedangkan metode praktek dipergu
nakan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa
agar siswa dapat menerima dan mengamalkan nilai-nilai Panca
sila yang terkandung dalam pokok bahasan.

Dalam proses belajar-mengajar guru juga memperguna

kan media. Media yang dipergunakan adalah pribadi guru itu
sendiri, buku satuan pelajaran, buku persiapan mengajar,
buku teks dan alat peraga lainnya, Pribadi guru sebagai

media utama karena guru dapat menunjukkan dan menampilkan
nilai-nilai Pancasila

yang terkandung dalam pokok bahasan.

Buku persiapan mengajar dan satuan pelajaran dipergunakan
sebagai pedoman dan arah pelaksanaan proses belajar-menga
jar. Sedangkan buku teks PMP dipergunakan sebagai suraber

materi yang disajikan dalam proses belajar-mengajar, karena

buku teks berisi raateri yang sesuai dengan garis-garis be
sar program pengajaran yang berlaku. Guru tinggal mengem
bangkan dan menyesuaikan dengan keadaan kelas.

187

Di saraping mempersiapkan dan raelaksanakan proses
belajar-mengajar guru juga ingin mengetahui keberhasilan
proses belajar-mengajar yang dilaksanakan. Keberhasilan

proses belajar-mengajar dapat dibedakan menjadi 2 macam yai
tu keberhasilan proses belajar-mengajar sebagai proses dan

sebagai hasil, Sebagai proses dapat diketahui dengan menga
dakan pengamatan terhadap kesungguhan dan keaktifan siswa

dalam raengikuti proses belajar-mengajar. Kesungguhan siswa
dalam menerima penjelasan guru di dalam maupun di luar kelas

dan keaktifan siswa dalam mengikuti semua kegiata