Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Kandungan Residu Antibiotik Dalam Air Susu Sapi.

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN
RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI
Ellin Harlia, Roostita L. Balia dan Denny Suryanto
Jurusan Teknologi Hasil Ternak
Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Budidaya sapi perah tidak luput dari masalah gangguan kesehatan, yang umum terjadi
adalah mastitis. Antibiotik digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit
yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik seharusnya mematuhi aturan
penggunaan, tetapi masih ada beberapa peternak yang tidak mematuhi withdrawl
time dengan alasan ekonomi. Pelanggaran terhadap withdrawl time menyebabkan
terbentuknya residu antibiotik dalam air susu sapi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa residu antibiotik penisilin dan Streptomisin dalam susu sapi yang dipanaskan
dengan suhu diatas 100oC dan sterillisasi dalam autoclave masih dapat terdeteksi.
Residu antibiotik tetrasiklin mengalami sedikit penurunan setelah proses pemanasan.
Kata kunci : Antibiotik, Residu, temperature
ABSTRACT
Cultivaton dairy cow can not escape from the inference of health problem The
problem which occur generally is mastitis. The use of antibiotic should be stick to
its using methode. In fact there are farmers still disabey the withdrawl time for

economic reason. The infraction of withdrawl time can cause presence antibiotic
residue in milk. Result indicate that penicillin residue and streptomisin in milk wich
boiled in 1000C temperature, sterilization and autoclave can still be detect.
Tetrasiklin residue experience decrease after heat processing.
Key Words : Antibiotic, residue, temperature

PENDAHULUAN

Penggunaan antibiotika pada peternakan sapi perah tidak dapat dihindarkan, karena
diperlukan untuk mengobati penyakit seperti mastitis, enteritis, dermatitis dan
penyakit lainnya. Adapun golongan antibiotika yang sering digunakan dalam
pengobatan sapi perah yaitu golongan penisilin, tetrasiklin dan streptomisin. Selain
untuk pengobatan, antibiotika digunakan sebagai pemacu pertumbuhan dan produksi.
Penggunaan antibiotika harus sesuai dengan aturan, apabila melanggar aturan dan
tidak mematuhi waktu henti (withdrawl time) akan menyebabkan susu mengandung
residu antibiotika. Residu antibiotika dalam air susu dapat menimbulkan alergi,
keracunan, gagalnya pengobatan akibat resistensi, gangguan jumlah mikroflora
saluran pencernaan (Murdiati, 1997). Residu antibiotika dalam air susu merupakan
senyawa kimia dengan stabilitas aktivitas tertentu, tingkat kestabilannya dapat
berubah pada kondisi tertentu. Beberapa golongan residu antibiotika akan berkurang

aktifitasnya apabila mengalami hidrolisis (Goldbert, 1959). Selain dengan proses
hidrolisis aktifitas antibiotika juga akan berkurang secara kimia (oleh asam),
fisik(pemanasan0 dan secara enzimatis (Lowy., 1986). Susu yang beredar di
Indonesia umumnya telah mengalami proses pasteurisasi baik secara HTST (High
Temperature Short Time) 900C selama 15 detik
atau diolah secara LTLT (Low
Temperature Long Time) 630C 30 menit dan evaporasi untuk pembuatan susu kental
manis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi residu antibiotik dalam air susu sapi
milik peternak di wilayah Sumedang serta mengetahui pengaruh Suhu pemanasan
terhadap kadar residu antibiotic
dengan menggunakan Frontier Post Test
(mikrobiologis). Jumlah sampel yang digunakan berasal dari enam peternak di
Wilayah Sumedang. Peubah yang diukur adalah besarnya zona hambat sebelum dan
sesudah pemanasan dari antibiotik tetrasiklin, zona hambat dari antibiotik penisilin
dan zona hambat dari antibiotik Streptomisin.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian :
Penelitian ini menggunakan air susu sapi yang berasal dari peternakan rakyat di
daerah Sumedang.
Tahap Penelitian :

Penelitian Tahap I : merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan alat Beta
Star 25 untuk mengetahui susu yang mengandung antibiotika pada tempat
penampungan susu (TPS) dengan teknik pengambilan sampel secara purposive.
Sampel susu yang positif mengandung residu antibiotika diperoleh dari enam
peternak daerah Sumedang.

Penelitian Tahap II : Sampel susu yang positif dari penelitian tahap I diuji secara
mikrobiologis (Frontier Post Test) dengan menggunakan media nutrient agar pada
pH asam dengan bakteri penguji Bacillus subtillis untuk mengetahui besarnya zona
terang dari antibiotika penisilin, media nutrient agar pada pH basa dengan bakteri
penguji Bacillus subtilis untuk mengetahui zona terang dari antibiotika Streptomisin
dan media Manitol salt agar dengan bakteri penguji Staphylococcus aureus untuk
mengetahui zona terang dari antibiotika tetrasiklin. Pengujian mikrobiologis
dilakukan pada susu segar dan susu yang telah dipasteurisasi dengan metode LTLT
dan HTST, pemanasan mendidih selama 30 menit, sterilisasi dalam autoclave 121 0C
selama 15 menit tekanan 1 atm, Data akan dibahas secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemanasan Terhadap Residu antibiotika penisilin
Tabel 1. Zona Hambat Residu Antibiotik Penisilin (mm)
Peternak

Segar
63oC30menit
90 oC15detik
121 oC15menit
LTLT
HTST
Autoclave
A
12
10
11
9
B
22
18
15
13
C
14
12

10
D
8
7
7
E
14
10
10
12
F
21
17
15
13
Rataan
15,17
12,33
11,33
11,75

% penurunan
18,72
25,31
22,54

Mendidih
30 menit
10
15
10
7
10,5
30,78

Tabel 1 menunjukkan penurunan zona hambat berturut-turut setelah proses LTLT
adalah 18,72%; HTST 25,31% ; Sterilisasi autoclave 22,54% dan mendidih 30 menit
30,78%. Besarnya penurunan diameter zona hambat tergantung dengan kadar residu
antibiotik awal pada susu segar. Apabila kadar residu awal rendah proses pemanasan
dapat menghilangkan kadar residu antibiotic, tetapi apabila kadar residu pada awal tinggi
proses pemanasan hanya dapat menurunkan kadar residu antibiotic penisilin sekitar 18 –

30 %. Sesuai dengan pendapat Moats (1988) bahwa untuk meniktivasi 100% antibiotika
golongan penisilin diperlukan waktu 1.705 menit dengan suhu pasteurisasi 71 oC dan akan
lebih cepat apabila suhu yang dipergunakan lebih tinggi.

Pengaruh Pemanasan Terhadap Residu antibiotika Streptomisin
Tabel 2. Zona Hambat Residu Antibiotik Streptomisin (mm)
Peternak Segar 63oC30menit 90 oC15menit 121 oC15menit
LTLT
HTST
Autoclave
A
11
11
11
10
B
23
23
20
9

C
10
9
10
D
10
10
10
E
12
12
10
12
F
10
9
9
10
Rataan
12,67

12,33
11,67
10,25
% Penurunan
2,68
7,89
19,10

Mendidih
30menit
10
22
10
10
12
11
12,50
0,95

Tabel 2. menunjukkan penurunan zona hambat residu antibiotic streptomisin

berturut-turut, setelah proses LTLT 2,68%; HTST 7,89% ; Sterilisasi Autoclave 19,10%
dan mendidih 30 menit 0,95%. Residu antibiotic streptomisin ternyata tahan terhadap
panas, terlihat dari penurunan zona hambat yang berkisar dari 0,95% -19,10%. Berarti
untuk residu streptomisin selain pemanasan harus dibantu oleh tekanan. Sesuai dengan
pendapat Moats (1988), bahwa untuk menginaktivasi 100% antibiotika golongan
streptomisin diperlukan waktu 1.320 menit dengan suhu pasteurisasi 71 0C dan konsrntrasi
antibiotika streptomisin akan lebih cepat menurun apabila sihu yang akan dipergunakan
lebih tinggi.

Pengaruh Pemanasan Terhadap Zona Terang Residu antibiotika Tetrasiklin (mm)

Tabel 3. Zona Hambat Residu Antibiotik Tetrasiklin (mm)
Peternak Segar 63oC30menit 90 oC15menit 121 oC15menit
LTLT
HTST
Autoclave
A
32
30
28

B
40
37
35
20
C
21
20
18
D
28
25
23
E
20
20
19
F
15
15
13
Rataan
26
24,5
22,67
20
% Penurunan
5,76
12,80
30

Mendidih
30menit
25
17
22
21,33
17,96

Tabel 2. menunjukkan penurunan zona hambat residu antibiotic Tetrasiklin berturutturut, setelah proses LTLT 5,76%; HTST 12,80% ; Sterilisasi Autoclave 30% dan mendidih
30 menit 17,96%. Proses pemanasan dapat menurunkan residu tetrasiklin 5-30%, apabila
kadar awal rendah proses pemanasan dapat menghilangkan residu antibiotic tetrasiklin.
Residu antibiotic tetrasiklin dapat dirusak oleh panas. Sesuai dengan pendapat Both (1988)
bahwa tetrasiklin sebesar 5-10 ppm yang terdapat dalam makanan dapat didegradasi dengan
pemanasan menjadi sekitar 1 ppm. FAO/WHO (1969) dan Mercer (1975) dalam Meyer
(1977) menjelaskan bahwa tetrasiklin inaktif oleh panas, pemanasan pada suhu 100 oC dapat
menurunkan residu antibiotic sampai 80%.
KESIMPULAN
Frontier Post Test dapat digunakan untuk mendeteksi residu antibiotic dalam air susu segar
maupun dalam susu setelah proses pengolahan berdasarkan zona hambat. Sensitifitas
tergantung kepada kadar residu awal. Pemanasan dapat menurunkan kadar residu antibiotic
penicillin 18,72 -30,78%, kadar residu antibiotic streptomisin 0,95 – 19,10% dan kadar
residu antibiotic tetrasiklin 5,76 – 30%.
DAFTAR PUSTAKA
Colin and Patricia. 1976. Microbiological Method. Buterworths-London.
FAO/WHO. 1969. Specification for the identify and Purity of Food Additives and
Their Toxicological Evaluation Some Antibiotic . Twelfth Report. Of the joint
FAO/WHO Expert Committee on Food Additives. World Health
Organization Geneva.

Kusumaningsih., T.B. Murdiati dan S. Bahri. 1996. Pengetahuan Peternak Tentang
Waktu Henti Obat dan Hubungannya dengan Residu Antibiotika pada Susu.
Media Kedokteran Hewan. Vol. 12 No 4.
Lowy.,F. 1986. Penisilin dalam Antibiotika dan Infeksi Penerbit Buku Kedokteran.
ECG. Jakarta.
Murdiati, 1997. Teknik Deteksi Residu Antibiotika dalam Produk Peternakan.
Seminar Nasional Peternakan. Dan Veteriner. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.
Moats, W.A. 1988. Inactivation of Antibiotics by Heating in Foods and Other
Substrates-a review. Journal of Food Protect. 51(6)491-497.
Oka. H. 1995. Regulation and Current. Residue Detection Methods of Antibiotics
Used in the European Union. Chemical Analisis For Antibiotic Used
Agriculture. Edited by Oka H., Nakazawa, H., HHarada.K and Macnell.,J.D
AOAC. International.