Optimalisasi Fungsi Perlindungan dari PPTKIS sebagai Pengepul TKI melalui Pembentukan Standar Perlindungan Minimum untuk Menjamin HAM Pekerja Migran Perempuan.

(B. Hukum)
Optimalisasi Fungsi Perlindungan dari PPTKIS sebagai Pengepul TKI melalui Pembentukan
Standar Perlindungan Minimum untuk Menjamin HAM Pekerja Migran Perempuan
Kata kunci: standar perlindungan, pelaksana penempatan tenaga kerja indonesia swasta (PPTKIS),
pekerja migran, hak asasi manusia
Rahayu, Sri Lestari; Sasmini; Muslimah, Siti
Fakultas Hukum UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana PPTKIS sebagai perusahaan yang
terlibat secara langsung dalam penempatan TKI ke luar negeri dapat memastikan keselamatan dan
memberikan jaminan perlindungan HAM bagi pekerja migran perempuan, baik dari mulai perekrutan,
penempatan di negara tujuan sampai kembali negara Indonesia sebagai upaya untuk melindungi HAM
pekerja migran. Isu penguatan fungsi perlindungan PPTKIS sangat penting dikaji disebabkan PPTKIS
mempunyai peran sentral dalam penempatan pekerja migran di Luar Negeri, khususnya pada lingkup
penata laksana rumah tangga yang selama ini rentan terhadap pelanggaran HAM.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan wawancara
terstruktur, wawancara tidak terstuktur, studi pustaka. Untuk menjamin keabsahan data digunakan
triangulasi data. Sedangkan data yang sudah dikumpulkan dan diuji kesahihannya dianalisis secara
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur penempatan TKI ke luar negeri dilakukan bersama-sama
antara pemerintah dan PPTKIS belumlah optimal, khususnya pada masa penempatan TKI. Pada masa pra
penempatan perlindungan terhadap calon TKI sudah baik yang meliputi pengurusan SIP; perekrutan dan

seleksi; pendidikan dan pelatihan kerja; pemeriksaan kesehatan dan psikologi; pengurusan dokumen; uji
kompetensi; pembekalan akhir pemberangkatan; dan pemberangkatan. Masalah terletak pada masa
penempatan. Setelah calon TKI diberangkatkan ke negara tujuan yang kemudian ditempatkan sesuai
surat perjanjian kerja, mekanisme monitoring masih lemah, oleh karena itu banyak terjadi kasus TKI yang
bermasalah. Tugas perlindungan selama tahap penempatan ini dilakukan oleh KBRI selama masa
penempatan yakni menetapkan jabatan Atase Ketenagakerjaan di di negara tertentu. Pada purna
penempatan yaitu pulangnya TKI ke Indonesia BNP2TKI sudah mengembangkan Sistem Pendataan
Kedatangan dan Pelayanan Kepulangan Tenaga Kerja Indonesia untuk mendata dan melayani kepulangan
TKI. Sebagai rekomendasi, perlindungan TKI haruslah integral baik pada masa pra penempatan,
penempatan dan purna penempatan. Dan pengenaan sanksi baik administrasi maupun pidana harus
dilakukan pada PPTKIS yang bermasalah untuk memberi efek jera bagi PPTKIS lain.