Internalisasi Nilai-nilai Kebangsaan Dalam Masyarakat Multikultural : Studi Kasus di SMAN 2 Kota Cirebon.
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN
DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
(Studi Kasus di SMAN 2 Kota Cirebon)
DISERTASI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk
memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Umum
Konsentrasi Sosiologi Pendidikan
Oleh:
Asep Mulyana
NIM: 0908650
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
i
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Internalisasi Nilainilai Kebangsaan dalam Masyarakat Multikultural (Studi Kasus di SMAN 2 Kota
Cirebon)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
di
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.
Cirebon, ….. Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Asep Mulyana
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASEP MULYANA
NIM.0908650
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN
DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
(Studi Kasus di SMAN 2 Kota Cirebon)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI
Promotor
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M. Si.
NIP. 196203161988031005
Kopromotor
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd.
NIP. 195704081984031003
Anggota
Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, M.A.
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Umum,
Dr. Kama Abdul Hakam, M.Pd.
NIP. 195512151980021001
iii
ABSTRAK
ASEP
MULYANA: Internalisasi Nilai-nilai Kebangsaan Dalam Masyarakat
Multikultural (Studi Kasus di SMAN 2 Kota Cirebon)
Penelitian ini bertujuan menemukan model internalisasi nilai-nilai kebangsaan
dalam masyarakat multikultural di sekolah, baik melalui proses pelembagaan,
sosialisasi maupun internalisasi. Proses-proses tersebut diharapkan berimplikasi
terhadap pembentukan pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral
(moral feeling) dan tindakan moral (moral action) keseharian para siswa. Model
internalisasi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi strategis dalam
mengantisipasi fenomena masyarakat Indonesia (multikultur) yang semakin
mengalami pergeseran nilai-nilai kebangsaan, baik disebabkan konflik
kepentingan, maupun kepedulian sebagai sesama bangsa. Hal tersebut ditandai
dengan menipisnya nilai-nilai kecintaan terhadap tanah air, memudarnya rasa
persatuan dan kebhinnekatunggalikaan (multikulturalisme), toleransi, dan gotongroyong antar sesama bangsa. Penelitian ini mengambil latar atau setting di
SMAN 2 Kota Cirebon sebagai sekolah yang memiliki karakteristik multikultural.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam
(dept interview) dan analisis dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa
model internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah, pertama lewat pelembagaan
yaitu dengan memasukkan program nilai-nilai kebangsaan ke dalam visi dan misi,
kurikulum sekolah, silabus, RPP dan program intra dan ekstra kurikuler serta
aturan-aturan sekolah. Kedua, lewat sosialisasi yaitu dengan mengkomunikasikan
dan melibatkan para stake holder antara lain, Komite Sekolah, Kepolisian, TNI
(Tentara Nasional Indonesia), Dinas Pendidikan, Kesehatan, Perbankan, PMI
(Palang Merah Indonesia), dan BNN (Badan Narkotika Nasional). Ketiga, melalui
pembudayaan nilai-nilai kebangsaan dalam proses pembelajaran di kelas, dalam
lingkungan sekolah dan dalam keterlibatan pada kegiatan intra dan ekstra
kurikuler. Terbukti dengan melalui tahapan-tahapan tersebut dan dilakukan secara
terencana, terukur dan berkelanjutan,
SMAN 2 Kota Cirebon dapat
menginternalisasikan nilai-nilai kebangsaan dalam tindakan para siswa seharihari, seperti bangga dengan segala bentuk yang dimiliki dan dihasilkan Indonesia,
cinta almamater, disiplin, mentaati aturan, mengejar prestasi, senang bergaul,
berkomunikasi dan saling tolong-menolong dengan yang berbeda budaya, etnik
dan agama, menolak dan mengecam perilaku koruptif, dan segala bentuk
terorisme, serta gerakan sparatisme primordialisme. Keputusan-keputusan moral
para siswa tersebut merupakan kristalisasi yang integral antara pengetahuan
moral, perasaan moral serta tindakan moral.
Kata-kata kunci: internalisasi, nilai-nilai kebangsaan dan multikulturalisme.
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
ASEP MULYANA: The Internalization of National Values in Multicultural
Communities (A Case Study of SMAN1 2 Kota Cirebon)
The research aims to find a model of national values internalization in
multicultural schools, either through institutional, extension, or internalization
processes. The processes are expected to impact on the formation of moral
knowing, moral feeling, and moral action of students in their daily life. In
addition, the resulted internalization model is expected to be a strategic solution in
the anticipation of the increasingly shifting national values among Indonesian
multicultural societies, either caused by conflict of interest or the lack of social
awarenessamong the people. The phenomenon is marked by the diminishing
values of patriotism and the fading sense of belonging and unity in diversity
(multiculturalism), tolerance, and mutual aid among the people. The research took
place at SMAN 2 Kota Cirebon as a school with multicultural characteristics. It
adopted a qualitative approach with a case study method. Data for this research
were collected through observation, in-depth interview, and documentary analysis.
The research results demonstrate that the model of internalization of national
values in schools is implemented: First, through institutionalization, namely by
including programs of national values into the school’s vision, missions,
curriculum, syllabus, lesson plans, intra- as well as extracurricular activities, and
regulations. Second, through extension programs, by communicating with and
involving the stakeholders, among others, the School Committee, the Police, the
Indonesian National Armed Forces, Department of Education, Department of
Health, Banks, Indonesian Red Cross Society, and National Narcotics Agency.
Third, through the cultivation of national values into classroom teaching and
learning process, the school environment, and students’participation in intra- and
extracurricular activities. It has been proven that through well-planned, wellmeasured, and continuous implementation of the model, SMAN 2 Kota Cirebon
can successfully instill the national values in students’ daily behaviors, such as
observed in their pride with any product possessed and produced by Indonesia;
love for their school; discipline in obeying the rules; enthusiasm to achieve; love
for socialization and communication; willingness to help each other regardless of
cultural, ethnic, and religious backgrounds; and rejection and condemnation of
corruptive behavior and any form of terrorism as well as separatism and
primordialism. These students’ moral stances are the crystallization of their moral
knowing, moral feeling, and moral action.
Keywords: Internalization, National Values and Multiculturalism
1
Sekolah Menengah Atas Negeri, equivalent to State Senior High School
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
PERNYATAAN................................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH ..............................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR BAGAN dan TABEL .......................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ...............................................................
B. Identifikasi dan Rumusan masalah...............................................
C. Tujuan Penelitian..........................................................................
D. Kegunaan Penelitian.....................................................................
E. Sistematika Penulisan...................................................................
BAB II MERETAS KONSEP INTERNALISASI NILAI-NILAI
KEBANGSAAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
A. Konsep Masyarakat Multikultural................................................
1. Pengetian multikulturalisme...................................................
2. Bentuk-bentuk masyarakat multikultural ...............................
3. Implementasi model multikulturalisme di beberapa negara. .
B. Masyarakat Multikultural dalam Konteks Indonesia ...................
1. Indonesia sebagai negara multikultural..................................
2. Urgensi pendidikan multikultural di Indonesia......................
C. Nilai-nilai Kebangsaan dalam Masyarakat Multikultural ............
1. Pengertian nilai.......................................................................
2. Jenis-jenis nilai dan hiraki nilai..............................................
3. Hubungan nilai dengan pendidikan........................................
4. Nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat multikultural........
a. Perkembangan
pengertian
dan
pemahaman
nasionalisme .....................................................................
b. Memahami kembali nasionalisme Indonesia ...................
c. Bentuk-bentuk nasionalisme ............................................
5. Keterkaitan antara pendidikan umum dengan nilai- nilai
kebangsaan.............................................................................
6. Posisi pendidikan multikultural dalam bingkai
pendidikan umum...................................................................
D. Landasan Teori Internalisasi Nilai-nilai Kebangsaan dalam
Masyarakat Multikultural.............................................................
1. Pengertian internalisasi ..........................................................
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
xi
xii
xiii
1
11
12
12
13
15
15
22
23
26
26
30
39
39
45
48
58
58
63
68
78
83
85
85
2. Teori variabel pola.................................................................
90
E. Relevansi dengan Hasil Kajian Penelitian Terdahulu: Sebuah
Diskursus Singkat ........................................................................
99
F. Kerangka Pemikiran: Hubungan antara Pendidikan Umum,
Nilai-nilai
Kebangsaan,
Pendidikan
Multikultural
dan
Masyarakat Multikultural............................................................. 105
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ..............................................
1. Pendekatan penelitian.............................................................
2. Metode penelitian...................................................................
B. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian..........................................
1. Lokasi penelitian ....................................................................
2. Waktu dan subyek penelitian .................................................
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ..................................
1. Instrumen penelitian...............................................................
2. Teknik pengumpulan data .....................................................
D. Uji Validitas Data ........................................................................
1. Memperpanjang waktu penelitian ..........................................
2. Triangulasi..............................................................................
3. Peer Debriefing dan Member-check .....................................
108
108
109
110
110
111
111
111
112
115
115
115
116
E. Teknik Analisa Data ....................................................................
1. Reduksi data ..........................................................................
2. Penyajian data .......................................................................
3. Verifikasi data .......................................................................
116
116
117
117
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian ..............................................................
1. Setting SMAN 2 Kota Cirebon...............................................
2. Deskripsi Hasil Observasi.......................................................
3. Deskripsi Pelembagaan, Sosialisasi, dan Internalisasi NilaiNilai Kebangsaan di Sekolah..................................................
a. Pelembagaan nilai-nilai kebangsaan .................................
b. Sosialisasi nilai-nilai kebangsaan......................................
c. Internalisasi nilai-nilai kebangsaan ...................................
1) Internalisasi dalam beberapa mata pelajaran
tertentu (PKn, Sejarah dan Sosiologi ......................
2) Internalisasi ke dalam intra dan ekstrakurikuler .......
3) Internalisasi di lingkungan Sekolah ..........................
4. Implikasi Internalisasi Nilai-nilai Kebangsaan terhadap
Pengetahuan, Perasaan dan Tindakan Moral Siswa...............
B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................
1. Pelembagaan nilai-nilai kebangsaan di sekolah.....................
2. Sosialisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah .........................
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
118
118
122
130
139
153
157
159
175
176
183
191
191
201
3. Internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah .......................
4. Implikasi internalisasi nilai-nilai kebangsaan terhadap
pengetahuan, perasaan dan tindakan moral siswa...................
BAB V SIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
A. Simpulan.......................................................................................
1. Simpulan umum .......................................................................
2. Simpulan khusus ......................................................................
B. Rekomendasi ................................................................................
C. Implikasi.......................................................................................
229
229
230
233
234
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................
236
249
294
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
205
223
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan
Tabel
Bagan
Tabel
Tabel
Tabel
Bagan
Bagan
Bagan
Tabel
Tabel
Bagan
2.1.
2.1.
2.2.
2.2.
2.3.
2.4.
2.3.
2.4.
3.1.
4.1.
4.2.
4.1.
Sekolah sebagai sebuah sistem sosial ..........................................
Hirarki Nilai-nilai Kebangsaan....................................................
Komponen Karakter Baik menurut pandangan Lickona .............
Komponen niilai harapan peran ..................................................
Hubungan hirarkis antara sistem-sistem tindakan .......................
Sistem tindakan umum menurut Parsons ....................................
Kerangka pemikiran internalisasi nilai-nilai kebangsaan ............
Struktur Hubungan Keilmuan Pendidikan Umum, Nilai-nilai
Kebangsaan dan Pendidikan Multikultural ..................................
Komponen-komponen proses analisa data ..................................
Komposisi siswa berdasarkan agama ..........................................
Proses Pelembagaan, Sosialisasi dan Internalisasi.......................
Pembentukan watak menurut pandangan Lickona ......................
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
51
55
94
97
98
106
107
118
122
131
201
DAFTAR GAMBAR
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Judul Gambar
Suasana Bagian depan gedung SMAN 2 Kota Cirebon
Taman sekolah
Suasana Taman sekolah depan ruang tamu
Anggota Dewan Keamanan Memeriksa Kelengkapan Siswa
Guru Piket Memeriksa Kelengkapan Siswa Sebelum Masuk
Perilaku Siswa Sebelum Masuk Sekolah
Pemeriksaan Siswa yang Terlambat Masuk
Salah Satu Hukuman Bagi Siswa yang Melanggar
Salah Satu Hukuman Bagi Siswi yang Melanggar
Kegiatan Upacara dalam Memperingati Hari Kemerdekaan
Kegiatan MOS Kedua bagi Seluruh Siswa Kelas X
Foster-foster Tentang Bahaya Narkoba
Koleksi Piala Penghargaan dari Berbagai Prestasi
Fasilitas ruang kelas
Kegiatan dan Suasana Diskusi di Kelas
Kegiatan Bakti Sosial di Pantiasuhan
Lingkungan Sekolah Bagian Belakang
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hlm
289
289
289
290
290
290
291
291
291
292
292
292
293
293
293
294
295
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Judul Lampiran
Contoh catatan lapangan No. 1: Wawancara
Contoh catatan lapangan No. 2: Wawancara
Contoh catatan lapangan No. 3: Wawancara
Contoh catatan lapangan No. 4: Observasi
Contoh catatan lapangan No. 5: Observasi
Profile SMAN 2 Kota Cirebon
Foto-foto Lokasi Penelitian
Daftar Riwayat Hidup
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hlm
250
253
257
261
265
268
289
296
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia
global diibaratkan
sebagai panggung teater atau panggung
pertunjukkan yang maha besar. Sebuah panggung yang mengilustrasikan
ragam tarian kehidupan dalam bingkai multikultural sebagai realitas yang tak
terbantahkan, sui generis. Realitas ini menunjukkan bahwa dunia penuh warna.
Sekaligus memberi gambaran, bahwa hampir sulit ditemukan dalam sebuah
negara pun di dunia ini yang hanya terdiri dan memiliki satu kultur
(monocultur). Dari 184 negara merdeka di dunia ini disebutkan mempunyai
lebih dari 600 bahasa dan 5000 etnis. Hanya sebagian kecil saja yang
menggunakan bahasa yang sama atau memiliki kesamaan etnis (Kymlicka,
1995, hlm. 1). Dalam dunia yang beragam secara etnis, budaya dan bahasa, di
satu sisi kenyataan
tersebut menunjukkan dunia ini sangat plural-multikultural.
Sedangkan di sisi yang lain realitas tersebut juga berimplikasi terhadap potensi
terjadinya konflik budaya, etnik, dan juga agama. Inilah sebuah tantangan
multikulturalisme.
Potensi konflik demikian semakin terasa ketika kemajuan sains dan
teknologi yang dicapai manusia telah menempatkan dunia sebagai kesatuan
global yang tidak terpisahkan lagi. Desakan budaya dominan negara-negara
maju telah menyebabkan semakin tersisihnya budaya lokal dalam negaranegara berkembang. Inilah era global yang telah menyebabkan setiap negara
bahkan manusia tidak lagi dapat memisahkan dirinya dari pergaulan dan
komunikasi global. Dalam konteks modernitas manusia bukan lagi makhluk
multi dimensi,
tetapi cenderung telah berubah menjadi makhluk satu dimensi
(one dimension man). Artinya manusia terperangkap oleh kemoderenan yang
sama yang ia ciptakan sendiri. Dalam trend masyarakat demikian, paradigma
kehidupan umat manusia pun cenderung bergeser, bahkan berubah. Ikatanikatan primordialisme secara pelan tapi pasti akan terkena erosi paradigma dan
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
dinamika kehidupan yang semakin bergerak ke arah kemoderenan dan
kepentingan global. Manusia semakin terjebak dalam logika positivistik yang
cenderung antropo sentris.
Masyarakat moderen acapkali dipahami sebagai tipologi masyarakat
yang harmonis, dinamis dan demokratis dan sering juga diyakini sebagai media
untuk mewujudkan masyarakat sipil (civil society) atau masyarakat madani.
Tak heran jika identitas dan atribut-atribut kemoderenan
dijadikan
tipe
ideal bagi masyarakat
dunia.
menjadi impian dan
Kehadiran
fasilitas-fasilitas
moderen di kota-kota besar di berbagai negara seperti super mall, dunia
hiburan, fashion dan pelbagai kemudahan mengakses ke berbagai kepentingan
manusia
melalui bantuan
sains
dan
teknologi sering dipahami sebagai
manifestasi keterlibatan masyarakat dunia dalam arena modernisasi. Padahal di
balik
kemoderenan
dan
hiruk-pikuk
dunia
global
ternyata
tersimpan
kegelisahan dan kengerian yang menghantui ummat manusia.
Kompetisi
teknologi canggih
kerusakan
dan
persenjataan
moderen
serta
dampak
lingkungan yang dipertontonkan sejumlah negara maju telah menjadi salah satu
penyebab munculnya berbagai penyesalan terhadap fenomena kemoderenan.
Wajar jika berbagai dampak negatif fenomena kemoderenan tersebut telah
menjadi perhatian dan isu sentral dalam pikiran-pikiran Peter L. Berger (1991,
hlm. 154). Menurutnya realitas masyarakat demikian diilustrasikan sebagai
masyarakat industrial modern yang “terbebaskan dari wilayah agama. Agama
berhenti di pintu masuk pabrik”. Sebuah realitas masyarakat yang telah
kehilangan nilai-nilai luhur tradisional dan terbebaskan dari wilayah supra
natural dan digantikan dengan nilai-nilai kemoderenan masyarakat borjuisperkotaan yang penuh keserakahan.
Tipologi masyarakat dalam konteks
seperti ini telah mengurangi stabilitas dan mengikis struktur sosial dan struktur
nilai yang sebelumnya dipertahankan.
Argumentasi serupa dikemukakan
menyebut
masyarakat
industrial
sebagai
Strinati (2007, hlm. 7-8), yang
“atomisasi”.
Sebuah
tipikal
masyarakat yang kurang memiliki hubungan satu sama lain yang bermakna dan
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
koheren secara moral. Pola hubungan yang bersifat kontraktual, berjarak dan
sporadis dan bukan bersifat komunal dan benar-benar terintegrasi. Bahkan
Giddens (2003, hlm. 25) dengan tegas mengatakan “kita hidup dalam dunia
yang telah rusak secara radikal, yang karenanya diperlukan obat-obat radikal
juga,
diperlukan
terapi-terapi
efektif”.
Realitas
inilah
yang
kemudian
diasumsikan oleh Francis Fukuyama (2002) sebagai “The Great Disruption”
atau “kekacauan besar”. Hipotesis Fukuyama demikian didasarkan kepada
sejumlah
persoalan
krusial yang
mengiringi masyarakat
moderen
pada
sejumlah negara maju seperti terjadi di sebagian besar negara Eropa dan
Jepang. Pergeseran masyarakat secara transisional dari era industri ke era
informasi ditengarai telah melahirkan multi efek terhadap pelbagai hubungan
kemanusiaan.
dan
Berbagai persoalan yang muncul seperti kejahatan, depopulasi
individualisme
disinyalir
telah
melemahkan
ikatan-ikatan
keluarga,
lingkungan dan negara. Lebih jauh Bagi Fukuyama dalam (Supardan, 2015,
hlm. 256)
bahwa persoalan-persoalan krusial tersebut ditengarai sebagai
indikator melemahnya social capital atau modal sosial karena tidak adanya
rasa saling percaya antar etnik, budaya dan agama justru yang ada adalah rasa
saling curiga yang dalam di antara anak bangsa yang ada.
Fenomena
kehilangan
demikian
semakin
kompleks
ketika
masyarakat
nilai-nilai universal sebagai bangsa yang multikultur.
dunia
Realitas
demikian seharusnya menciptakan kesatuan yang terpadu dan menumbuhkan
ikatan harmoni, keselarasan, toleransi dan saling menghormati serta saling
menghargai antar perbedaan. Bukan
sebaliknya, interaksi budaya yang
berjalan sangat cepat tersebut justru menyebabkan gesekan dan konflik kultural
semakin
tidak
terhindarkan.
Dari mulai konflik
budaya internal hingga
munculnya benturan-benturan antar peradaban (The clash of civilization)
sebagaimana yang dikemukakan oleh Huntington. Fenomena tersebut dapat
disaksikan di sejumlah negara di dunia, seperti yang terjadi di Irlandia,
Yugoslavia, Chechnya, India dan Thailand Selatan, Palestina, Suriah, Irak dan
Afganistan. Dalam konteks demikian sangat perlu melahirkan pembentukkan
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
konsep negara moderen yang berwawasan universal. Sebuah tipikal negara
yang menjungjung tinggi nilai-nilai universalitas kemanusiaan yang didasarkan
kepada perbedaan ras, suku, budaya dan agama, baik secara politik, hukum,
ekonomi, sosial maupun budaya (Parekh, 2008, hlm. 246-247).
Argumentasi Parekh di atas juga berimplikasi terhadap terjadinya
perubahan pemahaman nasionalisme yang selama ini sering dipahami secara
sempit.
Nasionalisme atau konsep kebangsaan (nationality) bukan hanya
sebuah konsep yang netral, melainkan mengandung berbagai konsekuensi,
perspektif
dan
kepentingan.
sebagai klaim terhadap
Karenanya
nasionalisme
acapkali dipahami
keunggulan atau superioritas suatu bangsa dan
memandang atau menganggap bangsa lain lebih inferior, lebih rendah, tidak
beradab, primordial dan seterusnya. Klaim seperti inilah yang kemudian
melahirkan dominasi, penjajahan, penindasan dan ekspoitasi yang dilakukan
oleh bangsa yang mengaku dirinya sebagai bangsa moderen yang hebat
terhadap bangsa lain yang lebih rendah derajatnya. Sebagaimana yang telah
dilakukan oleh negara-negara Barat terhadap negara-negara berkembang pada
masa lalu.
Belakangan
pemahaman
nasionalisme
telah
mengalami
pergeseran
seiring berlangsungnya globalisasi. Rupanya cukup menarik untuk dicerna
wacana yang digulirkan Ritzer dan Smart (2012, hlm. 960-962) berikut ini,
bahwa konsepsi nasionalisme sekarang bersifat lebih ekslusif dan partikularis.
Jika di masa lalu nasionalisme merupakan ekspresi perkembangan identifikasi
rakyat dengan negara, yakni menanamkan patriotisme atau jingoistic (cinta
tanah air yang berlebihan).
Sedangkan nasionalisme baru lebih bersifat
xenofobik yaitu tidak menyukai sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
orang asing. Dengan demikian nasionalisme sekarang lebih mengedepankan
ekspresi konflik di dalam negara-bangsa dan bukan konflik di antara negarabangsa. Fokus nasionalisme baru tertuju kepada kelompok minoritas dalam
negara, dan bukan kepada negara-negara lain.
Dalam konteks keindonesian,
kiranya masih sangat cukup relevan jika gagasan Soekarno
(2005, hlm. 3-4)
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
tentang
nasionalisme
yang
didasarkan
kepada
kesatuan
seluruh
rakyat
Indonesia yang memiliki tekad untuk bersatu menjadi satu jiwa, yakni bangsa
Indonesia. Nasionalisme “bukannya jenis (ras), bukannya bahasa, bukannya
agama, bukannya persamaan tubuh, bukan pula batas-batas negeri yang
menjadikan bangsa itu”.
Bagi Ernst Renan dalam (Supardan, 2015, hlm. 258), bahwa inti
nasionalisme adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri atas
komunitas manusia yang saling merasa bersetiakawan dengan satu sama
lainnya. Jika hakikat bangsa adalah real karena didasarkan kepada sejarah atau
dikonstruksi karena kepentingan elit politik, maka ilustrasi yang cukup
menantang dikemukakan Benedict Anderson (1983), bahwa nasionalisme atau
kebangsaan hanya sebagai komunitas imajiner (imagined communities). Bagi
Anderson, bangsa adalah komunitas imajiner yang mampu memberikan narasi
makna bagi individu. Sebuah konstruksi untuk menggambarkan bahwa masingmasing anggota bangsa tidak pernah saling mengenal sebagian besar anggota
bangsanya yang lain. Imajinasi-imajinasi itu muncul lewat deskripsi sejumlah
media, baik elektronik maupun media lainnya. Billig (1995) menawarkan
makna
nasionalisme
sebagai
situasi
konkrit
kehidupan
manusia
yang
digambarkan lewat pesan-pesan media. Baginya pariwisata dan olahraga
dipandang sebagai sarana yang paling efektif untuk mengartikulasikan citracitra bangsa.
Ilustrasi kebangsaan dalam perspektif Anderson di atas cukup relevan
jika dihubungkan dengan konteks Indonesia. Indonesia merupakan negara yang
memiliki wilayah yang luas dan
merupakan miniatur dunia yang memiliki
corak dan karakteristik bangsa multikultur yang paling unik. Keunikan corak
dan karakteristik tersebut karena Indonesia memiliki keragaman secara budaya,
ras, suku, bahasa
dan agama paling kompleks. Variasi dan kompleksitas
realitas masyarakat Indonesia yang demikian, dapat dikategorikan sebagai satusatunya negara yang memiliki tingkat keunikan budaya paling tinggi
dan
paling kaya. Diferensiasi budaya yang demikian, di satu sisi dapat dipandang
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
sebagai potensi penting dan dapat dikembangkan menjadi satu kekuatan
integrasi yang didasarkan kepada kesamaan nilai-nilai kebangsaan yang
integral dan utuh (integrating force). Di sisi lain, fenomena tersebut, juga dapat
berimplikasi menimbulkan konflik yang melahirkan benturan budaya (culture
clash), sehingga seringkali dapat mengancam keutuhan bangsa. Serangkaian
kasus-kasus konflik yang telah terjadi, seperti konflik agama di Ambon dan
Poso dan konflik suku atau etnis di Aceh
dan Pontianak, telah menorehkan
tragedi kemanusiaan yang paling dalam sekaligus menodai integrasi bangsa
(Bertrand, 2004, hlm. 47, 114 dan 161). Karena itu, perlu dilakukan upaya
strategis, terencana
dan berkelanjutan (sustainability) untuk meminimalisir
bahkan mencegah terjadinya kembali benturan-benturan budaya selanjutnya.
Upaya membangun kesadaran warga masyarakat melalui internalisasi
nilai-nilai kebangsaan menjadi tuntutan sekaligus kebutuhan riil yang mesti
dilakukan. Membangun kesadaran kebangsaan demikian merupakan bagian
integral dalam rangka memperkuat identitas seluruh komponen masyarakat
dengan mengedepankan persepsi dan paradigma yang sama. Di sinilah peran
penting eksistensi negara (pemerintah) melakukan langkah-langkah strategis
dan mengemas pelestarian kelangsungan keragaman tersebut dalam bingkai
“piagam suci” atau “kanopi suci” dalam terminologi Berger.
yang menjadi pedoman
Sebuah piagam
di dalam bersikap dan berperilaku bagi anak bangsa
seperti mencintai tanah air, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa,
membangun
kesadaran
kebhinekatunggalikaan
(multikulturalisme),
mengedepankan prinsip-prinsip toleransi dan gotong-royong.
Ilustrasi menarik tentang fenomena perilaku bangsa Indonesia dewasa ini
yang mengindikasikan semakin melemahnya nilai-nilai kebangsaan dapat kita
saksikan bukan hanya benturan-benturan budaya sebagaimana telah dijelaskan
di atas, tetapi juga telah merambah ke dalam pengalaman kehidupan seharihari. Fenomena kekerasan akhir-akhir ini terjadi terus menerus dan dimanamana dalam skala yang makin luas. Sekelompok pelajar atau siswa dengan
melakukan tawuran, kekerasan geng motor, penyalahgunaan narkoba dan lainAsep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
lain. Revolusi teknologi yang ditandai dengan lahirnya masyarakat industrial
komunikasi cellular (hand phone) belakangan ini telah mereduksi nilai-nilai
dasar komunikasi antar teman, saudara, bahkan dalam keluarga. Ikatan-ikatan
keluarga telah berubah menjadi ikatan praktis dan pragmatis serta mekanistik.
Suasana demikian terjadi karena di antara mereka sudah disibukkan dan dibuai
handphone serta Gadget dengan seperangkat program yang memanjakan
didalamnya. Jika diamati lebih dalam,
hubungan kekeluargaan yang dibangun
di atas suasana harmonis, interaktif, santai dan penuh candaria, saat ini sudah
menjadi barang
yang
langka
digantikan dengan suasana yang bersifat
formalistik. Fenomena lain, bahkan muncul sekelompok masyarakat dengan
alasan
mencari
keuntungan
dan
demi
mempertahankan
diri
serta
melangsungkan kehidupannya (survival) rela untuk merugikan orang lain.
Mereka tidak segan-segan
mencampurkan bahan-bahan kimia berbahaya dan
beracun ke dalam makanan dan minuman, sehingga mengancam kelangsungan
kehidupan orang lain; kurangnya saling menghormati hak sesama pengguna
jalan, mengakibatkan jaminan keselamatan orang lain semakin terancam. Tidak
kalah menariknya adalah perilaku korupsi dan money politic, cenderung telah
membudaya di kalangan sejumlah birokrat dan elit politik negeri ini. Hal ini
semakin menambah deretan panjang yang mengindikasikan betapa sakit dan
kronisnya perilaku bangsa ini. Bangsa ini, dalam perspektif penulis, seolaholah sedang
melakukan proses penghancuran diri sendiri (self destroying
nation).
Rapuhnya
nilai-nilai esensial demikian
diilustrasikan
dengan
sangat
menarik oleh Bartal (1976, hlm. 4), sebagai proses melemahnya prosocial
behaviour.
Ia menyatakan bahwa ’...helping, aiding, sharing, donating, or
assisting’ disebut prosocial behaviour, ... to describe behavior which was the
antithesis of aggressive behavior, namely sympathy, altruism, charity and
sharing. Antitesis dari perilaku agresif seperti: simpati, altruisme, kasih
sayang, dan saling berbagi.
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Berkaitan dengan semakin memudarnya nilai-nilai kebangsaan dalam
masyarakat Indonesia yang multikultur, maka sangat perlu dilakukan upayaupaya
praktis,
strategis,
dinamis,
sistematis
dan
berkelanjutan
dalam
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai kebhinekaan bangsa.
Harus diakui, bahwa lembaga yang paling representatif dalam menanamkan
nilai-nilai tersebut adalah lembaga pendidikan atau sekolah. Sekolah diyakini
merupakan lembaga yang tidak pernah dapat tergantikan oleh lembaga atau
institusi
lainnya
di
dalam menanamkan
nilai-nilai luhur
tersebut.
Jalur
pendidikan atau sekolah sampai kapan pun diyakini masih sangat efektif dalam
rangka mentransformasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan
secara utuh. Pendidikan dalam konteks ini, bukan saja berfungsi sebagai
transformasi nilai-nilai fundamental, melainkan juga sebagai agent of change
yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan kontrol dan perubahanperubahan sosial dan budaya. Termasuk melakukan transformasi nilai-nilai
kebangsaan, sehingga
dapat diproyeksikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Eksistensi sekolah dalam perspektif Parsons adalah
suatu sistem sosial atau lembaga yang memiliki sejumlah variabel pola yang
sangat efektif untuk menjembatani peralihan dari orientasi tradisonal ke
orientasi moderen. Variabel-variabel pola tersebut di antaranya adalah pertama
sekolah mengedepankan orientasi kolektif dibanding orientasi diri. Nilai-nilai
kolektif dan kelembagaan di sekolah jauh lebih penting dibandingkan nilainilai individu atau pribadi. Kedua, sekolah mengedepankan aspek-aspek
universalisme. Artinya standar atau pedoman yang diterapkan berlaku untuk
semua orang. Tidak ada perlakuan yang khusus (partikular) bagi individu atau
kelompok tertentu. Ketiga sekolah mengutamakan
prestasi atau kemampuan
yang obyektif bukan berdasarkan keturunan atau status sosial (askriptif)
(Johnson, 1994, hlm. 116-118; Ritzer dan Goodman, 2004, hlm. 134).
SMAN 2 Kota Cirebon merupakan
institusi pendidikan yang menurut
hemat penulis cukup representatif untuk dijadikan unit analisis dalam mencari
format
internalisasi nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat multikultural.
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Alasan ini diperkuat oleh realitas komunitasnya yang merepresentasikan
masyarakat multikultur. Realitas pendidik dan siswanya terdiri dari berbagai
latar belakang budaya yang berbeda. Siswa di sekolah ini tercatat memiliki
siswa yang relatif plural jika dibandingkan dengan sekolah sejenis yang ada di
Kota Cirebon, demikian juga dengan keadaan para pendidiknya. Pluralitas
demikian didasarkan pada budaya, agama, bahasa, suku dan ras. Dari hasil
eksplorasi peneliti di lapangan, banyak dijumpai siswa yang berdasarkan suku
dan bangsa yang berbeda seperti, suku Jawa, Sunda, Bugis, Batak, Aceh,
Minang, China dan Arab.
Indikasi di atas menunjukkan, bahwa masyarakat Kota Cirebon sangat
heterogen atau multikultur. Realitas tersebut juga sekaligus merepresentasikan
miniatur
karakteristik
masyarakat Indonesia yang multikultur.
Karenanya,
dalam konteks masyarakat yang demikian, perlu dikembangkan sebuah model
pendidikan untuk mentransformasikan nilai-nilai kebangsaan yang berbasis
multikultural. Paling tidak corak pendidikan yang demikian bertujuan untuk
pertama, menjaga, mewariskan serta menumbuhkembangkan kesadaran nilainilai kebangsaan atau nasionalisme yang didasarkan kepada cinta tanah air atau
patriotisme
yang
kuat.
Kedua,
menjaga,
mewariskan
serta
menumbuhkembangkan kesadaran nilai-nilai persatuan dan kesatuan atau
kebhinnekatunggalikaan (multikulturalisme) yang didasarkan kepada prinsip
kesatuan
dalam
keberagaman.
Ketiga,
menjaga,
mewariskan
dan
menumbuhkembangkan kesadaran nilai-nilai solidaritas, kesetiakawanan, dan
gotong-royong antar sesama bangsa. Corak pendidikan demikian bukan hanya
mengapresiasi keragaman budaya masyarakat yang multikultur, tetapi juga
mentransformasikan nilai-nilai keragaman tersebut menjadi kesadaran internal
dan karakteristik serta identitas bangsa.
Sejauh
wawancara,
yang
peneliti ketahui di lapangan
bahwa
mengembangkan
SMAN
model
2
pendidikan
Kota
yang
melalui observasi dan
Cirebon
berbasis
belum
sepenuhnya
multikulturalisme.
Pendekatan pendidikan yang dilakukan baru sebatas mengapresiasi keragaman
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
(pluralisme) atau dalam terminologi Parekh sebagai masyarakat multikultural
yang akomodatif. Mengapa demikian?. Sejauh ini masih dihadapkan kepada
sejumlah permasalahan seperti, masih terdapat kendala dan
diproyeksikan ke dalam setiap mata pelajaran.
kesulitan untuk
Alasan demikian didasarkan
kepada, pertama masih terbelenggu oleh muatan-muatan kurikulum yang
bersifat cetak biru (blue print), sehingga implementasi dalam pembelajaran
masih bersifat implisit dan kejar tayang, terutama dalam kelompok mata
pelajaran IPA. Kedua, masih terbatasnya kemampuan para pendidik
mengidentifikasi dan memahami
di dalam
bagaimana mengembangkan model-model
pembelajaran nilai-nilai dan karakter-karakter kebangsaan dalam setiap mata
pelajaran yang diampunya.
Berdasarkan realitas tersebut, maka muncul sejumlah persoalan yang
menarik
untuk
dikaji
lebih
dalam
internalisasi nilai-nilai kebangsaan
tersebut
untuk
adalah,
yang
apakah
model pendidikan
berbasis masyarakat multikultural
didasarkan kepada prinsip-prinsip kecintaan kepada tanah air dan
memperkokoh
persatuan
kebhinnekaan sebagai realitas
dan
kesatuan
yang didasarkan kepada
dari nilai-nilai kemanusiaan yang universal
yang sama-sama diciptakan Tuhan? Kalau demikian, maka sangat perlu strategi
untuk membingkai nilai-nilai universalitas kemanusiaan tersebut didasarkan
atas persaudaraan, kesetaraan dan berkeadilan. Nilai-nilai demikian tentu perlu
diaktualisasikan dalam bentuk kehidupan yang mencerminkan sikap-sikap
solidaritas, empati, toleransi, kepedulian, kesalehan dan kesetiakawanan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga melahirkan internalisasi
nilai-nilai kebangsaan yang utuh. Ataukah semangat tersebut hanya bentuk
implementasi dari kewajiban untuk menyelenggarakan model pendidikan yang
mengapresiasi keragaman saja, tanpa diikuti oleh tujuan pembentukkan sikap
yang berwawasan kebangsaan secara utuh?
Jika demikian, tentu akan
menimbulkan berbagai implikasi yang merugikan karena akan melahirkan
siswa yang kehilangan identitas dan jati diri bangsa. Dalam konteks yang lebih
parah lagi jika pada gilirannya hanya akan melahirkan generasi-generasi yang
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
bangga mengadopsi nilai-nilai baru yang asing (alienation) dan meninggalkan
nilai- nilai asli (local wisdom) bangsanya sendiri.
Pada tataran ini, lagi-lagi dunia pendidikan menghadapi situasi yang
ambivalen. Di satu sisi harus menangkal tudingan, bahwa dunia pendidikan
telah gagal melahirkan outcome yang kritis, kreatif, inovatif dan bermartabat.
Di sisi lain pendidikan juga dipandang sebagai parameter sentral yang masih
dipercaya untuk menjawab dan mencari solusi dari semua kegelisahan di atas.
Institusi pendidikan masih dipercaya mampu melakukan perubahan perilaku
(agent of change) siswanya sedikit demi sedikit secara terprogram dan
berkelanjutan (sustainability),
sehingga melahirkan generasi bangsa yang
professional, kreatif, produktif, inovatif dan bermartabat, sebagaimana banyak
diklaim para pakar pendidikan.
Apalagi pendidikan sering dijadikan sebagai
salah satu parameter keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa
(human development index).
Terminologi pendidikan acap kali direduksi dengan pengajaran. Padahal
pengajaran
itu
merupakan
bagian
dari
pendidikan.
Pendidikan
adalah
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Ki Hadjar Dewantara, 1962, hlm.
20). Sedangkan pengajaran itu bersifat transfer of knowledge atau transfer
pengetahuan yang muaranya adalah membuat anak didik cerdas secara
intelektual.
Hal inilah yang kurang disadari bersama. Sejatinya pendidikan itu
meliputi seluruh dimensi
mendasar dari kebutuhan manusia. Seringkali
pemerintah dan praktisi pendidikan memandang kurikulum sebagai kerangka
acuan yang given yang harus disampaikan apa adanya (sui generis) sebagai
subjek
material.
Karena
itu,
tujuan-tujuan
pendidikan
yang
bersifat
menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan secara utuh dan mendasar
kurang tersentuh.
persyaratan
Guru lebih sering melakukan “kejar tayang” sebagai
formal penyampaian kurikulum secara tuntas.
Jelas,
bahwa
pendidikan bukan semata-mata pengajaran. Pendidikan adalah transfers of
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
knowledge, value and skill. Dengan kata lain
merekonstruksi dan mentransformasi ilmu
pendidikan dimaksudkan
pengetahuan, kecakapan serta
keteladanan kepada siswanya, sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya di
masa depan dan mendapat kebahagiaan, baik lahir maupun batin.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Fenomena di atas mendeskripsikan keresahan dan kegelisahan terhadap
sikap dan perilaku kebangsaan dalam masyarakat Indonesia dalam berbagai
segmen kehidupan akhir-akhir ini. Menurut hemat penulis paparan sejumlah
persoalan di atas dapat dindentifikasikan ke dalam beberapa fenomena seperti,
kurangnya kesadaran kecintaan terhadap tanah air (patriotisme); dan kurangnya
membangun kesadaran dalam memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan
dengan mengedepankan prinsip kebhinnekaan yang diaktualisasikan dalam
sikap-sikap solidaritas, persaudaraan, dan gotong-royong. Dengan demikian
persoalan
dalam penelitian
Mengapa
nilai-nilai
disertasi ini yang sangat mendasar adalah:
kebangsaan bangsa Indonesia akhir-akhir ini
cenderung mengalami degradasi atau penurunan? Oleh karena itu diperlukan
adanya upaya lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk mewujudkan nilainilai
kebangsaan
dalam
masyarakat
multikultural
melalui
pelembagaan,
sosialisasi dan internalisasi. Adapun rumusan masalah yang dikembangkang
menjadi sejumlah pertanyaan fokus penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya sekolah dalam melakukan proses pelembagaan nilainilai kebangsaan di sekolah?.
2. Bagaimana upaya sekolah dalam melakukan proses sosialisasi nilai-nilai
kebangsaan di sekolah?.
3. Bagaimana upaya sekolah dalam melakukan proses internalisasi nilai-nilai
kebangsaan,
baik
melalui mata pelajaran maupun pembudayaan di
sekolah?.
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
4. Bagaimana wujud pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral
(moral feeling) dan tindakan moral (moral action) siswa sebagai dampak
dari proses internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah?.
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian desertasi ini diarahkan untuk memecahkan sejumlah
permasalahan
di atas dengan pendekatan sosiologis,
yaitu mengungkap
berbagai indikator yang menjadi penyebab menurunnya nilai-nilai kebangsaan
yang difokuskan untuk mengeksplorasi secara mendalam:
1. Tentang proses pelembagaan nilai- nilai kebangsaan di sekolah.
2. Tentang proses sosialisasi nilai-nilai kebangsaan yang dilakukan di sekolah.
3. Tentang proses internalisasi nilai-nilai kebangsaan yang dilakukan baik
melalui mata pelajaran, mapun pembudayaan di sekolah.
4. Tentang wujud pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral
feeling) dan tindakan moral (moral action) siswa sebagai dampak dari
proses internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah?.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dalam disertasi ini memiliki konteks pembangunan negara
bangsa (nation state) menuju masyarakat madani (civil society) sangat penting.
Terutama bila nilai-nilai yang mendukung terbentuknya kecintaan terhadap
tanah
air
(patriotisme),
(kebhinnekaan)
dengan
membangun
lebih
integrasi
bangsa
mengedepankan
yang
nilai-nilai
multikultur
solidaritas,
persaudaraan dan gotong-royong diinternalisasikan melalui pendidikan. Paling
tidak hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoretis
maupun praktis bagi dunia pendidikan dalam menginternalisasikan nilai-nilai
kebangsaan kepada siswa, khususnya
pada jenjang SMA. Berkaitan dengan
dengan hal tersebut secara rinci penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Secara khusus dapat memberikan deskripsi obyektif tentang internalisasi
nilai-nilai
kebangsaan
dalam
masyarakat
multikultural
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di
Sekolah
14
Menengah Atas Negeri 2 Kota Cirebon, sekaligus menjadi rujukan bagi
praktisi
pendidikan
di lingkungan
sekolah
dalam melakukan
proses
internalisasi nilai-nilai kebangsaan kepada siswa.
2. Secara teoretis,
mengungkap
penelitian ini bertujuan memberikan kontribusi dalam
dan mengembangkan khasanah keilmuan, terutama dalam
menemukan model alternatif hipotetik internalisasi nilai-nilai kebangsaan
dalam pendidikan yang berbasis multikultural, khususnya dalam lingkup
sekolah.
3. Memberikan
kontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan sebagai
lembaga yang sangat strategis dalam melakukan proses internalisasi nilainilai kebangsaan.
4. Sebagai bahan masukan bagi para penentu kebijakan, khususnya dalam
merumuskan program-program dalam upaya membangun karakter bangsa
yang bermartabat, beradab, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
5. Untuk menumbuhkembangkan motivasi keilmuan, terutama dalam bentuk
penelitian
di kalangan insan akademis, sehingga penelitian awal ini dapat
membuka
cakrawala
dalam
melakukan
penelitian-penelitian
untuk
mengembangkan model internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah yang
berbasis multikultural, khususnya bagi yang memiliki tifikal yang sama
dengan konteks masyarakat multikultural seperti Kota Cirebon.
D. Sistematika Penulisan
Bab I berisi tentang pendahuluan yang menguraikan latar belakang
masalah,
identifikasi dan
rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab
II
kebangsaan
mengupas
dalam
tentang
masyarakat
meretas
konsep
multikultural.
internalisasi nilai-nilai
Diskusi
diawali
dengan
menguraikan konsep masyarakat multikultural, masyarakat multikultural dalam
konteks
indonesia,
nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat multikultural,
landasan teori nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat multikultural, relavansi
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
dengan hasil kajian penelitian terdahulu: sebuah diskursus singkat, dan
kerangka pemikiran: struktur hubungan antara pendidikan umum, nilai-nilai
kebangsaan, pendidikan multikultural dan masyarakat multikultural.
Bab
DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
(Studi Kasus di SMAN 2 Kota Cirebon)
DISERTASI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk
memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Umum
Konsentrasi Sosiologi Pendidikan
Oleh:
Asep Mulyana
NIM: 0908650
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
i
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Internalisasi Nilainilai Kebangsaan dalam Masyarakat Multikultural (Studi Kasus di SMAN 2 Kota
Cirebon)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
di
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.
Cirebon, ….. Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Asep Mulyana
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASEP MULYANA
NIM.0908650
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN
DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
(Studi Kasus di SMAN 2 Kota Cirebon)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI
Promotor
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M. Si.
NIP. 196203161988031005
Kopromotor
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd.
NIP. 195704081984031003
Anggota
Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, M.A.
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Umum,
Dr. Kama Abdul Hakam, M.Pd.
NIP. 195512151980021001
iii
ABSTRAK
ASEP
MULYANA: Internalisasi Nilai-nilai Kebangsaan Dalam Masyarakat
Multikultural (Studi Kasus di SMAN 2 Kota Cirebon)
Penelitian ini bertujuan menemukan model internalisasi nilai-nilai kebangsaan
dalam masyarakat multikultural di sekolah, baik melalui proses pelembagaan,
sosialisasi maupun internalisasi. Proses-proses tersebut diharapkan berimplikasi
terhadap pembentukan pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral
(moral feeling) dan tindakan moral (moral action) keseharian para siswa. Model
internalisasi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi strategis dalam
mengantisipasi fenomena masyarakat Indonesia (multikultur) yang semakin
mengalami pergeseran nilai-nilai kebangsaan, baik disebabkan konflik
kepentingan, maupun kepedulian sebagai sesama bangsa. Hal tersebut ditandai
dengan menipisnya nilai-nilai kecintaan terhadap tanah air, memudarnya rasa
persatuan dan kebhinnekatunggalikaan (multikulturalisme), toleransi, dan gotongroyong antar sesama bangsa. Penelitian ini mengambil latar atau setting di
SMAN 2 Kota Cirebon sebagai sekolah yang memiliki karakteristik multikultural.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam
(dept interview) dan analisis dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa
model internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah, pertama lewat pelembagaan
yaitu dengan memasukkan program nilai-nilai kebangsaan ke dalam visi dan misi,
kurikulum sekolah, silabus, RPP dan program intra dan ekstra kurikuler serta
aturan-aturan sekolah. Kedua, lewat sosialisasi yaitu dengan mengkomunikasikan
dan melibatkan para stake holder antara lain, Komite Sekolah, Kepolisian, TNI
(Tentara Nasional Indonesia), Dinas Pendidikan, Kesehatan, Perbankan, PMI
(Palang Merah Indonesia), dan BNN (Badan Narkotika Nasional). Ketiga, melalui
pembudayaan nilai-nilai kebangsaan dalam proses pembelajaran di kelas, dalam
lingkungan sekolah dan dalam keterlibatan pada kegiatan intra dan ekstra
kurikuler. Terbukti dengan melalui tahapan-tahapan tersebut dan dilakukan secara
terencana, terukur dan berkelanjutan,
SMAN 2 Kota Cirebon dapat
menginternalisasikan nilai-nilai kebangsaan dalam tindakan para siswa seharihari, seperti bangga dengan segala bentuk yang dimiliki dan dihasilkan Indonesia,
cinta almamater, disiplin, mentaati aturan, mengejar prestasi, senang bergaul,
berkomunikasi dan saling tolong-menolong dengan yang berbeda budaya, etnik
dan agama, menolak dan mengecam perilaku koruptif, dan segala bentuk
terorisme, serta gerakan sparatisme primordialisme. Keputusan-keputusan moral
para siswa tersebut merupakan kristalisasi yang integral antara pengetahuan
moral, perasaan moral serta tindakan moral.
Kata-kata kunci: internalisasi, nilai-nilai kebangsaan dan multikulturalisme.
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
ASEP MULYANA: The Internalization of National Values in Multicultural
Communities (A Case Study of SMAN1 2 Kota Cirebon)
The research aims to find a model of national values internalization in
multicultural schools, either through institutional, extension, or internalization
processes. The processes are expected to impact on the formation of moral
knowing, moral feeling, and moral action of students in their daily life. In
addition, the resulted internalization model is expected to be a strategic solution in
the anticipation of the increasingly shifting national values among Indonesian
multicultural societies, either caused by conflict of interest or the lack of social
awarenessamong the people. The phenomenon is marked by the diminishing
values of patriotism and the fading sense of belonging and unity in diversity
(multiculturalism), tolerance, and mutual aid among the people. The research took
place at SMAN 2 Kota Cirebon as a school with multicultural characteristics. It
adopted a qualitative approach with a case study method. Data for this research
were collected through observation, in-depth interview, and documentary analysis.
The research results demonstrate that the model of internalization of national
values in schools is implemented: First, through institutionalization, namely by
including programs of national values into the school’s vision, missions,
curriculum, syllabus, lesson plans, intra- as well as extracurricular activities, and
regulations. Second, through extension programs, by communicating with and
involving the stakeholders, among others, the School Committee, the Police, the
Indonesian National Armed Forces, Department of Education, Department of
Health, Banks, Indonesian Red Cross Society, and National Narcotics Agency.
Third, through the cultivation of national values into classroom teaching and
learning process, the school environment, and students’participation in intra- and
extracurricular activities. It has been proven that through well-planned, wellmeasured, and continuous implementation of the model, SMAN 2 Kota Cirebon
can successfully instill the national values in students’ daily behaviors, such as
observed in their pride with any product possessed and produced by Indonesia;
love for their school; discipline in obeying the rules; enthusiasm to achieve; love
for socialization and communication; willingness to help each other regardless of
cultural, ethnic, and religious backgrounds; and rejection and condemnation of
corruptive behavior and any form of terrorism as well as separatism and
primordialism. These students’ moral stances are the crystallization of their moral
knowing, moral feeling, and moral action.
Keywords: Internalization, National Values and Multiculturalism
1
Sekolah Menengah Atas Negeri, equivalent to State Senior High School
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
PERNYATAAN................................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH ..............................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR BAGAN dan TABEL .......................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ...............................................................
B. Identifikasi dan Rumusan masalah...............................................
C. Tujuan Penelitian..........................................................................
D. Kegunaan Penelitian.....................................................................
E. Sistematika Penulisan...................................................................
BAB II MERETAS KONSEP INTERNALISASI NILAI-NILAI
KEBANGSAAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
A. Konsep Masyarakat Multikultural................................................
1. Pengetian multikulturalisme...................................................
2. Bentuk-bentuk masyarakat multikultural ...............................
3. Implementasi model multikulturalisme di beberapa negara. .
B. Masyarakat Multikultural dalam Konteks Indonesia ...................
1. Indonesia sebagai negara multikultural..................................
2. Urgensi pendidikan multikultural di Indonesia......................
C. Nilai-nilai Kebangsaan dalam Masyarakat Multikultural ............
1. Pengertian nilai.......................................................................
2. Jenis-jenis nilai dan hiraki nilai..............................................
3. Hubungan nilai dengan pendidikan........................................
4. Nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat multikultural........
a. Perkembangan
pengertian
dan
pemahaman
nasionalisme .....................................................................
b. Memahami kembali nasionalisme Indonesia ...................
c. Bentuk-bentuk nasionalisme ............................................
5. Keterkaitan antara pendidikan umum dengan nilai- nilai
kebangsaan.............................................................................
6. Posisi pendidikan multikultural dalam bingkai
pendidikan umum...................................................................
D. Landasan Teori Internalisasi Nilai-nilai Kebangsaan dalam
Masyarakat Multikultural.............................................................
1. Pengertian internalisasi ..........................................................
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
xi
xii
xiii
1
11
12
12
13
15
15
22
23
26
26
30
39
39
45
48
58
58
63
68
78
83
85
85
2. Teori variabel pola.................................................................
90
E. Relevansi dengan Hasil Kajian Penelitian Terdahulu: Sebuah
Diskursus Singkat ........................................................................
99
F. Kerangka Pemikiran: Hubungan antara Pendidikan Umum,
Nilai-nilai
Kebangsaan,
Pendidikan
Multikultural
dan
Masyarakat Multikultural............................................................. 105
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ..............................................
1. Pendekatan penelitian.............................................................
2. Metode penelitian...................................................................
B. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian..........................................
1. Lokasi penelitian ....................................................................
2. Waktu dan subyek penelitian .................................................
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ..................................
1. Instrumen penelitian...............................................................
2. Teknik pengumpulan data .....................................................
D. Uji Validitas Data ........................................................................
1. Memperpanjang waktu penelitian ..........................................
2. Triangulasi..............................................................................
3. Peer Debriefing dan Member-check .....................................
108
108
109
110
110
111
111
111
112
115
115
115
116
E. Teknik Analisa Data ....................................................................
1. Reduksi data ..........................................................................
2. Penyajian data .......................................................................
3. Verifikasi data .......................................................................
116
116
117
117
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian ..............................................................
1. Setting SMAN 2 Kota Cirebon...............................................
2. Deskripsi Hasil Observasi.......................................................
3. Deskripsi Pelembagaan, Sosialisasi, dan Internalisasi NilaiNilai Kebangsaan di Sekolah..................................................
a. Pelembagaan nilai-nilai kebangsaan .................................
b. Sosialisasi nilai-nilai kebangsaan......................................
c. Internalisasi nilai-nilai kebangsaan ...................................
1) Internalisasi dalam beberapa mata pelajaran
tertentu (PKn, Sejarah dan Sosiologi ......................
2) Internalisasi ke dalam intra dan ekstrakurikuler .......
3) Internalisasi di lingkungan Sekolah ..........................
4. Implikasi Internalisasi Nilai-nilai Kebangsaan terhadap
Pengetahuan, Perasaan dan Tindakan Moral Siswa...............
B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................
1. Pelembagaan nilai-nilai kebangsaan di sekolah.....................
2. Sosialisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah .........................
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
118
118
122
130
139
153
157
159
175
176
183
191
191
201
3. Internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah .......................
4. Implikasi internalisasi nilai-nilai kebangsaan terhadap
pengetahuan, perasaan dan tindakan moral siswa...................
BAB V SIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
A. Simpulan.......................................................................................
1. Simpulan umum .......................................................................
2. Simpulan khusus ......................................................................
B. Rekomendasi ................................................................................
C. Implikasi.......................................................................................
229
229
230
233
234
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................
236
249
294
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
205
223
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan
Tabel
Bagan
Tabel
Tabel
Tabel
Bagan
Bagan
Bagan
Tabel
Tabel
Bagan
2.1.
2.1.
2.2.
2.2.
2.3.
2.4.
2.3.
2.4.
3.1.
4.1.
4.2.
4.1.
Sekolah sebagai sebuah sistem sosial ..........................................
Hirarki Nilai-nilai Kebangsaan....................................................
Komponen Karakter Baik menurut pandangan Lickona .............
Komponen niilai harapan peran ..................................................
Hubungan hirarkis antara sistem-sistem tindakan .......................
Sistem tindakan umum menurut Parsons ....................................
Kerangka pemikiran internalisasi nilai-nilai kebangsaan ............
Struktur Hubungan Keilmuan Pendidikan Umum, Nilai-nilai
Kebangsaan dan Pendidikan Multikultural ..................................
Komponen-komponen proses analisa data ..................................
Komposisi siswa berdasarkan agama ..........................................
Proses Pelembagaan, Sosialisasi dan Internalisasi.......................
Pembentukan watak menurut pandangan Lickona ......................
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
51
55
94
97
98
106
107
118
122
131
201
DAFTAR GAMBAR
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Judul Gambar
Suasana Bagian depan gedung SMAN 2 Kota Cirebon
Taman sekolah
Suasana Taman sekolah depan ruang tamu
Anggota Dewan Keamanan Memeriksa Kelengkapan Siswa
Guru Piket Memeriksa Kelengkapan Siswa Sebelum Masuk
Perilaku Siswa Sebelum Masuk Sekolah
Pemeriksaan Siswa yang Terlambat Masuk
Salah Satu Hukuman Bagi Siswa yang Melanggar
Salah Satu Hukuman Bagi Siswi yang Melanggar
Kegiatan Upacara dalam Memperingati Hari Kemerdekaan
Kegiatan MOS Kedua bagi Seluruh Siswa Kelas X
Foster-foster Tentang Bahaya Narkoba
Koleksi Piala Penghargaan dari Berbagai Prestasi
Fasilitas ruang kelas
Kegiatan dan Suasana Diskusi di Kelas
Kegiatan Bakti Sosial di Pantiasuhan
Lingkungan Sekolah Bagian Belakang
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hlm
289
289
289
290
290
290
291
291
291
292
292
292
293
293
293
294
295
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Judul Lampiran
Contoh catatan lapangan No. 1: Wawancara
Contoh catatan lapangan No. 2: Wawancara
Contoh catatan lapangan No. 3: Wawancara
Contoh catatan lapangan No. 4: Observasi
Contoh catatan lapangan No. 5: Observasi
Profile SMAN 2 Kota Cirebon
Foto-foto Lokasi Penelitian
Daftar Riwayat Hidup
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hlm
250
253
257
261
265
268
289
296
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia
global diibaratkan
sebagai panggung teater atau panggung
pertunjukkan yang maha besar. Sebuah panggung yang mengilustrasikan
ragam tarian kehidupan dalam bingkai multikultural sebagai realitas yang tak
terbantahkan, sui generis. Realitas ini menunjukkan bahwa dunia penuh warna.
Sekaligus memberi gambaran, bahwa hampir sulit ditemukan dalam sebuah
negara pun di dunia ini yang hanya terdiri dan memiliki satu kultur
(monocultur). Dari 184 negara merdeka di dunia ini disebutkan mempunyai
lebih dari 600 bahasa dan 5000 etnis. Hanya sebagian kecil saja yang
menggunakan bahasa yang sama atau memiliki kesamaan etnis (Kymlicka,
1995, hlm. 1). Dalam dunia yang beragam secara etnis, budaya dan bahasa, di
satu sisi kenyataan
tersebut menunjukkan dunia ini sangat plural-multikultural.
Sedangkan di sisi yang lain realitas tersebut juga berimplikasi terhadap potensi
terjadinya konflik budaya, etnik, dan juga agama. Inilah sebuah tantangan
multikulturalisme.
Potensi konflik demikian semakin terasa ketika kemajuan sains dan
teknologi yang dicapai manusia telah menempatkan dunia sebagai kesatuan
global yang tidak terpisahkan lagi. Desakan budaya dominan negara-negara
maju telah menyebabkan semakin tersisihnya budaya lokal dalam negaranegara berkembang. Inilah era global yang telah menyebabkan setiap negara
bahkan manusia tidak lagi dapat memisahkan dirinya dari pergaulan dan
komunikasi global. Dalam konteks modernitas manusia bukan lagi makhluk
multi dimensi,
tetapi cenderung telah berubah menjadi makhluk satu dimensi
(one dimension man). Artinya manusia terperangkap oleh kemoderenan yang
sama yang ia ciptakan sendiri. Dalam trend masyarakat demikian, paradigma
kehidupan umat manusia pun cenderung bergeser, bahkan berubah. Ikatanikatan primordialisme secara pelan tapi pasti akan terkena erosi paradigma dan
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
dinamika kehidupan yang semakin bergerak ke arah kemoderenan dan
kepentingan global. Manusia semakin terjebak dalam logika positivistik yang
cenderung antropo sentris.
Masyarakat moderen acapkali dipahami sebagai tipologi masyarakat
yang harmonis, dinamis dan demokratis dan sering juga diyakini sebagai media
untuk mewujudkan masyarakat sipil (civil society) atau masyarakat madani.
Tak heran jika identitas dan atribut-atribut kemoderenan
dijadikan
tipe
ideal bagi masyarakat
dunia.
menjadi impian dan
Kehadiran
fasilitas-fasilitas
moderen di kota-kota besar di berbagai negara seperti super mall, dunia
hiburan, fashion dan pelbagai kemudahan mengakses ke berbagai kepentingan
manusia
melalui bantuan
sains
dan
teknologi sering dipahami sebagai
manifestasi keterlibatan masyarakat dunia dalam arena modernisasi. Padahal di
balik
kemoderenan
dan
hiruk-pikuk
dunia
global
ternyata
tersimpan
kegelisahan dan kengerian yang menghantui ummat manusia.
Kompetisi
teknologi canggih
kerusakan
dan
persenjataan
moderen
serta
dampak
lingkungan yang dipertontonkan sejumlah negara maju telah menjadi salah satu
penyebab munculnya berbagai penyesalan terhadap fenomena kemoderenan.
Wajar jika berbagai dampak negatif fenomena kemoderenan tersebut telah
menjadi perhatian dan isu sentral dalam pikiran-pikiran Peter L. Berger (1991,
hlm. 154). Menurutnya realitas masyarakat demikian diilustrasikan sebagai
masyarakat industrial modern yang “terbebaskan dari wilayah agama. Agama
berhenti di pintu masuk pabrik”. Sebuah realitas masyarakat yang telah
kehilangan nilai-nilai luhur tradisional dan terbebaskan dari wilayah supra
natural dan digantikan dengan nilai-nilai kemoderenan masyarakat borjuisperkotaan yang penuh keserakahan.
Tipologi masyarakat dalam konteks
seperti ini telah mengurangi stabilitas dan mengikis struktur sosial dan struktur
nilai yang sebelumnya dipertahankan.
Argumentasi serupa dikemukakan
menyebut
masyarakat
industrial
sebagai
Strinati (2007, hlm. 7-8), yang
“atomisasi”.
Sebuah
tipikal
masyarakat yang kurang memiliki hubungan satu sama lain yang bermakna dan
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
koheren secara moral. Pola hubungan yang bersifat kontraktual, berjarak dan
sporadis dan bukan bersifat komunal dan benar-benar terintegrasi. Bahkan
Giddens (2003, hlm. 25) dengan tegas mengatakan “kita hidup dalam dunia
yang telah rusak secara radikal, yang karenanya diperlukan obat-obat radikal
juga,
diperlukan
terapi-terapi
efektif”.
Realitas
inilah
yang
kemudian
diasumsikan oleh Francis Fukuyama (2002) sebagai “The Great Disruption”
atau “kekacauan besar”. Hipotesis Fukuyama demikian didasarkan kepada
sejumlah
persoalan
krusial yang
mengiringi masyarakat
moderen
pada
sejumlah negara maju seperti terjadi di sebagian besar negara Eropa dan
Jepang. Pergeseran masyarakat secara transisional dari era industri ke era
informasi ditengarai telah melahirkan multi efek terhadap pelbagai hubungan
kemanusiaan.
dan
Berbagai persoalan yang muncul seperti kejahatan, depopulasi
individualisme
disinyalir
telah
melemahkan
ikatan-ikatan
keluarga,
lingkungan dan negara. Lebih jauh Bagi Fukuyama dalam (Supardan, 2015,
hlm. 256)
bahwa persoalan-persoalan krusial tersebut ditengarai sebagai
indikator melemahnya social capital atau modal sosial karena tidak adanya
rasa saling percaya antar etnik, budaya dan agama justru yang ada adalah rasa
saling curiga yang dalam di antara anak bangsa yang ada.
Fenomena
kehilangan
demikian
semakin
kompleks
ketika
masyarakat
nilai-nilai universal sebagai bangsa yang multikultur.
dunia
Realitas
demikian seharusnya menciptakan kesatuan yang terpadu dan menumbuhkan
ikatan harmoni, keselarasan, toleransi dan saling menghormati serta saling
menghargai antar perbedaan. Bukan
sebaliknya, interaksi budaya yang
berjalan sangat cepat tersebut justru menyebabkan gesekan dan konflik kultural
semakin
tidak
terhindarkan.
Dari mulai konflik
budaya internal hingga
munculnya benturan-benturan antar peradaban (The clash of civilization)
sebagaimana yang dikemukakan oleh Huntington. Fenomena tersebut dapat
disaksikan di sejumlah negara di dunia, seperti yang terjadi di Irlandia,
Yugoslavia, Chechnya, India dan Thailand Selatan, Palestina, Suriah, Irak dan
Afganistan. Dalam konteks demikian sangat perlu melahirkan pembentukkan
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
konsep negara moderen yang berwawasan universal. Sebuah tipikal negara
yang menjungjung tinggi nilai-nilai universalitas kemanusiaan yang didasarkan
kepada perbedaan ras, suku, budaya dan agama, baik secara politik, hukum,
ekonomi, sosial maupun budaya (Parekh, 2008, hlm. 246-247).
Argumentasi Parekh di atas juga berimplikasi terhadap terjadinya
perubahan pemahaman nasionalisme yang selama ini sering dipahami secara
sempit.
Nasionalisme atau konsep kebangsaan (nationality) bukan hanya
sebuah konsep yang netral, melainkan mengandung berbagai konsekuensi,
perspektif
dan
kepentingan.
sebagai klaim terhadap
Karenanya
nasionalisme
acapkali dipahami
keunggulan atau superioritas suatu bangsa dan
memandang atau menganggap bangsa lain lebih inferior, lebih rendah, tidak
beradab, primordial dan seterusnya. Klaim seperti inilah yang kemudian
melahirkan dominasi, penjajahan, penindasan dan ekspoitasi yang dilakukan
oleh bangsa yang mengaku dirinya sebagai bangsa moderen yang hebat
terhadap bangsa lain yang lebih rendah derajatnya. Sebagaimana yang telah
dilakukan oleh negara-negara Barat terhadap negara-negara berkembang pada
masa lalu.
Belakangan
pemahaman
nasionalisme
telah
mengalami
pergeseran
seiring berlangsungnya globalisasi. Rupanya cukup menarik untuk dicerna
wacana yang digulirkan Ritzer dan Smart (2012, hlm. 960-962) berikut ini,
bahwa konsepsi nasionalisme sekarang bersifat lebih ekslusif dan partikularis.
Jika di masa lalu nasionalisme merupakan ekspresi perkembangan identifikasi
rakyat dengan negara, yakni menanamkan patriotisme atau jingoistic (cinta
tanah air yang berlebihan).
Sedangkan nasionalisme baru lebih bersifat
xenofobik yaitu tidak menyukai sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
orang asing. Dengan demikian nasionalisme sekarang lebih mengedepankan
ekspresi konflik di dalam negara-bangsa dan bukan konflik di antara negarabangsa. Fokus nasionalisme baru tertuju kepada kelompok minoritas dalam
negara, dan bukan kepada negara-negara lain.
Dalam konteks keindonesian,
kiranya masih sangat cukup relevan jika gagasan Soekarno
(2005, hlm. 3-4)
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
tentang
nasionalisme
yang
didasarkan
kepada
kesatuan
seluruh
rakyat
Indonesia yang memiliki tekad untuk bersatu menjadi satu jiwa, yakni bangsa
Indonesia. Nasionalisme “bukannya jenis (ras), bukannya bahasa, bukannya
agama, bukannya persamaan tubuh, bukan pula batas-batas negeri yang
menjadikan bangsa itu”.
Bagi Ernst Renan dalam (Supardan, 2015, hlm. 258), bahwa inti
nasionalisme adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri atas
komunitas manusia yang saling merasa bersetiakawan dengan satu sama
lainnya. Jika hakikat bangsa adalah real karena didasarkan kepada sejarah atau
dikonstruksi karena kepentingan elit politik, maka ilustrasi yang cukup
menantang dikemukakan Benedict Anderson (1983), bahwa nasionalisme atau
kebangsaan hanya sebagai komunitas imajiner (imagined communities). Bagi
Anderson, bangsa adalah komunitas imajiner yang mampu memberikan narasi
makna bagi individu. Sebuah konstruksi untuk menggambarkan bahwa masingmasing anggota bangsa tidak pernah saling mengenal sebagian besar anggota
bangsanya yang lain. Imajinasi-imajinasi itu muncul lewat deskripsi sejumlah
media, baik elektronik maupun media lainnya. Billig (1995) menawarkan
makna
nasionalisme
sebagai
situasi
konkrit
kehidupan
manusia
yang
digambarkan lewat pesan-pesan media. Baginya pariwisata dan olahraga
dipandang sebagai sarana yang paling efektif untuk mengartikulasikan citracitra bangsa.
Ilustrasi kebangsaan dalam perspektif Anderson di atas cukup relevan
jika dihubungkan dengan konteks Indonesia. Indonesia merupakan negara yang
memiliki wilayah yang luas dan
merupakan miniatur dunia yang memiliki
corak dan karakteristik bangsa multikultur yang paling unik. Keunikan corak
dan karakteristik tersebut karena Indonesia memiliki keragaman secara budaya,
ras, suku, bahasa
dan agama paling kompleks. Variasi dan kompleksitas
realitas masyarakat Indonesia yang demikian, dapat dikategorikan sebagai satusatunya negara yang memiliki tingkat keunikan budaya paling tinggi
dan
paling kaya. Diferensiasi budaya yang demikian, di satu sisi dapat dipandang
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
sebagai potensi penting dan dapat dikembangkan menjadi satu kekuatan
integrasi yang didasarkan kepada kesamaan nilai-nilai kebangsaan yang
integral dan utuh (integrating force). Di sisi lain, fenomena tersebut, juga dapat
berimplikasi menimbulkan konflik yang melahirkan benturan budaya (culture
clash), sehingga seringkali dapat mengancam keutuhan bangsa. Serangkaian
kasus-kasus konflik yang telah terjadi, seperti konflik agama di Ambon dan
Poso dan konflik suku atau etnis di Aceh
dan Pontianak, telah menorehkan
tragedi kemanusiaan yang paling dalam sekaligus menodai integrasi bangsa
(Bertrand, 2004, hlm. 47, 114 dan 161). Karena itu, perlu dilakukan upaya
strategis, terencana
dan berkelanjutan (sustainability) untuk meminimalisir
bahkan mencegah terjadinya kembali benturan-benturan budaya selanjutnya.
Upaya membangun kesadaran warga masyarakat melalui internalisasi
nilai-nilai kebangsaan menjadi tuntutan sekaligus kebutuhan riil yang mesti
dilakukan. Membangun kesadaran kebangsaan demikian merupakan bagian
integral dalam rangka memperkuat identitas seluruh komponen masyarakat
dengan mengedepankan persepsi dan paradigma yang sama. Di sinilah peran
penting eksistensi negara (pemerintah) melakukan langkah-langkah strategis
dan mengemas pelestarian kelangsungan keragaman tersebut dalam bingkai
“piagam suci” atau “kanopi suci” dalam terminologi Berger.
yang menjadi pedoman
Sebuah piagam
di dalam bersikap dan berperilaku bagi anak bangsa
seperti mencintai tanah air, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa,
membangun
kesadaran
kebhinekatunggalikaan
(multikulturalisme),
mengedepankan prinsip-prinsip toleransi dan gotong-royong.
Ilustrasi menarik tentang fenomena perilaku bangsa Indonesia dewasa ini
yang mengindikasikan semakin melemahnya nilai-nilai kebangsaan dapat kita
saksikan bukan hanya benturan-benturan budaya sebagaimana telah dijelaskan
di atas, tetapi juga telah merambah ke dalam pengalaman kehidupan seharihari. Fenomena kekerasan akhir-akhir ini terjadi terus menerus dan dimanamana dalam skala yang makin luas. Sekelompok pelajar atau siswa dengan
melakukan tawuran, kekerasan geng motor, penyalahgunaan narkoba dan lainAsep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
lain. Revolusi teknologi yang ditandai dengan lahirnya masyarakat industrial
komunikasi cellular (hand phone) belakangan ini telah mereduksi nilai-nilai
dasar komunikasi antar teman, saudara, bahkan dalam keluarga. Ikatan-ikatan
keluarga telah berubah menjadi ikatan praktis dan pragmatis serta mekanistik.
Suasana demikian terjadi karena di antara mereka sudah disibukkan dan dibuai
handphone serta Gadget dengan seperangkat program yang memanjakan
didalamnya. Jika diamati lebih dalam,
hubungan kekeluargaan yang dibangun
di atas suasana harmonis, interaktif, santai dan penuh candaria, saat ini sudah
menjadi barang
yang
langka
digantikan dengan suasana yang bersifat
formalistik. Fenomena lain, bahkan muncul sekelompok masyarakat dengan
alasan
mencari
keuntungan
dan
demi
mempertahankan
diri
serta
melangsungkan kehidupannya (survival) rela untuk merugikan orang lain.
Mereka tidak segan-segan
mencampurkan bahan-bahan kimia berbahaya dan
beracun ke dalam makanan dan minuman, sehingga mengancam kelangsungan
kehidupan orang lain; kurangnya saling menghormati hak sesama pengguna
jalan, mengakibatkan jaminan keselamatan orang lain semakin terancam. Tidak
kalah menariknya adalah perilaku korupsi dan money politic, cenderung telah
membudaya di kalangan sejumlah birokrat dan elit politik negeri ini. Hal ini
semakin menambah deretan panjang yang mengindikasikan betapa sakit dan
kronisnya perilaku bangsa ini. Bangsa ini, dalam perspektif penulis, seolaholah sedang
melakukan proses penghancuran diri sendiri (self destroying
nation).
Rapuhnya
nilai-nilai esensial demikian
diilustrasikan
dengan
sangat
menarik oleh Bartal (1976, hlm. 4), sebagai proses melemahnya prosocial
behaviour.
Ia menyatakan bahwa ’...helping, aiding, sharing, donating, or
assisting’ disebut prosocial behaviour, ... to describe behavior which was the
antithesis of aggressive behavior, namely sympathy, altruism, charity and
sharing. Antitesis dari perilaku agresif seperti: simpati, altruisme, kasih
sayang, dan saling berbagi.
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Berkaitan dengan semakin memudarnya nilai-nilai kebangsaan dalam
masyarakat Indonesia yang multikultur, maka sangat perlu dilakukan upayaupaya
praktis,
strategis,
dinamis,
sistematis
dan
berkelanjutan
dalam
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai kebhinekaan bangsa.
Harus diakui, bahwa lembaga yang paling representatif dalam menanamkan
nilai-nilai tersebut adalah lembaga pendidikan atau sekolah. Sekolah diyakini
merupakan lembaga yang tidak pernah dapat tergantikan oleh lembaga atau
institusi
lainnya
di
dalam menanamkan
nilai-nilai luhur
tersebut.
Jalur
pendidikan atau sekolah sampai kapan pun diyakini masih sangat efektif dalam
rangka mentransformasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan
secara utuh. Pendidikan dalam konteks ini, bukan saja berfungsi sebagai
transformasi nilai-nilai fundamental, melainkan juga sebagai agent of change
yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan kontrol dan perubahanperubahan sosial dan budaya. Termasuk melakukan transformasi nilai-nilai
kebangsaan, sehingga
dapat diproyeksikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Eksistensi sekolah dalam perspektif Parsons adalah
suatu sistem sosial atau lembaga yang memiliki sejumlah variabel pola yang
sangat efektif untuk menjembatani peralihan dari orientasi tradisonal ke
orientasi moderen. Variabel-variabel pola tersebut di antaranya adalah pertama
sekolah mengedepankan orientasi kolektif dibanding orientasi diri. Nilai-nilai
kolektif dan kelembagaan di sekolah jauh lebih penting dibandingkan nilainilai individu atau pribadi. Kedua, sekolah mengedepankan aspek-aspek
universalisme. Artinya standar atau pedoman yang diterapkan berlaku untuk
semua orang. Tidak ada perlakuan yang khusus (partikular) bagi individu atau
kelompok tertentu. Ketiga sekolah mengutamakan
prestasi atau kemampuan
yang obyektif bukan berdasarkan keturunan atau status sosial (askriptif)
(Johnson, 1994, hlm. 116-118; Ritzer dan Goodman, 2004, hlm. 134).
SMAN 2 Kota Cirebon merupakan
institusi pendidikan yang menurut
hemat penulis cukup representatif untuk dijadikan unit analisis dalam mencari
format
internalisasi nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat multikultural.
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Alasan ini diperkuat oleh realitas komunitasnya yang merepresentasikan
masyarakat multikultur. Realitas pendidik dan siswanya terdiri dari berbagai
latar belakang budaya yang berbeda. Siswa di sekolah ini tercatat memiliki
siswa yang relatif plural jika dibandingkan dengan sekolah sejenis yang ada di
Kota Cirebon, demikian juga dengan keadaan para pendidiknya. Pluralitas
demikian didasarkan pada budaya, agama, bahasa, suku dan ras. Dari hasil
eksplorasi peneliti di lapangan, banyak dijumpai siswa yang berdasarkan suku
dan bangsa yang berbeda seperti, suku Jawa, Sunda, Bugis, Batak, Aceh,
Minang, China dan Arab.
Indikasi di atas menunjukkan, bahwa masyarakat Kota Cirebon sangat
heterogen atau multikultur. Realitas tersebut juga sekaligus merepresentasikan
miniatur
karakteristik
masyarakat Indonesia yang multikultur.
Karenanya,
dalam konteks masyarakat yang demikian, perlu dikembangkan sebuah model
pendidikan untuk mentransformasikan nilai-nilai kebangsaan yang berbasis
multikultural. Paling tidak corak pendidikan yang demikian bertujuan untuk
pertama, menjaga, mewariskan serta menumbuhkembangkan kesadaran nilainilai kebangsaan atau nasionalisme yang didasarkan kepada cinta tanah air atau
patriotisme
yang
kuat.
Kedua,
menjaga,
mewariskan
serta
menumbuhkembangkan kesadaran nilai-nilai persatuan dan kesatuan atau
kebhinnekatunggalikaan (multikulturalisme) yang didasarkan kepada prinsip
kesatuan
dalam
keberagaman.
Ketiga,
menjaga,
mewariskan
dan
menumbuhkembangkan kesadaran nilai-nilai solidaritas, kesetiakawanan, dan
gotong-royong antar sesama bangsa. Corak pendidikan demikian bukan hanya
mengapresiasi keragaman budaya masyarakat yang multikultur, tetapi juga
mentransformasikan nilai-nilai keragaman tersebut menjadi kesadaran internal
dan karakteristik serta identitas bangsa.
Sejauh
wawancara,
yang
peneliti ketahui di lapangan
bahwa
mengembangkan
SMAN
model
2
pendidikan
Kota
yang
melalui observasi dan
Cirebon
berbasis
belum
sepenuhnya
multikulturalisme.
Pendekatan pendidikan yang dilakukan baru sebatas mengapresiasi keragaman
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
(pluralisme) atau dalam terminologi Parekh sebagai masyarakat multikultural
yang akomodatif. Mengapa demikian?. Sejauh ini masih dihadapkan kepada
sejumlah permasalahan seperti, masih terdapat kendala dan
diproyeksikan ke dalam setiap mata pelajaran.
kesulitan untuk
Alasan demikian didasarkan
kepada, pertama masih terbelenggu oleh muatan-muatan kurikulum yang
bersifat cetak biru (blue print), sehingga implementasi dalam pembelajaran
masih bersifat implisit dan kejar tayang, terutama dalam kelompok mata
pelajaran IPA. Kedua, masih terbatasnya kemampuan para pendidik
mengidentifikasi dan memahami
di dalam
bagaimana mengembangkan model-model
pembelajaran nilai-nilai dan karakter-karakter kebangsaan dalam setiap mata
pelajaran yang diampunya.
Berdasarkan realitas tersebut, maka muncul sejumlah persoalan yang
menarik
untuk
dikaji
lebih
dalam
internalisasi nilai-nilai kebangsaan
tersebut
untuk
adalah,
yang
apakah
model pendidikan
berbasis masyarakat multikultural
didasarkan kepada prinsip-prinsip kecintaan kepada tanah air dan
memperkokoh
persatuan
kebhinnekaan sebagai realitas
dan
kesatuan
yang didasarkan kepada
dari nilai-nilai kemanusiaan yang universal
yang sama-sama diciptakan Tuhan? Kalau demikian, maka sangat perlu strategi
untuk membingkai nilai-nilai universalitas kemanusiaan tersebut didasarkan
atas persaudaraan, kesetaraan dan berkeadilan. Nilai-nilai demikian tentu perlu
diaktualisasikan dalam bentuk kehidupan yang mencerminkan sikap-sikap
solidaritas, empati, toleransi, kepedulian, kesalehan dan kesetiakawanan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga melahirkan internalisasi
nilai-nilai kebangsaan yang utuh. Ataukah semangat tersebut hanya bentuk
implementasi dari kewajiban untuk menyelenggarakan model pendidikan yang
mengapresiasi keragaman saja, tanpa diikuti oleh tujuan pembentukkan sikap
yang berwawasan kebangsaan secara utuh?
Jika demikian, tentu akan
menimbulkan berbagai implikasi yang merugikan karena akan melahirkan
siswa yang kehilangan identitas dan jati diri bangsa. Dalam konteks yang lebih
parah lagi jika pada gilirannya hanya akan melahirkan generasi-generasi yang
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
bangga mengadopsi nilai-nilai baru yang asing (alienation) dan meninggalkan
nilai- nilai asli (local wisdom) bangsanya sendiri.
Pada tataran ini, lagi-lagi dunia pendidikan menghadapi situasi yang
ambivalen. Di satu sisi harus menangkal tudingan, bahwa dunia pendidikan
telah gagal melahirkan outcome yang kritis, kreatif, inovatif dan bermartabat.
Di sisi lain pendidikan juga dipandang sebagai parameter sentral yang masih
dipercaya untuk menjawab dan mencari solusi dari semua kegelisahan di atas.
Institusi pendidikan masih dipercaya mampu melakukan perubahan perilaku
(agent of change) siswanya sedikit demi sedikit secara terprogram dan
berkelanjutan (sustainability),
sehingga melahirkan generasi bangsa yang
professional, kreatif, produktif, inovatif dan bermartabat, sebagaimana banyak
diklaim para pakar pendidikan.
Apalagi pendidikan sering dijadikan sebagai
salah satu parameter keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa
(human development index).
Terminologi pendidikan acap kali direduksi dengan pengajaran. Padahal
pengajaran
itu
merupakan
bagian
dari
pendidikan.
Pendidikan
adalah
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Ki Hadjar Dewantara, 1962, hlm.
20). Sedangkan pengajaran itu bersifat transfer of knowledge atau transfer
pengetahuan yang muaranya adalah membuat anak didik cerdas secara
intelektual.
Hal inilah yang kurang disadari bersama. Sejatinya pendidikan itu
meliputi seluruh dimensi
mendasar dari kebutuhan manusia. Seringkali
pemerintah dan praktisi pendidikan memandang kurikulum sebagai kerangka
acuan yang given yang harus disampaikan apa adanya (sui generis) sebagai
subjek
material.
Karena
itu,
tujuan-tujuan
pendidikan
yang
bersifat
menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan secara utuh dan mendasar
kurang tersentuh.
persyaratan
Guru lebih sering melakukan “kejar tayang” sebagai
formal penyampaian kurikulum secara tuntas.
Jelas,
bahwa
pendidikan bukan semata-mata pengajaran. Pendidikan adalah transfers of
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
knowledge, value and skill. Dengan kata lain
merekonstruksi dan mentransformasi ilmu
pendidikan dimaksudkan
pengetahuan, kecakapan serta
keteladanan kepada siswanya, sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya di
masa depan dan mendapat kebahagiaan, baik lahir maupun batin.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Fenomena di atas mendeskripsikan keresahan dan kegelisahan terhadap
sikap dan perilaku kebangsaan dalam masyarakat Indonesia dalam berbagai
segmen kehidupan akhir-akhir ini. Menurut hemat penulis paparan sejumlah
persoalan di atas dapat dindentifikasikan ke dalam beberapa fenomena seperti,
kurangnya kesadaran kecintaan terhadap tanah air (patriotisme); dan kurangnya
membangun kesadaran dalam memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan
dengan mengedepankan prinsip kebhinnekaan yang diaktualisasikan dalam
sikap-sikap solidaritas, persaudaraan, dan gotong-royong. Dengan demikian
persoalan
dalam penelitian
Mengapa
nilai-nilai
disertasi ini yang sangat mendasar adalah:
kebangsaan bangsa Indonesia akhir-akhir ini
cenderung mengalami degradasi atau penurunan? Oleh karena itu diperlukan
adanya upaya lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk mewujudkan nilainilai
kebangsaan
dalam
masyarakat
multikultural
melalui
pelembagaan,
sosialisasi dan internalisasi. Adapun rumusan masalah yang dikembangkang
menjadi sejumlah pertanyaan fokus penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya sekolah dalam melakukan proses pelembagaan nilainilai kebangsaan di sekolah?.
2. Bagaimana upaya sekolah dalam melakukan proses sosialisasi nilai-nilai
kebangsaan di sekolah?.
3. Bagaimana upaya sekolah dalam melakukan proses internalisasi nilai-nilai
kebangsaan,
baik
melalui mata pelajaran maupun pembudayaan di
sekolah?.
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
4. Bagaimana wujud pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral
(moral feeling) dan tindakan moral (moral action) siswa sebagai dampak
dari proses internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah?.
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian desertasi ini diarahkan untuk memecahkan sejumlah
permasalahan
di atas dengan pendekatan sosiologis,
yaitu mengungkap
berbagai indikator yang menjadi penyebab menurunnya nilai-nilai kebangsaan
yang difokuskan untuk mengeksplorasi secara mendalam:
1. Tentang proses pelembagaan nilai- nilai kebangsaan di sekolah.
2. Tentang proses sosialisasi nilai-nilai kebangsaan yang dilakukan di sekolah.
3. Tentang proses internalisasi nilai-nilai kebangsaan yang dilakukan baik
melalui mata pelajaran, mapun pembudayaan di sekolah.
4. Tentang wujud pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral
feeling) dan tindakan moral (moral action) siswa sebagai dampak dari
proses internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah?.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dalam disertasi ini memiliki konteks pembangunan negara
bangsa (nation state) menuju masyarakat madani (civil society) sangat penting.
Terutama bila nilai-nilai yang mendukung terbentuknya kecintaan terhadap
tanah
air
(patriotisme),
(kebhinnekaan)
dengan
membangun
lebih
integrasi
bangsa
mengedepankan
yang
nilai-nilai
multikultur
solidaritas,
persaudaraan dan gotong-royong diinternalisasikan melalui pendidikan. Paling
tidak hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoretis
maupun praktis bagi dunia pendidikan dalam menginternalisasikan nilai-nilai
kebangsaan kepada siswa, khususnya
pada jenjang SMA. Berkaitan dengan
dengan hal tersebut secara rinci penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Secara khusus dapat memberikan deskripsi obyektif tentang internalisasi
nilai-nilai
kebangsaan
dalam
masyarakat
multikultural
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di
Sekolah
14
Menengah Atas Negeri 2 Kota Cirebon, sekaligus menjadi rujukan bagi
praktisi
pendidikan
di lingkungan
sekolah
dalam melakukan
proses
internalisasi nilai-nilai kebangsaan kepada siswa.
2. Secara teoretis,
mengungkap
penelitian ini bertujuan memberikan kontribusi dalam
dan mengembangkan khasanah keilmuan, terutama dalam
menemukan model alternatif hipotetik internalisasi nilai-nilai kebangsaan
dalam pendidikan yang berbasis multikultural, khususnya dalam lingkup
sekolah.
3. Memberikan
kontribusi bagi pengembangan dunia pendidikan sebagai
lembaga yang sangat strategis dalam melakukan proses internalisasi nilainilai kebangsaan.
4. Sebagai bahan masukan bagi para penentu kebijakan, khususnya dalam
merumuskan program-program dalam upaya membangun karakter bangsa
yang bermartabat, beradab, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
5. Untuk menumbuhkembangkan motivasi keilmuan, terutama dalam bentuk
penelitian
di kalangan insan akademis, sehingga penelitian awal ini dapat
membuka
cakrawala
dalam
melakukan
penelitian-penelitian
untuk
mengembangkan model internalisasi nilai-nilai kebangsaan di sekolah yang
berbasis multikultural, khususnya bagi yang memiliki tifikal yang sama
dengan konteks masyarakat multikultural seperti Kota Cirebon.
D. Sistematika Penulisan
Bab I berisi tentang pendahuluan yang menguraikan latar belakang
masalah,
identifikasi dan
rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab
II
kebangsaan
mengupas
dalam
tentang
masyarakat
meretas
konsep
multikultural.
internalisasi nilai-nilai
Diskusi
diawali
dengan
menguraikan konsep masyarakat multikultural, masyarakat multikultural dalam
konteks
indonesia,
nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat multikultural,
landasan teori nilai-nilai kebangsaan dalam masyarakat multikultural, relavansi
Asep Mulyana, 2015
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN D ALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
dengan hasil kajian penelitian terdahulu: sebuah diskursus singkat, dan
kerangka pemikiran: struktur hubungan antara pendidikan umum, nilai-nilai
kebangsaan, pendidikan multikultural dan masyarakat multikultural.
Bab