KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG RAHAYU DI DESA CIKEDUNGLOR, KECAMATAN CIKEDUNG, KABUPATEN INDRAMAYU: KAJIAN ETNOLINGUISTIK.

(1)

KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG RAHAYU

DI DESA CIKEDUNGLOR, KECAMATAN CIKEDUNG, KABUPATEN

INDRAMAYU:

KAJIAN ETNOLINGUISTIK

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana SastraProgram Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

EKA JUITA

NIM 1002750

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG

RAHAYU

DI DESA CIKEDUNGLOR

KECAMATAN CIKEDUNG KABUPATEN

INDRAMAYU (KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

Oleh Eka Juita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

© Eka Juita 2014

Universitas Pendidikan Indonesia November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

viii

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Masalah ... 3

1. Identifikasi Masalah ... 3

2. Batasan Masalah... 4

3. Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian... 5

D.Manfaat Penelitian... 5

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 7

A. Landasan Teoretis ... 7

1. Etnolinguistik ... 7

2. Pandangan Hidup Orang Indramayu ... 9


(6)

ix

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Struktur Teks ... 12

5. Diksi dan Gaya Bahasa ... 13

6. Isotopi ... 14

7. Referensi Leksikon... 15

8. Kearifan Lokal ... 15

9. Profil Desa Cikedunglor ... 16

B. Tinjauan Pustaka ... 18

C. Anggapan Dasar ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Lokasi Penelitian ... 20

B. Desain Penelitian ... 20

C. Sumber Data Penelitian ... 21

D. Data dan Korpus penelitian ... 21

E. Metode Penelitian ... 22

F. Definisi Operasional ... 23

G. Instrumen Penelitian ... 23

1. Pedoman Observasi ... 24

2. Pedoman Wawancara ... 25

3. Kartu Data ... 25

H. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Observasi Partisipan ... 26

2. Wawancara Tidak Berstruktur ... 26

I. Teknik Pengolahan Data ... 27

BAB IV HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 28


(7)

x

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Struktur Teks Kidung Rahayu ... 28

1. Formula Sintaksis ... 28

2. Diksi dan Gaya Bahasa ... 98

3. Isotopi ... 101

4. Konteks Penuturan Kidung Rahayu ... 120

1) Penutur ... 120

2) Waktu Penuturan ... 120

3) Tempat Penuturan ... 121

4) Keadaan ... 121

5) Perlengkapan ... 122

6) Cara ... 122

C.Referensi Leksikon yang Mencerminkan Konsep Hidup Rahayu dalam Kidung Rahayu ... 123

1. Permohonan ... 123

2. Manusia ... 124

3. Bagian Tubuh ... 125

4. Waktu ... 127

5. Tempat ... 127

6. Aktivitas ... 128

7. Keadaan ... 129

8. Alam ... 130

9. Benda ... 131

10.Ketuhanan ... 131

11.Harapan... 132

D. Cermin Konsep Hidup Rahayu Orang Indramayu di Cikedunglor Dilihat dari Kidung Rahayu yang Digunakan ... 134

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 140


(8)

xi

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 142 LAMPIRAN ... 145 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(9)

Vi

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kepercayaan masyarakat Cikedunglor terhadap gangguan dari roh-roh jahat diwujudkan dengan penggunaan berbagai kidung selamat, salah satunya kidung Rahayu. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) struktur teks, (2) referensi leksikon, dan (3) cermin konsep hidup rahayu orang Indramayu di Desa Cikedunglor dilihat dari kidung Rahayu yang digunakan. Penelitian ini merupakan kajian deskriptif mengenai kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Kajian ini dilakukan melalui pendekatan etnolinguistik yang mengkaji bahasa, dalam hal ini kidung Rahayu dalam konteks sosial dan budaya. Data yang digunakan adalah kidung Rahayu berbentuk teks dan lisan yang masih dan pernah digunakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi partisipan dan wawancara tidak berstruktur dan mendalam. Teknik analisis data diawali dengan mengumpulkan data, melakukan transkripsi dan terjemahan bebas, melakukan analisis bentuk (struktur) dalam tuturan kidung Rahayu di Desa Cikedinglor, serta menginterprestasikan pola pikir atau pandangan hidup penutur kidung Rahayu Cikedunglor untuk memperoleh cermin konsep hidup rahayu (selamat) orang Indramayu di Cikedunglor. Data tersebut bersumber dari seorang responden yang merupakan penutur kidung, yaitu Ki Tarka. Pada tahap akhir, peneliti membuat simpulan dari yang telah diuraikan pada analisis-analisis sebelumnya. Berikut adalah hasil penelitian yang dapat dijelaskan secara singkat. Pertama, struktur teks yang terdiri atas analisis formula sintaksis, ragam diksi dan gaya bahasa serta tema atau isotopi. Kedua, referensi leksikon dalam kidung Rahayu terdiri atas (1) permohonan, (2) manusia, (3) bagian tubuh, (4) waktu, (5) tempat, (6) aktivitas, (7) keadaan, (8) alam, (9) benda, (10) ketuhanan, dan (11) harapan. Ketiga, cermin konsep hidup rahayu orang Jawa di Cikedunglor dideskripsikan oleh kalimat-kalimat dan penggunaan leksikon dalam kidung Rahayu. Data menunjukkan bahwa ada beberapa kalimat yang mencerminkan konsep hidup rahayu orang Indramayu di Cikedunglor kemunculan leksikon wardaya (sanubarinya), rinaksa (dijaga), sarira hayu (selamat), kinarya (digunakan), pinayunga (dipayungi), ingideran (dikelilingi) lebih dominan dibandingkan leksikon lainnya.


(10)

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The background of this research is because of existence of Cikedunglor people’s faith about the disturbance from the evil realize it by using any safe ballad, such as Rahayu ballad. As for the problem in this research are (1) text structure, (2) lexicon reference, and (3) the reflection of the rahayu’s javanesse people life concept in Cikedunglor village seen from the used of Rahayu ballad. This research is descriptive about Rahayu ballad in Cikedunglor village. Cikedung district, Indramayu. This study case did by approximation etnolinguistics that studying the language. In this case Rahayu ballad in social and culture context. Rahayu ballad using text and speech data that still and have been use. The data collecting technic is using observation of the participant and unstructured and detail interview.The analyze technic is began with the collecting data, transcripting and fre translating, analyzing the shape (structure) in discourse Rahayu ballad in Cikedunglor village, and interpreting the way of thinking and the perpception of life narrator Rahayu ballad Cikedunglor to get the reflection life concept of rahayu (safe) Indramayu people in Cikedunglor. The data sourced from the respondent which is ballad narrator, Ki Tarka. In the end, the authors obtained a conclusion that explained in analyzes before. These are the result of the research that could be explain. The first, the text structure that consist of syntax formula analyze, veriety of diction, figure of speech and theme or isotopy. The second, referensi lexicon Rahayu ballad comprise with (1)pleading, (2)people, (3)body part, (4) time, (5) place, (6) activity, (7)condition, (8)nature, (9) stuff, (10) faith and (11) hope. Third, the rahayu life reflection’s concept of Indramayu people in cikedunglor described by the sentences dan the using of leksikon dalam kidung Rahayu. The data shows that there’s some sentences that reflecting the concept of rahayu’s life in cikedunglor appearance leksikon wardaya (moral), rinaksa (kept), sarira hayu (save), kinarya (used), pinayunga (dipayungi), ingideran (surrounded) are more dominan than another lexicon.


(11)

1

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini sangat populer di daerah Cirebon-Indramayu, begitu pun masyarakat Jawa yang ada di Desa Cikedunglor, Kecamatan Indramayu. Kidung Rahayu biasanya digunakan untuk keperluan keselamatan dari gangguan roh-roh jahat. Mereka mengenal kidung sebagai salah satu kepercayaan kejawen dan berpandangan bahwa seluruh hidup dan kehidupan berasal dari Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan yang Inti dari Segala Inti) atau Gusti Nu Maha Tunggal (Tuhan yang Maha Esa). Namun, pada zaman yang semakin maju ini, masyarakat dari berbagai kalangan sudah melupakan budayanya sendiri, termasuk kidung serta masuknya pengaruh budaya populer yang kurang terfilter oleh pemerintah menyebabkan kidung ini sedikit demi sedikit hilang keberadaannya. Apabila kidung Rahayu sudah tidak lagi melekat di masyarakat Cikedunglor maka yang ada moral masyarakat bergeser sehingga tidak lagi takut dengan aturan tuhan, tidak mengerti kesopanan dan nasehat orang yang lebih tua. Oleh karena itu, kidung patut untuk dilestarikan agar moral masyarakat Cikedunglor tetap baik.

Pelestarian kidung masih dilakukan oleh para pelantun kidung itu sendiri, khususnya di Indramayu. Pelantun kidung ini pun tergolong tokoh penting di masyarakat. Jumlah mereka pun sangat terbatas. Terbatasnya jumlah pelantun kidung timbul karena beberapa kalangan masyarakat merasa kesulitan untuk melantunkannya sebagai akibat dari banyaknya klasifikasi kidung, bukan hanya


(12)

2

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kidung Rahayu saja. Sebagai contoh, pelantunan kidung ditentukan oleh aturan yang ketat namun tidak seketat aturan macapat.

Naskah kidung yang menjadi objek penelitian ini adalah kidung Rahayu yang ditembangkan secara menyeluruh. Adapun salah satu contoh kidung Rahayu sebagai berikut:

Sun angidhung purwane kang sajati

Hamba menembangkan asal-usul yang sejati  Wite agung lan pange jagat

Pohonnya besar dan cabangnya alam  Agodhong mega rumembe

Daunnya awan berarak  Ewoh lintang tlaga langit

Pucuk tunasnya pelangi  Adus karmas udan

Bermandikan hujan  Awor kilat barung

Bercampur kilat petir

Hamba melantunkan asal-usul yang sejati, pohon/kayu (khayyun) yang besar dan cabangnya adalah jagat alam raya. Daunnya awan yang berantakan, pucuk tunas pelangi. Bermandikan hujan yang bercampur dengan kilat petir.

Kidung adalah doa yang dituangkan ke dalam sastra, baik puisi atau macapat. Tidak selamanya kidung ditembangkan, ada kalanya dibaca. (Kasim, 2013, hlm. 181) Kidung juga hasil karya sastra zaman Jawa pertengahan (Majapahit akhir), menggunakan bahasa Jawa tengahan, bentuknya tembang, baik nama maupun metrum yang dianut seperti halnya tembang kidung. Dibandingkan dengan serat kakawin, kidung sangatlah berbeda dengan kakawin (karya sastra Jawa kuno), kakawin merupakan karya sastra Jawa kuno yang mendapat pengaruh dari India, sedangkan kidung asli Jawa tidak mengenal istilah guru dan lagu (suara panjang dan pendek). Walaupun seperti macapat, tetapi metrum kidung belum seketat macapat.


(13)

3

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian etnolinguistik sebagai tumpuan analisis.

Etnolinguistik merupakan cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan. Kajian tentang etnolinguistik berkaitan dengan hipotesis Sapir-Whorf, yang disebut pula sebagai relativitas bahasa (language relativism) dari pikiran Boas (Samson, 1980, hlm. 81).

Hipotesis tersebut menyatakan bahwa bahasa manusia membentuk atau mempengaruhi persepsi manusia akan realitas lingkungannya atau bahasa manusia mempengaruhi lingkungan dalam memproses dan membuat kategori-kategori realitas di sekitarnya (Samson, 1980, hlm. 81-82).

Penelitian mengenai kidung sebelumnya pernah dilakukan oleh Setiyadi (2011) dalam disertasinya yang menjadikan macapat etnik Jawa wilayah eks-Karesidenan Surakarta khususnya yang berupa pendidikan dan pengajaran sebagai objek kajiannya studi semantik. Selain itu, Ismanto (2012) menggunakan data macapat mijil, tetapi dengan menggunakan aplikasi Macromedia Flash Profesional 8 untuk siswa kelas lima sekolah dasar. Ismanto lebih menekankan pada pengembangan media pembelajaran sehingga dapat diketahui kualitas produk media pembelajaran yang dikembangkan. Berbeda dengan Setiayadi dan Ismanto, Sucoko (2006) mengunakan data teks macapat saptadarma dalam kerohanian di Sragen sebagai objek kajiannya.

Begitu banyak hal yang dapat diamati dari keberadaan kidung Rahayu. Akan tetapi, melihat banyaknya permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada beberapa hal yang berkaitan dengan kidung Rahayu, yaitu akan mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana kidung Rahayu, bagaimana deskripsi leksikon yang mencerminkan konsep hidup rahayu dalam kidung Rahayu, bagaimana cermin konsep hidup orang jawa di Cikedunglor dilihat dari kidung Rahayu yang digunakan, dan bagaimana klasifikasi struktur teks kidung Rahayu Cikedunglor. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada


(14)

4

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat jawa khususnya di desa Cikedunglor akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam kidung Rahayu tersebut. Inilah yang menjadikan penelitian ini menarik dan penting untuk dilakukan sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di Pulau Jawa.

B. Masalah Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan masalah penelitian yang meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Masuknya budaya asing ke Indonesia menyebabkan kebudayaan Indonesia semakin tergeser keberadaannya. Salah satunya kidung yang hampir punah dan tidak dikenal oleh masyarakatnya.

2) Penutur kidung di Desa Cikedunglor berkurang seiring masyarakat yang sulit untuk mempelajari bahasa Jawa kuno.

3) Nilai-nilai budaya dalam kaitannya dengan kegiatan membaca kidung Rahayu yang ada di masyarakat Indramayu tepatnya di Desa Cikedunglor sudah bergeser.

2. Batasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, peneliti menguraikan batasan masalah. Berikut adalah batasan masalah dalam penelitian ini.

1) Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Desa Cikedunglor, Kabupaten Indramayu karena di desa tersebut terdapat ahli waris yang sering menyanyikan seluruh isi dari kidung pada upacara adat atau acara-acara tertentu yang sakral.


(15)

5

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Penelitian ini akan ditekankan pada struktur teks kidung Rahayu; klasifikasi dan deskripsi kidung Rahayu; konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu; fungsi sosial budaya kidung Rahayu bagi masyarakat penutur bahasa Jawa- Indramayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu.

3) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik.

3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana struktur teks kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten

Indramayu?

2) Bagaimanakah referensi leksikon yang mencerminkan konsep hidup Rahayu dalam kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu?

3) Bagaimana konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hal-hal sebagai berikut:

1) struktur teks kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu;

2) leksikon yang mencerminkan konsep hidup Rahayu dalam kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu;

3) konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu.

D. Manfaat Penelitian


(16)

6

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan naskah yang cukup bagi proses pembukuan naskah kidung dan bagi proses penciptaan karya-karya sastra, serta dapat menghidupkan kembali kidung yang hampir punah.

2. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan data dan informasi mengenai tradisi lisan dan tradisi tulisan seputar kesenian kidung serta sumbangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai kajian etnolinguistik terhadap tembang kidung.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab satu adalah pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah dan masalah penelitian yang terbagi menjadi identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, manfaat penelitian terbagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoretis, serta struktur organisasi skripsi.

Bab dua terdiri atas landasan teoretis, tinjauan pustaka dan anggapan dasar. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnolinguistik, struktur teks kidung, pandangan hidup orang Indramayu, referensi leksikon, kearifan lokal, profil Desa Cikedunglor Kabupaten Indramayu.

Bab tiga adalah metode penelitian yang terdiri atas lokasi penelitian, desain penelitian, sumber data penelitian, data atau korpus penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Kemudian, bab empat adalah pembahasan hasil penelitian yang terdiri atas bentuk dan makna. Lalu, bab lima adalah penutup. Bagian ini terdiri atas kesimpulan dan saran.


(17)

20

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan tepat di daerah penutur atau informan itu sendiri, yaitu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

B. Desain Penelitian

Pada bagian ini digambarkan desain penelitian dalam bentuk bagan berikut (model Miles dan Huberman, 1992, hlm. 20)

Bagan Desain Penelitian

Data dan Sumber Data Kidung Rahayu

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi partisipan dan teknik wawancara

1. Data yg diambil dlm penelitian ini adalah kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. 2. Sumber data: sumber data dalam penelitian ini difokuskan pada

kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

Penganalisisan Data

1. Struktur teks kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

2. Deskripsi referensi leksikon kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

3. Cermin konsep hidup rahayu orang Indramayu dalam kidung Rahayu yang digunakan.


(18)

21

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur kidung Rahayu yang bernama Ki Tarka. Penutur berdomisili di Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Saat ini, Ki Tarka berusia 44 tahun.

Pemilihan Ki Tarka sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan oleh beberapa hal. Pertama, Ki Tarka mendapatkan keahliannya sebagai juru kidung dengan diajarkan oleh bapa kandungnya. Artinya, keahliannya didapatkan secara turun-temurun sehingga masih terjaga keaslian kidung Rahayu yang digunakannya. Kedua, Ki Tarka adalah penutur yang masih aktif melantunkan kidung Rahayu. Ketiga, tempat tinggal Ki Tarka berada di lingkungan padat penduduk dengan keadaan masyarakatnya yang sudah modern dan dengan suasana perkotaan yang membuat pergesekan kebudayaan semakin besar.

Peneliti memiliki sumber data penelitian sekunder, yaitu masyarakat Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Masyarakat Cikedung adalah masyarakat yang berada di sekitar penutur. Ratna (2010, hlm. 35) menjelaskan bahwa objek ilmu humaniora berasal dari dalam, sebagai orisinalitas yang hidup. Orisinalitas yang hidup akan terkait dengan sumber data penelitian yang dipilih dalam penelitian ini.

D. Data atau Korpus Penelitian

Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Berikut adalah uraian-uraiannya.

1) Data primer dalam penelitian ini adalah lirik kidung Rahayu. Data penelitian tersebut adalah data lisan dari penutur kidung Rahayu. Data lisan kidung Rahayu yang dimaksud adalah semua lirik kidung Rahayu yang dituturkan oleh penutur. Data lisan diambil untuk memenuhi konteks sosial, budaya, dan situasionalnya. Data-data ini akan dianalisis menggunakan model analisis dipandang dari dua sisi, yaitu struktural dan fungsional. Sisi fungsional diangkat karena bahasa adalah cerminan manusia sebagai penggunanya. Oleh sebab itu, penelitian ini adalah penelitian etnolinguistik yang didasari dua disiplin ilmu, yaitu linguistik dan etnologi.


(19)

22

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu mengenai keberadaan kidung Rahayu di lingkungannya.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini berhubungan dengan bahasa dan kebudayaan. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik. Selanjutnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi komunikasi.

Etnografi komunikasi adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, seperti cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan (Kuswarno, 2008, hlm. 11). Secara sempit, metode etnografi komunikasi ini meliputi bahasa lisan karena dalam aplikasinya penulis dituntut untuk mengikuti kehidupan masyarakat yang akan diteliti, termasuk tuturannya.

Namun, Hymes (1972; 1973; 1980) mengungkapkan bahwa metode etnografi komunikasi tidak hanya meliputi bahasa lisan, tetapi juga meliputi bahasa tulisan. Hal tersebut sejalan dengan Kuswarno (2008, hlm. 59) yang menyebutkan bahwa etnografi komunikasi yang meliputi bahasa tulisan atau interpretasi teks adalah ilmu atau seni yang displikasikan pada tulisan dan bukan ujaran, dan khususnya pada teks-teks. Dari interprerasi teks tersebut, penulis akan menemukan informasi mengenai pola-pola penggunaan bahasa, kebudayaan orang-orang yang membacanya.

Selain itu, metode lain yang mendukung penelitian ini adalah metode kualitatif. Untuk memperoleh data bahasa, peneliti mengikuti dan mengamati secara langsung ritual tersebut serta melakukan wawancara secara mendalam dengan informan yang mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Penelitian atas mendeskripsikan data bahasa yang diperoleh secara faktual dan terperinci sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini serta metode deskriptif ini merupakan metode yang akan mendeskripsikan hal-hal yang akan dibahas secara sistematis sesuai dengan fakta yang ada.


(20)

23

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Definisi Operasional

Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.

1) Kajian Etnolinguistik adalah cabang ilmu yang berhubungan erat antara bahasa dan budaya dalam konteks masyarakat etnik yang mempunyai bahasa khas untuk merekam kebudayaan dengan cara deskripsi, dan pemaknaan yang mengungkap cerminan konsep hidup rahayu orang Jawa di Desa Cikedunglor. 2) Kidung Rahayu merupakan nyanyian atau syair yang dinyanyikan dengan maksud untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat, serta bagian dari satu kesatuan perilaku dan pandangan hidup pada masyarakat Indramayu.

3) Konsep hidup rahayu merupakan cara pandang masyarakat Cikedunglor Kabupaten Indramayu terhadap keselamatan dengan tujuan bersyukur agar mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat melalui upacara-upacara sakral yang salah satu acaranya ada yang menyanyikan kidung Rahayu tersebut.

4) Referensi leksikon yang mencerminkan konsep hidup rahayu dalam kidung Rahayu adalah kumpulan leksikon yang memberikan gambaran konsep hidup rahayu yang terkandung dalam kidung Rahayu.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipakai adalah konsep human instrument. Maksud dari human instrument adalah peneliti terjun ke masyarakat yang diteliti dan menjadi masyarakat yang diteliti, konsep ini biasa disebut dengan pendekatan emik. Pendekatan secara emik relevan untuk mengungkap pola kebudayaan menurut persepsi pemilik budaya (Endraswara, 2003, hlm. 35). Levi-Strauss (dalam Harris, 1999, hlm. 32, dalam Endraswara, 2003, hlm. 35) menganggap emik lebih natural dalam merepresentasikan fenomena budaya.

Dalam melakukan pengamatan atau wawancara tak berstruktur terhadap informan, peneliti mempersiapkan pertanyaan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Pedoman yang digunakan yaitu pedoman observasi, dan pedoman wawancara.


(21)

24

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pedoman Observasi

Observasi merupakan tahap awal suatu penelitian yang menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis semua data. (Ratna, 2010, hlm. 217) Peneliti melakukan observasi ke lapangan untuk mencari data leksikon kidung Rahayu ritual Selametan dengan mendatangi lokasi penelitian dan peneliti.

Pedoman Observasi

(1) Peristiwa yang diobservasi: Cermin Konsep Hidup Rahayu Orang Indramayu dalam Ritual Selametan di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

(2) Lokasi observasi: Lingkungan masyarakat Indramayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

(3) Penggunaan leksikon yang mencerminkan

(4) Penggunaan leksikon yang mencerminkan


(22)

25

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pedoman Wawancara

Instrumen yang digunakan dalam metode wawancara ini peneliti mencatat dan merekam informasi yang di dapat dari responden. Media yang digunakan pada saat melakukan wawancara adalah telepon genggam (handphone)

No Variabel Pertanyaan wawancara

1 Konsep hidup Rahayu dalam

kidung Rahayu.

1) Bagaimana sejarah kidung Rahayu?

2) Kapan waktu berlangsungnya kidung Rahayu dilantunkan? 3) Bagaimana alur pelaksanaan

ritual Selametan ?

4) Siapa saja yang terlibat dalam ritua Selametan?

2 Leksikon-leksikon yang

mencerminkan adanya hubungan dengan alam, dan manusia.

1) Apa yang diketahui tentang leksikon

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi partisipan dan teknik wawancara. Peneliti ikut terjun langsung ke lapangan, selain itu juga menggunakan teknik wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data. Wawancara secara mendalam dilakukan agar informasi yg didapatkan jelas. Wawancara terbuka artinya tidak berstruktur sehingga memungkinkan informan untuk memberikan jawaban yang lebih bebas.

1. Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat yang akan ditelitinya (Kuswarno, 2008, hlm. 49). Dalam melakukan observasi partisipan, peneliti mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan. Observasi partisipan ini dilakukan agar peneliti dapat memahami segala hal yang


(23)

26

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat dalam kegiatan tersebut dan mendapatkan informasi langsung bagaimana bentuk tuturan yang digunakan dalam kegiatan yang dilakukan di tempat penelitian.

Menurut Kuswarno (2008, hlm. 50) pada teknik obervasi partisipan, peneliti tidak melulu mengambil perspektif outsider, tetapi gabungan antara outsider (orang yang berada di luar budaya tersebut) dan insider (orang yang berperan menjalani budaya tersebut) dengan mengkombinasikan obervasi dan pengetahuan sendiri. Peneliti dapat terlibat mengungkap kidung Rahayu dengan ikut berinteraksi dengan informan.

2. Wawancara Tidak Berstruktur

Wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam adalah wawancara yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki alternatif respon yang ditentukan sebelumnya (Kuswarno, 2008, hlm. 54). Pertanyaan-pertanyaan dimasukkan pada hal-hal yang natural dalam arus pembicaraan sehingga terciptalah wawancara yang terbuka (open-ended) sehingga memungkinkan informan memberikan jawaban yang lebih bebas.

Kuswarno (2008, hlm. 56) menyimpulkan bahwa wawancara tidak berstuktur atau wawancara mendalam baik dilakukan dalam suasana yang akrab dan informal. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti menggunakan telepon genggam (handphone) untuk merekam kidung Rahayu dalam ritual Selametan yang dilantunkan.

I. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data dikumpulkan, data tersebut tentunya akan diolah untuk menjawab rumusan masalah. Data dalam penelitian terbagi menjadi dua, data primer dan data sekunder. Data primer adalah lirik kidung Rahayu yang didapatkan peneliti melalui observasi partisipan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah pertama, transliterasi atau terjemahan kidung dari Jawa ke bahasa Indonesia, kedua analisis struktur teks kidung di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Ketiga, analisis dan deskripsi leksikon, yaitu memperlihatkan bentuk bahasa yang digunkan dalam kidung rahayu tersebut.


(24)

27

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keempat, analisis dan deskripsi mengenai cerminan hidup rahayu orang Indramayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu pada kidung yang digunakan. Selanjutnya, untuk menjawab rumusan masalah terakhir tentang persepsi masyarakat tentang kidung Rahayu. Data sekunder yang berupa hasil wawancara kepada penutur atau informan. Kemudian, akan dianalisis secara mendalam.


(25)

140

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini sangat populer di daerah Cirebon-Indramayu, begitu pun masyarakat Indramayu yang ada di Desa Cikedunglor, Kecamatan Indramayu. Kidung Rahayu biasanya digunakan untuk keperluan keselamatan dari gangguan roh-roh jahat. Mereka mengenal kidung sebagai salah satu kepercayaan kejawen dan berpandangan bahwa seluruh hidup dan kehidupan berasal dari Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan yang Inti dari Segala Inti) atau Gusti Nu Maha Tunggal (Tuhan yang Maha Esa).

Dari segi struktur teks yang berhubungan dengan formula sintaksis, teks kidung Rahayu terdapat 157 larik dengan hasil analilsis semua larik pada kidung Rahayu, maka dapat disimpulkan bahwa kidung Rahayu memiliki struktur kata yang tidak sesuai dengan kaidah sintaksis, seperti penggunaan huruf besar atau huruf kecil yang selalu digunakan pada setiap awal larik yang tidak disertai dengan tanda titik diakhir larik. Secara sintaksis, kidung Rahayu tidak memiliki fungsi yang beraturan dan tidak memiliki peran disetiap lariknya. Kategori pada kidung Rahayu didominasi oleh kategori nomina. Hal tersebut disebabkan larik kidung Rahayu menggunakan benda sebagai ungkapan. Selanjutnya pada analisis tema terdapat macam-macam isotopi, diantaranya: ketuhanan, pemberian, waktu, kegiatan, manusia, perasaan, kenikmatan, kekuatan, benda, persepsi pancaindera. Sementara itu, analisis referensi leksikon dalam kidung Rahayu di Desa Cikedunglor dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, yakni: (1) permohonan, (2) manusia, (3) bagian tubuh, (4) waktu, (5) tempat, (6) aktivitas, (7) keadaan, (8) alam, (9) benda, (10) ketuhanan, dan (11) harapan.


(26)

141

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tataran pencerminan mengenai konsep hidup rahayu orang Jawa di Desa Cikedunglor dapat dideskripsikan oleh kalimat berikut (1-63) Dadiya sarira hayu ‘anda menjadi selamat’ dan dari keseluruhan analisis data, bahwa gambaran konsep hidup rahayu menurut orang Jawa di Cikedunglor dapat dilihat dari kalimat-kalimat dan leksikon yang terdapat dalam kidung Rahayu. Orang selamat menurut orang Jawa di Cikedunglor adalah seseorang yang bahagia dunia akhirat, terbebas dari segala semua perkara, dijauhakan dari segala bentuk bencana dan guna-guna termasuk ilmu gaib, serta senantiasa selalu mengamalkan segala perbuatan yang baik agar selalu dirahmati oleh yang Maha Kuasa Allah Swt. Dengan adanya deskripsi dari kalimat-kalimat dan leksikon yang digunakan dalam kidung Rahayu tersebut.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap kidung Rahayu dan melakukan berbagai penelusuran, penulis mengajukan beberapa saran. Karena penelitian ini terbatas pada penelitian terhadap cermin konsep hidup rahayu orang Indramayu dalam kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih banyak varian kidung Rahayu di Desa Cikedunglor dalam studi penelitian etnolinguistik. Di samping itu, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan penelitian yang secara teori belum ditelusuri. Penulis berharap agar penelitian-penelitian lainnya dalam bidang yang sama dapat meneliti lebih dalam dan meluruskan hasil temuan peneliti ini berdasarkan ilmu teori yang relevan. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, sosial dan kemanusiaan dan penulis berharap penelitian dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian bahasa secara umum, linguistik khususnya etnolinguistik, dan penelitian selanjutnya yang relevan.


(27)

142

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Duranti, Alessandro. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Duranti, Alessandro. (2004). A Companion to Linguistic Anthropology. Australia: Blackwell Publishing Ltd.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LKIS

Foley, William A. (2001). Anthropological Linguistics. Massachusetts: Balckwell Publisher Inc.

Geertz, Clifford. (1981) Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Herusatoto, Budiono. (2008). Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak. Yogyakarta: LkiS.

Hymes, Dell. (1980). “Models of Interactions of Language and Social Life”. Dalam John J. Gumperz dan Dell Hymes, eds. Direction in Sociolinguistics. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

Hymes, Dell. (1980). Foundations in Sociolinguistics: An Ethnograpics Approach Philadelpia: University of Pennsylvania Press.


(28)

143

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kasim, Supali. (2011). Menapak Jejak Sejarah Indramayu. Yogyakarta: Framepublishing.

Koentjaraningrat. (1981). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. (1981). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Koentjaraningrat (red.). (1976). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, H. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press.

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

MPSS, Pudentia, peny. (1998). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Novianti, Nury. (2010). Konsep Cantik dalam Mantra dangdan Banjarsari. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.

Nuryani. (2010). Wacana Ritual Selamatan di Pasarean Gunung Kawi Malang-Jawa Timur: Kajian Linguistik Antropologis. Disertasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pusat Bahasa. (2001). KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka


(29)

144

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ramlan, M. (2001). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik. Antropologi Linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Poda.

Sitaresmi, N.& Mahmud F. (2011). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

Soedjijono, Kusnadi Adi Wiryawan, & Imam Hanafi. (1987). Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa Di Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudaryanto. (1998). Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Warnaen, Suwarsih dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundalogi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wierbicka, Anna. (1997). Understanding Culture through Their Key Words:

English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University Press.

Yulianto, Dion. (2011). Pedoman Umum EYD dan Dasar Pembentukan Istilah: Berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan dan Dasar Pembentukan Istilah Depdiknas. Yogyakarta: DIVA Press.


(1)

27

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keempat, analisis dan deskripsi mengenai cerminan hidup rahayu orang Indramayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu pada kidung yang digunakan. Selanjutnya, untuk menjawab rumusan masalah terakhir tentang persepsi masyarakat tentang kidung Rahayu. Data sekunder yang berupa hasil wawancara kepada penutur atau informan. Kemudian, akan dianalisis secara mendalam.


(2)

140

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini sangat populer di daerah Cirebon-Indramayu, begitu pun masyarakat Indramayu yang ada di Desa Cikedunglor, Kecamatan Indramayu. Kidung Rahayu biasanya digunakan untuk keperluan keselamatan dari gangguan roh-roh jahat. Mereka mengenal kidung sebagai salah satu kepercayaan kejawen dan berpandangan bahwa seluruh hidup dan kehidupan berasal dari Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan yang Inti dari Segala Inti) atau Gusti Nu Maha Tunggal (Tuhan yang Maha Esa).

Dari segi struktur teks yang berhubungan dengan formula sintaksis, teks kidung Rahayu terdapat 157 larik dengan hasil analilsis semua larik pada kidung Rahayu, maka dapat disimpulkan bahwa kidung Rahayu memiliki struktur kata yang tidak sesuai dengan kaidah sintaksis, seperti penggunaan huruf besar atau huruf kecil yang selalu digunakan pada setiap awal larik yang tidak disertai dengan tanda titik diakhir larik. Secara sintaksis, kidung Rahayu tidak memiliki fungsi yang beraturan dan tidak memiliki peran disetiap lariknya. Kategori pada kidung Rahayu didominasi oleh kategori nomina. Hal tersebut disebabkan larik kidung Rahayu menggunakan benda sebagai ungkapan. Selanjutnya pada analisis tema terdapat macam-macam isotopi, diantaranya: ketuhanan, pemberian, waktu, kegiatan, manusia, perasaan, kenikmatan, kekuatan, benda, persepsi pancaindera. Sementara itu, analisis referensi leksikon dalam kidung Rahayu di Desa Cikedunglor dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, yakni: (1) permohonan, (2) manusia, (3) bagian tubuh, (4) waktu, (5) tempat, (6) aktivitas, (7) keadaan, (8) alam, (9) benda, (10) ketuhanan, dan (11) harapan.


(3)

141

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tataran pencerminan mengenai konsep hidup rahayu orang Jawa di Desa Cikedunglor dapat dideskripsikan oleh kalimat berikut (1-63) Dadiya sarira hayu ‘anda menjadi selamat’ dan dari keseluruhan analisis data, bahwa gambaran konsep hidup rahayu menurut orang Jawa di Cikedunglor dapat dilihat dari kalimat-kalimat dan leksikon yang terdapat dalam kidung Rahayu. Orang selamat menurut orang Jawa di Cikedunglor adalah seseorang yang bahagia dunia akhirat, terbebas dari segala semua perkara, dijauhakan dari segala bentuk bencana dan guna-guna termasuk ilmu gaib, serta senantiasa selalu mengamalkan segala perbuatan yang baik agar selalu dirahmati oleh yang Maha Kuasa Allah Swt. Dengan adanya deskripsi dari kalimat-kalimat dan leksikon yang digunakan dalam kidung Rahayu tersebut.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap kidung Rahayu dan melakukan berbagai penelusuran, penulis mengajukan beberapa saran. Karena penelitian ini terbatas pada penelitian terhadap cermin konsep hidup rahayu orang Indramayu dalam kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih banyak varian kidung Rahayu di Desa Cikedunglor dalam studi penelitian etnolinguistik. Di samping itu, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan penelitian yang secara teori belum ditelusuri. Penulis berharap agar penelitian-penelitian lainnya dalam bidang yang sama dapat meneliti lebih dalam dan meluruskan hasil temuan peneliti ini berdasarkan ilmu teori yang relevan. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, sosial dan kemanusiaan dan penulis berharap penelitian dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian bahasa secara umum, linguistik khususnya etnolinguistik, dan penelitian selanjutnya yang relevan.


(4)

142

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Duranti, Alessandro. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Duranti, Alessandro. (2004). A Companion to Linguistic Anthropology. Australia: Blackwell Publishing Ltd.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LKIS

Foley, William A. (2001). Anthropological Linguistics. Massachusetts: Balckwell Publisher Inc.

Geertz, Clifford. (1981) Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Herusatoto, Budiono. (2008). Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak. Yogyakarta: LkiS.

Hymes, Dell. (1980). “Models of Interactions of Language and Social Life”. Dalam John J. Gumperz dan Dell Hymes, eds. Direction in Sociolinguistics. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

Hymes, Dell. (1980). Foundations in Sociolinguistics: An Ethnograpics Approach Philadelpia: University of Pennsylvania Press.


(5)

143

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kasim, Supali. (2011). Menapak Jejak Sejarah Indramayu. Yogyakarta: Framepublishing.

Koentjaraningrat. (1981). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. (1981). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Koentjaraningrat (red.). (1976). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, H. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press.

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

MPSS, Pudentia, peny. (1998). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Novianti, Nury. (2010). Konsep Cantik dalam Mantra dangdan Banjarsari. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.

Nuryani. (2010). Wacana Ritual Selamatan di Pasarean Gunung Kawi Malang-Jawa Timur: Kajian Linguistik Antropologis. Disertasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pusat Bahasa. (2001). KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka


(6)

144

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ramlan, M. (2001). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik. Antropologi Linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Poda.

Sitaresmi, N.& Mahmud F. (2011). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

Soedjijono, Kusnadi Adi Wiryawan, & Imam Hanafi. (1987). Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa Di Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudaryanto. (1998). Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Warnaen, Suwarsih dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundalogi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wierbicka, Anna. (1997). Understanding Culture through Their Key Words:

English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University Press.

Yulianto, Dion. (2011). Pedoman Umum EYD dan Dasar Pembentukan Istilah: Berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan dan Dasar Pembentukan Istilah Depdiknas. Yogyakarta: DIVA Press.