PEMBINAAN CIVIC DISPOSITIONBERBASIS NILAI-NILAI KEMANUSIAAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI.

(1)

KESEHATAN KOTA SUKABUMI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

FUSNIKA

1201271

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

KESEHATAN KOTA SUKABUMI

Oleh : Fusnika

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan ( M.Pd ) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana

@ Fusnika 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi Undang – Undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copy atau dengan cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(4)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Struktur Organisasi ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN 15 A. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan ... 15

1. Batas Pendidikan Kewarganegaraan ... 15

2. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 22

4. Pendekatan dan Ruang Lingkup Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan ... 26

5. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) pada Pembelajaran PKn ... 29

B. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi ... 35

1. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi ... 35

2. Perkembangan PKn di Perguruan Tinggi ... 38

3. Tujuan Mata Kuliah PKn di Perguruan Tinggi ... 41


(5)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Landasan Pembelajaran Nilai Kemanusiaan dalam PKn ... 48

1. Landasan Yuridis Pendidikan Kewarganegaraan ... 48

2. Nilai Kemanusiaan pada Pembelajaran PKn ... 51

D. Penelitian yang Relevan ... 53

E. Kerangka Pemikiran ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 58

1. Lokasi Penelitian ... 58

2. Subjek Penelitian ... 58

B. Desain Penelitian ... 60

C. Metode Penelitian ... 61

D. Definisi Operasional ... 63

E. Instrumen Penelitian ... 66

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 68

G. Teknik Pengumpulan Data ... 71

H. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 79

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 87

1. Pandangan sivitas akademik mengenai pembinaan civic disposition berbasis nilai – nilai kemanusiaan pada PKndi STIKES Kota Sukabumi ... 89

2. Kesesuaian materi HAM dalam PKn untuk membina civic disposition mahasiswa STIKES Kota Sukabumi ... 96

3. Program Pendukung PKn dalam Pembinaan Civic Dispositionyang berbasisNilai-Nilai pada Mahasiswa STIKES Kota Sukabumi ... 98


(6)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Evaluasi pembelajaran materi nilai – nilai kemanusiaandalam pembelajaran PKn untukmembina civic dispositionMahasiswa di KotaSukabumi ... 103 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105

1. Pandangan sivitas akademik mengenai pembinaan civic disposition berbasis nilai – nilai kemanusiaan pada PKndiSTIKES Kota Sukabumi ... 106 2. Kesesuaian materi HAM dalam PKn untuk membinacivic

disposition mahasiswa STIKES Kota Sukabumi ... 119 3. Program Pendukung PKn dalam Pembinaan Civic

Dispositionyang berbasisNilai-Nilai pada Mahasiswa STIKES Kota Sukabumi ... 125 4. Evaluasi pembelajaran materi nilai – nilai kemanusiaan dalam

pembelajaran PKn untukmembina civicdispositionMahasiswa di KotaSukabumi ... 135

BAB V SIMPULANDAN REKOMENDASI ... 144 DAFTAR PUSTAKA ... 151 LAMPIRAN


(7)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai kemanusiaan merupakan bagian dari humanisme yaitu sikap atau tingkah laku mengenai perhatian manusia dengan menekankan pada rasa belas kasih serta menghargai harkat dan martabat setiap individu. Pada kenyataan saat ini, banyak ditemui perilaku merosotnya nilai-nilai kemanusiaan di dunia medis. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi apabila semua pihak memiliki pengetahuan serta pemahaman yang baik terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali, mengkaji dan memperoleh gambaran tentang sebuah pembinaan watak kewarganegaraan yang berbasis nilai-nilai kemanusiaan pada pembelajaran PKn di STIKES Kota Sukabumi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data meliputi wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukan:(1) Nilai-nilai kemanusiaan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran PKn yang dimaksudkan untuk mencetak warga negara yang baikyakni sebagai bagian dari warga negara yang tahu akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bernegara.(2) Program pembelajaran yang dilaksanakan melalui materi nilai-nilai kemanusiaan bersifat terbatas melalui materi hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, demokrasi, konstitusi dan negara hukum meskipun demikian melalui proses pembelajaran dan metode pembelajaran yang tepat serta peran dosen sebagai model dan contoh yang baik. (3) Program pembelajaran PKn mendukung terhadap pembinaan karakter kewarganegaraan para mahasiswa, ditunjang dengan program pendukung kebijakan Perguruan Tinggi serta bentuk pembinaan yang lainnya seperti pelatihan penanggulangan gawat darurat yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa sebagai langkah preventif dalam hal membawa dampak positif untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh diluar perkuliahan. (4) Evaluasi hasil belajar PKn dapat dilihat dari dua aspek yaitu; pertama, menunjukan beberapa kompetensi kewarganegaraan dimana mahasiswa menyadari keberadaanya sebagai warga negara yang harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan; kedua, merupakan upaya untuk memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi kewarganegaraan, namun dibutuhkan suatu pengembangan pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif. Rekomendasi hasil penelitian ini diantaranya; (1) Pengambilan Kebijakan Direktorat Pendidikan Tinggi, terutama pada pengembangan kurikulum materi HAM dalam PKn sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) di Perguruan Tinggi; (2) Ketua STIKES untuk tetap konsisten dan berupaya mengembangkan materi, desain pembelajaran, model dan sumber pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif dan sebagai agen perubahan dalam masyarakat yang bermanfaat di lingkungan sekitar (3) Dosen PKn perlu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan metode pembelajaran yang inovatif (4) Prodi PKn perlu mengembangkan model pembelajaran PKn berbasis


(8)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kewarganegaraan

ABSTRACT Fusnika (1201271)

Civic DispositionBuilding Based on Humanity Values of Civic Learning at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Sukabumi

Human values is a part of human’s behaviour which emphasizes respect on each individual. Nowadays, a lot of human valus on medical world is found to be deelining. It does not suppose to happen if people have knowledge with better understanding towards human values. This research aims to observe and find out the representation of students’ character based on civics learning at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Sukabumi. Moreover, this study used qualitative method specifically, case study. Primary data are obtained through informant sources which are chosen purposively while secondary data are obtained from literature sources. The data are collected by using qualitative method including, interview in depth, observation, documentation, and literature. Studies thus, the results showed that: 1) Human values could be improved through civics learning to build good citizenship among students so that they know their obligations and rights. 2) The role of lecturer and good implementation of learning program through citizens’ rights and obligations, human rights, democracy, contitution, and law nation. 3) Civics learning program supports various college policy programs and other training such as emergency response training by all students as preventive action to bring positive impacts in applying the knowledge. 4) The evaluation of civics learning could be found from two aspects such as; national/ citizenship competence in making the students realize their existence as citizens who respect human values; the need of various and innovative learning development which is useful to develop citizen competence. Furthermore, there are some recommendations for further studes, as follows; 1) Directorate of UniversityPolicyMaking, especiallyin thematterof human rightscurriculum developmentin civic educationas aPersonalityDevelopmentCourse(MPK) in University; 2) The head of STIKES, Sukabumi should be consistent in improving the subject material, learning design, model and source of various and innovative learning; 3) The lectures should improve thequality learning process and innovative learning; 4) Civic’s learning model based on humanity values should be developed; 5) For the next reseracher, it needs further research about national character building based on human values on civic learning in every stage of education.


(9)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(10)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Berbicara tentang nilai kemanusiaan berarti berbicara tentang beberapa aspek yang memiliki pengertian yang saling berkaitan, di antaranya mengenai humanisme, etika, kebudayaan dan perilaku.Humanisme sendiri adalah aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan atau mencita-citakan pergaulan yang lebih baik.Ada juga yang berpendapat humanisme sebagai sikap atau tingkah laku mengenai perhatian manusia dengan menekankan pada rasa belas kasih serta martabat individu.

Pengertian etika yang dipahami lebih luas di kalangan medis selama ini selalu menjadi jargon seorang tenaga kesehatan. Etika dalam keperawatan merupakan prinsip-prinsip mengenai tingkah laku profesional yang tepat berkaitan dengan hak dirinya sebagai tenaga medis, hak pasiennya, hak teman sejawatnya maupun hak orang lain.Bila dikaitkan dengan kebudayaan, perawat adalah suatu profesi yang berhubungan langsung dengan manusia sebagai lawan interaksinya dalam konteks makhluk yang sama berbudaya. Karena itu seorang perawat harus mengetahui segala hal yang berkaitan dengan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Untuk membangun nilai-nilai sosial itu agar tetap menjadi landasan bagi setiap perawat dalam menjalani kehidupan profesinya yang luas, maka disinilah pengetahuan kebudayaan menjadi konsep dasar dalam membangun jati diri sebagai petugas layanan kesehatan.

Nilai-nilai kemanusiaan ini diharapkan bisa diterapkan dalam praktek keperawatan, pelayanan kesehatan, pendidikan keperawatan, bisa memberi pelayanan optimal kepada masyarakat tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan ataupun penyalahgunaan ilmu-ilmu keperawatan untuk hal-hal yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Perawat merupakan aspek penting dalam pembangunan kesehatan perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang diatur dalam PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Bahkan dalam


(11)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyelenggaraan pelayanan kesehatan, tenaga perawat merupakan jenis tenaga kesehatan terbesar yang dalam kesehariannya selalu berhubungan langsung


(12)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Namun di dalam menjalankan tugasnya tak jarang perawat bersinggungan dengan masalah hukum.Bahkan profesi perawat sangat rentan dengan kasus hukum seperti gugatan malpraktik sebagai akibat kesalahan yang dilakukannya dalam pelayanan kesehatan. Terlebih lagi bahwa perawat bukan lagi sekedar tenaga kesehatan yang pasif.Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia, menurutDwidiyanti (2008 : 5), bahwa:

Perawat mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu. Perawat yang menggunakan pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, dan bahasa tubuh.

Adapun data media massa berikut menunjukkan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh tenaga medis:

Tabel 1.1

Kasus Kejahatan Kemanusiaan yang dilakukan oleh Tenaga Medis di Indonesia

No Nama Kasus Sumber

Informasi 1 Pembuangan pasien seorang kakek hingga meninggal

yang dilakukan salah satu rumah sakit di Bandar Lampung yang cukup menyedot perhatian berbagai pihak. Akibat dari kejadian ini enam orang pegawai rumah sakit tersebut dijadikan tersangka oleh pihak kepolisian Bandar Lampung. Keenam orang yang diduga melakukan tindakan keji itu antara lain adalah Andi dan Andika (cleaning service), Rika (perawat), Rudi (juru parkir), Muhaimin (sopir), dan Adi (office boy).

Liputan 6.com, kamis 13 februari 2014

2 Kasus Dera Nur Anggraini bayi malang yang menghembuskan nafasnya pada usia 7 hari. Bayi Dera meninggal akibat penyakit ganguan saluran pernapasan, ironisnya bayi Dera ditolak oleh 10 rumah sakit yang didatangi oleh ayah dan kakeknya. Alasan rumah sakit yang didatangi adalah rumah sakit penuh bahkan ada rumah sakit meminta uang muka terlebih dahulu.

kompas Sabtu 16 Februari 2013


(13)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Bulukumba, pun diminta untuk melengkapi berkasnya terlebih dahulu di Dinas Sosial Bulukumba.

27 April 2013 halaman 17 4 Kasus yang menimpa Suharni dan Santi berikut dua

bayi mereka. Keempatnya masih tertahan - 4 bulan dan 2 minggu -di RS Bersalin Sofa Marwa, Jagakarsa, Jakarta Selatan, karena tak mampu membayar biaya persalinan. Mereka tak sanggup membayar biaya operasi caesar masing-masing Rp 5 juta. Selama dalam “penyanderaan”, mereka juga diwajibkan membayar biaya Rp 100.000 per hari.

Kompas, 20 Februari 2010

5 Kasus Gatot dan istrinya. Bayi mereka disandera oleh Rumah Sakit Surabaya Medical Service (SMS) karena tak mampu membayar biaya operasi melahirkan isterinya. Pihak Rumah Sakit juga memberikan surat pernyataan, jika Gatot menyatakan mau menitipkan bayi ke rumah sakit selama paling lama 2 hari. Bila selama 2 hari tidak datang untuk mengambil bayi dan melunasi biaya, akan diserahkan ke pihak III (polisi).

Kompas, 20 Februari 2010

6 Yang paling menggegerkan adalah kasus yang menimpa pasangan Nurul Istiqomah (25) dan Abdul Karim (40) warga Kab. Probolinggo. Bayi perempuannya yang berusia 3 hari meninggal di RSUD Waluyo Jati. Ironisnya jenazah bayi tersebut tidak boleh dibawa pulang sebelum membayar biaya perawatan.

Kompas, 20 Februari 2010

Sumber: Data diolah oleh peneliti tahun 2014

Bukti tersebut menggambarkan bahwa semakin merosotnya nilai-nilai kemanusiaan di dunia medis.Kasus-kasus diatas sebenarnya tidak perlu terjadi apabila pihak penyedia layanan kesehatan menyadari betul apa arti pelayanan kesehatan. Pasal 28 H (1) UUD 1945 amandemen 2002 jelas menyebutkan “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan”. Ini diperkuat dengan Pasal 2 UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa “pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatanterhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama”.


(14)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu kalimat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, “kesehatan adalah hak asasi manusia, dan seperti yang kita ketahui, hak asasi itu harus ditunaikan, tidak peduli seseorang kaya atau miskin pejabat atau rakyat biasa, semua warga negara berhak sehat”. Adapuntabel di bawah ini mengambarkan proporsi pasien di ke

rumah sakit Syamsudin Kota Sukabumi.

Tabel.1.2

Proporsi pengunjung pada Rumah Sakit Syamsudin Kota Sukabumi

Kelas Jumlah

NULL 0

INTENSIVE 1002

IW 2510

KELAS 1A AC 22

KELAS 1A NON AC 1114

KELAS 1B 1876

KELAS 1C 2631

KELAS II 9783

KELAS III 14277

KELAS UTAMA I 24277

KELAS UTAMA II 2078

Sumber: AdministrasiRumahSakit Syamsudin Kota Sukabumi tahun2014

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa banyak pasien yang menempatkan ruangan kelas III yang selalu identik dengan orang miskin. tentunya dengan kelas seperti itu tidak maksimalnya pelayanan kesehatan, setiap pasien yang datang berobat berhak mendapatkan pelayanan yang semestinya. Tidak adil rasanya jika kualitas pelayanan yang diberikan tidak sama antara pasien dengan kantong tebal dibandingkan pasien dengan jamkesmas. Pasien dengan jamkesmas sering kurang mendapat perhatian dari pihak rumah sakit. Mereka hanya bisa diam dan pasrah terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, karena itu masyarakat dan tenaga


(15)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesehatan perlu diingatkan kembali akan hak dan kewajiban pasien dengan jaminan sosial.

Mahasiswa keperawatan sebagai bagian dari masyarakat mendapatkan pendidikan di Perguruan Tinggi dalam rangka mempersiapkan mereka agar dapat lebih baik ketika menjadi tenaga medis nantinya. Pembinaan mahasiswa perawat generasi muda Indonesia agar menjadi warga negara yang baik dan cerdas ( smart and good citizenship) dengan terwujudnya keberlangsungan kehidupan bernegara. Sejalan dengan hal tersebut, Sanusi (1998:267) menyatakan bahwa:

Pendidikan merupakan proses mendidik atau pembelajaran peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi seperti antara lain mampu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positif sambil memberdayakan serta mengembangkan potensi-potensi kepribadian peserta didik.

Berdasarkan pandangan diatas, jelaslah bahwa pendidikan keperawatan sebagai suatu profesi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab pengembangannya harus mampu mandiri. Untuk itu memerlukan suatu wadah yang mempunyai fungsi utama untuk menetapkan, mengatur serta mengendalikan berbagai hal yang berkaitan dengan profesi seperti pengaturan hak dan batas kewenangan, standar praktek, standar pendidikan, kode etik profesi dan peraturan lain yang berkaitan dengan profesi keperawatan. Perawat dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya sangat dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik yang dapat menunjang tindak prilaku profesionalnya. Pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik akan dapat diperoleh dalam lingkungan Perguruan Tinggiyang memiliki komitmen yang kuat untuk mencetak perawat yang profesional.

Dekade ini begitu banyak Perguruan Tinggi keperawatan yang berdiri dengan mekanisme yang ada. Perguruan tinggi ini tentunya memiliki andil dalam pembangunan bangsa utamanya dunia keperawatan untuk mencetak sumber daya keperawatan yang profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh Zaidin,A (2001:14):


(16)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Tuntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial di Indonesia.

Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam melahirkan perawat-perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya dalam mewujudkan perubahan ini. MenurutZaidin,A (2001:103) Profesi memiliki beberapa karakteristik utama sebagai salah satu tantangan terberat adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia tenaga keperawatan yang walaupun secara kuantitas merupakan jumlah tenaga kesehatan terbanyak dan terlama kontak dengan pasien, namun secara kualitas masih jauh dari harapan masyarakat.

Kenyataan di lapangan masih banyak keluhan dari masyarakat atau pasien terhadap kualitas pelayanan perawat di rumah sakit. Salah satu hal yang banyak disorot adalah masalah tingkah laku perawat seperti tidak ramah, kurang senyum dan tidak segera datang bila dipanggil dalam melayani pasien. Sering di jumpai seorang perawat yang berperilaku kasar dan emosional dalam memeriksa pasien sehingga menimbulkan kesan tidak baik. Kemampuan perawat dalam menangani pasien secara cepat dan tepat tanpa memandang status sosial ekonomi pasien. Hal ini penting karena perawat terkadang terlalu prosedural sehingga pasien tidak tertangani secara baik.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu sikap yang profesional dalam diri perawat. Untuk melahirkan perawat-perawat profesional diperlukan suatu sistem


(17)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan yang bemutu, yang berorentasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat. Sistem pendidikan sebaiknya dapat melahirkan perawat-perawat profesional, yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual, tetapi juga memiliki kemampuan dalam hal emosional, spritual dan psikomotor. Oleh karena itu dalam proses pendidikan keperawatan harus memperhatikan input, proses, output atau outcome dari proses pendidikan. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan dapat terinternalisasi dalam diri mahasiswa keperawatan. Adapun tabel di bawah ini menggambarkan jenis-jenis keluhan pasien yang ada di Rumah Sakit di Kota Sukabumi.

Tabel.1.3

Proporsi Jenis Keluhan Pasien di RS Syamsudin Kota Sukabumi

Jenis Keluhan Jumlah (% )

Prosedur penerimaan pasien yang lamban 35,7

Pelayanan yang kurang ramah 25

Informasi yang tidak jelas 3.6

Pengobatan yang lamban 10,7

Lainnya 25

Sumber: Humas RS Syamsudin Kota Sukabumi tahun 2014

Dari tabel diatas terlihat kurangnya keramahan tenaga medis dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Perawat merupakan orang yang paling sering berinteraksi dengan pasien yang sedang dirawat maka keramahan para perawat, menjadi salah satu sugesti bagi pasien untuk sembuh. Maka dari itu mahasiswa keperawatan tentunya menyadari bahwa menjadi seorang perawat merupakan cita-cita yang memiliki banyak manfaat khususnya bagi masyarakat. Niat tulus tersebut sangat penting karena profesi perawat merupakan profesi yang berorentasi sosial atau pelayanan. Pemahaman dalam memaknai profesi perawat menjadi salah satu kekuatan mahasiswa keperawatan untuk menjadi perawat yang profesional.Menurut Zaidin,A ( 2000: 57), perawat profesional memiliki sikap “keterlibatan dengan pasien,respek, empati, kesungguhan, tanggung jawab, sabar, kepercayaan dan kemandirian”. Nursalam, ( 2007: 84)


(18)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyatakan salah satu ciri perawat profesional adalah “mampu bersikapatau berperilaku humanis terhadap pasien”. Pasien harus diperlakukan sebagai seorang manusia yang harus diperhatikan, dijaga dan dilayani dengan setulus hatisehingga proses penyembuhan akan lebih cepat. Sesuai dengan penelitian yangdilaksanakan oleh Novrita dalam Widyarini, (2005: 68) bahwa “perawat yang memiliki sikap empatiterhadap pasien akan memberi kontribusi signifikan dalam proses penyembuhanpasien”.

Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi atau kelompok program studi. Adapun menurut (Tim Dosen UGM Yogyakarta, 2002) adalah sebagai berikut :

Pendidikan kewarganegaraan diberikan di Perguruan Tinggi dengan tujuan agar mahasiswa memiliki wawasan akan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Segala hal tersebut diperlukan agar Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh dan tidak terpecah belah.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang wajib diberikan di semua jenjang pendidikan termasuk di jenjang perguruan tinggi sebagaimana tertuang baik di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun UU baru yaitu dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi dilakukan atas dasar Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 267/Dikti/Kep/2000 tentang Penyempurnaan Kurikulum Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Terakhir diperbaharui dengan SK Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.


(19)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan yang diberikan di Perguruan Tinggi bertujuan untuk mengajarkan mahasiswa untuk berkarakter kuat layaknya sila-sila dalam Pancasila yang mengutamakan Tuhan yang Maha Esa dalam bertindak.Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian dan juga pengembangan karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tercakup dalam pendidikan kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh pendidikan kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika pendidikan ini di manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.

Pendidikan kewarganegaraan menekankan pada proses bagaimana membelajarkan warga negara agar memiliki kompetensi ideal, sebagaimana menurut Bronson(1998: 114 ) bahwa “kompetensi ideal seorang warga negara adalah dimilikinya tiga kompetensi, yaitu civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan),civic skill (keterampilan kewarganegaraan) dan civic disposition ( karakter kewarganegaraan)”. Karakter atau watak kewarganegaraan (civic disposition) yang merupakan dasar pemikiran seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang mampu menjalankan karakter-karakter yang bertanggung jawab moral, disiplin diri, sabar, lemah lembut, belas kasihan, jujur, tidak pilih kasih dan dalam menerapkan karakterpubliknya seperti sopan dalam keprofesional sebagai seorang perawat ahli medis.

Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan nilai dan moral tersebut memiliki kerangka sistemik pendidikan kewarganegaraan menurut Budimansyah dan Suryadi,K(2008:180) dibangun atas paradigma baru sebagai berikut:

1. Secara kulikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.


(20)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Secara teoretik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (civic knowledge, civic dispositions, dan civic skill) yang bersifat konfluen atau saling penetrasi dan terintegrasi konteks substansi ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

3. Secara programatik menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, Kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam mengembangkan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya. Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah untuk membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

Oleh karena itu, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi sebagai salah satu Perguruan Tinggi yang melaksanakan kegiatan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan sangat mendukung langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah untuk mengembangkan kehidupan bernegara khususnya dalam kalangan generasi muda dan mahasiswa pada khususnya. Pendidikan kewarganegaraan berperan dalam pembangunan dan pengembangan karakter dalam diri generasi muda, tentu dapat terjawab jika berhasil mengambarkan generasi muda saat ini untuk ikut mengusungkan kontribusi yang diberikan pendidikan kewarganegaraan sebagai bentuk dari karakter bangsa.


(21)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran yang efektif untuk mata kuliah pendidikan kewarganegaraan adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan kejujuran, disiplin, demokratis, peduli sosial dan tanggung jawab. Dengan demikian diharapkan mahasiswa memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang ada di lingkungan kerjanya nanti sebagai tenaga medis.Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PEMBINAAN CIVIC DISPOSITION BERBASIS NILAI-NILAI KEMANUSIAAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI”.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Setelah mengkaji latar belakang di atas, maka akan dilakukan identifikasi masalah dalam rangka memudahkan memahami pokok permasalahan penelitian ini. Masalah yang mendasar pada situs penelitian yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pertama, mulai pudarnya nilai–nilai kemanusiaan dalam praktek keperawatan sekarang ini. Kedua, pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi harus dipersiapkan dengan baik untuk membentuk mahasiswa keperawataan menjadi tenaga medis yang memiliki karakter kewarganegaraan yang baik setelah menjadi perawat.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan sivitas akademik mengenai pembinaan civic disposition berbasis nilai-nilai kemanusiaan pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi?


(22)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana kesesuaian materi nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk membina civic disposition mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi?

3. Bagaimana program pendukung pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam pembinaan civic disposition yang berbasis nilai-nilai pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi?

4. Bagaimana evaluasi pembelajaran materi nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk meningkatan civic dispositionmahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi?

D.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam membina civic disposition mahasiswa, khususnya di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pandangan sivitas akademik mengenai pembinaan civic disposition berbasis nilai-nilai kemanusiaan pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

b. Mengetahui kesesuaian materi nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk membina civic disposition mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

c. Mengetahui dan mendeskripsikan program pendukung pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam pembinaan civic disposition yang


(23)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbasis nilai-nilai kemanusiaan pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

d. Mengetahui dan mendeskripsikan evaluasi pembelajaran materi nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk meningkatan civic disposition mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mencoba mengetahui seberapa jauh pembinaancivic dispositionyang berbasis nilai-nilai kemanusiaandalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraandi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi. Peneliti mengharapkan penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, adapun manfaatnya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Mengetahui pembinaancivic dispositionyang berbasis nilai-nilai kemanusiaanpada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

2. Manfaat Praktis

Keberhasilan penelitian ini diharapkan disamping memberikan manfaat teoritis juga memberikan manfaat praktis, adapun manfaat praktis dari penelitian ini diantaranya adalah:

a. Terhadap Peneliti, penelitian ini sebagai wahana untuk memperkaya khasanah keilmuan peneliti;

b. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Prodi PKn, penelitian ini diharapkan memberi sentuhan baru kajian PKn untuk Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Kota Sukabumi;

c. Terhadap Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih pemikiran, dasar keterlibatan, serta masukan kepada dosen dalam memperluas dan meningkatkan profesionalisme


(24)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khususnya dalam upaya pengembangan materi nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam membina civic disposition mahasiswa;

d. Bagi mahasiswa Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi, penelitian ini sebagai upaya mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter kewarganegaraan yang baik.

F. Struktur Organisasi

Untuk mempermudah penulisan tesis ini, penulis akan menyelesaikan struktur organisasi penulis sebagai berikut: Bab I tentang pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan dalam beberapa sub bab antara lain (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian (4)Manfaat Penelitian, (5) Struktur Organisasi. Bab II membahas Kajian Teori, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. Pada bab ini terbagi dalam sub bab antara lain; (1) Defenisi Pendidikan Kewarganegaraan, (2) Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), (3) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),(4)Pendekatan dan ruang Lingkup Mata Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, (5) Watak Kewaragnegaran (civic Disposition) pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (6) Tinjauan tentang Materi Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan,(7) Teori Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, (8) Penelitian yang Relevan. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. Bab III membahas Metode Penelitian. Dalam bagian dari sub bab ini antara lain; (1) Metode dan Desain Penelitian, (2) Populasi dan Sampel, (3) Defenisi Operasional, (4) Instrumen Penelitian, (5) Prosedur Penelitian, (6) Teknik pengumpulan dan Analisis Data. Bab IV membahas mengenai hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini terbagi dalam sub bab antara lain; (1) Deskripsi Lokasi Penelitian, (2) Hasil Penelitian dan (3) Pembahasan. Bab V membahasa Simpulan dan Saran. Dalam babi ni terbagi dalam sub bab antara lain; (1) Kesimpulan dan (2) Rekomendasi.


(25)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(26)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution (1996: 43) lokasi penelitian adalah lokasi situasi sosial yang mengandung tiga unsur, yakni tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat adalah tiap lokasi di mana manusia melakukan sesuatu, pelaku adalah semua orang yang terdapat di lokasi tersebut, sedangkan kegiatan adalah apa yang dilakukan dalam situasi sosial tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa lokasi penelitian adalah tempat di mana seseorang atau kelompok melakukan suatu kegiatan sosial yang dibatasi oleh wilayah baik dalam ruangan maupun di luar ruangan.

Lokasi penelitian ini di lingkup Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES ) Kota Sukabumi Jawa Barat. Perguruan Tinggi ini beralamatkan di Jl. Karamat No. 36 Sukabumi – 43122. Telp.(0266) 210215 Fax.(0266) 223709.

Gambar 3.1

Peta Kota Sukabumi Jawa Barat

Sumber: Peta Tematik Kota Sukabumitahun 2014 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah dosen, mahasiswa dan masyarakat yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KotaSukabumi. Menurut Spradley

Lokasi penelitian


(27)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam Sugiyono ( 2010:389) dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah

populasi, tetapi dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas

tiga elemen. yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Penentuan subjek atau sumber data dalam penelitian ini dipilih secara purposive yakni teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Subjek penelitian di katagorikan berdasarkan metode atau teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Informan Status

1 Drs.Sulaeman Effendi, SE. MM. Ketua STIKES

2 Iwan Permana, SKM., S.Kep., M.Kep Ketua Prodi S1 Keperawatan 3 Susilawati, S.Kep, Ners Ketua Prodi DIII Keperawatan 4 Dr. Yohan FransUnmehopa,SH.,MH. Dosen PKn STIKES

5 Abdul Aziz Mahasiswa S1Keperawatan

6 Aulia Septiani Mahasiswa S1 Keperawatan 7 Farid Budiyanto Mahasiswa S1 Keperawatan 8 Santy Maulani Mahasiswa DIII Keperawatan 9 Widy Pertiwi Mahasiswa DIII Keperawatan 10 Imam Munandar Mahasiswa DIII Keperawatan

11 Dwijo Wasi Widyanto,S.Kep

Masyarakat (Ka.Devisi Mutu Pelayanan Kesehatan

RS.UmumSyamsudin Sukabumi 12 Nanan Kurniawan,S.Pd Masyarakat (Orang Tua

Mahasiswa )

13 Annisa Hanifah Masyarakat (Alumni STIKES) Sumber : Data Diolah oleh peneliti Tahun 2014

Adapun alasan peneliti memilih subjek penelitianyang antara lain: Ketua STIKES, Ketua prodi, Dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan, Mahasiswa Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi dan masyarakat adalah hal ini Kepala Devisi Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Syamsudin Kota Sukabumi, orang tua mahasiswa dan alumni STIKES dengan melakukan wawancara hal ini dikarenakan orang-orang tersebut memiliki informasi yang luas mengenai pentingnya nilai-nilai kemanusiaan pada mahasiswa keperawatan dan


(28)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nilai–nilai kemanusiaan pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini berangkat dari beberapa kasus yang unik yang terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi, sehingga tradisi penelitian ini adalah studi kasus (case study). Berkaitan dengan tradisi studi kasus tersebut, Stakedalam Creswell(2010:20) memberikan defenisi mengenai tradisi studi kasus tersebut bahwa:

“Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti

menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpul data berdasarkan waktu yang telah ditentukan”.

Dalam kaitannya dengan kasus-kasus yang terjadi di situs penelitian, maka dilakukannya tradisi ini dimaksudkan untuk mendalami, mengungkapkan dan memahami permasalahan-permasalahan serta kenyataan-kenyataan yang terjadi di situs penelitian sebagaimana adanya secara komprehensif, mendalam, intensif dan mendetail. Sehingga dari studi ini peneliti akan memperoleh gambaran secara mendalam dan menyeluruh mengenai kenyataan-kenyataan yang terjadi disitus penelitian tersebut.

Adapun pendapat Suprapti (2008:10), “studi kasus adalah suatu penelitian

yang secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sosial, terdiri atas individu, kelompok, dan lembaga”. Sejalan dengan defenisi tersebut, didalam Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Case_study)

digariskan pula mengenai defenisi dari tradisi studi kasus yakni “a case study

(also known as a case report) is an intensive analysis of an individual unit (e.g., a person, group, or event) stressing developmental factors in relation to contex.Berdasarkan defenisi diatas, dapat dipahami bahwa tradisi studi kasus (biasa dikenal sebagai penelitian yang laporan kasus) adalah sebuah penelitian


(29)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang melakukan analisis secara intensif terhadap unit individu seperti seseorang, kelompok atau peristiwayang penekanan penelitiannya melihat faktor-faktorperkembangan kasus tersebut dalam kaitannya dengankonteks penelitian.

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang hakikatnya merupakan salah satu strategi dalam penelitian kualitatif dimana dalam melakukan proses analisis terhadap program pembinaan civic disposition berbasis nilai-nilai kemanusiaan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi, aktivitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan proses serta latar belakang permasalahan di lapangan dilakukan secara intensif. Berangkat dari pertimbangan tersebut dalam rangka penelitian ini ingin memahami latar belakang dari kasus-kasus yang terjadi di situs penelitian, maka tepatlah penelitian ini mengunakan metode studi kasus.

C. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data yang terkumpul dan proses analisisnya lebih bersifat kualitatif yakni suatu kajian yang dalam pengolahan data, sejak mengumpulkan data, mereduksi, menyajikan dan memverifikasi serta menyimpulkan data, tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Pemilihan pendekatan penelitian kualitatif ini dikarenakan peneliti bermaksud ingin mendapatkan data yang mendalam serta memahami secara mendalam permasalahan yang ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiono (2011:4) pada bagian pengantar bukunya bahwa:“metode penelitian kualitatif cocok digunakan terutama bila permasalahan masih remang-remang bahkan gelap, peneliti bermaksud ingin memahami secara mendalam suatu situasi sosial yang kompleks dan penuh


(30)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

makna”. Lebih lanjut beliau memberikan batasan mengenai kapan pendekatan

penelitian kualitatif digunakan yang dapat disimpulkan yakni apabila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap, digunakan untuk memahami makna dibalik data yang tampak, digunakan untuk memahami interaksi sosial, digunakan untuk memahami perasaan orang, digunakan untuk mengembangkan teori, digunakan untuk memastikan kebenaran data, serta digunakan untuk meneliti sejarah perkembangan.

Berdasarkan gagasan yang diuraikan diatas, maka dalam rangka penelitian ini bermaksud ingin mengembangkan teori serta memahami secara mendalam suatu situasi pembelajaran khusus mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi, maka pemilihan pendekatan penelitian kualitatif dianggap tepat. Bogdan dan Biklen dalam Sugiono (2011:13) memberikan gagasan mengenai karakteristik penelitian kualitatif yakni:

“Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci; penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka; penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome; penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif; penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)”.

Adapun pemahaman terhadap karakteristik pendekatan penelitian kualitatif seperti diuraikan diatas adalah penting dalam rangka melaksanakan proses penelitian secara menyeluruh nantinya. Kemudian dalam rangka penelitian ini yang menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, Creswell dalam Satori dan Komaria ( 2011:24) mengemukakan mengenai defenisi penelitian kualitatif bahwa:

“Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analysis words, reports detailed views of informants, and conduct the study in a natural setting”.


(31)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah. Guba dan Lingcoln dalam Moleong (2001: 15) untuk penelitian kualitatif biasa digunakan istilah naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah. Sebab, situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya. Untuk memahami makna dari fenomena yang terjadi secara alamiah itu, maka peneliti berperan sebagai key instrument, yang harus mengumpulkan data dan mendatangi langsung sumber data.

D. Definisi Konseptual

Definisi operasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati.sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah: pembinaan, watak kewarganegaraan (civic disposition), nilai-nilai kemanusiaan, pendidikan kewarganegaraan.

1. Pembinaan

Dalam penelitian ini, definisi pembinaan merujuk pada pendapat-pendapat dari: 1) Poerwadarmita (1987: 48) Pembinaan adalah“suatu usaha, tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.

2) Thoha (1989:75) Pembinaan adalah “suatu proses, hasil atau pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini mewujudkan adanya perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas sesuatu”.

3) Menurut Widjaja (1988: 18) Pembinaan adalah:

“Suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan membutuhkan memellihara


(32)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan,

menyempurnakan dan mengembangkannya”.

Dari rujukan-rujukan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud pembinaan dalam penelitian ini suatu proses, usaha dan tindakan dalam kegiatan yang dilakukan secara berhasil dan berguna dengan baik bagi orang lain. Dalam arti dapat memberikan pemecahan persoalan yang dihadapi dengan sebaik-baiknya.Sehingga dalam kaitannya dengan penggunaan istilah pembinaan pendidikan kewarganegaraan dalam membentuk watak kewarganegaraan (civic desposition) sebagaimana judul penelitian ini, dapat dipahami sebagai sebuah upaya keterlibatan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan watak kewarganegaraan mahasiswa Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi.

2. Watak Kewarganegaraan (civic disposition)

Civic Disposition (Watak-Watak Kewarganegaraan), komponen ini sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak Kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran PKn, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.

Menurut Branson (1999 : 23) menyatakan bahwa komponen mendasar ketiga dari civic education adalah:

Watak-watak kewarganegaraan (civic disposition) yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Watak-watak kewarganegaraan sebagaimana kecakapan kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-organisasi (civil society)”. Dari definisi di atas yang dimaksud dalam judul tesis ini adalah bagaimanakah pembinaan watak kewarganegaraan (civic disposition),dengan demikian hendaknya karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri


(33)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting, kepedulian sebagai warganegara, kesopanan, berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi dalam tugas dan profesinya sebagai tenaga medis.

3. Nilai – nilai Kemanusiaan

Dalam penelitian ini, definis nilai – nilai kemanusiaan merujuk pada pendapat-pendapat dari:

1) Allport dalam Mulyana (2004: 142) “nilai merupakan keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannnya”.

2) Kluckhohm dalam mulyana, (2004:97), mendefinisikan “nilai sebagai konsep yang tersirat atau tersurat yang sifatnya membedakan ciri – ciri individu atau kelompok dari apa yang dinginkan yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan”.

3) Williams dalam Homer & Kahle (1988: 86) “nilai menjadi kriteria yang

dipegang oleh individu dalam memilih dan memutuskan sesuatu”.

4) Danandjaja, (1985: 26) mengemukakan bahwa “nilai memberi arah pada sikap,

keyakinan dan tingkah laku seseorang, serta memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang diinginkan pada setiap individu”

5) Kuperman dalam Mulyana ( 2004 :74) mendefenisikan bahwa:

“Nilai kemanusiaan adalah nilai mengenai harkat dan martabat manusia. Manusia merupakan makhluk yang tinggi di antara makhluk ciptaan Tuhan sehingga nilai-nilai kemanusiaan tersebut mencerminkan kedudukan manusia sebagai makhluk tertinggi di antara makhluk – makhluk lainnya. Seseorang mempunyai nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi menghendaki masyarakat memiliki sikap dan perilaku yang sifatnya merendahkan manusia lain”.

Dari definisi di atas yang dimaksud dalam judul tesis ini tentang nilai-nilai kemanusiaan adalah dalam kehidupan manusia dimana nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah laku setiap manusia dalam pergaulan


(34)

sehari-Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hari.Nilai membimbing individu untuk memasuki suatu situasi yang mana individu bertingkah laku sebagai individu yang baik. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan sebagai manusia dalam pribadi yang utuh. 4. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Pendidikan kewarganegaraan dalam lingkup perguruan tinggi yang bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Pasal 37 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003). Dengan rasa kebangsaan dan cinta tanah air tersebut, peserta didik akan memiliki kesadaran yang tinggi akan hak dan tanggung jawab yang dimiliki sebagai warga negara, termasuk di dalamnya adalah hak dan kewajiban untuk berpartisipasi aktif dalam upaya bela negara.

Pendidikan kewarganegaraan dalam penelitian ini diartikan sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian ( MPK ) di Perguruan Tinggi yang berorentasi pada pembentukan watak atau karakter warga negara yang mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik, memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta merupakan pembinaan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam rangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, cerdas dan terampil sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945.

E. Instrumen Penelitian

Karena penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kualitatif, maka yangmenjadi instrument utamadalampenelitianiniadalahpeneliti sendiri (human instrument), untuk dapat menjadi instrument, maka dalam melaksanakan penelitian, peneliti harus memiliki bakal teori dan wawasan yang luas, sehingga dengan bekal tersebut mendukung peneliti untuk mampu bertanya, menganalisis, memotret, serta mengkonstruksi berbagai persoalan yang diteliti hingga menjadi


(35)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih jelas dan bermakna. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian ini lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang di sekitar lokasi penelitian yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Kota Sukabumi. Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Sesuai dengan pendapatNasution dalam Sugiono (2011:223) yang menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunya bentuk yang pasti.Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Dari urian diatas, dapat dipahami bahwa didalam menghadapi karakteristik penelitian kualitatif yang segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti atau senantiasa berkembang sepanjang penelitian berlangsung, maka yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri (human instrument) agar dapat mengungkap fakta-fakta di situs penelitian. Sejalan dengan konsep tersebut Lincoln dan Guba dalam Satori dan Komaria (2011:62) turut menjelaskan bahwa “manusia sebagai instrumen pengumpul data mamberikan keuntungan, dimana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat mengunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu”. Penelitisebagai instrument penelitiandengan ciri-ciri sebagaimana yang dikemukakan Nasution (1997:55) sebagai berikut :

a. Penelitisebagaialatpekadapatbereaksiterhadapsegalastimulusdari

lingkunganyangharusdiperkirakannyabermaknaatautidakbagipenelitian.Ti dakada instrument lainyangbereaksidanberinteraksiterhadapdemikian banyak faktor dalam situasi yang senantiasa berubah;

b. Penelitisebagaialatdapatmenyesuaikanterhadapsemuaaspekkeadaan dan dapatmengumpulkananekaragamdatasekaligus.Tidakadaalatpenelitian lain,sepertiyangdigunakandalampenelitiankualitatif,yangdapat


(36)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyesuaikandiridenganbermacam-macamsituasiserupaitu.Suatutes hanyacocokuntukmengukurvariabeltertentuakantetapitidakdapatdipakai untuk mengukur macam-macam variabel lainnya;

c. Penelitisebagai instrument dapatsegeramenganalisisdatayang diperoleh.Dapatmenafsirkannyamelahirkanhipotesisdengansegerauntukm enentukanarah pengamatan untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika;

d. Hanyapenelitisebagai instrument dapatmengambilkesimpulanberdasarkan datayangdikumpulkanpadasuatusaatdansegeramenggunakannyasebagai buntuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan ataupenolakan.

Peneliti kualitatif sebagai human istrument, dapat dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta di situs penelitian secara elastis dan tepat, ia bertugas melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Selain itu peneliti kualitatif dapat melihat situasi dan berbagai perkembangan di situs penelitian.Memilikiadaptabilitasyangtinggi

sehinggadapatmenyesuaikandiridengansituasiyangberubah-ubahtersebut yang dihadapidalampenelitian. Senantiasadapatmemperluaspertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data secara holistik menurut keinginan peneliti.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pengujian validitas data. Menurut Alwasilah (2006:169) “validitas

adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran, dan segala jenis laporan.” Dengan pengertian tersebut jelas bahwa validitas memiliki kegunaan yaitu agar suatu deskripsi atau kesimpulan itu benar adanya mengingat penelitian kualitatif sering kali diragukan terutama dalam hal keabsahan datanya (validitas data), oleh sebab itu diperlukan cara untuk dapat memenuhi kriteria kredibilitas data.Dalam penelitian ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu:


(37)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memeriksa keabsahan suatu data penelitian, perpanjangan masa observasi dapat mengurangi kebiasan suatu data karena dengan waktu penelitian di lapangan yang lebih lama akan menjadikan peneliti mengetahui keadaan secara mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data, baik yang disebabkan oleh peneliti sendiri maupun oleh subjek penelitian.Usaha peneliti untuk dapat memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data yaitu dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu seefisien mungkin. 2) Meningkatkan ketekunan.

Yang dimaksudkan dengan meningkatkan ketekunan di sini adalah melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara demikian maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti akan melakukan pengecekan kembali tentang kebenaran data yang telah didapatkan, apakah benar atau tidak, serta peneliti dapat medeskripsikan data yang akurat dan sistematis tentang data yang diamati.

3) Triangulasi.

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari sumber satu ke sumber lain dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek data penelitian yang dikumpulkan. Dalam hal ini Sugiyono (2009:273) menyatakan bahwa “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.”

Penelitian ini mengacu pada triangulasi sumber dan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh para mahasiswa sebagai informan, Dosen sebagai tenaga pendidik, Ketua STIKES, Ketua Prodi sebagai pihakPerguruan Tinggi dan


(38)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat sebagai pihak pendukung dalam penelitian ini. Triangulasi tersebut dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagan 3.1

Triangulasi Sumber Data

Sivitas Akademi Mahasiswa

Masyarakat

Sumber : Diolah oleh peneliti (Sugiyono,2009:273)

b. Triangulasi teknik pengumpulan data

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Adapun triangulasi teknik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Wawancara Observasi

Studi Dokumentasi

Sumber: Diolah oleh peneliti (Sugiyono,2009:273)

4) Menggunakan referensi yang cukup

Referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan


(39)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan sebagainya yang diambil dengan cara tidak menggangu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

5) Mengadakan member check

Menurut Sugiyono (2009:276) “member checkadalah proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.” Seperti halnya pemeriksaan pada data lain, member check juga dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data. Member check dilakukan setiap akhir kegiatan wawancara, dalam hal ini transkripsi dan tafsiran data hasil penelitian yang telah disusun oleh peneliti kemudian diperlihatkan kembali kepada para responden untuk mendapatkan konfirmasi bahwa transkripsi itu sesuai dengan pandangan mereka. Responden melakukan koreksi, mengubah, ataupun menambahkan informasi.

Proses member check tersebut dapat menghindari salah tafsir terhadap jawaban responden sewaktu diwawancara, menghindari salah tafsir terhadap perilaku tesponden sewaktu diobservasi dan dapat mengkonformasi perspektif responden terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data merupakan salah satu langkah utama didalam melakukan sebuah penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Pada hakikatnya pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagaisumber, serta berbagai cara. Apabila dilihat dari setting maka data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting).Apabila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Kemudian apabila dilihat dari teknik atau cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi partisipasi (participant observer), diskusi terfokus


(40)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(fokus group discussion), dokumentasi, dan gabungan dari keempatnya. Menurut Satori dan Komariah (2011:146) menyatakan bahwa:

“Didalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation observation), wawancara mendalam (in depth interview)dan dokumentasi”. Selanjutnya menurut Marshall C, Gretchen B dalamSatori danKomariah,

2011:146) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative

researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document review”. Dari gagasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa didalam penelitian kualitatif metode mendasar yang diandalkan dalam pengumpulan datanya yakni pengamatan berperan serta, pengamatan secara langsung, wawancara secara mendalam, serta dokumentasi.Adapun teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, observasi, wawancara, studi dokumentasi dan triangulasi. Penjelasan masing-masing teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpul data penelitian yang merupakan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan tersebut dilakukan oleh dua orang secara langsung. Menurut Sugiono (2011:231) mendefinisikan interview

sebagai:”a meeting of two person to exchange information and idea throung

question and responses, resulting in communication and joint construction of

meaning about a particular topic”. Dari gagasan diatas dapat dipahami bahwa

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Selanjutnya gagasan yang lebih lengkap mengenai teknik wawancara dikemukakan oleh Cresswel (2010: 267) bahwa:


(41)

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Dalam wawancara kualitatif peneliti dapat melakukan face to face

interview (wawancara berhadap hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam facus group interview (interview dalam kelompok tertentu)yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan perkelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructed) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan padangan dan opini dari partisipan”.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah kegiatan yang dilakukan oleh dua orang baik langsung ataupun melalui perantara alat dimana kegiatan tersebut berupa komunikasi dengan sumber data dalam rangka mengkontruksi makna dari topik yang diteliti. Dalam kaitannya dengan melaksanakan proses wawancara dalam penelitian ini, maka peneliti berupaya mendalami informasi di situs penelitian melalui komunikasi dua arah atau lebih guna mencari informasi-informasi yang diperlukan untuk penelitian serta merumuskan solusi terhadap masalah yang diteliti secara bersama-sama dengan informan. Teknik ini akan peneliti tempuh dengan melakukan wawancara secara kooperatif dan mendalam berdasarkan intrumen yang telah dipersiapkan dan kedudukan proposal penelitian yang bersifat terbuka dengan maksud dapat berkembang sesuai dengan perkembangan di situs penelitian dan kebutuhan data yang diperlukan.

b. Observasi

Dalam upaya memperoleh pengetahuan setiap manusia tidak bisa terlepaskan dari proses observasi, bahkan observasi merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan. Menurut Cresswel (2010: 267) menyatakan bahwa observasiyangdilakukandalam penelitiankulitatifadalah “observasiyangdidalamnyapenelitilangsungturun kelapangan untukmengamatiperilakudanaktivitasindividu-individudilokasi penelitian”. Sejalan dengan gagasan diatas Moleong (2007:175) menyatakan bahwa:

”Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti


(1)

cerdas.

b. Perlunya komitmen sivitas prodi PKn untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyakat agar mereka paham tentang nilai-nilai kemanusiaan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Penelitian lebih lanjut

a. Mengenai pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan HAM di semua jenjang pendidikan, karena kajian ini terbatas pada upaya menemukan konsep pembinaan civic disposition berbasis nilai-nilai kemanusiaan pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di STIKES Kota Sukabumi.

b. Proses pengumpulan informasi dilakukan secara lebih cermat sehingga informasi yang diperoleh lebih komprehensifdan dapat dipertanggung jawabkan.


(2)

151

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(3)

Fusnika, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin,H.2001.Dasar-dasar keperawatanprofessional.Jakarta: WidyaMedika. Bourdieu, Pierre,(2002 ) In Other Words: Essays Towards a Reflexive Sociology, (Cambridge: Polity Press

Branson, M. S., (1998). Center for Civic Education,Washinton DC: The Communitarian Network.

Branson, M.S. (1998). The Role of Civic Education. Calabasas: CCE.

Budimanyah, D danSuryadi, K.

(2008).PKndanMasyarakatMultikultural.Bandung: Program StudiPendidikanKewarganegaraan SPS UPI.

Cogan JJ. (1998). Citizenship Education for the 21st Century. London: Kogan Page.

Creswell.J W. (2008).Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research.USA: Person Education International.

Dwidiyanti, Meidiana, 2008. KeperawatanDasar. Semarang :Hasani

Johnson, Doyle Paul , 1990, “Sosiological Theory, Classical Founders and

Contemporary Pertspectives.Terjemahan Robert

M.Z.Lawang.Cetakkedua.Jilid 2,Jakarta Gramedia.

Kaldjernih,F.K, 2005, “Postcolonial Citizenship Education a Critical Analysis of the Producation and Reproduction of the Indonesia civic Ideal”, Unpublished PhD Tesis, Universitas of Tasmania: Australia.

Kusnanto.(2004).

PengantarProfesidanPraktikKeperawatanProfesional.PenerbitBukuKedokt eran. Cetakanpertama, Jakarta.

Kerr, D. (1999). Citizenship Education: An International Comparison. England: National Foundation for Educational Research-NFER.

Margono, dkk.2002.

PendidikanPancasilaTopikAktualKenegaraandanKebangsaan. Malang: UniversitasNegeri Malang.


(4)

152

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miles danHuberman. 1992.AnalisisDataKualitatif.Jakarta. PenerbitUniversitas Indonesia ( UI -Press).

Moleong, Lexy J. 2001. MetodePenelitianKualitatif. Bandung. PT. RemajaRosdakarya.

... 2007. MetodePenelitianKualitatif. Bandung. PT. RemajaRosdakarya. Nursalam, 2007.ManajemenKeperawatan: apikasidalampraktekKeperawatan

professional. Jakarta: SalembaMedika

Nurmalina, K &Syaifullah. 2008. MemahamiPendidikanKewarganegaraan. Bandung. LaboratoriumPendidikanKewarganegaraanUniversitasPendidikan Indonesia..

Potter, Praticia A.2005.Buku ajar fundamental keperawatanedisi 4.Jakarta: EGC. PusatBahasaDepartemenPendidikanNasionalRepublik

Indonesia.KamusBesarBahasa Indonesia DalamJaringan.

Rahmatet al. (2009).PembelajaranPendidikanKewarganegaraan. Bandung: LaboratoriumPendidikanKewarganegaraan. UniversitasPendidikan Indonesia.

Sapriya.(2012).

MemperkokohPosisiPKnSebagaiDisiplinIlmuTerintegrasi.Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia.

Satori, J danKomariah, A. (2011).MetodelogiPenelitianKualitatif. Bandung: Alfabeta.

Somantri, N. (2001). MenggagasPembaharuanPendidikan IPS. Bandung: RosdaKaryadan PPS UPI.

Sugiyono.(2011). MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung.Alfabeta.

Sumarsono, dkk. 2005. PendidikanKewarganegaraan. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama.

Widyarini, N (2005).

MaknaProfesionalismeperawatdalamperspektifpasien:Pendekatankual itatif. Proceeding, Seminar nasional.PESAT.Depok: UniversitasGunadarma.


(5)

Wahab, Abdul Aziz danSapriya.(2011). TeoridanLandasanPendidikanKewarganegaraan.Bandung: Alfabeta.

Winataputra, Udin S danBudimansyah, D.

(2012).PendidikanKewarganegaraanDalamPerspektifInternasional (Konteks, Teori, danProfilPembelajaran). Bandung. WidyaAksara Press. Thesis, danDisertasi:

Saprya, 2007, “

PersepktifPemikiranPakartentangPendidikanKewarganegaraandalam Pembangunan KarakterBangsa , UPI :Bandung.

AchamdDjunaidi, 2011, “PelaksanaanPendidikanKewarganegaraan pada

tigaperguruantinggi di kota Mataram

dalamkontekspembinaankehidupandemokrasisebuahkajianbudaya”, UPI Bandung

SuhartinaTresnawati, 2005, “Peranan guru

dalampembelajaranpendidikanpancasiladankewarganegaraanuntukmenumbuhkan kecerdasansiswasebagaiwarga Negara Indonesia, studikasus di SMA Negara 9

Bandung”, UPI : Bandung

MateriKuliahdanKuliahUmum

Amie Fadjar. (2005). Seminar

Nasional&RápatKerjaNasionalPendidikanKewarganegaraan.

Asshiddiqie, J. (2012). Living Constitution. Bandung: Program StudiPendidikanKewarganegaraanUniversitasPendidikan Indonesia.

Budimansyah, D. (2011). CakrawalaPKn. Bandung.UniversitasPendidikan Indonesia

MateriLatihanKerja Guru PPKn. (2000).DepartemenPendidikandanKebudayaan. Jakarta.

Winataputa, Udin S. IDEALS AND ISSUES IN CIVIC EDUCATION: Foundational Perspectives (General Introduction).

PeraturanPerundang-Undangan:

Undang–UndangDasartahun 1945 amandemen2002 Undang -Undang HAM, 2010, Visimedia: Jakarta.


(6)

154

Fusnika, 2014

Pembinaan Civic Dispositionberbasis Nilai-Nilai Kemanusiaan Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasional. 2010. Bandung. Fokusmedia.

Undang – Undang No. 20tahun2003 tentangsistemPendidikanNasional. KurikulumPKnPerguruanTinggi

SumberInternet:

Anonim. 2008. Kelalaianperawat. Internet. Diupdate 17 Februari 2014. Asep.2014

Relevansipendidikankewarganegarandalampengembangannilaikebangsaan

padamahasiswa di

perguruantinggi.Tersediahttp://asepmahpudz.wordpress.com/2014/01/30/r

elevansi-pendidikan-kewarganegaraan-dalam-pengembangan-nilai-kebangsaan-dan-soft-skills-mahasiswa-di-perguruan-tinggi diakses 20 Maret 2014.

Arief, 2009, Kompetensikewarganegaraanuntukmengembangkanmasyarakt

multikultur.Tersedia.http://baehaqiarif.wordpress.com/2009/10/08/kompeten si-kewarganegaraan-untuk-pengembangan-masyarakat-multikultural-indonesia/ diakses 04 juli 2013

Sudarman,

2009.Undang- undangpraktikkeperawatan.Tersediahttp//:www.google.com.undang-undang-praktik-keperawatan-no-36-tahun-2009.netdiakses 01 Juli 2013 Winarno, 2012 Pendidikankewarganegaraanuntukperguruantinggi.Tersedia

http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/2012/09/02/pendidikan-kewarganegaraan-untuk-perguruan-tinggi/diakses 13 Oktober 2013

……. 2010, Penelitianstudikasus.TersediaError! Hyperlink reference not valid. ………2010.PendidikanKewarganegaraan.

Tersediahttp://www.slideshare.net/dik2baehaqi/civic-education-course-at-collegediakses 13 Oktober 2013

………2011,watakkewarganegaraan.

Tersediahttp://www.gudangmateri.com/2011/04/watak-dan-pengetahuan kewarganegaraan.htmldiakses20 Maret 2014


Dokumen yang terkait

Tauhid Dan Nilai-Nilai Kemanusiaan Dalam Pandangan Nurcholish Madjid

1 12 82

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013).

0 2 23

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013).

0 1 12

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS NILAI-NILAI MORAL DI Pengelolaan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis nilai-Nilai Moraldi Madrasah ibtidaiyah al-Islam2 Grobagan Surakarta.

0 0 17

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS NILAI-NILAI MORAL DI Pengelolaan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis nilai-Nilai Moraldi Madrasah ibtidaiyah al-Islam2 Grobagan Surakarta.

0 0 15

PEWARISAN NILAI-NILAI TARAWANGSA UNTUK MENGEMBANGKAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE).

0 0 49

STRATEGI PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI INOVASI PEMBELAJARAN PKn BERORIENTASI CIVIC KNOWLEDGE,CIVIC DISPOSITION,DAN CIVIC SKILL DI PERGURUAN TINGGI.

1 6 17

STRATEGI PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI INOVASI PEMBELAJARAN PKn BERORIENTASI CIVIC KNOWLEDGE,CIVIC DISPOSITION, DAN CIVIC SKILL DI PERGURUAN TINGGI.

0 2 17

PEMBINAAN CIVIC DISPOSITIONBERBASIS NILAI-NILAI KEMANUSIAAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI - repository UPI T PKN 1201271 Title

0 0 3

Model Insert Pembelajaran Nilai-Nilai Kebangsaan Dalam Mata Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 26