KONSEP AKAL DALAM TAFSIR AL-MIṢBĀḤDAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN.

No. Daftar FPIPS: 4205/UN.40.2.6.I/PL/2014
KONSEP AKAL DALAM TAFSIR AL-MIṢBĀḤ
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh
Qisthy Arifah
1000926

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN MATA KULIAH DASAR UMUM
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

KONSEP AKAL DALAM TAFSIR AL-MIṢBĀḤ
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN


Oleh
Qisthy Arifah

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

© Qisthy Arifah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

Halaman Pengesahan Skripsi
QISTHY ARIFAH
KONSEP AKAL DALAM TAFSIR AL-MIṢBĀḤ
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I

Dr. H. Aam Abdussalam, M.Pd.
NIP: 1967 0402 198601 1 001
Pembimbing II

Dr. Wawan Hermawan, M.Ag.
NIP: 1974 0209 200501 1 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag.
NIP: 1957 0303 198803 1 001

Skripsi ini telah diujikan pada
Hari/Tanggal

: Kamis, 30 Oktober 2014


Tempat

: Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian
1. Ketua

:

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.
NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris

:

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag.
NIP. 19570303 198803 1 001
3. Penguji

:


3.1

Dr. Syahidin, M.Pd.
NIP. 19570611 198703 1 001

3.2

Drs. Udin Supriadi, M.Pd.
NIP. 19590617 198601 1 001

3.3

Saepul Anwar, S.Pd.I., M.Ag.
NIP. 19811109 200501 1 001

ABSTRAK

Konsep Akal dalam Tafsir Al-Mi bā dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Oleh

Qisthy Arifah
Peradaban manusia dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Hal ini banyak dipengaruhi oleh akal manusia yang begitu hebat
dapat memberdayakan bumi beserta potensi isinya dengan maksimal. Bekal
kehebatan akal itulah nampaknya yang menjadi alasan atau cara Allah Swt
memilih manusia sebagai Khālifaħ fī al-Arḍ yang dikabarkan dalam QS. AlBaqaraħ [2] ayat 30-33. Namun, di samping manfaatnya yang konstruktif,
ternyata tidak sedikit manusia yang menggunakan akalnya untuk melakukan halhal yang bersifat destruktif atau merugikan, baik merugikan diri sendiri, sesama
manusia, maupun merugikan sesama makhluk Allah Swt. Penyalahgunaan potensi
yang Allah beri tersebut, dapat diindikasikan penyebabnya yaitu ketidakpahaman
manusia akan hakikat, fungsi dan tujuan penciptaan akal bagi manusia. Hal ini
juga dapat disebabkan adanya sesuatu yang “hilang” dalam proses pendidikan. AlQur`ān sebagai pedoman hidup manusia memiliki jawaban terbaik atas berbagai
permasalahan manusia, termasuk masalah akal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap bagaimana hakikat, fungsi dan tujuan penciptaan akal yang
dikehendaki oleh Allah
dalam Al-Qur`ān. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, metode mauḍu’ī, dan teknis analisis ḍilālaħ
dan
munāsabaħ . Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tafsir Al-Mi bā , kemudian disandingkan dengan tafsir-tafsir dan buku-buku lain
untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapat antara para ahli tafsir.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa akal tidak hanya mencakup aspek kognitif
saja. Lebih dari itu, akal mencakup aspek kognitif dan afektif, bahkan juga hingga
menyentuh aspek psikomotor. Akal bukan hanya tentang kemampuan berpikir,
tetapi juga potensi atau kemampuan seseorang menghindarkan dirinya dari
perbuatan maksiat, dan mengerti segala sesuatu sebagai bukti atau tanda keesaan
dan kekuasaan Allah.

Kata kunci

: Al-Qur`ān, Akal, Tafsir Al-Mi bā dan Pendidikan.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The Concept of Reason in Tafsir Al-Mi bā and Its Implications on Education
By
Qisthy Arifah

Human civilization continues to undergo rapid development from time to time.
This is largely influenced by human’s reason that is so great that it can empower
the earth along with all its potentials optimally. It is the greatness of reason that
seems to be the ground or means by which Allah Swt has chosen human beings as
Khālifaħ fī al-Arḍ as explained in sura Al-Baqarah [2] verses 30-33.
Nevertheless, in addition to the constructive value of reason, it is not uncommon
that human beings abuse their reason to do destructive or damaging things
towards themselves, other human beings, and even for other beings of Allah Swt.
The abuse of the potentials rewarded by Allah can be attributed to human’s
inability to understand the nature, function, and aim of the creation of reason for
human beings. It can also be caused by something “missing” in education process.
Al-Qur`ān as the guide to human’s life has the best answer to reveal the nature,
function, and aim of the creation of reason that is desired by Allah in Al-Qur`ān.
The research employed qualitative approach with mauḍu’ī method, and ḍilālaħ
and munāsabaħ analysis techniques. The main data source used in this research is
Tafsir Al-Mi bā , paralleled later on to other interpretations (exegeses) and books
to find similarities and differences in opinion among the mufassirs (commentators
of Al-Qur`ān). In this research, it is found that reason does not only include
cognitive aspect. Furthermore, reason includes cognitive and affective aspects,
even the psychomotor aspect. Reason is not merely about the ability to think, but

also one’s potentials or ability to prevent him/herself from committing sin and to
understand everything as a proof or sign of the singularity and power of Allah.

Keywords: Al-Qur`ān, Reason, Tafsir Al-Mi bā , and Education.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ................................................................Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH..............................................Error! Bookmark not defined.
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK .........................................................................Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT.......................................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .......................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ..................................................Error! Bookmark not defined.

A.

Latar Belakang Masalah.........................................Error! Bookmark not defined.

B.

Rumusan Masalah ..................................................Error! Bookmark not defined.

C.

Tujuan Penelitian ...................................................Error! Bookmark not defined.

D.

Manfaat Penelitian .................................................Error! Bookmark not defined.

E.

Struktur Organisasi Skripsi ....................................Error! Bookmark not defined.


BAB II AKAL DAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ..Error! Bookmark not defined.
A.

Akal ........................................................................Error! Bookmark not defined.
1.

Akal secara Umum .............................................Error! Bookmark not defined.

2.

Akal dalam Islam ...............................................Error! Bookmark not defined.

3.

Akal dan Hati .....................................................Error! Bookmark not defined.

4.

Fungsi Akal ........................................................Error! Bookmark not defined.


B.

Pendidikan Islam ....................................................Error! Bookmark not defined.
1.

Pengertian Pendidikan Islam ..............................Error! Bookmark not defined.

2.

Tujuan Pendidikan Islam ...................................Error! Bookmark not defined.

3.

Metode pendidikan Islam ...................................Error! Bookmark not defined.

4.

Media Pembelajaran...........................................Error! Bookmark not defined.

5.

Kurikulum Pendidikan Islam .............................Error! Bookmark not defined.

6.

Pendidik dan Anak Didik dalam Islam ..............Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ....................................Error! Bookmark not defined.
Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A.

Pendekatan Penelitian ............................................Error! Bookmark not defined.

B.

Metode Penelitian ..................................................Error! Bookmark not defined.

C.

Definisi Operasional ..............................................Error! Bookmark not defined.

D.

Instrumen Penelitian ..............................................Error! Bookmark not defined.

E.

Sumber Data...........................................................Error! Bookmark not defined.

F.

Teknik Pengumpulan Data .....................................Error! Bookmark not defined.

G.

Metode Analisis .................................................Error! Bookmark not defined.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............ Error! Bookmark not
defined.
A.

Temuan Penelitian .................................................Error! Bookmark not defined.
1.

Hakikat Akal ......................................................Error! Bookmark not defined.

2.

Hubungan Akal dengan Potensi Lainnya ...........Error! Bookmark not defined.

3.

Fungsi Akal ........................................................Error! Bookmark not defined.

4. Konsekuensi bagi Manusia yang Tidak Menggunakan Akalnya ............... Error!
Bookmark not defined.
B.

Pembahasan............................................................Error! Bookmark not defined.
1.

Tafsir Per-Ayat...................................................Error! Bookmark not defined.

2.

Hakikat Akal ......................................................Error! Bookmark not defined.

3. Hubungan Akal dengan Potensi-Potensi Lainnya ............ Error! Bookmark not
defined.
4.

Fungsi dan Tujuan Penciptaan Akal ..................Error! Bookmark not defined.

5. Konsekuensi bagi Orang yang Tidak Menggunakan Akalnya Error! Bookmark
not defined.
6. Implikasi Konsep Akal dalam Tafsir Al-Mi bā terhadap Pendidikan ...... Error!
Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............Error! Bookmark not defined.
A.

Kesimpulan ............................................................Error! Bookmark not defined.

B.

Rekomendasi ..........................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................Error! Bookmark not defined.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Akal merupakan salah satu anugerah luar biasa yang dimiliki manusia.
Akal

menjadi salah satu sebab mengapa manusia diberi amanah untuk

menjadi Khalīfaħ fī al-Arḍ sebagaimana yang tersirat dalam QS. Al-Baqaraħ
[2]: 30 berikut.















  












1


Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan Khalīfaħ di muka bumi," Mereka berkata, “Apakah
Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan
darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan
nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui (QS. Al-Baqaraħ [2]: 30).
Dengan akal yang diberdayakan secara hebat, potensi bumi dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh manusia. Sebagai bukti, kehidupan manusia
berkembang pesat di bumi ini dari waktu ke waktu. Banyak tertulis judul buku

Seluruh teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari al-Qu`rān in word dalam MS Word dan divalidasi
oleh peneliti dengan edisi cetak Al-Qur`ān Tajwid dan Terjemahnya. Penerjemah: Tim Depag RI, Bandung: PT. Syaamil
Cipta Media, 2006
1

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

dengan spesialisasinya yang semakin kompleks. Dari buku sosial, ekonomi,
budaya, bahasa, sains, dan lain-lain. Kompleksitas ilmu pengetahuan juga
dapat dilihat dari

banyaknya spesialisasi keilmuan yang diselenggarakan

berbagai lembaga pendidikan. Perkembangan alat-alat transportasi darat, laut,
dan udara yang semakin kompleks, perkembangan media-media komunikasi,
informasi yang hampir setiap tahunnya memiliki terobosan baru dan semakin
canggih.
Imam Al-Gazzali (2009 : 86) mengibaratkan akal sebagai cahaya yang
menyusup ke dalam hati manusia dan menolongnya memahami sesuatu. AlGazzali juga berpendapat bahwa akal adalah suatu “sifat” yang membedakan
manusia dan binatang. Hal ini dapat dipahami dengan mengingat bahwa
manusia dan hewan memiliki banyak kesamaan, namun akallah yang menjadi
pembeda. Keduanya sama-sama memiliki potensi dan kebutuhan tertentu,
seperti sama-sama mampu bergerak, bernafas, berkembang biak, memerlukan
makan, ekresi, dan lain-lain. Namun akal yang menjadi pembeda antara
keduanya membuat peradaban manusia berkembang dari waktu ke waktu,
sementara hewan selalu tetap dan tidak berubah.
Fenomena di atas tidak lain karena adanya potensi akal yang
dianugerahkan Allah Swt kepada manusia. Akal menjadi alat utama dan
dominan dalam perkembangan dan kemajuan dalam berbagai hal di setiap
generasi. Di satu sisi, kehebatan akal memang mendukung perkembangan
kehidupan manusia dalam berbagai aspek menuju lebih baik, serba mudah,
cepat dan efektif. Namun di sisi lain, tidak jarang pemanfaatan akal oleh
manusia menjadi destruktif. Manusia merugikan diri mereka sendiri,
merugikan satu sama lain, juga merusak alam (bumi) yang pada hakikatnya
adalah titipan Allah kepada manusia untuk diurusi dengan baik.
Contoh kerusakan alam yang diperbuat manusia di antaranya
berkurangnya luas hutan di bumi karena

ulah mereka, padahal hutan

merupakan “paru-paru dunia”, yang menjadi sentral produksi oksigen untuk
kelangsungan hidup manusia. Di Indonesia sendiri, website Departemen
Kehutanan

(Nana, 2014) mengabarkan bahwa antara tahun 1990-2005,

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Negara Indonesia telah kehilangan lebih dari 28 juta hektar hutan karena
penebangan hutan secara liar, perkebunan agrikultur dalam skala besar,
kolonisasi dll. Tindakan ini tentu mengganggu keseimbangan ekosistem alam.
Suplay oksigen kian berkurang, global warming (pemanasan global) semakin
terpacu, hingga suhu udara kian memanas. Banjir dan tanah longsor pun tidak
dapat dihindari, Dikabarkan juga dalam website tersebut bahwa tindakantindakan ini telah menurunkan populasi dari beberapa spesie, diantaranya
orang utan (terancam), harimau Jawa dan Bali (punah), serta badak Jawa dan
Sumatera (hampir punah).
Contoh tersebut merupakan perbuatan manusia yang secara langsung
merusak bumi, juga secara tidak langsung merugikan menusia sendiri.
Sedangkan contoh perilaku manusia yang merugikan sesamanya, yaitu para
pelaku korupsi. Salah satu kabar harian online, Detik News (Ratya, 2010)
mengabarkan bahwa hampir semua koruptor merupakan lulusan sarjana.
Mereka pernah meraih puluhan penghargaan baik di dalam maupun luar
negeri. Dalam riwayat organisasi pun, mereka banyak meduduki posisi ketua.
Ini berarti para pelaku korupsi tersebut adalah orang-orang hebat yang telah
memanfaatkan potensi akalnya dengan maksimal.
Kasus-kasus korupsi uang rakyat yang dilakukan pejabat menjadi
“bibit” timbulnya berbagai masalah baru. Pencurian uang rakyat hingga
mencapai milyar bahkan trilyun rupiah itu meningkatkan angka pengangguran,
penduduk yang hidup dalam kemiskinan, kelaparan, putus sekolah, kesehatan
tidak terjamin, juga meningkatkan angka kriminal. Penggunaan akal dalam hal
negatif lainnya adalah hacking. Sebuah blog (Panus, 2012) mengabarkan
kasus hacking yang pernah terjadi di Korea Selatan. Diketahui bahwa
beberapa hacker berhasil mencuri 8.700.000 data konsumen salah satu
operator terbesar di sana kemudian berhasil menjual data-data tersebut seharga
880.000 USD atau sekitar 7,9 milyar rupiah.
Dilihat dari kaca mata sejarah filsafat, Ahmad Tafsir (2010:1-2)
menjelaskan bahwa dahulu terdapat dua masa (Protagoras dan Francis Bacon)
di mana akal mendominasi berlebihan hingga menggoyahkan keyakinan
Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

adanya kebenaran yang objektif. Manusia pada masa itu menjadi bingung
tanpa pegangan karena sendi-sendi agama telah digoyahkan. Begitulah contoh
keadaan ketika akal mendominasi tanpa memperhatikan rambu-rambu
keyakinan agama.
Di antara kedua masa dominasi akal tersebut, terdapat pula suatu fase
yang begitu berbeda, seperti yang dijelaskan oleh Tafsir (2010: 3-4) di mana
akal dikekang dan dikungkung, sedangkan pengetahuan didominasi oleh
doktrin gereja. Pada masa itu pengetahuan tidak berkembang, maka peradaban
manusia pun tidak dapat berkembang. Begitu pula contoh keadaan ketika akal
dikekang keberfungsiannya.
Dua jenis dampak dari pemanfaatan akal oleh manusia seperti yang
digambarkan di atas tidak terlepas dari bagaimana manusia memahami akal
dalam kehidupannya. Untuk sementara dari contoh-contoh di atas, dapat
disimpulkan

bahwa secara praktis manusia memahami—dilihat dari cara

mereka menggunakan—akal sebagai alat untuk berpikir dan menemukan jalan
atau cara

untuk mendapatkan tujuan atau keinginannya, baik itu positif

maupun negatif. Asumsi tersebut nampaknya tidak bertentangan dengan
pendapat Ahmad Tafsir (2010:47) yang mengartikan akal secara teoritis
sebagai “daya pikir logis”.
Menurut Abu Yasid (2007:46), dalam sejarah pemikiran agama, nalar
(akal) manusia sering dipertentangkan dengan wahyu Allah. Padahal
menurutnya, wahyu Allah sendiri melalui beberapa firman-Nya dalam AlQur`ān telah banyak mendelegasikan nalar (akal) manusia dalam menyikapi
beragam persoalan yang bersifat keduniawian. Sebagai pedoman bagi
manusia, Al-Qur`ān memberikan jawaban terbaik tentang akal. Al-Qur`ān
memberi suatu gambaran tentang hakikat akal dan bagaimana seharusnya
potensi besar tersebut digunakan manusia. Selain itu, eksistensi Al-Qur`ān
untuk membimbing akal pun menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan,
sehingga penggunaan potensi besar akal tidak lagi malah menimbulkan
kemudharatan bagi manusia, namun sebaliknya, akal digunakan untuk

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

manusia memperoleh ketenangan dan kesejahteraan baik untuk kehidupan di
dunia maupun untuk bekal kehidupan di akhirat.
Taufiq Pasiak (2005:28) mengatakan,“Al-Qur`ān

mengisyaratkan

bahwa akal merupakan alat bagi manusia untuk memahami alam semesta dan
sekaligus akal sebagai alat rohani manusia untuk menuju Tuhan.” Potongan
kalimat “untuk menuju Tuhan”, merupakan jawaban umum namun cukup
baik untuk menjadi solusi permasalahan penggunaan akal yang berujung pada
perilaku

negatif.

Tuhan

(Allah)

sebagai

tujuan

penggunaan

akal,

mengisyaratkan bahwa akal haruslah digunakan atau dimanfaatkan sesuai
dengan keinginan Allah. Sedangkan keinginan atau hukum Allah tertuangkan
dalam Al-Qur`ān sebagai pedoman bagi manusia. Selain itu, tafsir merupakan
karya ulama yang memuat penjelasan-penjelasan mengenai apa yang
tercantum dalam Al-Qur`ān. Latar belakang di atas menunjukkan perlunya
penelitian lebih dalam tentang akal yang bersumber dari Al-Qur`ān. Maka
diajukanlah penelitian tersebut sebagai skripsi dengan judul “Konsep Akal
dalam Tafsir Al-Mi bā

dan Implikasinya Terhadap Pendidikan.” Tafsir Al-

Mi bā digunakan sebagai sumber dalam penelitian ini karena tafsir tersebut
merupakan tafsir Al-Qur`ān

lengkap 30 juz` yang dibuat oleh orang

Indonesia, dan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini membuat pengkajian
terhadap tafsir ini lebih terjamin sampainya maksud sang mufasir terhadap
pembaca karena tidak melalui penerjemahan yang memiliki resiko
kesalahpahaman penerjemah terhadap apa yang dimaksud mufasir. Selain itu,
M. Quraish Shihab sebagai penulisnya pun memiliki kredibilitas yang
memadai, didukung dengan latar belakang pendidikannya, yaitu S-1 Fakultas
U ul al-dīn Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-Azhār, dan S-2 di fakultas
yang sama untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Qur`ān, sebagaimana yang
diinformasikan

di

lembar

Tentang

Penulis,

dalam

buku

karyanya,

Membumikan Al-Qur`ān (1994). M. Quraish Shihab juga diakui dunia sebagai
ahli tafsir. Pemerhati karya tafsir Nusantara, Howard M. Federspiel (2012)
mengungkapkan keahlian M. Quraish Shihab, sebagai berikut.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

M. Quraish Shihab also known as a powerful writer and speaker.
Based on a solid scientific background which he travelled through
formal education and supported by it’s abbility to convey their
opinions and ideas in simple, but strightforward, rational, and a
moderate trend of thougth, he appeared as a speaker and writer who
can be accepted by all levels of society (Federspiel, 2012).

B. Identifikasi Masalah
Saat ini banyak manusia yang menggunakan potensi akalnya untuk
melakukan hal-hal yang bersifat destruktif, seperti yang telah dikemukakan di
latar belakang, contohnya yaitu mengeksploitasi alam untuk kepentingan
pribadi, membuat manipulasi keuangan untuk dapat menguntungkan pribadi
atau kelompoknya, menciptakan teknologi yang merusak moral atau saling
menyakiti sesama manusia, dll. Oleh karena itu dapat dipandang bahwa
permasalahan-permasalahan

tentang

akal

saat

ini

berkisar

pada

penyimpangan penggunaan akal atau arah pemikiran manusia dalam proses
penggunaan akalnya.
Untuk dapat

memahami dan menggunakana akal sesuai dengan

tuntunan Allah Swt, hendaknya hal ini dikembali kepada isyarat-isyarat yang
tertera dalam Al-Qur`ān

sebagai pedoman. Dalam Al-Qur`ān

terdapat

beberapa redaksi yang berkaitan dengan akal, seperti ‘aqala - ya’qilu,
tadabbara - yatadabbaru, tafakkara – yatafakkaru, dan ūl al-bāb. Al-Qur`ān
tidak mengungkapkan akal sebagai kata kerja, melainkan selalu dalam kata
benda. Hal ini menunjukkan bahwa secara lotus atau tempat, tidak ada
penjelasan tentang di mana kebaradaan akal.
Penelitian ini difokuskan pada pengkajian ayat-ayat yang memuat kata
‘aqala – ya’qilu. Terdapat 49 ayat Al-Qur`ān yang memuat kata akal ( ‫عقل‬
‫)يعقل‬. 13 ayat tentang iman, 11 ayat tentang tanda kuasa Allah Swt dalam
ayat-ayat kauniyaħ, enam ayat tentang akhlak, lima ayat tentang kitab suci,
lima ayat tentang sejarah, lima ayat tentang hukum Allah dan empat ayat
tentang akhirat dan keutamaannya.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Konsep akal dalam tafsir Al-Mi bā

pernah diteliti oleh salahsatu

mahasiswi di Institut Agama Islam Negeri Walisongo-Semarang bernama
Anisatul Ainiah pada tahun 2008. Penelitian tersebut mengkaji delapan ayat
dari total 49 ayat yang memuat kata akal (‫ يعقل‬- ‫)عقل‬. Delapan ayat tersebut
masing-masing adalah sampel dari setiap kategori tema ayat. Misal, dari 14
ayat yang berkaitan dengan keimanan, peneliti tersebut mengkaji satu ayat
sebagai perwakilan kategori tersebut, begitu pula dengan tujuh kategori ayat
lainnya.
Penelitian terdahulu tersebut dipandang kurang komprehensif, karena
penjelasan-penjelasan yang lebih dalam tentang akal dalam tafsir Al-Mi bā
tidak hanya terdapat dalam delapan ayat yang dikaji dalam penelitian
tersebut. Oleh karena itu, dirasa perlu melakukan penelitian yang lebih
komprehensif. Penelitian ini hadir dengan harapan dapat memberi jawaban
yang lebih komprehensif dan mendalam tentang akal dalam tafsir Al-Mi bā ,
dengan mengkaji seluruh ayat yang memuat kata akal (‫ عقل‬- ‫ )يعقل‬yang
menjelaskan lebih dalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan akal.
Sehingga yang menjadi titik berat dari pemilihan ayat yang dikaji bukanlah
satu perwakilan kategori ayat, melainkan ayat-ayat yang dalam tafsirnya
dijelaskan lebih dalam mengenai akal, sehingga ayat-ayat yang dikaji tersebut
dapat mewakili arti keseluruhan dari term ‘aqala-ya’qilu dalam Tafsir AlMi bā . Selain itu, penelitian ini dilakukan berdasarkan rumusan masalah
yang lebih terperinci, sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih lengkap.
B. Rumusan Masalah
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep akal
dalam Al-Qur`ān menurut Tafsir Al-Mi bā

dan Implikasinya terhadap

pendidikan. Fokus masalah tersebut dirincikan sebagai berikut.
1. Bagaimana hakikat akal dalam Tafsir Al-Mi bā ?
2. Bagaimana hubungan akal dengan potensi lainnya dalam Tafsir Al-Mi bā ?
3. Bagaimana fungsi akal dalam Tafsir Al-Mi bā ?

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

4. Bagaimana konsekuensi bagi orang yang tidak menggunakan akal secara
semestinya?
5. Bagaimana implikasi konsep akal dalam Tafsir Al-Mi bā terhadap upaya
pendidikan?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana hakikat akal dalam Tafsir Al-Mi bā
2. Mengetahui bagaimana hubungan akal dengan potensi lainnya dalam Tafsir
Al-Mi bā
3. Mengetahui bagaimana fungsi akal dalam Tafsir Al-Mi bā
4. Mengetahui bagaimana konsekuensi bagi orang yang tidak menggunakan akal
secara semestinya.
5. Mengetahui bagaimana implikasi konsep akal dalam Tafsir Al-Mi bā
terhadap upaya pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
keilmuan dalam pendidikan pendidikan Islam. Selain itu juga dapat
memberikan kontribusi berupa pengetahuan lebih dalam tentang akal dalam
Al-Qur`ān.
2. Manfaat Praktis
a. Bidang Pendidikan
Memberikan gambaran kepada lembaga pendidikan mengenai konsep
akal yang bersumber dari Al-Qur`ān, hubungan akal dengan perbuatan baikburuk manusia, juga implikasi konsep akal yang berumber dari Al-Qur`ān
terhadap pendidikan sehingga dapat ditindak lanjuti oleh calon pendidik

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

untuk dapat memanfaatkan akal pendidik maupun peserta didik dengan
maksimal dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur`ān.
b. Prodi IPAI
Memberikan informasi tentang konsep akal dalam Al-Qur`ān, hubungan
akal dengan perbuatan baik-buruk manusia, juga

implikasi konsep akal

dalam Al-Qur`ān terhadap pendidikan untuk dapat diajarkan kepada caloncalon pendidik di IPAI.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memudahkan pembaca memahami laporan penelitian ini secara
general, berikut struktur organisasi laporan penelitian dengan penjelasan
secara garis besar.
Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling
berkaitan.
BAB I

: Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
struktur organisasi skripsi.

BAB II

: Kajian Pustaka. Pada bab ini dijelaskan teori-teori yang
berkaitan dengan pendidikan dan akal.

BAB III

: Metode Penelitian. Pada bab ini dijelaskan metode penelitian
yang digunakan dalam memecahkan rumusan masalah.

BAB IV

: Hasil dan Pembahasan Penelitian. Pada bab ini dijelaskan hasil
penelitian serta analisis mengenai konsep akal dalam Al-Qur`ān
dan implikasinya terhadap pendidikan.

BAB V

: Kesimpulan. Pada bab ini dijelaskan kesimpulan dan saran
penelitian.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan objek penelitian berupa buku-buku tafsir AlQur`ān dan literatur lainnya. Jenis penelitian pustaka ini termasuk ke dalam
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana Putra dan
Lisnawati (2012: 36) memasukkan jenis penelitian pustaka ini kedalam
salahsatu jenis penelitian kualitatif, di mana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci.
Dengan judul “Konsep Akal dalam Tafsir Al-Mi bā dan Implikasinya
terhadap Pendidikan,” konsep-konsep akal diungkapkan berdasarkan pemikiran
M. Quraish Shihab yang terkandung dalam Tafsir Al-Mi bā , kemudian
ditemukan kaitan atau implikasinya terhadap pendidikan untuk dapat
digunakan dalam proses pendidikan.
B. Metode Penelitian
Djajasudarma (2006: 7) mengartikan metode penelitian sebagai alat,
prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam
mengumpulkan data). Penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka
atau sering juga disebut studi literatur, book survey, atau library research.
Djajasudarma (2006:7) mengungkapkan bahwa penelitian pustaka dilakukan
dengan menggunakan buku-buku sebagai sumber data. Selain itu, Fathoni
(2006: 95-96) mengungkapkan bahwa penelitian pustaka merupakan:
suatu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun
dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa
buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang
diterbitkan secara berkala, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan
materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk
menyusun suatu laporan ilmiah.
Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

Kemudian Zed (2008: 4) mengungkapkan bahwa dalam penelitian jenis
ini, peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan
bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi-mata
(eyewitness).
Dengan menggunakan metode penelitian pustaka ini, data penelitian
dikumpulkan dari buku Tafsir Al-Mi bā

sebagai buku pokok, kemudian

diperoleh data-data terkait dari buku sumber lainnya, juga dari sumber tertulis
lainnya, seperti website.
Sebagai panduan langkah-langkah operasionalnya, penelitian ini juga
menggunakan metode tafsir mau ū’ī. M. Quraish Shihab (2007: 69)
mengemukakan bahwa metode tafsir mau ū’ī yaitu
Metode yang ditempuh oleh seorang mufasir dengan cara menghimpun
seluruh ayat-ayat Al-Qur'ān yang berbicara tentang suatu tema serta
mengarahkan kepada satu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat itu
turun secara berbeda, tersebar pada berbagai sūraħ dalam Al-Qur'ān dan
berbeda waktu dan tempat turunnya.
Hal ini senada dengan pendapat Kadar M. Yusuf (2012: 139)

yang

mengemukakan bahwa tafsir mau ū’ī ialah menafsirkan ayat Al-Qur`ān
berdasarkan permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini, permasalahan
yang dikaji adalah konsep akal. Maka, dalam langkah operasionalnya, peneliti
menghimpun ayat-ayat Al-Qur`ān yang berbicara tentang akal.
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan salah penafsiran pembaca terhadap
istilah-istilah dalam penelitian ini, maka akan dikemukakan penjelasan
beberapa istilah tersebut, yakni sebagai berikut.
1. Akal; makna akal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya pikir
yang dimiliki manusia untuk mengerti sesuatu sehingga berpengaruh
kepada perilakunya. Adapun makna akal dalam tafsir Al-Mi bā , hal itulah
yang hendak dicari dalam penelitian ini.
2. Pendidikan; pendidikan yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah
usaha mendewasakan atau mengarahkan perilaku peserta didik ke arah

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

yang lebih baik sesuai dengan tuntunan Allah Swt. untuk menjadi manusia
kamil (insān kāmil).
3. Implikasi; makna implikasi dalam penelitian ini, sesuai dengan maknanya
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Indonesia,
2008: 529) yang berarti keterlibatan. Salah satu hal yang dicari dalam
penelitian ini ialah keterlibatan akal, khususnya konsep akal menurut tafsir
Al-Mi bā dalam pendidikan.
D. Instrumen Penelitian
Moloeng (2007: 168) mengartikan instrumen sebagai alat pengumpul
data seperti tes pada penelitian kuantitatif. Sugiyono (2012: 59-60)
menyebutkan bahwa yang menjadi instrumen atau alat penelitian dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Ia melanjutkan, bahwa peneliti
kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Sugiyono juga
menyampaikan bahwa “the researcher is the key instrumen”, artinya peneliti
adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Senada dengan pendapat Sugiyono, Nasution (dalam Sugiyono, 2012:
60) menyatakan:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satusatunya yang dapat mencapainya.
E. Sumber Data
Arikunto (2006: 129), menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Dalam penelitian ini, buku tafsir Al-Mi bā merupakan buku pokok yang
diteliti, kemudian ditunjang dengan buku-buku dan sumber lainnya seperti
Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

website sebagai sumber data penunjang dalam pembahasan dan sebagai
sumber data faktual.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011: 224), teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
bersumber dari literatur, dengan mengadakan penelitian pustaka (library
research). Selain itu, karena penelitian ini menggunakan metode mau ū’ī,
maka proses pengumpulan data dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang
harus ditempuh seorang peneliti yang menggunakan metode mau ū’ī tersebut.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam metode tafsir mau ū’ī
menurut Kadar M. Yusuf (2012: 139) ialah menentukan permasalahan atau
topik yang akan dikaji, menentukan kata kunci mengenai permasalahan itu
dan padanannya dalam Al-Qur`ān, mengumpulkan ayat-ayat yang berbicara
mengenai topik tersebut, yang tersebar dalam berbagai sūraħ, menyusun ayatayat itu sesuai dengan kronologis turunnya (jika memungkinkan),
menjelaskan maksud ayat-ayat tersebut berdasarkan penjelasan ayat yang
lain, perkataan Nabī Saw, sahabat, dan analisis bahasa, dan membuat suatu
kesimpulan tentang jawaban permasalahan yang terkandung dalam topik yang
dibahas.
Dalam

pelaksanaan

penelitian,

ada

beberapa

keadaan

yang

mengharuskan adanya beberapa langkah tambahan yang perlu dilakukan oleh
peneliti. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah sebagai
berikut.
1.

Menentukan permasalahan atau topik yang akan dikaji.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah hakikat, fungsi,
hubungan akal dengan potensi lain, konsekuensi bagi manusia yang tidak

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

menggunakan akal dengan semestinya, dan implikasi edukatif konsep
akal dalam Tafsir Al-Mi bā .
2.

Menentukan kata kunci mengenai permasalahan itu dan padanannya
dalam Al-Qur`ān.
Kata kunci dari penelitian ini adalah akal, pendidikan dan Tafsir AlMi bā .

3.

Mengumpulkan ayat-ayat yang berbicara mengenai topik tersebut, yang
tersebar dalam berbagai sūraħ.
Setelah menentukan batasan masalah penelitian ini, yaitu terfokus
pada ayat-ayat yang mengandung redaksi yang berakar kata ‘aqalaya’qilu, kemudian ditemukan 49 ayat yang memuatnya.

4.

Menyusun ayat-ayat itu sesuai dengan kronologis turunnya.
Setelah di susun berdasarkan waktu turunnya, urutan 49 ayat
tersebut adalah QS. Al-A’rāf [7]: 169; Yāsīn [36]: 62; Yāsīn [36]: 68; AlFurqān [25]:4 4; Al-Syu’ārā` [26]: 28; Al-Qa a [28]: 60; Yūnus [10]:
16; Yūnus [10]: 42; Yūnus [10]: 100; Hūd [11]: 51; Yūsuf [12]: 2; Yūsuf
[12]: 109; Al-An’ām [6]: 32; Al-An’ām [6]: 151; Al- affāt [37]: 138; AlZumār [39]: 43; Al-Gāfir [40]: 67; Al-Zukhrūf [43]: 3; Al-Jā iyaħ [45]:
5; Al-Na l [16]: 12; Al-Na l [16]: 67; Al-Anbiyā` [21]: 10; Al-Anbiyā`
[21]: 67; Al-Mu`minūn [23]: 80; Al-Mulk [67]: 10; Al-Rūm [30]: 24; AlRūm [30]: 28; Al-Ankabūt [29]: 35; Al-Ankabūt [29]: 43; Al-Ankabūt
[29]: 63; Al-Baqaraħ [2]: 44; Al-Baqaraħ [2]: 73; Al-Baqaraħ [2]: 75; AlBaqaraħ [2]: 76; Al-Baqaraħ [2]: 164; Al-Baqaraħ [2]: 170; Al-Baqaraħ
[2]: 171; Al Baqaraħ [2]: 242; Al-Anfal [8]: 22; Ali ‘Imrān [3]: 65; Ali
‘Imrān [3]: 118; Al- adīd [57]: 17; Al-Ra’d [13]: 4; Al-Hasyr [59]: 14;
Al-Nūr [24]: 61; Al- ajj [22]: 46; Al- ujūrāt [49]: 4; Al-Maidaħ [5]: 58;
dan Al-Maidaħ [5]: 103.

5. Menghimpun penafsiran ayat-ayat tersebut dari buku Tafsir Al-Mi bā .
Himpunan tafsir tersebut dapat dilihat di lampiran. Dari 49 ayat
tersebut, Al-Mi bā

memberikan perhatian lebih terhadap akal hanya

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

dalam 12 ayat saja. Maka selanjutnya ayat-ayat tersebutlah yang dikaji
lebih dalam. (Al-Ghazzali, 2009)
6. Menjelaskan maksud ayat-ayat tersebut berdasarkan penjelasan dalam
Tafsir Al-Mi bā dan ditunjang dengan tafsir-tafsir lain dan beberapa
literatur lain yang berkaitan dengan pembahasan.
7. Membuat suatu kesimpulan tentang jawaban permasalahan yang
terkandung dalam topik yang dibahas.
G. Metode Analisis
Moloeng (2007: 248) mengutip pendapat Bogdan dan Biklen, bahwa
“analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari.”
Penelitian ini menggunakan metode analisis ilālaħ dan munāsabaħ .
ilālaħ

menurut Amir Syarifuddin (2009: 132-133) adalah memahami

sesuatu dari sesuatu yang lain. Sesuatu yang petama disebut adalah al-ma lūl,
dan segala sesuatu yang kedua disebut al- āll (petunjuk, penerang, atau yang
memberi dalil). Sedangkan munāsabaħ menurut Kadar M. Yūsuf (2012: 96),
adalah hubungan atau keterkaitan ayat-ayat Al-Qur`ān antara sebagiannya
dengan sebagian yang lain. Sehingga ia terlihat sebagai suatu ungkapan yang
rapi.
Selain itu Sugiyono (2011:247) mengemukakan pendapat Miles dan
Huberman (1984) bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu terdiri dari data
reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification.
Ketiga langkah dalam pendapat Miles tersebut dan aplikasinya dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
1.

Mereduksi data; merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2011:
247). Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menghimpun
ayat-ayat yang memuat redaksi yang berakar kata ‘aqala-ya’qilu, yang

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

kemudian ditemukan sebanyak 49 kata. Setelah satu persatu ayat tersebut
dijelaskan oleh Tafsir Al-Mi bā , ditemukan 12 ayat saja yang memuat
data-data penting yang dapat diteliti lebih lanjut. Maka selanjutnya ke-12
ayat tersebutlah yang dikaji lebih dalam dalam penelitian ini.
2. Mendisplaykan data; penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
(Sugiyono, 2011: 249). Selanjutnya data penafsiran 12 ayat dari AlMi bā

tersebut disandingkan bahkan dibandingkan dengan beberapa

tafsir lain dan pendapat ilmuwan-ilmuwan lainnya dalam bentuk narasi
atau uraian.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2011: 252-253).
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menjawab masalah-masalah
penelitian berdasarkan hasil penelitian.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Dari hasil temuan dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa Tafsir Al-Mi bā

mengartikan akal sebagai potensi yang

menghalangi manusia melakukan keburukan yang dapat membawanya ke
dalam kedurhakaan. Akal pula yang dapat mengarahkan pemiliknya untuk
dapat menyingkap rahasia-rahasia atau hikmah-hikmah yang tersirat dalam
fenomena yang terjadi pada makhluk-Nya, yang pada akhirnya mengarahkan
manusia tersebut pada keyakinan dan ketaatan kepada Allah Swt. Sangat jelas
bahwa Tafsir Al-Mi bā

menguraikan kehendak Al-Qur`ān mengenai

aktivitas berakal atau berpikir (kognitif), atau berpikir empiris-sensual yang
berujung

pada

keyakinan

dan

ketaatan

kepada

Allah

Swt

serta

peningkatannya (afektif) atau empiris transendental. Bahkan dikatakan
bahwa seorang Nasrani yang dikenal pintar atau cerdas sekalipun dikatakan
tidak berakal karena kekafirannya itu. Oleh karena itu akal dalam Al-Qur`ān
yang ditafsirkan oleh Al-Mi bā mencakup daya pikir (kognitif), keimanan
juga ketaatan (afektif).
Akal merupakan potensi yang berhubungan, bahkan mempengaruhi
potensi-potensi lainnya. Akal dapat “mengaktifkan” kebermanfatan potensipotensi lainnya seperti pendengaran dan penglihatan. Karena potensi
pendengaran maupun penglihatan baru dapat dikatakan bermanfaat ketika
pemiliknya memahami, menghayati serta melakukan tindakan yang tepat
terhadap apa yang didengar ataupun dilihatnya.
Selain itu akal pula lah yang menjadikan manusia lebih mulia dari
pada binatang, sehingga jika seseorang tidak menggunakan akalnya dengan
baik, maka ia dinilai seperti atau bahkan lebih rendah daripada binatang.
Orang-orang yang enggan menggunakan akalnya sebagaimana pengertian di
atas, Allah janjikan azab atau kesukaran dalam hidupnya.
Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

96

B. Rekomendasi
1. Pembaca
Peneliti merekomendasikan kepada pembaca, baik itu yang terjun
langsung di dunia pendidikan formal, maupun yang bertanggungjawab dalam
pendidikan nonformal, untuk mendidik tak hanya sekedar meningkatkan
aspek kognitif saja, tapi juga diintegrasikan dengan aspek afektif. Hal ini
karena pembinaan potensi akal tidak cukup memahami secara logika saja,
tetapi juga perlu ditindaklanjuti dengan perbaikan aspek afektif, berupa
keimanan dan akhlak.
2. Peneliti berikutnya
Penelitian ini belum dapat mengungkapkan konsep akal dalam AlQur`ān secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan konsep akal yang dikandung
dalam Al-Qur`ān dinyatakan tidak hanya dengan redaksi ‘aqala-ya’qilu,
tetapi juga dengan redaksi-redaksi lainnya seperti tafakkara-yatafakkaru,
tadabbara-yatadabbaru,

dan

ul

al-bab.

Maka

dari

itu,

peneliti

merekomendasikan penelitian selanjutnya untuk membahas tentang akal
berdasarkan redaksi lainnya. Tentu akan jauh lebih baik ketika term-term
yang mengandung arti akal diintegrasikan dalam suatu penelitian, maka
penelitian tersebut akan lebih komprehensif.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi bā Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

_______. (2006). Al-Qur`an Tajwid dan Terjemahnya. (Departemen Agama
Republik Indonesia, Penerj.) Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Ahmadi, A., & Uhbiyadi, N. (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Ghazzali, I. (2009). Ihya' 'Ulumuddin: Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama (Vol.
4). (M. F. Karim, Penerj.) Bandung: Marja.
Al-Maragi, A. M. (1974a1). Tafsir Al-Maragi (Juz 1). (A. Rasyidi, Penyunt., K. A.
Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
_____________. (1974b6). Tafsir Al-Maragi (Juz 6). (A. Rasyidi, Penyunt., K. A.
Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
_____________. (1974c9). Tafsir Al-Maragi (Juz 9). (A. Rasyidi, Penyunt., K. A.
Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
_____________. (1974d11). Tafsir Al-Maragi (Juz 11). (A. Rasyidi, Penyunt., K.
A. Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
_____________. (1974e17). Tafsir Al-Maragi (Juz 17). (A. Rasyidi, Penyunt., K.
A. Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
_____________. (1974f19). Tafsir Al-Maragi (Juz 19). (A. Rasyidi, Penyunt., K.
A. Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
_____________. (1974 g11). Tafsir Al-Maragi (Juz 23). (A. Rasyidi, Penyunt., K.
A. Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
_____________. (1974h25). Tafsir Al-Maragi (Juz 25). (A. Rasyidi, Penyunt., K.
A. Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abubakar, Penerj.) Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
Al-Qurthubi, S. I. (2007a2). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 2). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi‫܇‬bā‫ ۉ‬Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

_____________. (2007b6). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 6). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
_____________. (2007c7). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 7). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
_____________. (2007d8). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 8). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
_____________. (2007e12). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 12). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
_____________. (2007f13). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 13). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
_____________. (2007g15). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 15). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
_____________. (2007h16). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 16). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
_____________. (2007i19). Tafsir Al-Qurthubi (Vol. 19). (M. Masridha, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Azam.
An-Nahlawi, A. (1996). Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung:
Diponegoro.
Arifin, M. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
_________. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Ash-Shiddieqy, T. M. (2000a1). Tafsir An-Nur (Vol. 1). Semarang: Pustaka Rizki
Putra.
_________________. (2000b2). Tafsir An-Nur (Vol. 2). Semarang: Pustaka Rizki
Putra.
_________________. (2000c3). Tafsir An-Nur (Vol. 3). Semarang: Pustaka Rizki
Putra.
_________________. (2000d4). Tafsir An-Nur (Vol. 4). Semarang: Pustaka Rizki
Putra.

Qisthy Arifah, 2014
Konsep Akal Dalam Tafsir Al-Mi‫܇‬bā‫ ۉ‬Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

_________________. (2000e5). Tafsir An-Nur (Vol. 5). Semarang: Pustaka Rizki
Putra.
_________________. (2000f7). Tafsir An-Nur (Vol. 7). Semarang: Pustaka Rizki
Putra.

Azwar, S. (2012). Met