METODOLOGI TAFSIR | Rohman | Jurnal al Hikmah

METODOLOGI TAFSIR

Ali Abdur Rohman

alidur55@gmail.com

Abstract

This article discussed about methodology of interpretation. On fundamentally the methodology was discussion about method and procedure to solve a problem in the research or writing. For thus methodology was the primary apparatus that could’nt discharged from interpretation of the Qur’an. In order that the Qur’an could to function as the aim descended, that is guidelines (hudan), so the Qur’an must learned and tried his interpretation. Since the Qur’an descen era always show up the interpretation and then stab all kinds atmosphere or Islamic scientific knowledge that collaborate with development of the humans culture, the Qur’an always qualified for every time and place (s{a>lih{ li kulli al-zama>n wa al-maka>n). This was proved by appeared various of the tafsir book that had various of formulaition, replica, and the interpretation resource. In interpretation of Qur’an interpreters had construct the interpretation frame according to syistematically, that was ijma>li> (golbal), tah{li>li> (analysis), muqa>rin (comparison), and maud}u>’i> (thematic). And then according to the interpretation resource, that was al- ma’s\u>r (transmittion), al-ra’yu (ratio), al-isya>ri> (indicative). Thus, the article was as effort to describe these method that included in study of “the interpretation methodology”.

Keywords: tafsir, muqa>rin, maud}u>’i>, ijma>li>, tah{li>li>

Pendahuluan

melakukan penelitian terhadap karya- Al-Qur’an adalah kitab pedoman yang

ada, sehingga menjadi petunjuk bagi umat manusia.

ditemukanlah karya-karya yang memiliki Petunjuk al-Qur’an tersebut tidak akan

karekteristik tersendiri yang mencakup mampu diketahui tanpa adanya penafsiran.

sistematika, dan corak Maka dari itulah sejak zaman Rasu>lulla>h

metode,

penafsirannya.

sampai sekarang kegiatan penafsiran Perbedaan penafsiran dalam banyak terhadap al-Qur’an terus dilakukan. Pada

oleh karakter awalnya

aspek

dipengaruhi

kepribadian, kapasitas keilmuan serta dilakukan dengan cara hafalan (pra-

kondisi dan situasi lingkungan mufasir kodifikasi) atau yang dikenal tradisi

hidup. Dengan semakin berkembangnya periwayatan seperti yang dilakukan oleh

cabang ilmu pengetahuan di dunia Islam, para sahabat dan ta>bi’i>n. Dalam

maka secara langgsung hal itu berdampak perjalanannya muncullah gagasan untuk

pada munculnya ragam penafsiran al- melakukan kodifikasi tafsir al-Qur’an

Qur’an. Masing-masing mufassir memiliki sehingga banyak lahir mufassir dengan

cara dan kerangka tersendiri yang karya mereka masing-masing. Dalam

ditempuh dalam menelaah, membahas dan perkembangan selanjutnya lahirlah ‘ulu>m

merefleksikan kandungan al-Qur’an secara al-Qur’a>n dan ‘ulu>m al-tafsi>r yang di

apresiatif berdasarkan sistematika dalamnya terdapat prasyarat dan undang- undang dalam menafsirkan al-Qur’an. Tidak hanya itu, dengan kedua ilmu tersebut banyak sarjana al-Qur’an yang

60 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74 60 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74

Para mufassir dalam sejarahnya juga fassara-yufassiru-tafsi>ran yang berarti memilih acuan sesuai dengan mainstream

menjelaskan sesuatu (baya>n al-syai’ wa pemikiran zamannya di samping minat

id{a>h{uhu). 5 Kata tafsi>r dapat pula berarti al- individualnya. Akibatnya, ada mufassir

(menjelaskan), al-kasyf yang lebih mengunggulkan teks dasar Islam

iba>nah

dan al-iz}ha>r (al-Qur’an, Hadis atau As\ar padaumumnya),

(menyingkapkan),

makna yang bisa tetapi ada juga yang lebih mengunggulkan

(menampakkan)

dinalar/masuk akal. 6 Dan dalam Lisa>n al- sumber atau acuan lainseperti isra>iliya>t,

‘Arab kata al-tafsi>r berarti menyingkapkan syair Arab, ilmu-ilmu keislaman, ilmu

maksud suatu lafat yang musykil (sulit bahasa atau bahkan penemuan-penemuan

dipahami) dan pelik. 7 Dari tinjauan makna di bidang sosial yang semuanya itu masuk

tersebut maka kata tafsi>r menurut istilah wilayah non-as\ar (al-ra’yu). Keadaan

adalah ilmu yang membahas makna-makna menunjukkan bahwa sumber penafsiran

al-Qur’an yang meliputi segi asba>b al-nuzu>l merupakan satu variabel dalam studi tafsir

dan muna>sabahnya, petunjuk diturunkan yang antara satu mufassir dengan mufassir

dan kandungan maknanya, petunjuk lainnya saling berbeda. 2 lafaznya yang meliputi ‘umu>m, khus}u>s},

Berangkat dari sedikit urain di atas, mut}laq, muqayyad, mujmal, dan mufassar, dalam makalah ini penulis akan

serta segala sesuatu yang terhimpun di menjelaskan tentang metodologi tafsir,

dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan yang di dalamnya akan menjawab beberapa

hukum, petunjuk, pelajaran, kisah-kisah pertanyaan, yaitu: 1) apa pengertian

dan nasihat-nasihat. 9 8 Makna tafsi>r secara metodologi tafsir? 2) bagaimana metode

tafsir dilihat dari sitematika penafsirannya?

5 dan 3) bagaimana metode tafsir dilihat dari Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir

al-Qur’an, (Yogyakarta: Adab Press, 2004), h. 3.

sisi sumber penafsirannya?

6 Manna>’ al-Qat}t}a>n, Maba>h}is\ fi> ‘Ulu>m al-

Qur’a>n, (t.t.p.: Maktabah al-Ma’a>rif li al-Nasyr wa al-

Pengertian Metodologi Tafsir

Tauzi>’, 2000), juz I, h. 334.

Secara etimologi istilah metodologi 7 Muh}ammad bin Mukrim bin Manz}ur al- tafsi>r merupakan bentuk id}a>fah (gabungan Afri>qi> al-Mis}ri>, Lisa>n al-‘Arab, (Beirut: Da>r S{a>dir,

t.th.), juz V, h. 55.

kata) dari dua kata yaitu metodologi dan

8 Muh}ammad Fa>ru>q al-Nabha>n, al-Madkhal

tafsi>r. Kata metodologi merupakan kata

ila> ‘Ulu>m al-Qur’a>n al-Kari>m, (H{alba: Da>r ‘A<lam al-

serapan dari bahasa Inggris yaitu

Qur’a>n, 2005), h. 68.

methodology 3

atau manhaji> (dalam bahasa 9 Sebenarnya masih banyak ulama yang Arab) yang secara bahasa Indonesia dapat telah mendefinisikan tafsir secara istilah, di

4 diartikan dengan ilmu tentang metode. antarannya:

a. Al-Jurja>ni>, al-tafsi>r pada dasarnya berarti membuka dan melahirkan. Dalam

1 Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir, pengertian syara’, (tafsir) ialah menjelaskan makna (Yogyakarta: Teras, 2005), h. 38.

ayat dari segi keberadaanya, kisahnya, asba>b al- 2 Muhammad Mansur dalam “Dosen Tafsir

nuzulnya, dengan menggunakan lafaz yang Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

menunjukkan kepadanya dengan jelas.” Lihat al- Yogyakarta, Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta: Teras,

Jurja>ni>, al-ta’ri>fa>t, (Beirut: Da>r al-Kita>b li’Arabi>, 2004), h. 13.

1405 H), h. 87.

3 Jhon M. Echols & Hassan Shadily, Kamus b. Abu H{ayya>n, al-tafsi>r ialah ilmu Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka,

yang membahas tentang cara pengucapan lafaz-lafaz 2003), h. 379.

petunjuk-petunjuknya, hukum- 4 Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa

al-Qur’an

hukumnya, baik ketika berdiri sendiri, maupun Indonesia, Offline Versi 1.1, 2010.

ketika tersusun dan makna-makna yang terhimpun

Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir

Macam-macam

Metode Tafsir

hasil pemahaman atau penjelasan seorang

Berdasarkan Sistematikanya

penafsir, terhadap

Secara garis besar metode penafsiran dilakukan dengan menggunakan metode

al-Qur’an

yang

sistematikanya dapat tertentu atau pendekatan tertentu. 10 dikategorikan dalam empat metode, yaitu Setelah mengetahui arti dari masing-

berdasarkan

ijma>li> (global), tah{li>li> (analisis), muqa>rin masing istilah di atas maka metodologi

(perbandingan) dan maud}u>’i> (tematik). tafsi>r dapat diartikan sebagai ilmu tentang

1. Tafsir metode ijma>li> (global) metode menafsirkan al-Quran. Namun,

Tafsir metode ijma>li> ialah metode yang perlu dicermati di sini adalah harus

menafsirkan al-Qur’an secara global. dibedakan antara metode tafsir dan

ini penafsir metodologi tafsir. Kalau metode tafsir

Dengan

metode

menjelaskan arti dan maksud ayat adalah cara-cara menafsirkan al-Qur’an.

dengan uraian singkat yang dapat Bisa ditambahkan bahwa metode tafsir

menjelasakan sebatas artinya tanpa merupakan kerangka atau kaidah yang

menyinggung hal-hal selain arti yang digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat al-

dikehendaki. Di dalam uraianya, Qur’an sedangkan metodologi tafsir ialah

penafsir membahas secara runtut pembahasan tentang metode penafsiran

berdasarkan urutan mushaf, kemudian tersebut. 11 menggunakan makna global yang

Dalam peta perkembangan tafsir al- dimaksud oleh ayat tersebut. 13 Adapun Qur’an, sejak dahulu sampai sekarang telah

kelebihan pada metode ijma>li>, adalah: lahir banyak mufassir dengan karya

a. Proses dan bentuknya yang mudah tafsirnya masing-masing yang memiliki

dibaca dan sangat ringkas serta karakteristik tertentu dalam hal paradigma,

bersifat umum.

epistem, metodologi,

dan

corak

b. Terhindar

dari upaya-upaya penafsiran. 12 penafsiran yang bersifat asing.

c. Bahasanya yang akrab dengan

padanya ketika tersusun serta hal-hal yang

bahasa al-Qur’an.

menyempurnakannya. Lihat ‘Abd al-Rah{ma>n bin

Sedangkan

kekurangannya

Kama>l Jala>l al-Di>n al-Suyu>t{i>, al-Itqa>n fi>’Ulu>m al-

adalah penafsiran dengan metode

Qur’a>n,(t.t.p.: t.p., t.th.), juz II, h. 460. Al-Maktabah al-

ijma>li>> menjadikan petunjuk Al-Qur’an

Sya>milah versi 2.11. c. Al-Zarkasyi>, al-Tafsi>r ialah ilmu

bersifat parsial dan tidak ada ruang

tentang asba>b al-nuzul ayat dan surat al-Qur’an,

untuk analisis yang memadai. 14

kisah-kisahnya, petunjuk-petunjuk diturunkannya, kronologi makkiyyah-madaniyyah-nya, muh{kam- mutasya<bih-nya, na>sikh-mansu>kh-nya, kha>s{-‘a>mm- nya, mut{laq-muqayyad-nya, dan mujmal-mufassar- nya ayat al-Qur’an. Lihat Badr al-Di>n Muh{ammad bin ‘Abd Alla>h bin Baha>du>r al-Zarkasyi>, al-Burha>n fi>

dalam internal teks itu sendiri dan faktor ekternal ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Tahq. Muh{ammad Abu> al-Fad{al

yang berarti faktor-faktor yang berada di luar teks Ibra>hi>m, (Beirut: Da>r Ih{ya>’ al-Kutub al-‘Arabiyah,

seperti situasi dan kondisi yang melingkupi para 1957), juz II, h. 148.

mufassir dan audiennya, kondisi sosio-kultural, 10 Mustaqim, Dinamika., h. 3.

konteks politik, pra-anggapan, paradigma, sumber 11 Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, (Bandung:

dan metodologi yang dipakai dalam menafsirkan, Pustaka Setia, 2005), h. 175. Lihat juga Nasiruddin

dan bahkan latar belakang keilmuan seorang Baidan, Metodologi Penafsiran al-Quran, (Yogyakarta

mufassir. Lihat Mustaqim, Dinamika., h. 15-20. : Pustaka Pelajar, 2000), h. 1-2.

13 Abd Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir, 12 Perbedaan penafsiran terhadap ayat al-

(Yogyakarta: Teras, 2010), h. 43. Qur’an setidaknya dipengaruhi oleh dua faktor,

14 Lebih lengkapnya lihat Baidan, yaitu faktor internal yang berarti hal-hal yang ada di

Metodologi Penafsiran., h. 22-28.

62 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74

Di antara kitab-kitab tafsir yang metode ijma>li>> cukup ringkas seperti menggunakan metode ijma>li> adalah: 15 bahasa penterjemahan.

a. Tafsi>r al Jala>lain, karya Jala>l al-Di>n

2. Tafsir metode tah{li>li> (analisis) al-Suyu>t{i> dan Jala>l al-Di>n al-Mah{alli>.

Tah{li>li> adalah salah satu metode

b. Tafsi>r al-Qur’a>n al-Ad{i>m, karya tafsir yang bermaksud menjelaskan Muh{ammad Farid al-Wajdi>.

kandungan ayat-ayat al-Quran dari

c. Tafsi>r al-Wasi>t}, produk Lembaga seluruh aspeknya. 18 Dengan kata lain, Pengkajian Universitas al-Azhar,

seorang mufassir dalam menafsirkan Mesir.

al-Qur’an dengan penyampaian secara

d. Tafsi>r al-Wafiz fi> Tafsi>r al-Qur'a>n al- lengkap dari aspek pembahasan Kari>m, oleh Syauqi D{ai>f.

lafadznya, yang meliputi pembahasan

e. Tafsi>r al-Wadi<h} oleh Muh}ammad kosa kata, arti yang dikehendaki, dan Mah}mu>d al-H{ijazi> . sasaran yang dituju dari kandungan

f. Tafsi>r al-Qur'a>n al-Kari>m, oleh ayat, yaitu unsur ijaz, balaghah, dan Mah}mu>d Muh{ammad Hadan ‘Ulwan

keindahan kalimat, aspek pembahasan dan Muh{ammad Ah}mad Barmiq. 16 makna, yaitu

apa yang bisa Contoh

diistinbatkan dari ayat yang meliputi dengan metode ijma>li>> dalam Tafsi>r al

aplikasi

penafsiran

hukum fiqih, dalil syar’i, norma-norma Jala>lain Q.S. al-‘Alaq 1-3.

akhlak, akidah atau tauhid, perintah,

larangan, janji, ancaman, dan lain- ﺢْﺒﱡﺼﻟا "

lain. 19 Sehingga dalam tafsir ini sering

ْﲑَﻏَو ﻒﱠﻠَﻜُﻣ ناَﻮَـﻴَﺣ ْﻦِﻣ terdapat corak nuansa penafsiran yang َﻖَﻠَﺧ ﺎَﻣ ّﺮَﺷ ْﻦِﻣ

condong kepada bidang tertentu,

َﻚِﻟَذ ْﲑَﻏَو ِّﻢﱡﺴﻟﺎَﻛ دﺎََﲨَو ﻒﱠﻠَﻜُﻣ antara lain tafsir lugawi>, tafsir sufi>, " َﻢَﻠْﻇَأ اَذِإ ﻞْﻴﱠﻠﻟا ْيَأ " َﺐَﻗَو اَذِإ ﻖِﺳﺎَﻏ ّﺮَﺷ ْﻦِﻣَو

tafsir adabi>-ijtima>’i>.

١٧ َبﺎَﻏ اَذِإ Ciri-ciri utama metode tah{li>li> ini ﺮَﻤَﻘْﻟاَو

antara lain ialah:

Dalam contoh tersebut sangat

a. Membahas segala sesuatu yang tampak bahwa penafsiran dengan

berkaitan ayat tersebut dari segala segi

yang

meliputi aspek

muna>sabah, mufra>da>t (kosakata),

15 Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan

Tafsir Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h.

balagah, dan ah{ka>m-nya.

b. Mengungkapkan asba>b al-nuzul ayat

H. Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-

yang ditafsirkan, jika ayat tersebut

ilmu Al Qur'an 2, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 113.

memang memiliki asba>b al-nuzul.

17 Artinya: 1) (Katakanlah, "Aku berlindung

c. Menafsirkan ayat per ayat secara

kepada Rabb Yang menguasai falaq) atau waktu

berurutan sesuai dengan tarti>b al-

subuh. 2) (Dari kejahatan apa yang telah diciptakan-

Qur’a>n al-‘Usma>ni>.

Nya) yaitu dari kejahatan makhluk hidup yang

d. Tafsir tah{li>li>> dapat berbentuk tafsir

berakal dan yang tidak berakal; serta dari kejahatan benda mati seperti racun dan lain sebagainya. 3)

bi al-ma’su>r kalau titik tekan

(Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap

gulita) artinya dari kejahatan malam hari apabila

al-Hai> al-Farma>wi>, telah gelap, dan dari kejahatan waktu purnama

18 Lihat

‘Abd

Muqaddimah fi al-Tafsir al-Maud{u>’i>, (Kairo: al- apabila telah terbenam. Jala>l al-Di>n al-Suyu>t{i> dan

H{ad}arah al-‘Arabiyah, 1977), h. 24. Jala>l al-Di>n al-Mah{alli>, Tafsi>r al Jala>lain, (t.t.p.: t.p.,

19 Lihat Nur Khalis, Pengantar Studi Al- t.th.), juz XII, h. 237. Al-Maktabah al-Sya>milah versi

Qur’an dan Al-Hadis, (Yogyakarta: Sukses offset, 2.11.

2008), h. 143.

Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir

Gaib karya Fakhr al-Di>n al-Ra>zi berikut: pendapat ulama yang kemudian

Dalam menafsirkan ﱂا , pertama-

dikuatkan oleh rasio (ra’yu). Sebaliknya juga bisa berbentuk

tama al-Ra>zi> menyebutkan adanya tafsir bi al-ra’yi jika titik tekan

perdebatan ulama dalam menyikapi al- penafsirannya berdasarkan rasio,

ah}ruf al-muqat}t}a’ah. Dalam hal ini, ia sementara riwayat diposisikan

menyebutkan dua golongan ulama, hanya sebagai penguat logika

ulama yang

e. Pembahasan yang terlalu luas itu berpendapat bahwa al-ah}ruf al- maka tidak tertutup kemungkinan

muqat}t}a’ah merupakan ayat yang tidak penafsirannya

bisa diketahui maksudnya kecuali oleh subyektifitas penafsir, baik latar

diwarnai

bias

Allah Swt. Pendapat ini diperkuat belakang keilmuan maupun aliran

dengan riwayat Abu> Bakr al-S}iddi>q dan mazhab yang diyakininya. Sehingga

riwayat Ali> bin Abi> T{a>lib. menyebabkan

adanya

Di antara kitab-kitab tafsir yang

menggunakan metode tah{li>li> adalah:

a. Tafsi>r Ja>mi’ al-Baya>n fi Tafsi>r al-

Kedua, pendapat ulama yang Qur’a>n, karya Ibn Jari>r al-T{abari>.

menganggap bahwa al-ah}ruf al-

b. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Ad}i>m, karya Ibn

selain maksudnya Kas\i>r.

muqat}t}a’ah

al-Kasysya>f, diketahui oleh Allah Swt. namun juga

c. Tafsi>r

karya

al-

bisa diketahui oleh manusia dengan Zamakhsyari>.

mentakwilkannya dengan berbagai

d. Tafsi>r Mafa>tih} al-Gaib, karya Fakhr argumen naqli> (al-Qur’an dan Hadis) al-Di>n al-Ra>zi>. maupan aqli> (analisis akal).

e. Tafsi>r al-Ja>mi’ li Ah{ka>m al-Qur’a>n wa

itu al-Ra>zi> al-Mubayyin li ma> Tad}ammanah min

Setelah

dengan al-Sunnah wa A<y al-Furqa>n, karya al-

menjabarkannya

beberapa hadis Qurt}ubi>.

menyantumkan

pendukung, yaitu

f. Tafsi>r Luba>b al-Ta’wi>l fi> Ma’a>ni> al-

Tanzi>l, karya al-Kha>zin. 21 ِﺔَﻜِﺋ َﻼَﻤْﻠِﻟَو ﱞﺮِﺳ ِءﺎَﻴِﺒْﻧَْﻸِﻟَو ﱞﺮِﺳ ِءﺎَﻔَﻠُﺨْﻠِﻟَو ﱞﺮِﺳ ِءﺎَﻤ َﻠُﻌْﻠِﻟ

Contoh aplikasi metode tafsir tah{li>li> dalam lafaz ﱂا (Q.S. al-

22 Artinya Abu Bakar berkata: “Di tiap-tiap 20 Muin Salim, Metodologi..., h. 42. Lihat juga

kitab ada rahasianya, dan rahasia al-Qur’an adalah M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur’an,

permulaan-permulaan surat”. Ali> berkata: “Setiap (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 173-174.

kitab suci mempunyai keistimewaan dan 21 Tafsi>r dengan metode tah}li>li> sebenarnya

keistimewaan kitab suci ini adalah tahajji> cukup banyak untuk mengetahuinya bisa dilihat

(hija>iyah)”. Lihat Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>, Mafa>ti>h} al- dalam ‘Ali Hasan al-‘Arid, Sejarah dan Metodologi

Gaib, tahq. Khali>l al-Mayas, (Beirut: Da>r al-Fikr, Tafsir, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 68.

1981), juz 2, h. 3-5.

64 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74

ِّﺮِﺳ ﻰَﻠَﻋ ُءﺎَﻔﻠُﳋْا َﻊِﻠﱡﻃُا ْﻮَﻟَو ْﻢﻫْوُﺬ 3. Tafsir metode muqa>rin (perbandingan) َﺑﺎَﻨَﻟ ِءﺎَﻔَﻠُﳋْا ِّﺮِﺳ

Tafsir metode muqa>rin ialah

ﻰَﻠَﻋ ُءﺎَﻴِﺒْﻧَﻷْا َﻊِﻠﱡﻃُا ْﻮَﻟَو ْﻢُﻫْﻮُﻔِﻟﺎََﳋ ِءﺎَﻴِﺒْﻧَﻷْا penafsiran dengan cara membuat

perbandingan suatu penafsiran dengan penafsiran yang lain. Sesuai dengan

ini َﻦْﻳِﺮِﺋﺎَﺑ اْوُدَﺎﺑَو َﻦْﻳِﺮِﺋَﺎﺣ اْﻮُﺣَﺎﻄَﻟ َﱃﺎَﻌَـﺗ ِﷲ

namanya,

metode tafsir

menekankan kajiannya pada aspek Kesimpulan dari penjelasan al-

perbandingan (komparasi) tafsir al- Ra>zi> adalah ia menolak pentakwilan

Qur’an. 25 Untuk itu ada beberapa terhadap

langkah yang perlu dilakukan ketika Meskipun ia menolaknya al-Ra>zi> juga

huruf-huruf

tersebut.

menggunkan metode ini, yaitu: 26 menyebutkan

a. Mengumpulkan sejumlah ayat al tentang makna al-ah}ruf al-muqat}t}a’ah,

berbagai

pendapat

Qur’an.

penjelasan para samping itu, al-Ra>zi> juga melakukan

bahkan mencapai 20 pendapat. Di

b. Menampilkan

mufassir, baik kalangan salaf atau kajian kebahasaan dan cara baca

khalaf, baik tafsirnya bercorak bi al- (qira’at) al-ah}ruf al-muqat}t}a’ah dengan

ma’s\u>r atau bi al-ra’yi. mengambil pendapat para imam

c. Membandingkan

kecenderungan qura>’. 24 tafsir mereka masing-masing.

d. Menjelaskan siapa di antara mereka

23 Artinya “Para ulama memiliki rahasia,

yang penafsirannya dipengaruhi

para khalifah memiliki rahasia, para nabi memiliki

secara subjektif oleh mazhab

rahasia, para malaikat memiliki rahasia, dan Allah memiliki rahasia dari semuanya. Seandainya orang

tertentu: siapa yang penafsirannya

bodoh mengetahui rahasia ulama maka mereka

diwarnai latar belakang disiplin

akan menghilangkannya, seandainya para ulama

ilmu yang dimilikinya, seperti

mengetahui rahasia para khalifah maka mereka

bahasa, fiqih, atau yang lainnya,

akan menjauhinya, seandainya para khalifah

mengetahui rahasia para nabi maka mereka akan mendurhakianya, seandainya para nabi mengetahui

didominasi uraian yang sebenarnya

rahasia malaikat maka mereka akan mencurigai

tidak perlu, seperti kisah-kisah yang

mereka, seandainya malaikat mengetahui rahasia

tidak rasional dan tidak didukung

Allah maka mereka akan menghancurkan orang

oleh argumentasi naqliah siapa yang

yang ragu-ragu dan mereka akan binasa.

penafsirannya dipengaruhi oleh

Di antara pendapat itu adalah 1) Al-Ah}ruf al-muqat}t}a’ah adalah nama-nama surat. Ini adalah

paham-paham Asy’a>riyyah, atau

pendapat dari kebanyakan ahli kalam. Pendapat ini

Mu’tazilah, atau paham-paham

dipilih oleh Imam Khali>l dan Imam Si>baweh. Al-

tasawuf, atau teori-teori filsafat,

Qafa>l berkata orang Arab telah menggunakan huruf-

atau teori-teori ilmiah. 27

huruf ini sebagai-nama sesuatu. Hal ini bisa diketahui bahwa mereka menggunakan la>m sebagai nama dari orang tua H{a>risah bin La>m al-T{a>’i>, dan mereka menyebut tembaga dengan s{a>d, uang dengan ‘ain, awan dengan gain, gunung dengan qa>f,

, akan tetapi untuk untuk huruf-huruf dan mereka menyebut ikan besar dengan nu>n.2) Al-

menjadi

Ah}ruf al-muqat}t}a’ah merupakan nama-nama Allah yang lain tidak dapat disusun menjadi lafat-lafat Swt, sebagaimana yang diriwatkan dari ‘Ali> ‘alaihi

seperti itu. Untuk selengkapnya lihat dalam tafsi>r Mafa>tih} al-Gaib. Ibid., h. 4-10.

al-sala>m, bahwasannya ia mengucapkan “ ﺎﻳ ﺺﻌﻳ ﻪﻛ ﺎﻳ

25 Muin Salim, Metodologi .., h. 46

ﻖﺳ ع م ح 26 .”. 3) Al-Ah}ruf al-muqat}t}a’ah merupakan Anwar, Ilmu Tafsir., h. 160. bagian dari nama-nama Allah Swt., sebagaimana 27 ‘Abd al-H{ai> al-Farma>wi>, Metode Tafsir

Maudu’i, terj. Rosihon Anwar, (Bandung: Pustaka

perkataan Sa’i>d bin Jubair ن م ح ﺮﻟآ dengan disatukan

Setia, 2002), h. 39

Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir

Obyek kajian dari tafsir muqa>rin

c. Membandingkan

pendapat- ini ialah: 28 pendapat para ulama tentang

a. Membandingkan ayat dengan ayat penafsiran yang telah mereka yang tampak berbeda.

lakukan.

Dalam hal ini perbandingan Membandingkan pendapat- dapat dilakukan pada semua ayat,

pendapat para ulama tentang baik dalam pemakaian mufradat,

penafsiran mereka terhadap suatu urutan kata, maupun kemiripan

ayat memang perlu dilakukan, redaksi.

mengingat bahwa karya tafsir itu dijelaskan oleh Quraish Shihab

Sebagaimana

yang

sangat banyak dengan berbagai bahwa dalam metode ini, khusunya

corak, dengan yang membandingkan antara ayat

ragam

mengumpulkan pendapat-pendapat dengan ayat atau ayat dengan hadis,

ulama dari berbagai corak dan terkadang seorang mufassir hanya

berbagai disiplin ilmu, tentu akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan

menghasilkan suatu penafsiran yang dengan perbedaan kandungan yang

mendekati kebenaran dimaksud oleh masing-masing ayat

lebih

dibanding hanya memegang satu atau perbedaan kasus/masalah itu

pandangan saja tanpa menguji dan sendiri. 29 melihat

pandangan-pandangan

b. Membandingkan ayat dengan hadis penafsir yang lain. Dan inilah yang dalam rangka mencari makna yang

menjadi salah satu kelebihan akan ditafsirkan.

metode tafsir muqa>rin dibanding Berkaitan

dengan metode tafsir lainnya. 31 perbandingan antara ayat al-Qur’an

dengan

Kitab-kitab tafsir muqa>rin sangat dengan hadis yang terkesan berbeda

langka tidak seperti kitab-kitab atau bertentangan ini, langkah

lainnya, di antaranya adalah: pertama yang harus ditempuh

a. Durrat al-Tanzil wa Qurrat al-Ta’wi>l, adalah menentukan nilai hadis yang

karya al-Khatib al-Iskafi. akan diperbandingkan dengan ayat

b. Al-Burha>n fi Taujih Mutasya>bih al- al-Qur’an. hadis itu haruslah sahih.

Qur’a>n, karya Taj al-Qarra’ al- Sementara hadis dhaif tidak bisa

Kirmani>.

diperbandingkan, karena disamping

c. Al Ja>mi’ li Ah{ka>m al-Qur’a>n, karya al- nilai otoritasnya rendah, dia justru

Qurt}ubi>.

semakin

d. Di Indonesia sendiri sebenarnya pertentangannya dengan ayat al-

bertolak

karena

juga berkembang tafsir dengan Qur’an, setelah itu para mufassir

metode muqa>rin, yaitu berupa karya melakukan analisis terhadap latar

penelitian dalam bentuk skripsi belakang terjadinya perbedaan atau

maupun tesis yang dilakukan oleh pertentangan antara keduanya. 30 para mahasiswa Perguruan Tinggi

Islam jurusan Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir, misalnya tesis dengan judul

Khaeruman, Sejarah., h. 99.

“Konsep Jiha>d Sayyid Qutub dan ‘Ali>

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an Dengan Metode Mawdhi’iy-Beberapa Aspek Ilmiah

al-S}a>bu>ni> (Studi Komparatif Ayat

Tentang al-Qur’an, (Jakarta: Perguruan Tinggi Ilmu

Jiha>d dalam Tafsi>r fi> Z{i>la>l al-Qur’an

al-Qur’an, 1986), h. 34. 30 M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah Ulumul

Qur’an, Cet. IV, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 31 Khaeruman, Sejarah Perkembangan.., h. 190.

66 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74 66 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74

atau mengkompromikan antara

4. Tafsir metode maud{u>’i> (tematik) yang ‘amm (umum), dan yang khas} Tafsir metode maud}u>’i> yaitu

(khusus), mut}laq dengan muqayyad, metode

pada lahirnya berdasarkan

penafsiran

al-Qur’an

atau

yang

bertentangan sehingga semuanya pembahasan

bertemu dalam satu muara tanpa tertentu.

dan

permasalahan

perbedaan atau pemaksaan. 33 sebagaimana yang diutarakan oleh M.

Berdasarkan pembagian yang Quraish

dilakukan oleh Mustafa Muslim, model merupakan suatu metode tafsir dengan

Shihab,

tafsir

maud}u>’i>

penafsiran dengan metode maud}u>’i> cara menetapkan satu topik tertentu,

(tematik) ini ada tiga macam, yaitu: dengan jalan menghimpun seluruh

a. Menafsirkan satu lafaz yang atau sebagian ayat-ayat, dari beberapa

terdapat dalam al-Quran dengan surat, yang berbicara tentang topik

mengumpulkan seluruh lafaz yang tersebut, untuk kemudian dikaitkan

sama atau yang merupakan satu dengan yang lainnya, sehingga

sinonimnya. Seperti menafsirkan pada akhirnya diambil kesimpulan

lafaz ummat, sedekah, jihad, kitab, menyeluruh tentang masalah tersebut

dan lain-lain. menurut pandangan al-Qur’an. 32 b. Menentukan satu tema yang secara

Secara sistematis prosedur tafsir eksplisit tidak disebutkan dalam al- metode maud}u>’i> (tematik) adalah

Quran kemudian dicarikan ayat-ayat sebagai berikut:

yang berkaitan dengan tema

a. Menetapkan masalah yang akan

tersebut.

dibahas (topik).

c. Menafsirkan

tema tertentu

b. Menghimpun

kemudian disandarkan kepada ayat berkaitan dengan masalah-masalah

ayat-ayat

yang

al-Quran akan tetapi hanya pada tersebut.

satu surat saja.

c. Menyusun runtutan ayat sesuai Di antara karya tafsir maud}u>’i> dengan masa turunnya, disertai

adalah sebagai berikut: pengetahuan tentang asbab an-

a. Al-Mar’ah fi al-Qur’a>n al-Kari>m, nuzulnya.

karya Abba>s al-Aqqad. 34

d. Memahami

b. Al-Tafsi>r al-Maud}u>’i>, karya Mana>hij tersebut dalam suratnya masing-

korelasi

ayat-ayat

Ja>mi’ah al-Madi>nah al-‘A<limiyyah. masing.

Kitab ini merupakan kumpulan

e. Menyusun

tafsir tematik yang berangkat dari kerangka yang sempurna (out line).

dalam al-Qur’an,

f. Melengkapi pembahasan dengan diantaranya, al-Jiha>d fi> al-Qur’a>n, al- hadis-hadis yang relevan dengan

Riba>, al-Jari>mah fi> al-Qur’a>n, al- pokok bahasan.

g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang

33 Al-Farma>wi>, Metode tafsir maudhu’i.., h.

32 M. Quraish Shihab, Membumikan Al 34 Mah{mu>d Abba>s al-Aqqad, al-Mar’ah fi> al- Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Qur’a>n, (Kairo: Hindawi li al-Ta’li>m wa al-Saqa>fah, Masyarakat, (Bandung; Mizan, 2007), h. 114.

Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir

Mu’a>la>t fi> al-Qur’a>n, dan tema-tema Shihab membaginya menjadi beberapa lainnya. 35 sub bab:

c. Wawasan Al-Qur’an, karya M.

a. Definisi dari istilah miskin, yaitu Quraish Shihab. Karya mufassir

orang yang tidak berharta benda, Indonesia yang di dalamnya juga

dan serba kekurangan. terhimpun berbagai tema yang

b. Faktor penyebab kemiskinan, yaitu berjumlah 33 tema, mulai dari

sikap berdiam diri, enggan, atau masalah keimanan sampai masalah

tidak dapat bergerak atau berusaha. sosial kemanusiaan. 36 c. Pandangan

Islam tentang

d. Tafsir Maudhu’i al-Muntaha, karya kemiskinan, yaitu bahwa al-Qur’an Muchotob Hamzah, dkk. Karya ini

mengisyaratkan pujian terhadap juga ditulis oleh ulama Indonesia. Di

kecukupan dan menganjurkan untuk dalam buku ini terdapat banyak

memperoleh kelebihan. Shihab tema yang mencapai 15 tema. 37 mendasarkan uraiannya dengan

e. Dewasa ini juga banyak karya beberapa ayat, yaitu: penelitian tafsir dalam bentuk

skripsi, tesis, atau disertasi dengan

menggunakan metode maud{u>’i> yang

ditulis oleh berbagai mahasiswa

Perguruan

Apabila telah ditunaikan shalat, Indonesia.

maka bertebaranlah kamu di memperteguh posisi tafsir maud{u>’i>

muka bumi; dan carilah karunia sebagai metode tafsir yang paling

Allah.

diminati di era kontemporer.

Misalnya, skripsi “Konsep Hidayah

dalam Al-Qur’an”, karya Ali Abdur

Rohman, “Kitab Tafsir Mafa>ti>h al- Dan Dia mendapatimu sebagai Gaib (Studi Pemikiran al-Ra>zi>

seorang yang kekurangan, lalu tentang Naskh dalam al-Qur’an)”,

Dia memberikan kecukupan. karya H. Muhd. Sjamsoeri Joesoef,

dan “Konsep Syifa<’ dalam Tafsi>r

Mafa>ti>h} al-Gaib Karya Fakhr al-Di>n

al-Ra>zi>”, karya Aswadi.

Contoh aplikasi tafsir metode Tidak ada dosa bagi kamu untuk maud{u>’i> dengan tema “kemiskinan”

mencari kelebihan dari Allah di dalam “Wawasan Al-Qur’an” karya M.

musim haji.

Quraish Shihab.

Shihab juga Dalam

mencantukan hadis pendukung yang kemiskinan pertama-tama Quraish

salah satunya menyebutkan bahwa

Rasulullah berlindung dari Allah

35 Mana>hij Ja>mi’ah al-Madi>nah al-

‘A<limiyyah, Al-Tafsi>r al-Maud}u>’i>, (t.t.p.: Ja>mi’ah al-

dari kefakiran.

Madi>nah al-‘A<limiyyah, t.th. ), al-Maktabah al- Sya>milah versi 2.11.

36 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an:

Ya Allah, aku berlindung dari

Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, cet.

kekufuran dan kefakiran (H.R.

XIX, (Bandung: Mizan, 2007). 37 Muchotob Hamzah, et. all., Tafsir

Abu Da>wud.

Maudhu’i al-Muntaha , (Yogyakarta: LkiS, 2004).

68 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74 68 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74

disertakan pula sanad yang sampai setiap individu untuk bekerja dan

kepada Rasulullah, sahabat, ta>bi’i>n dan berusaha, kewajiban kepada orang

atba>’ al-ta>bi’i>n. Di antara kitab tafsir bi lain untuk saling memberi dan

al-ma’s\u>r yang paling baik dan lengkap bekerja sama dalam hal sosial, dan

al-T{abari> sebab kewajiban bagi pemerintah untuk

adalah

Tafsi>r

banyak pendapat mencukupi kebutuhan masyarakat

menuturkan

penafsiran lalu menyeleksinya. Kitab dengan menggunakan dana yang

ini menyertakan pula i’rab dan hukum- sah. 38 hukum yang bisa diambil dari ayat al-

Qur’an. 41

Tafsir bi al-ma’s\u>r memiliki

Berdasarkan Sumbernya

beberapa keistimewaan berikut: Metode tafsir jika ditinjau dari

a. Menekankan pentingnya bahasa sumber penafsirannya, terbagi menjadi tiga

dalam memahami al Qur’an. macam yaitu; tafsir bi al-ma's\u>r, tafsir bi al-

b. Memaparkan ketelitian redaksi dira>yah atau bi al-ra'yi dan tafsir bi al-

ayat ketika menyampaikan pesan- isya>ri>.

pesannya.

1. Tafsir bi al-ma’s\u>r

c. Mengikat mufassir dalam bingkai Tafsir

ayat-ayat sehingga membatasinya didefinisikan sebagai tafsir yang

bi

al-ma’s}u>r dapat

agar tidak terjerumus ke dalam berpegang kepada riwayat yang shahih,

subyektifitas yang berlebihan. yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan al-

Di sisi lain tafsir bi al-ma’s\u>r Qur’an, atau dengan sunnah karena ia

juga memiliki beberapa kelemahan. Al- berfungsi menjelaskan kitabullah atau

mencatat kelemahan- dengan perkataan para sahabat karena

Z|aha>bi>

kelemahan tafsir bi al-ma’s\u>r sebagai merekalah yang paling mengetahui

berikut: 42

kitabullah atau dengan apa yang

a. Sering terjadi pemalsuan (wad{’i>) dikatakan oleh tokoh-tokoh besar

dalam tafsir. Pemalsuan tersebut tabi’in 39 karena pada umumnya

muncul ketika terjadi perpecahan mereka menerima dari para sahabat”. 40 politik dan aliran dalam tubuh umat Islam.

38 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an.., h.

b. Masuknya unsur isra>i>liyya>t yang

448-458.

didefinisikan sebagai unsur-unsur

Tafsir ta>bi’i>n dikatakan sebagai tafsir bi al-

yahudi dan Nasrani ke dalam

ma’s}u>r masih terjadi khilaf dikalangan ulama’, sebagaimana keterangan dari Ima>m al-Zarqa>ni>

penafsiran al-Qur’an.

dalam Mana>hil al-‘Irfa>n bahwa sebagian ulama

c. Penghilangan sanad yang sering

memandangnya tafsir bi al-ma’s}u>r karena

terjadi.

penafsiran mereka sebagian besar diterima dari

d. Terjerumusnya mufassir ke dalam

para sahabat. Sebagian ulama lain menilainya

uraian kebahasaan yang bertele-

sebagai tafsir bi al-ra’yi. Lihat Muh{ammad ‘Abd al- ‘Ad{i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (t.t.p.: Mat}ba’ah ‘I<sa> al-Ba>bi> al-H{albi> wa Syaraka>h,

bahasa arab bukan berdasarkan pertimbangan atsar t.th.), juz II, h. 13. Al-Maktabah al-Sya>milah versi

(hadis) adalah ‘A<li> al-S{abuni>, lihat Ahmad Izzan, 2.11.

Studi Kaidah Tafsir Al Qur’an, (Bandung: Humaniora, Salah satu tokoh yang mengatakan bahwa

2009), h. 15.

kedudukan para ta>bi’i>n sama dengan mufassir 40 Al-Qat}t}a>n, Maba>h{is\.., h. 347. lainnya (selain Nabi SAW dan sahabat yang

41 Al-Farma>wi>, Metode Tafsir.., 25. menafsirkan al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah

42 Anwar, Ilmu Tafsir.., h. 147.

Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir

bentuk penafsiran bi al-ra’yi adalah

e. Seringkali konteks turunnya ayat semakin majunya ilmu-ilmu keislaman (asba>b al-nuzul) terabaikan.

yang di warnai kemunculan ragam Kitab tafsir bi al-ma’s\u>r ini

disiplin ilmu, karya-karya para ulama sangat banyak diantaranya:

dan aneka penafsiran serta para pakar

a. Ja>mi’ al-Baya>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, di bidang masing-masing. Akibatnya karya al-T{abari> (w. 310 H.)

karya-karya seorang mufassir sangat di

b. Ma’a>lim al-Tanzil, karya al-Bagawi> warnai oleh latar belakang disiplin (w. 516 H.)

ilmu yang mereka kuasai. Sebagian dari

c. Tafsi>r al-Qur’a>n al-Ad{i>m, karya Ibn mereka ada yang lebih menekankan Kas\i>r (w. 774 H.)

pada telaah balagah, seperti imam al-

d. Al-Durr al-Mans\ur fi Tafsi>r bi al- Zamakhsyari>, telaah hukum syara’ Ma’s\u>r, karya al-Suyu>t}i> (w. 911 H.)

seperti imam al-Qurt}ubi>, telaah

e. Bah{r al-‘Ulu>m, karya Abu> al-Lais\ al- keistimewaan dan filsafat seperti imam Samarqandi>. 43 al-Ra>zi> dan yang lain hal ini tampak dapat di fahami, sebab di samping

2. Tafsir bi al-ra’yi sebagai mufassir seseorang juga ahli Istilah al-ra’yu secara etimologis

dalam bidang Fiqih, Bahasa, Filsafat, berarti keyakinan, qiyas, dan ijtihad.

Astronomi, kedokteran, dan kalam. Jadi tafsir bi al-ra’yi adalah penafsiran

Takala ada ayat al-Quran yang yang dilakukan dengan cara ijtihad,

berkaitan dengan disiplin ilmu yang yakni rasio yang dijadikan titik tolak

mereka akan penafsiran setelah mufassir terlebih

dikuasainya,

menginterpretasikan ayat-ayat al- dahulu memahami bahasa arab dan

Qur’an sesuai dengan ilmu yang aspek-aspek dalalah (pembuktiannya).

dikuasainya. 46 Tafsir bi al-ra’yi terbagi Selain itu mufassir dalam tafsir bi al-

menjadi dua kelompok: ra’yi juga menggunakan syair-syair

a. Tafsir al-mah{mu>d arab

Yaitu suatu penafsiran yang disamping memperhatikan asba>b al-

cocok dengan dengan tujuan syara’ nuzul, na>sikh mansu>kh, qira’at dan lail-

(Allah), jauh dari kebodohan dan lain. Penafsiran dengan bentuk ini lebih kesesatan, sesuai dengan kaidah-

didominasi dari pemikiran mufassir kaidah bahasa Arab serta berpegang sendiri, oleh karena itu dalam

uslub-uslubnya dalam memahami nash-nash Qur’aniyah. penafsiran 47 ini sering terjadi

pada

perselisihan antara seorang mufassir Dalam hal ini seorang mufassir

yang hendak menafsiri al-Qur’an itulah sebenarnya tafsir bi al-ra’yi

dengan mufassir lainnya. 44 Maka dari

dengan ra’yu haruslah memenuhi bukanlah sekadar pendapat atau ide 48 beberapa syarat berikut:

semata, atau sekadar gagasan yang

terlintas dalam pikiran seseorang,

Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka

apalagi hanya semaunya saja. Amani, 2001), h. 267. 45

46 Al-Farma>wi>, Metode Tafsir.., h. 26 47 S}a>li>h} ‘A<li>, Mana>hij al-Mufassiri>n, (t.t.p: t.p.,

43 Al-Zarqa>ni>, Mana>hil., juz II, h. 29-32. t.th.), h. 14. Al-Maktabah al-Sya>milah versi 2.11. 44 Usman, Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras,

48 Hal ini sebagaimana keterangan al-Gaza>li> 2009), h. 283-284

yang dikutip oleh Kurdi dalam Kurdi, dkk., 45 Muh}ammad ‘Ali> al-S}abu>ni>, al-Tibya>n fi>

Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: ‘Ulu>m al-Qur’a>n, terj. Muhammad Qadirun Nur:

eLSAQ Press, 2010), h. 15-16. Keterangan lebih luas

70 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74

1) Dia harus ‘a>lim dalam bidang yang sesuai dengan maksud suatu ‘aqidah al-salaf dan tauhid

ayat tanpa memberikan dalil. beserta macam-macamnya.

Di antara kitab tafsir bi al-

2) Dia telah hafal al-Qur’an serta ra’yi yang dapat dipercaya dan ‘a>lim dengan hal-hal yang

diakui keabsahannya adalah: berkaitan dengan al-Qur’an.

1) Mafa>tih{ Al-Ghaib, karya Fakhr al-

3) Dia termasuk orang yang ‘a>lim Di>n al-Ra>zi> (w. 606 H.) dalam bidang sunnah.

2) Anwar al-Tanzil wa Asra>r al-

4) Dia mengetahui aqwa>l al- Ta’wi>l, karya al-Baid}awi> (w. 691 s{ah{a>bah.

H.)

5) Dia mengetahui seluk beluk

3) Mada>rik al-Tanzil wa Haqa>iq al- bangsa Arab.

Ta’wi>l, karya al-Nasafi> (w. 701 H.)

6) Dia mengetahui qaidah lugah al-

4) Luba>b al-Ta’wil fi Ma’a>ni> al-Ta’wi>l, ‘ara>bi>yah.

karya al-Kha>zin (w. 741 H.) Selain

b. Tafsir maz}mu>m

Yaitu menafsirkan al-Qur’an penafsirnya menghindari hal-hal

dikatakan

mah{mu>d

apabila

tanpa berdasarkan ilmu atau berikut: 49 berdasarkan kehendaknya sendiri

tanpa mengetahui kaidah-kaidah mengetahui

bahasa atau syari’at, atau dengan dikehendaki Allah pada suatu

makna

yang

seorang mufassir ayat

sengaja

menyimpangkan apa yang ditekankan memenuhi syarat untuk itu.

oleh Allah, padahal ia tahu yang

2) Mencoba menafsirkan ayat-ayat sebenarnya. 50 Di antara kitab tafsi>r yang maknanya hanya diketahui

yang maz\mu>m adalah karya tafsir dari Allah.

Mu’tazilah, al-Ima>miyah al-Isna> al-

3) Menafsirkan al-Qur’ah dengan ‘Asy’ariyah, al-Bat}iniyyah, al-Qada>mi>, disertai hawa nafsu dan istihsan

al-Ima>m al-Isma>iliyyah, al-Bati}>niyah (menilai sesuatu itu baik semata-

al-Muh}addis}u>n yaitu, sekte al- mata berdasarkan peersepsinya)

Ba>biyah, al-Baha>iyah, al-Zaidiyah, dan

4) Menafsirkan ayat-ayat untuk al-Khawa>rij. 51 Contoh Q.S. Al-Rah{ma>n mendukung suatu madzhab yang

19-20

salah dengan cara menjadikan

   paham madzhab sebagai dasar,  

sedangkan

penafsirannya

tersebut. “Dia membiarkan dua lautan

5) Memastikan

bahwa

yang keduanya penafsirannya itulah satu-satunya

mengalir

kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak

dilampaui masing-masing .” 52

bisa dilihat alam kitab Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, al- Z{aha>bi> menjelaskan ada sebanyak 15 syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir. Lihat

50 Al-S{a>bu>ni>, al-Tibya>n.., h. 252 Muh}ammad H}usain al-Z{aha>bi>, al-Tafsi>r wa al-

51 Al-Z\}aha>bi>, al-Tafsir wa al-Mufassiru>n, juz Mufassiru>n, (t.t.p.: t.p., t.th.) juz. IV, h. 44. Al-

4, h. 50. Al-Maktabah al-Syamilah versi 2.11. Maktabah al-Sya>milah versi 2.11.

52 Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat 49 Al-Farma>wi>, Metode Tafsir.., h. 27.

bahwa la yabghiyan Maksudnya masing-masingnya

Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir

zahir terdapat hubungan yang kata al-bah}rain pada ayat tersebut,

erat. 54

sebagai Ali dan Fatimah. Kemudian Di antara kitab tafsir bi al-isya>ri> pada ayat 22

yang penting adalah:

a. Lat}a>if al-Isya>ra>t, karya al-Qusyairi>.

b. Tafsi>r Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib “Dari keduanya keluar mutiara

al-Furqa>n, karya H{asan bin dan marjan.”

Muh{ammad al-Naisa>bu>ri>. Kata al-lu’lu’ dan al-marja>n dia

c. Ru>h} al-Ma’a>ni> fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al- tafsirkan sebagai Hasan dan

‘Az{i>m, karya Mah}mu>d al-Alu>si>. 55 Husain.

Salah satu contoh dari tafsir bi

3. Tafsir bi al-isya>ri> al-isya>ri> adalah penafsiran yang Tafsir

dilakukan oleh Ibn ‘Abba>s terhadap mentakwilkan ayat al-Qur’an dengan

bi

al-isya>ri>

adalah

Q.S. al-Nas}r: 1.

menggali makna di balik makna zahir suatu

petunjuk-petunjuk rahasianya yang “Apabila telah datang pertolongan tampak menurut para ahli sulu>k dan

Allah dan kemenangan” Dalam ayat tersebut Ibn ‘Abba>s

ahli s}ufi yang memungkin untuk memberikan penafsiran bahwa ayat

menyatukan antara makna batin dan itu menunjukkan tentang ajal

makna zahirnya. 53 Menurut pendapat

yang diberitahukan ahli su>fi> setiap ayat mempunyai makna

Rasulullah

kepada Allah kepadanya. 56 zahir dan makna batin. Makna zahir

Contoh lain adalah Q.S. ialah apa yang segera mudah dipahami

akal pikiran sebelum yang lain,

sedangkan makna batin ialah isyarat- “Dan berkatalah Nabi Mu>sa> kepada isyarat tersembunyi di balik itu yang

kaumnya: sesungguhnya Allah nampak bagi ahli sulu>k. Tafsir bi al-

kalian untuk isya>ri> tidak dilarang dengan beberapa

memerintahkan

menyembelih seekor sapi. syarat:

a. Tidak bertentangan dengan makna

mentakwilkan zahir ayat.

Al-Naisa>bu>ri>

“menyembelih sapi” bahwa itu

b. Maknanya itu sendiri sahih.

merupakan

isyarah agar

c. Pada lafaz yang ditafsirkan menyembelih nafsu hewani dalam dii terdapat indikasi bagi makna isyari

sehingga apabila itu bisa dilakukan tersebut.

maka akan menghidupkan ruhnya hati dan itu merupakan jihad akbar, matinya nafsu sebelum datangnya

kematian.

tidak menghendaki. dengan demikian maksud ayat

19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi

tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak 54 Al-Qat{t{a>n, Maba>h{is\., h. 367-368. diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah genting itu

55 Ibra>hi>m Muh}ammad al-Jirmi>, Mu’jam dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka

‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Damasykus: Da>r al-Qalam, 2001), bertemulah dua lautan itu. seperti terusan Suez dan

h. 99.

terusan Panama. 56 Al-Qat{t{a>n, Maba>h{is\., h. 67. 53 Al-Zarqa>ni>, Mana>hil., juz II, h. 78.

57 Al-Zarqa>ni>, Mana>hil.., juz II, h. 82.

72 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74

Kesimpulan

petunjuk-petunjuk rahasianya yang Dari kajian tentang metodologi tafsir

tampak menurut para ahli sulu>k dan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan,

ahli s}ufi yang memungkin untuk yaitu:

menyatukan antara makna batin dan

1. Metodologi tafsir dapat didefinisikan

makna zahirnya.

sebagai ilmu

tentang

metode

menafsirkan al-Quran.

2. Metode penafsiran

berdasarkan

sistematikanya dapat dibagimenjadi

DAFTAR PUSTAKA

empat, yaitu: Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, Bandung:

a. Ijma>li> (global), yaitu metode Pustaka Setia, 2005. menafsirkan al-Qur’an secara global.

A<li>, S}a>li>h}, Mana>hij al-Mufassiri>n, t.t.p.:

b. Tah{li>li> (analisis), yaitu metode tafsir t.p.,t.th.. Al-Maktabah al-Sya>milah yang

kandungan ayat-ayat al-Quran dari Al-Aqqad, Mah{mu>d Abba>s, al-Mar’ah fi> al- seluruh aspeknya.

Qur’a>n, Kairo: Hindawi li al-Ta’li>m wa

c. Muqa>rin (perbandingan), yaitu

al-Saqa>fah, 2012.

penafsiran dengan cara membuat Al-‘Arid, ‘Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi perbandingan suatu penafsiran

Tafsir, Jakarta: Raja Grafindo Persada, dengan penafsiran yang lain yang

meliputi perbandingan ayat dengan Baidan, Nasiruddin, Metodologi Penafsiran ayat

al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, perbandingan ayat dengan hadis

dalam rangka mencari makna yang Echols, Jhon M. & Hassan Shadily, Kamus

akan ditafsirkan, dan perbandingan Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia pendapat-pendapat para ulama

Pustaka, 2003.

tentang penafsiran yang telah Al-Fama>wi> ‘Abd al-H{ai>, Metode Tafsir mereka lakukan. Maudu’i dan cara penerapannya, terj

d. Maud}u>’i> (tematik), yaitu penafsiran Rosihon Anwar, Bandung: Pustaka al-Qur’an berdasarkan tema atau

________________________ , Muqaddimah fi al- permasalahan tertentu. Tafsi>r al-Maud}u>’i>, Kairo : al-Had}arah al-

3. Metode tafsir jika ditinjau dari sumber

‘Ara>biyah, 1977.

penafsirannya, terbagi menjadi tiga macam yaitu:

Hamzah, Muchotob, et. all., Tafsir Maudhu’i al-Muntaha, Yogyakarta: LkiS, 2004.

a. Tafsir bi al-ma's\u>r, yaitu tafsir yang berpegang kepada riwayat yang

Izzan, Ahmad, Studi Kaidah Tafsir Al Qur’an, shahih.

Bandung: Humaniora, 2009.

b. Tafsir bi al-dira>yah atau bi al-ra'yi, Al-Jirmi>, Ibra>hi>m Muh}ammad, Mu’jam yaitu penafsiran yang dilakukan

‘Ulu>m al-Qur’a>n, Damasykus: Da>r al- dengan cara ijtihad berdasarkan

Qalam, 2001.

akal. Al-Jurja>ni>, al-Ta’ri>fa>t, Beirut: Da>r al-Kita>b

c. Tafsir bi

al-isya>ri>,

yaitu

li’Arabi>, 1405 H.

mentakwilkan ayat al-Qur’an dengan Khaeruman, Badri, Sejarah Perkembangan menggali makna di balik makna

Tafsir Al-Qur’an, Bandung: Pustaka zahir suatu ayat untuk menemukan

Setia, 2004.

Ali Abdur Rohman, Metodologi Tafsir

Khalis, Nur, Pengantar Studi Al-Qur’an dan _____________________ , dkk, Sejarah Ulumul Al-Hadis, Yogyakarta: Sukses offset,

Qur’an, Cet. IV, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

2008.

Kurdi, dkk., Hermeneutika al-Qur’an dan

Membumikan Al Hadis, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010.

_____________________ ,

Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Mansur, Muhammad dalam “Dosen Tafsir

Kehidupan Masyarakat, Bandung; Mizan, Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

2007.

Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab _____________________ , Sejarah dan Ulumul Tafsir, Yogyakarta: Teras, 2004.

Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008. Mana>hij Ja>mi’ah al-Madi>nah al-‘A<limiyyah,

_____________________ , Wawasan Al-Qur’an: al-Tafsi>r al-Maud}u>’i>, t.t.p.: Ja>mi’ah al-

Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Madi>nah al-‘A<limi>ah, t.th.. Al-

Umat, cet. XIX, Bandung: Mizan, 2007. Maktabah al-Sya>milah versi 2.11.

Al-Suyu>t{i>, ‘Abd al-Rah{ma>n bin Kama>l Jala>l Al-Mis}ri, Muh}ammad bin Mukrim bin

al-Di>n >, al-Itqa>n fi>’Ulu>m al-Qur’a>n, Manz}ur al-Afri>qi>>, Lisa>n al-‘Arab,

t.t.p.: t.p., t.th., Al-Maktabah al- Beirut: Da>r S{a>dir, t.th..

Sya>milah versi 2.11. Mustaqim, Abdul, Dinamika Sejarah Tafsir

Al-Suyu>t{i>, Jala>l al-Di>n dan Jala>l al-Di>n al- al-Qur’an, Yogyakarta: Adab Press,

Mah{alli>, Tafsi>r al Jala>lain, t.t.p.: t.p., 2004.

t.th. Al-Maktabah al-Sya>milah versi Al-Nabha>n, Muh}ammad Fa>ru>q, al-Madkhal

2.11.

ila> ‘Ulu>m al-Qur’a>n al-Kari>m, H{alba: Suma, H. Muhammad Amin, Studi Ilmu-ilmu Da>r ‘A<lam al-Qur’a>n, 2005.

Al Qur'an 2, Jakarta: Pustaka Firdaus, Al-Qat}t}a>n, Manna>’, Maba>h}is\ fi> ‘Ulu>m al-

2001.

Qur’a>n, t.t.p.: Maktabah al-Ma’a>rif li al- Usman, Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Teras, Nasyr wa al-Tauzi>’, 2000.

2009.

Al-Ra>zi>, Fakhr al-Di>n, Mafa>ti>h} al-Gaib, tahq. Al-Zarqa>ni>, Muh{ammad ‘Abd al-‘Ad{i>m, Khali>l al-Mayas, Beirut: Da>r al-Fikr,

Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, 1981.

t.t.p.: Mat}ba’ah ‘I<sa> al-Ba>bi> al-H{albi> wa Salim, Abd Muin, Metodologi Ilmu Tafsir,

Syaraka>h, t.th.. Al-Maktabah al- Yogyakarta: Teras, 2010.

Sya>milah versi 2.11. Al-S}abu>ni> Muh}ammad Ali >, al-Tibya>n fi>

Al-Z{aha>bi>, Muh}ammad H}usain, al-Tafsi>r wa ‘Ulu>m al-Qur’a>n, terj. Muhammad

al-Mufassiru>n, t.t.p.: t.p., t.th.. Al- Qadirun Nur: Ikhtisar Ulumul Qur’an

Maktabah al-Sya>milah versi 2.11. Praktis, Jakarta: Pustaka Amani, 2001.

Al-Zarkasyi>, Badr al-Di>n Muh{ammad bin Setiawan, Ebta, Kamus Besar Bahasa

‘Abd Alla>h bin Baha>du>r. al-Burha>n fi> Indonesia, Offline Versi 1.1, 2010.

‘Ulu>m al-Qur’a>n, Tahq. Muh{ammad Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Qur’an Dengan

Abu> al-Fad{al Ibra>hi>m, Beirut: Da>r Metode Mawdhu’I Beberapa Aspek

Ih{ya>’ al-Kutub al-‘Arabiyah, 1957 Ilmiah Tentang al-Qur’an, Jakarta: Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an,

***** 1986.

74 Jurnal al – Hikmah vol. 4 no. 2 Oktober 2016 60~74