UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MELALUI TEKNIK OBSERVATION VISITS DI SMPN 1 PUGER – JURNAL JP3

  

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MELALUI TEKNIK OBSERVATION VISITS

DI SMPN 1 PUGER

Oleh :

Anang Istifar

Kepala SMPN 1 Puger Kabupaten Jember

  ABSTRACT . On SMPN 1 Puger based on the observation of the first research, there are a few teachers who still have the ability to apply classroom learning to say less, but on the other hand there are some teachers who have good teaching skills. During the headmaster to monitor the course of the learning process either through direct observation, or interviews with student researchers found that there are some teachers who need to be given a special program in order to improve their competence in a particular competence in classroom teaching. The problem formulated in this study , how the use of observation techniques visits can improve pedagogical competence of teachers in teaching and learning at SMPN1 Puger. While the purpose of this study was to determine the effectiveness of the use of observation techniques visits in an effort to improve the pedagogical competence of teachers in teaching and learning at SMPN1 Puger. The hypothesis formulated measures , if applied observation technique visits, the pedagogical competence of teachers in teaching and learning at SMPN1 Puger will increase. This school action research subjects were 12 teachers of SMP Negeri 1 Puger. The instruments used to achieve the data in this study using observation and interview guides prepared by the researchers themselve. Analysis of the data using the target values in the teachers competence in teaching and learning, the treatment is successful if the value of teacher competence in teaching and learning better minimal value ( scored at least 76 ). The results showed that the use of observation techniques visits can improve pedagogical competence of teachers in teaching and learning at SMPN1 Puger. Keywords : Pedagogic Competence, Observation Technique Visits .

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

  Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik,

kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta

didik, hal ini tentu saja menuntut guru untuk memiliki suatu keterampilan yang dapat

membantunya dalam melaksanakan tugas guru tersebut. Dalam dunia pendidikan

keterampilan guru dikenal dengan istilah keterampilan dasar mengajar (general teaching

skills). Keterampilan merupakan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki. Sedangkan

keterampilan dasar mengajar merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang

berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan.

Keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku yang

bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal

untuk melaksanakan tugas-tugas mengajarnya secara terencana dan profesional.

  Hasil observasi awal peneliti pada SMPN 1 Puger dalam hal ini kepala sekolah,

ditemukan ada beberapa guru yang masih memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan

pembelajaran dikelas bisa dikatakan kurang, akan tetapi di sisi lain ada beberapa guru yang

memiliki keterampilan mengajar yang baik. Selama kepala sekolah melakukan pemantauan

  

terhadap jalanya proses pembelajaran baik melalui observasi langsung, atau wawancara

dengan siswa peneliti menemukan bahwa ada beberapa guru yang perlu diberikan program

khusus guna meningkatakan kompetensinya khususnya kompetensi dalam mengajar di

kelas. Salah satu metode yang bisa diterapkan pada SMPN 1 puger adalah dengan cara

observation visits, yaitu dengan cara kepala sekolah melakukan kunjungan kelas dan kepala

sekolah memetakan kemampuan guru dalam mengajar selanjutnya kepala sekolah mengatur

jadwal kunjungan kelas antar guru sejenis (mapel yang sama) dengan demikian akan terjadi

interaksi bahkan sharing antar guru, yang tujuannya adalah memperbaiki proses

pembelajaran di kelas.

  Dengan demikian maka dalam penelitian ini masalah dirumuskan, “Bagaimanakah

penggunaan teknik observation visits dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru

dalam proses belajar mengajar di SMPN 1 Puger.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektivitas penggunaan teknik observation visits dalam upaya meningkatkan

kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di SMPN 1 Puger.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

  

1. Bagi pengawas sekolah. Sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam membina dan

membimbing guru di SMPN 1 Puger.

  

2. Bagi kepala sekolah. Sebagai informasi tentang kemampuan guru SMPN 1 Puger dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

  

3. Bagi guru. Sebagai masukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran.

KAJIAN PUSTAKA Proses Belajar Mengajar

  Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dapat berlangsung

secara efektif dan efisien. Kemampuan belajar merupakan hal yang penting dan utama

dalam proses belajar mengajar, tetapi yang ada proses belajar kurang optimal. Hal ini

disebabkan pemahaman guru tentang menyusun RPP kurang, sehingga dapat

mempengaruhi cara guru itu mengajar. Mengajar bukan sekedar penyampaian ilmu

pengetahuan, melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang

cukup kompleks. Kedudukan guru yang strategis ini kemudian diperlukan perwujudannya

melalui kinerja guru. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar pada hakekatnya peranan

guru sesuai dengan tanggung jawab dan tugasnya yaitu merencanakan dan melaksanakan

proses belajar mengajar.

  Menurut Usman (2005), peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi :

Guru sebagai Demonstrator

  Guru dalam peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar, senantiasa

harus menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa

mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang

dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan TIK, memahami

kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dam memberikan informasi

kepada kelas. Akhirnya seorang guru akan dapat memainkan peranannya sebagai pengajar

yang baik apabila ia menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilan–ketrampilan

tugasnya.

  Guru sebagai Pengelola Kelas Guru dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), harus

  

mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek lingkungan

sekolah yang perlu diorganisasi. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas

tergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antar siswa di

dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Sebagai manajer lingkungan

belajar guru hendaknya mampu menggunakan pengetahuan tentang teori–teori belajar

mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar

mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan

sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.

  Guru sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator, guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup

tentang media pendidikan karena media pendidikan merupaka alat komunikasi untuk lebih

mengefektifkan proses belajar mengajar. Sedangkan sebagai fasilitator, guru harus mampu

mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan

proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat

kabar.

  Guru sebagai Evaluator Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menjadi seorang evaluator yang

baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu

tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua

pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan

penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa

terhadap pelajaran, serta ketetapan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari

penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam.

Kemampuan Intelektual

  Seorang guru merupakan profesi intelektual, menurut Purwanto (2003), suatu perbuatan dapat dianggap inteligen bila memenuhi beberapa syarat antara lain:

  

1. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang

bersangkutan.

  2. Perbuatan intelijen sifatnya serasi dan ekonomis.

  

3. Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang

bersangkutan.

  4. Keterangan pemecahan harus dapat diterima oleh masyarakat.

  5. Dalam berbuat intelijen seringkali menggunakan daya mengabstraksi.

  6. Perbuatan intelijen bercirikan kecepatan.

  

7. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu

jalanya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

  Menurut Suparno (2003), sikap-sikap yang dikembangkan oleh seorang yang

intelektual, yaitu: terus belajar; berpikir rasional, kritis dan bebas; mengembangkan angan-

angan (cita-cita); aktif mencari, kreatif dan inisiatif; berani bertindak dan

bertanggungjawab; sikap reflektif; dan pembela kebenaran dan keadilan. Guru sebagai

seorang intelektual juga harus mengembangkan sikap tersebut, antara lain:

1.) Terus belajar, yaitu seorang guru harus terus belajar, terus mengembangkan bidang

keahliannya, karena pengetahuan selalu berkembang.

2.) Berfikir rasional, kritis dan bebas yaitu guru diharapkan dapat mengembangkan

pemikiran yang rasional, kritis dan bebas. Rasional artinya guru dapat mengembangkan pemikiran yang berdasarkan alasan dan argumentasi dan logika yang benar, bukan berdasarkan emosi atau asal menang. Dengan mengembangkan kebebasan berfikir, diharapkan guru dapat lebih kreatif dan mengembangkan inovasi baru dalam proses pendidikan.

  

3.) Mengembangkan angan-angan (cita-cita), kadang-kadang guru yang tidak kreatif dalam

proses pembelajaran karena mereka tidak punya angan-angan tentang pembelajaran yang baik dan ideal. Pikirannya selalu tertutup, kurang dibiarkan lepas bebas, bahkan mungkin untuk memikirkan yang aneh-aneh.

4.) Aktif mencari, kreatif dan inisiatif, artinya seorang guru dalam mengembangkan

pembelajaran harus selalu mencari yang terbaik bagi siswa yang diajarkan. Di sinilah guru dituntut punya inisiatif, kreatifitas dan keaktifan mencari, melihat, dan mengambil tindakan apa yang paling pas untuk siswa di kelasnya.

5.) Berani bertindak dan bertanggung jawab, artinya guru bukan seorang yang asal

menjalankan perintah atau aturan, tetapi seorang yang melihat situasinya dan bertindak sesuai dengan situasi yang ada. Hal ini penting karena banyak situasi sekolah tempat bekerja guru berbeda dengan situasi yang tertulis dalam aturan atau kurikulum.

6.) Sikap reflektif, artinya sikap untuk selalu bertanya dan melihat kembali apa yang telah

diperbuat dan akan diperbuatnya. Sikap reflektif inilah yang memungkinkan guru memperbaiki diri dalam pengetahuan, pembelajaran, dalam sikap maupun dalam relasi dengan siswa.

7.) Membela kebenaran, yaitu seorang guru dapat menjadi tonngak kebenaran, menjadi

pembela kebenaran.

  Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

kemampuan Intelektual adalah sejumlah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang

dan digunakan untuk memecahkan permasalahan baik yang dialami diri sendiri maupun di

lingkungan. Sehingga dengan berfikir secara rasional ini seorang guru akan mampu untuk

bertindak secara terarah dan menghadapi lingkungannya secara efektif.

Supervisi Pendidikan

  Istilah supervisi yang berasal dari bahasa inggris terdiri dari akar kata, yaitu:

super yang artinya “di atas”, dan vision, mempunyai arti “melihat” (Arikunto, 2004).

Dengan demikian maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang di lakukan oleh

pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di atas-atau lebih tinggi

dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Supervisi adalah segala bantuan

dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru

dan personal lainnya di dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Purwanto dengan

adanya supervisi guru-guru diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya. Sedangkan

pengertian supervisi menurut Adam dan Dickey seperti yang dikutip Shertian dan Matheru

(1981), supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Rifai

(1987), mengartikan supervisi pendidikan sebagai berikut :

  

a. Surpervisi merupakan usaha untuk membantu dan melayani guru meningkatkan

kemampuannya.

  

b. Supervisi tidak langsung diarahkan kepada murid tetapi kepada guru yang membina

murid itu.

  

c. Supervisi tidak bersifat direktif (mengarahkan tetapi lebih baik banyak bersifat

konsultatif (memberikan dorongan, saran dan bimbingan).

Teknik-teknik Supervisi Pendidikan

  Teknik supervisi menurut Purwanto (2002), dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perseorangan dan teknik kelompok.

  

a. Teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan beberapa

kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: 1) Mengadakan kujungan kelas (classroom visitation) yaitu kunjungan sewaktu-waktu oleh supervisor (kepala sekolah, pemilik, pengawas) yang mana tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis/metodik yang sesuai untuk melihat kekurangan (kelemahan yang susuai

untuk melihat kekurangan kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki).

  2) Mengadakan kunjugan obeservasi (observation visitis), baik kunjungan obeservasi di sekolah sendiri maupun ke sekolah lain. Kunjungan antar kelas (observation visitis) merupakan suatu teknik supervisi pengajaran, yang juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Teknik ini dilakukan oleh guru dari kelas yang satu mengunjungi guru di kelas lain yang sedang mengajar dalam satu sekolah. Melalui kunjungan antar kelas ini guru akan memperoleh pengalaman baru tentang proses pembelajaran, pengelolaan kelas, hal ini diperoleh dari teman sejawatnya. 3) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problem yang dialami siswa. 4) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah.

  Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: 1) Mengadakan pertemuan rapat/meeting

  Hal ini bertujuan untuk membantu guru-guru agar maju dan berkembang dalam

meningkatkan program sekolah. Kepala sekolah dapat menggunakan berbagai teknik

supervisi. Pada masing-masing teknik supervisi itu memerlukan sebuah perencanaan yang

baik dan sistematis. Maka ketika supervisor akan melakukan supervisi di lapangan dapat

mengetahui langkah-langkah apa saja yang akan diambil dalam pencapaian tujuan yang

akan dapat tercapai secara efektif. Namun dari beberapa teknik yang dapat diterapkan

dalam pembinaan pendidikan dan pengajaran, teknik-teknik tersebut dapat dibedakan dalam

dua kelompok besar, yaitu teknik yang bersifat individual, dimana teknik ini dilaksanakan

untuk seorang guru secara individual dan teknik yang besifat kelompok, dimana teknik

yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang. Sebagaimana seperti penulis uraikan

di atas.

METODE PENELITIAN Subjek Penelitian

  Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada guru di SMPN 1 Puger, pada semester

ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah 12 orang

guru SMP Negeri 1 Puger. Pemilihan 12 orang guru didasarkan dari observasi awal kepala

sekolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebagai objek penelitian.

Desain Penelitian

  Sebagaimana dikemukakan oleh Kemmis & Taggart dalam Hopkins (1993),

peneliti tindakan ini meliputi 4 ( empat ) tahap kegiatan pokok, yaitu: perencanaan

(planning), pelaksanaan (acting), pemantauan (observing) dan refleksi (reflecting).

Persiapan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui peningkatan kompetensi guru dengan

teknik observation visits (kunjungan antar kelas), dengan cara peneliti melakukan observasi

terhadap beberapa guru dan peneliti menentukan beberapa guru yang merupakan guru yang

mempunyai kemampuan pedagogik yang baik dan terampil dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran, serta peneliti memilih 6 guru yang memiliki kemampuan yang masih kurang,

berkaitan dengan kemampuan mengajar di kelas, sedangkan yang akan mendapatkan

perlakuan adalah 6 guru yang merupakan guru dengan kompetensi kurang. Maka penelitian

ini dilakukan sejak saat pembuatan perencanaan sampai pada pelaksanaan atau proses

belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian data yang diperoleh bersifat langsung

lebih menekankan pada proses bukan hasil, seperti dikemukakan oleh Sujana dan Ibrahim

(1988), bahwa tekanan penelitian kualitatif adalah proses bukan hasil.

  Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi dam pedoman wawancara yang disusun oleh peneliti sendiri.

Pengumpulan Data

  Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara. Data

tersebut masih berupa data mentah dan untuk memperoleh makna, data tersebut perlu

dirangkum, dikategorikan dan dikondisikan sesuai dengan aspek yang dikembangkan.

Untuk mengetahui valid tidaknya data digunakan teknik–teknik analisis data kualitatif yang

Analisis dan Interpretasi

  Dalam rangka mengetahui efektivitas penggunaan teknik observation visits

sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan program pembelajaran,

data yang masuk dianalisis dengan menggunakan kreteria target yang ingin dicapai.

Adapun target yang ingin dicapai adalah tindakan dikatakan berhasil jika nilai guru

mencapai minimal nilai baik.

  Adapun kreteria nilai guru adalah sebagai berikut:

  NILAI KRETERIA 86 - 100 Sangat Baik 71 - 85 Baik 56 - 70 Cukup Baik ≤ 55 Kurang Baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil Observasi Pada Kondisi Awal

  Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan, peneliti menemukan

beberapa guru yang memiliki kompetensi pedagogik terutama kemampuan dalam proses

pembelajaran di kelas yang rendah yang terdiri dari 6 orang guru. Dari hasil observasi awal

yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Observasi Awal Kompetensi Pedagogik Guru dalam Proses Pembelajaran

  2

  2

  2

  2

  2

  2

  14. Kejelasan dan kebenaran penggunaan bahan dalam PBM

  2

  2

  2

  3

  2

  2

  13. Kemampuan membimbing siswa agar berinteraksi dengan baik

  3

  2

  3

  2

  2

  2

  12. Kemampuan memperhatikan kondisi individu siswa

  2

  2

  2

  2

  2

  2

  11. Kemampuan berkomunikasi dengan siswa

  2

  2

  15. Kemampuan menggunakan waktu secara efisien

  2

  2

  ASPEK G 1 G 2 G 3 G 4 G 5 G 6

  1. Kemampuan membuka pelajaran

  3

  3

  4

  4

  4

  3

  3

  2 Jumlah

  1

  1

  2

  1

  2

  17. Kemampuan menutup pelajaran

  1

  4

  3

  3

  2

  3

  16. Kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa

  4

  2

  2

  3

  3

  2

  2

  2

  2

  3

  3

  2

  2

  5. Kemampuan memberi petunjuk dan pembelajaran dalam PBM

  2

  3

  3

  3

  3

  2

  4. Kemampuan melaksanakan pembelajaran dalam urutan yang logis

  3

  2

  2

  2

  1

  2

  3. Kemampuan menggunakan alat dan media dengan tepat

  2

  3

  2

  3

  2

  2

  2. Kemampuan menggunakan strategi pembelajaran

  2

  2

  3

  6. Kemampuan memberi ekspresi lisan/tulisan

  2

  3

  2

  10. Ketepatan dalam menangani situasi siswa

  2

  2

  3

  3

  2

  2

  9. Penguasaan materi dan bahan pelajaran

  2

  3

  3

  3

  2

  2

  8. Kemampuan menangani respon dan pertanyaan siswa

  3

  3

  3

  3

  2

  2

  7. Mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam PBM

  2

  3

  3

  3

  2

  3 Nilai

  4

  4

  5

  4

  5

  4

  1

  2

  2

  8

  1

  4 Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti adalah dari enam guru tersebut

  

nilainya ada dalam kategori kurang baik (≤ 55), dengan demikian perlu adanya perlakuan

untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

  Analisis Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Perencanaan pada siklus I adalah:

  1. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran untuk menyerahkan RPP

  

2. Menginformasikan kepada guru yang akan melakukan kunjungan untuk melakukan

konfirmasi terhadap guru yang akan dikunjungi (guru senior)

  

3. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran untuk mempersiapkan beberapa hal yang

dibutuhkan dalam kunjungan kelas.

  4. Peneliti mengatur jadwal supervisi kelas setelah guru melakukan kunjungan

Pelaksanaan

  Dalam tahap pelaksanaan peneliti (kepala sekolah) bersama-sama dengan guru

melakukan kunjungan kelas pada guru mapel sejenis, dengan tujuan untuk melihat jalannya

proses pembelajaran serta melakukan pengamatan tentang proses pembelajaran. Setelah

guru pengunjung melakukan kunjungan kepala sekolah mengarahkan agar guru melakukan

perbaikan terhadap hal-hal yang kurang dalam proses pembelajarannya, selanjutnya kepala

sekolah akan mengatur jadwal observasi tahap 1 (siklus 1) terhadap guru yang telah

mengunjungi guru senior.

Pemantauan

  Dalam hal ini peneliti (kepala sekolah) memantau perubahan dalam proses

pembelajaran setelah guru tersebut melakukan kunjungan terhadap guru lain yang sejenis

(mapel yang sama). Hasil observasi selama siklus 1 disajikan dalam tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Hasil Observasi Siklus I Kompetensi Pedagogik Guru dalam Proses Pembelajaran

  G G G G G G ASPEK 1 2 3 4 5 6

  1. Kemampuan membuka pelajaran

  3

  4

  3

  4

  4

  4

  2. Kemampuan menggunakan strategi pembelajaran

  4

  3

  4

  3

  3

  3

  3. Kemampuan menggunakan alat dan media dengan tepat

  3

  3

  4

  4

  4

  3

  4. Kemampuan melaksanakan pembelajaran dalam urutan yang logis

  3

  3

  3

  3

  3

  2

  5. Kemampuan memberi petunjuk dan pembelajaran dalam PBM

  3

  4

  4

  4

  4

  2

  6. Kemampuan memberi ekspresi lisan / tulisan

  4

  3

  3

  4

  4

  4

  7. Mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam PBM

  3

  3

  4

  3

  4

  3

  8. Kemampuan menangani respond an pertanyaan siswa

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  9. Penguasaan materi dan bahan pelajaran

  3

  3

  3

  3

  4

  4

  10. Ketepatan dalam menangani situasi siswa

  4

  4

  4

  3

  3

  4

  11. Kemampuan berkomunikasi dengan siswa

  3

  4

  3

  3

  4

  4

  12. Kemampuan memperhatikan kondisi individu siswa

  3

  4

  4

  3

  3

  4

  13. Kemampuan membimbing siswa agar berinteraksi dengan baik

  2

  3

  3

  3

  4

  2

  14. Kejelasan dan kebenaran penggunaan bahan dalam PBM

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  15. Kemampuan menggunakan waktu secara efisien

  4

  3

  3

  3

  4

  4

  16. Kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa

  3

  2

  3

  3

  4

  3

  17. Kemampuan menutup pelajaran

  2

  2

  4

  3

  2

  2

  5

  5

  5

  5

  6

  5 Jumlah

  3

  4

  8

  5

  1

  4

  6

  6

  6

  6

  7

  6 Nilai

  2

  4

  8

  5

  2

  4 Berdasarkan tabel 2 di atas terdapat peningkatan kemampuan guru dalam proses

  

pelaksanaan pembelajaran, hal ini bisa dilihat dari nilai yang diperoleh dari 6 guru yang

mendapatkan perlakuan. Ada satu guru yang mendapat nilai dalam kategori baik, dan lima

guru mendapat nilai dalam kategori cukup baik, namu demikian masih dibawah target yang

ditetapkan yaitu mendapat nilai baik. Selanjutnya dilakukan perbaikan pada siklus II.

Refleksi

  Berdasarkan hasil pemantauan peneliti menemukan beberapa kelemahan pada siklus tersebut, antara lain:

  

1. Guru pengunjung hanya menyaksikan, sehingga komunikasi atau kerjasama antara guru

pengunjung dan guru yang dikunjungi belum ada.

  2. Beberapa guru masih kurang paham mengenai hakikat kunjungan kelas.

  

3. Guru pengunjung kurang memahami kekurangan yang dialami dalam proses

pembelajaran berlangsung.

Siklus II Perencanaan

  Perencanaan pada siklus II adalah :

  1. Melakukan kunjungan 2 arah,

  a. Pertama, guru yang dikenai perlakuan melakukan kunjungan

  b. Kedua, guru senior melakukan kunjungan kelas pada guru yang dikenai perlakuan, sehingga guru senior bisa memberikan yang diperlakan dalam proses pembelajaran.

  

2. Melakukan kerja sama/sharing mengenai permasalahan/kesulitan yang dihadapi guru

yang dikenai perlakuan dengan guru senior.

  3. Guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan didampingi oleh guru senior

  

4. Kepala sekolah mengatur jadwal supervisi kelas tahap II setelah guru melakukan

kunjungan dan sharing mengenai kesulitan mengajar.

Pelaksanaan

  Dalam tahap pelaksanaan peneliti tetap melakukan observasi dan supervisi kepada guru yang mendapatkan perlakuan dengan jadwal supervisi.

Pemantauan

  Hasil pemantauan dari siklus II dan observasi kelas yang telah dilakukan oleh peneliti tertuang pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil Observasi Siklus II 1 2 3 4 5 6 ASPEK G G G G G G

  1. Kemampuan membuka pelajaran

  4

  5

  4

  5

  4

  5

  2. Kemampuan menggunakan strategi pembelajaran

  5

  4

  5

  4

  4

  4

  3. Kemampuan menggunakan alat dan media dengan tepat

  4

  4

  5

  5

  4

  4

  4. Kemampuan melaksanakan pembelajaran dalam urutan yang logis

  4

  4

  4

  4

  4

  3

  5. Kemampuan memberi petunjuk dan pembelajaran dalam PBM

  4

  5

  5

  5

  5

  3

  6. Kemampuan memberi ekspresi lisan / tulisan

  5

  4

  4

  5

  5

  5

  7. Mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam PBM

  4

  4

  5

  4

  4

  4

  8. Kemampuan menangani respon dan pertanyaan siswa

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  9. Penguasaan materi dan bahan pelajaran

  5

  5

  4

  4

  4

  5

  10. Ketepatan dalam menangani situasi siswa

  5

  5

  5

  4

  4

  5

  11. Kemampuan berkomunikasi dengan siswa

  4

  5

  4

  5

  5

  5

  12. Kemampuan memperhatikan kondisi individu siswa

  4

  5

  5

  4

  5

  5 ASPEK G 1 G 2 G 3 G 4 G 5 G 6

  13. Kemampuan membimbing siswa agar berinteraksi dengan baik

  3

  4

  4

  4

  4

  3

  14. Kejelasan dan kebenaran penggunaan bahan dalam PBM

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  15. Kemampuan menggunakan waktu secara efisien

  5

  4

  4

  4

  5

  5

  16. Kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa

  4

  3

  4

  4

  5

  4

  17. Kemampuan menutup pelajaran

  3

  3

  5

  4

  4

  3 Jumlah

  71

  72

  75

  73

  74

  71 Nilai

  84

  85

  88

  86

  87

  84 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa guru telah mampu

  

melaksanakan pembelajaran dengan baik, terbukti dengan hasil observasi menunjukan nilai

guru mencapai kategori baik dan sangat baik (terdapat 3 guru yang mendapat nilai dengan

kategori sangat baik, dan 3 guru yang mendapat nilai baik), dengan kata lain guru telah

mampu meningkatkan kompetensi pedagogiknya yaitu kemampuan dalam melaksanakan

pembelajaran. Dengan demikian target penilitian yaitu guru mendapat nilai baik setelah

perlakuan telah tercapai. Hal ini dikarenakan adanya kunjungan dua arah, serta adanya

kerja sama antar guru sejenis (mapel yang sama) dalam memecahkan kesulitan dalam

mengajar, serta adanya pembinaan khusus dari kepala sekolah.

  Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan yang

signifikan terhadap kemampuan guru setelah guru melakukan kunjungan kelas.

Peningkatan kemampuan telah tercapai, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II.

Refleksi

  Pada siklus II tujuan peneliti telah tercapai, nilai Kompetensi guru melaksanakan

pembelajaran berkisar pada 84 sampai dengan 88 (atau dalam kategori baik dan sangat

baik), hal tersebut berarti penggunaan observation visits efektif untuk meningkatkan

kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian penelitian

tindakan kelas pada SMPN 1 Puger bisa dikatakan berhasil.

Pembahasan

  Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa

dengan adanya observation visits (kunjungan antar kelas) mampu meningkatkan

kompetensi pedagogik guru dalam proses pembelajaran. Hal ini terbukti dari peningkatan

kemampuan guru dimulai dari observasi awal dimana kemampuan guru dalam pelaksanaan

pembelajaran bisa dikatakan rendah hal ini didasarkan dari observasi kelas yang dilakukan

oleh peneliti (kepala sekolah), sedangkan hasil siklus I menunjukkan bahwa ada

peningkatan kemampuan guru dalam hal pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, akan

tetapi peningkatan tersebut masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal

seperti: guru pengunjung masih pertama kali melakukan kunjungan kelas sehingga guru

kunjung masih bingung terhadap teknik kunjungan antar kelas, belum adanya

komunikas/dialog antar guru yang mengunjungi dan guru yang dikunjungi mengani

kesulitan dalam hal kegiatan pembelajaran di kelas. Akan tetapi pada silus II terjadi

peningkatan yang signifikan, hal ini dikarenakan peneliti melakukan beberapa perbaikan

dan revisi berdasarkan kekurangan pada siklus I seperti adanya kunjungan dua arah, serta

adanya tindak lanjut setelah melakukan kunjungan seperti konsultasi, dialog serta sharing

mengenai kesulitan yang dihadapi oleh guru kunjung.

  Dengan adanya observation visits (kunjungan antar kelas) mampu memberikan

  

kesempatan pada guru yang memiliki kompetensi rendah untuk mengasah kemampuannya

terhadap guru senior. Hal ini dikarenakan dengan adanya kunjungan antar kelas

memberikan beberapa manfaat terhadap guru yang mengunjungi seperti:

  

1. Guru pengunjung bisa mengamati serta menganalisa jalannya pembelajaran di kelas saat

guru senior ketika ia mengajar

  2. Adanya keterbukaan informasi mengenai kesulitan dalam proses pembelajaran

  3. Adanya dialog dan sharing antar guru di suatu sekolah

  4. Peningkatan kompetensi dari guru pengunjung karena adanya induksi dari guru senior Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam

penelitian ini yaitu untuk meningkatan kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan

pembelajaran melalui teknik observations visits pada guru SMP negeri 1 Puger tercapai.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

penggunaan teknik observation visits dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru

dalam proses belajar mengajar di SMPN 1 Puger.

Saran-saran

  Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi terhadap tindakan–tindakan yang telah direncanakan, saran atau rekomendasi yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

  

1. Bagi Kepala sekolah. Hendaknya kepala sekolah mencoba menggunakan teknik

observation visits untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru.

  

2. Bagi guru, hendaknya berusaha selalu berusaha meningkat kompetensinya, bila

ingin meningkatkan kompetensi pedagogiknya, maka guru-guru dapat melakukan kunjungan dan diskusi dengan guru lain yang profesional.

  

3. Untuk peneliti lain. Peneliti lain yang mempunyai minat dalam bidang peningkatan

kompetensi guru dapat mencoba untuk menggunakan teknik-teknik yang lain untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru, misalnya dengan menggunakan supervisi klinis, IHT dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

  

Bafadal , Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesionalisme guru Sekolah Dasar. Jakarta: Rineka

Cipta Hamalik , Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi aksara

Hopkin, David. 1993: A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham,

  Philadelphia: Open University Press

Rifai, Moh., 1987. Adminstrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jeamers,

Purwanto, Ngalim, 2007. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Purwanto, Ngalim, 2007. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Sahertiaen, Piet A. dan Mataheru, Frans, 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan.

  Surabaya: Usaha Nasional Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana , Nana. 2004. Dasar–dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Alegasindo Suharsimi, Arikonto, 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta

  

Suparno, Paul. 2003. Guru Demokrasi Di Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Dokumen yang terkait

JURNAL INFOTRONIK 67 IMPLEMENTASI ALGORITMA FISHER-YATES SHUFFLE PADA APLIKASI MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK PEMBELAJARAN TENSES BAHASA INGGRIS

0 3 8

MODEL PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI MELALUI SISTEM INFORMASI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI YANG TERINTEGRASI PADA PROYEK-PROYEK PENGADAAN JASA KONSULTASI DI PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

0 0 8

PEMANFAATAN TEKNOLOGI LOCATION BASE SERVICE UNTUK SISTEM MONITORING TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

0 0 6

IMPLEMENTASI METODE FORWARD CHAINING DALAM SISTEM PENDETEKSI KERUSAKAN HARDWARE PADA KOMPUTER DAN LAPTOP BERBASIS ANDROID

0 0 10

IMPROVING LISTENING ABILITY THROUGH STORY TELLING OF THE ELEVEN-IPS2 YEAR STUDENT AT SMA NEGERI 3 JEMBER Oleh : TRINIL BUDI AGUSTINA – JURNAL JP3

0 1 12

METODE PENELITIAN - UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI LS Oleh: Kukuh Jumi Adi – JURNAL JP3

0 0 15

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR DALAM MODEL MATEMATIKA SIRKULASI ALBUMIN RADIOAKTIF-I131 Oleh: ANDRIYANI – JURNAL JP3

0 9 12

Metode Penelitian - HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STKIP PGRI LUMAJANG – JURNAL JP3

0 0 8

UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA – JURNAL JP3

0 0 10

USING MIND-MAPPING STRATEGY TO IMPROVE THE ACHIEVEMENT OF STUDENTS IN WRITING RECOUNT TEXT (AN ACTION RESEARCH DONE AT SMPN I KENCONG) – JURNAL JP3

0 0 13