INISIASI PEMBENTUKAN UPTD AIR LIMBAH
INISIASI PEMBENTUKAN UPTD AIR LIMBAH
1. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pengelolaan sanitasi (air limbah dan persampahan)
secara umum berkaitan dengan 5 (lima) aspek, yaitu: aspek pengaturan, aspek
institusi, aspek teknis operasional, aspek pembiayaan, dan aspek peran serta
masyarakat. Aspek pengaturan berkaitan dengan dengan kebijakan dan strategi
yang akan dikembangkan dalam pengelolaan sanitasi. Aspek institusi berkaitan
dengan urusan kewenangan, pengorganisasian, hubungan antar lembaga,
kerjasama pengelolaan, serta dengan manajemen pelayanan. Selanjutnya
aspek teknis operasional berkaitan dengan perencanaan sistem, operasi dan
pemeliharaan, serta monitoring dan evaluasi. Aspek pembiayaan berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan
pertanggung jawaban. Kemudian aspek peran serta masyarakat berkaitan
dengan peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan sanitasi.
Mengingat luasnya aspek-aspek dalam pengelolaan sanitasi, kajian ini dibatasi
hanya pada aspek institusi ditinjau dari peraturan perundang-undangan yang
ada.
Pengembangan organisasi pengelola sanitasi (air limbah) menurut
Permen PU No 16/PRT/M/2008 diarahkan pada terbentuknya unit yang
mengelola prasarana dan sarana air limbah permukiman di daerah berupa
Dinas, Unit Pelaksana Teknis, Badan Layanan Umum, dan Badan Usaha Milik
Daerah.
Sejalan dengan adanya pengaturan tentang kerja sama antar daerah
dan kerjasama pembangunan perkotaan bertetangga dalam bidang pelayanan
sanitasi, organisasi pengelola sanitasi diarahkan pada pembentukan Badan
Kerjasama. Dalam perkembangannya organisasi pengelola sanitasi dibeberapa
kabupaten/kota telah dikembangkan dalam bentuk perusahaan daerah.
Dalam praktek, pengembangan organisasi pengelola sanitasi umumnya
dimulai dengan membentuk Dinas, Unit Pelaksana Teknis Daerah, Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, Perusahaan Daerah
(dibawah PDAM kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi Perusahaan
Daerah), sampai dengan Badan Kerjasama Daerah. Pada gambar di bawah ini
ditampilkan proses perkembangan organisasi pengelola sanitasi.
SKP
D
D ib entu
k dgn
Perda
UPT
D
D ib entu k
d gn
Peraturan
B upati/
W alikota
B LU
D
PD
D ib entuk
dgn Perda
D ib entuk
dgn
Peratura n
B up ati/W ali
kota
BK D
D ib entuk
d gn
Kepu tusan
B ersa m a
Kepa la
D ae rah
Gambar 1. Perkembangan Organisasi Pengelola Sanitasi
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
1
2. DASAR HUKUM
Dasar hukum bagi pembangunan kelembagaan pengelolaan air limbah
adalah:
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
3. Undang – Undang No. 4 tahun 1999 tentang Perumahan dan Pemukiman
4. Undang – Undang No. 25 tahun 2000 Program Pembangunan Nasional
5. Undang – Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
6. Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
7. Undang – Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
8. Undang – Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
9. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
10. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistim
Penyediaan Air Minum.
11. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota
12. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah
13. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2010 tentang tata cara Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
14. Peraturan Daerah No. 16 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kudus
15. Perda No. 14 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja dinas daerah
Kabupaten Kudus.
16. Perda No.12 tahun 2012 tentang retribusi penyediaan dan / atau
penyedotan kakus
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
2
3. KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI KABUPATEN KUDUS
Berdasarkan data kepemilikan saran sanitasi dasar di Kabupaten Kudus, diperoleh data sbb :
Tabel 1. Prosentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Kudus Tahun 2012
N
O
KECAMATAN
PUSKESMAS
JUMLAH
KELUARG
A
1
2
3
4
JAMBAN
KELUARGA
DIPERIKSA
JML
%
5
6
1
KALIWUNGU
KALIWUNGU
14,460
1,128
7.8
2
KALIWUNGU
SIDOREKSO
7,303
621
8.5
3
KOTA KUDUS
WERGU WETAN
8,040
796
9.9
4
KOTA KUDUS
PURWOSARI
7,113
754
10.
6
5
KOTA KUDUS
RENDENG
7,451
723
9.7
6
JATI
JATI
12,748
1,249
9.8
7
JATI
NGEMBAL KULON
10,612
966
9.1
8
UNDAAN
UNDAAN
10,541
896
8.5
9
UNDAAN
NGEMPLAK
7,113
747
10.
5
10
MEJOBO
MEJOBO
8,266
595
7.2
11
MEJOBO
JEPANG
8,557
659
7.7
12
JEKULO
JEKULO
10,073
786
7.8
13
JEKULO
TANJUNGREJO
13,471
1,266
9.4
14
BAE
BAE
8,571
909
10.
6
15
BAE
DERSALAM
6,524
620
9.5
16
GEBOG
GRIBIG
12,369
1,200
9.7
17
GEBOG
GONDOSARI
10,102
828
8.2
18
DAWE
DAWE
14,229
1,224
8.6
19
DAWE
REJOSARI
9,275
779
8.4
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
KELUARGA
MEMILIKI
JML
%
7
8
75.7
854
0
85.1
528
0
99.5
792
0
92.4
697
0
80.4
581
0
1,24
100.
9
00
79.1
764
0
69.4
622
0
98.3
734
0
86.2
513
0
79.7
525
0
71.3
560
0
1,06
83.9
2
0
88.3
802
0
87.6
543
0
78.1
937
0
66.1
548
0
1,16
95.3
6
0
76.4
595
0
TEMPAT SAMPAH
SEHAT
JML
9
646
366
677
644
567
1,16
6
607
514
642
437
449
420
798
607
486
676
377
970
504
%
10
75.
7
69.
3
85.
5
92.
5
97.
5
93.
3
79.
4
82.
7
87.
4
85.
1
85.
5
75.
0
75.
1
75.
7
89.
5
72.
1
68.
9
83.
2
84.
6
KELUARGA
DIPERIKSA
JML
%
11
12
1,12
7.8
8
621
8.5
796
9.9
754
10.6
723
9.7
1,24
9
9.8
966
9.1
896
8.5
747
10.5
595
7.2
659
7.7
786
7.8
1,26
6
9.4
909
10.6
620
9.5
1,20
0
9.7
828
8.2
1,22
4
8.6
779
8.4
KELUARGA
MEMILIKI
JML
%
13
14
66.3
748
0
86.1
534
0
87.5
696
0
92.4
697
0
91.7
663
0
79.1
988
0
79.5
768
0
84.0
753
0
81.1
606
0
83.3
496
0
81.5
537
0
73.4
577
0
1,06
83.9
2
0
88.3
802
0
87.6
543
0
1,06
88.4
1
0
69.2
573
0
1,02
83.9
7
0
78.6
612
0
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
SEHAT
JML
15
562
393
606
589
599
870
617
623
483
391
440
514
764
695
442
823
487
855
432
%
16
75.
1
73.
6
87.
0
84.
6
90.
4
88.
0
80.
4
82.
8
79.
8
78.
8
82.
0
89.
1
71.
9
86.
6
81.
5
77.
6
85.
0
83.
3
70.
5
KELUARGA
DIPERIKSA
JML
%
17
18
1,12
7.8
8
621
8.5
796
9.9
754
10.
6
723
9.7
1,24
9
9.8
966
9.1
896
8.5
747
10.
5
595
7.2
659
7.7
786
7.8
1,26
6
9.4
909
10.
6
620
9.5
1,20
0
9.7
828
8.2
1,22
4
8.6
779
8.4
KELUARGA
MEMILIKI
JML
%
19
20
63.1
713
9
72.3
449
9
93.1
742
9
93.3
704
9
92.6
670
9
1,03
82.6
3
9
79.4
768
9
71.1
638
9
69.9
523
9
75.7
451
9
80.6
532
9
68.7
540
9
1,01
79.9
3
9
84.1
765
9
88.5
549
9
1,01
84.1
0
9
68.1
565
9
1,03
84.8
9
9
78.5
612
9
SEHAT
JML
21
549
348
666
520
523
694
593
501
401
360
350
468
831
540
475
656
447
865
483
%
22
77.0
3
77.4
0
89.8
0
73.9
0
78.1
0
67.2
0
77.3
0
78.6
0
76.8
0
79.9
0
65.8
0
86.6
0
82.0
0
70.6
0
86.6
0
64.9
0
79.2
0
83.3
0
78.9
0
JUMLAH KAB. KUDUS
186,818
16,7
44
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kudus, 2012
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
9.0
14,
073
84.
05
11,5
52
82.
1
16,
744
9.0
13,7
42
82.0
7
11,1
86
81.
4
16,7
44
9.0
13,
315
79.
52
10,
273
77.1
5
Dari tabel terlihat bahwa dari 186.818 keluarga di Kabupaten Kudus,
sebanyak 16.744 keluarga telah dilakukan pengecekan kepemilikan sarana
sanitasi dasar, dimana untuk kepemilikan jamban sehat (menggunakan tangki
septik) sejumlah 11.552 keluarga atau sejumlah 68,99 % dari seluruh
sampling keluarga. Dengan asumsi setiap keluarga terdiri dari 5 orang, maka
jumlah jiwa yang telah memanfaatkan jamban dengan tangki septik adalah
sebanyak 57.760 jiwa.
Sarana dan prasarana pengelolaan limbah rumah tangga komunal di
Kabupaten Kudus yang terbangun sampai dengan tahun 2012 sebanyak 22
unit, terdiri dari 15 unit dari program USRI dan 7 unit dari program SLBM.
Dengan perkiraan setiap MCK Komunal dapat melayani rata-rata sebanyak
170 jiwa, maka dari unit-unit yang terbangun tersebut telah menambah
cakupan layanan sebanyak 3.740 jiwa.
Untuk melihat jumlah pelayanan limbah permukiman yang telah
tercapai dengan membandingkan jumlah penduduk Kabupaten Kudus tahun
2011 sebanyak 743.291 jiwa dengan jumlah pelayanan eksisting, baik
dibidang pelayana individu maupun komunal. Dengan melihat data tersebut
diatas, pelayanan limbah permukiman individu adalah sebesar 7,77% dan
pelayanan limbah permukiman komunal sebesar 0,5%.
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2010 tentang
Standart Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dijelaskan bahwa SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang bidang
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
(Sanitasi
Lingkungan
dan
Persampahan) sektor Air limbah permukiman :
a) Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai sebesar 60% di
tahun 2014.
b) Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota sebesar 5% di
tahun 2014.
4. KELEMBAGAAN PENGELOLA SANITASI
Peraturan Pemerintah (PP) No. 38/2007 tentang pembagian tanggung
jawab antara tiga tingkat pemerintahan (pusat, provinsi dan kota/kabupaten)
menyatakan bahwa pemerintah didasarkan pada dua prinsip kewenangan –
kewenangan wajib dan pilihan (Bagian 7, Sub Bagian 2 dan 3). Prosedur
untuk menerapkan kedua prinsip ini ditetapkan dalam PP No. 41/2007 pada
organisasi pemerintah.
Organisasi pemerintah Kabupaten Kudus ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kudus. Disebutkan bahwa Dinas Cipta Karya
dan
Tata
Ruang
mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah bidang cipta karya dan tata ruang berdasarkan asas
otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang cipta karya dan tata ruang;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang cipta
karya dan tata ruang;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang cipta karya dan tata ruang;
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
d. Pelaksanaan tugas di bidang perumahan, permukiman, tata bangunan dan
lingkungan, pemanfaatan dan pengendalian ruang, kebersihan,
pertamanan, dan pertanahan;
e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang cipta karya dan tata ruang;
f. Pelaksanaan kesekretariatan dinas; dan
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14
Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang menyebutkan bahwa Pemerintah daerah kabupaten/kota
menyelenggarakan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang sesuai dengan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud
berkaitan dengan pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
meliputi jenis pelayanan Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi
Lingkungan dan Persampahan) :
1. Air limbah permukiman
a. Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai.
b. Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.
2. Pengelolaan sampah
a. Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan.
b. Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan.
3. Drainase
Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota
sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan
tidak lebih dari 2 kali setahun.
Dari beberapa penjelasan diatas, pelayanan air limbah permukiman
(domestik) merupakan kewenangan dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang,
akan tetapi pada Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kudus belum
ada seksi khusus yang menangani pengelolaan air limbah.
5. IPLT DI KABUPATEN KUDUS
Profil IPLT di Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut :
Lokasi
: TPA Tanjungrejo
Kapasitas
: 12 M3/Hari (rata – rata penggunaan 3 M3/hari)
Luas area
: 6.750 m2
Dibangun
: Tahun 1996 dan direnovasi tahun 2011
melalui dana dari Provinsi Jateng
Kondisi
: Beroperasi
Adapun permasalahan yang saat ini dihadapi dalam pengelolaan IPLT
adalah :
a. Belum tersedia dana pemeliharaan dan operasiolan IPLT
b. Belum ada tenaga khusus pengelola IPLT, saat ini pengelolaan IPLT terikat
dengan TPA
c. Belum ada rumah pompa dan instalasi listrik di IPLT
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan
pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk
menguraikan material organik yang berada didalamnya. Oleh karena sifatnya
sebagai makhluk hidup, maka pengolahan limbah dengan mikroba
memerlukan kehati-hatian terkait dengan kualitas influent yang masuk karena
akan mempengaruhi kinerja mikroba.
A. Fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang
Fasilitas Utama meliputi :
1. Bak Pengumpul
2. Bak Anaerob yang terdiri dari 2 seri
3. Bak Fakultatif
4. Bak Maturasi
5. Bak Pengering Lumpur
B. Fasilitas pendukung :
1. Jalan akses
2. Area manuver truk
3. Truk Tinja
6. RENCANA PENGELOLAAN IPLT
Terkait dengan penjelasan di atas bahwa sesuai SPM Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dimana Kabupaten Kudus sudah
memiliki IPLT maka kedepannya perlu direncanakan lembaga yang akan
mengelola IPLT tersebut. Karena sesuai dengan Tata Cara Pengoperasian
IPLT memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian,
pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan
pengendalian IPLT.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan
pemeliharaan IPLT adalah sebagai berikut :
a. Setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan
pemeliharaan
b. Air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
c. Tersedia influen air Iimbah
b. Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
c. Telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
d. Ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang
e. Tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan
ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja.
Dari ketentuan tersebut diatas perlu adanya lembaga khusus yang
mengelola dan sebagai operator IPLT sehingga dapat berjalan sesuai dengan
tujuannya sebagai prasarana penanganan limbah domestik khususnya di
permukiman.
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
A. Tugas dan Fungsi Lembaga Pengelola
1. Mengoperasikan layanan truk vakum desludging / penyedotan tinja dan
pengangkutan lumpur ke IPLT.
2. Memulai pencatatan dan pemeriksaan di tempat unit pengolah lumpur
tinja,
3. Melakukan kontrak kerjasama dengan operator penyedotan tinja
swasta
4. Memberikan bimbingan kepada masyarakat dan sektor swasta dalam
memanajemen limbah rumah tangga
5. Pendampingan manajemen MCK Plus dan fasilitas Sanitasi Komunal
6. Pengecekan berkala fasilitas sanitasi komunal
B. Kebutuhan tenaga kerja :
No
.
Jabatan
1
Pimpinan UPTD
Bagian Tata Usaha :
Administrasi keuangan
Administrasi kepegawaian dan pengelola
barang
Pramu kantor
Security
Pengemudi
Operasi dan Pemeliharaan
OP IPLT
OP Penyedotan dan Angkutan Tinja
Pembina lembaga pengelola sanitasi komunal
(KSM)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kendali Mutu :
Pengecekan air limbah
Penyuluh dan informasi
limbah
pengelolaan
Kualifikasi
Pendidika
n
S1
Jumla
h
S1/D3
S1/D3
1
1
SMA
SMA
SMA
1
2
1
SMA
SMA
3
2
S1/D3
1
S1
S1
1
1
air
1
15
C. Perkiraan Biaya OP
PERKIRAAN BIAYA OPERASI DAN PEMELIHARAAN IPLT
NO.
A.
1
2
URAIAN KEGIATAN
O & P pengolahan
Kegiatan Rutin Berkala
Perbaikan Perpipaan
Kegiatan Rutin Berkala
Perbaikan Mesin dan
Pompa
SATUAN
VOLUME
HARGA
SATUAN
JUMLAH HARGA
PER BULAN
PER TAHUN
tahun
1
12.000.000
1.000.000
12.000.000
tahun
1
12.000.000
1.000.000
12.000.000
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
NO
.
3
4
B.
1
2
3
4
5
C.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
D.
1
2
URAIAN KEGIATAN
SATUAN
VOLUME
Kegiatan Belanja Bahan
Bakar 10 l/hari
liter
3000
Pemantauan kualitas
pengolahan IPLT 2
kali/minggu
JUMLAH A
kali
8
Biaya
pengoperasian
untuk satu truk vakum
Untuk bahan bakar 1
liter=5 km, per hari ± 200
km (4 x angkut) X 20 hari
kerja
Untuk minyak pelumas
(asumsi 10% dari bahan
bakar )
perbaikan atas
kerusakan (asumsi 15%
dari bahan bakar)
Biaya penggantian suku
cadang (asumsi 15% dari
bahan bakar)
Biaya perpanjangan
STNK dan KIR
JUMLAH B
Gaji Pegawai
Kepala instalasi
Tenaga keuangan
Tenaga laboratorium
Tenaga supervisi
Tenaga mekanik
Tenaga administrasi
Tenaga pembelian
Supir truk
Tenaga kebersihan
Tenaga keamanan
JUMLAH C
HARGA
SATUAN
JUMLAH HARGA
4.500
13.500.000
PER
TAHUN
162.000.000
100.000
800.000
9.600.000
16.300.000
195.600.000
4.500
3.600.000
43.200.000
PER BULAN
liter
800
LS
1
360.000
360.000
4.320.000
LS
1
540.000
540.000
6.480.000
LS
1
540.000
540.000
6.480.000
LS
1
1.500.000
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
Biaya Administrasi dan
Umum
ATK
LS
Listrik
Bln
JUMLAH D
JUMLAH (A + B + C + D)
1.500.000
5.040.000
61.980.000
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.500.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.000.000
800.000
850.000
850.000
1.500.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.000.000
800.000
850.000
850.000
11.000.000
18.000.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
12.000.000
9.600.000
10.200.000
10.200.000
132.000.000
1
1
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
4.000.000
36.340.000
24.000.000
24.000.000
48.000.000
437.580.000
7. PILIHAN OPERATOR PENGELOLA IPLT
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
Ada beberapa pilihan institusional yang tersedia untuk mengatur jasa
pelayanan tersebut. Dalam rangka pelayanan menyangkut pengelolaan dan
pengaturan otonomi keuangan, antara lain:
a. Penguatan Lembaga (Dinas) – Sebuah dinas memiliki anggaran
sendiri, tetapi setiap pendapatan dilewatkan ke kas pemerintah daerah.
Operasional pemerintah daerah yang paling teknis, baik yang
menghasilkan pendapatan ataupun tidak dikelola oleh dinas;
(+) Tidak diperlukan membentuk lembaga baru
(- ) Kurang optimal dalam pendanaan dan pengelolaan
b. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) - UPTD adalah sub-unit dari
dinas, didirikan untuk melakukan teknis operasional di wilayah
fungsional atau geografis tertentu;
UPTD Air Limbah : UPTD yang berfungsi mengelola IPLT dan
Pendampingan manajemen MCK Plus dan fasilitas Sanitasi Komunal
(+) Lebih optimal dalam pendanaan dan pengelolaan
(- ) diperlukan membentuk lembaga baru dan regulasi
8. ASPEK PEMBIAYAAN
Bidang penanganan IPLT merupakan salah satu penanganan sarana
umum yang termasuk ‘cost recovery’ yang diperoleh melalui retribusi.
Penentuan besarnya retribusi mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten
Kudus No.12 tahun 2012 tentang Retribusi Penyediaan dan / atau Penyedotan
Kakus.
Perhitungan biaya operasi dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
biaya operasi dan pemeliharaan alat pengangkutan lumpur dan alat pengolah
lumpur tinja. Dengan memperhatikan unsur biaya operasi dan pemeliharaan,
yaitu volume dan harga satuan dasar maka dapat dilakukan penyusunan
anggaran biaya operasi dan pemeliharaan.
Hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan aspek finansial IPLT
adalah sebagai berikut :
a. Kajian terhadap tarif retribusi yang tidak memberatkan masyarakat dan
mampu menutup biaya operasional
b. Alokasi dana untuk rehabilitasi
c. Penetapan dana wajib untuk kebutuhan operasional dan pemeliharaan
IPLT pada APBD Kabupaten
Sedangkan beberapa opsi sumber pendanaan untuk OP IPLT adalah sebagai
berikut :
a. Jasa Layanan Sedot Tinja
b. Jasa pengelolaan IPLT
c. Dana PSO dari Pemkab, PemProv, PemPusat
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
9. ASPEK REGULASI
Dalam rangka menunjang operasional IPLT maka diperlukan peraturan
yang menunjang antara lain :
a. Penerapan tarif retribusi sedot WC dan pengelolaan lumpur, tertuang
dalam Perda No.12 tahun 2012 tentang Retribusi Penyediaan dan / atau
Penyedotan Kakus
b. Penetapan bentuk lembaga pengelola IPLT dengan Peraturan Bupati
c. Membuat peraturan yang mengatur tentang penanganan dan pengelolaan
lumpur tinja (Perda Air Limbah)
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
KAJIAN INISIASI
PEMBENTUKAN UPTD
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KABUPATEN KUDUS
Disusun oleh :
Pokja Sanitasi Kabupaten Kudus
Bekerja sama dengan IUWASH
TAHUN 2013
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
1. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pengelolaan sanitasi (air limbah dan persampahan)
secara umum berkaitan dengan 5 (lima) aspek, yaitu: aspek pengaturan, aspek
institusi, aspek teknis operasional, aspek pembiayaan, dan aspek peran serta
masyarakat. Aspek pengaturan berkaitan dengan dengan kebijakan dan strategi
yang akan dikembangkan dalam pengelolaan sanitasi. Aspek institusi berkaitan
dengan urusan kewenangan, pengorganisasian, hubungan antar lembaga,
kerjasama pengelolaan, serta dengan manajemen pelayanan. Selanjutnya
aspek teknis operasional berkaitan dengan perencanaan sistem, operasi dan
pemeliharaan, serta monitoring dan evaluasi. Aspek pembiayaan berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan
pertanggung jawaban. Kemudian aspek peran serta masyarakat berkaitan
dengan peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan sanitasi.
Mengingat luasnya aspek-aspek dalam pengelolaan sanitasi, kajian ini dibatasi
hanya pada aspek institusi ditinjau dari peraturan perundang-undangan yang
ada.
Pengembangan organisasi pengelola sanitasi (air limbah) menurut
Permen PU No 16/PRT/M/2008 diarahkan pada terbentuknya unit yang
mengelola prasarana dan sarana air limbah permukiman di daerah berupa
Dinas, Unit Pelaksana Teknis, Badan Layanan Umum, dan Badan Usaha Milik
Daerah.
Sejalan dengan adanya pengaturan tentang kerja sama antar daerah
dan kerjasama pembangunan perkotaan bertetangga dalam bidang pelayanan
sanitasi, organisasi pengelola sanitasi diarahkan pada pembentukan Badan
Kerjasama. Dalam perkembangannya organisasi pengelola sanitasi dibeberapa
kabupaten/kota telah dikembangkan dalam bentuk perusahaan daerah.
Dalam praktek, pengembangan organisasi pengelola sanitasi umumnya
dimulai dengan membentuk Dinas, Unit Pelaksana Teknis Daerah, Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, Perusahaan Daerah
(dibawah PDAM kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi Perusahaan
Daerah), sampai dengan Badan Kerjasama Daerah. Pada gambar di bawah ini
ditampilkan proses perkembangan organisasi pengelola sanitasi.
SKP
D
D ib entu
k dgn
Perda
UPT
D
D ib entu k
d gn
Peraturan
B upati/
W alikota
B LU
D
PD
D ib entuk
dgn Perda
D ib entuk
dgn
Peratura n
B up ati/W ali
kota
BK D
D ib entuk
d gn
Kepu tusan
B ersa m a
Kepa la
D ae rah
Gambar 1. Perkembangan Organisasi Pengelola Sanitasi
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
1
2. DASAR HUKUM
Dasar hukum bagi pembangunan kelembagaan pengelolaan air limbah
adalah:
1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
3. Undang – Undang No. 4 tahun 1999 tentang Perumahan dan Pemukiman
4. Undang – Undang No. 25 tahun 2000 Program Pembangunan Nasional
5. Undang – Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
6. Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
7. Undang – Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
8. Undang – Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
9. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
10. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistim
Penyediaan Air Minum.
11. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota
12. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah
13. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2010 tentang tata cara Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
14. Peraturan Daerah No. 16 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kudus
15. Perda No. 14 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja dinas daerah
Kabupaten Kudus.
16. Perda No.12 tahun 2012 tentang retribusi penyediaan dan / atau
penyedotan kakus
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
2
3. KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI KABUPATEN KUDUS
Berdasarkan data kepemilikan saran sanitasi dasar di Kabupaten Kudus, diperoleh data sbb :
Tabel 1. Prosentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Kudus Tahun 2012
N
O
KECAMATAN
PUSKESMAS
JUMLAH
KELUARG
A
1
2
3
4
JAMBAN
KELUARGA
DIPERIKSA
JML
%
5
6
1
KALIWUNGU
KALIWUNGU
14,460
1,128
7.8
2
KALIWUNGU
SIDOREKSO
7,303
621
8.5
3
KOTA KUDUS
WERGU WETAN
8,040
796
9.9
4
KOTA KUDUS
PURWOSARI
7,113
754
10.
6
5
KOTA KUDUS
RENDENG
7,451
723
9.7
6
JATI
JATI
12,748
1,249
9.8
7
JATI
NGEMBAL KULON
10,612
966
9.1
8
UNDAAN
UNDAAN
10,541
896
8.5
9
UNDAAN
NGEMPLAK
7,113
747
10.
5
10
MEJOBO
MEJOBO
8,266
595
7.2
11
MEJOBO
JEPANG
8,557
659
7.7
12
JEKULO
JEKULO
10,073
786
7.8
13
JEKULO
TANJUNGREJO
13,471
1,266
9.4
14
BAE
BAE
8,571
909
10.
6
15
BAE
DERSALAM
6,524
620
9.5
16
GEBOG
GRIBIG
12,369
1,200
9.7
17
GEBOG
GONDOSARI
10,102
828
8.2
18
DAWE
DAWE
14,229
1,224
8.6
19
DAWE
REJOSARI
9,275
779
8.4
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
KELUARGA
MEMILIKI
JML
%
7
8
75.7
854
0
85.1
528
0
99.5
792
0
92.4
697
0
80.4
581
0
1,24
100.
9
00
79.1
764
0
69.4
622
0
98.3
734
0
86.2
513
0
79.7
525
0
71.3
560
0
1,06
83.9
2
0
88.3
802
0
87.6
543
0
78.1
937
0
66.1
548
0
1,16
95.3
6
0
76.4
595
0
TEMPAT SAMPAH
SEHAT
JML
9
646
366
677
644
567
1,16
6
607
514
642
437
449
420
798
607
486
676
377
970
504
%
10
75.
7
69.
3
85.
5
92.
5
97.
5
93.
3
79.
4
82.
7
87.
4
85.
1
85.
5
75.
0
75.
1
75.
7
89.
5
72.
1
68.
9
83.
2
84.
6
KELUARGA
DIPERIKSA
JML
%
11
12
1,12
7.8
8
621
8.5
796
9.9
754
10.6
723
9.7
1,24
9
9.8
966
9.1
896
8.5
747
10.5
595
7.2
659
7.7
786
7.8
1,26
6
9.4
909
10.6
620
9.5
1,20
0
9.7
828
8.2
1,22
4
8.6
779
8.4
KELUARGA
MEMILIKI
JML
%
13
14
66.3
748
0
86.1
534
0
87.5
696
0
92.4
697
0
91.7
663
0
79.1
988
0
79.5
768
0
84.0
753
0
81.1
606
0
83.3
496
0
81.5
537
0
73.4
577
0
1,06
83.9
2
0
88.3
802
0
87.6
543
0
1,06
88.4
1
0
69.2
573
0
1,02
83.9
7
0
78.6
612
0
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
SEHAT
JML
15
562
393
606
589
599
870
617
623
483
391
440
514
764
695
442
823
487
855
432
%
16
75.
1
73.
6
87.
0
84.
6
90.
4
88.
0
80.
4
82.
8
79.
8
78.
8
82.
0
89.
1
71.
9
86.
6
81.
5
77.
6
85.
0
83.
3
70.
5
KELUARGA
DIPERIKSA
JML
%
17
18
1,12
7.8
8
621
8.5
796
9.9
754
10.
6
723
9.7
1,24
9
9.8
966
9.1
896
8.5
747
10.
5
595
7.2
659
7.7
786
7.8
1,26
6
9.4
909
10.
6
620
9.5
1,20
0
9.7
828
8.2
1,22
4
8.6
779
8.4
KELUARGA
MEMILIKI
JML
%
19
20
63.1
713
9
72.3
449
9
93.1
742
9
93.3
704
9
92.6
670
9
1,03
82.6
3
9
79.4
768
9
71.1
638
9
69.9
523
9
75.7
451
9
80.6
532
9
68.7
540
9
1,01
79.9
3
9
84.1
765
9
88.5
549
9
1,01
84.1
0
9
68.1
565
9
1,03
84.8
9
9
78.5
612
9
SEHAT
JML
21
549
348
666
520
523
694
593
501
401
360
350
468
831
540
475
656
447
865
483
%
22
77.0
3
77.4
0
89.8
0
73.9
0
78.1
0
67.2
0
77.3
0
78.6
0
76.8
0
79.9
0
65.8
0
86.6
0
82.0
0
70.6
0
86.6
0
64.9
0
79.2
0
83.3
0
78.9
0
JUMLAH KAB. KUDUS
186,818
16,7
44
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kudus, 2012
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
9.0
14,
073
84.
05
11,5
52
82.
1
16,
744
9.0
13,7
42
82.0
7
11,1
86
81.
4
16,7
44
9.0
13,
315
79.
52
10,
273
77.1
5
Dari tabel terlihat bahwa dari 186.818 keluarga di Kabupaten Kudus,
sebanyak 16.744 keluarga telah dilakukan pengecekan kepemilikan sarana
sanitasi dasar, dimana untuk kepemilikan jamban sehat (menggunakan tangki
septik) sejumlah 11.552 keluarga atau sejumlah 68,99 % dari seluruh
sampling keluarga. Dengan asumsi setiap keluarga terdiri dari 5 orang, maka
jumlah jiwa yang telah memanfaatkan jamban dengan tangki septik adalah
sebanyak 57.760 jiwa.
Sarana dan prasarana pengelolaan limbah rumah tangga komunal di
Kabupaten Kudus yang terbangun sampai dengan tahun 2012 sebanyak 22
unit, terdiri dari 15 unit dari program USRI dan 7 unit dari program SLBM.
Dengan perkiraan setiap MCK Komunal dapat melayani rata-rata sebanyak
170 jiwa, maka dari unit-unit yang terbangun tersebut telah menambah
cakupan layanan sebanyak 3.740 jiwa.
Untuk melihat jumlah pelayanan limbah permukiman yang telah
tercapai dengan membandingkan jumlah penduduk Kabupaten Kudus tahun
2011 sebanyak 743.291 jiwa dengan jumlah pelayanan eksisting, baik
dibidang pelayana individu maupun komunal. Dengan melihat data tersebut
diatas, pelayanan limbah permukiman individu adalah sebesar 7,77% dan
pelayanan limbah permukiman komunal sebesar 0,5%.
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2010 tentang
Standart Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dijelaskan bahwa SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang bidang
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
(Sanitasi
Lingkungan
dan
Persampahan) sektor Air limbah permukiman :
a) Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai sebesar 60% di
tahun 2014.
b) Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota sebesar 5% di
tahun 2014.
4. KELEMBAGAAN PENGELOLA SANITASI
Peraturan Pemerintah (PP) No. 38/2007 tentang pembagian tanggung
jawab antara tiga tingkat pemerintahan (pusat, provinsi dan kota/kabupaten)
menyatakan bahwa pemerintah didasarkan pada dua prinsip kewenangan –
kewenangan wajib dan pilihan (Bagian 7, Sub Bagian 2 dan 3). Prosedur
untuk menerapkan kedua prinsip ini ditetapkan dalam PP No. 41/2007 pada
organisasi pemerintah.
Organisasi pemerintah Kabupaten Kudus ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kudus. Disebutkan bahwa Dinas Cipta Karya
dan
Tata
Ruang
mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah bidang cipta karya dan tata ruang berdasarkan asas
otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang cipta karya dan tata ruang;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang cipta
karya dan tata ruang;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang cipta karya dan tata ruang;
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
d. Pelaksanaan tugas di bidang perumahan, permukiman, tata bangunan dan
lingkungan, pemanfaatan dan pengendalian ruang, kebersihan,
pertamanan, dan pertanahan;
e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang cipta karya dan tata ruang;
f. Pelaksanaan kesekretariatan dinas; dan
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14
Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang menyebutkan bahwa Pemerintah daerah kabupaten/kota
menyelenggarakan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang sesuai dengan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud
berkaitan dengan pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
meliputi jenis pelayanan Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi
Lingkungan dan Persampahan) :
1. Air limbah permukiman
a. Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai.
b. Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.
2. Pengelolaan sampah
a. Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan.
b. Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan.
3. Drainase
Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota
sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan
tidak lebih dari 2 kali setahun.
Dari beberapa penjelasan diatas, pelayanan air limbah permukiman
(domestik) merupakan kewenangan dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang,
akan tetapi pada Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kudus belum
ada seksi khusus yang menangani pengelolaan air limbah.
5. IPLT DI KABUPATEN KUDUS
Profil IPLT di Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut :
Lokasi
: TPA Tanjungrejo
Kapasitas
: 12 M3/Hari (rata – rata penggunaan 3 M3/hari)
Luas area
: 6.750 m2
Dibangun
: Tahun 1996 dan direnovasi tahun 2011
melalui dana dari Provinsi Jateng
Kondisi
: Beroperasi
Adapun permasalahan yang saat ini dihadapi dalam pengelolaan IPLT
adalah :
a. Belum tersedia dana pemeliharaan dan operasiolan IPLT
b. Belum ada tenaga khusus pengelola IPLT, saat ini pengelolaan IPLT terikat
dengan TPA
c. Belum ada rumah pompa dan instalasi listrik di IPLT
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan
pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk
menguraikan material organik yang berada didalamnya. Oleh karena sifatnya
sebagai makhluk hidup, maka pengolahan limbah dengan mikroba
memerlukan kehati-hatian terkait dengan kualitas influent yang masuk karena
akan mempengaruhi kinerja mikroba.
A. Fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang
Fasilitas Utama meliputi :
1. Bak Pengumpul
2. Bak Anaerob yang terdiri dari 2 seri
3. Bak Fakultatif
4. Bak Maturasi
5. Bak Pengering Lumpur
B. Fasilitas pendukung :
1. Jalan akses
2. Area manuver truk
3. Truk Tinja
6. RENCANA PENGELOLAAN IPLT
Terkait dengan penjelasan di atas bahwa sesuai SPM Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dimana Kabupaten Kudus sudah
memiliki IPLT maka kedepannya perlu direncanakan lembaga yang akan
mengelola IPLT tersebut. Karena sesuai dengan Tata Cara Pengoperasian
IPLT memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian,
pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan
pengendalian IPLT.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan
pemeliharaan IPLT adalah sebagai berikut :
a. Setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan
pemeliharaan
b. Air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
c. Tersedia influen air Iimbah
b. Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
c. Telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
d. Ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang
e. Tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan
ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja.
Dari ketentuan tersebut diatas perlu adanya lembaga khusus yang
mengelola dan sebagai operator IPLT sehingga dapat berjalan sesuai dengan
tujuannya sebagai prasarana penanganan limbah domestik khususnya di
permukiman.
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
A. Tugas dan Fungsi Lembaga Pengelola
1. Mengoperasikan layanan truk vakum desludging / penyedotan tinja dan
pengangkutan lumpur ke IPLT.
2. Memulai pencatatan dan pemeriksaan di tempat unit pengolah lumpur
tinja,
3. Melakukan kontrak kerjasama dengan operator penyedotan tinja
swasta
4. Memberikan bimbingan kepada masyarakat dan sektor swasta dalam
memanajemen limbah rumah tangga
5. Pendampingan manajemen MCK Plus dan fasilitas Sanitasi Komunal
6. Pengecekan berkala fasilitas sanitasi komunal
B. Kebutuhan tenaga kerja :
No
.
Jabatan
1
Pimpinan UPTD
Bagian Tata Usaha :
Administrasi keuangan
Administrasi kepegawaian dan pengelola
barang
Pramu kantor
Security
Pengemudi
Operasi dan Pemeliharaan
OP IPLT
OP Penyedotan dan Angkutan Tinja
Pembina lembaga pengelola sanitasi komunal
(KSM)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kendali Mutu :
Pengecekan air limbah
Penyuluh dan informasi
limbah
pengelolaan
Kualifikasi
Pendidika
n
S1
Jumla
h
S1/D3
S1/D3
1
1
SMA
SMA
SMA
1
2
1
SMA
SMA
3
2
S1/D3
1
S1
S1
1
1
air
1
15
C. Perkiraan Biaya OP
PERKIRAAN BIAYA OPERASI DAN PEMELIHARAAN IPLT
NO.
A.
1
2
URAIAN KEGIATAN
O & P pengolahan
Kegiatan Rutin Berkala
Perbaikan Perpipaan
Kegiatan Rutin Berkala
Perbaikan Mesin dan
Pompa
SATUAN
VOLUME
HARGA
SATUAN
JUMLAH HARGA
PER BULAN
PER TAHUN
tahun
1
12.000.000
1.000.000
12.000.000
tahun
1
12.000.000
1.000.000
12.000.000
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
NO
.
3
4
B.
1
2
3
4
5
C.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
D.
1
2
URAIAN KEGIATAN
SATUAN
VOLUME
Kegiatan Belanja Bahan
Bakar 10 l/hari
liter
3000
Pemantauan kualitas
pengolahan IPLT 2
kali/minggu
JUMLAH A
kali
8
Biaya
pengoperasian
untuk satu truk vakum
Untuk bahan bakar 1
liter=5 km, per hari ± 200
km (4 x angkut) X 20 hari
kerja
Untuk minyak pelumas
(asumsi 10% dari bahan
bakar )
perbaikan atas
kerusakan (asumsi 15%
dari bahan bakar)
Biaya penggantian suku
cadang (asumsi 15% dari
bahan bakar)
Biaya perpanjangan
STNK dan KIR
JUMLAH B
Gaji Pegawai
Kepala instalasi
Tenaga keuangan
Tenaga laboratorium
Tenaga supervisi
Tenaga mekanik
Tenaga administrasi
Tenaga pembelian
Supir truk
Tenaga kebersihan
Tenaga keamanan
JUMLAH C
HARGA
SATUAN
JUMLAH HARGA
4.500
13.500.000
PER
TAHUN
162.000.000
100.000
800.000
9.600.000
16.300.000
195.600.000
4.500
3.600.000
43.200.000
PER BULAN
liter
800
LS
1
360.000
360.000
4.320.000
LS
1
540.000
540.000
6.480.000
LS
1
540.000
540.000
6.480.000
LS
1
1.500.000
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
org/bln
Biaya Administrasi dan
Umum
ATK
LS
Listrik
Bln
JUMLAH D
JUMLAH (A + B + C + D)
1.500.000
5.040.000
61.980.000
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.500.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.000.000
800.000
850.000
850.000
1.500.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.000.000
800.000
850.000
850.000
11.000.000
18.000.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
12.000.000
9.600.000
10.200.000
10.200.000
132.000.000
1
1
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
4.000.000
36.340.000
24.000.000
24.000.000
48.000.000
437.580.000
7. PILIHAN OPERATOR PENGELOLA IPLT
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
Ada beberapa pilihan institusional yang tersedia untuk mengatur jasa
pelayanan tersebut. Dalam rangka pelayanan menyangkut pengelolaan dan
pengaturan otonomi keuangan, antara lain:
a. Penguatan Lembaga (Dinas) – Sebuah dinas memiliki anggaran
sendiri, tetapi setiap pendapatan dilewatkan ke kas pemerintah daerah.
Operasional pemerintah daerah yang paling teknis, baik yang
menghasilkan pendapatan ataupun tidak dikelola oleh dinas;
(+) Tidak diperlukan membentuk lembaga baru
(- ) Kurang optimal dalam pendanaan dan pengelolaan
b. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) - UPTD adalah sub-unit dari
dinas, didirikan untuk melakukan teknis operasional di wilayah
fungsional atau geografis tertentu;
UPTD Air Limbah : UPTD yang berfungsi mengelola IPLT dan
Pendampingan manajemen MCK Plus dan fasilitas Sanitasi Komunal
(+) Lebih optimal dalam pendanaan dan pengelolaan
(- ) diperlukan membentuk lembaga baru dan regulasi
8. ASPEK PEMBIAYAAN
Bidang penanganan IPLT merupakan salah satu penanganan sarana
umum yang termasuk ‘cost recovery’ yang diperoleh melalui retribusi.
Penentuan besarnya retribusi mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten
Kudus No.12 tahun 2012 tentang Retribusi Penyediaan dan / atau Penyedotan
Kakus.
Perhitungan biaya operasi dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
biaya operasi dan pemeliharaan alat pengangkutan lumpur dan alat pengolah
lumpur tinja. Dengan memperhatikan unsur biaya operasi dan pemeliharaan,
yaitu volume dan harga satuan dasar maka dapat dilakukan penyusunan
anggaran biaya operasi dan pemeliharaan.
Hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan aspek finansial IPLT
adalah sebagai berikut :
a. Kajian terhadap tarif retribusi yang tidak memberatkan masyarakat dan
mampu menutup biaya operasional
b. Alokasi dana untuk rehabilitasi
c. Penetapan dana wajib untuk kebutuhan operasional dan pemeliharaan
IPLT pada APBD Kabupaten
Sedangkan beberapa opsi sumber pendanaan untuk OP IPLT adalah sebagai
berikut :
a. Jasa Layanan Sedot Tinja
b. Jasa pengelolaan IPLT
c. Dana PSO dari Pemkab, PemProv, PemPusat
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
9. ASPEK REGULASI
Dalam rangka menunjang operasional IPLT maka diperlukan peraturan
yang menunjang antara lain :
a. Penerapan tarif retribusi sedot WC dan pengelolaan lumpur, tertuang
dalam Perda No.12 tahun 2012 tentang Retribusi Penyediaan dan / atau
Penyedotan Kakus
b. Penetapan bentuk lembaga pengelola IPLT dengan Peraturan Bupati
c. Membuat peraturan yang mengatur tentang penanganan dan pengelolaan
lumpur tinja (Perda Air Limbah)
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus
KAJIAN INISIASI
PEMBENTUKAN UPTD
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KABUPATEN KUDUS
Disusun oleh :
Pokja Sanitasi Kabupaten Kudus
Bekerja sama dengan IUWASH
TAHUN 2013
Kajian Inisiasi Pembentukan UPTD Pengelolaan Air Limbah Kab. Kudus