JURNAL WAHYUNI SADAH ANALISIS SUSUNAN TE

1

ANALISIS L’ORDRE CHRONOLOGIQUE DES ÉVÉNEMENTS DALAM
NOVEL “TRISTANT ET ISEUT” KARYA JOSEPH BÉDIER
Oleh:
Wahyuni Sa’dah (127009021)
Mahasiswa Program Master
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Artikel ini membahas tentang L’ordre chronologique des événements
pada novel Tristant et Iseut. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini
adalah adanya temuan L’ordre chronologique des événements yang
berbeda dengan teori Boucharen tentang L’ordre chronologique des
événements. Pakar ini menyatakan bahwa L’ordre chronologique des
événements terdiri atas 5 bagian dan biasanya terstruktur, namun
berdasarkan hasil analisis terdapat unsur L’ordre chronologique des
événements yang tidak sama dengan teori tersebut. Hal tersebut
menjadi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk variasi dan distribusi L’ordre chronologique
des événements pada novel tersebut. Metode yang digunakan adalah
Metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan

Tipe rentetan peristiwa yang paling sering muncul adalah tipe ellipse
narrative dengan jumlah 11 teks atau 57,89% disusul dengan tipe
normal 6 teks atau 31,57% dan narration anachronique dengan
jumlah 2 teks 10,52%.
Kata Kunci: Teks Narasi, L’ordre chronologique des événements, Novel
1. PENDAHULUAN
Selain bahasa Inggris, salah satu bahasa Asing yang sangat populer di dunia saat
ini adalah Bahasa Perancis. Bahasa Perancis menduduki posisi kesembilan dalam
peringkat bahasa dunia (Denyer, Garmendia Olivieri: 2006 hal. 94). Perancis
merupakan salah satu negara yang terkenal dengan kekayaan khasanah budaya, seni
dan sastra yang begitu tinggi.
Kekayaan hasil karya para sastrawan Perancis dapat dibuktikan melalui
eksistensinya yang bukan hanya dikenal di Perancis tetapi juga di kenal hamper ke
seluruh dunia.
Novel merupakan salah satu jenis karya sastra Perancis yang cukup popular.
Novel dapat dijadikan sarana yang begitu nyata untuk menambah wawasan, karena
novel pada umumnya mengandung unsur

budaya dan tradisi murni masyarakat


2

daerah tempat asalnya. Untuk dapat memahami isi cerita sebuah novel, yang dalam
hal ini dikhususkan pada novel berbahasa Perancis, dibutuhkan penguasaan terhadap
kata, kalimat dan paragraf yang terdapat didalamnya karena sebuah novel pasti
tersusun dari elemen – elemen tersebut.
Dalam sebuah novel akan terdapat teks. Teks merupakan satuan bahasa yang
lengkap, yang didalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh yang
bias dipahami oleh pembaca. Dalam bahasa Perancis terdapat berbagai jenis teks,
yaitu teks narasi (texte narratif), teks deskriptif (texte descriptif), teks argumentatif
(texte argumentatif), teks eksposisi (texte explicatif), dan injonctif. Namun dari sekian
banyak jenis teks, yang menjadi fokus penelitian adalah teks narasi (texte narratif),
karena teks narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau
peristiwa. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Cornwell (2001) bahwa, ” Le texte
narratif décrit une succession de fait que enchainent ”, maksudnya teks narasi
menceritakan suatu rentetan peristiwa yang saling terkait. Sedangkan Crépin
(1994:59) mengungkapkan bahwa : Le texte narratif est en général chronologique,
mais les un ordres à la chronologique sont souvent fréquents; elles sont indiquées par
des adverbes de temps et par le changement de temps des verbes”. Maksudnya,
umumnya rentetan peristiwa pada teks narasi disajikan secara kronologis, tetapi tidak

mengikuti kebiasaan ketentuan kronologis cerita sering terjadi, kronologis ditujukan
oleh adverbia waktu dan perubahan waktu kata kerjanya.
Selaras dengan hal itu Boucharenc (2000-17) menambahkan ”l’histoire narrative
rend compte de l’ordre chronologique des événements”, artinya cerita narasi memuat
rentetan peristiwa.
Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) ini tersusun atas :
1. L’état initial ; situasi awal cerita.
2. L’élément transformateur ; unsur perubah yang berasal dari situasi awal.
3. Le processus de transformation ; proses perubahan yang mengandung satu
atau beberapa aksi.
4. L’élément de résolution ; unsur revolusi yakni, cerita sampai pada momen
akhir transformasi.
5. L’état final ; situasi akhir yang menunjukkan cerita berada pada suatu
keseimbangan yang baru.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa teks narrasi (texte narratif)
ditandai dengan adanya susunan peristiwa (l’ordre chronologique des événements),

3

atau yang dikenal juga dengan susunan cerita (structure de récit) dan biasanya

diikuti oleh adverbes de temps (keterangan waktu). Meskipun teks narasi mempunyai
aturan dalam l’ordre chronologique des événements, tetapi banyak dijumpai teks-teks
pada buku pengajaran, roman, majalah,… yang tidak mengikuti kebiasaan tahapantahapan di atas. Hal ini dikarenakan oleh keinginan pengarang untuk membuat variasi
tersendiri dalam hal menulis. Kasus-kasus diatas dapat dibuktikan melalui beberapa
ilustrasi berikut ini. Contoh :
Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) pada cerita yang
terdapat pada subjudul ke-XI ”LE GUE AVENTUREUX” dalam novel Tristan et Iseut
ini adalah :
1. Unsur resolusi (l’élément de resolution) :
Le roi Marc était d’accord avec l’offert de Tristan et il manda au chapelain de
le répondre vite et le mit sur le croix rouge.
(Raja Marc setuju dengan tawaran Tristan, dan memerintahkan pada
pendetanya untuk segera membalas surat itu, dan meletakkan di tempat
bertanda silang merah).
2. Proses perubahan (le processus de transformation) :
~ Le roi Marc commanda à Tristan de rendre Iseut à trois jours de cette
réponse.
(Raja memerintahkan pada Tristan untuk mengembalikan Iseut tiga hari
setelah balasan atas surat ini).
~ Avant de séparer, Iseut manda à Tristan de lui donner un souvenir, elle

manda ”Husdent ” son chien, pour qu’elle aie été moins triste, quand elle se
souvenait Tristan, et lui donna un anneau pour le symbole de son amour.
(Sebelum berpisah, Iseut meminta sebuah kenang-kenangan pada Tristan,
yaitu ”Husdent ” anjingnya, agar ketika dia teringat pada Tristan,
kesedihannya berkurang, dan dia memberikan pada Tristan sebuah cincin
sebagai tanda cintanya).
~ Le roi Marc annonca à tous les gens de Cornouailles la nouvelle de revenue
la reine Iseut, ils étaient heureux d’écouter.
(Raja Marc mengumumkan pada seluruh rakyat Cornouailles berita tentang
kembalinya ratu Iseut, mereka sangat senang).
~ A jour décidé, au loin les félons, les barons, et les Cornouailles regardèrent
l’arrivée de Tristan et Iseut.
(Pada hari yang ditentukan, dari kejauhan para pemuka istana, bangsawan, dan
rakyat Cornouailles melihat kedatangan Tristan dan Iseut).

4

3. Situasi Akhir (l’état final)
~ Tristan a rendu Iseut devant tous les Cornouaillais, et puis roi commanda à
Tristan de s’éloigner de ce pays. Et pour accueillir la reine, Marc fit un grand

festin.
(Tristan mengembalikan putri Iseut di depan seluruh rakyat Cornouailles,
kemudian raja Marc memintanya untuk mengasingkan diri dari daerah itu.
Dan untuk menyambut kembalinya sang ratu, raja Marc mengadakan sebuah
pesta besar).
4. Situasi Awal (l’état initial)
~ Tidak dipaparkan
5. Unsur perubah (l’élément transformateur)
~ Tidak dipaparkan
Pada cerita di atas, dapat dilihat bahwa rentetan peristiwa (l’ordre chronologique
des événements)nya tidak mengikuti kebiasaan, karena cerita tersebut diawali dengan
peleraian unsur resolusinya. Hal ini disebabkan oleh keinginan pengarang untuk
memuaskan pembaca atas permasalahan yang timbul pada cerita sebelumnya. Dan
untuk menambah kelengkapan cerita, pengarang menulis akhir cerita secara
mendetail. Cerita narasi yang rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements)nya tidak tersusun secara sistematis inilah yang disebut anachronique
narratif (Boucharenc : 2000 hal. 17).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka Penulis
merumuskan permasalahan pada susunan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements) dengan rumusan masalah menemukan bentuk rentetan peristiwa (l’ordre

chronologique des événements) pada novel Tristan et Iseut, mendeskripsikan bentuk
variasi rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) dari setiap
subjudaul pada novel Tristan et Iseut. Mengetahui variasi rentetan peristiwa (l’ordre
chronologique des événements) manakah yang paling dominan dalam novel Tristan et
Iseut, serta mengeathui bagian rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements) manakah yang paling dominan dalam novel Tristan et Iseut.
Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui variasi dan bentuk serta bagian
l’ordre chronologique des événements (rentetan peristiwa) yang paling dominan pada
teks narasi dalam novel Tristan et Iseut.
2. KAJIAN PUSTAKA
Kenny (1986:8)”To analyses a literary work is to identity separate part that make
it up, to determine the relationship among the part and to discover the relation of

5

path to wholes” menganalisis sebuah karya sastra adalah mengenal bagian
pembentuknya secara terpisah, menentukan hubungan diantara bagian-bagian dan
menentukan hubungan setiap aspek secara keseluruhan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah mengkaji,
menelaah atau menguraikan suatu objek secara terperinci sehingga dapat diambil

sebuah kesimpulan dan dapat memahami keadaan sebenarnya, yang dalam hal ini
objeknya adalah karya sastra.
2. Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)
Menurut Bertrand (2000:17) ”La structuration fonctionnelle narrative est aboutit
aux cinq séquences suivant : situation initial (fonction préparatoire), événement
perturbateur (établissement du manque), aggravation, lutte, et situation final
(aboutissement) artinya susunan sistematis sebuah teks narasi adalah terdiri dari lima
tahap sebagai berikut : situasi awal cerita (tahap persiapan), peristiwa perubah
(pemunculan konflik), peningkatan konflik, pertengkaran (dapat terdiri dari berbagai
kemungkinan), dan situasi akhir cerita. Selaras dengan hal itu Cornwell menyatakan
bahwa ”Le texte narratif décrit une succession de faits qui s’enchaient ” maksudnya
teks narasi melukiskan suatu rentetan peristiwa yang saling terangkai. Kemudian
Boucherenc lebih memperjelas lagi bahwa (2000:16-17) rentetan peristiwa (l’ordre
chronologique des événements) terdiri atas :
1. Le début constitue l’état initial.
(Permulaan merupakan situasi awal)
Awal dari suatu cerita yang belum memperlihatkan adanya konflik. Tetapi
mengandung unsur-unsur yang mudah menimbulkan konflik di masa yang
akan datang.
2. Un élément transformer vient rompre l’état initial.

(Unsur Perubah berasal dari situasi awal)
Maksudnya unsur ini adalah batang tubuh utama dari seluruh tindak-tanduk
para tokoh, bagian ini mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan
ketegangan atau menggawatkan konflik yang berkembang dari situasi asli.
3. L’élément transformateur enleche un processus de transformation, ayant une
ou plusieurs actions.
(Unsur perubah menghubungkan suatu proses perubahan, yang memuat satu
atau beberapa aksi).
Cerita memasuki tahap konkrit (realisasi konflik). Konkritasi diungkapkan
dengan menguraikan secara terperinci peranan semua unsur narasi ; perbuatan

6

atau tindak tanduk yang menimbulkan pembenturan-pembenturan kepentingan
yang menimbulkan konflik baik yang terbuka maupun yang tertutup ;
bagaimana pertikaian-pertikaian antar tokoh yang dipisahkan, berangsurangsur memuncak melalui timbulnya konflik permasalahan yang rumit.
4. L’élément de résolution vient à un moment clore le processus de
transformation.
(Unsur resolusi sampai pada momen akhir proses perubahan)
Maksudnya bagian ini merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha

memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha
memulihkan situasi narasi kedalam situasi yang seimbang dan harmonis.
5. L’état final, le processus de transformation achéve, l’histoire aboutit à un
nouvel équilibre.
(Proses transformasi akhir, cerita berakhir pada keseimbangan yang baru,
situasi akhir)
Maksudnya akhir suatu perbuatan yang menjadi titik pertanda berakhirnya
tindak-tanduk atau konflik dalam cerita.
3. Teks Narasi
Crépin dan Loridon (1995:54) menyatakan bahwa ” Le texte narratif est de
raconter des événements réel, comme dans les faits divers de journaux par exemple,
ou des événements imaginaires”, artinya teks narasi menceritakan tentang kejadian
nyata seperti faits divers (kenyataan) atau juga kejadian fiktif belaka. Hal ini
didukung oleh Cornwell (2001) ”Texte narratif appelé aussi récit est une histoire qui
peut-être réelle ou fictive ; récit d’aventures, récit historiques, récit merveilleux,... il
est raconté par un narrateur soit à la 1re (je) ou 3e (il, elle), selon qu’il est ou non
impliqué dans le récit”, maksudnya teks narasi disebut juga cerita sebuah kisah yang
mungkin nyata atau fiktif ; cerita petualangan, cerita sejarah, cerita yang
menakjubkan. Teks ini diceritakan ole pengarapnya melaui pemakaian pronominal
orang pertama.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks narasi adalah teks
yang menceritakan tentang suatu kejadian baik fiktif ataupun nyata secara
berkesinambungan, dengan sejelas-jelasnya.
4. Pengertian Novel
Menurut Larousse (1974:74), ”La nouvelle est composition appartenant au
genre du roman, mais qui s’endistinggue par un texte plus court, par la simplicité du

7

sujet et par la sobriété du style et de l’analyse physicologique”, maksudnya novel
adalah karya sastra sejenis roman, yang membedakannya adalah bahwa novel tidak
berlebihan dan juga mengandung analisis psikologis, selanjutnya Robert (1990:1285)
menambahkan ”La nouvelle est récit généralement bref, de construction dramatique
et présentant des personnages peu nombreux”, maksudnya novel adalah cerita yang
pada umumnya singkat, disusun dramatis dan memunculkan tokoh-tokoh yang tidak
begitu banyak.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu karya
sastra berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita tentang suatu kejadian atau
peristiwa yang dialami seseorang pada lingkungannya yang memunculkan suatu
konflik.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kwalitatif
digunakan dalam penelitian ini, karena metode ini merupakan metode yang sesuai
untuk menganalisis data yang hasil penelitiannya direpresentasikan dalam bentuk
kata-kata atau kalimat.
Sumber data dalm penelitian ini berasal dari sebuah novel yang berjudul Tristan
et Iseut buah karya Joseph Bédier, ditulis sekitar abad ke-XIII, dengan ketebalan 183
halaman, ditebitkan oleh Bibliothèque Médièvale, dan diedit oleh Paul Zumthor.
Setiap subjudul diatas merupakan rangakaian cerita yang saling berhubungan satu
sama lainnya. Namun, setiap subjudul tersebut memiliki konflik atas permasalahan
yang berdiri sendiri (satu subjudul memiliki satu permasalahan atau satu konflik),
artinya setiap satu subjudul memuat rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements) yang terpisah, karena itulah cerita dalam novel ini dipecah kedalam
beberapa subjudul yang dipaparkan dengan gaya penulisan yang berbeda
(anachronique narrative, ellipse narrative, normale).
Data penelitian ini tidak diubah dalm bentuk angka-angka melainkan hanya
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata persentase untuk menggambarkan rentetan
peristiwa (l’ordre chronologique des événements) yang terdapat dalam novel Tristan
et Iseut karya Joseph Bédier.

8

Keterangan :
N = Jumlah populasi
F = Frekuensi
K = Kategori, (Widodo:2000)
Untuk melaksanakan teknik analisis data pada metode deskriptif kwalitatif, maka
akan dilakukan proses sistematis sebagai berikut:
1. Membaca dengan teliti teks pada novel ”Tristan et Iseut” karya Joseph Bédier.
2. Mengidentifikasi dengan cara menggaris bawahi elemen-elemen dari rentetan
peristiwa (l’ordre chronologique des événements) setiap subjudul dalam novel
”Tristan et Iseut” karya Joseph Bédier dengan stabilo.
3. Setiap elemen dari rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)
diberi kode : ”a” untuk situasi awal cerita (l’état initial), ”b” untuk unsur
perubah (l’élément transformateur), ”c” untuk proses transformasi (le
processus de transformation), ”d” untuk unsur resolusi (l’élément de
résolution), ”e” untuk situasi akhir cerita (l’état final).
4. Mengoreksi kembali rentetan peristiwa (l’ordre

chronologique

des

événements) untuk memastikan ketepatan pemberian kode.
5. Menyusun rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) setiap
subjudul dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier berdasarkan kodekode diatas kedalam kartu analisis.
6. Menentukan tipe rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements)
dengan cara : memberi kode ”x” rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements) bertipe narration anachronique. Rentetan peristiwa (l’ordre
chronologique des événements) bertipe ellipse narrative diberi kode ”y”.
Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) bertipe normal
diberi kode ”z”.
7. Mengelompokkan subjudul-subjudul dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph
Bédier berdasarkan tipe rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements) sesuai dengan kode-kode diatas.
8. Melakukan tahap pengoreksian ulang untuk mengetahui apakah ada kesalahan
dalam pengelompokkan rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements)nya.
9. Dari masing-masing

rentetan

peristiwa

(l’ordre

chronologique

des

événements) tiap subjudul dalm novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier,
dihitung frekuensi kemunculan tipe rentetan peristiwa (l’ordre chronologique
des événements) yang palin dominan.

9

10. Mendeskripsikan bentuk analisis rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements) teks narasi dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis peneliti, ada beberapa subjudul yang terdapat dalam
novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier, tidak mengikuti rentetan peristiwa seperti
teori yang diutarakan oleh Boucharenc. Peneliti menemukan beberapa hal sebagai
berikut :
Bentuk rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) dalam novel
Tristan et Iseut karya Joseph Bédier dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Bentuk dan Tipe Rentetan Peristiwa (l’ordre chronologique des
événements) dalam novel Tristan et Iseut
Bentuk rentetan peristiwa
Tipe
Frekuensi
Persentase
a,b,c,d,e
Z
6
31,57
a,c,d,e
Y
1
5,26
a,b,c,d
Y
2
10,52
a,c,b
Y
1
21,05
a,c,e
Y
1
5,26
c,d,e
Y
1
5,26
a,b,c
Y
3
15,78
d,c,e
Y
1
5,26
d,b,c,e
Y
1
5,26
a,b,d,c,e
X
2
10,52
Jumlah = 10
3
19
100
Keterangan :
a : Situasi Awal
d : unsure resolusi
b : unsur perubahan
e : situasi akhir
c: proses perubahan
Tabel 1 menunjukkan bahwa bentuk rentetan peristiwa (l’ordre chronologique
des événements) dalam novel Tristan et Iseut karya Joseph Bédier adalah sebagai
berikut : bentuk rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des événements) a,b,c,d,e
(bertipe z) ditemukan dalam novel tersebut, dengan jumlah 6 teks atau 31,57% (pada
subjudul ke-I, VI, IX, XII, XIV, dan XV) kemudian bentuk rentetan peristiwa (l’ordre
chronologique des événements) a,c,d,e; a,b,c,d; a,c,b; a,c,e; c,d,e; a,b,c; d,c,e; d,b,c,e,
(bertipe y) dengan jumlah 11 teks atau 57,89% (pada subjudul ke-II, III, IV, VII, VIII,

10

X, XI, XIII, XVI dan XVII) serta rentetan peristiwa berbentuk a,b,c,d,e (bertipe x)
pada subjudul ke XVIII, XIX) dengan jumlah yang sama.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa teks bertipe ”y” mendominasi penulisan
teks narasi dalam teks Tristan et Iseut.
Dari kesepuluh bentuk penulisan teks narasi dalam novel ini terdapat tiga tipe
penulisan yang berbeda yaitu : Ellipse narrative : teks narasi yang tidak memaparkan
seluruh tahapan dari rentetan peristiwa dengan variasi sebagai berikut : proses
perubahan, unsur resolusi, dan situasi akhir (c,d,e) berjumlah 1 teks atau 5,26% ;
situasi awal, unsur perubah, proses perubahan dan unsur resolusi (a,b,c,d) berjumlah 2
teks atau 10,52% ; situasi awal, proses perubahan dan unsur perubah (a,c,b) dengan 1
teks atau 5,26% ; situasi awal, proses perubahan, dan situasi akhir (a,c,e) berjumlah 1
teks atau sebesar 5,26% ; proses perubahan, unsur resolusi dan situasi akhir (c,d,e)
berjumlah 1 teks atau 5,26% ; situasi awal, unsur perubah dan proses transformasi
(a,b,c) dengan jumlah 3 teks atau 5,26% dan unsur resolusi, proses perubahan dan
situasi akhir (d,c,e) dengan 1 teks atau 5,26% dan unsur resolusi, unsur perubah,
proses perubahan dan situasi akhir (d,b,c,e) berjumlah 1 teks atau 5,26%.
Anachronique narrative : teks narasi yang ditampilkan dengan rentetan peristiwa yang
tidak terurut dengan variasi penulisan, situasi awal, unsur perubah, unsur resolusi,
proses perubahan dan situasi akhir (a,b,c,d,e) berjumlah 2 teks atau 10,52% . Normale
narration : teks narasi yang memiliki kelima elemen rentetan peristiwa dan tersusun
secara sistematis seperti : situasi awal, unsur perubah, proses transformasi unsur
resolusi, dan ditutup dengan situasi akhir (a,b,c,d,e) berjumlah 6 teks atau 31,57%.
3. Variasi Penulisan Rentetan Peristiwa Dominan
Setelah diadakannya analisis dan penghitungan persentase maka diperoleh data
bahwa variasi penulisan yang dominan dalam penulisan novel Tristan et Iseut karya
Joseph Bédier ini adalah ellipse narrative dengan jumlah 11 teks atau sekitar 57,89%
dengan 8 bentuk penulisan yang berbeda.
4. Frekuensi Penggunaan Bagian Rentetan Peristiwa
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa bagian rentetan peristiwa yang
paling dominan adalah proses perubahan yang terdapat pada 19 teks atau 100%,
kemudian diikuti oleh situasi awal dengan 17 teks atau 89,47% unsur perubah dengan
jumlah 15 teks atau 78,94%, serta unsur resolusi dan situasi akhir masing-masing
berjumlah 13 teks 68,42%.

11

Setelah memaparkan hasil penelitian, berikut ini akan disajikan pembahasan
terhadap hasil penelitian tersebut. Rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements) pada subjudul ke-II ”LE MORHOLT D’IRLANDE” antara lain :
1. Situasi awal (l’état initial)
~ Tidak dipaparkan
2. Unsur perubah (L’élément transformateur)
~ Tidak dipaparkan
3. Proses perubah (le processus de transformation)
~ Le roi Marc avait un accord avec roi d’Irlande de donner cents livres cuivre,
d’argent, d’or, et des garçons et des filles, et il envois un géant, Morholt qui
offrait un bataille.
(Raja Marc terikat perjanjian upeti pada raja irlandia, memberikan ratusan kilo
tembaga, uang, emas, dan ratusan anak laki-laki dan anak perempuan, dan
mengirim seorang raksasa bernama Morholt, yang menawarkan sebuah
pertarungan).
~ Tous seigneurs des Cornouailles avait peur de convaincre un géant comme
Morholt.
(Semua pemuka istana Cornouailles takut untuk mengalahkan raksasa seperti
Morholt).
~ Tristan manda au roi Marc de lui permettre faire ce bataille.
(Tristan memohon pada raja Marc untuk mengijinkannya melakukan
pertarungan ini).
~ Ils ont fait ce bataille sur l’île Saint Samson.
(Mereka bertarung di sebuah pulau bernama Saint-Samson).
~ L’irlandais étaient joyeux, lorsqu’ils regardaient au loin la voile de pourpre,
c’était lui de Morholt.
(Rakyat Irlandia gembira ketika melihat dari jauh layar kapal milik Morholt).
~ Mais il ne trouva pas Morholt, car c’était Tristan qui gagna.
(tetapi mereka tidak menemukan Morholt, karena Tristan yang menang).
~ Tristan parvint au château, et il s’affaissa entre les bras de roi Marc, et le
sang ruisselait sa blessure.
(Tristan kembali ke istana raja Marc, dan dia terjatuh dipelukannya dan darah
mengalir dari lukanya).
~ Bien qu’Iseut, ayant un don guerrier, aie essayé d’aide Morholt, en fin il
mourut.
(Walaupun Iseut yang mempunyai bakat menyembuhkan penyakit, mencoba
menolong Morholt, akhirnya dia meninggal juga).
~ A cause de sa blessure venimeuse, Tristan manda au roi de lui faire équiper
un nef, il porta seulement son harpe qui lui fit rencontre avec Iseut.

12

(Akibat luka beracunnya, Tristan memohon pada raja untuk mengijinkannya
pergi berlayar, dia hanya membawa harpanya, harpa yang menemukannya
dengan Iseut).
~ Bien qu’il atteri sur la port de Weisefort où Morholt mourut, personne qui le
connu.
(Walaupun dia berlabuh di pelabuhan Weisefort dimana Morholt mati, tidak
seorangpun mengenalnya).
4. Unsur resolusi (l’élément de resolution) :
~ Iseut l’eut presque guérit après quarante jours de leur rencontre.
(Iseut hampir menyembuhkannya setelah empat puluh hari dari semenjak
mereka).
5. Situasi Akhir (l’état final) :
~ Après avoir guérit, Tristan reparut devant le roi Marc.
(Setelah sembuh, Tristan kembali kepada raja Marc).
Terdapat penyimpangan dalam rentetan peristiwa (l’ordre chronologique des
événements). Pada cerita diatas, penyimpangan itu ditandai dengan diawalinya cerita
oleh proses transformasi (le processus de transformation), kemudian disusul oleh
unsur resolusi (l’élément de resolution), dan ditutup dengan situasi akhir (l’état final),
jadi cerita ini hanya memuat tiga tahap dari rentetan peristiwa (l’ordre chronologique
des événements), inilah yang dinamakan dengan ellipes narrative.
5. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
Bentuk rentetan peristiwa teks narasi dari setiap subjudul dalam novel ini terdiri dari
10 bentuk antara lain: proses perubahan, unsure resolusi, dan situasi akhir (c,d,e)
berjumlah 1 teks atau 5,26% ; situasi awal, unsure perubah, proses perubahan dan
unsur resolusi (a,b,c,d) berjumlah 2 teks atau 10,52% ; situasi awal, proses perubahan,
dan situasi akhir (a,c,e) berjumlah 1 teks atau sebesar 5,26% ; proses perubahan,
unsure resolusi dan situasi akhir (c,d,e) berjumlah 1 teks atau 5,26% ; situasi awal,
unsure perubah dan proses transformasi (a,b,c) dengan jumlah 3 teks atau 15,78% ;
unsur resolusi, proses perubahan dan situasi akhir (d,c,e) dengan 1 teks atau 5,26 %
dan unsure resolusi, unsure perubah, proses perubahan dan situasi akhir (d,b,c,e)
berjumlah 1 teks atau 5,26%. Situasi awal, unsur perubah, unsure resolusi, proses
perubahan dan situasi akhir (a,b,c,d,e) berjumlah 2 teks atau 10,52%. Situasi awal,
unsure perubah, proses transformasi unsure resolusi, dan ditutup dengan situasi akhir

13

(a,b,c,d,e) berjumlah 6 teks atau 31,57%. Variasi rentetan peristiwanya terdiri dari tiga
tipe yaitu : ellipse narrative berjumlah 11 teks atau 57,89%, terdapat pada subjudul
ke-II, III, IV, V, VII, VIII, X, IX, XIII, XVI, dan XVII. Narration Normale berjumlah
6 teks atau 31,57% pada subjudul ke-I, VI, IX, XII, XIV, dan XV. Anachronique
narrative berjumlah 2 teks atau 10, 52% pada subjudul ke-XVIII dan XIX. Tipe
rentetan peristiwa yang paling sering muncul adalah tipe ellipse narrative dengan
jumlah 11 teks atau 57,89% disusul dengan tipe normal 6 teks atau 31,57% dan
narration anachronique dengan jumlah 2 teks 10,52%. Berdasarkan data yang telah
dianalisis, maka dapat diketahui bagian rentetan peristiwa yang paling dominan
adalah proses perubahan dengan jumlah 19 teks dari 19 teks atau sebesar 100%,
disusul oleh situasi awal dengan 17 teks atau 89,47%, unsur perubah dengan frekuensi
16 teks, 84,21%, unsur resolusi dan situasi akhir masing-masing berjumlah 13 teks
atau 60,42%.

DAFTAR PUSTAKA
ADERHOLD, Carl. 1995. Le Robert de Poche. Paris: Le Robert.
Alwi. 2001. Apresiasi Sastra. Jakarta: PT. Gramedia
Bédier, Joseph. 1981. Le Roman de Tristan et Iseut dirigé par Paul Zumthor. Paris:
Bibliothèque Médièvale.
Brune. 2001. Technique De L’analyse De La Fiction. Paris: Nathan.
Boucharenc. M et M. Feller. 2000. Littérature Types de Texte. Paris: Techniplus.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Cornwell, Patricia. 2001. Texte Narrative.
www.members.Lycos.fr/texte_narrative.htp diakses tanggal 7 Juni 2006
Denyer, Monique., Agustin Garmendia,. Marie-Laure Lions-Olivierie. 2006. Version
Originale 2 Méthode de Français Livre de l’élève. Paris : Maison des Langues.
Denis, Bertrand. 2000. La structuration du Texte Narratif. Paris: Nathan Université.
Gosse, Andre. 2001. Bon Usage. Treizième Édition. Paris: Libraire Hachette.

14

Hutagalung, Rory Anthony. 2003. Grammaire française. Jakarta. PT Gramedia
Larousse. 2005. Le Petit Larousse Illustre (100e) Édition. Paris: Libraire Hachette.
Moeliono, Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakart: Balai Pustaka.
Rey, Allain. 1995. Le Nouveau Petit Robert. Paris: Dictionnaires de Robert.
Sumardjo, Jakub dan Saini KM. 1987. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia
TOMASSON, Robert. 2000. Pour Enseigner La Grammaire. Paris: Delagrave.
Willyam Kenny. 1996. How to analyse fiction. USA: Monarche Presse
Widodo, Emma Muchtar. 2000. Konstruksi Kearah Peneliti. Yogyakarta: Avyruz.