The Application of Zeolite in Transport Media of Tilapia Fry (Oreochromis niloticus)

Jurnal Perikanan Unram, Volume 1 No. 2

April 2013

Penggunaan Zeolit pada Media Pengangkutan Benih Nila
(Oreochromis niloticus)
The Application of Zeolite in Transport Media of Tilapia Fry
(Oreochromis niloticus)
Supriaddin1*), Joko Priyono2), Nunik Cokrowati1)
1)

Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram
Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Mataram
*)
email: addinsupriaddin@yahoo.co.id

2)

ABSTRAK
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan komoditas air tawar yang banyak
dibudidayakan di kalangan masyarakat. Permasalahan dalam kegiatan pembudidayaan

ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah berkaitan dengan kesulitan penyediaan benih.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis zeolit terhadap sintasan
dan dosis zeolit yang bisa memberikan sintasan benih nila (Oreochromis niloticus)
optimal dalam pengangkutan pada sistem tertutup. Penelitian ini dilakukan 4 jam selama
pengangkutan dan pengamatan atau monitoring setelah pengangkutan selama 24 jam,
dengan perlakuan dosis zeolit yang diberikan pada media benih nila (Oreochromis
niloticus), terdiri atas 6 aras, yaitu 0, 5, 10, 15, 20 dan 25 g/l air media. Perlakuan
tersebut diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian, memperlihatkan adanya kenaikan
sintasan seiring dengan penambahan dosis zeolit, mengikuti persamaan regresi
kuadratik. Dosis zeolit yang bisa menghasilkan sintasan tertinggi untuk setelah
pengangkutan selama 4 jam adalah 20,5 g/L dan sintasan 98,6%. Setelah monitoring,
dosis zeolit 21,4g/L menghasilkan sintasan maksimum 95,9%. Dosis zeolit antara 5 –
25g/L menurunkan NH3 sebesar 6,03 - 4,97g/L dan meningkatnya DO sebesar 4,9 – 7,4
pada kepadatan ikan 44 ekor/L.
Kata Kunci: Dosis Zeolit, Sintasan, NH3, DO, Nila.

47

Jurnal Perikanan Unram, Volume 1 No. 2


PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus)
merupakan komoditas air tawar yang
banyak dibudidayakan di kalangan
masyarakat, karena mempunyai beberapa
keunggulan sehingga disukai oleh
pembudidaya ikan. Keunggulan itu antara
lain (1) dapat hidup di air tawar, air payau,
maupun air asin, (2) produktivitas tinggi,
dan (3) pertumbuhan cepat dan tahan
terhadap serangan berbagai penyakit.
Adanya berbagai keunggulan tersebut,
maka
perkembangan
usaha
pembudidayaan ikan nila (Oreochromis
niloticus) makin cepat dan permintaan
benih makin tinggi. Permasalahan dalam
kegiatan pembudidayaan ikan nila
(Oreochromis niloticus) salah satunya

berkaitan dengan kesulitan penyediaan
benih (Ghufran,2010).
Pengangkutan ikan pada umumnya
dilakukan dengan menggunakan dua
sistem, yaitu sistem terbuka dan tertutup.
Pengangkutan
terbuka
biasanya
menggunakan wadah yang dilengkapi
dengan alat aerasi dan dapat diangkut
melalui darat atau laut. Pengangkutan
sistem tertutup dilakukan dalam kantong
plastik (polietilen) yang diisi oksigen serta
diikat kuat agar tidak terjadi kebocoran
(Septia, 2012).
Salah
satu
masalah
dalam
pengangkutan ikan adalah kemungkinan

terjadinya stress yang dapat menyebabkan
kematian ikan. Stress terutama disebabkan
oleh terjadinya perubahan kualitas air
media selama pengangkutan. Selama
pengangkutan, ikan melakukan kegiatan
metabolisme, salah satunya adalah proses
pembuangan
kontoran
(feses).
Menumpuknya kotoran (feses) dalam
media pengangkutan dapat menghasilkan
gas ammonia (NH3).
Akumulasi ammonia dalam media
pengangkutan dapat diatasi dengan dua
cara, yaitu menurunkan laju ekskresi
amonia dengan menurunkan tingkat

April 2013

metabolisme ikan, dan dengan cara

menyerap amonia yang ada dalam air
media
pengangkutan
dengan
menggunakan zeolit. Zeolit merupakan
mineral berstruktur terbuka yang apabila
dikeringkan, maka ruang antar struktur
dasar mineral zeolit menjadi kosong dan
memudahkan terjadinya pertukaran ion.
Penggunaan zeolit untuk mengikat gas
beracun seperti ammonia (NH3), nitrat
(NO2), nitrit (NO3) dan karbondioksida
(CO2) yang dihasilkan benih pada media
pengangkutan, mulai diperkenalkan untuk
mengurangi stress dalam transportasi.
Namun, penggunaan zeolit (berbentuk
serbuk)
yang
berlebihan
dapat

menyebabkan keruhnya air sehingga dapat
membuat benih ikan stres (Fajrin, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, untuk
mengetahui penggunaan dosis zeolit yang
optimal (tidak berlebihan) pada proses
pengangkutan
benih
ikan
nila
(Oreochromis
niloticus)
dengan
menggunakan system media tertutup,
maka dilakukan penelitian dengan judul
“Penggunaan Zeolit Pada Pengangkutan
Benih Nila (Oreochromis niloticus)”.
Dengan di ketahuinya dosis zeolit yang
optimal, maka akan dapat meningkatkan
sintesa benih ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang tinggi.

METODOLOGI
Rancangan Percobaan
Penelitian
ini
menggunakan
metode eksperimental dengan rancangan
acak lengkap (completely randomized
design=CRD), dengan perlakuan dosis
zeolit yang diberikan pada media angkut
benih nila (Oreochromis niloticus), terdiri
atas 6 aras, yaitu 0, 5, 10, 15, 20 dan 25
g/l air media. Perlakuan tersebut diulang
sebanyak 3 kali.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Benih ikan nila
48

Jurnal Perikanan Unram, Volume 1 No. 2


(Oreochromis niloticus) berat rata-rata 3
g/ekor dengan panjang rata-rata 3 - 5 cm,
diperoleh dari Balai Benih Ikan Sayangsayang Kota Mataram, Zeolit aktif
(berbentuk bubuk) berdiameter 0,1 mm,
Gas oksigen, Bahan kimia untuk analisis
kualitas air yaitu Analisis NH3 bebas.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Plastik transparan
ukuran 60 x 40 cm, Tali, Mobil bak
terbuka atau pick up, Timbangan, Arloji,
Kertas label, Termometer, Gelas ukur,
Pipet ukur, DO meter, Kain kasa, Kotak
Styrofoam.
Analisa data
Data
yang
akan
diperoleh
diantaranya adalah Parameter biologi,
Sintasan (%) dan Kualitas air.

Analisis Hasil
Untuk mengetahui apakah zeolit
berpengaruh atau tidak terhadap setiap
parameter yang di kaji, maka dilakukan
anasisis varian terhadap masing-masing
parameter tersebut. Jika regresinya ada,
maka dilanjutkan dengan uji regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju Sintasan Ikan Nila
Berdasarkan
analisis
varian
terhadap parameter sintasan, diketahui
bahwa dosis zeolit mempengaruhi laju
sintasan. Hubungan antara dosis zeolit
dengan sintasan (dalam bentuk regresi)
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 memperlihatkan adanya
kenaikan
sintasan

seiring
dengan
penambahan dosis zeolit, mengikuti
persamaan regresi kuadratik. Dosis zeolit
yang bisa menghasilkan sintasan tertinggi
untuk setelah pengangkutan selama 4 jam
adalah 20,5 g/L dan sintasan 98,6 %.
Setelah monitoring , dosis maksimum
zeolit adalah 21,4 dan menghasilkan
sintasan 95,9 %. Menurut Hamid dan
Mardjono (1980), pengangkutan benih

April 2013

dikatakan berhasil bila tingkat kematian
tidak lebih dari 10 %.

Gambar 1. Hubungan antara Dosis Zeolit (g/l)
dengan Laju Sintasan (%) Setelah
Pengangkutan (SP) dan Setelah

Monitoring (SM).

Masa monitoring atau pengamatan
yang dilakukan selama 24 jam setelah
pengangkutan bertujuan untuk mengetahui
apakah masih ada pengaruh perlakuan
terhadap
sintasan
nila
setelah
pengangkutan dilakukan. Sintasan selama
monitoring atau pengamatan mengalami
penurunan (± 3 %) menunjukkan bahwa
keadaan stres pada ikan dapat berlangsung
selama masa monitoring (1 hari). Menurut
Roberts (1978), ada tiga tahap rangsangan
stres, yaitu: tahap reaksi gelisah, tahap
pertahanan, dimana ikan masih mampu
melakukan adaptasi dan tahap melemas,
ikan tidak mampu lagi beradaptasi.
Kualitas Air
Kualitas air merupakan parameter
yang mempengaruhi mortalitas ikan
selama pengangkutan. Kualitas air diukur
pada awal dan akhir pengangkutan. Data
awal NH3 adalah 1,50 dan DO adalah 8,0.
Data kualitas air setelah pengangkutan
secara lengkap dicantumkan pada
Lampiran 6. Hubungan kadar NH3 dan
DO dengan dosis zeolit disajikan pada
Gambar 2.

49

Jurnal Perikanan Unram, Volume 1 No. 2

Gambar 2. Hubungan antara Kadar NH3 dan DO
dengan
Dosis
Zeolit
Setelah
Pengangkutan.

Dari Gambar 2 terlihat adanya
penurunan NH3 karena penambahan dosis
zeolit meningkatnya DO. Dosis zeolit
antara 5 – 25 g/L dapat menurunkan NH3
sebesar 6,03 - 4,97 g/L
dan
meningkatnya DO sebesar 2,3 – 7,4 pada
kepadatan ikan 44 ekor/L.
Amonia (NH3) adalah racun yang
berbahaya bagi ikan. Meskipun amonia
sering terdapat pada konsentrasi yang
relatif rendah, namun telah menjadi
ancaman yang serius bagi kesehatan ikan.
Amonia yang tinggi dapat merusak
jaringan insang sehingga mempengaruhi
respirasi ikan. Penggunaan zeolit dalam
pengangkutan adalah untuk mengurangi
akumulasi ammonia (NH3) dalam air
media (Boyd, 1982).
Oksigen terlarut dan peningkatan
total amonia adalah dua faktor penyebab
yang paling besar yang menyebabkan
kematian ikan pada kepadatan dan suhu
yang
tinggi.
Trewavas
(1982)
menyarankan kadar oksigen terlarut
minimum
adalah
4
mg/l
pada
pengangkutan ikan mas (Carassius
auratus). Pada penelitian ini, kadar
oksigen kritis terjadi pada pengangkutan
tanpa pemberian zeolit, yaitu 2,3 mg/l
pada suhu 31,3 ºC. Pada kondisi ini, nila
yang mati mengalami insang memutih,

April 2013

terbuka dan mulut yang terbuka pula,
yang menunjukkan keadaan yang hypoxic
dan peningkatan kadar ammonia dalam
air. Hal ini ditambah lagi dengan
peningkatan sisa metabolisme dari
aktivitas fisik yang meningkat pada
kondisi yang tidak menguntungkan dan
suplai oksigen yang rendah pada suhu air
yang
tinggi.
Trewavas
(1982)
menyebutkan bahwa ikan nila merupakan
ikan yang tahan terhadap perubahan
lingkungan maupun kadar oksigen yang
rendah, bahkan hingga 1 mg/l, namun
menurut Zonneveld dkk (1991) kadar
oksigen terlarut kurang dari 1 mg/l dapat
menyebabkan kematian pada ikan.
Selama
pengangkutan,
ketersediaan oksigen dipengaruhi oleh dua
faktor: suhu air dan berat ikan. Suhu yang
tinggi menyebabkan konsumsi oksigen
yang tinggi pula; pada suhu yang rendah,
rendah pula konsumsi oksigen (Piper,
1982 dalam J.I. Golombieski, et.al.,
2003). Pada penelitian kali ini suhu tidak
secara langsung mempengaruhi konsumsi
oksigen, karena pada suhu yang sama,
yaitu 31,8 ºC (pengangkutan tanpa
pemberian zeolit dan pemberian zeolit 25
g/l), kandungan oksigen terlarutnya
berbeda, masing-masing 2,3 mg/l dan 7,4
mg/l. Hal yang sama juga terjadi pada
perlakuan lainnya, dimana suhu rataratanya lebih tinggi ternyata kandungan
oksigen terlarutnya tetap tinggi, yaitu pada
perlakuan pemberian zeolit 20 g/l.
Penggunaan oksigen murni dalam plastik
dapat meningkatkan kadar oksigen dalam
air (Gomes, et.al., 2006).
Saat ikan diangkut dengan sistem
tertutup, penurunan oksigen terjadi jika
kepadatannya
tinggi
dan
waktu
pengangkutan
yang
lama.
Ikan
berkompetisi
mendapatkan
oksigen:
peningkatan
bakteri
membutuhkan
oksigen dan peningkatan tersebut dapat
menyebabkan diproduksinya sisa-sisa
metabolisme beracun. Lendir yang
dihasilkan ikan adalah substrat bagi
50

Jurnal Perikanan Unram, Volume 1 No. 2

April 2013

pertumbuhan bakteri, yang menyebabkan
penurunan oksigen air; proses ini dapat
terjadi pada suhu yang tinggi (Boyce,
1999 dalam J.I. Golombieski, et.al.,
2003).
Suhu merupakan faktor penting
dalam pengangkutan karena berpengaruh
pada metabolisme ikan. Menurut Daud
(1997), suhu air untuk pengangkutan
berkisar antara 18-28 °C. Suhu akhir
pengangkutan berada pada kisaran 31,332 °C dan mengalami peningkatan
dibandingkan pada awal pengangkutan
(26 °C). Suhu yang terjadi lebih tinggi
daripada yang direkomendasikan, yaitu
maksimal 28 ºC untuk ikan tropis
(Kubitza, 1998 dalam J.I. Golombieski,
et.al., 2003), tetapi hal tersebut tidak
secara
langsung
menyebabkan
menurunnya sintasan.
Meningkatnya suhu air dapat
meningkatkan laju konsumsi oksigen dan
timbunan hasil metabolisme, seperti NH3,
sehingga
peningkatan
suhu
dapat
menurunkan ketersediaan oksigen dan
kualitas media (Daud 1997).

rnal/32081522.pdf
Januari 2012).

Ghufran, M., 2010. Pemeliharaan 14 Ikan
Air Tawar Ekonomis di Keramba
Jaring Apung. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Hamid, N dan M. Masdjono. 1980.
Pengangkutan dan Penampungan
Benih
Udang.
Pedoman
Pembenihan Udang Penaeid.
Dirjen Perikanan. Departemen
Pertanian. Jakarta.
J.I.

Golombieski,
L.V.F.
Silva,
B.Baldisserotto, J.H.S. da Silva.
2003. Transport of Silver Catfish
(Rhamdia quelen) Fingerlings at
Different Times, Load Densities,
and
Temperatures.
J.
Aquaculture
216
(95-102).
(Senin 21 Mei
2012).

Roberts.,
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C.E. 1982. Water and Management
for Fish Ponds. Rub. Co
Amsterdam. 319p
Daud,

R. 1997. Pengangkutan Ikan
Bandeng
dalam
Rangka
Pemenuhan Kebutuhan Umpan
Hidup pada Perikanan Tuna dan
Cakalang. Prosiding Perikanan
Indonesia
II.
Puslitbang
Perikanan. Jakarta. 331-333

Fajrin, 2011. Pengaruh pemberian zeolit
dengan dosis berbeda terhadap
kualitas
air
dan
tingkat
kelulushidupan benih ikan koi
(Cyprinus
carpio)
pada
pengangkutan sistem tertutup.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/ju

(Rabu, 04

R.J. 1978. Fish Patology.
Balliere Tindal. London. P : 5589

Septia, N. R., 2012. Pengangkutan ikan
hidup.
http://rahayuseptia.blogspot.com
/2012/01/laporan-tphppengangkutan-ikan- hidup.html
(Kamis, 05 Januari 2012).
Trewavas, E. 1982. Tilapias: Taxonomy
and Specification, dalam The
Biology and Culture of Tilapias.
Edited by R.S.V. Pullin and
R.W. Lowe. ICLARM. Manila.
p:3-14
Zooneveld, N. Huisman, E.A., dan Boon,
J.H.
1991.
Prinsip-prinsip
Budidaya Ikan. PT. Gramedia.
Jakarta.
51