Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

  

BAB IV

GAMBARAN UMUM MASAYARAKAT DESA OMBA RADE

4.1. Konteks Masyarakat Desa Omba Rade dan Pola Pemukiman

  Masyarakat di Desa Omba Rade sebagai salah satu masyarakat adat yang masih mempertahankan dengan baik adat-istiadatnya, Rumah adat yang berbentuk panggung seperti kebanyakan rumah-rumah adat di Pulau Sumba pada umumnya. Pemukiman masyarakat di Desa Omba Rade tersebar dengan beberapa tempat yang cukup berjahuan antara satu kampung dengan kampung lainnya.

  Kampung-kampung adat tersebut titak dapat dipisahkan dan dilepaskan dari adat- istiadat dan budaya yang telah ikut menjaga keasrian dan keaslian rumah-rumah adat hingga sekarang, letaknya yang pada umumnya berada di dataran tinggi (bukit) dan dikelilingi pepohonan, terkesan di dalamnya terdapat kehidupan yang bersosial tinggi, tradisional dan jauh dari kehidupan modernisasi. Pola kehidupan orang Sumba terkususnya di Desa Omba Rade Kab.Sumba Barat Daya sesungguhnya terdapat di perkampungan adat, penokohan seseorang (Rato) yang secara turun temurun memimpin berbagai kegiatan adat adalah pola pemimpin aristokrasi yang dipercaya telah turut menjaga hubungan antara manusia dengan alam dan penguasa alam (Marapu), hal ini diwujudkan dengan berbagai ritual adat yang melambangkan adanya sinkronisasi antara manusia dengan alam.

  Pada umumnya masyarakat Desa Omba Rade sama dengan daerah-daerah lainnya dengan budaya adat istiadat, suku, klan dan sebagainya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Klan merupakan suatu satuan sosial yang para anggotanya memiliki hubungan kekerabatan, dengan demikian, kesatuan klan didasarkan atas hubungan darah atau keturunan. Biasanya klan atau kelompok kekerabatan ditarik berdasarkan garis keturunan. Kelompok kekerabatan yang didasarkan pada garis keturunan dari pihak bapak dikenal dengan istilah keturunan. Masyarakat desa Omba Rade mengatur sistem kekerabatan patrilinel, bahwa garis keturunan berada di seorang ayah dengan demikian segalah kekuasaan ada pada seorang ayah. Perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan harus berbeda kabissu (suku). Pada umumnya masyarakat desa Omba Rade masi terorganisir dengan klan (kabisu) ada beberapa Klan yang masi terus eksis sampai sekarang contohnya Nyurata.

  

Baijelo, Welewo , dan sebagainya. Klan ini berdiri dengan kampungnya sendiri dengan

Rumah Adat yang sama dengan adat isti adat yang sama dan pemujaannya Marapu (dewa).

  Hegemoni adat telah mengikat dan mengontrol pola hidup sosial masyarakat agar selalu patuh pada aturan-aturan adat yang telah disepakati bersama. Pola kehidupan kekeluargaan yang sangat tinggi ini adalah pilar yang melestarikan tradisi-tradisi adat untuk tetap terjaga, adanya kepatutan pada nilai-nilai ketaatan yang terwujud pada karakter hubungan sosial, hal ini merupakan ciri khas kehidupan pada perkampungan-perkampungan adat. Walaupun terkesan angker dan menyeramkan karena di beranda kampung adat terdapat kubur-kubur batu, namun pesona ketradisional dan keunikan merupakan sisi tersendiri yang jelas terekam dari luar bahwa dahulu penghormatan pada leluhur sangat tinggi. Para tokoh- tokoh kharismatik, yang memimpin ritual-ritual adat (sebagai penghubung antara manusia dengan Marapu) adalah panutan masyarakat, kemampuan dalam berkomunikasi dengan roh- roh gaib adalah contoh bahwa kepemimpinan mereka tergolong unik dan berkarakter penjiwaan (kepercayaan yang kuat pada sesuatu yang dianggap suci).

4.2. Nilai dan Makna Uma Kalada Di Desa Omba Rade

  Rumah Adat memiliki ciri khas dengan bentuknya yang berbeda dengan Rumah Adat di daerah lainnya, Rumah Adat di Pulau Sumba memiliki menara yang tinggi yang menjadi ciri khas Rumah Adat di Pulau Sumba. Hal ini tidak jauh beda dengan Rumah Adat di Desa Omba Rade dengan menara yang tinggi yang di yakini tempat tinggal Marapu (dewa). Disetiap rumah yang bermenara ini mempunyai tiga bagian yakni bagian bawah rumah, tengah rumah dan atas rumah. Ketiga bagian tersebut dalam pandangan orang Sumba seakan- akan simbol alam yang mempunyai makna, yakni alam bawah (tempat arwah-arwah), alam tengah (tempat manusia) dan alam atas (tempat dewa-dewa). Rumah Adat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Omba Rade atau seluru masyarakat Di Pulau Sumba yang seperti dikatakan oleh Ama Tono dari hasil wawancara:

  “Rumah Adat menjadi darah daging kita semua yang hidup di Rumah Adat ini, kenapa karna semua kegiatan atau segala macam aktivitas ritual pasti akan dilakukan di Rumah adat ini, contohnya adat

  1

  kematian, adat perkawinan dan sebagainya” Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dianalisis bahwa Rumah Adat merupakan warisan yang tidak dapat dilupakan begitu saja segala aktifitas yang ada dalam

  Rumah Adat akan berlasung terus menurus dengan generasi ke generasi dengan nilai-nilai 1 dan makna yang terkandung tersebut harus dijaga dan dilestarikan.

  Wawancara bersama Ama Tono, di Desa Omba Rade jumat 28 april 2017

  GAMBAR 1 Rumah Adat Tradisonal

4.2.1. Makna Menara Rumah Adat

  Rumah Adat merupakan tempat yang sakral sesuatu yang berhubungan dengan rumah adat tersebut akan berkaitan dengan nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam bagian rumah adat tersebut seperti Atap Rumah Adat. Atap Rumah (Toko

  

Uma) , Secara umum Toko Uma berarti tongkat rumah, dan dalam konteks ini

  berwujud menara tinggi dengan atap alang-alang. Jauh di puncak menara, tepatnya di pojok kiri dan kanannya, tersemat dua tonggak kayu berukiran manusia yang disebut dengan istilah kadu uma (tanduk rumah).

  Tanduk Rumah (Kadu Uma) adalah simbol Ina-Ama (Ibu-Bapak), yaitu pasangan leluhur pendiri rumah yang hidup berdampingan dan mengawasi segalanya. Tanduk rumah (Toko Uma) menjalankan fungsi praktis dan religiusnya sendiri yaitu sebagai tempat persemayaman marapu serupa dewa yang berbentuk pusaka seperti tombak, gong dan dan benda pusaka lainnya. Menara Rumah Adat juga berfungsi untuk penyimpanan hasil panen seperti jagung, padi dan umbi umbian.

  GAMBAR 2 Menara Rumah Adat

  Dengan perkembangan sekarang Rumah Adat terkusus Atap Rumah Adat telah mengalami pembaharuan dengan merenofasinya, pembaharuan ini lebih pada pembaharuan yang lebih bertahan lama dengan menggunakan bahan modern. Dengan pembaharuan ini fungsi dari Rumah Atap tetap terjaga dengan tempat bersemayangnya Marapu yang serupa Dewa yang berbentuk pusaka seperti tombak, gong dan sebagainya dan tempat penyimpaan hasil panen seperti jagung, padi dan umbi-umbian.

4.2.2. Makna Panggung Rumah Adat

  Tempat Hunian (Bei Uma), merupakan bagian rumah tempat hunian. Dinding dan lantainya terbuat dari bambu Bei Uma terbagi menjadi area luar berupa beranda luas yang cenderung berfungsi sebagai area publik, dan area dalam tempat berlangsungnya aktivitas domestik. Area dalam sedikit lebih tinggi, dan untuk mencapainya tersedia anak tangga dari tanduk kerbau yang langsung terhubung ke pintu masuk tanduk kerbau merupakan hasil dari acara adat yang menjadi tumbal dari ritual dengan menggunakan tanduk kerbau untuk menjadi tangga untuk memperlihatkan ciri khas Rumah Adat tersebut dan memperlihatkan tanduk kerbau bahwa telah terjadi proses ritual dirumah adat tersebut.

  Hiasan-hiasan ini adalah peninggalan hewan korban yang disembelih saat berlangsung ritual adat. Makin banyak hiasannya berarti telah banyak ritual yang digelar oleh pemilik rumah adat, dengan demikian menjadi lambang prestise juga. Bagian dalam rumah, baik secara simbolis maupun fungsional, terbagi menjadi dua bagian: bagian untuk laki-laki yang lebih formal dan religius (mbale katounga) serta bagian untuk wanita yang lebih ke urusan rumah tangga (kere pandalu). Mbale katounga berwujud bale-bale panjang yang terentang mulai pintu masuk laki-laki hingga ke ujung uma (menara/loteng). Ruang-ruang tersebut di atas jarang memiliki partisi permanen, satu sama lain hanya dipisahkan oleh bale-bale pendek sehingga jika tampak sekilas, interior rumah Sumba bagaikan sebuah ruang terbuka lebar. Untuk pembagian pintu Ada dua pintu masuk, satu untuk laki-laki dan satunya lagi untuk perempuan. Pembagian pintu tersebut untuk membedakan pekerjaan yang terjadi dalam Rumah Adat seperti pintu untuk perempuan lebih ke pekerjaan rumaan seperti memasak dan mempersiapkan kebutan sehari-hari dan kebutuan ritual sedangkan untuk pintu untuk laki-aki lebih pekerjaan ritual seperti upacara-upacara ritual.

  GAMBAR 3 Panggung Rumah Adat

4.2.3. Makna Kolong Rumah Adat

  kolong Rumah (Kali Kabunga), Merupakan kolong rumah yang sekelilingnya diberi pagar, berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ternak seperti babi, kuda dan kerbau. Bagian bawah dapat juga digunakan untuk menyimpan kayu-kayu dan peralatan-peralatan bertani. Sisa-sisa bahan makanan atau bahan memasak juga dibuang melalui celah-celah bambu ke bawah agar dapat dimakan oleh hewan ternak seperti babi. Aktifitas dalam Rumah adat merupakan fenomena yang unik dengan tiga tingkatan yang berbeda-beda dan fungsinya yang berbeda-beda juga, makna dan nilai yang terkandung seperti atap rumah adat yang ditempati marapu serupa dewa, ruang tengah ditempati oleh manusia dengan segalah kegiatan domestiknya sedangkan kolong Rumah Adat berfungsi untuk pemeliharaan hewan. Fenomena ini merupakan hal yang menarik untuk dilestarikan dan dipertahankan. Keunikan Rumah Adat di pulau Sumba merupakan hal yang harus dipertahankan dan lisetarikan.

4.3. Perubahan Fisik Bahan Rumah Adat

  Masyarakat pada dasarnya sudah mengalami perkembangan jaman hal ini yang mengakibatkan masyarakat didesa Omba Rade menerima segala perubahan dalam bidang apapun seperti pengetahuan, teknologi, dan pola pikir. Masyarakat Desa Omba Rade adalah masyarakat yang sangat setia dan menjunjung tinggi norma, nilai, etika dan adat isti adat yang diwariskan turun-temurun, Rumah adat merupakan warisan leluhur masyarakat Pulau Sumba yang wajib untuk dilestarikan, namun semakin pesat perkembangan jaman semakin banyak pula perubahan-perubahan yang terjadi baik dari segi tata nilai, norma dan juga tradisi adat istiadatnya yang mulai dipengaruhi oleh budaya asing yang masuk. Perkembangan jaman dan kemajuan tekhnologi berpengaruh pada perubahan bentuk dan corak khas Rumah Adat menjadi bentuk yang bergaya modern.

  Rumah Adat atau Uma Kalada yang biasa disebut oleh masyarakat Desa Omba Rade adalah bangunan yang memiliki ciri khas, Rumah adat merupakan salah satu representasi kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas suku/masyarakat. Keberadaan rumah adat di masyarakat terkususnya di Desa Omba Rade sangat berarti dan mempunyai arti yang penting dalam perspektif sejarah, warisan, dan kemajuan masyarakat dalam sebuah peradaban. Rumah Adat di Desa Omba rade adalah merupakan Lambang dari perwujudan sistem budaya pada masyarakat yang memilki arsitektur pada tata cara, prilaku dan tata nilai kehidupan sosial.

  Hal-hal yang dipertimbangkan yang seperti disebutkan di atas ini mencadi perundingan disetiap kepala kelurga di Rumah adat tersebut, untuk melakukan perubahan dimana setiap kepala keluarga yang tinggal di Rumah Adat mediskusikan atau merundingkan untuk pembangunan Rumah adat. Dalam perundingan ini akan muncul keputusan untuk tetap melestarikan Rumah adat ini dengan merenofasi, renofasi yang dilakukan dengan mengikuti perkembangan jaman saat ini. Hal ini yang membuat Rumah Adat mencadi Modern karna hanya bentuk fisik yang berubah saja, segala aktifitas atau hal-hal yang berhubungan yang sakral tetap ada di Rumah Adat Modern ini. Rumah Adat tradisional tidak jauh beda dengan Rumah Adat Semi Modern segala ritual yang dilakukan di Rumah Adat tradisional tetap sama dengan Rumah Adat Modern. Seperti yang hasil wawncara;

  “Memang Rumah Adat sudah berkembang dengan kemajuan jaman tapi Rumah adat Ya Rumah Adat. Rumah Adat yang dulu yang ditepati nenek moyang kita bisa dibilang jamannya mereka juga dan sekarang jaman telah berubah jadi kita harus mengikuti perkembangan jaman, walaupun kita mengikuti perkembangan jaman bukan berarti kita harus melupakan segala titipan nenek moyang karna Rumah Adat yang sakral tidak direnofasi, banyak ritual yang dilakukan untuk melakukan perubahan tersebut seperti ritual minta ijin untuk merubah bentuk atau fisik rumah Adat, Rumah Adat harus dijaga dan lestarikan walaupun

  2

  ada perubahan-perubahan ” Rumah Adat menjadi simbol masyarakat Sumba pada umumnya Rumah adat ini merupakan titipan nenek moyang untuk dijaga dan dilestarikan hal-hal yang terjadi dikehidupan tidak dapat di hindari segala kemajuan akan diikuti begitu saja oleh masyarakat saat ini, setiap kehidupan akan berkembang mengikuti jaman hal ini tidak dapat di hindari contohnya dari pola pikir dimana masyarakat sudah berkembang dan harus mengikuti perkembangan jaman, oleh karena itu Rumah adat di jaman sekarang dapat dikatakan dengan modern. Banyak hal yang dipertimbangkan oleh masyarakat khusus Desa Omba Rade dalam membangun Rumah Adat dengan perkembangan sekarang contohnya dari segi ekonomi, atau dari bahan-bahan alam yang digunakan dalam membangun Runah Adat, dan sebagainya. Seperti yang dikatakan dari hasil wawancara;

  “Yang menjadi pertimbangan untun merenofasi Rumah Adat ini adalah 2 dari segi ekonomi dan bahan-bahan alam yang digunakan dalam

  Hasil wawancara dengan Bapa Moda 28 April 2017 membangun Rumah adat kalo diliat dari segi ekonomi kita bisa bandingkan dengan pengunaan bahan-bahan modern dengan menggunakan bahan-bahan alam tidak terlalu jauh beda dari segi ekonomi dengan perkembangan sekarang yang di gunakan adalah bahan-bahan modern seperti seng, paku, keramik dan sebagainya, dalam penggunaan bahan-bahan modern ini bisa bertahan lama dan tidak susah untuk menemukan bahan-bahan ini sedangkan bahan- bahan alami atau bahan-bahan alam sudah masuk kawasan lindung pemerintah dan susuh dapat bahan-bahan alami yang berkualitas untuk

  3

  membnagun Rumah Adat yang bertahan lama kalo dari segi ekonomi ” Dari apa yang dijelaskan oleh Bapa Moda dimana Rumah Adat tidak dapat diprediksi apa yang akan terjadi kedepannya, hal ini yang membuat masyarakat selalu mengikuti perkembangan dan tidak akan menyangka kalau perubahan-prubahan tersebut berakibat fatal dengan keberlangsungan Rumah Adat itu sendiri. Menurut hasil wawancara;

  “Uma Kalada atau Rumah Adat ini harus dipertahankan 20 tahun atau 30 tahun kedepan walaupun kita sudah mati, kenapa terjadi perubahan dengan Rumah Adat ini dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di toko seperti semen, seng, paku dan sebagainya untuk mempertahankan kondisi fisiknya dan penggunaan bahan toko ini bisa bertahan lama yang bisa bertahan sekitar 20 tahun atau 30 tahun kedepan kalau kita menggunakan bahan-bahan alam bisa juga kita gunakan dan tidak tahan lama sebenarnya ada beberapa bahan alam yang bisa bertahan lama bisa 50 tahun atau 60 tahun, bahan-bahan alam tersebut sudah tidak ada atau susuh ditemukan dan hutan

  4

  sekarang menjadi kawasn lindung pemerintah ” Berdasarkan hasil wawancara tersebut dimana masyarakat Desa Omba Rade hanya bisa mengikuti perkembangan jaman walaupun perubahan penggunaan bahan atau fisik

  Rumah Adat tersebut bukan berarti Rumah Adat tersebut akan meninggalkan segala kegiatan yang sakral di Rumah Adat, hal ini tidak dapat dipungkiri karna masyarakat menerima atau mengukuti perkembangan jaman disatu sisi memang kita bisa terima karna ada beberapa hal yang di pertimbangkan contohnya dari segi ekonomi dan pengadaan bahan bangunan yang tradisional atau alam dan juga panjangnya umur bangunan.

  3 4 Hasil wawancara dengan Bapak Moda tanggal 14 mei 2017 Hasil wawancara dengan Ama Nita16 Mei 2017

  GAMBAR 2 Perubahan penggunaan bahan modern dalam memebangun Rumah Adat

4.3.1. Perubahan Menara Rumah Adat

  Pada umumnya perubahan yang terjadi pada rumah adat Sumba terkusunya di desa Omba Rade adalah perubahan penggunaan bahan-bahan yang dulunya penggunaan bahan alami dan sekarang menggunakan bahan-bahan modern seperti tabel dibawah ini;

  Tabel 1 Bahan-bahan alami dan bahan modern

  No Bahan-bahan alami Bahan-bahan modern

  1

  2

  3

  4

  5

  6 Kayu Bambu Tali Rotan Alang-alang

  Seng Batu Beton Paku Keramik Semen Cat tembok Dengan perubahan penggunaan bahan modern ini pada menara Rumah Adat merupakan keinginan masyarakat itu sendiri seperti menggunakan bahan modern. Perubahan-perubahan yang terjadi pada menara Rumah Adat dengan penggunaan bahan modern seperti pada tabel diatas, karna bahan-bahan alam seperti alang-alang, kayu dan tali rotan yang tidak terjangkau dan pembiayaan yang mahal dan pencarian bahan-bahan alam ini susuh ditemukan atau ketersediaan bahan ini yang masuk dalam kawasan hutan lindung pemerintah. Dengan perubahan tersebut tidak ada fungsi yang tergantikan dalam menara Rumah Adat walaupun terjadi perubahan penggunaan bahan modern fungsi Rumah Adat tetap terjaga seperti tempat berdiamnya marapu serupa dewa dan penyimpanan benda pusaka yang digunakan untuk ritual seperti parang, tombak, dan gong, dan berfungsi juga untuk penyimpanan bahan makanan seperti padi, jagung dan umbi-umbian.

4.3.2. Perubahan Panggung Rumah Adat

  Seperti halnya yang dijelskan di atas perubahan yang terjadi dengan menggunakan bahan modern untuk menggatikan bahan alam penggunaan bahan modern sebenarnya untuk membuatnya tahan lama. Penggunaan bahan alam utama di panggung Rumah Adat ialah bambu, tali rotan dan sebagainya, panggung Rumah Ada yang dibetuk dengan menggunaka bahan alam seperti bambu yang disusun seperti bale-bale yang memiliki cela, cela-cela tersebut berfungsi untuk membuang sisah makanan yang dikonsumsi manusia, dan langsung dibuang dibawah kolong Rumah Adat untuk makanan hewan pelehiraan.

  Segala aktifitas dalam Rumah Adat terkusus panggung Rumah Adat yang mencadi pusat ritual seperti upacara adat kematian, syukuran, perkawinan dan sebagainya. Walaupun terjadi perubahan tetap fungsi utama dalam panggung Rumah Adat tetap terjaga seperti ritual-ritual adat. Dengan perkembangan sekarang panggung Rumah Adat telah direnofasi dengan menggunakan bahan-bahn modern seperti paku, semen, keramik beton dan ebagainya, dengan segala perubahan ini segala aktifitas tetap terlaksana di Rumah Adat terkusus di panggung Rumah Adat. Dalam perubahan penggunaan bahan-bahan modern untuk lebih terlihat bagus dan bahan-bahan modern ini bisa betahan lama. Perubahan dalam penggunaan bahan modern tidak berarti akan merubah bentuk dan tata cara seperti ritual yang dilakukan dalam Rumah Adat tersebut.

4.3.3. Perubahan Kolong Rumah Adat

  Kolong rumah Adat merupakan tempat peliharaan hewan seperti kerbau, kuda, babi dan sebagainya. Perubahan yang terjadi pada Kolong Rumah Adat seperti hal yang dijelaskan ditas perubahan yang terjadi dengan menggunakan bahan-bahan modern seperti semen, paku, besi beton. Perubahan ini unutuk lebih memperbaharui dengan mengunakan bahan-bahan modern. Hal ini diinginkan dengan tidak menggunakan lagi bahan-bahan alami. Walaupun terjadi pembaharuan terhadap kolong Rumah Adat fungsi dan kegunaannya untuk perlindungan hewan tetap terjaga seperti yang dulunya.

Dokumen yang terkait

BAB IV PEOPLE SMUGGLING, SEKRETARIAT NCB-INTERPOL INDONESIA DAN AUSTRALIAN FEDERAL POLICE (AFP) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Penanganan People Smuggling oleh Sekretariat NCB-Interpol Indonesia dan Australian Federa

0 0 41

BAB V UPAYA PENANGANAN KASUS PEOPLE SMUGGLING OLEH SEKRETARIAT NCB-INTERPOL INDONESIA DAN AUSTRALIAN FEDERAL POLICE PERIODE 2015-2017 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Penanganan People Smuggling oleh Sekretariat NCB-In

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Penanganan People Smuggling oleh Sekretariat NCB-Interpol Indonesia dan Australian Federal Police Tahun 2015 – 2017

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: An Annotated Translation of Cultural Words in The Novel See Me by Nicholas Sparks

0 3 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: An Annotated Translation of Cultural Words in The Novel See Me by Nicholas Sparks

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Salatiga yang Memakai Gadget

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Salatiga yang Memakai Gadget

0 0 10

BAB V ANALISIS DAN BAHASAN HASIL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Salatiga yang Memakai Gadget

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ratio Legis Pembentukan Undang-Undang: Studi terhadap Konsideran Peraturan Pemerintah Pengganti Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang - Undan

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 1 8