Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Hukuman dalam Bentuk Bimbingan Jasmani terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa Kelas V di SD N Kemetul

  

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  

1. Sejarah Singkat Berdirinya SD N Kemetul Kecamatan Susukan

Kabupaten Semarang.

  SD Negeri Kemetul berdiri sejak tahun 1967, atas dasar Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 1977 serta Nomor 3 Tahun 1978, dengan nama SD Kemetul. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah, Nomor : 421.2/002/XLV/63/87 tanggal 1 Agustus 1987, nama berubah menjadi SD Negeri Kemetul. Sesuai dengan nomenklatur sekarang nama menjadi SD Negeri Kemetul.

  SD Negeri Kemetul terletak di Dusun Sipenggung RT 15/RW 04 Desa Kemetul Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, berdiri di atas tanah seluas 1. 140 M2 dengan status Hak Pakai, tanah milik Pemerintah Desa Kemetul dengan Nomor Persil 79 berdasarkan Surat Keterangan Kepala Desa Kemetul Nomor : 470/2225/XII/06 tanggal 10 Oktober 2006.

  2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah a.

  Visi: Santun, berprestasi, terampil dan berakhlakul karimah.

  b.

Misi: 1). Meningkatkan derajat keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan

  2). Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran semua mata pelajaran.

  3). Membudayakan sikap dan perilaku terpuji dan mengembangkan

  4). Membudayakan pola hidup bersih, sehat dan tertib. 5). Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidikan. 6). Meningkatkan peran dan fungsi stakeholders serta kerja sama dan peran masyarakat.

  c.

Tujuan:

  Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiridan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada tujuan pendidikan dasar tersebut, maka tujuan SD Negeri Kemetul Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut: 1). Meningkatkan derajat keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan. 2). Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran semua mata pelajaran. 3). Membudayakan sikap dan perilaku terpuji. 4). Mengembangkan potensi ketrampilan hidup (life skills). 5). Membudayakan pola hidup bersih, sehat dan tertib.

  d.

Sesanti

  Santun dalam bertindak Unggul dalam prestasi

  Patuh pada orang tua dan guru Taat beribadah, dan

  Bermartabat

  1. Proses Pengumpulan Data Kegiatan wawancara untuk memperoleh data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan di dalam lingkungan SD Negeri Kemetul. Wawancara pertama dilakukan dengan Kepala Sekolah SD Negeri Kemetul yang bernama Sri Suwarni, S.Pd. dilakukan pada tanggal 23 Maret 2015 pada jam 08.15 di kantor guru SD N Kemetul. Wawancara kedua dilakukan dengan guru kelas V di SD N Kemetul yang bernama Suprapti, S.Pd. Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Maret 2015 pada jam 08.30 di ruang tamu SD N Kemetul. Wawancara ketiga dilakukan dengan WM siswa kelas V pada tanggal 24 Maret 2015 pada jam 09.00 dan wawancara dilakukan di ruang kelas lima. Wawancara keempat dilakukan dengan BS anggota kelas V pada tanggal 24 Maret 2015 pada jam 09.10 dan wawancara dilakukan di meja belajar kelas V. Wawancara kelima dilakukan dengan AD yang menjadi wakil ketua kelas kelas V pada tanggal 24 maret 2015 pada jam 11.00 dan dilakukan di ruang baca kelas V. Wawancara keenam dilakukan dengan MK yang menjadi ketua kelas v, wawancara dilakukan pada tanggal 24 Maret 2015 pada jam 11.10, wawancara dilakukan di kantin SD N Kemetul.

  2. Hasil Penelitian Untuk mengetahui hasil dari penelitian ini, berkenaan dengan pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani terhadap kedisiplinan siswa kelas V di SD N Kemetul, maka penulis terjun langsung ke lapangan dan kemudian mengolah data yang diperoleh tersebut dengan teknik yang telah ditentukan, kemudian menyajikan data sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan. Dalam penyajian data ini penulis menyajikan dalam bentuk uraian dan disajikan dengan permasalahan yang meliputi elemen-elemen dari Minor

  

Research Question penelitian ini yaitu: disiplin waktu, disiplin belajar dan

  disiplin bertingkah laku. Setelah melakukan analisis terhadap hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen penulis menemukan satu elemen merupakan bagian dari disiplin bertingkah laku. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka didapat data sebagai berikut: a. Disiplin Waktu

  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa yaitu BS dan WM selaku anggota kelas V, maka diperoleh berbagai pernyataan yang terkait dengan pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani terhadap kedisiplinan siswa. Para siswa ini mempunyai berbagai pendapat yang berbeda terkait tiga disiplin yaitu disiplin waktu, disiplin belajar dan disiplin tingkah laku dan juga dalam satu elemen hasil temuan baru yaitu pengendalian diri yang merupakan bagian dari disiplin tingkah laku. Dari segi disiplin waktu sebagai siswa mereka sering terlambat masuk sekolah. WM menjelaskan bahwa penyebab dia sering terlambat ke sekolah adalah karena seringnya nonton tv atau bermain game di ipad sampai larut malam, dia menerangkan bahwa pada malam hari ia suka menonton film action yang jam tayangnya lebih dari jam 9 malam. Sebagaimana pernyataannya dalam wawancara sebagai berikut:

  “Iya sering,, pagi-pagi kalau pas mau berangkat sekolah pasti telat karena bangunnya kesiangan dan masih terasa ngantuk, malah terkadang saya tidak sempat sarapan dulu. Walau sebenarnya sudah sering dimarahi oleh Ibu karena enggak lekas bangun- bangun.”

  Berbeda dengan Bagus Susanto, BS menerangkan bahwasanya dia sering terlambat berangkat ke sekolah karena kurang disiplin waktu. Biasanya sebelum berangkat sekolah, dia sarapan dulu dirumah sambil nonton tv. Tak jarang sering membuang waktu berlebih saat mandi pagi. Dia beranggapan bahwa dia suka berangkat ke sekolah dengan waktu yang mepet, dengan alasan dia tidak suka menunggu di sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Sebagaimana pernyataannya dalam hasil wawancara sebagai berikut:

  “saya sudah biasa terburu-buru pada saat berangkat sekolah. Kalau tidak buru-buru bukan saya namanya. Saya sebenarnya pengen berangkat ke sekolah agak awal namun masih saja telat, mungkin sudah biasa kali ya,,.

  ” Sedangkan dalam hal disiplin waktu yang berkaitan dengan keluar masuk kelas mereka berdua sama-sama sering terlambat masuk kelas. Mereka menuturkan bahwasanya saat terjadi pergantian jam pelajaran ataupun jam pelajaran setelah istirahat, mereka terkadang bisa telat sampai 10 menit. Pada saat pergantian jam berlangsung, mereka sering keluar kelas untuk jajan ke kantin dan menghabiskan waktu disana. Ada kalanya juga mereka sering izin ke toilet pada saat pelajaran berlangsung dan itu pun mereka lakukan dengan waktu yang lama. keterlambatannya masuk ke kelas disebabkan karena kurangnya tanggung jawab sebagai siswa yang sedang belajar. Konsekuensi dari pelanggaran adalah hukuman, begitu menurut mereka, ketika mereka terlambat berangkat ke sekolah dan masuk kelas hukumannya adalah melakukan aktivitas fisik seperti push up dan squat jump. Hukuman seperti itu dilakukan 10-20 kali gerakan, dan mereka mengaku jera dengan hukuman yang diberikan, sebagaimana penuturan WM sebagai berikut:

  “Iya,,, Bu guru sering menghukum saya dengan push up, sit up, terkadang juga lari apabila saya suka datang terlambat. Bu guru tidak suka marah-marah, paling saya tinggal menunggu perintah dari Bu guru saya mau disuruh melakukan hukuman yang mana entah push up, squat jump, sit up atau lari. Setelah dihukum saya langsung diperbolehkan masuk kelas. Hukumannya memang tidak berat tapi saat melakukan hukuman ini saya merasa capek. Apalagi saat di suruh lari di halaman sekolah, selain capek saya juga merasa malu karena dilihat Bapak Ibu guru dan adik-adik kelas. Hukuman ini, selain membuat saya jera tapi juga membuat saya menjadi kuat dan sehat, he he,,.” WM mengatakan bahwa hukumannya membuat badan menjadi capek. Hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani ini merupakan hukuman yang sering diterapkan oleh wali kelas lima (V) jika ada siswa yang sering melanggar suatu kedisiplinan seperti terlambat berangkat sekolah. Menurut Wali kelas V mengatakan: “Variasi hukuman ini dilakukan dikarenakan sudah banyak siswa yang sering melanggar peraturan di sekolah terutama siswa di kelas V

  .” Sebagaimana pernyataannya guru wali kelas V dalam wawancara sebagai berikut:

  “Saya mencoba menerapkan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani dikarenakan sudah banyak pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa terutama siswa kelas V. Siswa di kelas lima, kebanyakan dari mereka adalah siswa- siswa yang “bandel”. Mereka kalau dinasehati satu sampai dua kali tidak akan mempan. Di sisi lain, mereka tergolong siswa yang aktif atau suka bergerak dan gemar berolahraga. Maka dari itu saya mempunyai ide untuk menerapkan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani yang selain bertujuan untuk menghindarkan mereka dari pelanggaran tata tertib juga ingin mengembangkan kemampuan ketrampilan fisik mereka.”

  Kedua responden yang merupakan siswa kelas V ini pun sama-sama mengikuti ekstrakurikuler bola voli yang di laksanakan di SD N Kemetul. Waktu pelaksanaan ekstrakurikuler ini dilakukan pada jam 3 sore setiap hari Kamis dan Sabtu. Tidak jauh berbeda dengan hukuman yang diterapkan pada saat jam belajar di sekolah, di ekstrakurikuler bola voli ini diterapkannya pula hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani baik terkait dalam pelanggaran disiplin seperti berangkat ekskul tepat waktu dan hukuman bila mana gagal melakukan teknik dengan baik pada kegiatan bermain bola voli. Bapak NA selaku Guru olahraga SD N Kemetul menerapakan hukuman tersebut mempunyai tujuan agar anak didiknya selain terlatih untuk berdisiplin waktu sejak dini, juga ingin mempersiapkan fisik siswa agar memiliki kebugaran tubuh yang baik. Dengan diterapkannya hukuman tersebut terbukti siswa kelas V yang mengikuti ekskul bola voli di SD N Kemetul memiliki fisik yang bugar dan dapat membawa prestasi di ajang lomba bola voli. Namun para Guru kurang paham bahwa dengan diterapkannya hukuman fisik dalam bentuk bimbingan jasmani memberi dampak buruk pada diri siswa baik secara fisik maupun psikis. Siswa yang pernah dihukum mengatakan bahwa badan mereka merasa capek setelah diberi hukuman tersebut dan secara psikis tertekan karena ada rasa malu dengan teman-temannya serta merasa dendam dengan Guru yang sudah memberikan hukuman tersebut. Alangkah baiknya hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani ini tidak diterapkan pada kegiatan belajar di sekolah agar dalam mendidik siswa terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswanya. Kedua responden berpendapat bahwasanya ada hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani di di kegiatan ekskul bola voli bagi mereka yang terlambat untuk berangkat ekskul tersebut. Lebih lanjut CP menuturkan bahwasanya hukuman berbentuk seperti lari, sit up, push up, dan squat jump. Sebagaimana pernyataannya sebagai berikut:

  “saya biasanya kalau terlambat berangkat ekskul akan dihukum yang biasanya seperti sit up, push up, lari, dan squat jump. Paling sering saya cuma disuruh squat jump sambil lompat sebanyak 20 kali. Setelah melakukan hukuman tersebut saya merasa jera karena merasa capek.”

  Kedua responden lainnya yaitu AD dan MK yang merupakan perwakilan dari siswa kelas V yang menjadi ketua kelas dan wakil ketua kelas V di SD N kemetul. Mereka berdua mempunyai pengalaman yang berbeda yang berkaitan dengan disiplin waktu, dari hasil wawancara penulis dengan AD dia mengatakan bahwa dia selalu tepat waktu untuk berangkat ke sekolah. Dia selalu datang setengah jam sebelum jam pelajaran dimulai. Dia berangkat dengan berjalan kaki, Walaupun jarak antara sekolah dengan rumahnya cukup jauh yaitu berkisar 1 km. Sebagaimana dalam pernyataannya sebagai berikut:

  “Saya kalau berangkat sekolah selalu tepat waktu. Tepat pukul setengah 7 saya pasti sudah sampai di sekolah. Walaupun rumah saya jauh dengan jarak berkisar 1 km lebih dari sekolah, saya bisa berangkat lebih awal. Saya berangkat dengan berjalan kaki bersamaan dengan adik saya yang sekarang duduk di kelas 2. Dengan adanya hukuman yang diterapkan Bu guru sekarang saya harus berangkat lebih awal. Karena saya tidak mau dihukum seperti teman saya yang sering terlambat masuk. Saya merasa malu diliatin teman sekelas bila saya dihukum seperti itu.”

  Lain halnya dengan MK, dia menerangkan bahwa dia jarang sekali terlambat berangkat ke Sekolah. Dia mengatakan bahwa sebagai ketua kelas V, dia harus dapat memberi contoh yang baik kepada teman-teman sekelasnya. Dia juga beranggapan bahwa dia harus bisa bertanggung jawab kepada teman-teman satu kelasnya dan tidak ingin mengecewakan Gurunya. MK menjadi orang pertama yang mensetujui diberlakukannya hukuman tersebut di kelas pada saat musyawarah bersama dalam penentuan tata tertib kelas. Pernyataannya adalah sebagai berikut:

  “Sebagai ketua kelas, saya sependapat dengan Bu guru dengan diberlakukannya hukuman bimbingan jasmani di kelas. Karena hukuman ini dapat bermanfaat memberi efek jera terhadap teman- teman saya yang nakal dan susah diatur.”

  Berkaitan dengan disiplin waktu masuk kelas MK menuturkan bahwasanya dia belum pernah sama sekali terlambat untuk berangkat ke kelas. Karena menurutnya dia tidak mau membuat gurunya marah. MK merasa jengkel bila ada temannya ada yang belum masuk kelas padahal bel masuk sudah hanya sekedar jajan pada saat jam istirahat telah selesai. Namun dengan adanya hukuman bimbingan jasmani ini mereka yang sering telat sudah tidak lagi mengulangi kesalahannya. Ini terlihat dari hasil wawancaranya sebagai berikut:

  “Saya juga tidak pernah terlambat masuk kelas pada saat jam istirahat selesai. Saya tidak mau membuat guru saya marah hanya karena saya telat masuk. Saya senang teman saya sudah mulai disiplin karena ada hukuman bimbingan jasmani ini banyak teman saya yang nakal sudah merasa jera tidak terlambat masuk lagi.”

  b. Disiplin Belajar Dalam hal disiplin belajar semua siswa yang menjadi responden baik dari pengurus kelas V maupun anggota kelas V mempunyai banyak pernyataan yang senada, dalam hal ini penulis mendahulukan penyajian data kedua responden dari perwakilan anggota kelas V, yaitu sebagai berikut: Kedua reponden ini mempunyai persamaan yaitu kadang-kadang mengantuk di kelas, mereka menyebutkan bahwa penyebab rasa kantuk yang meraka rasakan adalah karena seringnya tidur larut malam dan main video game sampai larut malam. Dalam kasus ini mereka sering membawa makanan ke kelas walaupun mereka tahu dan mengerti disiplin kelas yang melarang mereka untuk membawa makanan ke dalam kelas. Mereka mengatakan bahwa makanan yang mereka bawa ke dalam kelas adalah sebagai sarana untuk menghilangkan rasa kantuk yang kadang mereka rasakan di saat pelajaran berlangsung. Bahkan BS menuturkan bahwasanya dia pernah dihukum karena ketahuan sedang makan permen saat guru sedang menerangkan pelajaran, dan BS diberi hukuman oleh guru yang bersangkutan yaitu melakukan squat jump 15 kali di depan kelas. Sebagaimana penuturannya dalam wawancara sebagai berikut:

  “Saya pernah dihukum saat pelajaran berlangsung. Saya dihukum oleh Bu guru melakukan squat jump 15 kali di depan kelas. Waktu itu kesalahannya karena saya makan permen saat pelajaran. Sebenarnya tidak Cuma bawa permen aja, saya juga sering bawa minuman es dan jajanan dari kantin. Saya sering membawa makanan ke dalam kelas.”

  Selanjutnya BS mengaku bahwa merasa jera karena sudah sering diberi hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani namun hal tersebut secara tidak langsung memberi dampak buruk pada psikis BS karena Dia merasa minder dan malu sehingga akan menimbulkan rasa ketakutan yang berlebih. Karena untuk menjadi Guru yang baik bukan karena ditakuti siswa tetapi dihormati oleh siswa. Sebagaimana pernyataan BS sebagai berikut:

  “saya sudah kapok sekarang makan di saat pelajaran. Saya malu saat dihukum dan dilihat teman sekelas saya. Karena sudah sering ketahuan juga sama Bu guru.”

  Lain halnya dengan WM yang mengaku untuk menghilangkan rasa kantuk yang dirasakan saat pelajaran, Dia meminta izin ke kamar mandi untuk mencuci muka dengan durasi waktu yang lama hingga 10 menitan. Dia mengaku tidak sekedar mencuci muka di kamar mandi tetapi juga pergi jajan ke kantin di saat pelajaran berlangsung. Sebagaimana pernyataannya sebagai berikut:

  “Dulu saat pelajaran berlangsung saya sering izin untuk ke kamar mandi namun setelah ke kamar mandi saya pergi ke kantin untuk jajan, he he... Dulu saya pernah ketauan pergi ke kantin saat pelajaran berlangsung dan akhirnya saya diberi hukuman disuruh lagi keliling halaman sekolah sebanyak 5 kali. Semenjak itulah Dalam hal mengerjakan tugas sekolah, yaitu mengerjakan PR kedua responden ini mengaku bahwa mereka pun sering tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh Gurunya. Karena Guru kelas menetapkan disiplin kelas yang termasuk yaitu siswa harus mengerjakan PR di rumah maka bagi siswa yang tidak mengerjakan PR akan dikenakan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Guru kelas V sebagai berikut:

  “Saya mencoba memberi ketegasan kepada mereka siswa kelas v dalam bentuk hukuman bimbingan jasmani terutama siswa yang sering tidak patuh terhadap kedisiplinan kelas. Hal ini saya lakukan karena mengingat siswa kelas V sudah memasuki kelas tinggi maka mereka harus bisa melakukan kedisiplinan yang berguna bagi mereka nantinya dan mereka diharapkan dapat memberi contoh yang baik kepada adik-adik kelasnya, seperti itu.”

  Seperti halnya BS yang sering tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh Gurunya. BS menerangkan alasannya sering tidak mengerjakan PR dikarenakan merasa malas berfikir untuk mengerjakan PRnya. Sebagaimana pernyataan BS dalam wawancara sebagai berikut:

  “Saya sering tidak mengerjakan PR. Paling kalau mengerjakan, pagi-pagi saya mencontoh pekerjaan teman saya. Saya merasa males kalau mengerjakan PR dirumah. Saya males berfikir karena biasanya PRnya susah-susah. Namun semenjak diterapkannya hukuman oleh Bu Guru saya sudah mulai mau mengerjakan PR dirumah walaupun masih masih minta dibantu orang tua.”

  Alasan yang sama disampaikan oleh WM, bahwa dia sering tidak mengerjakan PR karena merasa malas untuk berfikir menyelesaikan tugas sekolah dirumah. Dia beranggapan bahwa lebih baik bermain video game daripada mengerjakan PR. Berikut penuturan WM dalam sebuah wawancara:

  “Saya tidak suka mengerjakan PR dirumah. Saya merasa males berfikir aja. Daripada mengerjakan PR lebih baik main PS, he he.... Tetapi sekarang saya agak mau mengerjakaan PR soalnya sekarang kalau tidak mengerjakan akan dihukum oleh Bu Guru.”

  Berkaitan dengan disiplin belajar ketua kelas dan wakil ketua kelas mempunyai pengalaman yang jauh berbeda, kedua responden ini menerangkan mereka jarang sekali mengantuk di kelas, walaupun pernah mengantuk pada jam-jam akhir pelajaran. AD mengatakan bahwa penyebab dari kantuknya adalah karena pelajaran yang membosankan hanya mendengarkan ceramah dari Gurunya. Berikut pernyataannya dalam sebuah wawancara:

  “Saya sebenarnya jarang sekali mengantuk saat pelajaran. Dulu pernah mengantuk di jam siang karena terlalu lama mendengarkan ceramah dari Bu Guru, tetapi tidak sampai tertidur di kelas.”

  Hampir sama dengan AD, MK menerangkan bahwa penyebabnya adalah metode ceramah yang dipakai guru dalam mengajar yang membuatnya jenuh dan mengantuk. Bahkan MK mengatakan dia juga sering membawa makanan ke dalam kelas, walaupun dia tahu dan mengerti disiplin kelas melarangnya untuk tidak membawa makanan ke dalam kelas. Cara untuk menghilangkan kantuknya kadang MK makan permen atau bercanda dengan teman sebangkunya untuk menghilangkan rasa kantuk si saat pelajaran berlangsung. Berikut pernyataan MK dalam sebuah wawancara:

  “Iya,, saya pernah mengantuk di kelas saat pelajaran, tetapi tidak sampai tertidur. Kadang saya membawa permen ke kelas. Dan saya pernah dimarahi Bu Guru karena saya ngobrol dengan teman sebangku saat Bu Guru menerangkan pelajaran, tetapi tidak sampai dihukum.” Dalam kaitannya dengan disiplin belajar dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yaitu mengerjakan PR, kedua responden ini mempunyai cerita yang menarik untuk diteliti. Yang pertama adalah dari AD, AD mengaku bahwa dia sering mengalami kesulitan untuk mengerjakan PR matematika karena dia kurang paham dalam pelajaran matematika. Siswa ini mengaku bahwa dalam mengerjakan PR khususnya matematika sering meminta bantuan kepada teman sekelas atau pun orang tuanya. Cara yang digunakan supaya dapat mengerjakan PRnya, dia membentuk kelompok belajar dengan teman sekelasnya yang dilakukan sepulang sekolah. Bahkan dia juga mengikuti les matematika yang ada di Desa Kenteng. Sebagaimana pernyataanya sebagai berikut:

  “Saya selalu mengerjakan PR. Tapi jika ada PR matematika, saya kadang mengalami kesulitan untuk mengerjakannya. Namun saya mempunyai cara agar bisa mengerjakannya yaitu saya ikut kelompok belajar sepulang sekolah dan ikut les matematika di Desa Kenteng. Lesnya setiap hari selasa, kamis, dan sabtu, pada jam 2.”

  Sedangkan menurut MK, dia mengatakan bahwa dia selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh Guru dan bisa mengerjakan PRnya sendiri. Sebagaimana pernyataanya sebagai berikut:

  “Iya.., Saya selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh Bu Guru.

PRnya saya kerjakan sendiri di rumah dan terkadang kalau tidak bisa saya bertanya pada Ibu saya karena Ibu saya seorang Guru.”

  c. Disiplin Bertingkah Laku Dalam penyajian datanya, disiplin bertingkah laku berkaitan dengan hubungannya atau interaksi dengan orang lain di sekolah. Dalam hal yang berhubungan dengan disiplin tingkah laku sebagai anggota kelas V, BS dan merupakan siswa yang nakal dan sering mengganggu adik kelas ataupun teman sekelas. BS mengatakan bahwa ada banyak adik kelas yang membenci dia, hal ini disebabkan karena BS sering mengganggu adik kelas yakni seperti berkelahi dengan adik kelas dan bertindak sewenang-wenang dengan adik kelas ataupun teman sekelas. Di lingkup sekolah kedua responden ini sering bermain bersama.

  Sama halnya dengan WM, dia menerangkan bahwa banyak juga adik kelas yang membenci dia, khususnya adik kelas di kelas IV, WM sering mendatangi adik kelas unutk sekedar bertindak sewenang-wenang seperti meminta uang dan mengajak berkelahi. Hubungan kedua responden ini dengan teman sekelas juga tidak baik, mereka sering bertindak sewenang-wenang seperti meminta paksa perlengkapan alat tulis temannya dan mengganggu temannya yang sedang belajar. Hubungan kedua responden ini dengan guru juga kurang baik pula, ini terlihat dari kedekatan mereka yang hanya kepada wali kelasnya saja, dan memang sudah menjadi tanggung jawab seorang wali kelas untuk bisa menjadi Pendidik bagi anak-anak kelasnya, dan kedua responden ini sama-sama sering memperoleh hukuman dari wali kelasnya. Dari hasil pernyataan wawancara mereka mengaku sama-sama merasa kapok namun secara tersirat BS dan WM menyimpan rasa dendam kepada Gurunya karena sering diberi hukuman dan dipermalukan didepan teman-temannya. Sebagaimana pernyataan dari BS sebagai berikut:

  “Hubungan saya dulu dengan teman sekelas dan adik kelas kurang baik. Dulu sayang sering berkelahi dengan adik kelas dan dengan kelas enam pun juga pernah. Karena dulu saya sering mengganggu mereka bersamaan dengan WM, dan saya orangnya mau menang sendiri. Namun sekarang karena saya sering dihukum dan dipermalukan oleh Bu guru saya sekarang sudah tidak berani macam-macam dengan adik kelas. Biasanya kalau ketauan berkelahi saya akan dihukum squat jump 20 kali di tengah halaman sekolah. Dulu waktu pertama kali dihukum saya merasa dendam Sedangkan menurut WM dalam sebuah wawancara dengannya, dia mengatakan sebagai berikut: “Hubungan saya dengan adik kelas juga tidak baik. Dulu saya suka ngompasi mereka dan sering ngajak berantem. Dulu saya sering ngompasi anak kelas empat. Teman sekelas juga sering saya ganggu. Saya ganggunya seperti meminta tipe x secara paksa dan menggangu teman saya yang lagi nulis. Saya sering dihukum oleh Bu Guru karena ketauan ngompasi adik kelas. Saya dihukum lari keliling halaman sekolah sepuluh kali. Saya sekarang kapok dan sudah tidak ngompasi adik kelas lagi.”

  Dalam hal yang berhubungan dengan disiplin tingkah laku responden yang merupakan wakil ketua kelas yaitu AD dan MK sebagai ketua kelas V. AD mengatakan, dia sering mengadakan kegiatan belajar kelompok yang merupakan inisiatif dari diri sendiri dan teman-teman atas saran dari wali kelas, ini menunjukkan bahwasanya mereka mempunyai pergaulan yang positif dengan teman-teman mereka, dan mereka pun mempunyai persamaan dalam pernyataan mereka yang berkaitan dengan hubungan baik mereka dengan teman-teman mereka, MK menerangkan bahwasanya dia sebagai ketua kelas harus dapat mengenal baik dengan semua teman-temannya dalam satu kelas dan harus memberi contoh yang baik. Hubungan mereka dengan Guru-guru pun juga baik, ini terlihat dari pernyataan MK mengatakan dia dekat dengan wali kelas karena wali kelas sering meminta bantuan kepada saya. Sedangkan berkaitan dengan hubungan mereka dengan adik kelas, mereka mempunyai pernyataan yang berbeda satu sama lain. AD mengatakan bahwa dia banyak mengenal adik kelas karena menurutnya dia adalah orang yang gampang bergaul dengan orang lain, lain halnya dengan MK, dia mengatakan bahwa dia sedikit kurang bisa bergaul dengan adik kelas. Hal ini juga dapat terlihat MK yang tidak suka mengikuti belajar kelompok dengan teman-temannya. Sebagaimana pernyataan MK sebagai berikut:

  “Iya.., Saya punya hubungan baik dengan teman sekelas. Karena saya menjadi ketua kelas maka saya harus kenal dengan semua teman sekelas saya dan saya harus memberi contoh yang baik untuk teman sekelas saya. Hubungan saya dengan wali kelas juga baik. Saya sering diminta bantuan oleh Bu Guru. Saya sering membantu mengambil kapur di kantor dan saya sering dipercaya membagi buku- buku pelajaran kepada teman sekelas saya.”

  

C. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Pengaruh Hukuman Dalam Bentuk

Bimbingan Jasmani Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas V di SD Negeri

Kemetul

  Pada penelitian ini diperoleh fakta bahwa pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani terhadap kedisiplinan siswa memberi hasil yang bervariasi diantara para siswa. Faktor kelas pun turut serta dalam pengaruh pemberian hukuman, faktanya adalah siswa yang sudah menduduki kelas tinggi lebih banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran berat seperti makan di saat pelajaran berlangsung, berkelahi, dan kabur di saat jam pelajaran berlangsung. Untuk lebih jelasnya fakta ini terlihat dari tabel Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Siswa Kelas V tahun ajaran 2014-2015 yang ditunjukkan dalam lampiran. Faktor kelas memang berperan besar dalam pelanggaran yang dilakukan para siswa, karena seorang siswa yang menduduki kelas tinggi mempunyai peluang untuk bertindak sewenang-wenang dengan adik-adik kelasnya. Juga siswa di kelas tinggi berpotensi untuk melanggar suatu disiplin karena sudah pintar untuk beralasan. Sikap disiplin harus dimiliki setiap siswa dan ditumbuhkan dari hatinya untuk dapat bersikap disiplin. Berkaitan dengan pemberian hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani inilah yang ingin mendidik dan menyadarkan peserta didik dalam pentingnya untuk memiliki sikap disiplin di sekolah. Namun disisi lain Guru tidak atau belum paham dampak buruk yang ditimbulkan dengan diterapkannya hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani, seperti: timbul rasa dendam pada diri siswa setelah diberikan hukuman tersebut, timbul rasa malu pada diri siswa karena dipermalukan didepan teman-temannya, siswa merasa capek setelah diberi hukuman tersebut, siswa merasa tertekan ketakutan jika Guru memberi hukuman, dan rasa traumatik tertentu yang siswa pernah alami. Di sini Seorang Guru dituntut untuk memberikan kenyamanan kepada siswa bukan malah memberi ketakutan kepada siswa.

  1. Pengaruh Hukuman Dalam Bentuk Bimbingan Jasmani Terhadap Disiplin Waktu Pernyataan yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam kepada semua responden yang berhubungan dengan disiplin waktu, semua responden mengatakan bahwa sebagian dari mereka pernah terlambat berangkat ke kelas, hal yang menyebabkannya pun berbeda dari semua responden, sebagian dari mereka mengatakan bahwa yang menyebabkan keterlambatan mereka adalah karena tidur larut malam, terlalu asik bermain video game, dan menonton tv larut malam.

  Hukuman bimbingan jasmani yang diberikan di kelas maupun di luar kelas oleh guru yang bersangkutan memang dapat membuat siswa merasa jera untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Akan tetapi Guru tidak mengetahui dampak buruk dibelakang yang dialami siswa akibat pemberian hukuman fisik yang berbentuk bimbingan jasmani tersebut. Dan hukuman fisik dalam bentuk apapun sangat dilarang untuk diberikan kepada peserta didik karena hukuman fisik ini akan melanggar hukum. Sesuai isi pada UU No.35 tahun 2014 Pasal 9 ayat 1a

  

yang berisi: Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan

dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga

kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.

  Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh salah satu responden yang merupakan salah satu siswa kelas V yang mengatakan bahwa hukuman berupa lari cukup membuatnya jera untuk tidak akan terlambat lagi masuk ke kelas namun sudah termasuk kedaalam kekerasan fisik. Lebih lanjut lagi salah satu responden yang merupakan kepala sekolah SD N Kemetul yaitu SS mengatakan bahwasanya faktor yang paling berpengaruh dalam mendisiplinkan waktu siswa adalah yang berwenang dalam menegakkan disiplin tersebut, dalam hal ini yaitu wali kelasnya, sebagaimana beliau mengatakan:

  “Faktor yang paling berpengaruh dan yang mempunyai wewenang untuk menegakkan disiplin siswa di kelas adalah wali kelas tersebut, wali kelas mempunyai tanggung jawab besar terhadap kedisiplinan siswanya. Wali kelas mempunyai wewenang terhadap hukuman apa yang pantas untuk diberikan kepada siswa di kelasnya yang melanggar tata tertib kelas.”

  Hal ini terkait dari kebijakan sekolah yang mempercayakan wali kelas untuk merumuskan sendiri hukuman apa yang akan mereka berikan kepada siswanya dikelas yang melanggar tata tertib kelas. Dalam pemberian hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani oleh Guru sebaiknya segera dihentikan karena seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa hukuman fisik dalam bentuk apapun sangat menyalahi aturan dan memberi dampak buruk terhadap diri siswa baik secara fisik maupun psikis. Sebaiknya didalam mendisiplinkan siswa yang nakal atau sering melanggar tata tertib diberikan nasehat dan melakukan bimbingan antar individu secara intens. Semua itu bertujuan agar nantinya tidak ada dewan guru yang memberikan hukuman non-prosuderal kepada para siswa.

  2. Pengaruh Hukuman Dalam Bentuk Bimbingan Jasmani Terhadap Disiplin Belajar

  Berkaitan dengan disiplin belajar semua responden mengatakan berlangsung, penyebabnya adalah ada beberapa responden yang sering tidur larut malam. Terlebih lagi karena metode pembelajaran yang dipakai oleh guru yang mengajar menggunakan metode ceramah yang kadang bisa membuat siswa mengantuk dan jenuh di kelas. Beberapa dari mereka juga mengaku pernah membawa makanan ke dalam kelas dan makan di saat pembelajaran berlangsung, dengan tujuan agar mereka tidak merasa mengantuk di saat pembelajaran, tetapi bagi mereka yang ketahuan makan saat belajar akan diberi hukuman, berikut salah satu pernyaataan responden yang mengatakan bahwa dia pernah di hukum melakukan squat jump di depan kelas karena ketahuan makan di saat pembelajaran berlangsung, karena merasa malu di beri hukuman tersebut membuatnya merasa jera untuk melakukan kembali pelanggaran tersebut. Tetapi adanya rasa malu tersebut hanya akan menimbulkan rasa dendam pada diri siswa kepada Guru yang memberikan hukuman kepadanya karena merasa sudah dipermalukan didepan teman-temannya. Bahkan ketika pembelajaran berlangsung beberapa dari mereka mengisi kejenuhannya dengan bercanda dengan teman sebangku, menggangu teman lain yang sedang belajar, dan mengobrol.

  Berkaitan dengan disiplin mengerjakan tugas-tugas sekolah yaitu mengerjakan PR beberapa responden mengatakan bahwa sering tidak mengerjakan PR. Sebagai ganjarannya mereka mendapat hukuman bimbingan jasmani dan bahwasanya hukuman yang diberikan oleh guru dapat membuat mereka jera. Salah satu responden mengatakan bahwa setelah dia dihukum lari dihalaman sekolah membuat dia jera dan capek karena sudah tidak mengerjakan PRnya. Hal seperti inilah yang sebaiknya diperhatikan oleh Guru yang memberikan hukuman bahwa ada dampak lain yang dialami oleh siswa yang menerima hukuman dalam hal ini siswa merasa capek badannya yang nantinya berakibat menurunnya semangat belajar siswa. Sesuai pendapat pendapat Russel

  

(Marlina, 2009:34) mengatakan Hukuman fisik yang ringan memang tidak begitu

berbahaya, tapi tetap saja tidak ada gunanya, dalam pendidikan. Hukuman seperti

itu baru efektif kalau bisa menyadarkan si anak. Sementara hukuman fisik seperti

itu tidak bisa membuat jera dan hanya akan menyakiti fisik siswa.

  Salah satu responden yang menjadi ketua kelas mengatakan bahwasanya dia sebagai ketua kelas harus memberi contoh yang baik kepada teman sekelasnya dalam hal ini dia belum pernah dihukum hanya karena belum mengerjakan PR. Berkaitan dengan kebijakan wali kelas dalam mendisiplinkan belajar siswa, bahwa akan ada hukuman bagi siswa yang tidak mengerjakan PR. Sesuai dengan penuturan SS sebagai berikut:

  “ Saya memberi kebijakan bahwa bagi siswa yang tidak mengerjakan PR akan dikenakan hukuman bimbingan jasmani sebagaimana hasil kesepakatan bersama dengan semua siswa kelas V sebelumnya. Hal ini saya lakukan supaya kedisiplinan siswa dalam belajar bisa terlaksana. Dan buktinya sekarang seluruh siswa kelas V bisa mematuhi peraturan tersebut.”

  3. Pengaruh Hukuman Dalam Bentuk Bimbingan Jasmani Terhadap Disiplin Bertingkah laku

  Sebagaimana telah diterangkan di atas dalam penyajian data, dalam interpretasi datanya pun penulis menjelaskan hubungan siswa dengan orang lain di lingkungan sekolah yang menjadi indikator dasar dari disiplin bertingkah laku. Interpretasi datanya adalah sebagai berikut:

  Berdasarkan dari hasil wawancara mendalam dengan para responden yang merupakan siswa kelas V diketahui bahwasanya ada beberapa yang dapat bergaul dengan baik dan ada pula yang bergaul tidak baik. Beberapa responden dapat bergaul dengan baik seperti melakukan belajar kelompok seperti AD yang melakukannya atas inisiatif diri sendiri dan ketua kelas V yang dapat menjalin hubungan pertemanannya dengan semua anggota siswa kelas V. Dan mereka juga dapat menjalin hubungan dengan baik pula dengan Gurunya seperti membawakan buku guru ke dalam kelas dan sekedar mau untuk mengambilkan kapur dari kantor. Tetapi juga ada beberapa yang bertingkah laku kurang baik dengan sesama teman sekelas dan adik kelanya. Mereka bertingkah tidak baik dengan peralatan belajar teman, berkelahi dengan adik kelas, dan bertindak sewenang- wenang dengan adik kelas. Siswa yang sering berperilaku tidak baik akan dikenakan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani agar siswa tidak terus- terusan melanggar berbagai macam disiplin bertingkah laku di sekolah. Mereka beranggapan bahwa merasa dendam kepada Gurunya karena sudah dipermalukan didepan siswa lain. Hal seperti inilah yang menjadi tugas seorang Guru untuk mampu melakukan intropeksi diri bahwa hukuman yang diberikannya merupakan hal yang tidak sepantasnya dilakukan.

  Dalam pelaksanaan pemberian hukuman oleh SP sudah sesuai dengan tahapan pemberian hukuman menurut Ibnu Jama’ah (2008) yaitu:

  1. Melarang perbuatan itu didepan siswa yang melakukan kesalahan tanpa menyebutkan namanya.

  2. Jika anak tidak menghentikan, guru dapat melarangnya dengan cara memberikan isyarat.

  3. Jika anak tidak juga menghentikannya, guru dapat melarangnya secara tegas.

  4. Jika anak tidak kunjung menghentikannya, guru dapat memberikan hukuman.

  Dalam prinsip-prinsip pemberian hukuman, SP sudah sesuai dengan prinsip- prinsip pemberian hukuman menurut Al Fikri (2002:7) yaitu:

  1. Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman.

  2. Hukuman sudah disepakati bersama.

  3. Menghukum tanpa emosi. Pemberian hukuman kepada siswa Kelas V di SD N kemetul sebenarnya sudah sesuai dengan prosedur. Segala tindakan pemberian hukuman oleh Guru kelas V kepada peserta didik belum sesuai dengan landasan teori yang ada. Di dalam langkah-langkah pemberian hukuman menurut Amir Danien Indrakusuma (2003:15), Guru SP belum memenuhi syarat, seperti : a.

  Pemberi hukuman belum dalam jalinan cinta kasih sayang. SP secara tidak sadar sudah menyakiti hati anak, memberikan rasa dendam, dan sebagainya.

  b.

Pemberian hukuman belum menimbulkan kesan pada hati anak

  Pemberian hukuman oleh SP menimbulkan kesan yang negatif terhadap anak. Misalnya saja menyebabkan rasa malu pada diri anak, rasa rendah diri dan sebagainya.

  Kekerasan yang terjadi pada siswa di sekolah dapat mengakibatkan berbagai akibat yang diterima oleh siswa menurut Wiyani (2012:27) yaitu: a. Pada fisik : kekerasan secara fisik mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan seperti memar,luka-luka, dll.

  b. Pada psikologis : trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam,menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif, serta daya tahan (mental) siswa, menurunnya rasa percaya diri, inferior,stress, depresi dsb. Dalam jangka panjang, dampak ini bisa terlihat dari penurunan prestasi, perubahan perilaku yang menetap.

  c. Sosial : siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada penanggulangan, bisa saja menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena takut, merasa terancam dan merasa tidak bahagia berada diantarateman-temannya. Mereka juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan sesama teman. Bisajadi mereka jadi sulit mempercayai oranglain, dan semakin menutup diri dari pergaulan.

Tabel 4.1 Hasil Penelitian Tentang Pengaruh Hukuman Dalam Bentuk Bimbingan

  

Jasmani Terhadap Kedisiplinan Siswa di SD Negeri Kemetul

  NO NAMA PELANGGARAN HUKUMAN PERILAKU . SISWA

  SISWA PASCA HUKUMAN

  1. BS Terlambat berangkat ke Melakukkan Jera sekolah push up sebanyak 5 kali

  Terlambat masuk kelas Lari memutar Jera halaman sekolah sebanyak 3 kali

  Keluar kelas pada saat Lari memutar Jera Pembelajaran halaman sekolah sebanyak 5 kali Tidak mengerjakan PR Melakukan Jera di

  squat jump

  depan kelas sebanyak 10 kali Berkelahi di sekolah Lari memutar Jera halaman sekolah sebanyak 10 kali

  2. WM Terlambat berangkat ke Melakukan Jera sekolah

  squat jump

  sebanyak 5 kali Tidur di kelas Melakukan push Jera

  up sebanyak 5

  kali Makan di saat Melakukan Jera Pembelajaran squat jump sebanyak 15 kali Tidak mengerjakan PR Tidak ada Jera Berkelahi di sekolah Melakukan Jera

  squat jump

  sebanyak 20 kali di halaman sekolah

  3. AD Mengantuk di kelas Tidak ada Jera

  4. MK Mengantuk di kelas Tidak ada Jera Mengobrol di saat Di tegur Jera Pembelajaran

  Sumber: Hasil wawancara (diolah)

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Use of Audio-Visual Aids in Enhancing Students’ Speaking Motivation in EFL Speaking Classes

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Vocabulary Teaching Techniques Used by English Teachers to Teach Seventh Grade Students at SMPN 6 Salatiga

0 1 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Attributions on Students’ Speaking Fluency Problems in An EFL Speaking Classroom

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: EFL Teacher’s Strategies in Accommodating Students’ Needs with Various Learning Styles

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tongkonan Sangulele sebagai Solidaritas Kekristenan Tana Toraja

0 1 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Smailing Tour Bali dalam Memasarkan Pariwisata Bali untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Bali

0 1 18

PERUBAHAN POLA KOMUNIKASI JEMAAT GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) DITINJAU DARI PERSPEKTIF INTERAKSI SOSIAL Oleh: Berma Arpinando Sembiring 712013099 TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perubahan Pola Komunikasi J

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Hukuman dalam Bentuk Bimbingan Jasmani terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa Kelas V di SD N Kemetul

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Hukuman dalam Bentuk Bimbingan Jasmani terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa Kelas V di SD N Kemetul

0 0 22

34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Hukuman dalam Bentuk Bimbingan Jasmani terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa Kelas V di SD N Kemetul

0 0 7