HUBUNGAN LUAR NEGERI FIJI Hubungan Dan K

HUBUNGAN LUAR NEGERI FIJI(Hubungan Dan Kerjasama Bilateral Negara Fiji)

A. Politik
Hubungan diplomatik RI-Fiji dibuka pada tahun 1974 dengan penandatangan
“Memorandum of Understanding” oleh Dubes RI dan Komisaris Tinggi Fiji di
Wellington, Selandia Baru. Hubungan tersebut diselenggarakan pada tingkat Kedutaan
Besar dengan perangkapan.
Pada Agustus 2002, KBRI-Suva resmi dibuka dengan tujuan untuk meningkatkan
hubungan bilateral kedua negara. Keberadaan KBRI Suva telah membuka kesempatan
untuk berdialog secara teratur dengan jajaran pemerintah, parlemen, politisi, LSM, media
dan kelompok Gereja, khususnya menyangkut keutuhan wilayah NKRI, termasuk
pelaksanaan UU Otsus untuk Papua. Hal ini dilakukan untuk menangkis kegiatankegiatan OPM yang berusaha mempengaruhi negara-negara Pasifik Selatan. Kerjasama
RI-Fiji yang positif dapat dilihat dari kebijaksanaan Fiji yang selalu mendukung keutuhan
wilayah NKRI dan tidak mendukung upaya-upaya ke arah kemerdekaan dan pemisahan
Papua dari wilayah Indonesia.
Dukungan Fiji atas keutuhan wilayah NKRI disampaikan oleh Presiden Fiji pada
saat penyerahan surat kepercayaan Dubes RI. Hal yang sama ditegaskan kembali oleh
Menlu Kaliopate Tavola ketika bertemu dengan Menlu RI di Bali, April 2003.
Sebagai sesama negara berkembang dan bagian dari kawasan Pasifik, Indonesia
dan Fiji telah menjalin kerjasama dalam memperjuangkan kepentingan bersama di
berbagai forum PBB dan non-PBB. Kesatuan-pandangan dalam berbagai isu, seperti

prinsip negara kepulauan, anti-nuklir dan perhatian terhadap masalah perubahan cuaca
merupakan pilar hubungan bilateral selama ini. Fiji juga telah memberikan dukungannya
terhadap pencalonan Indonesia di badan-badan PBB, seperti IMO, ECOSOC, World
Tourism Organisation, UPU, ICAO, dll.
B. Ekonomi
Sejak dibukanya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Suva pada 2002
telah terbuka peluang baik untuk meningkatkan hubungan tidak saja dibidang politik
tetapi juga di bidang ekonomi dan perdagangan antara kedua negara.
C. Bidang Perdagangan
Fiji memiliki potensi pasar yang cukup besar bagi produk-produk Indonesia, karena:

a. Fiji dapat dimanfaatkan sebagai jembatan bagi masuknya barang-barang ekspor
Indonesia ke Kawasan Pasifik mengingat posisi strategis Fiji di Pasifik Selatan
dan satu-satunya negara di wilayah ini yang mempunyai pelabuhan samudera
dengan kapasitas memadai. Tidak tertutup kemungkinan di masa yang akan
datang Fiji akan menjadi semacam “Singapura” di Pasifik Selatan.
b. Produk-produk Fiji yang tidak terlalu beragam membuka peluang bagi produsen
Indonesia memasarkan produknya di Fiji. Berbagai produk Indonesia yang sudah
memasuki pasaran Fiji dan diminati antara lain adalah produk kertas, serat tekstil,
alat-alat listrik, alat-alat elektronik rumah tangga, furniture, gift dan craft,

pakaian, makanan ringan, kopi, kebutuhan sehari-hari, produk plastik, shampoo,
sabun mandi, detergen, produk-produk kimiawi, dan alat-alat hasil manufaktur
(seperti : Mobil Kijang, karoseri bus dari Nissan dan alat-alat pertanian).
c. Tingkat pendapatan perkapita yang besar juga didukung oleh tingkat konsumsi
yang sangat tinggi. Semenjak dulu, rakyat Fiji telah terbiasa dengan produk impor
dari Australia dan Selandia Baru, sehingga sedikit sekali kebutuhan sehari-hari
yang diproduksi di dalam negeri. Situasi ini menjadi peluang bagi produk
Indonesia, karena Indonesia memproduksi kebutuhan sehari-hari yang sangat
beragam dengan harga yang kompetitif di banding produk Australia dan Selandia
Baru.
d. Dominasi pengusaha etnis India atas perekonomian Fiji harus dimanfaatkan oleh
pengusaha Indonesia keturunan India dengan memanfaatkan kedekatan budaya
dan latar belakang untuk menjalin hubungan dagang lebih mendalam lagi. Hal ini
dalam skala menengah telah dilakukan oleh beberapa pengusaha Fiji keturunan
India yang memiliki kontak-kontak dagang dengan trader atau produsen Indonesia
keturunan India. Peningkatan kontak dagang tersebut dimaksudkan untuk
memotong jalur pengusaha Fiji melakukan ikatan dagang dengan pengusaha India
di Malaysia ataupun di Asia Selatan. Dalam hal ini, Indonesia memiliki
keuntungan geografis, karena memiliki jarak lebih dekat dengan Fiji, di banding
ke Malaysia atau India.

e. Pasar bebas Pasifik atau “Pacific Islands Countries Agreement” (PICTA), yang
direncanakan akan berjalan secara penuh pada 2012 dan diikuti oleh negaranegara anggota Pacific Islands Forum (PIF), kecuali Australia dan Selandia Baru,
membuka peluang bagi peningkatan ekspor Indonesia ke wilayah Pasifik.
Penghapusan hambatan tariff melalui PICTA akan menyebabkan harga produk
Indonesia yang masuk melalui Fiji, akan relatif sama di seluruh negara Pasifik.

f. Total angka perdagangan Indonesia-Fiji dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan, dengan surplus yang cukup besar bagi Indonesia. Berdasarkan data
statistik perdagangan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), total
angka perdagangan Indonesia-Fiji selama tiga tahun terakhir menunjukkan
peningkatan, dengan surplus dinikmati oleh Indonesia. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) yang diolah Departemen Perdagangan RI, tahun 2006 total
ekspor Indonesia ke Fiji sebesar US$ 18.63 juta, yang keseluruhannya berasal dari
sektor non-migas. Tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi US$ 18,74 juta,
kemudian pada tahun 2008 US$ 23,23 juta.
g. Sementara total impor Indonesia dari Fiji pada tahun 2006 sebesar US$ 10.700,kemudian pada tahun 2007 sebesar US$ 11.700,- dan selanjutnya pada tahun 2008
sebesar US$ 160.600,-. Sebagai catatan, angka ini hanya mencakup ekspor
langsung Indonesia-Fiji, dan tidak termasuk perdagangan melalui negara ketiga.
h. Sejak 2006, KBRI Suva telah mendatangkan para pengusaha Fiji ke PPE. Pada
tahun 2006, tercatat 16 pengusaha (10 diantaranya dari Cook Islands) menghadiri

PPE dengan transaksi sebesar US$ 45.000. Tahun berikutnya, tercatat 17
pengusaha Fiji dengan transaksi mencapai US$ 286.460. Pada penyelenggaraan
PPE tahun 2008, KBRI Suva mencatat 18 pengusaha Fiji dan melakukan transaksi
sekitar US$ 772.563,-. Sementara pada tahun 2009, tercatat 20 pengusaha Fiji
menghadiri PPE dengan transaksi sebesar US$ 244.098.
i. Kendala peningkatan perdagangan Indonesia-Fiji terletak pada pasar Fiji yang
relatif kecil dan jarak yang jauh, sehingga produsen memilih lewat pihak ketiga di
Singapura atau Australia guna mengurangi risiko kerugian.
j. Kendala lainnya adalah pesaingan produk asal India, China, Thailand dan
Malaysia. Ikatan tradisional antara pengusaha Fiji yang mayoritas etnik India
dengan tanah leluhurnya ikut mendukung. Sementara produk China dikenal
harganya lebih murah.
D. Bidang Investasi
a. Fiji belum dapat dijadikan negara sumber PMA untuk Indonesia, karena Fiji
sendiri sedang berusaha menarik investor asing. Fiji Islands Trade and Investment
Bureau (FTIB) berencana untuk mengadakan Misi Investasi ke Indonesia, dengan
fokus pada joint ventures di berbagai sektor sesuai dengan potensi kekayaan
alamnya, yaitu : tourism (hotel development and ancillary services);
manufacturing/assembly (white goods, electronic goods, plastic products,
processed food stuffs); processed fish, fish products dan seafood; agro processing.


E. Bidang Pariwisata
a. Sebagai salah satu tujuan wisata di dunia, sektor pariwisata Fiji menyumbang
pendapatan nasional secara signifikan. Namun demikian, Fiji masih
mengandalkan impor barang-barang pendukung industri pariwisata, misalnya:
hiasan interior hotel, furnitur, dll. Hal ini merupakan peluang yang cukup besar
bagi produk-produk Indonesia. Banyak hotel dan resor di Fiji yang mendatangkan
furnitur dari Indonesia.
b. MoU Kerjasama Pariwisata antara Indonesia – Fiji ditandatangani 11 April 2006.
F. Bidang Penerangan dan Sosial Budaya
Sejauh ini hubungan bilateral RI-Fiji di bidang pers belum dikukuhkan dalam
bentuk MoU. Berita-berita mengenai Indonesia yang dimuat di media cetak Fiji,
kebanyakan mengenai “human interests” seperti, bencana alam, wabah flu burung,
perkembangan pengadilan kasus penyelundupan narkotika oleh warga negara Australia,
dll, yang hampir sepenuhnya dikutip dari kantor-kantor berita internasional. Berita di
bidang politik, khususnya terkait dengan masalah Papua juga menjadi perhatian harian di
Fiji. Namun menurut pengamatan KBRI, berita-berita mengenai Papua semakin
berkurang baik dari segi frekuensi maupun bobot pemberitaannya.
Kerjasama bilateral di bidang pers RI-Fiji sejauh ini hanya sebatas pada program
kunjungan jurnalis. Beberapa wartawan dan kalangan media Fiji yang pernah berkunjung

ke Indonesia, di antaranya adalah pada 2005 yaitu Mesake Koroi (General Manager Fiji
Daily Post), Maikeli Seru Vesikula (News Editor Fiji Daily Post) sebagai peserta
Journalist Visit Program (JVP) 2006, Amelia Vunileba (wartawan Fiji Times) yang
mengikuti JVP 2007 dan Cheerianne Wilson, wartawan Fiji Sun yang mengikuti JVP
2008.
Pada 2008, Netani Rika, Editor The Fiji Times, membatalkan partisipasinya pada
the 3rd Global Intermedia Dialogue yang diselenggarakan di Bali, 6-8 Mei 2008, karena
diminta untuk mengisi jabatan publisher yang kosong menyusul pendeportasian Evan
Hannah.
Hubungan baik KBRI Suva dengan kalangan pers ditunjukkan melalui dimuatnya
berita mengenai berbagai kegiatan KBRI Suva, baik di media cetak maupun media
elektronik (radio dan televisi).

Di bidang sosial budaya, hubungan kerjasama RI-Fiji dikembangkan melalui
pemberian beasiswa dalam bidang sosial budaya dari Pemri kepada Pemerintah Fiji setiap
tahunnya, yaitu antara lain:
a. Program Darmasiswa untuk mempelajari Bahasa Indonesia dan Seni Budaya
Indonesi selama 6 bulan hingga 1 tahun.
b. Program Beasiswa Pasca Sarjana Kemitraan Negara Berkembang
c. Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia.

G. Pertahanan dan Keamanan
a. Fiji merupakan negara dengan jumlah militer yang kecil, sekitar 3500 pasukan.
Walaupun merupakan negara maritim, namun penekanan terletak pada matra
darat. Kekuatan juga lebih ditekankan pada personel, katimbang pada peralatan
dan persenjataan. Personel militer (dan kepolisian) Fiji cukup terkenal dalam
penugasan mereka di Timur Tengah dan daerah konflik lain di bawah PBB, berkat
disiplin yang tinggi dan profesionalisme yang andal. Mereka juga menjadi sumber
perolehan devisa bagi Fiji dengan pengiriman remitensi berjuta-juta dollar kepada
sanak keluarganya di Fiji.
b. Kepala Fiji Police Force (FPF), Komodor Esala Teleni, yang seorang perwira AL
dan pernah menjabat sebagai Wakil Panglima AB Fiji, mengambil prakarsa untuk
melakukan kunjungan ke Indonesia 17-20 September 2008 sepulangnya dari
India. Ia diterima oleh Kapolri dan berkunjungan ke JCLEC dan Akademi
Kepolisian di Semarang. FPF sangat berminat untuk mengadakan (lagi) kerjasama
di bidang pendidikan, dan hal-hal yang terkait dengan penanggulangan terorisme
dan kejahatan transnasional.
c. Di bidang money laundering, pada 10 Juli 2009 telah dilakukan MoU kerjasama

anti pencucian uang antara PPATK dengan Fiji Financial Intelligence Unit di selasela the 12th Annual Meeting of the Asia Pacific Group on Money Laundering, di
Brisbane, Australia. Penandatanganan MoU ini merupakan yang pertama bagi Fiji

dan akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan negara-negara anggota
Egmont Group lainnya.