BAB I PENDAHULUAN - BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa setiap
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus
menyusun kurikulum dengan mengacu kepada Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan, serta berpedoman pada panduan penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Dengan terbitnya beberapa Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional yang berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP), maka
pengembangan kurikulum harus pula mengacu pada 8 SNP yaitu Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Pengelolaan,
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, yang

berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik.
KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah
dan komite sekolah. Dokumen KTSP terdiri atas dokumen I dan dokumen II.
Dokumen I meliputi komponen KTSP yaitu tujuan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum, serta kalender pendidikan, dan dokumen II
meliputi silabus seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, untuk semua
tingkat kelas. Sebelum mengembangkan KTSP, sekolah perlu melakukan analisis
konteks yang meliputi analisis SNP, analisis kondisi yang ada di satuan
pendidikan, dan analisis kondisi lingkungan eksternal satuan pendidikan.
Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia nomor 22, 23, dan 24, maka SMA Negeri 1 Bangsri, menindak lanjuti
dengan menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan mengacu pada

1

standar isi dan standar kompetensi lulusan serta pedoman penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang dikeluarkan oleh BNSP.

Pendidikan

Nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan

dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Bangsri keberhasilannya
dapat dicapai bila kegiatan pembelajaran mampu membentuk pola tingkah laku
peserta didik sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan serta dapat dievaluasi

melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajaran
efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang baik dan terencana serta terarah
agar dapat memenuhi :
1. Kegiatan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
2. Kesiapan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia global yang
kompetitif.
3. Kebutuhan masyarakat dan dunia usaha.
Lokasi SMA Negeri 1 Bangsri yang berada di pinggiran kota dan dekat dengan
pantai Jepara dirasa perlu mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
yang mampu mengadopsi serta mengembangkan potensi yang terdapat di
wilayahnya.
Implementasi ketiga Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut dilaksanakan
dalam bentuk Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
”Kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri”.
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 11 menjelaskan bahwa beban belajar untuk
SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan
formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban
belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan Sistem

Kredit Semester (SKS) ditetapkan oleh Peraturan Menteri berdasarkan usul dari
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pada ayat ini dijelaskan bahwa
sekolah khususnya SMA/MA/ SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sekolah kategori standar dan sekolah
kategori mandiri. Pengkategorian ini didasarkan pada tingkat terpenuhinya
Standar Nasional Pendidikan. Oleh karenanya Pemerintah dan Pemerintah
2

Daerah berupaya agar sekolah/madrasah yang berada dalam kategori standar
meningkat menjadi sekolah/madrasah kategori mandiri.
SMA Negeri 1 Bangsri pada tahun pelajaran 2008/2009 telah ditetapkan
menjadi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (SKM). Untuk itu pendidikan di SMA
Negeri 1 Bangsri tidak hanya mengembangkan potensi peserta didik menjadi
manusia berilmu, cakap, dan kreatif saja tetapi juga sehat, mandiri, demokratis,
bertanggung jawab, serta berakhlak mulia. Disamping itu juga melaksanakan
pemenuhan standar nasional pendidikan yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
meliputi: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses (4)
standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6)
standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian

pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh SMA
Negeri 1 Bangsri berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum, pedagogi, dan
penilaian menekankan pada standar atau hasil. Hasil belajar yang berupa
kompetensi dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan
dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi mengajar atau metode
mengajar. Tingkat keberhasilan pembelajaran yang dicapai peserta didik dapat
dilihat pada hasil ujian atau tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik.
Mengingat SMA Negeri 1 Bangsri menjadi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri
(SKM), maka SMA Negeri 1 Bangsri menyusun konsep yang berisi tentang profil,
karakteristik dan strategi pencapaian profil SKM.
Melalui konsep ini diharapkan pendidik dan pengelola pendidikan di SMA
Negeri 1 Bangsri akan memperoleh informasi tentang pemenuhan Standar isi dan
standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, Standar sarana dan prasarana, Standar pengelolaan, Standar
pembiayaan, Standar penilaian pendidikan, serta bagaimana sekolah bertindak
dan menggali dukungan untuk memenuhi SNP.
Secara khusus konsep ini dapat dimanfaatkan oleh : (1) pendidik untuk
merancang pengalaman belajar peserta didik sesuai dengan potensi dan
perkembangan peserta didik, (2) pengelola satuan pendidikan untuk merancang

manajemen SKM/SSN sesuai dengan potensi serta menyiapkan fasiitas yang
diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran pada sekolah kategori mandiri, dan
(3) pembina pendidikan untuk membimbing pendidik dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran di sekolah kategori mandiri.
3

B.

LANDASAN
1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah

2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah

3.


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
a.

Bab V, pasal 12, ayat 1, huruf b: setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya

b.

Bab V, pasal 12, ayat 1, huruf f: setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak menyelesaikan program pendidikan
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak
menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan

c.

Bab IX, pasal 35 menyebutkan bahwa: (1) Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,

tenaga

kependidikan,

sarana

dan

prasarana,

pengelolaan,

pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan
secara berencana dan berkala
4.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang otonomi daerah
yang mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota


5.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bagian ketiga pada Pasal
10 dan 11 mengatur tentang beban belajar dalam bentuk sistem paket
dan sistem satuan kredit semester (SKS). Pada Ayat 3 menyebutkan
bahwa beban belajar untuk SMA/MA/ SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain
yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan
dalam satuan kredit semester. Ketentuan tersebut mengisyaratkan
bahwa sekolah kategori mandiri “harus” menerapkan sistem SKS,
sedangkan sekolah kategori standar menerapkan sistem paket dan
“dapat” menerapkan sistem SKS.

6.

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

7.

Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan


8.

Permendiknas

Nomor

24

tahun

2006

tentang

pelaksanaan

Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006
4


9.

Permendiknas

Nomor

Permendiknas

Nomor

6
24

tahun

2007,

tahun

sebagai

2006

penyempurnaan

tentang

pelaksanaan

Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006 Permendiknas Nomor 24
tahun 2006, tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23
tahun 2006
10. Permendiknas Nomor 12, 13, 14, 16 tahun 2007, tentang standar
pendidik dan tenaga kependidikan
11. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan
12. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian
13. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana
Prasarana Pendidikan
14. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
15. Panduan Penyusunan KTSP
16. Rencana Strategis Depdiknas tahun 2005-2009
17. Surat Keputusan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa TengahTahun 2005
bahwa mata pelajaran bahasa jawa dimasukkan ke dalam kurikulum
muatan lokal pada jenjang pendidikan SMA mulai tahun pelajaran
2004/2005 untuk seluruh wilayah Jawa Tengah.
C. TUJUAN PENGEMBANGAN KTSP
Untuk memenuhi amanat undang-undang tersebut dan guna mencapai
tujuan pendidikan nasional pada umumnya serta tujuan pendidikan sekolah pada
khususnya, SMA Negeri 1 Bangsri sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah
memandang perlu untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Selain itu, KTSP ini dikembangkan untuk memudahkan proses
pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan pengajaran. Melalui KTSP ini, SMA Negeri 1 Bangsri dapat
melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan
kebutuhan peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya, penyusunan KTSP
melibatkan seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku
kepentingan di lingkungan sekitar sekolah. Dalam dokumen ini dipaparkan tentang
kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri yang secara keseluruhan mencakup
1. struktur dan muatan kurikulum;
2. beban belajar peserta didik;
3. kalender pendidikan.
5

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau
satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan
dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Penyusunan KTSP untuk
pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi,
dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP.
KTSP SMA Negeri 1 Bangsri dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
Potensi yang paling menonjol dari setiap peserta didik yang ada di SMA Negeri
1 Bangsri berbeda-beda. Ada yang dominan di ranah kognitif saja tetapi lemah
di ranah afektif dan psikomotor. Misalnya pintar (mudah dan cepat) mencerna
materi pembelajaran, seakan-akan ia memiliki ”photographic memory”, tetapi
mudah tersinggung jika ada yang meledeknya dan tulisannya sulit dibaca. Ada
yang dominan pada ranah afektif, tetapi lemah pada ranah kognitif dan
psikomotor. Misalnya ia pandai mengambil hati teman-temannya, sehingga
beberapa kali terpilih sebagai pengurus OSIS, tetapi nilai ulangannya berkisar
di nilai KKM saja.

Ada pula yang dominan pada ranah psikomotor, tetapi

lemah pada ranah kognitif dan afektif. Misalnya ia jago memasukkan bola ke
ring basket sehingga menjadi andalan tim basket sekolah, tetapi nilai
ulangannya dibawah KKM.
Peserta didik yang telah teridentifikasi memiliki potensi akademik diberi wadah
klub bidang studi yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya sehingga ia
terlatih untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Jika diperlukan ia telah
siap secara materi untuk diikutsertakan pada lomba, seperti Mapel dan OSN.
Tanpa disadari mereka akan membentuk komunitas tersendiri dalam wadah
KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) berdasarkan pilihan ekskulnya sendiri.
Peserta didik yang teridentifikasi memiliki kemampuan afektif diberi wadah
penyaluran sebagai pengurus kelas, OSIS atau kepanitiaan-kepanitiaan
tertentu. Seorang peserta didik yang pandai bicara, percaya diri dan senang
tampil di depan umum, dapat dipilih menjadi MC. Seorang peserta didik yang
pandai bicara dan meyakinkan orang lain, dapat dipilih menjadi tim pencari
dana kegiatan, dan sebagainya.
6

Peserta didik yang teridentifikasi memiliki potensi psikomotor diberikan wadah
penyaluran aktif di kegiatan olah raga, ketrampilan atau seni, berupa tim
andalan sepak bola atau basket. Di dalam kepanitiaan, mereka dapat
ditugaskan

sebagai anggota

tim perlengkapan, konsumsi, tranportasi,

dokumentasi dan lain-lain yang memberi mereka peluang untuk menggerakkan
anggota badannya.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis
pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal,
dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri dikembangkan dengan memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan pembelajaran berbasis TIK / ICT.
Disamping itu kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri dikembangkan dengan
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik tentang seni budaya
melalui seni tari, seni musik dan seni rupa.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri dikembangkan melalui berbagai keterampilan
yang relevan seperti keterampilan akademik (bahasa Perancis, Fisika, Kimia
dan Biologi)), keterampilan pribadi (psikomotorik), keterampilan sosial
(pramuka, PMR dan Baksos) dan keterampilan Vokasional ( Hidroponik, Ukir
dan Elektro). Semua itu

dilakukan dengan

melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan mulai dari kelas X, XI dan XII (IPA, IPS dan BHS) yang

7

substansinya mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum SMA Negeri 1 Bangsri dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional yang tertuang pada standar isi dan kepentingan daerah
yang tertuang pada muatan lokal yaitu pemberlakuan mata pelajaran bahasa
jawa sebagai bahasa daerah dan muatan lokal kelautan untuk membangun
dan memberdayakan kehidupan masyarakat Jepara yang memiliki wilayah
dekat dengan pantai/laut.
Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan
taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan
umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran
harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia.
2. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan
semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta
akhlak mulia.
3. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan
peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara
8

persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu,
kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan
serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah
NKRI
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang
otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong
partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.
Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.
5. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat
manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,
psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu,

kurikulum

disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat,
kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
6. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan
karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu,
kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan
yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat
berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak
utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan
penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual
dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara
berkala

dan

berkesinambungan

sejalan

dengan

perkembangan

Ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

9

8. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun
bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.
Pergaulan antar bangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang
mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup
berdampingan dengan suku dan bangsa lain
9. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik
yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab
itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik
memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan
kejuruan

dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu
ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
11. Kesetaraan Jender
Kurikulum diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan
memperhatikan kesetaraan jender.
12. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri
khas satuan pendidikan.

10