Gaya Tokoh Kepemimpinan BJ Habiebie

GAYA TOKOH KEPEMIMPINAN BJ. HABIEBIE

Disusun Oleh :
1.

Yosefin Mundhi

10100058E

S1 Teknik Industri

2.

Priyandika S. P.

13130082E

S1 Teknik Industri

3.


Ismail Hasan

13130083E

S1 Teknik Industri

4.

Helen Kusuma P.

13130084E

S1 Teknik Industri

5.

Frisma Novarianto

13130085E


S1 Teknik Industri

6.

Rizka Primasari

13130088E

S1 Teknik Industri

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA

TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Gaya
Tokoh Kepemimpinan BJ. Habiebie”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu

tugas yang diberikan dalam mata kuliah Kepemimpinan di Universitas Setia Budi
Surakarta.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Surakarta, 6 April 2014

Penulis

ii

ii

1


1.1. Latar Belakang Masalah
BJ Habibie adalah sosok yang sangat diidolakan oleh masyarakat. Sebagai
orang yang jenius yang mampu membuat kapal terbang dan terpakai kepandaiannya
di negara modern seperti Jerman. BJ Habibie memulai kariernya ditanah air sebagai
Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat.
Dan pada tahun 1978 BJ Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan
Teknologi. Beliau memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam
kabinet pembangunan hingga tahun 1998. Dan selama menjadi menristek ia juga
merangkap memegang 47 posisi penting lainnya seperti, Presiden Direktur PT PAL
Surabaya, Presiden Direktur Pindad, Ketua Otorita Pembangunan Kawasan Batam,
Kepala Direktur Industri Strategis (BPIS).
Sebelum masyarakat Indonesia menggelar pemilihan umum tahun 1997,
sebenarnya BJ Habibie pernah menyampaikan niatnya kepada keluarga dan kerabat
dekat secara terbatas bahwa ia merencanakan berhenti dari jabatan selaku menteri
setelah Kabinet Pembangunan Enam berakhir. Akan tetapi pada tanggal 11 Maret
1998, MPR justru memilih dan mengangkat BJ Habibie sebagai Wakil Presiden
Republik Indonesia ketujuh.
Pada saat itu Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi merata dikawasan Asia
Tenggara. Krisis moneter yang terjadi membuat situasi semakin tidak terkontrol dan

berkembang menjadi krisis multidimensional berkepanjangan diberbagai bidang.
Globalisasi dan pengaruh teknologi pada umumnya dan khususnya teknologi
informasi dan teknologi pemberitaan terus berkembang. Dunia menjadi lebih
transparan. Rakyat Indonesia menanggapinya dengan menuntut kebebasan,
transparansi, keadilan, demokrasi, dilandaskan pada nilai-nilai hak asasi manusia,
tanggung jawab asasi, serta keamanan umat manusia dalam waktu sesingkatsingkatnya.
Kecemasan masyarakat akhirnya terefleksikan dalam aksi-aksi unjuk rasa,
terutama dimotori kalangan mahasiswa. Pada mulanya, belum terdengar tuntutan
agar Presiden mengundurkan diri. Namun selanjutnya, semakin tampak dukungan
rakyat kepada pemerintah mulai surut. Akhirnya, unjuk rasa bukan lagi menuntut
perubahan politik dan ekonomi, melainkan menuntut perubahan kepemimpinan
nasional. Sejak itu dari hari kehari, tuntutan agar Presiden Soeharto mengundurkan
diri semakin kencang.

2

Harmoko, yang berbicara atas nama Pimpinan DPR/MPR, menyampaikan
sejumlah tuntutan reformasi yang semakin deras. Tuntutan reformasi itu pada intinya
dapat disimpulkan menjadi tiga hal. Pertama, perlunya melaksanakan reformasi total.
Kedua, menyampaikan keinginan rakyat agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.

Ketiga, mendesak dilaksanakannya Sidang Istimewa MPR. Pernyataan Presiden
Soeharto menanggapi pernyataan Pimpinan DPR/MPR, bahwa jika rakyat memang
menginginkan dia diganti, ia mempersilakan, asal dilakukan secara konstitusional.
Bila kita lihat kembali, apabila seorang presiden berhenti dari jabatannya
yang akan dilakukan secara konstitusional, maka wakil presiden lah yang akan
menggantikannya. Ini diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 8, yang isi
lengkapnya adalah jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis
waktunya.
Dan pada tanggal 21 Mei 1998 secara konstitusional, menurut UUD ’45,
pasal 8, BJ Habibie sah diangkat menjadi presiden menggantikan Soeharto. Habibie
diambil sumpah kewajibannya sebagai Presiden.
Selama BJ Habibie menjabat menjadi Presiden, sebenarnya banyak ide yang
dilahirkan, selain melanjutkan kebijakan mantan Presiden Soeharto pendahulunya.
Salah satunya seperti yang dikatakan oleh Dody Rudianto, sebenarnya Habibie telah
berhasil meletakkan dasar-dasar bangun arsitektural ekonomi yang menjadi landasan
perbaikan ekonomi menuju kesejahteraan sosial, yaitu sistem ekonomi pasar sosial
yang diwacanakan pada waktu itu. Namun sangat disayangkan waktunya keburu
habis. Gagasannya terbengkalai, tidak dilanjutkan oleh presiden penggantinya.
Malam sebelum BJ Habibie diangkat menjadi Presiden, ia juga membuat

beberapa point penting mengenai langkah-langkah awal, dasar ataupun prinsip, sikap
dan kebijakan yang akan diambil, antara lain:
1. Saya harus banyak mendengar dan tidak boleh terbuka menceritakan kepada
siapa saja apa yang akan direncanakan dan dilakukan. Termasuk kepada istri,
anak, adik, keluarga, kawan dekat dan sebagainya saya harus tertutup. Ini
adalah keputusan yang harus diambil dan paling berat untuk dilaksanakan
karena bertentangan dengan prilaku, karakter dan sifat saya yang sangat
bebas, terbuka dan transparan.

3

2. Saya mewarisi bentuk institusi kepresidenan yang sangat berkuasa dalam
lingkungan dan budaya feodal. Hal ini harus segera saya akhiri, tanpa
memberi kesan yang dapat disimpulkan sebagai “penguasa” yang lemah dan
takut.
3. Tahanan politik harus segera dilepaskan dan tidak boleh lagi terjadi bahwa
orang yang bertentangan dengan pendapat atau rencana Presiden, harus
dimasukkan ke dalam penjara, kecuali mereka yang terbukti telah
melaksanakan tindakan criminal.
4. Kebebasan berbicara, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers,

dan kebebasan unjuk rasa harus segera dilaksanakan;
5. Saya menyadari dan dapat mengerti, jikalau yang pernah dirugikan dalam
masa Orde Baru menilai negatif, bahkan bersikap anti kepada saya karena
kedudukan dan kedekatan saya dengan kekuasaan selama hampir 25 tahun
lamanya, serta menganggap saya ikut bertanggung jawab atas terjadinya
multikrisis yang dihadapi. Oleh karena itu, sikap saya dalam menghadapi
semua persoalan harus arif dan toleran demi persatuan dan kesatuan dua ratus
juta lebih penduduk Indonesia.
6. DPR dan MPR harus diberi legitimasi yang kuat berdasarkan pemilu yang
demokratis. Dan kesempatan terbuka untuk mendirikan partai politik apa
saja, diperbolehkan asal tidak melanggar UUD ’45 dan Ketetapan MPR.
Untuk itu saya harus berkonsultasi dengan MPR.
7. Sidang Istimewa MPR harus segera diselenggarakan dalam waktu sesingkatsingkatnya untuk memberi dasar hukum bagi reformasi dan pemilu yang
dibutuhkan. Hanya dengan demikian, suatu revolusi dan khaos, yang bisa
memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat dicegah.
BJ Habibie adalah seorang insinyur konstruksi pesawat terbang dan doktor
teknologi tinggi. Pikiran tenaga dan waktunya, seharusnya bisa tercurah penuh di
bidang teknologi. Akan tetapi pada perjalanannya BJ Habibie harus membaginya
pada bidang yang benar-benar baru baginya, yaitu dunia politik. BJ Habibie yang
brilian dibidang teknologi, ”diseret” untuk belajar politik mulai dari Nol, seperti

layaknya anak TK yang baru masuk sekolah. Ini terjadi ketika BJ Habibie diangkat
menjadi wakil presiden pada tahun 1997 dan menggantikan Presiden Soeharto
karena mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.

4

Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjabat menjadi presiden berada pada
masa transisi, masa reformasi. Dimana masyarakat meminta begitu banyak
kebebasan.
Mencermati pada hal-hal diatas, maka penulis merasa tertarik meneliti
tentang ”Gaya Kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden Tahun 1998-1999.”
1.2. Perumusan Masalah
Masalah yang diangkat sebagai isu pokok permasalahan cenderung berada
dalam ruang lingkup yang luas dan mendalam. Dari Latar belakang diatas, maka
penulis mencoba membuat suatu perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI ke-3?
2. Bagaimanakah Gaya Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjadi Presiden RI
ke-3?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI
Ke-3.
2. Untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan BJ Habibie ketika
menjadi Presiden RI ke-3.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat makalah ini adalah:
1. Secara Akademis, berfungsi sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa.
2. Bagi Penulis, untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis karya
ilmiah khususnya di bidang Politik.
1.5. Topologi Kepemimpinan
a. Tipe yang Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh
banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkrit mengapa orang tertentu tidak dikagumi.
Sesungguhnya sangat menarik untuk memperhatikan bahwa para pengikut

5

seorang pemimpin yang kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai yang
dianut, sikap dan prilaku dan gaya yang digunakan pemimpin yang diikutinya

itu. Penampilan fisik ternyata bukan ukuran yang berlaku umum karena ada
pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik yang kalau
dilihat dari penampilan fisiknya saja sebenarnya tidak atau kurang
mempunyai daya tarik. Usia pun tidak selalu dapat dijadikan ukuran. Sejarah
telah membuktikan bahwa seorang yang berusia relatif muda pun mendapat
julukan sebagai pemimpin yang kharismatik. Jumlah harta yang dimiliki pun
nampaknya tidak bisa digunakan sebagai ukuran. Hanya saja jumlah
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang kharismatik tidak besar
dan mungkin jumlah yang sedikit ini juga yang menyebabkan, sehingga tidak
cukup data yang dapat digunakan untuk menganalisis secara ilmiah
karakteristik pemimpin yang sedemikian dengan rinci.
b. Tipe yang Laissez Faire
Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang
peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa
pada umumnya organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa-apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa
yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing
anggota dan seorang pemimpin tidak terlalu sering melakukan intervensi
dalam kehidupan organisasional. Dengan sikap yang persuasif, prilaku
seorang pemimpin yang laissez faire cenderung mengarah kepada tindaktanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja, hanya saja
kehadirannya sebagai pemimpin diperlukan sebagai akibat dari adanya
struktur hirarki organisasi. Dengan telah mencoba mengidentifikasi
karakteristik utama seorang pemimpin yang laissez faire ditinjau dari kriteria
persepsi, nilai dan prilaku diatas, mudah menduga bahwa gaya
kepemimpinan yang digunakannya adalah sedemikian rupa sehingga:
1. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.
2. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pemimpin yang
lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal
tertentu yang ternyata menuntut keterlibatannya secara langsung.
3. Status quo organisasional tidak terganggu.

6

4. Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang
inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang
bersangkutan sendiri.
5. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan prilaku dan
prestasi kerja yang memadai intervensi pimpinan dalam perjalanan
organisasi berada pada tingkat yang minimum.
c. Tipe yang Demokratik
Tipe pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah pemimpin
yang demokratik. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang
peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan
komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang
pemimpin yang demokratik menyadari benar bahwa akan timbul
kecenderungan dikalangan para pejabat pemimpin yang paling rendah dan
dikalangan para anggota organisasi untuk melihat peranan suatu kerja
dimana mereka berada sebagai peranan yang paling penting, paling strategis
dan paling menentukan keberhasilan organisasi mencapai berbagai sasaran
organisasional, prilaku mendorong para bawahan menumbuhkan dan
mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh
ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik dari orang lain, terutama
bawahannya. Bahkan seorang pemimpin yang demokratik tidak akan takut
membiarkan para bawahannya berkarya meskipun ada kemungkinan
prakarsa itu akan berakibat kesalahan. Jika terjadi kesalahan, pemimpin yang
demokratik berada disamping bawahan yang berbuat kesalahan itu, bukan
untuk menindak atau menghukumnya, melainkan meluruskannya sedemikian
rupa sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu dan dengan
demikian menjadi anggota organisasi yang lebih bertanggung jawab.
Karakteristik penting seorang pemimpin yang demokratik yang sangat positif
ialah dengan cepat menunjukkan penghargaannya kepada para bawahan yang
berprestasi tinggi.
1.6. Teori Kepemimpinan

7

Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan
dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan
berbagai segi, antara lain:
a. Latar Belakang Sejarah Pemimpin dan Kepemimpinan
Kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban
manusia yaitu sejak zaman nenek moyang manusia berkumpul
bersama,

lalu

bekerja

bersama-sama

untuk

mempertahankan

eksistensi hidupnya menentang kebuasan binatang dan alam
sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia dan ada unsur
kepemimpinan.
b. Sebab Munculnya Pemimpin
Dua teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin
yaitu:
1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut:
a) Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin
oleh bakat-bakat lama yang luar biasa sejak lahirnya.
b) Dia ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin dalam situasi
dan kondisi yang bagaimanapun juga, termasuk yang khusus.
c) Secara

filosofi,

teori

tersebut

menganut

pandangan

deterministis.
2. Teori Sosial menyatakan sebagai berikut:
a) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk, tidak
terlahir begitu saja
b) Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan
dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
3. Teori Ekologis atau Sintesis (muncul sebagai reaksi dari kedua
teori tersebut lebih dahulu), menyatakan bahwa seorang akan
sukses menjadi kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat
dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan juga
sesuai dengan tuntutan lingkungan ekologisnya.
c. Syarat-Syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu
dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:

8

1. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang

kepada

pemimpin

guna

mempengaruhi

dan

menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
2. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga
orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh
pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu.
3. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan
kecakapan atau ketrampilan teknis maupun sosial, yang
dianggapmelebihi dari kemampuan anggota biasa.
Stogdill dalam bukunya ”Personal Factor Associated with Leadership” yang
dikutip oleh James A.Lee dalam bukunya “Management Theories and Prescription”
menyatakan bahwa, pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan, Yaitu:
a. Kapasitas seperti kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara
(verbal facility), keaslian, kemampuan manilai.
b. Prestasi (echievement) seperti gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan,
perolehan prestasi dalam olahraga.
c. Tanggung jawab seperti mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,
agresif dan punya hasrat untuk unggul.
d. Partisipasi seperti aktif, memiliki jiwa sosialbilitas tinggi, mampu
bergaul, kooperatif atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan,
punya rasa humor.
e. Status seperti meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi,
popular dan tenar.
Sedangkan Earl Nightingale dan White Scult dalam bukunya ”Creative
Thingking How to Win Ideas” (1965) menuliskan kemampuan pemimpin dan syarat
yang harus dimiliki ialah:
a. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism)
b. Besar rasa ingin tahu dan cepat tertarik pada manusia dan bendabenda (corius).
c. Multi trampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.
d. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
e. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna

9

f. Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi.
g. Sabar namun ulet, serta tidak berhenti.
h. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.
i. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato
j. Berjiwa wiraswasta.
k. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang
berat, serta berani mengambil resiko.
l. Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya.
m. Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan.
n. Memiliki motivasi tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya
yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi.
o. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi dan daya inovasi
Yang jelas, pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
anggota-anggota biasa lainnya. Sebab kelebihan-kelebihan tersebut dia bisa
berwibawa dan dipatuhi oleh bawahannya. Terutama sekali ilah kelebihan di bidang
moral dan akhlak, semangat juang, ketajaman intelegensi, kepekaan terhadap
lingkungan dan keuletan. Dan yang penting lainnya ialah memiliki integritas
kepribadian tinggi.
1.7. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
Fungsi-fungsi kepemimpinan secara singkat adalah sebagai berikut:
a. Pemimpin sebagai Penentu Arah
Telah umum diketahui bahwa setiap organisasi diciptakan atau dibentuk
sebagai wahana untuk mencapai suatu tujuan tertentu, baik yang sifatnya
jangka panjang, jangka sedang, maupun jangka pendek yang tidak
mungkin tercapai apabila diusahakan dan dicapai oleh para anggotanya
yang bertindak sendiri-sendiri. Dengan kata lain, arah yang hendak
ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa
sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana
yang tersedia. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik
yang disusun dan dijalankan oleh organisasi yang bersangkutan.
Tergantung pada jenjang hirarki jabatan pemimpin yang diduduki oleh

10

seorang suatu organisasi. Keputusan yang diambil dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Keputusan strategik
2. Keputusan yang bersifat taktik
3. Keputusan yang bersifat teknis
4. Keputusan oprasional
b. Pemimpin sebagai Wakil dan Juru Bicara Organisasi
Tidak ada yang mempersoalkan kebenaran pendapat yang mengatakan
bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya, tidak ada
organisasi yang bergerak dalam suasana terisolasi. Artinya, tidak ada
organisasi yang akan mampu mencapai tujuannya tanpa memelihara
hubungan yang baik dengan berbagai pihak diluar organisasi yang
bersangkutan sendiri. Prinsip yang sama berlaku bagi suatu instansi
pemerintah dalam suatu negara. Dengan bertitik tolak dari kenyataan
bahwa suatu instansi pemerintah mempunyai wewenang melaksanakan
tugas-tugas pengaturan dan berkewajiban memberikan pelayanan kepada
masyarakat, tidak ada satupun instansi pemerintah yang dapat
menjalankan wewenangnya dengan baik dan memberikan pelayanan yang
menjadi tanggung jawabnya dengan memuaskan tanpa memelihara
hubungan yang baik dengan berbagai pihak dalam dan luar pemerintah
yang bersangkutan. Kebijakan dan kegiatan organisasi perlu dijelaskan
kepada berbagai pihak tersebut, dengan maksud agar berbagai pihak
tersebut

mempunyai

pengertian

yang

tepat

tentang

kehidupan

organisasional yang bersangkutan.
c. Pimpinan sebagai Komunikator yang Efektif
Pemeliharaan hubungan baik keluar maupun kedalam dilakukan melalui
proses komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Berbagai
kategori keputusan yang telah diambil disampaikan kepada para
pelaksana melalui jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi.
Bahkan sesungguhnya interaksi yang terjadi antara atasan dengan
bawahan, antara sesama pejabat pimpinan dan antara sesama petugas
pelaksana kegiatan operasioanal dimungkinkan terjadi dengan serasi
berkat terjadinya komunikasi yang efektif. Tidak dapat disangkal bahwa

11

salah satu fungsi pimpinan yang bersifat hakiki adalah berkomunikasi
secara efektif.
1.8. Gaya Kepemimpinan BJ. Habiebie
Tidak dipermasalahkan lagi bahwa BJ Habibie memang seorang idealis yang
dengan keras kepala tidak mau beranjak dari citranya mengenal Indonesia modern
dan cara mencapainya. Ia seorang romantikus yang dengan penuh gairah menyambut
semua taji tangan dalam hidupnya. Ia tahu bagaimana rasanya bersendiri dalam
menuju perjalanan yang benar. Nasionalismenya terwujud dalam sajak, karangan dan
perbuatannya.
Habibie adalah ilmuwan yang cemerlang yang selalu bertanya kalau tidak
tahu, selalu ingin mendalami segala sesuatu sampai ke akar-akarnya, dan selalu
bingung menghadapi omong kosong. Ia seorang pemimpin yang mampu membakar
semangat ribuan orang muda di dalam dan diluar badan organisasi yang
dipimpinnya.
Bahwa BJ Habibie juga sorang pekerja keras, orang polos yang tidak tahan
pada keruwetan yang dibuat-buat, suka menolong orang lain, tahu membayar hutang
budi, taat pada agama, suami dan ayah penuh kasih sayang, dan nasionalis dalam arti
cinta tanah air.
BJ Habibie seorang yang perfeksionis yang heran melihat orang yang tidak
berusaha mencapai yang sesempurna mungkin dan dengan tabiat yang details selalu
memperhatikan sampai yang kecil-kecil. Ia juga seorang manajer yang baik, yang
tahu menentukan sasaran strategis maupun menentukan untung rugi tindakantindakan operasional yang mendetail.
Gaya kepemimpinan seseorang juga dibentuk oleh watak dan lingkungan
kita patut heran kalau BJ Habibie sepenuhnya mengikuti gaya kepemimpinan rajaraja melayu dalam melaksanakan pekerjaan, lebih masuk akal ia lebih menghayati
dan menerapkan prinsip-prinsip yang berlaku di dalam industri modern.
Mengetahui BJ Habibie details dan perfeksionis, kita tidak heran bahwa di
dalam bekerja ia menganut prinsip bahwa, “ Mutu keseluruhannya ditentukan oleh
mutu setiap detail, “ dan bahwa karena itu ia menghendaki ditekuninya segala
sesuatu sampai ke detail-detailnya yang paling kecil dan dilakukannya upaya

12

mencapai kesempurnaan yang setinggi mungkin. Kesempurnaan tidak datang dengan
sendirinya. Kesempurnaan harus diupayakan.
Kesempurnaan harus dinilai. Proses dan hasil pekerjaan harus selalu diawasi.
Maka lahirlah prinsip; “ Percaya itu baik tetapi mengecek lebih baik lagi.” Mengecek
itu tidak ada hubungannya dengan sikap terhadap perorangan. Mengecek
menyangkut tanggung jawab atas pekerjaan dan perbuatan semua anggota sistem
kerja terhadap hasil kerja keseluruhan sistem. Maka saling mengecek merupakan hal
yang wajar.
Karena itu BJ Habibie sangat mementingkan pengawasan, termasuk
pengawasan atasan langsung terhadap bawahannya. Tidak mengheranan bahwa ia
menerapkan tingkat konsentrasi atau pemusatan pengambilan keputusan yang
relative tinggi, terutama menyangkut pengendalian dan pengawasan mutu.
Banyak gagasan dan keputusan yang sangat fundamental lahir atas inisiatif
BJ Habibie. Sadar atau tidak, apa yang ditinggalkan BJ Habibie dalam masa singkat
pemerintahannya, telah membuka jalan bergulirnya reformasi dan pengaruh dalam
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan uraian diatas tipologi
kepemimpinan BJ Habibie identik dengan tipologi kepemimpinan yang demokratis.
Dalam tipologi kepemimpinan yang demokratik biasanya memandang peranannya
selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi
sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
1.9. Tiga Landasan Perilaku BJ. Habiebie
1. Sandaran kekuatan rohani. Salah satu hal yang menonjol dari BJ Habibie
adalah sifat keberagamaannya yang kental. BJ Habibie meyakini apa pun
yang terjadi adalah kehendak Tuhan, walaupun kadang-kadang bertentangan
dengan kehendak manusia.
2. Kekuasaan adalah amanah. Salah satu yang mendasari prilaku kepemimpinan
BJ Habibie adalah pemahamannya tentang ”kekuasaan”. Menurut BJ Habibie
kekuasaan bukanlah tujuan, melainkan sarana perjuangan atau pengabdian
kepada bangsa dan negara. Kekuasaan adalah amanah yang harus ditunaikan
dengan baik, demi kepentingan rakyat dalam arti yang sebenarnya.
3. Inner dialog. Terbawa dari kebiasaanya sebagai seorang insinyur, yang harus
memperhitungkan dengan terperinci segala sesuatunya. BJ Habibie

13

melontarkan pertanyaan kepada dirinya sendiri mengenai hal-hal mendasar
yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
1.10. Tiga Ciri Sifat Tauladan BJ. Habiebie
1. Pemikiran beliau sangat rasional dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang
lain.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Dr. Indria Samego (Dewan Direktur
CIDES) yaitu: “ Visi misi dan strategi kepemimpinan Presiden B.J Habibie,
terkait erat dengan latar belakang pribadinya. Dia seorang yang sangat
rasional di dalam menghadapi suatu persoalan. Menurut saya, banyak
persoalan yang ia selesaikan lebih mengedepankan rasionalitas, kadangkala
membuat orang terkaget-kaget dan tak mengerti. Karena itu, pada waktu
Soeharto masih berkuasa B.J Habibie mengakui, Soeharto adalah guru
besarnya.
2. Memperlihatkan Dirinya Berbeda
Di kalangan teman-temannya, B.J Habibie dijuluki the wonder boy. Ini
dibuktikan dengan sejumlah prestasi ilmiah yang dimilikinya, beberapa hasil
penemuannya di gunakan di dalam teknologi pesawat terbang, kereta api dan
banyak lainnya. Dan mari kita jujur mengatakan bahwa pengamat-pengamat
luar negeri pun mengakui kehebatan si wonder boy. Makannya, tidak terlalu
berlebihan kalau saya mengatakan bahwa bangsa Indonesia mesti bangga
punya presiden yang jenius, contohnya, ia banyak membuat kebijakan yang
di zaman Soeharto. Semisalnya kebebasan pers, kebebasan mendirikan
parpol, kebebasan berbeda pendapat dan banyak lainnya…”
3. Rendah hati dan berbakti pada ibu pertiwi
“Pada awal 70-an, dia diminta untuk jadi guru besar untuk menyandang
jabatan profesornya di Universitas Aachen, almamaternya. Tetapi, anehnya
Habibie menolak. Ini ganjil karena orang-orang Jerman akan sangat gembira
dan merasa terhormat bila mendapat kesempatan menduduki kursi professor
di Universitas terkemuka seperti Aachen. Apa sebabnya? Rupanya alasan
penolakan Habibie adalah ia akan selalu terikat pada universitasnya, sehingga
akan mempersulitnya untuk kembali ke Tanah Air bila saatnya tiba. Memang

14

cita-citanya masih tetap ingin kembali ke Indonesia agar ilmu yang
diperdalamnya selama ini dapat diamalkan di Tanah Air”.
Sedikit cerita mengenai Pak Habibie. Beliau menolak menjadi guru besar di
Universitas terkemuka di Jerman, padahal begitu banyak orang Jerman sendiri yang
mengidam-idamkan dinobatkan sebagai guru besar. Beliau memberi alasan yang
membuat takjub dan salut kepadanya. “Saya ingin mengamalkan ilmu saya di
Indonesia, tanah air saya”. Begitulah kiranya bahasa Pak Habibie.
Pak Habibie menyebutkan presiden itu bukan segala-galanya. Walau jenius
dengan memperoleh royalti atas delapan hak paten, hasil temuannya sebagai
ilmuwan konstruksi pesawat terbang seperti dari Airbus dan F-16, dia mengaku
masih banyak yang jauh lebih baik dari dirinya. Lama bermukim di lingkungan yang
sangat menghargai ketokohan dan personality setiap orang, Habibie mendefinisikan
jika ingin dihargai maka yang diperhatikan orang lain adalah sikap yang tak berubah
terhadap lingkungan.
1.11. Kesimpulan
Pak Habibie menjelaskan bahwa setiap pribadi perlu menyadari pentingnya
menyeimbangkan akal, emosi dan rasio dengan keimanan dan ketakwaan.
Keseimbangan pribadi ini juga perlu dilengkapi dengam kemampuan mencintai
orang lain melalui kemauan dan kemampuan menerima masukan dan kritik. Pak
Habibie juga berpesan bahwa untuk mencapaai kesuksesan, masing-masing pihak
perlu menumbuhkan kecintaan pada pekerjaannya dengan cara melakukannya secara
sungguh sungguh dan ikhlas. Lebih jauh, beliau percaya hanya melalui moral yang
baik dan kepribadian kuatlah pembangunan suatu bangsa, termasuk di Indonesia,
dapat berlangsung sukses dan menyeluruh.
Dengan menguraikan pengalaman hidupnya yang inspratif dan penuh nilai,
khususnya jalinan cinta kasihnya yang sangat kuat dengan belahan jiwanya,almarhumah Ibu Ainun Habibie-, Pak Habibie

juga berbagi resep spiritual

menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera (sakinnah, mawaddah wa rahmah)
melalui cinta kasih. Namun demikian, cinta kasih adalah “makhluk hidup” yang
perlu terus dipupuk dan dipelihara.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Shahab. Biografi Politik Presiden RI Ketiga BJ Habibie Berbasis Teknologi.
Jakarta: Peace. 2008. hal.xvi.
BJ Habibie. Detik-Detik yang Menentukan. Jakarta: THC Mandiri. 2006. Hal. 56-58.
Dwinuri, Annisa. 2013. “Gaya Kepemimpinan BJ Habibie”, (online),
(http://annisadwinuri.blogspot.com/2013/01/gaya-kepemimpinan-bjhabibie.html#, diakses 6 April 2014).
Erakata. 2013. “Profil dan Biodata B.J. Habibie : Sang Tokoh Kebanggaan
Indonesia”, (online), (http://www.erakata.com/2013/09/profil-dan-biodata-bjhabibie-sang.html, diakses 6 April 2014).
Kartini Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT.Grafindo Persada. 2005.
hal.31.
Miftah Toha. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT.Grafindo Persada. 1993. hal.287-288.
Samin, Rizal. 2010. “3 Ciri Sifat Tauladan Sang Bapak Teknologi Indonesia , B.J
Habibie !”, (online), (http://bukanrizalsamin.blogspot.com/2010/05/3-cirisifat-tauladan-sang-bapak.html, diakses 6 April 2014).
Sondang P.Siagian. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta. 1998. hal.27-45.