Dari Mana Kita Mulai 1

Dari Mana Kita Mulai?[1]
V.I. Lenin (1901)
Ditulis pada Mei 1901.
Diterbitkan di Iskra, No. 4, Mei 1901.
Sumber: Lenin Collected Works, Foreign Languages Publishing House, 1961, Moscow, Volume
5, pages 13-24.
Penerjemah: NN (April 1997). Disempurnakan oleh Ted Sprague (28 November 2014)

Dalam tahun-tahun belakangan ini, masalah “apa yang harus dikerjakan” telah menghadapi
Kaum Sosial-Demokrat Rusia secara sangat mendesak. Ini bukanlah masalah mengenai jalan
mana yang harus kita pilih (sebagaimana halnya pada akhir 1880-an dan awal 1890-an), akan
tetapi mengenai langkah-langkah praktikal mana yang harus kita ambil pada jalan yang sudah
dikenal, dan bagaimana langkah-langkah itu harus diambil. Ini adalah masalah sistem dan
perencanaan kerja-kerja praktikal. Dan harus diakui bahwa kita belum memecahkan masalah
karakter dan metode-metode perjuangan ini, yang merupakan sebuah masalah mendasar bagi
sebuah partai dengan aktivitas praktikal, sehingga ini masih menimbulkan perbedaan-perbedaan
pendapat yang serius, yang menunjukkan ketidakstabilan serta kebimbangan ideologis yang
menyedihkan. Di satu sisi, aliran “Ekonomis” yang jauh dari mati, sedang berupaya untuk
membatasi dan menyempitkan kerja organisasi dan agitasi politik. Di pihak lainnya,
kecenderungan eklektis yang tidak berprinsip sedang bangkit kembali, dengan mengekor setiap
“tren” terbaru, dan tidak mampu membedakan antara tuntutan-tuntutan sementara dengan tugastugas pokok serta kebutuhan-kebutuhan permanen pergerakan secara keseluruhan. Sebagaimana

kita ketahui, aliran ini telah memapankan dirinya dalam Rabocheye Dyelo.[2] Pernyataan terakhir
jurnal ini mengenai “program”, dalam satu artikel bombastis dengan judul yang sama
bombastisnya, “Sebuah Belokan Historis” (“Listok” Rabochevo Dyelo, No. 6[3]), secara tegas
membuktikan penaksiran kami tentang hal ini. Baru kemarin mereka bermain mata dengan
“Ekonomisme”, merasa geram dengan kecaman tegas terhadap Rabochaya Mysl,[4] dan
memoderasi argumentasi Plekhanov tentang perlawanan terhadap autokrasi. Tapi kini, malah
kata-kata Liebknecht[5] dikutip: “Bila dalam 24 jam situasi berubah, maka taktik harus diubah
dalam 24 jam.” Ada pembicaraan mengenai sebuah “organisasi yang kuat daya tempurnya”
untuk menyerang langsung dan menyerbu autokrasi; mengenai “agitasi politik revolusioner yang
luas di tengah massa” (alangkah enerjetiknya kita sekarang – revolusioner dan sekaligus politis!);
mengenai “seruan tiada henti-hentinya untuk melakukan demo-demo”; mengenai “demonstrasidemonstrasi di jalanan dengan karakter politik yang jelas [sic!]”; dan seterusnya.

Kita mungkin menyatakan diri kita senang bahwa Rabocheye Dyelo cepat memahami program
yang kita ajukan dalam terbitan pertama Iskra,[6] yang menyerukan pembentukan sebuah partai
yang kuat serta terorganisir dengan baik, yang bertujuan bukan hanya memenangkan konsesikonsesi terpisah tetapi juga menyerbu benteng autokrasi itu sendiri; namun, kurangnya cara
pandang yang kokoh dari individu-individu itu tadi hanya bisa mengurangi kebahagiaan kita
tersebut.
Tentu saja Rabocheye Dyelo menyebut nama Liebknecht dengan sia-sia. Taktik-taktik agitasi
yang berkaitan dengan beberapa masalah tertentu, atau pun taktik-taktik yang berkaitan dengan
beberapa detil organisasi partai, dapat diubah dalam 24 jam; akan tetapi hanya orang yang tidak

punya prinsip yang mampu mengubah dalam dua puluh empat jam, ataupun dalam dua puluh
empat bulan, pandangan mereka tentang perlunya – secara umum, konstan, dan absolut – sebuah
organisasi untuk perjuangan dan agitasi politik di tengah massa. Adalah konyol untuk
mengajukan dalih situasi-situasi yang berbeda dan periode yang berubah-ubah: membangun
sebuah organisasi perjuangan dan melakukan agitasi politik adalah hal yang esensial di bawah
setiap situasi “membosankan, penuh kedamaian”, dalam segala periode, tak peduli bagaimana
pun ini ditandai oleh suatu “penurunan semangat revolusioner”; lebih lanjut, adalah justru di
dalam periode-periode demikian dan di bawah situasi-situasi demikian kerja-kerja macam ini
amat sangat dibutuhkan, karena akan terlalu terlambat untuk membentuk organisasi di masamasa terjadinya ledakan dan pergolakan; partai harus berada dalam kondisi siap siaga untuk
beraksi sewaktu-waktu. “Ubah taktik-taktik dalam 24 jam!” Tapi untuk mengubah taktik-taktik
kita harus terlebih dahulu memiliki taktik-taktik itu; tanpa sebuah organisasi kuat yang teruji
dalam perjuangan politik di segala situasi dan di setiap waktu, mustahillah sebuah rencana aksi
yang sistematis, yang dituntun oleh prinsip-prinsip yang kuat dan dilaksanakan dengan teguh,
yang patut diberi nama taktik. Mari kita tinjau permasalahannya; mereka mengatakan pada kita
bahwa bahwa “momen historis” telah menghadapkan partai kita kepada suatu permasalahan yang
“sama sekali baru” – yakni permasalahan teror. Kemarin permasalahan yang “sama sekali baru”
ini adalah organisasi dan agitasi politik; hari ini, teror. Tidakkah aneh mendengar orang-orang
yang telah begitu melupakan prinsip-prinsip mereka berbicara tentang suatu perubahan radikal
dalam soal taktik?
Untunglah, Rabocheye Dyelo keliru. Masalah teror sama sekali bukan suatu masalah yang baru

sama sekali; cukuplah memaparkan kembali pandangan-pandangan kaum Sosial-Demokrat Rusia
mengenai subjek tersebut.
Pada prinsipnya kita tidak pernah, dan tidak dapat, menolak teror. Teror adalah suatu bentuk aksi
militer yang bisa jadi cocok sekali dan bahkan sangat dibutuhkan pada saat tertentu di dalam
pertempuran, dengan keadaan pasukan tempur tertentu dan kondisi-kondisi tertentu. Namun titik
pentingnya adalah bahwa saat ini teror sama sekali tidak sedang diusulkan sebagai sebuah
operasi untuk pasukan yang ada di lapangan, sebuah operasi yang erat kaitannya dengan dan
terintegrasi ke dalam seluruh sistem perjuangan, tapi sebagai sebuah bentuk serangan sekalisekali yang independen dan tidak terkait dengan pasukan manapun. Tanpa sebuah badan sentral
dan dengan organisasi-organisasi revolusioner lokal yang masih lemah, teror tidak bisa menjadi
lebih dari itu. Oleh karenanya kita menyatakan secara tegas bahwa dalam situasi sekarang ini,
metode perjuangan semacam itu tidak pada tempatnya dan tidak cocok; bahwa ia mengalihkan
perhatian para pejuang yang paling aktif dari tugas mereka yang sebenarnya, tugas yang dari

sudut pandang kepentingan gerakan secara keseluruhan adalah paling penting; dan akan
memporakporandakan bukan kekuatan pemerintah melainkan kekuatan revolusioner. Kita hanya
perlu mengingat kejadian-kejadian belakangan ini. Dengan mata kepala sendiri kita melihat
massa buruh dan “rakyat jelata” terdorong maju dalam kancah perjuangan, sementara kaum
revolusioner kekurangan staf-staf pemimpin dan organisator. Dalam situasi demikian, bukankah
kita menghadapi bahaya bahwa, bila kaum revolusioner yang paling berenerji malah beralih ke
terorisme, maka kekuatan-kekuatan penyerang, tempat satu-satunya kemungkinan untuk

bersandar, akan menjadi lemah sebagai akibatnya? Bukankah kita menanggung risiko memutus
jalinan kontak antara organisasi revolusioner dengan massa yang tercerai berai, yang sedang
mengalami ketidakpuasan, sedang menuntut, sudah siap untuk berjuang, tapi lemah karena
mereka kini tercerai berai? Padahal kontak tersebut adalah satu-satunya jaminan bagi
keberhasilan kita. Kita sama sekali tidak mengingkari pentingnya aksi heroik individual, tapi
adalah kewajiban kita untuk memberikan peringatan keras agar jangan menjadi gandrung pada
teror, untuk menentang agar jangan sampai teror dijadikan metode perjuangan utama dan
mendasar, yang sekarang justru begitu banyak orang cenderung melakukannya. Teror tidak boleh
menjadi operasi militer yang reguler; paling-paling dapat dipakai sebagai satu dari berbagai
metode yang dipergunakan dalam suatu serangan yang menentukan. Akan tetapi dapatkah kita,
sekarang ini, mengeluarkan seruan untuk serangan yang menentukan seperti itu? Rabocheye
Dyelo nampaknya berpendapat bahwa kita bisa mengeluarkan seruan seperti itu. Paling tidak ia
menyerukan: “Bentuklah barisan penyerang!” Tapi sekali lagi, seruan ini lebih mencerminkan
emosi daripada akal sehat. Badan utama kekuatan-kekuatan militer kita terdiri dari para
sukarelawan dan pemberontak. Kita hanya memiliki sedikit unit-unit kecil pasukan tempur
reguler, yang bahkan belum termobilisasi; mereka tidak terjalin erat satu dengan lainnya, dan
juga belum terlatih untuk membentuk barisan tentara macam apapun, apalagi membentuk jajaran
tempur. Mengingat semua ini, haruslah jelas bagi siapa pun yang mampu memahami kondisikondisi umum perjuangan kita, dan yang mengkaji kondisi-kondisi tersebut pada setiap
“belokan” dalam alur perkembangan historis, bahwa slogan kita sekarang ini belum bisa “maju
dan menyerbu,” akan tetapi harus “mengepung benteng musuh.” Dengan kata lain, tugas utama

Partai kita bukan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada untuk menyerang sekarang juga,
tetapi menyerukan pembentukan sebuah organisasi revolusioner yang mampu menyatukan
seluruh kekuatan dan mengarahkan pergerakan dalam praktek yang sebenarnya dan bukan hanya
sekedar nama, yakni, sebuah organisasi yang siap setiap saat untuk mendukung setiap protes dan
kebangkitan, serta menggunakannya untuk membangun dan mengkonsolidasikan kekuatan
tempur yang dibutuhkan bagi perjuangan yang menentukan.
Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian-kejadian bulan Februari dan Maret[7] begitu
mengesankan, sehingga agak kecil kemungkinannya kita temui sebuah ketidaksetujuan prinsipil
dengan kesimpulan tersebut. Namun apa yang kita butuhkan sekarang bukanlah suatu solusi
masalah prinsipil, melainkan solusi yang praktikal. Kita harus jelas bukan hanya mengenai sifat
dasar organisasi yang dibutuhkan serta tujuan tepat organisasi itu, tetapi kita juga harus
mengelaborasi sebuah perencanaan yang pasti bagi sebuah organisasi, sehingga pembentukan
organisasi itu dapat dikerjakan dari segala aspek. Mengingat masalah ini sangat mendesak, maka
kami akan mengajukan pada kamerad sekalian sebuah rencana garis besar, yang akan
dikembangkan secara lebih terperinci dalam sebuah pamflet yang sekarang sedang disiapkan
pencetakannya.[8]

Menurut kami, titik tolak kegiatan kita, langkah pertama menuju organisasi yang dicita-citakan,
atau, mari kita katakan, jalur utama yang, bila diikuti, memungkinkan kita secara pasti untuk
mengembangkan, memperdalam dan memperluas organisasi tersebut, ialah pendirian sebuah

koran politik yang menjangkau seluruh Rusia. Apa yang kita butuhkan adalah koran. Tanpa
koran kita tak akan dapat secara sistematis menjalankan propaganda dan agitasi secara
menyeluruh, yang konsisten dalam prinsip, yang merupakan tugas utama dan permanen dari
Sosial Demokrasi secara umum, dan juga merupakan tugas yang paling mendesak pada saat ini,
ketika minat pada politik dan masalah-masalah sosialisme telah bangkit di tengah-tengah
sebagian besar penduduk. Sebelumnya, tidak pernah ada kebutuhan yang begitu besar seperti
sekarang ini untuk memperkuat agitasi yang disebarkan oleh aksi-aksi individual, selebaran
lokal, pamflet-pamflet, dan sebagainya, dengan cara agitasi sistematis dan luas melalui terbitan
pers reguler. Bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan kalau dikatakan bahwa frekuensi dan
kereguleran pencetakan suatu koran (serta distribusinya) dapat dijadikan sebuah kriteria yang
akurat untuk mengukur seberapa baik sektor yang paling utama dan esensial dari aktivitasaktivitas militan kita ini dibangun. Lebih jauh lagi, koran kita haruslah koran yang dapat
menjangkau seluruh Rusia. Jika kita gagal, dan selama kita gagal, menggabungkan usaha-usaha
kita untuk mempengaruhi rakyat dan pemerintah dengan menggunakan koran dan publikasipublikasi, maka hanya akan menjadi utopia semata untuk berpikir tentang mengkombinasikan
cara-cara lain yang lebih kompleks, sulit, tetapi yang juga lebih menentukan, guna meluaskan
pengaruh. Pergerakan kita lemah secara ideologis, sebagaimana juga dalam praktek dan
organisasi, karena pergerakan kita ini berada dalam kondisi tercerai berai, juga disebabkan
karena mayoritas luas –– bahkan hampir-hampir seluruhnya –– kaum Sosial-Demokrat terbenam
pada kerja-kerja lokal, yang menyempitkan pandangan mereka, jangkauan aktivitas mereka,
kecakapan mereka dalam menjaga kerahasiaan dan kesiapan mereka. Keadaan tercerai berai
inilah yang merupakan akar terdalam dari ketidakstabilan dan kebimbangan yang telah

disebutkan tadi. Langkah pertama untuk mengatasi kekurangan ini, guna mentransformasikan
pergerakan-pergerakan lokal menjadi sebuah gerakan nasional yang tunggal, haruslah berupa
pendirian sebuah koran nasional. Dan apa yang dibutuhkan adalah sebuah koran politik. Tanpa
sebuah organ atau koran politik, sebuah gerakan tidak pantas disebut gerakan politik di Eropa
hari ini. Tanpa koran semacam itu kita tidak mungkin dapat memenuhi tugas kita –– tugas
mengkonsentrasikan unsur-unsur ketidakpuasan dan protes politik, guna memperkokoh
pergerakan revolusioner kaum proletar. Kita telah mengambil langkah pertama, kita telah
membangkitkan suatu hasrat di dalam kelas buruh untuk melakukan ekspose “ekonomis”
terhadap pabrik-pabrik mereka; kini kita harus mengambil langkah berikutnya, yakni
membangkitkan dalam setiap lapisan masyarakat yang melek politik sebuah hasrat untuk ekspose
politis. Kita tidak boleh berkecil hati oleh adanya fakta bahwa saat ini suara ekspose politik
masih lemah, takut-takut, dan jarang terdengar. Hal ini bukan disebabkan oleh represi polisi,
melainkan karena orang-orang yang mampu dan siap mengadakan pengungkapan-pengungkapan
politik ini tidak memiliki mimbar untuk berbicara, tidak memiliki audiensi yang haus dan
bersemangat, mereka tidak melihat di manapun di antara massa kekuatan yang bisa
menghantarkan keluhan mereka dalam menentang “kemahakuasaan” Pemerintah Rusia. Tapi
sekarang semuanya sedang berubah dengan cepat. Ada kekuatan demikian – kaum proletar
revolusioner yang sudah menunjukkan kesiapannya, tidak hanya untuk mendengarkan dan
mendukung seruan perjuangan politik, akan tetapi juga bersedia ikut bertempur. Sekarang ini kita
sudah mampu menyediakan sebuah mimbar buat mengekspos pemerintah Tsar secara nasional,

dan memang tugas kitalah untuk melakukannya. Mimbar tersebut haruslah koran Sosial-

Demokrat. Kelas buruh Rusia, sebagai sebuah kelas yang berbeda dari kelas-kelas dan stratastrata lainnya dalam masyarakat Rusia, menunjukkan minat yang konstan untuk mendapatkan
pengetahuan politik, dan memanifestasikan secara luas dan terus menerus (tidak hanya dalam
periode kebangkitan semata) kehausan atas literatur ilegal. Ketika minat massa semacam ini
telah jelas, ketika pelatihan para pemimpin revolusioner yang berpengalaman telah dimulai, dan
ketika konsentrasi kelas buruh membuat kelas itu penguasa yang sebenarnya di kampungkampung buruh dan daerah-daerah perindustrian di kota-kota besar, maka bukan hal yang tidak
mungkin untuk mendirikan sebuah koran politik. Melalui kaum proletar koran tersebut akan
mencapai kaum borjuasi kecil perkotaan, kaum pengrajin di pedesaan, dan kaum tani, dan
dengan begitulah ia menjadi koran politik milik rakyat.
Akan tetapi peran koran tidak terbatas hanya pada penyebaran ide-ide, pendidikan politik, dan
pendaftaran sekutu-sekutu politik. Sebuah koran tidak hanya untuk melakukan propaganda dan
agitasi kolektif, tetapi juga harus menjadi organisator kolektif. Dalam hal terakhir ini mungkin
bisa disamakan dengan perancah yang mengelilingi bangunan dalam proses konstruksi, yang
menandai bentuk struktur bangunan dan memudahkan komunikasi di antara para pembangunnya,
sehingga memungkinkan mereka untuk mendistribusikan pekerjaan dan memandang hasil-hasil
bersama yang dicapai oleh tenaga mereka yang terorganisir. Dengan bantuan koran, sebuah
organisasi yang permanen akan berkembang secara alamiah. Organisasi ini akan berperan tidak
hanya dalam aktivitas lokal, tetapi dalam pekerjaan umum yang reguler, dan akan melatih para
anggotanya untuk mengikuti kejadian-kejadian politik secara telaten, mengkaji signifikansi dan

pengaruh mereka pada berbagai strata populasi, dan mengembangkan metode-metode yang
efektif bagi partai revolusioner untuk mempengaruhi kejadian-kejadian tersebut. Pekerjaan teknis
seperti mencetak koran serta mempromosikan dan menyebarluaskannya akan memerlukan
sebuah jaringan kerja agen-agen lokal dari partai yang tersatukan, yang akan berkomunikasi
secara reguler satu sama lain, mengetahui situasi umum yang ada, terbiasa untuk menjalankan
fungsi-fungsi mereka secara rinci dan teratur di seluruh Rusia, dan menguji kekuatan mereka
dalam menggelar berbagai aksi revolusioner. Jaringan agen[9] ini akan membentuk kerangka
sebuah organisasi seperti yang kita butuhkan – sebuah kerangka yang cukup luas untuk
menjangkau seluruh Rusia; cukup luas dan mencakup banyak aspek sehingga bisa menjalankan
pembagian kerja yang teliti dan terperinci; cukup tertempa supaya mampu menjalankan secara
teratur pekerjaannya sendiri secara mandiri dalam keadaan apa pun, di segala “belokan
mendadak”, dan di hadapan semua situasi tak terduga; cukup fleksibel untuk, di satu pihak,
menghindari perang terbuka melawan musuh yang kuat, ketika musuh itu sudah memusatkan
seluruh kekuatan mereka di satu titik; tetapi di lain pihak mampu mengambil kesempatan ketika
musuh mengalami hambatan, dan menyerangnya di waktu dan tempat yang paling tidak
dikiranya. Hari ini kita sedang menghadapi tugas yang relatif mudah, yaitu mendukung
demonstrasi-demonstrasi mahasiswa di kota-kota besar; esok, kita mungkin menghadapi tugas
yang lebih berat dalam menyokong, misalnya, gerakan para penganggur di daerah-daerah
tertentu; dan hari berikutnya, kita harus berada di pos-pos kita untuk memainkan peran
revolusioner dalam pemberontakan petani. Hari ini kita harus mengambil keuntungan dari

panasnya situasi politik akibat kampanye pemerintah menentang Zemstvo[10]; esok bisa jadi kita
harus mendukung kemarahan rakyat terhadap seorang perwira Tsar yang gila dan buas, dan
menyokong, dengan cara-cara pemboikotan, ungkapan ketidakpuasan serta demonstrasidemonstrasi, dan lain sebagainya, untuk begitu mempersulit dia sehingga dia harus mundur
secara terbuka. Tingkat kesiapan untuk bertempur yang demikian hanya dapat dibangun di atas

basis aktivitas konstan dari pasukan reguler. Jikalau kita menggabungkan kekuatan untuk
memproduksi satu koran bersama, maka pekerjaan demikian akan melatih dan memajukan tidak
saja para propagandis yang paling terampil, akan tetapi juga organisator-organisator yang paling
cakap, para pemimpin politik partai yang paling berbakat yang mampu meluncurkan, pada
momen yang tepat, slogan untuk pertempuran yang menentukan serta memimpinnya.
Sebagai penutup, beberapa kata-kata untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul.
Secara terus menerus kita telah berbicara tentang persiapan yang sistematis dan terencana,
namun sama sekali bukan maksud kita bahwa autokrasi dapat ditumbangkan hanya oleh
pengepungan reguler atau serangan yang terorganisir. Pandangan demikian akan menjadi
menggelikan dan doktriner. Sebaliknya, adalah mungkin saja, dan secara historis jauh lebih
memungkinkan, bahwa rejim autokrasi ini akan runtuh di bawah tekanan dari salah satu ledakan
spontan atau komplikasi-komplikasi politik yang tak terduga sebelumnya, yang terus-menerus
mengancam rejim autokrasi ini dari segala sudut. Akan tetapi, sebuah partai politik yang ingin
menghindari taruhan-taruhan yang riskan tidak boleh mendasarkan kegiatannya pada harapan
ledakan dan komplikasi seperti itu. Kita harus menempuh jalan sendiri, dan kita harus dengan

teguh mengemban kerja reguler kita, dan semakin kita tidak bersandar pada faktor-faktor yang
tak terduga maka semakin kecil kemungkinan kita tertangkap basah lengah oleh “belokanbelokan historis” apapun.

Catatan
[1]

”Dari Mana Kita Mulai” (Where to Begin) diterbitkan dalam Iskra dan diterbitkan kembali
oleh organisasi-organisasi Social-Demokratik lokal sebagai sebuah pamflet terpisah. Liga SosialDemokratik Siberia mencetak 5000 kopi pamflet ini dan mendistribusikannya ke seluruh Siberia.
Pamflet tersebut didistribusikan juga di Samara, Tambov, Nizhni-Novgorod, dan kota-kota lain
di Rusia.
[2]

Rabocheye Dyelo (Perjuangan Buruh)-- sebuah jurnal dengan pandangan-pandangan
“Ekonomis”, organ dari Serikat Sosial-Demokrat Rusia di Luar Negeri. Majalah ini terbit secara
tidak teratur dan diterbitkan di Jenewa dari bulan April 1899 hingga Februari 1902, diedit oleh B.
N. Krichevsky, A. S. Martinov, dan V.P. Ivanshin. Total 12 nomor terbit dalam sembilan edisi.
Lenin mengkritik pandangan-pandangan Rabocheye Dyelo dalam karya “What Is To Be Done?”
(Apa Yang Harus Dikerjakan?).
[3]

“Listok” Rabochevo Dyela (Suplemen Rabocheye Dyelo) –– delapan nomor diterbitkan di
Jenewa dengan frekuensi yang tidak teratur, antara Juni 1900 dan Juli 1901.
[4]

Rabochaya Mysl (Pemikiran Buruh)-- sebuah koran “Kaum Ekonomis”, organ Persatuan
Sosial-Demokrat Rusia di Luar Negeri. Diterbitkan dari Oktober 1897 sampai Desember 1902.
Semuanya berjumlah 16 terbitan: nomor 3 sampai 11 serta Nomor 16 diterbitkan di Berlin,
sisanya di St. Peterburg. Koran ini diedit oleh K.M. Takharev dan rekan-rekannya yang lain.
Lenin mencirikan pandangan-pandangan koran ini sebagai sebuah variasi ala Rusia dari

oportunisme internasional dan mengkritiknya dalam sejumlah besar artikel-artikelnya yang
diterbitkan di Iskra dan juga dalam karya-karya lain, termasuk dalam “What Is to Be Done?”
[5]

Karl Liebknecht (1871-1919) adalah pemimpin Marxis Jerman dan salah satu pendiri Partai
Komunis Jerman. Dia adalah rekan dekat Rosa Luxemburg yang setia melawan revisionisme dan
reformisme di dalam gerakan buruh Jerman. Bersama dengan Rosa, dia diculik pada tanggal 15
Januari 1919 dan dibunuh dengan kejam oleh kekuatan reaksi di Jerman yang dibantu oleh para
pemimpin sosial demokrasi Jerman.
[6]

Ini merujuk pada artikel “Tugas-tugas yang Mendesak dalam Gerakan Kita” (The Urgent
Tasks of Our Movement) yang terbit sebagai tajuk utama dalam koran Iskra No. 1, Desember
1900.
Iskra (“Percikan”) adalah koran gelap pertama kaum Marxis yang menjangkau seluruh Rusia,
didirikan oleh Lenin pada tahun 1900. Pendirian organ militan Marxis revolusioner ini
merupakan tugas pokok yang dihadapi kaum sosialis Rusia pada waktu itu.
Karena menerbitkan koran revolusioner di Rusia adalah suatu hal yang mustahil, karena adanya
persekusi polisi, Lenin, ketika masih dibuang di Siberia, merancang secara detail rencana untuk
menerbitkan koran di luar negeri. Ketika masa pengasingannya berakhir pada bulan Januari
1900, Lenin segera merealisasikan rencananya. Bulan Februari ia mengadakan negosiasi dengan
Vera Zasulich, yang telah datang ke St. Petersburg secara ilegal dari luar negeri. Mereka
bernegosiasi mengenai partisipasi Kelompok Emansipasi Buruh dalam penerbitan sebuah koran
Marxis seluruh Rusia. Apa yang kemudian dikenal sebagai Konferensi Pskov diadakan bulan
April dengan partisipasi V.I. Lenin, L. Martov (Y. O. Tsederbaum), A. N. Potresov, S. I.
Radchenko, dan kaum “Marxis legal” (P. B. Struve and M. I. Tugan-Baranovsky). Konferensi
tersebut menyimak dan mendiskusikan draf deklarasi editorial mengenai program serta tujuan
dari koran nasional ini (Iskra), serta majalah ilmiah dan politik Zarya (“Fajar”). Lenin
mengunjungi sejumlah kota –– St. Petersburg, Riga, Pskov, Nizhni Novgorod, Ufa, and Samara –
untuk menjalin hubungan dengan individu-individu dan kelompok-kelompok Sosial-Demokrat
dan meminta dukungan mereka terhadap Iskra. Pada bulan Agustus, ketika Lenin tiba di Swiss,
ia dan Potresov bersama Kelompok Emansipasi Buruh mengadakan konferensi mengenai
program dan tujuan dari koran dan majalah ini, mengenai kontributor-kontributor potensial,
mengenai komposisi Dewan Editorial, dan juga mengenai soal markas redaksi. Mengenai
bagaimana Iskra didirikan, baca artikel “How the Spark was Nearly Extinguished”.
Nomor pertama Iskra-nya Lenin terbit pada tanggal 11 Desember, 1900, di Leipzig, sedangkan
nomor-nomor berikutnya dicetak di Munich; sejak April, 1902, di London; dan mulai musim
semi 1903, di Jenewa.
Dewan editorial Iskra terdiri dari V.I. Lenin, G.V. Plekhanov, L. Martov, P.B. Axelrod, A.N.
Potresov dan V.I. Zasulich. Sekretaris pertama Dewan Editorial adalah I. G. Smidovich-Leman.
N.K. Krupskaya menjadi sekretaris sejak musim semi 1901, yang juga bertanggung jawab untuk
semua korespondensi antara Iskra dan organisasi-organisasi Sosial Demokratik. Lenin adalah
pemimpin redaksi dan tokoh terpenting Iskra. Ia menerbitkan artikel-artikelnya mengenai semua

masalah penting tentang organisasi Partai dan perjuangan kelas proletar Rusia, dan juga tentang
kejadian-kejadian terpenting dalam urusan-urusan internasional.
Sebagaimana direncanakan Lenin, Iskra menjadi pusat berkumpulnya kekuatan-kekuatan Partai,
pusat pelatihan bagi pekerja-pekerja partai yang memimpin. Di sejumlah kota di Rusia (St.
Petersburg, Moskow, Samara, dan lainnya) kelompok-kelompok dan komite-komite Partai Buruh
Sosial Demokrasi Rusia (PBSDR) terorganisir mengikuti garis Iskra-nya Lenin. Organisasiorganisasi Iskra berkembang pesat dan bekerja di bawah kepemimpinan langsung para
pendukung dan kawan-kawan seperjuangan Lenin: N. E. Bauman, I. V. Babushkin, S. I. Gusev,
M. I. Kalinin, G. M. Krzhizhanovsky, dan lain-lain. Koran tersebut memainkan peran
menentukan dalam perjuangan pembanguna Partai Marxis, untuk mengalahkan “kaum
Ekonomis”, dan untuk menyatukan berbagai lingkaran studi Sosial-Demokratik yang terpencarpencar.
Atas inisiatif dan partisipasi langsung Lenin, Dewan Editorial membentuk rancangan program
Partai (diterbitkan dalam Iskra, nomor 21), dan menyiapkan Kongres Ke-2 PBSDR, yang
diselenggarakan pada bulan Juli dan Agustus 1903. Pada saat kongres diadakan, mayoritas
organisasi Sosial-Demokrat Rusia telah bergabung dengan Iskra, menyetujui taktik-taktiknya,
program-programnya dan rencana organisasi, serta mengakuinya sebagai koran utama mereka.
Dalam resolusi khusus, Kongres memberikan catatan tentang peranan khusus yang dimainkan
Iskra dalam perjuangan partai, dan menerimanya sebagai organ sentra PBSDR. Kongres II
menunjuk dewan editorial yang terdiri dari Lenin, Plekhanov dan Martov. Martov menentang
keputusan partai dan menolak berpartisipasi, dan jadilah terbitan Iskra dari nomor 46 hingga 51
muncul dieditori Lenin dan Plekhanov. Kemudian Plekhanov menyeberang ke posisi kaum
Menshevik dan menuntut agar bekas-bekas editor dari golongan Menshevik yang telah ditolak
Kongres dijadikan dewan editorial. Lenin tidak bisa menyetujui anjuran tersebut, dan pada
tanggal 19 Oktober (1 November, penanggalan baru), 1903, ia meninggalkan Dewan Editorial
guna menguatkan posisinya di Komite Sentral dan mengadakan perjuangan melawan kaum
oportunis Menshevik dari sana. Nomor 52 Iskra diedit oleh Plekhanov sendiri. Pada tanggal 13
November (26), 1903, Plekhanov atas inisiatifnya sendiri dan melanggar keputusan Kongres,
mengkooptasi semua bekas-bekas editor Menshevik ke dalam Dewan Editorial. Dimulai pada
nomor 52, kaum Menshevik mengambil alih Iskra dan menjadikannya organ oportunis mereka.
[7]

Bagian ini merujuk pada aksi-aksi revolusioner massa yang terdiri atas para mahasiswa dan
buruh –– demonstrasi-demonstrasi politik, rapat-rapat umum, dan pemogokan-pemogokan –
yang terjadi dalam bulan Februari hingga Maret, 1901, di St. Petersburg, Moskow, Kiev,
Kharkov, Yaroslavl, Tomsk, Warsaw, Belostok dan kota-kota lainnya.
Pergerakan mahasiswa tahun 1900-1901, yang berawal dengan tuntutan-tuntutan akademik,
mengambil karakter aksi revolusioner melawan kebijakan autokrasi yang reaksioner; aksi-aksi
mereka ini didukung oleh buruh-buruh yang maju dan hal itu mendapat sambutan dari segala
lapisan masyarakat Rusia. Penyebab langsung dari berbagai demonstrasi dan pemogokan di
bulan Februari dan Maret 1901 adalah pemanggilan wajib militer terhadap 183 mahasiswa
Universitas Kiev sebagai hukuman atas partisipasi mereka dalam sebuah pertemuan mahasiswa.
Pemerintah melancarkan serangan gencar terhadap para partisipan aksi revolusioner; polisi dan
pasukan Kazak membubarkan demonstrasi-demonstrasi dan menyerang partisipan-partisipan itu.

Ratusan mahasiswa ditangkap dan dikeluarkan dari sekolah-sekolah tinggi dan berbagai
universitas. Tanggal 4 (17) Maret 1901, demonstrasi di lapangan Katedral Kazan, St, Petersburg,
dibubarkan secara amat brutal. Kejadian-kejadian selama Februari-Maret merupakan bukti
kebangkitan revolusioner di Rusia; partisipasi kaum buruh dalam pergerakan di bawah slogan
politik adalah luar biasa penting.
[8]

Ini merujuk pada karya Lenin “What Is To Be Done?” atau “Apa Yang Harus Dikerjakan?”

[9]

Tentulah akan dimengerti bahwa agen-agen ini dapat bekerja secara berhasil hanya dalam
kontak yang paling dekat dengan komite-komite lokal (kelompok-kelompok dan lingkaranlingkaran diskusi) Partai kita. Secara umum, tentulah, seluruh rencana yang diproyeksikan oleh
kita bisa diimplementasikan hanya dengan dukungan yang paling aktif dari komite-komite, yang
telah berkali-kali berusaha menyatukan partai dan yang, kami yakin, akan berhasil mencapai
persatuan tersebut – bila tidak sekarang, maka esok, bila tidak dalam satu cara, maka dalam cara
lain. -- Lenin
[10]

Zemstvo adalah badan-badan pemerintah lokal di pedesaan yang dipimpin oleh kaum
bangsawan Rusia, yang dibentuk pada tahun 1864. Secara umum badan ini adalah parlemen
boneka yang tidak punya wewenang riil dan tidak mewakili rakyat pekerja.

Karya-karya V.I. Lenin | Seksi Bahasa Indonesia M.I.A.