KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (1)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yng di hadapi oleh
masyarakat kita saat ini. Semakin maju teknologi di bidang kedokteran, semakin
pula banyak macam penyakit yang mendera masyarakat. Hal ini tentu saja
dipengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri. Tapi apakah benar hanya
faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?
sebelum membahas tentang masalah kesehatan masyarakat tentunya lebih baik jika
kita memahai konsep dari kesehatan masyarakat itu terlebih dahulu.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah kesehatan masyarakat ?
2. Apa periode-periode Ilmu kesehatan masyarakat ?
3. Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia ?
4. Apa definisi kesehatan masyarakat ?
5. Apa tujuan kesehatan masyarakat?
6. Apa prinsip-prinsip kesehatan masyarakat?
7. Bagaimana ruang lingkup kesehatan masyarakat?
8. Apa faktor-faktor yang memepengaruhi derajat kesehatan masyarakat ?
9. Siapa saja sasaran kesehaan masyarakat ?
C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah kesehatan masyarakat
2. Mengetahui periode perkembangan masyarakat
3. Mengetahui perkembangan masyarakat kesehatan masyarakat di indonesia
4. Mengetahui dan memahai definisi kesehatan masyarakat
5. Mengetahui tujuan kesehatan masyarakat
6. Memahami prinsip-prinsip kesehatan masyarakat
7. Mengetahui ruang lingkup kesehatan masyarakat
8. Memahami faktor-faktor derajat kesehatan masyarakat
9. Mengetahui dan memahami sasaran kesehatan masyarakat
1

BAB II
KAJIAN TEORI
A. SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius
dan Higeia. Berdasarkan mitos Yunani Asclepius di sebutkan sebagai seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan
apa yang telah ia tempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tersebut
(surgical procedur) dengan baik. Higeia seorang asistennya, yang diceritakan sebagai

istrinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan
Higeia pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah Asclepius melakukan
pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui
“Hidup Seimbang” menghindari makanan atau minuman beracun, makan makanan
yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut akhirnya muncul dua aliran
atau pendekatan mengenai masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama
cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit) di sebut pendekatan Kuratif
(pengobatan), umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi lainnya.
Sedangkan kelompok kedua cenderung melakukan upaya pencegahan penyakit dan
meningkatkan

kesehatan

(promosi)

sebelum

terjadinya


penyakit.

Dalam

perkembangan selanjutnya seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok
profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (Curative Health Care) dan pencegahatan
preventif (Preventive Health Care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan
pendekatan yang dilakukan, antara lain sebagai berikut:
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak
antara petugas kesehatan (dokter, dokter gigi dan sebagainya) dengan pasien/sasaran
cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah
masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
2

masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran)lebih bersifat
kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien,
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif artinya kelompok ini hanya

menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter hanya menunggu pasien datang ke
puskesmas atau klinik. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka
selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan
kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu
adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasein datang di kantor atau tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat dan
melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal
manusia terdiri dari kesehatan, bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek
satu dan lainnya. Sedangkan pedekatan preventif melihat klien sebagai mahluk yang
utuh dengan pendekatan holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena
terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis,
psikologis, dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan
parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistic.
B. PERIODE-PERIODE PERKEMBANGAN MASYARAKAT
A. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period)
Greene (1984)
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya

ilmu pengetahuan melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu
pengetahuan modern. Dari kebudayaan beberapa Negara seperti Babylonia, Mesir,
Yunani dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah
ditemukan pula pada zaman tersebut, tercatat dokumen-dokumen tertulis bahkan

3

peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah
(drainase), pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan
kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena
kesehatan. Dibangunnya latrine umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran
manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak sedap dan
pandangan yang tidak enak. Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu
itu. Alasan meraka minum air kali yang mengalir dan sudah kotor terasa tidak enak,
bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit.
Hanlon (1974)
Pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan
masyarakat mencatat pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang

yang berbahaya dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau dan
sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk
melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman, warung
makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya.
1. Abad pertama sampai abad ke-7
a) Hanlon (1964)
Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat
terjadi endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit
menular dan, oleh karena itu kesehatan masyarakat mulai dirasakan
pentingnya.
b) Notoatmodjo (2005)
Penyakit kolera menjalar dari Inggris ke Afrika kemudian ke Asia dan
akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada abad ke-7 India menjadi pusat
endemic kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia
kecil dan Eropa melalui emigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah
perbaikan lingkungan yaitu hygiene dan sanitasi, pengusahaan air minum
yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian
kehidupan masyarakat waktu itu.

4


2. Abad ke-13 sampai abad ke-17
Pada masa ini kejadian endemic Pes yang paling dahsyat terjadi di China dan
India, diperkirakan 13 juta orang meninggal. Catatan lain di India, Mesir dan
Gaza 13.000 orang meninggal setiap harinya, atau selama wabah tersebut
jumlah kematian mencapai 60 juta orang. Peristiwa tersebut dikenal dengan
“The Black Death”. Pada abad tersebut kolera juga menjadi masalah di
beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena
penyakit menular. Tahun 1965 meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun
1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya Dipteri,
Tifus dan Disentri.
B. Periode Ilmu Pengetahuan (Scientific Period)
1.

Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (Kebangkitan Ilmu Pengetahuan)
Pada abad ilmu pengetahuan, mulai ditemukan berbagai macam penyebab
penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil
menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar. Joseph Lister menemukan
asam carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi. William Marton
menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi.

Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai
dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat
Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat
yang tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk
komisi untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini.
Edwin Chadwich seorang pakar sosial sebagai ketua komisi ini akhirnya
melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut: Masyarakat hidup di suatu
kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor
dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak
teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoak.
Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata
14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian
masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.

5

Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan
sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen
mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan
kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat

kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh
pemerintah

Inggris

untuk

menangani

masalah

kesehatan

penduduk

(masyarakat).
2.

Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
Mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang professional.

Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika
mempelopori berdirinya universitas dan di dalamnya terdapat sekolah
(Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar
ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran
tersebut, terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun
kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di
masyarakat.
Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu
asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang
dinamis antara factor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kebiasaan
perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah
Amerika telah membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi
departemen ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk,
termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
Departemen kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan departemen
kesehatan kota yang telah dibentuk di masing-masing kota seperti Baltimor
telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia
tahun 1818 dan sebagainya.
Pada tahun1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai

perhatian kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari pemerintah

6

di kota New York. Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi Kesehatan
Masyarakat Amerika (Notoatmodjo, 2005).
3. Pada awal periode rekonstruksi
Disebut sebagai jaman kontradiksi dan peluang. Waktu untuk meningkatkan
kemakmuran di negara maju, dalam upaya penuntasan kemiskinan dari mereka
yang kurang mampu di seluruh dunia. Disebut jaman peluang, karena dalam
melihat kemajuan ilmiah dan teknologi luar biasa sehingga mampu membuka
pemandangan dan kemungkinan tak terbatas untuk memecahkan permasalahan
kuno tentang kemiskinan dan penyakit (Gunaratne 1977). Berbagai penemuan
dan inovasi selama dan sesudah perang dunia kedua memberikan dorongan luar
biasa untuk aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Penemuan dan produksi
massal seperti kina, dichloro diphenyl trichloroethane (DDT), penisilin dan
sulfonamide, pengembangan vaksin dan obat baru yang efektif untuk mencegah
dan mengendalikan penyakit menular, pengenalan pil KB dan suntikan,
pengenalan dan penggunaan komputer dan perbaikan dalam pencitraan
teknologi (X-ray dan CT Scan) memfasilitasi aplikasi canggih dalam praktek
kesehatan

masyarakat.

Kemajuan

dalam

mikrobiologi

dan

imunologi

memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan vaksin dan teknologi
diagnostic.
C. Perkembangan Kesehatan Masyarakat Pada Masa Liberalisme Dan Sesudahnya
Dekade setelah perang dunia kedua membawa pergeseran nilai yang ditandai
dengan fokus dibidang kesehatan masyarakat dan harapan masyarakat. Di negara
maju, penyakit menular yang telah begitu lama manjadi fokus utama kesehatan
masyarakat telah surut. Dengan polio menjadi yang terakhir dari epidemi yang
mengejutkan, mampu menurunkan korban dengan pemberian imunisasi, antibiotic,
atau pengendalian epidemiologi atau lingkungan.(Rogers 1990)
Masa perkembangan epidemiologi modern dimulai pada tahun 1950-an, dimulai
dengan studi follow up terhadap dokter-dokter di Inggris untuk memperlihatkan
adanya hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan perkembangan penyakit
kanker paru.

7

Dengan penaklukan fasisme dan diikuti dengan runtuhnya komunisme, liberalisme
muncul kembali. Ini dilambangkan dalam pernyataan Badan Kesehatan Dunia
(WHO), bahwa kesehatan dan kesejahteraan adalah hak asasi bagi semua manusia
(WHO, 1968). Hal ini adalah kewajiban bagi Negara untuk memberikan hak tersebut
kepada penduduk mereka. Dalam beberapa kondisi, konflik antara kesehatan
masyarakat sebagai suatu keharusan dan hak-hak sipil kembali muncul. Ini tetap
menjadi isu yang paling tangguh yang harus dihadapi oleh kesehatan masyarakat.
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang sangat luas terhadap segala aspek kehidupan manuasia,
termasuk kesehatan.
D. Sejarah Dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Negara Berkembang
Untuk melindungi kesehatan rakyat dan pekerjanya, penguasa kolonial menegakkan
hukum serupa dengan yang berlaku di negaranya. Undang-undang kesehatan
masyarakat yang spesifik bervariasi disetiap penguasa kolonial.
Namun, jejak yang masih ada seperti undang-undang kesehatan masyarakat,
undang-undang kepemerintahan, undang-undang sipil, undang-undang pabrik,
undang-undang vaksinasi dan undang-undang tentang penyakit menular masih
berlaku selama beberapa dekade. Para kolonial telah mencanangkan inisiatif penting
dalam pencegahan dan pengendalian kesehatan masyarakat internasioanl melalui
vaksinasi cacar yang awalnya diberikan pada para pekerja administrasi kolonial dan
kemudian pada pekerja kasarnya.
Misionaris agama dari Eropa dan Amerika juga melakukan ekspedisi ke seluruh
dunia bersama dengan kekuasaan kolonial. Banyak dari mereka, memiliki latar
belakang medis allopathic, sehingga kemudian mendirikan lembaga-lembaga
perawatan medis serta system pendidikan umum, termasuk sekolah keperawatan
dari medis. Misionaris ini mendirikan klinik kesehatan atau apotik pada awalnya
dan kemudian berkembang menjadi rumah sakit di Negara-negara kolonial.
Diakhir abad ke-18 terjadi suatu momentum peningkatan dalam pendidikan
kesehatan masyarakat, yaitu dengan pembentukan program sarjana dan
pascasarjana yang dirancang khusus untuk kesehatan masyarakat, awalnya di
negara-negara asal koloni kemudian dikembangkan di koloni-koloni mereka.
8

Sekolah perintis kesehatan masyarakat didirikan di negara-negara kolonial diakhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20, dengan maksud agar dapat berfungsi sebagai pusat
untuk pengembangan kebijakan terkait kesehatan masyarakat, dan untuk melatih
orang-orang yang akan melayani warga negaranya di wilayah kolonial atau pekerja
di daerah tropis.
Keberhasilan terbesar dicapai oleh negara-negara berkembang pada abad ke-20
adalah pencegahan dan pengendalian serta pemberantasan tuntas penyakit cacar,
yaitu suatu penyakit menular mengerikan yang telah ada sejak jaman dahulu.
Sebagai tindakan pencegahan kesehatan masyarakat, inokulasi nanah diambil dari
kasus cacar ke orang sehat. Hal ini telah dipraktekkan di Asia sejak zaman kuno.
Metode variolation menyebar ke Eropa dan bagian lain dunia pada abad ke-17. Saat
itu telah disederhanakan dan banyak digunakan untuk pencegahan dan
pengendalian cacar.
Pada 1796, Edward Jenner memperkenalkan teknik modifikasi dari variolation
dengan menggunakan bahan cacar sapi. Masyarakat Eropa perlahan-lahan
menerima hasil eksperimen ini. Kemudian masa inokulasi menggunakan bahan
cacar sapi (vaksinasi) diperkenalkan secara luas. Bahan vaksin yang telah
dikeringkan pada kaca, itu bisa dikirim ke seluruh bagian dunia. Penerimaan yang
lebih luas dari vaksinasi massal ini telah menyebabkan penyakit cacar berhenti
menjadi ancaman utama dikebanyakan negara Eropa dan Amerika pada awal abad
ke-20 (Henderson, 1997).
Pada awal abad ke-20, Prancis kemudian diikuti oleh Belanda memproduksi vaksin
cacar yang beku dan kering dalam jumlah besar, yang diperuntukkan setiap
tahunnya untuk koloni mereka sendiri di Afrika dan Asia. Institute Lister di London
telah mengembangkan teknologi beku-kering untuk memproduksi vaksin di awal
1950-an. Sejak itu, vaksin beku-kering cacar stabil diproduksi komersial dengan
skala besar dan telah menyebar ke negara-negara maju lain dan kemudian ke
negara-negara berkembang yang baru merdeka.

9

C. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
1.

Masa pra kemerdekaan
Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik
persalinan pada para dukun bayi. Pada tahun1851 didirikan sekolah dokter Jawa di
Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di Bandung didirikan Pusat Laboratorium
Kedokteran yang selanjutnya menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada tahun
1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi
wabah Pes, sehingga tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan DDT
dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab
kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi,
lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat buruk. Hydric kemudian
mengembangkan percontohan dan propaganda kesehatan.

2.

Masa era kemerdekaan
a) Pra reformasi
(1) Masa orde lama
Pada tahun 1951 konsep bandung plan diperkenalkan oleh dr Y. Leimena dan
dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan
kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr Y.
Sulianti di Lembah Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan
pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi
yaitu di Indrapura (Sumatra Utara), Kesiman (Bali), Bojong Loa (Jawa Barat),
Salaman (Jawa Tengah), Mojosari (Jawa Timur), Metro (Lampung), DIY dan
Kalimantan Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno
mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut
menjadi Hari Kesehatan Nasional.
(2) Masa orde baru
Konsep Bandung Plan terus dikembangkan. Tahun 1967 diadakan seminar
konsep puskesmas. Pada tahun 1968 konsep puskesmas ditetapkan dalam
Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas
yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah

10

“Basic”. Ada basic 7, basic 13 Health Service yaitu: KIA, KB, Gizi Masyarakat,
Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan.
Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia
ikut menandatangani kesepakatan Visi: “Health For All By The Year 2000”, di
Alma Ata, Negara bekas Federasi Uni Soviet. Pengembangan dari konsep
“Primary Health Care”. Tahun 1979 puskesmas tidak ada pentipean dan
dikembangkan piranti manajerial perencanaan dan penilaian puskesmas
yaitu „Micro Planning. dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984
dikembangkan posyandu, yaitu pengembangan dari pos penimbangan dan
karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu KIA, KB, Gizi,
Penanggulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 mejanya (Notoatmodjo,
2005).
Pada waktu-waktu selanjutnya posyandu bukan saja untuk pelayanan balita
tetapi juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada waktu-waktu tertentu
untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan Suplemen gizi
lainnya. Posyandu saat ini juga menjadi andalan kegiatan penggerakan
masyarakat seperti PIN, Campak, Vit.A dan sebagainya.
b) Post reformasi
Pada tahun 1997 indonesia mengalami krisis ekonomi, kemiskinan meningkat,
kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke pelayanan
kesehatan rendah. Kemudian dikembangkan program kesehatan untuk
masyarakat miskin yaitu JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi
berbagai bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara demokrasi. Tahun
2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga di lapangan programprogram kesehatan bernuansa desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara
demokrasi, program-program kesehatan juga banyak yang bernuansa „politis..
Tahun 2003 JPS-BK kemudian menjadi PKPS-BBM bidang kesehatan, tahun
2005 berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi
Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan Paradigma Sehat.
Puskesmas dan posyandu masih tetap eksis, bahkan posyandu menjadi andalan
ujung tombak „mobilitas sosial. bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan
11

demokrasi, menuntut akutanbilitas dan kemitraan sehingga berkembang LSMLSM baik bidang kesehatan maupun bukan untuk menuntut akuntabilitas
tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai „partnership. LSM-LSM
tersebut, program kesehatan yang bertanggung jawab adalah promosi
kesehatan.
Promosi kesehatan menjadi ujung tombak mewakili program kesehatan secara
keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi Indonesia Sehat 2010 untuk
merubah paradigm petugas kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi
kesehatan adalah melakukan advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi
sosial.
Secara universal perkembangan kesehatan masyarakat dibagi menjadi 5 era
dengan dasar pembagian 5 unsur yaitu unsur jangkauan dengan filosofi yang
dianut dengan titik berat pelayanan, unsur penyelenggaraan pendidikan dan
penelitian pengembangan. Seperti pada Tabel 1.1 berikut di bawah ini.
Tabel1.1: Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat
3.

Perkembangan promosi kesehatan di Indonesia
Perkembangan promosi kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah
kesehatan masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan
promosi kesehatan international, yaitu secara seremonial di Indonesia dimulai
program pembangunann kesehatan masyarakat desa pada tahun 1975, dan tingkat
internasional deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care
(Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan PHC tersebut sebagai tonggak sejarah
cikal-bakal promosi kesehatan.
1. Sebelum tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan)
Pada saat itu istilahnya adalah pendidikan kesehatan. Dalam program-program
kesehatan, pendidikan kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan
terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb.
Sasarannya perseorangan, dengan sasaran program lebih kepada perubahan
pengetahuan seseorang.
2. Periode tahun 1965-1975

12

Pada periode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga
dimulainya

peningkatan

professional

tenaga

melalui

program

Health

Educational Servise (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang
bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program
adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
3. Periode 1975-1985
Istilahnya mulai berubah menjadi penyuluh kesehatan. Saat itu program UKS di
SD diperkenalkannya dokter kecil. Saat itu juga posyandu lahir sebagai pusat
pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
perilaku masyarakat tentang kesehatan.
4. Periode 1985-1995
Dibentuklah

direktoral

peran

serta

masyarakat,

yang

diberi

tugas

memberdayakan masyarakat. Direktoral PMK berubah menjadi pusat PKM, yang
tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial
bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi posyandu.
5. Periode 1995 sampai sekarang
Istilah PKM menjadi promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukan saja
perubahan perilaku, tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju
perubahan system atau faktor lingkungan kesehatan. Pada tahun 1997 diadakan
konvensi internasional promosi kesehatan dengan tema “Health Promotion
Towards The ‘st Century, Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan
„The Jakarta Declaration..
D. DEFINISI KESEHATAN MASYARAKAT
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat
sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut seperti saat ini dapat diringkas
seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyrakat
adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang menganggu
kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sanitasi, yang merupakan
kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke -18 dengan ditemukan
13

bakter-bakteri penyebab penyakitdan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan
masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi di dalam masyarakat melalui
perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik,
kesehatan masyarakat di artikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan
ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara
ilmu biologi dan ilmu sosial. Karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu
kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat
kompleks.
Pada abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat
yang samapai sekarang masih relevan, sebagai berikut : kesehatan masyarakat (Pulbic
Health) adalah ilmu dan seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan, melalui “usaha-usaha pengorganisasian masyarakat” untuk :
a. Memperbaiki sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis
dini dan pengobatan
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup layak dalam memelihara kesehatan.
Maka dari itu, Kesehatan Masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek
(seni) yang bertujuan mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan
kesehatan penduduk (masyarakat). Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut,
Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang paling efektif adalah melalui “upayaupaya pengorganisasian masyarakat”.
Pengorganisasian

masyarakat

pada

hakikatnya

adalah

menghimpun

potensi

masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri
untuk upaya-upaya : preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitative kesehatan mereka
sendiri.

pengorganisasian

masyarakat

dalam

bentuk

penghimpunan

pengembangan potensi dan sumber daya masyarakat dalam konteks ini

dan
pada

hakikatnya adalah menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi
14

masyarakat di bidang pembangunan kesehatan. Maka dari itu diperlukan pendidikan
kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
Pendekatan utama Winslow adalah salah satu strategi atau pendekatan pendidikan
kesehatan.
Winslow secara implisit mengatakan bahwa kesehatan masyarakat itu mencangkup :
sanitasi lingkungan, pemberantasaan penyakit, pendidikan kesehatan (hygiene),
manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan mayarakat. Kegiatan bidang
sanitasi pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan tidak sekedar penyedian
sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan tapi perlu juga upaya pemberian
pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya
atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan
mereka.
Batasaan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat
adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat, mencakup pula usahausaha

masyarakat

dalam

pengadaan

pelayanan

kesehatan

pencegahan

dan

pemberantasan penyakit. Maka dapat disimpulkan bahwa cakupan ilmu kesehatan
masyarakat yaitu sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran
pencegahan sampai dengan ilmu sosial.
E. TUJUAN KESEHATAN MASYARAKAT
Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh
dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri.
Tujuan Khusus :


Meningkatkan individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam pemahaman
tentang pengertian sehat dan sakit.



Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan.

15



Tertangani/terlayani kelompok keluarga rwan, kelompok khusus dan kasus
yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan kesehatan

Tujuan kesehatan masyarakat adalah baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif adalah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, sosial serta diharapkan berumur
panjang.
F.

PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MASYARAKAT
Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik maka ada beberapa
prinsip pokok yang harus terpenuhi, yaitu:
1. Usaha Kesehatan Masyarakat lebih mengutamakan tindakan pencegahan (preventif)
daripada pengobatan (kuratif).
2. Dalam melaksanakan tindakan pencegahan selalu menggunakan cara-cara yang
ringan biaya dan berhasil guna.
3. Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitikberatkan pada masyarakat, baik
sebagai pelaku (subyek) dan sasaran (obyek) atau dengan kata lain suatu usaha
dari, oleh dan untuk masyarakat.
4. Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan
adalah masyarakat yang terorganisir.
5. Ruang

lingkup

usaha

lebih

mengutamakan

masalah-masalah

kesehatan

kemasyarakatan daripada kesehatan perorangan karena bila tidak ditanggulangi
dengan segera dapat mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat luas.
G. RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan masyarakat adala imu dan seni, sebagi ilmu kesehatan masyarakat
mencakup dua disiplin pokok keilmuan yakni ilmu BIO-medis dan ilmu sosial, sejalan
dan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat yang mencakup Ilmu Biologi,
kedokteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial, antropologi, psikologi, pendidikan dan
sebagainya. Sehingga kesehatan masyarakat sebagai ilmu yang multi disiplin. Secara
garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut:
1. Epidemiologi
16

2. Biostatistik/statistic kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
5. Gizi masyarakat
6. Kesehatan kerja
Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal pemecahannya secaramulti
disiplin, sedangkan kesehatan masyarakat sebagai seni mempunyai bentangansemua
kegiatan yang langsung atau tidak untuk mecegah penyakit (Preventif), meningkatkan
kesehatan (Promotif), terapi (terapi fisik, mental, sosial) atau kuratif, maupun
pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan
masyarakat, misalnya pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan
makanan dan lain-lain. Dan penerapannya sebagai berikut:
1. Pemberantasan penyakit yang menular dan tidak
2. Perbaikan sanitasi lingkungan
3. Perbaikan vektor
4. Pemberantasan vektor
5. Penyuluhan
6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
7. Pembinaan gizi
8. Pengawasan sanitasi tempat umum
9. Pengawasan obat dan minuman
10. Pembinaan peran serta masyarakat
Kesehatan masyarakat veteriner adalah semua yang berhubungan dengan hewan yang
secara langsung atau tidak mempengaruhi kesehatan manusia yangberfungsu untuk
melindungi konsumen dari bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, menjamin
ketentraman batin, pada penularan zoonosis melindungi petani atau peternak dari
rendahnya mutu nilai bahan asal hewan diproduksi. Pemerintah juga mengeluarkan
peraturan dalam pelaksanaan pembatasan penyakit-penyakit menular terlihat pada UU
No.6/1967 tentang Anthropozoonosis, PP No.22/1983 bab 4 pasal 24 tentang
pemberantasan rabies dan sebagainya.

17

1. Meningkatkan fungsi kehidupan, tercapai kehidupan kesehatan yang optimal dan
mandiri.
2. Sasaran meliputi: individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satu
kesatuan yang utuh
3. Pelayanan terutama ditujukan pada upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitasi.
4. Pendekatan bersifat menyeluruh menggunakan metode asuhan secara konsisten
dan berkesinambungan.
5. Pelaksanaan kegiatan melibatkan peran serta aktif masyarakat baik sebagai obyek
atau subyek.
6. Kesehatan masyarakat membina perilaku sehat masyarakat.
7. Pelaksanaan kesehatan harus mengacu pada perkembangan dalam pembangunan
bidang kesehatan.
8. Kesehatan masyarakat merupakan realisasi fungsi pelayanan dari yang bersigat
umum sampai yang bersifat khusus
9. Pelaksanaan

asuhan

kesehatan

masyarakat

dilakukan

institusi,

pelayanankesehatan dan institusi lainnya (panti, sekolah dan lain-lain) dan di
rumah penduduk dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
Ruang lingkup kegiatan kesehatan masyarakat meliputi usaha-usaha :
1.

PROMOTIF (Peningkatan Kesehatan)
Usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga
seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

2.

PREVENTIF (Pencegahan Penyakit)
Usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha
pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatansecara
berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.

3.

KURATIF (Pengobatan)
Usaha yang ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat di obati secara tepat
sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya.

18

4.

REHABILITATIF (Pemeliharaan Kesehatan)
Usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang
dideritanya.

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu:
1.

Perilaku
Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap
munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan i masyarakat
.Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan
tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan
tetap potensial berkembang di masyarakat.Misalnya: Penyediaan fasilitas dan
imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu ibu tidak datang ke pos-pos
imunisasi.Perilaku ibu ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
sudah tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu ibu tentang manfaat
imunisasi dan efeksampingnya.Pengetahuan ibu ibu akan meningkat karena
adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas
kesehatan .Perilaku individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga
akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu
penyakit. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan,
hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak
penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes
mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum makan juga
dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti mencret-mencret
lainnya.

2.
19

Lingkungan

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita
rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya
yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan
infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh
factor

lingkungan.

Lingkungan

yang

tidak

bersih,

banyaknya

tempat

penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan
nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini
menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular
demam berdarah. Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan ,paradigma
H.L.Blum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan
masalah sesuai dengan faktor faktor yang berpengaruh pada status kesehatan
masyarakat .Analisis ke – 4 fator tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga
masalah kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas. Analisis
ke -4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi
perencnaan)untuk pengembangan program kesehatan di suatu wilayah tertentu.
3.

Keturunan
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau
masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain.Pengaruhnya pada status
kesehatan perorangan terjadisecara evolutif dan paling sukar di deteksi .Untuk itu
,perlu dilakukan konseling genetik .Untuk kepentingan kesehatan masyarakat
atau keluarga ,faktor genetikperlu mendapat perhatian dibidang pencegahan
penyakit. Misalnya :seorang anakyang lahir dari orangtua penderita diabetas
melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari
orang tua bukan penderita DM.Untuk upaya pencegahan ,anak yang lahir dari
penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadaif aktor genetik yang
diwariskan orangtuanya .
Oleh karenanya ,ia harus mengatur dietnya ,teratur berolahraga dan upaya
pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang
menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya .Jadi dapat di umpamakan
,genetik adalah peluru (bullet ) tubuh manusia adalah pistol (senjata),dan

20

lingkungan /prilaku manusia adalah pelatuknya (trigger). Semakin besar
penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya
meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling
perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya
dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran
semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk
meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
4.

Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan yang berkualitas
akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat .Pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana
/prasarana ,dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan .Pelayanan
seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang
berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat.Misalnya ,jadwal
imunisasi yang teratur da penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan
kebutuhan ,serta informasitentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada
masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi.Cakupan imunisasiyang tinggi
akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi .Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat
terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa,
Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan
munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kab/kota.

Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh
faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat
berkaitan dan saling mempengaruhi. Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya
derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan
gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari
banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan,
diabetes mellitus dan lain lain. Perilaku / kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti mencret mencret
21

dan lainnya. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait
dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat
Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya
rumah sakit rumah sakit baru di setiap kabupaten / kota. Upaya meningkatkan akses
ke fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat secara langsung juga dipermudah dengan
adanya program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) bagi masyarakat kurang
mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah lainnya
seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib Belajar dan lain lain. Untuk
menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang efektif
bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk
pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan
akreditasi rumah sakit. Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat
di atas tidak berdiri sendiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya
pembangunan harus dilaksanakan secara simultan dan saling mendukung. Upaya
kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komprehensif, hal ini berarti bahwa upaya
kesehatan harus mencakup upaya preventif / promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dengan berbagai upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat
regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan untuk meningkatkan Derajat
Kesehatan Masyarakat.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi kessehtan seseorang yaitu:
a.

Penyebab penyakit

Penyebab penyakit dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
1)

Golongan exsogen
Yaitu penyebab penyakit yang tetrdapat diluar tubuh manusia yang dapat
menyerang perorangan dan masyarakat. Golongan exsogen dibagi dalam:
a) Yang nyata dan hidup
Penyebab penyakit ini sering disebut bibit penyakit, berupa bakteri, virus
rickketsia, jamur, protozoa, cacing dan sebagainya.
b) Yang nyata tak hidup
(1) Zat-zat kimia : racun, asam atau alkali kuat, logam dan sebagainya.

22

(2) Trauma (ruda paksa)
(a) Trauma elektrik :kena arus listrik
(b) Trauma mekanik :terpukul, tertabrak
(c) Trauma thermic :terbakar
(3) Makanan : kekurangan beberapa zat makanan seperti protein, vitamin
atau kekurangan makanan secara keseluruhan (kelaparan)
c)

Yang abstrak
(1) Bidang ekonomi :kemiskinan
(2) Bidang social : sifat asocial, anti social
(3) Bidang mental (kejiwaan): kesusahan, rasa cemas, rasa takut.

2)

Golongan endogen
Yaitu penyebab penyakit yang terdapat didalam tubuh manusia yang dapat
menyerang perorangan dan masyarakat. Penyebab penyakit golongan endogen
terdiri atas kompleks sifat seseorang yang dasarnya sudah ditentukan sejak lahir,
yang memudahkan timbulnya penyakit-penyakit tertentu. Antara lain :
a)

Habitus (perawakan) misalnya habitus asthenicus yaitu peerawakan yang
tinggi, kurus, dan bebrdada sempit dikatakan mudah terserang penyakit
tuberculossa.

b)

Penyakit-penyakit turunan misalnya : asma. Buta warna, dan hemofili.

c)

Faktor usia: daya tahan tubuh pada bayi, anak-anak, orang dewasa dan pada
lanjut usia berbeda-beda.

b.

Manusia sebagai tuan rumah

Berbicara tentang kesehatan, maka jelaslah manusia sebagai tuan rumah yaitu manusia
yang dihinggapi penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Bila seseorang
dikenai sesuatu penyebab penyakit atau ditulari bibit penyakit belum tenntu akan
menjadi sakit karena masih tergantung pada beberpa hal.
Salah satu diantaranya yaitu daya tahan tubuh orang tersebut. Daya tahan tubuh yang
tinggi baik jasmani. Rohani, maupun sosialnya dapat menghindarkan manusia dari
berbagai jenis penyakit. Daya tahan ubuh ini dapat dipertinggi dengan :

23

1)

Makanan yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.

2)

Vaksinasi untuk mencegah penyakit infeksi tertentu.

3)

Pemeliharaan, pembinaan kesemaptaan jasmani dengan olah raga secara
teratur

4)

Cara hidup yang teratur: bekerja, beristirahat, berekreasi dan menikmati
hiburan pada waktunya.

5)

Menambah pengetahuan baik dengan menuntut ilmu di bangku sekolah,
membaca buku-buku ilmu pengetahuan ataupun dari pengalamanpengalaman hidup dalam masyarakat.

6)

Patuh pada ajaran agama.

Daya tahan masyarakat tergantung pula pada daya tahan perorangan yang membentuk
masyarakat tersebut. Makin tinggi daya tahan perorangannya, serta makin banyak
perorangan yang meningkatkan daya tahan tubuhnya, maka akan makin tinggi daya
tahan masyarakat sehingga kesehatan masyarakatnya akan lebih terjamin.
c.

Lingkungan hidup

Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada di
sekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat.
Lingkungan hidup ini dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu :
1)

Lingkungan biologic
Terdiri atas organisme-organisme hidup yang berada di sekitar manusia.
a)

Yang merugikan
(1) Bibit-bibit penyakit seperti : bakteri, virus, jamur, rickettsia, protozoa,
cacing dan sebagainya.
(2) Binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk, kutu-kutu dan
sebagainya.
(3) Organisme-organisme sebagai hama tanaman atau pembunuh ternak.

b)

Yang berguna
(1) Tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagai sumber bahan makanan.
(2) Organisme yang berguna untuk industry misalnya untuk pembuatan
antibiotika atau sebagai bahan obat.

2)

24

Lingkungan fisik

Terdiri atas benda-benda yang tak hidup yang berada di sekitar manusia.
Termasuk kedalam golongan ini: udara, sinar matahari, tanah, air, perumahan,
sampah dan sebagainya.
a)

Yang merugikan
(1) Udara yang berdebu, mengandungg gas-gas yang merugikan yang berasal
dari kendaraan bermotor maupun pabrik-pabrik.
(2) Iklim yang buruk
(3) Tanah yang tandus
(4) Air rumah tangga yang buruk
(5) Perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
(6) Pembuangan sampah dan kotoran yang tidak teratur.

b)

Yang berguna
(1) Udara yang bersih
(2) Tanah yang subur dengan ilim yang baik
(3) Makanan, pakaian dan perumahan yang sehat.

3)

Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi merupakan lingkungan hidup yang abstrak
a)

Yang merugikan
Kemiskinan merupakan lingkungan hidup yang sangat membahayakan
kesehatan manusia (jasmani, rohani dan social). Karena miskin orang tidak
dapat memenuhi kebutuhan akan makanan yang sehat, yang akan
melemahkan daya tahan tubuh, sehingga

mudah terserang sesuatu

penyakit. Bahkan karena kekurangan makanan itu sendiri dapat
menyebabkan orang menjadi sakit seperti:
i.

Busung lapar pada orang dewasa

ii.

Kwashiorkor (protein-calori malnutrition) pada anak-anak

iii.

Penyakit-penyakit karena kekurangan vitamin misalnya : xer-ophthalmi,
scorbut, beri-beri.
Kemiskinan yang parah dapat meruntuhkan akhlak manusia secara total
sehhingga

tidak

lagi

menunaikan

kewajiban-kewajiban

sosialnya.

Menjadikan manusia menjadi kurang atau tidak bertanggung jawab.
25

Menumbuhkan sifat-sifat egoistis (mementingkan diri sendiri) dan
munculnya berbagai jenis kejahatan baik yang dilakukan anak-anak, remaja
maupun yang dilakukan orang dewasa. Karena itu perkembangan dalam
bidang kesehatan harus pula sejalan dengan perkembangan dalam bidang
sosio-ekonomi. Usaha-usaha kesehtan harus diselenggarakan agar keadaan
sosio-ekonomi mendapat kemajuan, sebaliknya pula hanya dalam keadaan
sosio-ekonomi yang baiklah usaha-usaha kesehatan dapat berkembang
dengan sebaik baiknya.
b)

Yang berguna
Kemakmuran yang merata pada setiap warga masyarakat

4)

Lingkungan metal sosial
Lingkungan metal sosial merupakan lingkungan hidup yang abstrak
a)

Yang merugikan
Sifat-sifat a-sosial, anti social kebiadaban, sifat mementingkan diri sendiri.

b)

Yang menguntungkan
Sifat gotong royong, patuh dan menghormati hukum-hukum yang berlaku
dalam masyarakat, berperi kemanusiaan berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Keempat macam lingkungan hidup ini masing-masing ada yang berguna
dan ada yang merugikan serta yang satu mempengaruhi yang lainnya secara
timbal balik.
Gangguan keseimbangan antara ketiga faktor tersebut menyebabkan
timbulnya penyakit. Usaha- usaha kesehatan masyarakat ditujukan untuk
mengendaalikan keseimbangan dari ketiganya sehingga setiap warga
masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

I.

SASARAN KESEHATAN MASYARAKAT
Sasaran adalah merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan halhal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara
operasional. Oleh karenanya rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat

26

memberikan fokus pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok
organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dan dapat diukur dan dapat dicapai.
Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagian dari proses
perencanaan strategis dengan fokus utama berupa tindakan pengalokasian sumber
daya organisasi kedalam strategi organisasi. Oleh karenanya penetapan sasaran harus
memenuhi criteria specific, measurable, agresif but attainable, result oriented dan time
bond. Guna memenuhi kriteria tersebut maka penetapan sasaran harus disertai dengan
penetapan indikator sasaran, yakni keterangan gejala atau penanda yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan upaya pencapaian sasaran atau
dengan kata lain disebut sebagai tolak ukur keberhasilan p