Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pengelolaan untuk Pembangunan Berkelanjutan

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia:

Pengelolaan untuk Pembangunan Berkelanjutan

Yayuk Rahayuningsih Suhardjono Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi

  • – LIPI

  

ABSTRAK

  Sejarah geologi dan letak geografi Indonesia menjadi salah satu sebab

tingginya keanekaragaman hayatinya.Keanekaragaman hayati secara garis besar

terdiri atas keanekaragaman ekosistem, spesies dan genetika.Ekosistem sendiri

terbagi menjadi dua yaitu yang alami dan buatan.Namun secara rinci ekosistem

alami dapat dibedakan menjadi banyak tipe ekosistem baik yang masin maupun

yang terrestrial.Sedangkan ekosistem buatan sangat bergantung pada maksud dan

tujuan pembuatannnya, missal tegal, sawah, dan perkebunan.

  Dalam kkeanekaragaman aras spesies, Indonesia dikenal sebagai Negara

“megabiodiversity”. Namun karena eksplorasi dan inventarisasi Kehati belum

mencakup semua kawasan Nusantara maka kekayaan yang dimiliki belum dapat

didata dengan benar. Data yang tersedia barulah merupakan perkiraan atau hasil dari

ekspedisi dan inventarisasi yang dilakukan oleh beberapa lembaga antara lain LIPI.

Padahal beberapa spesies baik flora maupun fauna memiliki potensi yang sangat

istimewa dan tingkat endemisitas yang tinggi.Di antara spesies yang sudah diketahui

ada yang berperan sangat penting di dalam ekosistem seperti tumbuhan figs dan

mangrove.

  Dalam tingkat keanekaragaman genetika, baru diketahui pada beberapa

spesies karena belum banyak dikaji.Koleksi specimen flora dan fauna jauh lebih

banyak dibanding specimen genetika.Beberapa jenis hewan lokal dikenal sebagai

sumber plasma nutfah.Namun sayang beberapa di ataranya sudah terancam

kepunahan.Keberadaan jenis-jenis hewan lokal ini perlu mendapat perhatian dan

sekaligus perlindungan.

  Langkah pelestarian sudah dilakukan oleh Pemerintah melalui upaya in-situ

dan eks-situ dengan membuat banyak kawasan konservasi dan program konservasi

jenis.Selain itu, Pemerintah juga melengkapi perangkat legislasi untuk

kehati.Strategi penyelamatan dan pengelolaan juga disiapkan oleh Pemerintah

sehingga berbagai pihak dapat ikut berpartisipasi dalam upaya pengelolaan kehati

agar dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan.Namun bukan berarti upaya yang

dilakukan tanpa tantangan.Tantangan yang ada perlu diatasi untuk kelangsungan

pelestarian kehati.Dengan demikian strategi dan langkah antisipasi untuk mengatasi

tantangan perlu disiapkan dan direalisasikan.

I. PENDAHULUAN

  Indonesia dikenal sebagai Negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga dimasukkan sebagai salah satu negara megadiversity tinggi.Keanekaragaman hayati terdiri atas tiga hal yang besar yaitu keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies atau jenis dan keanekaragaman genetika.Sebetulnya LIPI (2014) sudah menerbitkan sebuah buku tentang Kekinian

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia2014 .Dalam buku tersebut diungkapkan secara lengkap data

  kehati Indonesia yang terkini.Namun sayangnya buku tersebut tidak dicetak dalam jumlah yang mencukupi untuk skala sebuah Negara hanya mencukupi untuk instansi yang terkait dengan

  

1

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

  kehati.Sangat diharapkan uraian makalah ini dapat memberikan informasi walaupun singkat tetapi cukup padat dan menyeluruh.

  Indonesia selain memiliki keanekaragaman hayati (kehati) tinggi juga mempunyai kawasan yang luas dan berbentuk kepulauan.Sejarah geologi membuktikan bahwa kepulauan Indonesia merupakan gabungan beberapa kawasan geografi.Secara garis besar Indonesia terbagi menjadi kawasan biogeografi Oriental dan Australian dengan Wallacea di antaranya (George 1981). Beberapa garis imajiner pembatas sebaran biota dibuat antara lain; Garis Wallace dibuat tahun 1863- 1880, Garis Huxley tahun 1868, Garis Lydekker tahun 1896, Garis Weber tahun 1904 dan Garis Wallace lagi tahun 1910. Adanya garis-garis imajiner tersebut memberi gambaran tentang betapa kompleksnya susunan asal-muasal kepulauan Indonesia.Audley-Charles (1981) menguraikan sejarah pembentukan pulau Sulawesi yang dikenall sebagai Celebes cukup kompleks juga.Sulawesi tersusun dari beberapa potongan daratan namun dikatakan bahwa bagian selatan dan utara berbeda asal dibanding bagian timur dan tenggara.Bagian selatan dan utara dulunya merupkan bagian daratan dari Kalimantan (Borneo), sedangkan sisi tenggara dan timur lebih mengarah ke Australia.Kondisi sejarah geologi kepulauan Indonesia tersebut berpengaruh terhadap sebaran kehati.

  Berdasarkan keadaan geografi tersebut di atas maka tidak heran apabila tingkat endemik kehati di Indonesia juga cukup tinggi.Tingkat endemik ini dapat untuk pulau atau hanya kawasan tertentu, tergantung kepada jenisnya baik flora maupun fauna.Keanekaragaman mikroba belum banyak diungkapkan sehingga masih sulit untuk dibicarakan tentang sebarannya.

II. KHASANAH KEHATI

  Di atas sudah diuraikan bahwa keanekaragaman hayati dibedakan menjadi keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman genetika.Dalam ketiga kategori tersebut, Indonesia memang kaya yang salah satu sebabnya adalah letak geografi yang sangat spesifik.Letak geografi sangat berpengaruh terhadap iklim yang secara langsung berpengaruh terhadap hidupan yang menghuninya.Meskipun belum semua terungkap sudah diketahui bahwa beberapa spesies memiliki tingkat endemisitas tinggi, mengalami tekanan populasi sehingga terancam kepunahan atau dalam status kritis.

  Ekosistem

  Dalam membicarakan ekosistem, dapat dibedakan secara tegas menjadi dua yaitu yang alami dan yang buatan.Masing-masing kelompok tentunya mempunyai ciri yang khas dan berbeda satu dengan yang lain.

  Tipe ekosistem alami dibedakan secara garis besar menjadi empat, yaitu: 1. Marine atau Air masin; dalam tipe ekosistem ini dapat ditemui.

  a. Mintakat neritik

  b. Terumbu karang

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Masing-masing tipe ekosistem memiliki komposisi atau kekayaan jenis penghuninya baik flora maupun fauna serta mikrobanya.Dapat dipastikan bahwa hampir tidak ada kesamaan komposisi jenis atau keanekaragaman spesies pada tipe ekosistem yang berbeda.

  Belum semua kawasan Indonesia dieksplorasi kekayaan kehatinya, baik flora maupun fauna apalagi mikroba.Dengan demikian berapa kekayaan kehati Indoneia yang sebenarnya belumlah dapat dilaporkan.Data yang ada merupakan perkiraan atau hasil dari ekspedisi yang pernah dilakukan oleh

  Spesies atau jenis

  6. Tambak Masing-masing tipe ekosistem buatan berisi keanekaragman sesuai keinginan yang membuat lahan.Contohnya persawahan tentu saja yang paling dominan adalah tanaman padi.Namun di dalam sawah tersebut selain padi juga dapat dijumpai biota atau hidupan lainnya seperti beberapa jenis flora, fauna dan mikrroba. Begitu juga tegalan, pekarangan, kebun, kolam dan tambak akan ditempati oleh keanekaragaman biota yang berbeda satu dengan lainnya.

  5. Kolam

  4. Kebun campuran: Kebun, Talun, Perkebunan, Ladang berpindah

  3. Persawahan: Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, Sawah surjan, Sawah rawa, Sawah pasang surut

  2. Pekarangan

  1. Tegalan

  Tipe ekosistem buatan lebih variatif karena dikembangkan oleh manusia sesuai kebutuhan. Namun secara umum terdiri atas:

  

3

  c. Padang lamun

  Karst dan Gua serta bawah permukaan.

  4. Terestrial; merupakan tipe ekosistem yang paling kompleks namun secara garis besarnya dibedakan: a. Hutan Pamah . Dalam hutan pamah secara rinci terdapat berbagai tipe ekosistem seperti hutan Pantai, Dipterokarp, Kerangas, Rawa, Rawa Gambut,

  b. Riparian

  a. Mangrove

  3. Semiterestrial, tipe ini hanya ada dua juga yaitu

  b. Danau

  a. Sungai

  2. Limnik atau perairan air tawar; dalam tipe ini ditemukan

  d. Mintakat oseanik

  b. Hutan Pegunungan , terdapat tipe ekosistem yaitu Pengunungan Bawah, Pegunungan Atas, Hutan Sub-Alpin, Hutan Alpin

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

  LIPI maupun instansi lainnya.Namun sebagian besar merupakan himpunan data yang dimiliki LIPI, karena salah satu tupoksi lembaga ini adalah memberi informasi tentang kehati.Dalam membicarakan keanekaragaman jenis atau spesies, kelompok takson dibedakan pada flora, fauna dan mikroba.

  • – `Berdasarkan data spesimen koleksi herbarium yang tersimpan di Herbarium Bogoriense LIPI (HB) dapat dipetakan perjalanan ekplorasi untuk melakukan koleksi tumbuhan. Ternyata kawasan yang dikunjungi tim eksplorasi belum mencakup semua wilayah Indonesia (Gambar 1). Begitu juga dari koleksi spesimen fauna yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) (Gambar 2). Masih banyak kawasan Indonesia yang belum terjamah tim ekspedisi. Apalagi apabila ditelusur untuk setiap kelompok takson fauna, kesenjangan data semakin terlihat.

  FLORA Daerah eksplorasi Gambar 1. Peta eksplorasi flora, data berdasarkan kekayaan koleksi spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense (LIPI 2014).

  FAUNA Mamalia Herpet Ikan Moluska Burun Krustase Serangga

  Gambar 2. Peta eksplorasi fauna, data berdasarkan kekayaan koleksi spesimen di Museum Zoologicum Bogoriense (LIPI 2014).

  Flora:

  Koleksi herbarium di HB merupakan koleksi terbesar dan terlengkap di Indonesia (Tabel 1).Koleksi yang ada sudah berstandar internasional dalam sistem pengelolaan.Meskipun sudah memiliki hampir mencapai satu juta specimen, koleksi yang ada masih perlu dilengkapi. Masih

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

5

  banyak lokasi yang belum terjamah, tentunya masih terbuka adanya jenis-jenis baru yang akan melengkapi koleksi.

  

Tabel 1. Jumlah koleksi spesimen herbarium yang tersimpan di Herbarium Boggoriense

Takson Famili Genus Spesies Jumlah

(lembar/botol) Pteridophyta 39 311 4.299 69.187 Gymnospermae

  10 61 263 5.295 Monokotil 48 659 5.445 97.140 Dikotil 229 6.927 36.420 605.607 TYPE 1.657 10.289 17.037 Cryptogamae 276 1.146 5.476 55.968 - Lichen 49 129 538 6.673 - Hepatic 58 202 1.371 16.876 - Musci 83 504 2.773 19.496 - Algae 86 311 794 1.511 - Fungi 11.412

  Padahal apabila dikaji dari setiap kelompok takson yang sudah ada di dalam koleksi, tampak bahwa keanekaragaman tinggi.Di samping itu tingkat endemik masing-masing takson juga ada yang tinggi.Keanekaragaman pada tujuh pulau utama sudah dapat memberikan gambaran tingginya angka keanekaragaman kehati (Tabel 2).

  Salah satu contoh yang dapat diungkapkan adalah kelompok mangrove atau tumbuhan bakau.Di antara Negara ASEAN dan PNG, Indonesia memiliki keanekaragaman mangrove tertinggi (Gambar 3, kiri), sedangkan area hutan mengrove yang terluas adalah Papua diikuti Kalimantan, Sumatera (Gambar 3, kanan).Apakah Indonesia memiliki kawasan hutan mangrove terluas di dunia?Apabila memang hutan mangrove Indonesia terluas, maka tidak heran apabila juga memiliki keanekaragaman tertinggi.

  

Tabel 2. Keanekaragaman flora setiap kelompok takson pada tujuh pulau utama

TAKSON Sumatra Kalimantan Jawa Sulawesi Nusa tenggara Maluku Papua

FLORA 5.692 5.575 6.641 6.796 490 2.279 3.928

LICHENS (Lumut Kerak) 151

  71 444 108

  24

  58

  51 MUSCI (Lumut Daun) 268 376 610 202 205 224

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

Hepaticae (Lumut 164 235 497

  31

  14

  16

  66 Hati) Algae

  12

  4

  

84

  13

  12

  15

  6 Jamur 477 374 2.131 244 28 ? 482 Brunei Cambodia

99 Indonesia 152 126 141

  Malaysia 186 243

  Myanmar 138

  PNG 221 155

  

148

160 Phlippines Singapore Thailand Timor-Leste Viet Nam

  34.482 178.751 147.018 576.956 Jawa

  638.284 Kalimantan Maluku LSI

  1.634.003 Papua Sulawesi Sumatera

  34.525 Gambar 3. Keanekaragman jenis mangrove: di Negara-negara ASEAN - Papua Niugini (kiri) dan pada tujuh pulau utama di Indonesia (kanan) (LIPI 2014).

  Contoh berikutnya yang dapat diungkapkan adalah keanekaragaman tumbuhan figs atau kelompok fikus.Indonesia juga tercatat memiliki keanekaragaman Ficus tertinggi di dunia yang tersebar di kepulauan Indonesia (Gambar 4).Kerabat Ficus ini merupakan salah satu tumbuhan yang sangat penting di dalam ekosistem.Dalam laporan yang ada tercatat tidak kurang dari 1.274 spesies mamalia dan burung mengkonsumsi buah figs untuk hidupnya.Dengan demikian jenis ini perlu dilestarikan keberadaannya.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Kalimantan - 82 sp Sulawesi

  • 92 sp

  Maluku - 70 sp

  1

  2 Papua - 79 sp Sumatera – 100 sp Karst Maros (2007)

  Lesser Sunda - 34 sp Java - 77 sp 39 spesies, 2

  Indonesia diduga baru memiliki keanekaragama nspesiesfigs tertinggi di dunia(237 spp)

  1274 spesies burung &mamalia terdiri atas 523 genus / 92 famili consumed figs fruit yang mengkonsumsi figs

Gambar 4. Keanekaragaman spesies figs (Ficus spp.) di tujuh pulau utama Indonesia.

  Contoh lain yang dapat diungkapkan seperti kelompok Pandanaceae: pandan merah dari Papua. Daratan Papua sepertinya dapat dikatakan sebagai pusat keanekaragman pandan dan ubi jalar di Indonesia.Banyak varitas pandan dan ubi jalar ditemukan di daratan tersebut.

  Sebagai alternativ sumber karbohidrat pengganti beras, sebenarnya Indonesia tidak perlu risau.Negara kita memiliki banyak varitas ubi-ubian dan talas.Dari koleksi hidup + 710 nomer yang dimiliki LIPI sebanyak ternyata terdiri atas + 180 varitas.Padahal dibandingkan sesame Negara di ASEAN sperti Thailand (40 var), Malaysia (80 var), Filipina (56 var) dan Vietnam (112 var) terbukti kalau Indonesia paling kaya keanekaragman talasnya.Kelompok pisang juga menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pusat sebaran keanekaragmannya.

  Fauna

  Di atas sudah diuraikan bahwa eksplorasi fauna Indonesia belum menyentuh semua kawasan Nusantara (Gambar 2) dan dari hasil ekspedisi tersebut sebagian besar tersimpan di MZB.Sama dengan HB pengelolaan koleksi spesimen fauna di MZB juga sudah berstandar internasional.Dilihat dari koleksi specimen fauna yang ada di MZB hanya kelompok Vertebrata (Burung, Mamalia besar, Ikan) yang mendekati jumlah kekayaan yang ada di Indonesia.Kelompok Invertebrata masih jauh ketinggalan, contohnya koleksi serangga belum mencapai angka 15% dari kekayaan

  

7

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

  keanekaragaman spesien yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, kegiatan inventarisasi dengan ekspedisi masih terus diupayakan oleh MZB melalui kerja sama dengan berbagai pihak dalam dan luar negeri. Dengan demikian catatan penemuan jenis baru masih terus bertambah (Tabel 4).Meskipun data terkumpul baru mencapai tahun 2012, dapat terlihat bahwa penambahan catatan spesies baru masih signifikan. Data spesies baru fauna sampai tahun 2014 masih dalam proses untuk dipublikasikan.

  

Tabel 3. Jumlah spesies dan spesimen fauna koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB)

Tabel 4. Penambahan spesies baru fauna Tabel 5. Jumlah spesies endemik dan statusnya

  Takson 1983 1994 2005 – – Takson Endemik Red List IUCN

  • 2004 2012

  Species 1993

CR EN NT

  VU Collembola

  39

  14

  2 Mamalia 270

  23

  76

  44

  99 Burung Burung 386

  14 27 200

  58 Herpet

  2

  9

  2 Ikan

  9

  9 Reptilia 328

  7

  7

  11 Krustase

  8

  5 Amphibia 204

  3

  9

  41

  20 Mamalia

  11

  18

  1 Ikan 280

  15

  20 46 106 Serangga ?

  2

  12

  8

  31 Moluska dll

  5

  2

  2 Invertebrata ?

  3

  1

  11 Insekta & Artr

  34

  30 Namun kekayaan yang ada mengalami banyak tekanan akibat beberapa faktor yang salah

  satunya adalah perburuan tanpa kendali, perusakan habitat fauna dan perdagangan.Oleh karena itu banyak spesies di antara yang dimiliki sudah terdaftar status kelangkaan dalam IUCN (Tabel 5).

  Berkembangnya lalu-lintas perdagangan flora-fauna, semakin merebaknya para penggemar fauna yang didatangkan untuk dipiara (pehobi fauna) sedikit banyak juga memberikan dampak yang kurang menyenangkan.Binatang yang introduksi dari luar, apabila terlepas kealam bebas dapat mengancam keberlangsungan hidup spesies pribumi atau asli.Spesies pendatang ini dikenal sebagai spesies invasiv apabila mereka merugikan keberadaan spesies asli.Dalam catatan ternyata spesies invasiv cukup banyak yang sudah masuk dan mengancam keanekaragaman spesies asli (Gambar

ISBN: 978-602-72412-0-6

  5).Keberadaan spesies-spesies invasivini harus mendapat perhatian. Banyak contoh yang merugikan akibat hadirnya spesies invasiv salah satunya adalah keong emas yang menjadi hama ganas di persawahan.Awalnya keoang emas dimasukkan ke Indonesia sebagai hewan hias untuk akuarium, tanpa sengaja terlepas ke perairan bebas dan masuk ke persawahan.

  

Gambar 5. Jumlah spesies invasive yang tercatat di Indonesia

Mamalia

  Di dunia ini tercatat ada 4.400 spesies Mamalia, yang dapat dijumpai di Indonesia sebanyak 720 spesies.Beberapa di antaranya sudah tercatat dalam daftar IUCN untuk status kelangkaannya. Beberapa pulau memberikan catatan tingkat endemik Mamalia yang cukup tinggi, seperti Kalimantan memilik 119 spesies yang endemik 32% sedangkan Sulawesi tercatat 222 spesies dengan tingkat endemik 57,2% (LIPI 2014).

  Burung

  Indonesia memiliki keanekaaragaman burung berjumlah 1604 spesies, 400 spesies di antaranya merupakan burung migran yang melintasi pulau Sumatera dan Jawa.Tingkat endemisitas burung juga cukup tinggi, misalnya Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak tercatat ada 32 spesies dari 34 spesies endemik Indonesia.Dengan demikian tingkat endemisitas burung di TN Gn Halimun-Salak sekitar 94%.Di atas sudah diuraikan bahwa Pulau Sulawesi memiliki sejarah geologi dan geografi yang istimewa. Keistimewaan Sulawesi tersebut juga berdampak pada tingkat endemisitas burung, dari 467 spesies yang dijumpai, 262 spesies (40,5%) di antaranya endemik.

  Amfibi dan Reptil

  Jenis-jenis Amfibi belum banyak diungkapkan, ternyata kelompok ini juga memiliki tingkat endemisitas tinggi. Sampai saat ini tercatat bahwa Indonesia memiliki 385 spesies dengan 160 spesies (50,63%) di antaranya endemik. Sedangkan Reptil menunjukkan data yang berbeda untuk setiap pulau utama (Tabel 6).Tingkat endemisitas tertinggi terlihat di Kepulauan Nusa Tenggara.

  

9

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

  Dilaporkan bahwa sekitar 40% total spesies biawak dunia dapat dijumpai di Indonesia dan dari jumlah tersebut sekitar 80% tersebar di Bagian Timur terutama di Maluku dan Papua (LIPI 2014).

  

Tabel 6. Daftar jumlah spesies dan tingkat endmisitas Reptil Indonesia pada tujuh pulau utama

  Sumatra Jawa Klimntn Sulawesi NT Maluk Papua u 224 154 227 130

  74 80 208 ∑ Spesies

  52

  10

  12

  44

  39

  40

  34 ∑ Sp Endemik Endemisitas (%)

  23.21

  6.49

  5.29

  33.85

  52.27

  50

  16.35 Ikan Sebanyak 1248 spesies ikan air tawar dapat dikoleksi di Indonesia. Padahal eksplorasi belu m menyeluruh kawasan Nusantara. Tentu saja apabila dilakukan eksplorasi intensif, jumah spesies yang terdaftar pasti akan meningkat. Dari penelitian peneliti LIPI, masih sering dipublikasikan jenis-jenis baru dari hasil ekspedisi yang mereka dilakukan.Perbandingan jumlah jenis antara ikan laut dan air tawar menunjukkan lebih banyak ikan lautnya (Gambar 6, kiri atas).Ternyata pada setiap tipe ekosistem yang berbeda juga memiliki keanekaragaman ikan yang berbeda (Gambar 6, kanan atas).Meskipun status kelangkaan belum terlalu tinggi (Gambar 6, kiri bawah) kelestarian ikan perlu mendapat perhatian serius.Apalagi dengan datangnya ikan-ikan introduksi dari luar (Gambar 6, kanan bawah).

  Serangga

  Arthropoda merupakan kelompok binatang dengan keanekaragaman tertinggi di antara binatang lainnya.Di dalam Arthropoda ini, serangga merupakan kelompok yang paling besar baik keanekaragaman maupun populasi di dalam ekosistem.Apabila dibandingkan angka prakiraan jumlah spesies serangga dunia dengan yang sudah teridentifikasi di Indonesia sangatlah sedikit (Tabel 7).Serangga Indonesia yang sudah diketahui namanya diperkirakan baru sampai 10-15% dari kekayaan yang ada.Oleh karena itu masih banyak yang harus dilakukan untuk memenuhi pengenalan spesies serangga yang menjadi kekayaan Indonesia.Apalagi setelah dipetakan berdasarkan kegiatan eksplorasi dan kekayaan koleksi specimen, terbukti bahwa belum menyeluruh semua kawasan Indonesia (Gambar 7).Dengan masih sangat terbatasnya spesies yang diketahui, maka potensi yang dimiliki juga belum banyak terungkapkan.Dari kelompok serangga, data yang relatif lengkap baru tentang kupu-kupu (Tabel 8).

ISBN: 978-602-72412-0-6

  1 238

  40 Orthoptera 20.000 3.000 Blattodea 4.000 600 Isoptera 2.500 225 Mantodea 1.800 200 Phasmatodea 25.000 3.750 Dermaptera 1.800 400 Plecoptera 2.000 300 Ordo World Indonesia Hemiptera 25.000 3.750 Thysanoptera 4.500 675 Psocoptera 4.500 450 Neuroptera 5.000 750 Diptera 150.000 22.500 Tricoptera 7.000 1.050 Lepidoptera 150.000 22.500 Coleoptera 300.000 45.000 Hymenoptera 300.000 45.000 1.014.350 151.847

  77 Ephemeroptera 250

  6 Ordo World Indonesia Collembola 6.000 900 - 1200 Odonata 5.000

  45

  5

  34

  

11

Gambar 6. Perrbandingan angka kekayaan spesies ikan: Masin vs air tawar (kiri atas); ikan masin

  pada tipe ekosistem yang berbeda (kanan atas); status kelangkaan ikan (kiri bawah); status spesies (kanan bawah).

  75

  30 195

  Marine vs Fresh water

  328 218

  Critical Endangered Vulnerable Data deficiency Least concerned Not threatened

  35% 20% 7% 25%

  

Tabel 7. Perbandingan jumlah spesies serangga Indonesia yang sudah diketahui dan dunia

6% 7%

  27 Marin

  Locality of collection Surveyed locality ......... ?? % Number of identified species < 10 %

  13

  Peta eksplorasi serangga dan Arthropoda lain Indonesian

  Kupu-kupu

  Tabel 9. Daftar koleksi specimen dan kultur jaringan mikroba Total koleksi:

  Dibanding flora dan fauna, khasanah mikroba belum banyak diungkapkan. Sejak tahun 2014 gedung penyimpanan koleksi spesimen kultur jaringan sudah ada. Sampai saat ini yang sudah tercatat di dalam koleksi masih sangat terbatas (Tabel 9 dan 10). Kegiatan pengembangan koleksi masih sangat diperlukan baik untuk spesimen mikroba maupun kultur jaringan. Apalagi dengan sudah tersedianya sarana penyimpanan dan laboratorium yang baru.

  20 Total 17770 1900 890 790 640 350 557 380 466 Mikroba

  30

  87

  50

  18 Hesperiid 4150 250 180 190 125

  2

  4

  2

  12

  16

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

Gambar 7. Peta eksplorasi serangga Indonesia.

Tabel 8. Kekayaan spesies kupu-kupu pada tujuh pulau utama dibandingkan jumlah total di Indonesia dan dunia.

  40

  52 61 100 Nymphalid 6000 650 271 223 217 130 191 124 160 Lycaenid 4500 590 322 300 200 100 183 120 140 Riodinid 1450

  41

  49

  24

  53

  28 Pieridae 1100 250

  43

  40

  27

  37

  40

  48

  Famili Dunia Indonesia Sumatra Kaliman Jawa Nusa Tenggara Sulawesi Maluku Papua Papilonid 570 120

  • Bacteria 1442 nomer
  • Mould 341 nomer
  • Microalgae 7 nomer
  • Protozoa 99 nomer
  • Viruses 37 nomer
  • Yeast 317 nomer Koleksi lainnya adalah: Kultur jaringan 203 nomer

ISBN: 978-602-72412-0-6

  5

  Burung 1941 301 Mamalia 2100 132 Herpetofauna 6000 270 Lepidopteraa (ngengat) 500 120

  

Tabel 11. Koleksi darah dan jaringan di MZB

Nama Takson Darah & Jaringan Jumlah spesies

  Keanekaragaman genetika sangat terkait dengan sumberdaya yang tersedia termasuk plasma nutfah.Penelitian sumberdaya genetika hidupan liar belum banyak dilakukan, masih terbatas pada takson-takson tertentu terutama yang ukuran besar dan/atau yang terkait dengan konservasi. Koleksi DNA sudah dilakukan oleh MZB dalam beberapa tahun terakhir ini namun koleksinya belum banyak dan masih terbatas pada burung baru 4752 nomer, mamalia 4589 nomer dan serangga 186 nomer. Selain koleksi DNA, MZB juga mengumpulkan spesimen darah dan jaringan dari beberapa takson (Tabel 11).

  2060 1016 1350 1175 Genetika

  50 TOTAL

  56

  44

  100*

  5 Rhizobium 200 - - 100 Microalgae for Energy Producing &Pigments Production , and Antioxidant Production

  

13

Tabel 10. Jumlah kekayaan koleksi specimen yang tersimpan di Gedung InaCC Topics

  Public Coll RS2 Project Collection

  49 100-200

  20 LAB with potential properties 100 37 164

  11

  50 Archeae 50 -

  18

  58 200 Bacteria for Bioremediation 100 -

  Soil & Soil borne plant pathogenic fungi 200 - 71 100 Oleaginous and/or enzymatic prod yeast 400 379 378 300 Endophytic, Lignocellulolytic, Marine, Soil &Litter Actinobacteria 500 150

  98 150

  500* 406 442

  2011 2012 2013 Fungi associated with indigenous/ economically important plants

  Bacteriophage from LAB 10 -

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

  Laporan yang ada tentang kekayaan keanekaragaman hewan ternak cukup membanggakan dan tersebar di pelosok tanah air.Pada umumnya tiap daerah memiliki kekhasan hewan ternak yang masih “liar” belum 100% mengalami domestikasi. Yang sudah terdaftar adalah sapi (13 ordo), kerbau (9), kambing (11), domba (5), babi (11), ayam local (30), bebek (14) dan kuda (12). Namun dari sumber plasma nutfah tersebut, tidak semuanya benar-benar asli Indonesia, beberapa di antaranya merupakan hasil silang yang sudah sangat lama.Beberapa di antaranya yang asli Indonesia sudah mengalami tekanan bahkan ada yang terancam punah seperti ayam jawa sedangkan ayam sumatera dalam status kritis.Begitu juga terhadap populasi kambing gembrong Bali yang menurun drastis, sehingga menyebabkan Pemerintah mengambil kebijaksanaan perlindungan melalui Program Save Kambing Gembrong 2012-2022.

III. PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN

  Kekayaan tiada artinya tanpa upaya pelestarian agar dapat digunakan secara berkelanjutan.Hal ini perlu dilakukan mengingat keanekaragaman belum terungkap semuanya dan potensi dari setiap jenis juga belum diketahui pasti.Upaya konservasi dapat dilakukan secara in-situ atau eks-situ.

  In-situ

  Merupakan kegiatan pelestarian pada habitat aslinya.Bagi hidupan liar pelestarian in-situ dilakukan pada kawasan-kawasan konservasi.Pemerintah secara bijaksana sudah menentukan beberapa kawasan konservasi.Semua kawasan konservasi di bawah pengawasan dann pengelolaan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Ada tiga kategori hutan (Tabel 12), dari tiga ini hanya dua tipe yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan perlindungan.Namun sebagai kawasan perlindungan hanya hutan konservasi yang memiliki tupoksi sebagai kawasan konservasi untuk spesies.Di Indonesia ini dikenal ada 12 kawasan konservasi yang tersebar beberapa provinsi (Tabel 13). Dalam kawasan konservasi seluas 31.154.963,50 hektar tersebut dimanfaatkan sebagai area konservasi in-situ.

  

Tabel 12.Tipe dan luasan hutan

No Tipe Luas % Hutan (ribu Ha)

  1. Hutan 66,35 50,65 Produksi

  2. Hutan 33,5 25,57 Lindung

  3. Hutan 31,15 23,78 Konservasi

  Total luas 131,00 100

ISBN: 978-602-72412-0-6

  4. Suaka Margasatwa Laut 5.588,25

  24 Jumlah 31.154.963,50 528

  11. KSA/KPA 309.880,30

  13

  10. Taman Buru 220.951,44

  23

  9. Taman Hutan Raya 351.680,41

  14

  8. Taman Wisata Alam Laut 491.248,00

  7. Taman Wisata Alam 257.323,85 101

  7

  6. Taman Nasional Laut 4.043.541,30

  50

  5. Taman Nasional 16.375.000,00

  4

  

15

Tabel 13. Daftar Kawasan konservasi dan luasan Eks-situ

  Kawasan konservasi eks-situ ini dapat berupa kebun raya dan kebun binatang.Jumlah Kebun Raya saat ini semakin bertambah karena masing-masing Pemerintah Daerah (Propinsi atau Kabupaten) giat membangun dan mengembangkannya.Kebun Raya milik Pemda berjumlah 19, LIPI sendiri memiliki 6 dan masih ditambah adanya Taman Kenekaragaman Hayati yang berjumlah 29.

  

4. Aksi Nasional Konservasi jenis: priioritasi nasional konservasi  peningkatan populasi.

  Sedangkan upaya perlindungan fauna dilakukan melalui Kebun Binatang dan Taman Safari yang dapat ditemukan di beberapa kota atau daerah.

  Inisiasi dan legeislasi

  Dalam hal melakukan perlindungan spesies atau jenis dilakukan melalui hukum dan perundangan formal.Sedangkan perlindungan biota dapat dilakukan melalui Peraturan Daerah.Beberapa Kabupaten bahkan sudah memutuskan untuk menjadi Kabupaten Konservasi.Status sebagai Kabupaten Konservasi mempunyai konsekuensi untuk melakukan perlindungan terhadap kawasan hutan dan isinya dan mungkin juga kebudayaan yang ada.

  Strategi penyelamatan ekosistem dan jenis 1. Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan Naional Indonesia.

  2. Kawasan Wallacea: 62% mamalia dan 34% burung endemic.

  3. Konservasi Burung Berbasis Kewilayahan (DBEnd & DPentingBI).

  5. Penurunan populasi sebagai indikator kerusakan.

  3. Suaka Margasatwa 5.024.138,29

  6. Fauna dan Flora dalam IUCN.

  7. Sumberdaya genetika dan pengetahuan tradisional.

  No Kawasan Area (Ha) Jumlah

  1. Cagar ALam 3.923.001,66 216

  2. Cagar Alam Laut 152.610.00

  5

  71

  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

  8. Perlindungan kehati melalui kearifan tradisional.

  9. Pelestarian jenis-jenis lokal di Masyarakat Tradisional.

  Dalam hal sumber plasma nutfah, Pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan. Antara lain dengan melakukan penelitian khusus dan pengembangan beberapa spesies terpilih seperti:

  1. Kambing Gembrong Bali.

  2. Beberapa kelompok ayam lokal.

  3. Kerbau.

  4. Ikan air tawar: arwana, tor dlsb.

  Sedangkan untuk melindungi sumberdaya genetika, beberapa lembaga penelitian atau kementrian telah memiliki sarana dan prasarana penyimpanan, seperti adanya Bank Gen bahkan beberapa yang lainnya telah berkembang untuk mengoleksi barcode dari setiap spesies koleksinya.

IV. TANTANGAN

  Beberapa hal dapat diungkapkan sebagai tantangan yang harus kita hadapi dan diatasi dengan sebaik-baiknya. Tantangan yang dimaksud antara lain adalah:

  1. Indonesia  “megadiversity”: sebagai Negara dengan keanekaragaman yang terkenal tinggi harus dapat membuktikan keberhasilan dalam pengelolaan. Paling tidak dapat memberikan informasi tentang kekayaan yang dimilikinya.

  2. Luasan kawasan Indonesia dan berbentuk kepulauan: Negara kepulauan ini memberikan suatu upaya pengamanan yang cukup berat. Kebijakan Pemerintah yang sekarang sedikit melegakan dengan adanya pemberantasan pencurian ikan dan penegakan hukum dalam pencarian ikan di laut.

  3. Memiliki beberapa bioregion alami: pembagian bioregion ini ditujukan lebih untuk memudahkan pengelolaan hidupan di dalamnya.

  4. Belum semua khasanah kehati diketahui: karena belum semua kekayaan diketahui maka masih terbuka lebar dan luas kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan inventarisasi.

  Permasalahannya adalah sumberdaya manusia yang akan melakukan eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi, apakah sudah tersedia dalam jumlah memadai atau belum.

  5. Kesadaran akan pentingnya kelestarian kehati Indonesia perlu ditingkatkan: perlunya peningkatan kesadaran akan pentingnya kehati untuk kelangsungan hidup kita. Dalam hal ini sosialisasi dan desiminasi perlu digalakkan.

  6. Kesadaran akan bahaya masuknya jenis invasiv: masuknya jenis infasiv dapat melalui berbagai cara. Ancaman keberadaannya perlu disosialisasikan agar para penggemar binatang tertentu harus berhati-hati dalam memelihara jangan sampai lepas di alam. Begitu juga dalam pemilihan jenis-jenis untuk pengendallian hama atau penyakit yang didatangkan dari luar negeri, harus lah didahului dengan studi yang cermat akan dampak yang akan itimbulkan.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Beberapa upaya untuk mengelola kehati agar dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya secara berkelanjutan masih diperlukan. Usaha yang diperlukan antara lain:

  1. Kegiatan eksplorasi, inventarisasi dan valuasi kehati Indonesia.

  2. Memperbanyak tenaga taksonomis untuk melakukan identifikasi kehati Indonesia.

  3. Menghidupkan lagi studi taksonomi & biosistematik di perguruan tinggi.

  4. Desiminasi informasi mengenai kekayaan dan potensi kehati Indonesia.

VI. DAFTAR PUSTAKA

  Audley- Charles MG 1981. Geological history of the region of Wallace’s Line.Wallace’s Line and plate tectonics . Whitmore TC (Ed.). Clarendon Press Oxford: 24-35. George W 1981. Wallace and his line.

  Wallace’s Line and plate tectonics. Whitmore TC (Ed.).

  Clarendon Press Oxford: 3-8. LIPI 2014.Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia 2014. LIPI Press bekerja sama dengan KLH dan Bappenas: 344pp.