Kesatuan Pengelolaan Hutan: Sebuah Kajian Rencana untuk Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Sumatera Utara

  

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN:

SEBUAH KAJIAN RENCANA UNTUK PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DI SUMATERA UTARA

1) 2) 3) 4)

  Rahmawaty , Abdul Rauf , Halen Purba dan Nurhayati

  1) 2) 3)

  Dosen Prodi Kehutanan FP-USU, Dosen Prodi Agroekoteknologi FP-USU, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi

  4)

  Sumatera Utara, Staf Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

  

ABSTRAK

  Salah satu bentuk konkrit kebijakan yang diinisiasi oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kehutanan RI adalah kebijakan mengenai pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang merupakan unit pengelolaan hutan ditingkat tapak yang telah diamanatkan melalui UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK 102/Menhut-II/2010 tanggal 5 Maret 2010 menetapkan wilayah KPH di Provinsi Sumatera Utara seluas kurang lebih 3.196.380 (tiga juta seratus sembilan puluh enam ribu tiga ratus delapan puluh) hektar, terdiri dari KPHL sebanyak 14 unit seluas kurang lebih 1.364.497 hektar dan KPHP sebanyak 19 unit seluas kurang lebih 1.831.884 hektar. Seiring dengan adanya revisi luas kawasan hutan di Sumatera Utara (SK 44 tahun 2005), maka luas wilayah KPH di Sumatera Utara juga akan mengalami perubahan.

  Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji rencana pembentukan KPH di Sumatera Utara dalam rangka pengelolaan hutan berkelanjutan. untuk mengkaji hal tersebut, digunakan metode survey dan wawancara dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Hasil kajian menunjukkan bahwa permasalahan umum yang dihadapi dalam rencana pengelolaan KPH di Sumatera Utara adalah pemahaman mengenai KPH belum merata, kesiapan pemerintah kabupaten dalam pembentukan kelembagaan KPH berbeda-beda, ada kekhawatiran dengan terbentuknya KPH akan membebani pemerintah daerah karena KPH berbentuk SKPD baru, sumberdaya manusia yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan masih sangat terbatas, dan masalah tata batas kawasan hutan. Sosialisasi mengenai KPH kepada aparat pemerintah provinsi, kabupaten dan masyarakat sangat perlu dilakukan khususnya masyarakat yang berada di sekitar areal KPH dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan berkelanjutan di sumatera utara.

  Kata kunci: KPH, Sumatera Utara, hutan, berkelanjutan.

  

PENDAHULUAN n/ Pem

  Kebijakan pengelolaan dengan pendekatan ekosistem (resource based management) merupakan kebijakan pengelolaan yang mengedepankan keseimbangan ekosistem, dimana pola pengelolaan lebih berorientasi pada proses yang melihat keragaman dari elemen pembentuk hutan. Salah satu strategi yang ditempuh untuk dapat mewujudkan keberlanjutan dari fungsi dan peranan hutan adalah dukungan kebijakan yang tepat melalui penerapan pengelolaan hutan dengan pendekatan ekosistem.

  Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai sebuah unit pengelolaan hutan ditingkat tapak yang telah diamanatkan melalui UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan merupakan salah satu bentuk konkret kebijakan yang diinisiasi oleh pemerintah pusat melalui kementerian kehutanan. Pada pasal 12 disebutkan bahwa perencanaan hutan meliputi inventarisasi hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan dan penyusunan rencana kehutanan. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan (PP No. 44 Tahun 2004).

  Pengusahaan hutan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menjamin kelestarian dan peningkatan produksi. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008 Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan yang mengamanatkan tentang Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut dengan KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukkannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan teknis kehutanan yang terkait dengan sumberdaya hutan, idealnya ditangani oleh tenaga ahli/fungsional kehutanan. Pada kawasan hutan yang dibebani perijinan (IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, HTR, dll), pengelolaan hutan selama ini dilakukan oleh pemegang ijin. Regulator Provinsi/Kabupaten/Kota, idealnya tidak melaksanakan kegiatan teknis pengelolaan hutan. Oleh sebab itu kehadiran lembaga KPH ini sangat penting. Pembangunan KPH tersebut akan didesain menuju ke arah Pengelolaan Hutan secara Profesional dan Mandiri. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji rencana pembentukan KPH di Sumatera Utara dalam rangka pengelolaan hutan berkelanjutan.

BAHAN DAN METODE

  A. Lokasi dan Waktu

  Kajian ini berlokasi di beberapa wilayah KPH yang tersebar di beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, antara lain: Kabupaten Mandailing Natal, Karo, Labuhan Batu Utara, Toba Samosir, dan Asahan. Kajian ini dilakukan selama 2 tahun dimulai pada tahun 2010 sampai dengan 2012.

  B. Metode Pengumpulan data

  Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode survey dan wawancara dan Pertemuan Konsultasi Masyarakat. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder.

  C. Analisis Data

  Analisis data yang digunakan untuk mengkaji rencana pembentukan KPH di sumatera utara dalam rangka pengelolaan hutan berkelanjutan yaitu dengan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Mengenai KPH

  Berdasarkan Permenhut No. P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH, yang dimaksud dengan KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH berdasarkan fungsi hutannya dibagi menjadi KPH Lindung, KPH Produksi, dan KPH Konservasi. Juga dikenal adanya KPH model yang merupakan wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak.

  Sebagai sebuah institusi pengelola di tingkat tapak, sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3 tahun 2008 pasal 9 mengenai fungsi dan tugas dari organisasi KPH, dimana salah satunya yaitu menyelenggarakan pengelolaan hutan berupa tata hutan dan penyusunan rencana penyusunan rencana pengelolaan hutan, maka KPH yang ada di sumatera Utara harus mempunyai rencana pengelolaan yang merupakan roh penggerak seluruh kegiatan yang mengarahkan pada pencapaian tujuan dari pengelolaan hutan yang telah ditetapkan. Rencana pengelolaan yang terdiri dari rencana pengelolaan jangka panjang dan jangka pendek tersebut memuat setidaknya tujuan, strategi, kegiatan serta target kelayakan pengembangan pengelolaan hutan. Dalam penyusunan rencana pengelolaannya, KPH harus mengacu pada pada Rencana Kehutanan Tingkat budaya masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan serta Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014.

  Rencana Pengelolaan Hutan KPH adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.

  1. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah pembangunan KPH.

  2. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak/blok.

B. Dasar hukum Pembentukan KPH di Sumatera Utara

  Beberapa dasar hukum pembentukan KPH di Sumatera Utara adalah :

  1. Umum :

  • UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan • PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan • PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
  • Pemerintah, Pemda Prov. dan Pemda Kab/Kota
  • PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

  2. Khusus :

  • PP No. 6 Tahun 2007 jo PP No.3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan

  3. Teknis :

  • Permenhut No. P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH
  • Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 tentang NSPK Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
  • Permendagri No. 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP
  • Permenhut No. P.41/Menhut-II/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarpras pada KPHL dan KPHP Model • Permenhut No. P.42/Menhut-II/2011 tentang Kompetensi Teknis Bidang Kehutanan pada KPHL dan KPHP
  • Keputusan Menhut No. SK.102/MENHUT-II/2010 tentang penetapan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Sumut • Keputusan Menhut No. SK.332/MENHUT-II/2010 tentang penetapan wilayah KPHP model mandailing natal, kab. Mandailing natal, provinsi Sumut.
  • Permenhut P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan 2010-2014,
  • Permenhut No. P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kementrian Kehutanan tahun 2012
  • Permenhut No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Nasional Tingkat Nasional 2011-2030
  • Peraturan Kepala Badan Planologi Nomor SK.80/VII-PW/2006 tentang Pedoman Pembangunan KPH Model dan Buku Manual Kriteria Rancangan Pembangunan KPH Model.
  • Peraturan Dirjen Planologi No. P.05 Tahun 2012 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

C. Perkembangan dan Permasalahan KPH di Sumatera Utara

  Perkembangan KPH di Sumatera Utara dapat dilihat dari beberapa indikator. Terdapat beberapa indikator KPH beroperasi, yaitu : ditetapkannya wilayah KPH, adanya kelembagaan (organisasi, SDM pengelola, sarana dan prasarana: kantor, kenderaan operasional, peralatan, kantor, peralatan operasional), dan dimulainya aktivitas pengelolaan hutan (tata hutan, penyusunan rencana pengelolaan hutan, rehabilitasi).

  Penetapan wilayah KPH di Provinsi Sumatera Utara diusulkan oleh Gubernur Sumatera Utara untuk ditetapkan (Surat Gubernur No. 522/718 tanggal 29 Januari 2010 tentang usulan Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP). Usulan tersebut didasarkan dengan beberapa pertimbangan antara lain; (1). wilayah kerja KPH tersebut, merupakan daerah tangkapan air (catchment area) dan hulu sungai (DAS/Sub DAS) yang menjadi kebutuhan vital masyarakat (air minum, irigasi, dll); (2). terdapat beberapa lokasi kegiatan program kehutanan yang dikembangkan secara partisipatif dan menjadi percontohan yang sering dikunjungi baik lembaga nasional maupun internasional; (3). mempunyai potensi obyek daya tarik wisata alam yang mendukung pariwisata di Sumatera Utara (4). terdapat beberapa kawasan hutan yang dikelola masyarakat adat; (5). sebagian masyarakat sekitar hutan sudah mengembangkan wirausaha dengan bahan baku utama berupa hasil hutan bukan kayu (HHBK) dari kawasan hutan; dan (7). sebagian besar kawasan hutan berbatasan langsung dengan pemukiman.

  Selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Kehutanan RI, melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK.102/MENHUT-II/2010 tanggal 5 Maret 2010 Tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsis Sumatera Utara. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK 102/Menhut-II/2010 tanggal 5 Maret 2010 menetapkan wilayah KPH di Provinsi Sumatera Utara seluas kurang lebih 3.196.380 (tiga juta seratus Sembilan puluh enam ribu tiga ratus delapan puluh) hektar, terdiri dari KPHL sebanyak 14 unit seluas kurang lebih 1.364.497 hektar dan KPHP sebanyak 19 unit seluas kurang lebih 1.831.884 hektar (Tabel 1). Saat ini, sedang dilakukan revisi SK 44 tahun 2005 mengenai luas kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara. Oleh sebab itu, maka luas wilayah KPH di Sumatera Utara juga akan mengalami perubahan mengikuti SK hasil revisi.

  Di Provinsi Sumatera Utara KPHP model Unit XXIX Kabupaten Madina telah terbentuk struktur kelembagaan. KPHP model Unit XXIX Kabupaten Madina merupakan KPH model pertama di Sumatera Utara yang dibentuk dalam rangka mewujudkan pembangunan KPH di Sumatera Utara pada tahun 2009 yang diusulkan oleh oleh BPKH Wilayah 1 sebagai salah satu KPH Model di Provinsi Sumatera Utara. KPH Model tersebut diharapkan pada tahun 2013 ini dapat menyusun Rencana Pengelolaan Hutan (RPH), yang meliputi kondisi kawasan baik biofisik, sosial, ekonomi, kelembagaan dilengkapi dengan isu dan permasalahan serta tantangan yang dihadapinya, dapat tersusun sebagai sebuah baseline data yang menjadi dasar dalam penentuan prioritas pengelolaan.

  Dengan demikian ke depan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan rencana dan target dari dibentuknya KPH tersebut, yang selanjutnya akan diikuti oleh KPH-KPH yang ada di Sumatera Utara. Penyusunan RPH-KPH ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan dan acuan pembangunan kehutanan tingkat tapak di wilayah KPH. Menurut PP 6/2007 tentang Tata Hutan, memungkinkan mengakomodasikan masyarakat ke dalam bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan yang sesuai, antara lain melalui HTR atau pemberdayaan (hutan desa, HKM, atau kemitraan) maupun jenis-jenis pemanfaatan hutan lainnya.

  Beberapa KPH di Sumatera Utara lainnya masih terbatas pada proses pembentukan struktur kelembagaan. Beberapa KPH yang telah terbentuk struktur organisasi kelembagaannya diantaranya: KPHP Unit III Kabupaten Labuhan Batu Utara, KPHL Unit II Kabupaten Karo, KPHL Lintas Unit XXII Kabupaten Toba Samosir, dan KPHL Unit XIII Kabupaten Asahan. Pembentukan Organisasi Kelembagaan KPH merupakan Prioritas Pembangunan Nasional dalam Inpres Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan. Dengan PP tersebut organisasi kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yaitu pengelolaan hutan yang sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari sesuai dengan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan. Kebijakan sektor kehutanan dalam Rencana Kerja Prioritas tahun 2013 dalam bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup menyebutkan bahwa untuk mempercepat penyelesaian persoalan-persoalan dalam pengelolaan hutan maka harus dilakukan percepatan terhadap operasionalisasi KPH (Kementerian Kehutanan, 2012).

  Tabel 1. Unit KPH dan Luas KPH di Provinsi Sumatera Utara No. Unit KPH Kabupaten Nomenklatur KPH Luas KPH (Ha) 1.

  XV Pakpak Bharat KPHP 112.166 16.

  XXVI Padang Lawas Utara, Tapanuli Selatan KPHL Lintas Kab. 212.740

  XXV Sibolga, Tapanuli Tengah KPHL Lintas Kab/kota 58.694 26.

  XXIV Tapanuli Utara KPHP 149.070 25.

  XXIII Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara KPHL Lintas Kab. 76.441 24.

  XXII Labuhanbatu Utara Toba Samosir KPHL Lintas Kab. 115.609 23.

  XXI Tapanuli Utara KPHP 66.771 22.

  XX Humbahas, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara KPHP Lintas Kab. 105.522 21.

  XIX Samosir KPHL 39.427 20.

  XVIII Samosir, Humbahas, Tobasa, Tapanuli Utara KPHL Lintas Kab. 72.878 19.

  XVII Dairi, Humbahas, Pak-pak Bharat, Samosir KPHP Lintas Kab. 90.608 18.

  KPHL Lintas Kab. 87.247 17.

  XVI Tapanuli Tengah Humbang Hasundutan

  XIV Toba Samosir KPHL 87.247 15.

  I Langkat KPHP 101.809 2.

  XIII Asahan KPHL 104.346 14.

  XII Simalungun KPHP 58.639 13.

  XI Labuhanbatu Selatan KPHP 61.356 12.

  X Batubara KPHP 24.032 11.

  IX Serdang Bedagai KPHP 32.283 10.

  VIII Dairi KPHL 59.389 9.

  VII Labuhanbatu KPHL 43.876 8.

  VI Simalungun KPHP 77.994 7.

  V Deli Serdang KPHP 58.258 6.

  IV Dairi KPHP 75.289 5.

  III Labuhanbatu Utara KPHP 79..578 4.

  II Karo KPHL 105.007 3.

  27 XXVII Padangsidempuan, Tapanuli Selatan KPHP Lintas Kab/Kota 48.511

  28. XXVIII Tapanuli Selatan KPHP 137.331 29.

  XXIX Mandailing Natal KPHP 159.166 30.

  XXX Mandailing Natal KPHL 129.732 31.

  XXXI Padang Lawas, Padang Lawas Utara KPHP Lintas Kab. 292.455 32.

  XXXII Nias, Nias Selatan KPHL Lintas Kab. 181.291 33.

  XXXIII Nias Selatan KPHP 101.049 JUMLAH

  3.196.380 Sumber: SK.102/Menhut-II/2010

  Hasil kajian menunjukkan bahwa permasalahan umum yang dihadapi dalam rencana pengelolaan KPH di Sumatera Utara adalah pemahaman mengenai KPH yang belum merata, kesiapan pemerintah kabupaten dalam pembentukan kelembagaan KPH berbeda-beda, ada kekhawatiran dengan terbentuknya KPH akan membebani pemerintah daerah karena KPH berbentuk SKPD baru, sumberdaya manusia yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan masih sangat terbatas, dan masalah tata batas kawasan hutan. Sosialisasi mengenai KPH kepada aparat pemerintah provinsi, kabupaten dan masyarakat sangat perlu dilakukan khususnya masyarakat yang berada di sekitar areal KPH dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan berkelanjutan di sumatera utara. Partisipasi para pihak harus diimplementasikan karena partisipasi para pihak akan menghasilkan peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan yakni dengan timbulnya rasa memiliki yang tinggi terhadap proses pencapaian tujuan bersama. Hal ini tentunya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tetapi memerlukan proses yang cukup lama. Akan tetapi jika hal tersebut dapat berhasil, maka pengelolaan hutan lestari dapat terwujud. Bentuk peningkatan yang diharapkan, meliputi: peningkatan efisiensi, peningkatan sustainabilitas dan dampak yang

  

sustainable, peningkatan transparansi dan pertanggungjawaban jika para pihak diberi informasi dan kuasa untuk

  mengambil keputusan, dan peningkatan kesetaraan yang akan berhasil jika semua kebutuhan, perhatian, dan kemampuan para pihak ikut dipertimbangkan.

  

PENUTUP

   KPH sesuai dengan perannya dalam meningkatkan investasi bidang kehutanan sangat trategis terutama dalam kaitannya dengan pengamanan sumber daya hutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan penyerapan tenaga kerja.  KPH secara langsung melaksanakan pengelolaan hutan dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak sehingga mampu mendatangkan PAD yang lebih besar  Pengelolaan hutan oleh KPH akan lebih memberi manfaat langsung dan tidak langsung pada masyarakat dalam bentuk peningkatan kesejahteraan dan ketersediaan lapangan kerja baru.  Partisipasi para pihak sebagai unsur yang penting di dalam konsep kegiatan pembangunan, dalam prakteknya harus diimplementasikan.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara yang telah memfasilitasi studi ini dan Pemerintah Kabupaten Karo, Toba Samosir, Labuhan Batu Utara, dan Asahan yang telah membantu dalam penyiapan data dan informasi yang sangat diperlukan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

  Badan Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I Departemen Kehutanan RI. 2009. Rencana strukturisasi institusi/kelembagaan unit KPH Model Unit XXIX Madina Kabupaten Madina, Provinsi Sumatera Utara.

  Direktorat Jenderal Planologi. Badan Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan. Departemen Kehutanan RI. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, dimana dibahas mengenai

  Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Jakarta. Departemen Kehutanan RI. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tentang perubahan PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta. Departemen Kehutanan RI. 2009. Permenhut No. P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH.

  Jakarta. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. 2011. Laporan Rencana strukturisasi institusi/kelembagaan unit KPHP Unit III Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara. Medan.

  Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. 2011. Laporan Rencana strukturisasi institusi/kelembagaan unit KPHL Unit II Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Medan. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Laporan Rencana strukturisasi institusi/kelembagaan unit KPHL

  Unit XXII Lintas Kabupaten Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Medan. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Laporan Rencana strukturisasi institusi/kelembagaan unit KPHL Unit XIII Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Medan. Kementerian Kehutanan RI. 2012. Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Model Rinajani Barat. Jakarta.