MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA TAK

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA
“TAKSONOMI BLOOM”
Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika
Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

Disusun oleh :
1. Agung Adi Nugroho

(K2315006)

2. Hanung Vernanda P

(K2315032)

3. Yuli Julaila

(K2315060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN
Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos.
Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi
dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki

(tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum

atau masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci.
Taksonomi dalam pendidikan dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan

pendidikan.

Pada Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan di bagi menjadi tiga yaitu:
1) Ranah Kognitif, yang meliputi aspek- aspek kognitif pada diri seseorang seperti
cara berfikir, pengetahuan, pemahaman.

2) Ranah Afektif, yang meliputi aspek- aspek perasaan dan emosi seperti bakat, minat,
sikap.
3) Ranah Psikomotorik, yang meliputi aspek- aspek psikomotor seperti olahraga,
menggambar.
Dari setiap ranah tersebutdibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hierarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama
kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering
puladisebut sebagai "Taksonomi Bloom".
Guru sebagai seorang pendidik perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk
memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih mana
yang sesuai dengan ata pelajmaran yang diasuh dan kegiatan pembelajaran yang
dirancangnya. Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1) Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran
karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar
dan menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar.
2) Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes,
teknik penilaian dan evaluasi.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Taksonomi Bloom
Istilah Taksonomi Bloom digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang
psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai
kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21
Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang
pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai
konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat
perubahan besar dalam sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International
Association for the Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan
mengembangkan the Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis (MESA)
program pada University of Chicago.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase
terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan
mereka. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl
berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan

Taxonomy Bloom. Pada tahun 1956 oleh Bloom dan kawan-kawannya, terbitlah
karya “Taxonomy of Educational Objective Cognitive Domain”, dan pada tahun 1964
terbitlah karya “Taxonomy of Educataional Objectives, Affective Domain”, dan
karyaya yang berjudul “Handbook on Formative and Summatie Evaluation of Student
Learning” pada tahun 1971 serta karyanya yang lain “Developing Talent in Young
People” (1985). Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan
menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan psikomotor (W.S.
Wingkel, 1987:149) dan setiap ranah tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.
B. Pengertian Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Sehingga, pengertian
Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu.
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai

dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Taksonomi dalam bidang
pendidikan,

digunakan


untuk

klasifikasi

tujuan

instruksional;

ada

yang

menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang
digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu: (1) ranah
kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir;
(2) ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati);
dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan
otot kerangka). Menurut Rochmad (2012) Taksonomi tujuan pendidikan (the
taxonomy of educational objective) adalah suatu kerangka untuk mengklasifikasikan

pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mempredikasi kemampuan peserta
didik dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
C. Klasifikasi Taksonomi Bloom
Adapun, taksonomi atau klasifikasi nya adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspekaspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran (Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan
Pembelajaran, (Jakarta:Rineka Cipta, 2009:298). Bloom membagi ranah kognitif
ke dalam enam tingkatan atau kategori dari yang sederhana (mengetahui) sampai
dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi), yaitu :
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan dalam hal ini melibatkan proses mengingat kembali hal hal yang
spesifik dan universal, mengingat kembali pola, struktur atau setting.
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Pengetahuan tentang hal-hal pokok, yaitu mengingat kembali hal-hal yang
spesifik, penekannya pada simbol-simbol dari acuan yang konkret.
Pengetahuan ini dibagi menjadi dua, yakni : Pengetahuan tentang
terminologi, Pengetahuan tentang fakta yang spesifik.
2) Pengetahuan

tentang


cara

memperlakukan

hal-hal

pokok,

yaitu

pengetahuan tentang cara-cara untuk mengorganisasi, mempelajari,
menilai, dan mengkritik. Pengetahuan ini dibagi menjadi lima yakni:
Pengetahuan tentang konvensi, Pengetahuan tentang kecenderungan atau
urutan, Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, Pengetahuan tentang
tolok ukur (kriteria), Pengetahuan tentang metodologi.

3) Pengetahuan tentang hal yang umum (universalitas) dan abstraksi dalam
suatu bidang, yaitu pengetahuan tentang skema-skema dan pola-pola
pokok untuk mengorganisasi fenomena dan ide. Pengetahuan tentang ini

dibagi menjadi dua yakni : Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi,
Pengetahuan tentang teori dan struktur
b. Pemahaman (Comprehension)
Menurut W.S. Winkel dalam buku Psikologi Pengajaran halaman 150,
pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk
pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang seseorang memiliki
kemampuan untuk menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari.
Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni:
1) Penerjemahan (translasi) yaitu kemampuan untuk memahami suatu ide
yang dinyatakan dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang dikenal
sebelumnya.
2) Penafsiran (interpretasi) yaitu penjelasan atau rangkuman atas suatu
komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai data sosial yang direkam,
diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik, tabel, diagram.
3) Ekstrapolasi yaitu meluaskan kecenderungan melampaui datanya untuk
mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat, pengaruh sesuai dengan
kondisi suatu fenomena pada awalnya.
c. Penerapan (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai situasi atau

dalam problem yang konkret atau nyata dan baru. Contoh : ketika ingin
mendidihkan air maka wadah harus ditutup. Orang perlu menyirami tanaman
agar tidak layu (bidang biologi).
d. Analisis (Analisys)
Analisis

diartikan

sebagai

pemecahan

atau

pemisahan

suatu

komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya,
sehingga ide itu relatif menjadi lebih jelas dan/atau hubungan antar ide-ide

lebih eksplisit. Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi
yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan
informasi lain. Kategori analisis dibedakan menjadi tiga, yakni:
1) Analisis elemen yaitu analisis elemen-elemen dari suatu komunikasi

2) Analisis hubungan yaitu analisis koneksi dan interaksi antara elemenelemen dan bagian-bagian dari suatu komunikasi
3) Analisis prinsip pengorganisasian yaitu analisis susunan dan struktur yang
membentuk suatu komunikasi.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah memadukan atau penyusunan elemen-elemen dan bagianbagian untuk membentuk suatu kesatuan. Kategori sintesis dibedakan menjadi
tiga yakni:
1) Penciptaan komunikasi yang unik, yaitu penciptaan komunikasi yang di
dalamnya penulis atau pembicara berusaha mengemukakan ide, perasaan,
dan pengalaman kepada orang lain
2) Penciptaan rencana yaitu penciptaan rencana kerja atau proposal operasi
3) Penciptaan rangkaian hubungan abstrak yaitu membuat rangkaian
hubungan abstrak untuk mengklasifikasikan data tertentu
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu
materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui,

dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan. Kategori evaluasi dibedakan
menjadi dua, yakni: Evaluasi berdasarkan bukti internal
berdasarkan bukti eksternal.

Gambar 1. Hierarki dalam Ranah Kognitif

dan Evaluasi

2. Ranah Afektif
Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,
misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap. Ada
lima karakteristik afektif yaitu :
1) Sikap, adalah suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal.
2) Minat, merupakan keinginan yang mendorong seseorang dan didasarkan oleh
hatiuntuk melakukan sesuatu. Menurut Slameto (2010: 180) minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarika pada suatu hal atau aktivitas tanpa
ada yang menyuruh.minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan di luar diri.
3) Konsep diri, merupakan evaluasi diri sendiri untuk mengetahui kemampuan
dan kelemahan diri sendiri.
4) Nilai, merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan tindakan, atau perilaku
yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
5) Moral, berkaitan dnegan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan
orang lain.
Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama dengan David
Krathwol, antara lain:
No
1

Kategori
Penerimaan

2

Responsif

3

Nilai
dianut
diri)

Penjelasan
Kemampuan
untuk
menunjukkan
atensi
dan
penghargaan terhadap orang
lain.
Contoh:
mendengar
pendapat orang lain, mengingat
nama seseorang
Kemampuan berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran dan selalu
termotivasi
untuk
segera
mengambil tindakan atas suatu
kejadian. Contoh: berpartisipasi
dalam diskusi kelas

Kata Kerja Kunci
Menanyakan,
mengikuti,
memberi,
menahan/mengendalikan
diri,
mengidentifikasi, memperhatikan,
menjawab.

Menjawab, membantu, mentaati,
memenuhi,
menyetujui,
mendiskusikan,
melakukan,
memilih,
menyajikan,
mempresentasikan, melaporkan,
menceritakan,
menulis,
mengintreprestasikan,
menyelesaikan, mempraktikkan.
yang Kemampuan menunjukkan nilai Menunjukkan,
(nilai yang dianut untuk membedakan mendemonstrasikan,
memilih,
mana yang baik dan kurang baik membedakan,
mengikuti,

terhadap suatu kejadian/obyek,
dan nilai tersebut diekspresikan
dalam
perilaku.
Contoh:
mengusulkan
kegiatan
Corporate Social Responsibility
sesuai dengan nilai yang berlaku
dalam komitmen perusahaan.
4

Organisasi

Kemampuan membentuk sistem
nilai dan budaya organisasi
dengan
mengharmonisasikan
perbedaan
nilai.
Contoh:
menyepakati dan mentaati etika
profesi, mengakui perlunya
keseimbangan antara kebebasan
dan tanggung jawab.

5

Karakterisasi
(Pembentukan
Pola Hidup)

Kemampuan
mengendalikan
perilaku berdasarkan nilai yang
dianut
dan
memperbaiki
hubungan
intrapersonal,
interpersinal dan sosial. Contoh:
menunjukkan rasa percaya diri
ketika
bekerja
sendiri,
kooperatif
dalam
aktivitas
kelompok.

meminta, memnuhi, menjelaskan,
membentuk,
berinisiatif,
melaksanakan,
memprakarsai,
menjustifikasi,
mengusulkan,
melaporkan, mengintrepetasikan,
membenarkan,
menolak,
menyatakan/mempertahankan
pendapat.
Mentaati, mematuhi, merancang,
mengatur, mengidentifikasikan,
mengkombinasikan,
mengorganisir,
merumuskan,
menyamakan, mempertahankan,
menghubungkan,
mengintegrasikan, menjelaskan,
mengaitkan,
menggabungkan,
memperbaiki,
menyepakati,
menyusun,
menyempurnakan,
menyatukan
pendapat,
menyesuaikan,
melengkapi,
membandingkan, memodifikasi.
Melakukan,
melaksanakan,
memperlihatkan,
membedakan,
memisahkan,
menunjukkan,
mempengaruhi, mendengarkan,
memodifikasi,
mempraktikkan,
mengusulkan,
merevisi,
memperbaiki,
membatasi,
mempertanyakan,
mempersoalkan,
menyatakan,
bertindak,
membuktikan,
mempertimbangkan.

Gambar 2. Hierarki Jenis Perilaku dan Kemampuan Afektif

3. Ranah Psikomotor
Perkataan Psikomotor berhubungan dengan kata “motor”, sensory motor
atau Perceptual Motor”. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja
otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagiannya. Yang termasuk
dalam klasifikasi gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana, yaitu
melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang televisi serta komputer.
Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal, yaitu keterampilan (skills) dan
kemampuan (abilities). Contoh : “seberapa terampil para siswa dalam
menyiapkan alat-alat”, seberapa terampil siswa menggunakan alat-alat. Rincian
dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain
yang dibuat Bloom.
a. Persepsi (Perception), yaitu penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan
dalam membantu gerakan.
b. Kesiapan (Set), merupakan kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk
melakukan gerakan.
c. Respon Terpimpin (Guided Response), yaitu tahap awal dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks, termasuk didalamnya imitasi dan gerakan cobacoba.
d. Mekanisme

(Mechanism),

membiasakan

gerakan-gerakan

yang

telah

dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response), gerakan motoris
yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang
kompleks.
f. Penyesuaian (Adaptation), keterampilan yang sudah berkembang sehingga
dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
g. Penciptaan(Origination), membuat pola gerakan baru yang disesuaikan
dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Sasaran psikomotor digolongkan sebagai :
1. Kemampuan otot lurik, sasaran kemampuan otot lurik menuntut siswa untuk
menggunakan tubuhnya melakukan kerja fisik dalam parameter terinci tertentu
(misalnya waktu, berat,dan jarak).
2. Kemampuan melakukan keterampilan khusus, sasaran kemampuan melakukan
keterampilan khusus menuntut siswa untukmemanfaatkan kemampuan otot
lurik untuk melaksanakan proses fisik tertentu.

D. Taksonomi Bloom Sesudah Direvisi
Taksonomi Bloom mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan

zaman

serta

teknologi.

Salah seorang

murid Bloom

yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil
perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi
Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda
menjadi kata kerja.
Ada beberapa alasan mengapa Handbook Taksonomi Bloom perlu direvisi,
yakni: pertama, terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para
pendidik pada handbook, bukan sekedar sebagai dokumen sejarah, melainkan
juga sebagai karya yang dalam banyak hal telah “mendahului” zamannya
(Rohwer dan Sloane, 1994). Hal tersebut mempunyai arti banyak gagasan dalam
handbook Taksonomi Bloom yang dibutuhkan oleh pendidik masa kini. Alasan
kedua adalah adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan
dan pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan
pendidikan. Alasan yang ketiga adalah taksonomi merupakan sebuah kerangka
berpikir khusus yang menjadi dasar untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan
pendidikan.
Alasan keempat yaitu proporsi yang tidak sebanding dalam penggunaan
taksonomi pendidikan untuk perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan
penggunaan taksonomi pendidikan untuk asesmen. Alasan yang kelima adalah
pada kerangka pikir taksonomi karya Benjamin Bloom lebih menekankan enam
kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi)

daripada

sub-subkategorinya.

Alasan

keenam

adalah

ketidakseimbangan proporsi subkategori dari taksonomi Bloom. Kategori
pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak subkategori namun empat
kategori lainnya hanya memiliki sedikit subkategori. Alasan ketujuh adalah
taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan untuk dosen-dosen, padahal dalam
dunia pendidikan tidak hanya dosen yang berperan untuk merencanakan
kurikulum, pembelajaran, dan penilaian.

Gambar 3. Perubahan dari Kerangka Pikir Asli ke Revisi (Anderson dan
Krathwohl, 2001:268)
Lorin Anderson dan Krathwohl merevisi taksonomi Bloom tentang aspek
kognitif menjadi dua dimensi, yaitu: 1) dimensi proses kognitif, 2) dimensi
pengetahuan.

Perspektif

dua

dimensi

Anderson

dan

Krathwohl

dapat

digambarkan dengan tabel berikut.

a.

Dimensi proses kognitif
1. Mengingat
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal
untuk

belajar

yang

bermakna

dalam

menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut di pakai dalam tugas
tugas yang lebih kompleks.
2. Memahami

Proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di
sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi ialah memahami. Prosesproses

kognitif

dalam

mencontohkan,

proses

memahami

mengklasifikasikan,

meliputi

menafsirkan,

merangkum,menyimpulkan,

membandingkan dan menjelaskan.
3. Mengaplikasikan
Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Dalam
mengimplementasikan,

memahami

merupakan prasyarat

untuk

dapat

pengetahuan

konseptual

mengaplikasikan

pengetahuan

prosedural.
4. Menganalisis
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian
bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan
antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.
5. Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan
kreteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah
kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.
6. Mencipta
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah
keseluruhan

yang

koheren

atau

fungsional.Tujuan-tujuan

yang

diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru
dengan

mengorganisasi

sejumlah

elemen

atau

bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya.
b. Dimensi Pengetahuan
Aspek-aspek dari dimensi pengetahuan pada revisi Taksonomi Bloom
meliputi:
1. Pengetahuan factual
Peserta didik harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau
cara memecahkan masalah di dalamnya.
2. Pengetahuan konseptual
Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar yang
memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama.

3. Pengetahuan procedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan
sesuatu. Pengetahuan ini mencangkup pengetahuan tentang keterampilan,
algoritme, teknik, dan metode yang semuanya disebut sebagai prosedur.
4. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara
umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.
Pengetahuan Metakognitif meliputi pengetahuan tentang strategi umum
yang dapat dipakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang
memungkinkan

pemakaian

dan pengetahuan diri.

strategi

,

tingkat

efektifitas

strategi,

BAB III
KESIMPULAN
Taksonomi Bloom dikembangkan untuk tujuan pendidikan, disusun secara hirarki
dengan maksud untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah
pembelajaran. Secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau Kawasan “domain”, yaitu
ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penalaran/pemikiran dalam bahasa pendidikan
Indonesia disebut “cipta”), ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau “rasa”), dan ranah
psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani
yang terkait dengan jiwa). Pada tahun 1990 seorang murid Bloom, Lorin Anderson merevisi
taksonomi ini dengan maksud untuk menyempurnakannya sehingga sesuai dengan
keadaan perkembangan

dan

kemajuan

zaman

serta

teknologi.

Dalam

revisi

ini,

Anderson tetap mempertahankan klasifikasi hirarkis ranah kognitif dalam enam tingkatan
yang telah dibuat Bloom sebelumnya sekalipun dengan nomer yang sedikit berbeda.
Misalnya dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi
kata kerja. Selain itu, masing-masing kategori masih diurutkan secara hierarkis, dari urutan
terendah ke yang lebih tinggi.Selain beberapa hal di atas, taksonomi Bloom juga dapat
dijadikan acuan bagi seorang guru dalam menyusun soal-soal untuk evaluasi. Hendaknya
soal-soal tersebut dapat meliputi seluruh tingkat atau ranah kognitif, disusun dari yang
termudah yaitu tingkat terendah dari ranah kognitif (C1) hingga ranah kognitif tertinggi (C6),
meski karyanya tidak dalam bentuk benda, namun dalam bentuk hipotesis (dugaan) atau
rancangan sementara. Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui ranah kognitif mana
yang telah dicapai oleh para siswanya dan dapat menyusun suatu strategi untuk meningkatkan
kemampuan siswa yang masih mencapai tingkat rendah untuk ranah kognitifnya.

DAFTAR PUSTAKA
Tawadlu’un. 2014. Konsep Taksonomi Bloom. Diperoleh pada 2 Maret 2017, dari
http://eprints.walisongo.ac.id/4050/4/083911004_bab3.pdf
W. S. Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Diperoleh pada 2 Maret 2017,
dari http://eprints.walisongo.ac.id/4050/4/083911004_bab3.pdf
Imam Gunawan dan Anggarini Retno Palupi. 2008. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah
Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian.
Diperoleh
pada
2
Maret
2017,
dari
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/01/revisi-taksonomi-bloom.pdf
Krathwohl, D. R. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Review. Theory IntoPractice.
Volume 41, Number 4. College Education. The Ohio State University.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara
Prihantoro, Agung. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, RevisiTaksonomi.
Yogyakarta: Pustaka Pengajar
Sari, Nurty Gofita. 2013. Aspek Afektif Taksonomi Bloom Pada Pembelajaran Matematika
Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Se Kecamatan Alian.. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Purworejo. 20, (2), 21-22. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj7tq7
0rrSAhWFqJQKHb9mATwQFggjMAE&url=http%3A%2F
%2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D9332%26val
%3D612&usg=AFQjCNHVlBVfZS1mDD5RyGPHQ35qcCFV7A&sig2=t2zlmTJZd
pRgO2UaGkP4JA&bvm=bv.148747831,d.dGo. 3 Maret 2017.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mmpengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Utari, Retno. 2011. TAKSONOMI BLOOM Apa dan Bagaimana Menggunakannya?.
www.bppk.kemenkeu.go.id/webpkn/attachments/article/766/1-Taksonomi%20Bloom
%20-%20Retno-ok-mima+abstract.pdf. Diperoleh pada 3 Maret 2017