PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

(1)

ii ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU

BANDAR LAMPUNG

Oleh DEWI UMAYAH

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS yang belum mencapai KKM yaitu 66. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar tema makananku sehat dan bergizi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus, pada setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan data yang diperoleh melalui lembar observasi dan tes hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dan kinerja guru pada kelas IV. Hasil belajar siswa merupakan gabungan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari dari ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 43,75% dengan kategori “Sangat Rendah”. Pada siklus II sebesar 66,67% dengan kategori “Tinggi”. Pada siklus III sebesar 87,50% dengan kategori “Sangat Tinggi”.


(2)

(3)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 24

3.1 Tahapan PTK Arikunto ... 27

4.1 Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 70

4.2 Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa ... 72

4.3 Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa ... 73


(4)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman Lampiran Perangkat Pembelajaran

1. Pemetaan Kompetensi Siklus I ... 80

2. Pemetaan Kompetensi Siklus II ... 81

3. Pemetaan Kompetensi Siklus III ... 82

4. Silabus ... 83

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 90

6. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 103

7. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 105

8. Lembar Kerja Siswa Siklus III ... 107

9. Soal Test Kognitif I ... 110

10. Soal Test Kognitif II ... 114

11. Soal Test Kognitif III ... 119

Lembar Observasi 12. Lembar Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 124

13. Lembar Observasi Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa ... 128

14. Lembar Observasi Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa ... 133

15. Lembar Hasil Belajar Siswa ... 138

Dokumentasi Penelitian 16. Dokumentasi Penelitian ... 141

Surat-surat 17. Surat Penelitian Pendahuan ... 144

18. Surat Izin Penelitian ... 145 Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah


(5)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembetasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Pengertian Pembelajaran ... 10

3. Pengertian Hasil Belajar ... 11

B. Pembelajaran Tematik ... 14

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 15

2. Tema Pembelajaran Semester Genap Kelas IV SD ... 16

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 17

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share... 18

3. Langkah-langkah Model Pembelajaaran kooperait tipe Think-Pair-Share ... 19


(6)

xiv

4. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share ... 20

5. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 21

D. Pembelajaran IPS ... 21

1. Pengertian IPS ... 21

2. Tujuan Pembelajaran IPS ... 22

E. Kerangka Pikir ... 23

F. Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Setting Penelitian ... 25

1. Subjek Penelitian ... 25

2. Lokasi Penelitian ... 26

3. Waktu Penelitian ... 26

C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 26

D. Alur Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Jenis Data ... 37

2. Alat Pengumpul Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Indikator Keberhasilan ... 41

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 42

1. Profil SD Negeri 2 Labuhan Ratu ... 42

2. Pelaksanaan Penelitian ... 43

B. Pembahasan Penelitian ... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(7)

xv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Belajar Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas IVC SDN 2 Labuhan

Ratu Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 3

1.2 Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotor Siswa Kelas IVC pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 4

1.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif ... 38

1.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotor ... 38

1.3 Kriteria Hasil Belajar Siswa dalam % ... 40

1.4 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 41

4.1 Rekapitulasi Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif (Pengetahuan) Siswa Siklus I ... 47

4.2 Rekapitulasi Observasi Hasil Belajar Ranah Afektif (Sikap) Siswa Siklus I ... 48

4.3 Rekapitulasi Observasi Hasil Belajar Psikomotor (Keterampilan) Siswa Siklus I ... 49

4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 49

4.5 Rekapitulasi Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif (Pengetahuan) Siswa Siklus II ... 56

4.6 Rekapitulasi Observasi Hasil Belajar Ranah Afektif (Sikap) Siswa Siklus II ... 57

4.7 Rekapitulasi Observasi Hasil Belajar Psikomotor (Keterampilan) Siswa Siklus II ... 58

4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 58

4.9 Rekapitulasi Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif (Pengetahuan) Siswa Siklus III ... 65

4.10 Rekapitulasi Observasi Hasil Belajar Ranah Afektif (Sikap) Siswa Siklus III ... 66

4.11 Rekapitulasi Observasi Hasil Belajar Psikomotor (Keterampilan) Siswa Siklus III ... 67

4.12 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 67

4.13 Rekapitulasi Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 70

4.14 Rekapitulasi Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa ... 71

4.15 Rekapitulasi Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa ... 73


(8)

(9)

(10)

viii MOTO

نْيرباصلا عم ها نإ اصلا رْ صلاب اْ نْيعتْسا ا نمآ نْيذلا ا يأ اي

Artinya: Wahai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang0orang yang sabar. (Al-Baqarah: 153)


(11)

(12)

ix

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, untuk segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kebesaran-Nya. Selawat serta salam selalu tercurah kepada

Rasulullah SAW, sang teladan yang telah membawa dunia dari kegelapan ke zaman yang penuh ilmu dan kebajikan.

Kupersembahkan karya sederhana ini, sebagai bentuk bakti dan kasihku kepada:

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Mas’ud dan Ibu Koria’ah yang telah memberikan nasihat, bimbingan, serta dukungan dengan penuh kasih sayang,

kesabaran, dan keikhlasan yang sangat luar biasa.

Seluruh Guruku, Dosen, dan Pembimbing yang telah membekali ilmu dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

Tetehku Siti Masto’ah, Kakak Anhar Sobaruddin, dan Adikku Nong Umi Selamah yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi untuk keberhasilanku. Orang-orang yang ku sayangi dan semua rekan-rekan yang selalu memberi motivasi dan membantuku hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(13)

vii

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu TK Xaverius di Bumi Dipasena (1997-1998), SD Negeri 1 Gedung Dalom (1998-2004), SMP N 1 Way Lima (2004-2007), SMA N 1 Way Lima (2007-2010).

Tahun 2010, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Unila. Selama menjadi mahasiswa, penulis mendapatkan beasiswa Bidikmisi selama 8 semester dan penulis aktif mengikuti Diklat Bidikmisi.

Penulis bernama Dewi Umayah, lahir di Desa Gedung dalom Kec. Way Lima Kab. Pesawaran, pada 02 September 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Mas’ud dan Ibu Kori’ah.


(14)

x

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Skripsi dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Tema Makananku Sehat dan Bergizi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa Kelas IV SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung”.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, sehingga banyak mendapat pentujuk dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis menngucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(15)

xi

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Syaifuddin Latif, M.Pd., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan dorongan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sampai skripsi ini selesai. 5. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan dorongan dengan kesabaran dan keikhlasan sampai skripsi ini selesai.

6. Bapak Dr. Ngadimun Hd, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan saran-saran perbaikan yang bersifat positif.

7. Kepala SD Negeri 2 Labuhan Ratu, Ibu Hj. Suriyana, S.Pd. dan Guru mitra Ibu Heryanti, S.Pd. yang telah memberikan izin dan membantu kelancaran selama berlangsungnya penelitian.

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas IVC SD Negeri 2 Labuhan Ratu atas kerjasama yang baik selama berlangsungnya penelitian.

9. Kedua orang tuaku, kakak-kakak, dan adikku, serta keluarga besarku yang telah memberikan do’a, dukungan, motivasi, dan bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

10. Pengelola beasiswa bidikmisi, terimakasih atas bantuan yang telah diberikan selama 8 semester.

11. Feri Aprian terimakasih atas doa, motivasi, dukungan, kebersamaan, dan segala bentuk bantuan yang telah diberikan.


(16)

xii

12. Teman-teman seperjuanganku PGSD UPP Kampus 2010 Ai Da, Nisa, Kiki, Mba Cica, Duli, Lutfi, Teteh Yeni, Tante, Ndek, Aji, Bibik Risa, Devy, Dwi Indah, Marin, Sumah, Babang Nio, Winda, Reni, Ria, Rika, Cimul, Ening, Linda, Ner, Pindo, Lady, Ceppy, Cifina, Imam, Dedy, dan Rama, terimakasih atas bantuan dan motivasi sampai skripsi ini selesai. Tak lupa pula terimakasih atas kekeluargaan dan persahabatan yang diberikan.

13. Kakak-kakak, teman-teman, serta adik-adikku di UKM Pramuka Unila terimakasih atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah diberikan.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Kritik dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini di masa mendatang sangat penulis harapkan.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pendidikan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan zaman, melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki. Pendidikan mempunyai peranan penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia. Pendidikan dapat dikatakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan latihan. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 1 tentang ketentuan umum pada UU Sistem Pendidikan Nasional dalam Zuriah (2007:7) bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional ialah dengan melakukan pembaruan kurikulum, yaitu kurikulum 2013 yang merupakan langkah lanjutan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013.


(18)

2

Menurut Muhammad Nuh dalam Gultom (2013: iii) mengatakan bahwa titik tekan pengembangan kurikulum 2013 adalah “penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan”.

Sejalan dengan hal itu, hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar sebagai alat ukur keberhasilan dalam suatu pembelajaran yang mencakup ranah kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Penerapan kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, namun berdasarkan ranah kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 65 tahun 2013 Bab II tentang karakteristik pembelajaran pada standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa

Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SDN 2 Labuhan Ratu telah menerapkan kurikulum 2013, namun pada kenyataannya guru belum menerapkan kurikulum 2013 secara maksimal khususnya pada kelas IVC, sehingga diperoleh hasil ujian akhir semester siswa rendah khususnya pada


(19)

3

mata pelajaran IPS dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 66. Sebagai ilustrasi disajikan data hasil belajar IPS pada ulangan akhir semester kelas IVC pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 didapat data sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Ulangan Semester Ganjil pada Mata Pelajaran IPS Kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan

≥66 12 37,5% Tuntas

<66 20 62,5% Belum Tuntas

Jumlah Siswa 32 100%

Tuntas = 12 Belum Tuntas = 20

KKM = 66 Sumber: Data dari wali kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu Bandar lampung Berdasarkan data hasil ulangan semester ganjil pada mata pelajaran IPS kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu tahun pelajaran 2013/2014 di atas, menunjukkan bahwa dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 32 orang siswa hanya terdapat 12 orang siswa atau 37,5% siswa yang tuntas dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 66, sedangkan 20 orang siswa atau 62,5% lainnya belum tuntas dengan nilai <66.

Selain data hasil ulangan semester ganjil pada mata pelajaran IPS tahun pelajaran 2013/2014, diperoleh data bahwa rendahnya hasil belajar ranah afektif dan psikomotor siswa kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sebagai ilustrasi disajikan data hasil belajar ranah afektif dan psikomotor siswa kelas IVC pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 didapat data sebagai berikut.


(20)

4

Tabel 1.2 Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotor Siswa Kelas IVC pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014

Rentang Nilai Ranah Afektif Persentase (%) Ranah Psikomotor Persentase

(%) Keterangan

81-100 4 12,5 2 6,2 Sangat Baik

66-80 6 18,8 9 28,1 Baik

51-65 17 53,1 15 46,9 Cukup

46-50 5 15,6 6 18,8 Kurang

Jumlah 32 100 32 100

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) = 66 Nilai Jumlah Ranah Afektif (Siswa) Persentase (%) Ranah Psikomotor (Siswa) Persentas e (%)

<66 22 68,7 21 65,7

≥66 10 31,3 11 34,3

Sumber: Data dari wali kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu Bandar lampung Berdasarkan data hasil belajar ranah afektif dan psikomotor siswa kelas IVC pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar ranah afektif siswa dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 32 orang siswa hanya terdapat 4 orang siswa atau 12,5% siswa yang mendapat nilai 81-100 dengan kategori “Sangat Baik”, 6 orang siswa atau 18,8% siswa mendapat nilai 66-80 dengan kategori “Baik”, 17 orang siswa atau 53,1% siswa mendapat nilai 51-65 dengan kategori “Cukup” dan 5 orang siswa atau 15,6% siswa lainnya mendapat nilai 46-50 dengan kategori nilai “Kurang”.

Hasil belajar ranah psikomotor siswa dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 32 orang siswa hanya terdapat 2 orang siswa atau 6,2% siswa yang mendapat nilai 81-100 dengan kategori “Sangat Baik”, 9 orang siswa atau 28,1% siswa mendapat nilai 66-80 dengan kategori “Baik”, 15 orang siswa atau 46,9% siswa mendapat nilai 51-65 dengan kategori “Cukup” dan 6 orang siswa atau 18,8% siswa lainnya mendapat nilai 46-50 dengan kategori nilai “Kurang”.


(21)

5

Berdasarkan hasil observasi, pada proses pembelajaran siswa cenderung pasif, hal tersebut disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah sehingga membuat siswa merasa bosan serta tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Sehingga dalam pembelajaran siswa masih terpaku pada buku ajar, dikarenakan guru menyampaikan materi ajar secara terpisah belum mengaitkan materi dengan tema yang sedang dipelajari. Dengan demikian, diperlukan suatu model pembelajaran inovatif yang dapat mengingkatkan hasil belajar IPS siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melaksanakan solusi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan sekelompok siswa untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Davidson dalam Huda (2013: 29-30) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok”. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, pada penelitian ini yang akan digunakana adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini juga memiliki hubungan yang erat dengan hasil belajar siswa karena dengan siswa berpikir sendiri maka memudahkan siswa untuk memahami materi dengan konsep yang telah dipelajari.


(22)

6

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran menggunakan penelitian tindakan kelas. Berkaitan dengan penelitian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Tema Makananku Sehat dan Bergizi menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa Kelas IV SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga siswa merasa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Proses pembelajaran di kelas hanya membaca buku.

3. Guru menyampaikan materi ajar secara terpisah tidak mengaitkan materi dengan tema yang berkaitan.

4. Kegiatan pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru (teacher center).

5. Hasil belajar IPS siswa khususnya kelas IVC yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 66.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:


(23)

7

Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah hasil belajar tema makananku sehat dan bergizi pada mata pelajaran IPS dapat ditingkatkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada siswa kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tema makananku sehat dan bergizi pada mata pelajaran IPS setelah mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada siswa kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di SDN 2 Labuhan Ratu kelas IVC sebagai berikut:


(24)

8

1. Bagi siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik.

2. Bagi guru, dapat bermanfaat sebagai masukan pengetahuan, memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan profesionalisme diri sebagai pendidik, serta tumbuh rasa percaya diri dalam memecahkan masalah pembelajaran dan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran tematik.

3. Bagi peneliti, sebagai masukan serta menambah wawasanan pemahaman peneliti tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran tematik di SD.

4. Bagi peneliti lain, sebagai acuan dan menambah pengetahuan dalam penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran di SD, sehingga dalam penelitian tindakan kelas dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Bagi sekolah, sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, seorang guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa dapat belajar secara aktif untuk memperoleh pengalaman yang bermanfaat secara mandiri. Guru mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1. Pengertian Belajar

Banyak teori yang mengkaji tentang belajar, salah satunya adalah teori kognitivisme. Menurut Lapono (2008: 18) “teori belajar kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognition dalam aktivitas belajar”. Sedangkan, menurut Lefrancois dalam Lapono (2008: 18) bahwa “Cognition diartikan sebagai aktivitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan”. Teori belajar kognitif mengarahkan siswa untuk berpikir sehingga pengetahuan yang didapat oleh siswa mencakup ingatan jangka panjang (long-term memory).


(26)

10

Dalam berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari secara tidak sengaja siswa memperoleh pengalaman baru untuk memperbaiki tingkah lakunya. Slameto dalam Jihad dan Haris (2012: 2) merumuskan “belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Prastowo (2013: 65) yang mengemukakan “belajar adalah suatu proses mental yang tidak terlihat melalui interaksi dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku siswa”. Hal ini relevan dengan kurikulum 2013 yang mengutamakan tiga ranah yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diintegrasikan dalam suatu proses dan diimplementasikan dalam bentuk suatu tindakan.

Berdasarkan beberapa pendapat tokoh di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan prilaku seseorang sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Pembelajaran

Siswa yang komunikatif biasanya dapat melakukan interaksi baik kepada siswa lain maupun dengan guru saat melakukan pembelajaran. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 20 tentang ketentuan umum pada UU Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran secara simpel dapat


(27)

11

diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 65 tahun 2013 Bab I tentang pendahuluan pada Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah menyebutkan bahwa

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa harus dibentuk oleh guru, sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator, bukan diktator dan sumber belajar satu-satunya. Sedangkan, menurut pendapat Prastowo (2013: 65) yang menyebutkan “pembelajaran adalah kegiatan mengajar yang berpusat pada siswa sebagai objek”. Dalam pembelajaran, siswa melakukan proses berpikir sehingga menjadikan pembelajaran sebagai proses yang berlangsung sepanjang hayat.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas penulis menyimpulkan pembelajaran adalah proses interaksi dalam kegiatan belajar yang dilakukan secara sadar oleh seorang guru kepada siswanya.

3. Pengertian Hasil Belajar

Pembelajaran menghasilkan hasil belajar yang meliputi ranah, kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Jihad dan Haris (2012: 64) “hasil belajar yaitu ketercapaian setiap kemampuan dasar, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan


(28)

12

pembelajaran tertentu”. Aspek kognitif mencakup pengetahuan siswa, aspek psikomotor dapat berkaitan dengan proses pelaksanaan tugas-tugas yang memerlukan keterampilan fisik, dan aspek afektif mencakup hal-hal yang berkaitan dengan motivasi, minat, serta kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran.

Dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku dengan diiringi suatu usaha yang cenderung menetap, yaitu dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Usman dalam Jihad dan Haris (2012: 16-19) menyatakan bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor”.

1. Domain Kognitif

a. Pengetahuan (knowledge), kemampuan kognitif meliputi pengingatan hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan suatu pola, struktur atau setting.

b. Pemahaman (comprehension), meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan. c. Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang

baru.

d. Analisis, menyangkut terutama kemampuan anak dalam memisah-misah (breakdown) terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir.

e. Sintesa, meliputi anak untuk menaruh/menempatkan bagian-bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.

f. Evaluasi, adalah yang paling atas atau yang dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. ....


(29)

13

Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pengetahuan siswa adalah siswa dapat menyebutkan nama-nama provinsi di Indonesia dengan ibukota masing-masing provinsi.

2. Domain Kemampuan Sikap (Afektif)

a. Menerima atau memperhatikan, jenjang pertama ini meliputi sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu fenomena tertentu atau suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan prilaku kognitif. b. Merespon, anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek

tertentu, fenomena atau kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat dengannya

c. Penghargaan, prilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu ide tertentu.

d. Mengorganisasikan, dalam bidang ini anak didik membentuk suatu sistem nilai yang dapat menuntun prilaku.

e. Mempribadi (mewatak), pada tingkat terakhir sudah ada internalisasi nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada individu, diorganisir pada suatu sistem yang bersifat internal, memiliki kontrol prilaku. ….

Salah satu contoh penilaian hasil belajar ranah afektif siswa yaitu, guru memberi penilaian dengan mengamati sikap peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran PPKn dengan materi kedisiplinan, apakah siswa memiliki kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketepatan waktu saat berangkat sekolah, patuh terhadap peraturan sekolah, dll.

3. Domain Psikomotor

a. Menirukan, apabila ditunjukkan pada anak didik suatu action yang dapat diamati maka ia akan mulai membuat suatu tiruan.

b. Manipufasi, pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya yang sedang diamati.

c. Keseksamaan (precision), ini meliputi kemampuan anak didik dalam menampilkan yang telah sampai pada tingkat perbaikan dalam kegiatan tertentu.


(30)

14

d. Artikulasi, anak didik telah dapat mengkordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan secara tepat diantara action yang berbeda-beda.

e. Naturalisasi, tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak telah dapat melakukan secara alami suatu action atau sejumlah action yang urut. ….

Salah satu contoh hasil belajar ranah psikomotor siswa adalah guru menilai keterampilan mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran. Maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan meminta siswa menanggapi pertanyaan tersebut.

Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil yang di dapatkan siswa dalam pembelajaran. Menurut Juliah dalam Jihad dan Haris (2012: 15) “hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

B. Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific atau biasa disebut dengan pendekata ilmiah. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran tematik harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan scientific pada dasarnya menggunakan prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga pendekatan ilmiah


(31)

15

diharapkan siswa dapat menemukan sendiri masalah dalam pembelajaran untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Menurut Trianto dalam Prastowo (2013: 119), “melalui pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya”.

Model pembelajaran tematik melibatkan proses yang kompleks. Rusman dalam Prastowo (2013: 229) mengemukakan

Pelaksanaan pembelajaran tematik, ada sejumlah rambu yang harus diperhatikan, yaitu tidak semua mata pelajaran harus dipadukan, dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi lintas semester, kompetensi yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan tersendiri. …. Pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Menurut Jihad dan Haris (2012: 42) “pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga mendapatkan pengalaman bermakna kepada siswa”. Menurut Poerwadarminta dalam Jihad dan Haris (2012: 14) “tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan”. Berdasarkan pendapat beberapa teori di atas penulis menyimpulkan pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu beberapa mata pelajaran sehingga siswa mendapat pengalaman bermakna setelah mengikuti proses pembelajaran.


(32)

16

2. Tema Pembelajaran Semester Genap Kelas IV SD

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan. Guru perlu merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Permendikbud No.67 tahun 2013 tentang muatan pembelajaran pada kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah mengatakan bahwa “pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema”.

Pembelajaran tematik pada semester genap tahun 2013/2014 terdapat lima tema pembelajaran, diantaranya adalah tema pahlawanku, indahnya negeriku, cita-citaku, tempat tinggalku, dan makananku sehat dan bergizi. Pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti mengambil tema yang kesembilan yaitu tema makananku sehat dan bergizi.

5) Tema pahlawanku berisikan tiga subtema diantaranya adalah perjuangan para pahlawan, pahlawanku kebanggaanku, dan sikap kepahlawanan setiap subtema terdiri dari 6 pembelajaran.

6) Tema indahnya negeriku berisikan tiga subtema diantaranya adalah keanekaragaman hewan dan tumbuhan, keindahan alam negeriku, dan indahnya peninggalan sejarah setiap subtema terdiri dari 6 pembelajaran.

7) Tema cita-citaku berisikan tiga subtema diantaranya adalah aku dan cita-citaku, hebatnya cita-citaku, dan giat berusaha meraih cita-cita setiap subtema terdiri dari 6 pembelajaran.


(33)

17

8) Tema tempat tinggalku berisikan tiga subtema diantaranya adalah lingkungan tempat tinggalku, keunikan daerah tempat tinggalku, dan aku bangga dengan daerah tempat tinggalku setiap subtema terdiri dari 6 pembelajaran, serta

9) Tema makananku sehat dan bergizi yang berisikan tiga subtema diantaranya adalah makananku sehat dan bergizi, manfaat makanan sehat dan bergizi, dan kebiasaan makanku setiap subtema terdiri dari 6 pembelajaran.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, efektif, dan menyenangkan. Menurut Prastowo (2013: 68) “model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu”. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Melalui pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas bersama, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menghargai pendapat satu sama lain. Sedangkan, menurut Slavin (2005:103) yang mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan


(34)

18

berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan model pembelajaran kooperatif merupakan acuan yang digunakan untuk mengorganisir pembelajaran berdasarkan kelompok-kelompok kecil untuk memperoleh informasi bersama.

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. TPS pertama kali dikembangkan Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends dalam Trianto (2009: 81) menyatakan bahwa “TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”.

Model pembelajaran TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang sederhana dan menuntut siswa untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran. Menurut Nurhadi dalam Aprian (2011: 16) “TPS merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa”. Menurut pendapat beberapa ahli di atas penulis menyimpulkan TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dalam mempengaruhi pola interaksi siswa.


(35)

19

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Setiap guru diharapkan dapat membuat siswanya aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Namun para guru juga perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai model pembelajaran yang ingin digunakan. Model pembelajaran TPS dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Zainal (2013: 24) langkah-langkah pembelajaran TPS adalah:

1. Guru menyampaikan inti materi yang ingin dicapai.

2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (2 orang perkelompok) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. 4. Guru mempimpin siding pleno kecil diskusi, tiap kelompok

diminta mengemukakan hasil diskusinya.

5. Berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan siswa.

6. Guru member kesimpulan. 7. Penutup.

Selain itu, Arend dalam Trianto (2009: 81-82) mengungkapkan langkah-langkah dalam menggunakan model pembelajaran TPS yaitu sebagai berikut:

Langkah 1 : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah.

Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. …. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. ….


(36)

20

Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Arend dalam Trianto (2009: 81-82) yaitu “langkah 1 berpikir (think), langkah 2 berpasangan (pair), dan langkah 3 berbagi (share)”.

4. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran tidak dapat dikatakan selalu berhasil, dimana dalam menggunakan model pembelajaran guru harus mengetahui kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Menurut Fadholi dalam Ulina (2013: 16), model pembelajaran TPS memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

2. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.

3. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.

4. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

5. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. 6. Penerimaan terhadap individu lebih besar.

7. Hasil belajar lebih mendalam. ….

Berdasarkan pendapat di atas kelebihan model pembelajaran TPS adalah model pembelajaran TPS memudahkan siswa dalam membentuk kelompok diskusi dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar lebih mendalam.


(37)

21

5. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak hanya memiliki kelebihan, namun terdapat beberapa kelemahan dalam penerapannya. Menurut Fadholi dalam Putra (Diunduh pada tanggal 17 Maret 2014 dari http://www.hayardin.com/2012/09/5-kelemahan-model-pembelajaran-think.html) mengemukakan 5 kelemahan atau kekurangan model pembelajaran TPS sebagai berikut:

1. Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan 2. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah

3. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak 4. Menggantungkan pada pasangan

5. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan muridnya rendah.

Menurut pendapat di atas penulis menyimpulkan kelemahan pada model pembelajaran TPS adalah jika murid berjumlah ganjil maka terdapat satu murid yang tidak mempunyai pasangan dan kelompok yang terbentuk banyak.

D. Pembelajaran IPS 1. Pengertian IPS

Pengertian IPS dapat dikaitkan dengan kehidupan sosial manusia. Menurut Marsh dalam Sutarno (2008: 131) mengatakan bahwa “Pendidikan IPS adalah studi tentang manusia sebagai makhluk sosial yang tersusun dalam masyarakat, dan interaksi antara satu dengan yang lain, serta dengan lingkungan mereka pada suatu tempat dan waktu tertentu”.


(38)

22

Sedangkan, menurut Sumaatmadja dalam Sutarno (2008: 132), yang mengungkapkan bahwa “IPS (Studi Sosial) merupakan usaha untuk mengadakan inter-relasi ilmu-ilmu sosial dalam mengkaji gejala dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat”. Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa IPS merupakan studi tentang manusia dalam mengkaji gejala dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan ilmu pengetahuan sosial membutuhkan pola pembelajaran yang dapat menjembatani pengetahuan siswa agar tujuan pendidikan IPS dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Menurut Solihatin dan Raharjo (2005: 15) mengatakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah “untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”.

Pendidikan IPS dipersiapkan untuk bekal kehidupan yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Gross dalam Solihatin dan Raharjo (2005: 14) mengatakan bahwa “tujuan pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan IPS adalah memberi bekal kepada siswa untuk mengembangkan


(39)

23

diri sehingga dapat menggunakan kemampuan penalaran dalam mengambil keputusan pada persoalan yang dihadapinya.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SDN 2 Labuhan Ratu telah menerapkan kurikulum 2013, namun pada kenyataannya guru belum menerapkan kurikulum 2013 secara maksimal. Selain itu peneliti mendapatkan bahwa rendahnya hasil belajar IPS siswa. Hal tersebut disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan dalam pembelajaran dan siswa masih terpaku pada buku ajar dikarenakan guru menyampaikan materi secara terpisah tidak mengaitkan materi dengan tema yang sedang dipelajari.

Dalam hal ini peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, pada penelitian ini model pembelajaran yang peneliti gunakan adalah model pembelajaran koopeartif tipe think-pair-share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam penerapannya mempunyai keterkaitan dengan hasil belajar siswa karena dengan siswa berpikir sendiri maka memudahkan siswa untuk memahami materi dengan konsep yang telah dipelajari.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada siswa kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.


(40)

24

Maka dalam penelitian ini peneliti membuat kerangka pikir dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

Apabila dalam pembelajaran tema makananku sehat dan bergizi pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, maka hasil belajar siswa kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung dapat meningkat.

Masukan (Input)

Rendahnya hasil belajar IPS siswa

Tindakan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS 1. Orientasi siswa pada masalah

2. Berpikir secara mandiri mengenai materi ajar 3. Melakukan diskusi dengan teman sebangku 4. Berbagi dengan menyajikan hasil diskusi 5. Analisis dan evaluasi hasil

Keluaran (Output)


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan, atau istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya memecahkan persoalan di dalam kelasnya, namun berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Arikunto, dkk (2011: 3) “PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas IVC SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung dengan jumlah siswa 32 orang siswa yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.


(42)

26

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVC SD Negeri 2 Labuhan Ratu yang berlokasi di Jl. Z.A. Pagar Alam Gang. Beringin No. 59 Kec. Kedaton Kota Bandar Lampung.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama 4 bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian (bulan Februari-Mei 2014).

C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tujuan pembelajaran di kelas tercapai. Modifikasi dari Arikunto, dkk (2011: 16) secara garis besar terdapat lima tahapan yang dilalui, yaitu: ”(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan/observasi, (4) Refleksi, dan (5) Rekomendasi”.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki empat tahapan. Tahap pertama yaitu perencanaan, pada tahap ini peneliti membuat perencaan penelitian yang akan dilaksanakan. Tahap kedua yaitu pelaksanaan, pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Tahap ketiga yaitu pengamatan/observasi, pada tahap ini peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Tahap keempat yaitu refleksi, pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi sebagai bahan kajian untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Tahap kelima yaitu rekomendasi, pada


(43)

27

tahap ini peneliti melaksanakan perbaikan yang telah direfleksi pada tahap sebelumnya.

Adapun model dan pelaksanaan untuk masing-masing tahap dapat dilihat pada gambar 3.1 Tahapan PTK adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Tahapan PTK (Adopsi dari Arikunto, 2011: 16)

D. Alur Penelitian

Alur penelitian ini berbentuk siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran tematik pada tema “Makananku Sehat dan Bergizi” menggunakan model pembelajaran TPS direncanakan terdiri dari 3 siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III.

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

Siklus II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi


(44)

28

Siklus I

Pada siklus I tema yang akan dibahas dalam pembelajaran adalah tema “makananku sehat dan bergizi” subtema I “makananku sehat dan bergizi” pada pembelajaran 2. Adapun tahap-tahap pada penelitian tindakan kelas pada siklus I sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

a. Mengidentikasi KI dan KD yang relevan dengan tema makananku sehat dan bergizi.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif antar peneliti dengan guru kelas sesuai yang akan diajarkan.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang sesuai dengan tema dan model pembelajaran yang akan digunakan.

e. Menyusun instrument penilaian siswa berupa penialaian pengetahuan sikap, dan keterampilan siswa.

f. Menyusun alat evaluasi hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

1) Pengkondisian kelas (menata tempat duduk siswa, menertibkan siswa, berdoa, dan mengecek kahadiran siswa).

2) Guru melakukan apersepsi dan motivasi guna mengarahkan siswa pada tema yang akan dibahas.


(45)

29

b. Kegiatan Inti

1) Setiap siswa memperoleh LKS. 2) Tahap think:

a) Siswa memperhatikan gambar SDA hewan yang dipasang oleh guru di depan kelas.

b) Siswa mengerjakan LKS secara mandiri dalam waktu yang telah ditentukan.

3) Tahap pair:

Siswa mendiskusikan hasil pemikirannya kepada teman sebangku dan menuliskan jawaban diskusinya pada LKS.

4) Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling untuk memantau dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

5) Tahap share:

Beberapa kelompok menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain memperhatikan dan memberikan tanggapan.

6) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan c. Kegiatan Penutup

1) Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.

2) Siswa mengerjakan tes formatif yang diberikan guru secara individu.

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang.


(46)

30

3. Tahap Pengamatan

a. Mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan tes formatif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menyerap materi yang telah dipelajari.

b. Mengamati sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran terutama saat siswa diminta untuk berpikir dan mendiskusikan materi pembelajaran dengan menggunakan lembar instrumen.

c. Mengamati keterampilan mengemukakan pendapat siswa dengan menggunakan lembar observasi saat proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

a. Menganalisis keberhasilan dan kekurangan guru saat menerapkan model pembelajaran TPS.

b. Menganalisis hasil belajar siswa guna mengetahui keberhasilan siswa dalam menyerap materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS.

c. Menganalisis sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan instrument penilaian. d. Hasil analisis akan digunakan sebagai bahan perbaikan dalam


(47)

31

Siklus II

Sama halnya dengan siklus I, siklus II terdapat empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus II tema yang digunakan oleh peneliti adalah “makananku sehat dan bergizi” dengan subtema II “makananku sehat dan bergizi” pada pembelajaran 5. Siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I.

1. Tahap Perencanaan

a. Mengidentikasi KI dan KD yang relevan dengan tema makananku sehat dan bergizi.

b. Menyusun rencana pembelajaran secara kolaboratif antar peneliti dengan guru kelas sesuai yang akan diajarkan.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang sesuai dengan tema dan model pembelajaran yang akan digunakan.

e. Menyusun alat evaluasi hasil belajar siswa dengan pedoman penskoran.

f. Menetapkan cara melakukan refleksi terhadap penelitian yang dilakukan, yang dirumuskan oleh satu orang pengajar dan satu orang peneliti.

2. Tahap Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

1. Pengkondisian kelas (menata tempat duduk siswa, menertibkan siswa, berdoa, dan mengecek kahadiran siswa).


(48)

32

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3. Guru melakukan apersepsi dan motivasi guna mengarahkan siswa

pada tema yang akan dibahas. b. Kegiatan Inti

1. Setiap siswa memperoleh LKS. 2. Tahap think:

1) Siswa memperhatikan gambar SDA tumbuhan yang dipasang oleh guru di depan kelas.

2) Siswa mengerjakan LKS secara mandiri dalam waktu yang telah ditentukan.

3. Tahap pair:

Siswa mendiskusikan hasil pemikirannya kepada teman sebangku dan menuliskan jawaban diskusinya pada LKS.

4. Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling untuk memantau dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

5. Tahap share:

Beberapa kelompok menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain memperhatikan dan memberikan tanggapan.

6. Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan c. Kegiatan Penutup

1. Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.

2. Siswa mengerjakan tes formatif yang diberikan guru secara individu.


(49)

33

3. Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang.

3. Tahap Pengamatan

a. Mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan tes formatif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menyerap materi yang telah dipelajari.

b. Mengamati sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran terutama saat siswa diminta untuk berpikir dan mendiskusikan materi pembelajaran dengan menggunakan lembar instrumen.

c. Mengamati keterampilan mengemukakan pendapat siswa dengan menggunakan lembar observasi saat proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

a. Menganalisis keberhasilan dan kekurangan guru saat menerapkan model pembelajaran TPS.

b. Menganalisis hasil belajar siswa guna mengetahui keberhasilan siswa dalam menyerap materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS.

c. Menganalisis sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan instrument penilaian. d. Hasil analisis akan digunakan sebagai bahan perbaikan dalam


(50)

34

Siklus III

Sama halnya dengan siklus I dan II, siklus III terdapat empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus II tema yang digunakan oleh peneliti adalah “makananku sehat dan bergizi” dengan subtema III “makananku sehat dan bergizi” pada pembelajaran 6. Siklus III dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari siklus II.

I. Tahap Perencanaan

a. Mengidentikasi KI dan KD yang relevan dengan tema makananku sehat dan bergizi.

b. Menyusun rencana pembelajaran secara kolaboratif antar peneliti dengan guru kelas sesuai yang akan diajarkan.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang sesuai dengan tema dan model pembelajaran yang akan digunakan.

e. Menyusun alat evaluasi hasil belajar siswa dengan pedoman penskoran.

f. Menetapkan cara melakukan refleksi terhadap penelitian yang dilakukan, yang dirumuskan oleh satu orang pengajar dan satu orang peneliti.

2. Tahap Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

1. Pengkondisian kelas (menata tempat duduk siswa, menertibkan siswa, berdoa, dan mengecek kahadiran siswa).


(51)

35

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3. Guru melakukan apersepsi dan motivasi guna mengarahkan siswa

pada tema yang akan dibahas. b. Kegiatan Inti

1. Setiap siswa memperoleh LKS. 2. Tahap think:

1) Siswa memperhatikan gambar contoh hasil produksi udang yang dipasang oleh guru di depan kelas.

2) Siswa mengerjakan LKS secara mandiri dalam waktu yang telah ditentukan.

3. Tahap pair:

Siswa mendiskusikan hasil pemikirannya kepada teman sebangku dan menuliskan jawaban diskusinya pada LKS.

4. Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling untuk memantau dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

5. Tahap share:

Beberapa kelompok menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain memperhatikan dan memberikan tanggapan.

6. Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan c. Kegiatan Penutup

1. Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.

2. Siswa mengerjakan tes formatif yang diberikan guru secara individu.


(52)

36

3. Siswa memperhatikan penyampaian guru mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang.

3. Tahap Pengamatan

a. Mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan tes formatif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menyerap materi yang telah dipelajari.

b. Mengamati sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran terutama saat siswa diminta untuk berpikir dan mendiskusikan materi pembelajaran dengan menggunakan lembar instrumen.

c. Mengamatai keterampilan mengemukakan pendapat siswa dengan menggunakan lembar observasi saat proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

a. Menganalisis keberhasilan dan kekurangan guru saat menerapkan model pembelajaran TPS.

b. Menganalisis hasil belajar siswa guna mengetahui keberhasilan siswa dalam menyerap materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS.

c. Menganalisis sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan instrument penilaian.


(53)

37

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data pada penelitian tindakan kelas ini adalah data kualitatif yang berbentuk kalimat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik non tes (observasi) sebagai alat evaluasi hasil belajar. a. Teknik tes menurut Arikunto (2012: 67) “tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Teknik tes ini akan memperoleh data yang bersifat kuantitatif berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

b. Teknik non tes dilakukan tanpa menguji peserta didik, melainkan peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif yang berkenaan dengan kinerja guru, hasil belajar afektif, dan psikomotor terhadap pembelajaran tema “makananku sehat dan bergizi” dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi dan soal tes.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil belajar afektif, dan psikomotor dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Pada penilaian hasil belajar afektif, peneliti memilih sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama


(54)

38

untuk diteliti. Penulis membuat tabel pengamatan yang berupa lembar observasi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 kisi-kisi lembar observasi hasil belajar ranah afektif No. Sikap yang

Diamati

Indikator

1. Disiplin

a. Masuk kelas tepat waktu

b. Memperhatikan ketika guru menjelaskan c. Patuh terhadap peraturan di kelas

d. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan

2. Percaya Diri

a. Berani presentasi di depan kelas

b. Berani menyatakan pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan

c. Tidak mudah putus asa/pantang menyerah

d. Mampu membuat keputusan dengan cepat

3. Kerjasama

a. Bersedia membantu teman tanpa mengharap imbalan

b. Aktif dalam kerja kelompok

c. Mendahulukan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi

d. Membagi tugas kepada teman dalam berdiskusi/ tidak mendominasi Sumber: Adaptasi dari Mulyasa (2013: 131)

Selanjutnya, contoh indikator yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar psikomotor selama proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.2 kisi-kisi lembar observasi hasil belajar ranah psikomotor No. Keterampilan yang

diamati

Indikator

1. Mengemukakan pendapat

1.Menyampaikan gagasan secara lisan dan logis 2.Menggunakan bahasa yang

baik


(55)

39

2. Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IVC pada pembelajaran tema “makananku sehat dan bergizi” dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Tes hasil belajar siswa dilakukan pada akhir pokok bahasan. (Soal tes kognitif terlampir pada lampiran 9,10, dan 11 pada halaman 110-119).

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa saat pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dengan memberikan test kognitif kepada siswa dengan materi yang telah dipelajari. Data hasil belajar afektif dan psikomotor siswa diperoleh dengan melakukan pengamatan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

a. Rumus Analisis Afektif (Disiplin, Percaya Diri, dan Kerjasama)

b. Rumus Analisis Psikomotor (Keterampilan Mengemukakan Pendapat)


(56)

40

Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam % Tingkat Keberhasilan Kategori

81% – 100% Sangat Tinggi

66% – 80% Tinggi

51% – 65% Sedang

46% – 50% Rendah

< 46% Sangat Rendah

Sumber: Modifikasi dari Aqib dkk dalam Pratama (2013:126)

c. Rumus ketuntasan belajar siswa secara individual

B = Banyaknya butir yang dijawab benar N = Banyaknya butir soal

Ketuntasan individual jika siswa memperoleh nilai ≥ 66 Diadopsi dari Jihad dan Haris (2012: 166)

d. Rumus nilai rata-rata seluruh siswa

Keterangan: ̅ = Nilai rata-rata siswa

∑Xi = Total nilai yang diperoleh siswa ∑N = Jumlah siswa

e.Persentase ketuntasan hasil belajar siswa


(57)

41

Keterangan :

A = Persentase sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama secara klasikal

∑ = Jumlah siswa disiplin, percaya diri, dan kerjasama yang memiliki nilai sikap ≥66

N = Jumlah siswa 100% = Bilangan tetap

Sumber: Modifikasi dari Sudijono (2001: 264)

G. Indikator Keberhasilan

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikatakan berhasil apabila ketuntasan hasil belajar siswa mencapai ≥75% dengan kategori baik berdasarkan KKM yang telah ditetapkan yaitu 66.

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar Siswa Nilai

Predikat Kategori Skala 0 – 100

86-100 A

SB (Sangat Baik)

81-85 A-

76-80 B+

B (Baik)

71-75 B

66-70 B-

61-65 C+

C (Cukup)

56-60 C

51-55 C-

46-50 D+ K (Kurang)


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu tahun pelajaran 2013/2014 dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan. Penelitian yang dilaksanakan pada tema “makananku sehat dan bergizi” melalui model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat disimpulkan sebagai berikut:

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada setiap siklusnya. Hal ini dibuktikan dari ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 32 orang siswa yang memperoleh nilai <66 sebanyak 18 orang atau 56,25% dan 14 orang atau 43,75% siswa lainnya memperoleh nilai ≥66 dengan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 43,75% dengan kategori “Sangat Rendah”. Pada siklus II dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 30 orang siswa yang memperoleh nilai <66 sebanyak 10 orang atau 33,33% dan 20 orang atau 66,67% siswa lainnya memperoleh nilai ≥66 dengan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 66,67% dengan kategori “Tinggi”. Pada siklus III dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 32 orang siswa yang memperoleh nilai <66 sebanyak 4 orang atau 12,50% dan


(59)

76

28 orang atau 87,50% siswa lainnya memperoleh nilai ≥66 dengan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 87,50% dengan kategori “Sangat Tinggi”.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Diharapkan siswa dapat memiliki sikap percaya diri dalam mengemukakan suatu pendapat, baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tempat tinggal. Selain itu, diharapkan siswa dapat menanamkan sikap disiplin dan dapat bekerjasama dengan teman sehingga informasi atau pengetahuan yang dihasilkan dapat lebih optimal. 2. Bagi Guru

Guru diharapkan dapat memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk memperbaiki pembelajaran dengan mengembangkan materi ajar dengan kretif dan inovatif untuk menanamkan sikap percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan baik sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 4. Bagi Sekolah

Diharapkan sekolah melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat mendukung usaha guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.


(60)

77

5. Bagi Peneliti Lain

Peneliti diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran yang serupa pada kelas dan tema lainnya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Arikunto, S dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Afikri dkk. Tema 9 Makananku Sehat dan Bergizi Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas IV (pdf). Kemendikbud. Jakarta. Anindawati, D.H. 2013. Teknik permainan untuk meningkatkan kemampuan

mengemukakan pendapat siswa. (Jurnal). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Gultom, S. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 (pdf). Kemendikbud. Jakarta.

Huda, M. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Jihad, A dan Abdul, H. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Presindo. Yogyakarta.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Semester II (pdf).Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Jakarta.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lapono, N dkk. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja Rosdakaya. Jakarta.

Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (pdf). Permendikbud. Jakarta.

Permendikbud No.67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI (pdf). Permendikbud. Jakarta.


(62)

79

Pratama, G.D. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Student Teams Achiement Division (STAD) Pada Pembelajaran PKn di Kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Ajaan 2011/2012. (Skripsi). Unila, Bandar Lampung.

Prastowo, A. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. DIVA Press. Yogyakarta.

Putra, H. 5 kelemahan model pembelajaran think pair and share (TPS). http://www.hayardin.com/2012/09/5-kelemahan-model-pembelajaran-think.html. Diunduh pada tanggal 17 Maret 2014.

Slavin, R.E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sutarno, 2008. Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Solihatin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Tim Penyusun Unila. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Predana Media Group. Jakarta.

Ulina, T.W.R. 2013. Penggunaan Media Video Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zainal, A. 2013. Model-Model, Media, Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Yrama Widya. Bandung.


(1)

41

Keterangan :

A = Persentase sikap disiplin, percaya diri, dan kerjasama secara klasikal

∑ = Jumlah siswa disiplin, percaya diri, dan kerjasama yang memiliki nilai sikap ≥66

N = Jumlah siswa 100% = Bilangan tetap

Sumber: Modifikasi dari Sudijono (2001: 264)

G. Indikator Keberhasilan

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikatakan berhasil apabila ketuntasan hasil belajar siswa mencapai ≥75% dengan kategori baik berdasarkan KKM yang telah ditetapkan yaitu 66.

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar Siswa Nilai

Predikat Kategori Skala 0 – 100

86-100 A

SB (Sangat Baik)

81-85 A-

76-80 B+

B (Baik)

71-75 B

66-70 B-

61-65 C+

C (Cukup)

56-60 C

51-55 C-

46-50 D+ K (Kurang)


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IVC SDN 2 Labuhan Ratu tahun pelajaran 2013/2014 dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan. Penelitian yang dilaksanakan pada tema “makananku sehat dan bergizi” melalui model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat disimpulkan sebagai berikut:

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada setiap siklusnya. Hal ini dibuktikan dari ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 32 orang siswa yang memperoleh nilai <66 sebanyak 18 orang atau 56,25% dan 14 orang atau 43,75% siswa lainnya memperoleh nilai ≥66 dengan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 43,75% dengan kategori “Sangat Rendah”. Pada siklus II dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 30 orang siswa yang memperoleh nilai <66 sebanyak 10 orang atau 33,33% dan 20 orang atau 66,67% siswa lainnya memperoleh nilai ≥66 dengan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 66,67% dengan kategori “Tinggi”. Pada siklus III dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 32 orang siswa yang memperoleh nilai <66 sebanyak 4 orang atau 12,50% dan


(3)

76

28 orang atau 87,50% siswa lainnya memperoleh nilai ≥66 dengan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 87,50% dengan kategori “Sangat Tinggi”.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Diharapkan siswa dapat memiliki sikap percaya diri dalam mengemukakan suatu pendapat, baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tempat tinggal. Selain itu, diharapkan siswa dapat menanamkan sikap disiplin dan dapat bekerjasama dengan teman sehingga informasi atau pengetahuan yang dihasilkan dapat lebih optimal. 2. Bagi Guru

Guru diharapkan dapat memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk memperbaiki pembelajaran dengan mengembangkan materi ajar dengan kretif dan inovatif untuk menanamkan sikap percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan baik sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 4. Bagi Sekolah

Diharapkan sekolah melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat mendukung usaha guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.


(4)

77

5. Bagi Peneliti Lain

Peneliti diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran yang serupa pada kelas dan tema lainnya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Arikunto, S dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Afikri dkk. Tema 9 Makananku Sehat dan Bergizi Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas IV (pdf). Kemendikbud. Jakarta. Anindawati, D.H. 2013. Teknik permainan untuk meningkatkan kemampuan

mengemukakan pendapat siswa. (Jurnal). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Gultom, S. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 (pdf). Kemendikbud. Jakarta.

Huda, M. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Jihad, A dan Abdul, H. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Presindo. Yogyakarta.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

Semester II (pdf). Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Jakarta. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lapono, N dkk. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja Rosdakaya. Jakarta.

Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (pdf). Permendikbud. Jakarta.

Permendikbud No.67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI (pdf). Permendikbud. Jakarta.


(6)

79

Pratama, G.D. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Menggunakan Model Kooperatif Tipe Student Teams Achiement Division (STAD) Pada Pembelajaran PKn di Kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Ajaan 2011/2012. (Skripsi). Unila, Bandar Lampung.

Prastowo, A. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. DIVA Press. Yogyakarta.

Putra, H. 5 kelemahan model pembelajaran think pair and share (TPS). http://www.hayardin.com/2012/09/5-kelemahan-model-pembelajaran-think.html. Diunduh pada tanggal 17 Maret 2014.

Slavin, R.E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sutarno, 2008. Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Solihatin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Tim Penyusun Unila. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Predana Media Group . Jakarta.

Ulina, T.W.R. 2013. Penggunaan Media Video Melalui Model Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah oleh Siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zainal, A. 2013. Model-Model, Media, Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Yrama Widya. Bandung.