Ilmu Pengetahuan dan Cara Memperolehnya
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
ILMU PENGETAHUAN DAN CARA
MENDAPATKANNYA
(Kajian QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5 dab QS. Al-Baqarah [2]:
32)
1. Definisi Ilmu/ Ilmu Pengetahuan
Ilmu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu; pengetahuan dan kepandaian
(tentang
soal
duniawi,
akhirat,
lahir,
batin
dan
sebagainya.
Kata ilmu berasal dari bahasa arab, yakni bentuk
mashdar dari kata
mempunyai
arti
ًممما
مَ يعللمممَ عل م
ع لللمم ل. Kata ‘ilm ini
denotatif
“bekas
sesuatu
yang
dengannya dapat dibedakan sesuatu dengan sesuatu
yang lain”.
Ilmu juga berarti
ادراك الشمميء بحقيقتممه
(mengetahui hakikat sesuatu).
Sedangkan definisi ilmu menurut beberapa ahli,
antara lain sebagai berikut:
a. Ahmad Badry
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi
melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen,
dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar
ataupun asal-usulnya.
b. THOMAS KUHN
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
Ilmu
adalah
himpunan
aktivitas
yang
menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk
penolakan maupun pengembangannya.
c. MINTO RAHAYU
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan
pengetahuan
adalah
pribadi/kelompok
pengalaman
dan
belum
yang
bersifat
disusun
secara
sistematis karena belum dicoba dan diuji.
d. Jujun S. Suriasumantri
Ia menjelaskan di dalam bukunya, bahwa hakikat
ilmu
adalah
“mengerti
berarti
memaafkan
segalanya”. Maka dalam pengertian yang mendalam
terhadap hakikat ilmu, bukan saja akan mengikatkan
apresiasi
seseorang
terhadap
ilmu
namun
juga
membuka mata orang tersebut terhadap berbagai
kekurangannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu
pengetahuan atau pemahaman terhadap hakikat
sesuatu yang didapat dari berbagai aktifitas, baik
dalam
bentuk
pengamatan,
pengkajian
maupun
eksperimen, yang pada akhirnya tersusun secara
sistematis dan berlaku secara umum.
2. Ayat tentang Ilmu Pengetahuan dan Cara
Mendapatkannya
a. QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
س
سمَ ل لرب ب ل
ن
{ ل1} خل لممقل
ذيِ ل
ك ال ل ل
سمماً ل
خل لممقل ال لنِإ ل
اقسلرأ لباً س
{ اقسممرأ س ورب بمم ل ل2} من ع لل لممق
ِذي
{ ال لمم ل3} م
ك ا سلك سمملر م
ل لل
ل س
ق
ل
ل
س
ل
ل
س
{5} َم
مَ الباًل ل
ساً ل
مَ ال لنِإ ل
مَ ي لعسل س
ماًل س
ن ل
{ ع لل ل4} قلمَ ل
ع لل ل ل
b. QS. Al-Baq arah [02]: 32
عل سمَ ل لنآَ إل ل ماً ع لل لمتناً إنِإمم ل ل
حاًنِإ ل ل
ت
س لل لل
سب س ل
لقاًملوُا م
ك أنِإمم ل
ك لل ل ل ل ل ل
{32} َم
ح ل
مَ ال س ل
كي م
ال سعلللي م
3. Kosa Kata Penting
a.Kata اقرأ
Kata ( اقرأiqra’) berasal dari kata ( قرأqara’a) yang
pada mulanya berarti menghimpun. Apabila seseorang
merangkai huruf atau kata kemudian ia mengucapkan
rangkaian tersebut, maka ia telah menghimpunnya,
yakni membacanya.
Kata iqra’ bisa dipahami dalam dua hal, pertama
perintah untuk membaca apa yang telah dihafal, dan
yang kedua perintah untuk membaca apa yang tertulis
di hadapannya.
b.Kata رب
Kata Rabb
jika
berdiri
sendiri,
maka
yang
dimaksud adalah “Tuhan” yang tentunya Dia-lah yang
melakukan
tarbiyah
(pendidikan)
yang
pada
hakikatnya adalah pengembangan, peningkatan, serta
perbaikan terhadap makhluk ciptaan-Nya.
c. Kata
خلق
Kata khalaqa dari segi pengertian kebahasaan
mempunyai beberapa arti, di antaranya menciptakan
(dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih
dahulu),
mengatur,
membuat.
Kata
ini
biasanya
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
memberikan
tekanan
tentang
kehebatan
dan
kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya.
d.Kata النإسان
Terkait dengan kata ( )النِإساًنal-insân/ manusia, di
dalam Tafsir al-Mishbah dijelaskan bahwa kata ini
terambil
dari
kata
()أنِإس
uns/senang,
jinak,
dan
harmonis, atau dari kata ( )نِإسيnis-y yang berarti lupa.
Ada juga yang berpendapat, bahwa kata al-insân
berasal dari kata ( )نِإوُسnaus, yakni gerak atau
dinamika.
e.Kata علق
Kata ini diambi dari kata ( ًقا
‘ )عللق ليعللق ع مل م مaliqaya’laqu-‘uluqan yang berarti bergantung, melekat.
Kata ‘alaq berarti darah beku, segumpal darah/
segumpal sel, juga berarti binatang lintah/cacing yang
terdapat di dalam air, bila terminum oleh binatang,
maka ia tersangkut di kerongkongan. Ada juga yang
memahaminya dengan arti sesuatu yang tergantung
di dinding rahim.
f. Kata الكأرم
Kata ( )الكرمbiasa diterjemahkan dengan Yang
Maha/Paling Pemurah atau semulia-mulia. Kata ini
terambil
dari
kata
()كرم
karama
yang
berarti
memberikan dengan mudah tanpa pamrih, bernilai
tinggi,
terhormat,
mulia,
setia
dan
sifat
kebangsawanan.
g.Kata القلم
Kata (َ )القلمal-Qalam terambil dari kata (َ)قلم
qalama yang berarti memotong ujung sesuatu. Alat
yang digunakan untuk menulis dinamai dengan qalam
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
karena pada mulanya alat tersebut terbuat dari bahan
yang dipotong dan diperuncing ujungnya.
h.Kata العليم
Kata (َ )العليمsebagaimana dijelaskan di dalam
Tafsir al-Misbah, berasal dari akar kata (َ‘ )علمilm yang
menurut
para
pakar
bahasa
berarti
menjangkau
sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya.
i. Kata الحكيم
Kata ini dipahami oleh sementara ulama dalam
arti Yang Memiliki Hikmah. Sedangkan hikmah itu
sendiri berarti mengetahui yang paling utama dari
segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan.
4. Munasabah Ayat
a.Munasabah QS. Al-‘Alaq dengan QS. At-Tîn.
1) QS.
At-Tîn
manusia
menerangkan
dalam
kondisi
tentang
fisik
dan
penciptaan
psikis
yang
sempurna. Sedangkan dalam QS. Al-‘Alaq dijelakan
bahwa asal usul manusia diciptakan dari ‘alaqah,
sesuatu yang hina, tetapi karena Kemahakuasaan
Allah ia menjadi makhluk yang paling sempurna.
2) QS. At-Tîn dijelaskan bahwa manusia akan menjadi
manusia
sempurna
bila
diberi
agama
dan
pendidikan. Dalam QS. Al-‘Alaq diisyaratkan bahwa
kunci pendidikan adalah kemampuan membaca.
3) QS.
At-Tîn
menerangkan
bahwa
manusia
akan
menjadi makhluk yang terhina apabila menjadi
makhluk yang ingkar dan jahat, sedangkan dalam
QS. Al-‘Alaq dijelaskan sifat-sifat manusia yang jahat
dan hina itu.
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
b.Munasabah QS. Al-Baqarah: 32
Pada ayat ke 30, Allah menyampaikan keputusanNya bahwa Dia akan menciptakan manusia sebagai
kholifah di bumi. Hal ini menimbulkan rasa penasaran
bagi malaikat yang kemudian oleh Allah dijawab
secara singkat. Setelah itu pada ayat ke 31-32, Allah
membuktikan secara kongrit menyangkut kewajaran
manusia sekaligus ketidakwajaran malaikat menjadi
khalifah di bumi, yaitu dengan cara Allah mengajarkan
langsung nama-nama benda seluruhnya kepada Adam,
yang kemudian oleh Adam diajarkan kepada malaikat,
maka dari situlah malaikat baru bisa menyadari
tentang rahasia Allah menciptakan Adam, sekaligus
sebagai pertanda “penyesalan” mereka atas ucapan
atau kesan yang ditimbulkan oleh pernyataan itu.
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
5. Tafsir
a.QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5
Pada
ayat
س
سمَ ل لرب ب ل
ذيِ ل
ك ال ل ل
اقسلرأ لباً س
خل لقل
pertama
ini,
Allah
SWT.
memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk
membaca sebagai sarana untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
ل
ق
ع لل ق
ن
ل
ن ل
ساً ل
خل لقل ال لنِإ ل
م س
Pada ayat ini, Allah SWT. menjelaskan bahwa
Dia
memperkenalkan
jati
diri
manusia
pada
dasarnya, yakni diciptakan dari segumpal darah
yang hina.
اقسرأ س ورب ب ل ل
م
ك ا سلك سلر م
ل لل
Pada ayat ini, Allah menegaskan lagi kepada
Nabi
untuk
membaca.
Adapun
maksud
dari
pengulangan kata iqra’ adalah menegaskan bahwa
perbuatan
tersebut
tidak
dikatakan
membaca
kecuali kalau dilakukan secara berulang-ulang.1
قل لمَ ل
الباًل س ل
َم
ال ل ل
ذيِ ع لل ل ل
Setelah Allah memerintahkan untuk membaca
sebagai
sarana
pengetahuan,
memerintahkan
untuk
maka
untuk
memperoleh
pada
menulis
ayat
ini
dengan
ilmu
Dia
qalam
sebagai usaha untuk mengikat ilmu pengetahuan.
Terkait siapa yang diajar menggunakan qalam ada
tiga pendapat, ada yang menyebutkan Nabi Adam,
Nabi Idrîs ada juga yang menyebutkan semua
orang. Sedangkan yang dimaksud dari qalam itu
1 Wahbah az-Zuhailî, At-Tafsîr al-Munîr, (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2003),
vol. 15, cet. II, h. 705
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
sendiri ada tiga pengertian, antara lain: qalam yang
diciptakan
oleh
Allah
dengan
kekuasaan-Nya,
qalam para malaikat dan qalam manusia.
Ayat
ini
َم
ي لعسل ل س
َم
ساً ل
مَ ا سل لنِإ ل
ماًل ل س
ن ل
ع لل ل ل
menjelaskan,
bahwa
Allah
mengajarkan kepada manusia segala sesuatu yang
belum mereka ketahui dengan qalam/ menulis.
Ayat ini juga menunjukkan adanya ilmu yang
dianugrahkan langsung oleh Allah tanpa harus
melalui proses belajar terlebih dahulu, atau yang
biasanya disebut dengan ilmu ladunni. Hal ini
sebagaimana yang dalam sebuah riwayat:
من عمل بما علم أورثه الله علككم مككا لككم يكككن
يعلم
“Barang siapa yang mengamalkan ilmu yang
diketahuinya niscaya Allah akan mewariskan
kepadanya ilmu lain yang belum dia ketahui”.
b.
QS. Al-Baqarah [02]: 32
Ayat ini, menjelaskan bahwa Allah adalah
mu’allim (pengajar) yang pertama kali di alam ini.
Perlu diketahui, jika dalam setiap ilmu itu ada
pengajarnya, pastilah yang harus menjadi pengajar
pertama adalah Allah.
6. Petunjuk yang dapat diperoleh dari kedua ayat
tersebut
Dari pemaparan singkat di atas, penulis dapat
menyimpulkan beberapa ibrah/ pelajaran yang dapat di
ambil, yaitu sebagaimana berikut:
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
a. Allah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa
membaca,
karena
dengan
membaca
kita
dapat
menghimpun berbagai ilmu pengetahuan.
b. Membaca bukan hanya sebatas apa yang tertulis (alQur’an/ ayat qauliyyah), tetapi juga membaca apa
yang tidak tertulis (ayat kauniyah). Karena ketika
seseorang membaca ayat-ayat qauliyyah dengan
disertai membaca alam raya ini, ia akan lebih
mengetahui hakikat Kebesaran, Kemahakuasaan dan
Kemahasempurnaan Allah Dzat Pencipta alam raya
ini.
c. Kita disuruh untuk mengawali segala perbuatan dan
aktivitas dengan menyebut Nama Allah, yakni dengan
membaca
basmalah.
Karena
dengan
membaca
basmalah, segala perbuatan kita akan senantiasa
diberkahi oleh Allah. Hal ini sebagaimana
Sabda
Nabi:
َكل أمر ذيِ باًل ليبدأ فيه ببسمَ الله الرحمن الرحيم
أقطع
d. Pada hakikatnya, manusia berasal dari seseuatu yang
hina, yaitu ‘alaqah (segumpal darah), akan tetapi ia
akan menjadi manusia yang mulya dan sempurna jika
beragama dan berpendidikan.
e. Ketika seseorang ingin memahami suatu ilmu, tidak
cukup hanya dengan membaca/bereksperimen sekali
saja, akan tetapi harus dilakukan secara berulangulang.
f. Dilihat dari cara memperolehnya, ilmu ada dua
macam, pertama ilmu yang diraih dengan cara
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
belajar (baik melalui membaca maupun menulis)
terlebih dahulu dan kedua ilmu yang diperoleh
langsung dari Allah tanpa melalui proses belajar
terlebih dahulu (Ilmu Mauhibah/ Ladunni).
g. Hakikat manusia adalah makhluk yang mudah lupa,
jadi jika seseorang ingin mengikat suatu ilmu, maka
selayaknya disertai tulisan atau catatan.
h. Hendaknya manusia senantiasa bersyukur karena
telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang lebih banyak
dari
pada
malaikat
dan
makhluk-makhluk
yang
lainnya.
i. Ketika seseorang telah dikaruniai ilmu pengetahuan
dan daya pikir yang lebih oleh Allah, hendaklah
jangan sombong. Karena betapa pun tingginya ilmu
seseorang pada zaman sekarang ini, masih banyak
rahasia-rahasia yang masih belum dapat dijangkau
oleh ilmu pengetahuan manusia.
Wallahu A’lam
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
ILMU PENGETAHUAN DAN CARA
MENDAPATKANNYA
(Kajian QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5 dab QS. Al-Baqarah [2]:
32)
1. Definisi Ilmu/ Ilmu Pengetahuan
Ilmu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu; pengetahuan dan kepandaian
(tentang
soal
duniawi,
akhirat,
lahir,
batin
dan
sebagainya.
Kata ilmu berasal dari bahasa arab, yakni bentuk
mashdar dari kata
mempunyai
arti
ًممما
مَ يعللمممَ عل م
ع لللمم ل. Kata ‘ilm ini
denotatif
“bekas
sesuatu
yang
dengannya dapat dibedakan sesuatu dengan sesuatu
yang lain”.
Ilmu juga berarti
ادراك الشمميء بحقيقتممه
(mengetahui hakikat sesuatu).
Sedangkan definisi ilmu menurut beberapa ahli,
antara lain sebagai berikut:
a. Ahmad Badry
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi
melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen,
dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar
ataupun asal-usulnya.
b. THOMAS KUHN
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
Ilmu
adalah
himpunan
aktivitas
yang
menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk
penolakan maupun pengembangannya.
c. MINTO RAHAYU
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan
pengetahuan
adalah
pribadi/kelompok
pengalaman
dan
belum
yang
bersifat
disusun
secara
sistematis karena belum dicoba dan diuji.
d. Jujun S. Suriasumantri
Ia menjelaskan di dalam bukunya, bahwa hakikat
ilmu
adalah
“mengerti
berarti
memaafkan
segalanya”. Maka dalam pengertian yang mendalam
terhadap hakikat ilmu, bukan saja akan mengikatkan
apresiasi
seseorang
terhadap
ilmu
namun
juga
membuka mata orang tersebut terhadap berbagai
kekurangannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu
pengetahuan atau pemahaman terhadap hakikat
sesuatu yang didapat dari berbagai aktifitas, baik
dalam
bentuk
pengamatan,
pengkajian
maupun
eksperimen, yang pada akhirnya tersusun secara
sistematis dan berlaku secara umum.
2. Ayat tentang Ilmu Pengetahuan dan Cara
Mendapatkannya
a. QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
س
سمَ ل لرب ب ل
ن
{ ل1} خل لممقل
ذيِ ل
ك ال ل ل
سمماً ل
خل لممقل ال لنِإ ل
اقسلرأ لباً س
{ اقسممرأ س ورب بمم ل ل2} من ع لل لممق
ِذي
{ ال لمم ل3} م
ك ا سلك سمملر م
ل لل
ل س
ق
ل
ل
س
ل
ل
س
{5} َم
مَ الباًل ل
ساً ل
مَ ال لنِإ ل
مَ ي لعسل س
ماًل س
ن ل
{ ع لل ل4} قلمَ ل
ع لل ل ل
b. QS. Al-Baq arah [02]: 32
عل سمَ ل لنآَ إل ل ماً ع لل لمتناً إنِإمم ل ل
حاًنِإ ل ل
ت
س لل لل
سب س ل
لقاًملوُا م
ك أنِإمم ل
ك لل ل ل ل ل ل
{32} َم
ح ل
مَ ال س ل
كي م
ال سعلللي م
3. Kosa Kata Penting
a.Kata اقرأ
Kata ( اقرأiqra’) berasal dari kata ( قرأqara’a) yang
pada mulanya berarti menghimpun. Apabila seseorang
merangkai huruf atau kata kemudian ia mengucapkan
rangkaian tersebut, maka ia telah menghimpunnya,
yakni membacanya.
Kata iqra’ bisa dipahami dalam dua hal, pertama
perintah untuk membaca apa yang telah dihafal, dan
yang kedua perintah untuk membaca apa yang tertulis
di hadapannya.
b.Kata رب
Kata Rabb
jika
berdiri
sendiri,
maka
yang
dimaksud adalah “Tuhan” yang tentunya Dia-lah yang
melakukan
tarbiyah
(pendidikan)
yang
pada
hakikatnya adalah pengembangan, peningkatan, serta
perbaikan terhadap makhluk ciptaan-Nya.
c. Kata
خلق
Kata khalaqa dari segi pengertian kebahasaan
mempunyai beberapa arti, di antaranya menciptakan
(dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih
dahulu),
mengatur,
membuat.
Kata
ini
biasanya
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
memberikan
tekanan
tentang
kehebatan
dan
kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya.
d.Kata النإسان
Terkait dengan kata ( )النِإساًنal-insân/ manusia, di
dalam Tafsir al-Mishbah dijelaskan bahwa kata ini
terambil
dari
kata
()أنِإس
uns/senang,
jinak,
dan
harmonis, atau dari kata ( )نِإسيnis-y yang berarti lupa.
Ada juga yang berpendapat, bahwa kata al-insân
berasal dari kata ( )نِإوُسnaus, yakni gerak atau
dinamika.
e.Kata علق
Kata ini diambi dari kata ( ًقا
‘ )عللق ليعللق ع مل م مaliqaya’laqu-‘uluqan yang berarti bergantung, melekat.
Kata ‘alaq berarti darah beku, segumpal darah/
segumpal sel, juga berarti binatang lintah/cacing yang
terdapat di dalam air, bila terminum oleh binatang,
maka ia tersangkut di kerongkongan. Ada juga yang
memahaminya dengan arti sesuatu yang tergantung
di dinding rahim.
f. Kata الكأرم
Kata ( )الكرمbiasa diterjemahkan dengan Yang
Maha/Paling Pemurah atau semulia-mulia. Kata ini
terambil
dari
kata
()كرم
karama
yang
berarti
memberikan dengan mudah tanpa pamrih, bernilai
tinggi,
terhormat,
mulia,
setia
dan
sifat
kebangsawanan.
g.Kata القلم
Kata (َ )القلمal-Qalam terambil dari kata (َ)قلم
qalama yang berarti memotong ujung sesuatu. Alat
yang digunakan untuk menulis dinamai dengan qalam
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
karena pada mulanya alat tersebut terbuat dari bahan
yang dipotong dan diperuncing ujungnya.
h.Kata العليم
Kata (َ )العليمsebagaimana dijelaskan di dalam
Tafsir al-Misbah, berasal dari akar kata (َ‘ )علمilm yang
menurut
para
pakar
bahasa
berarti
menjangkau
sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya.
i. Kata الحكيم
Kata ini dipahami oleh sementara ulama dalam
arti Yang Memiliki Hikmah. Sedangkan hikmah itu
sendiri berarti mengetahui yang paling utama dari
segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan.
4. Munasabah Ayat
a.Munasabah QS. Al-‘Alaq dengan QS. At-Tîn.
1) QS.
At-Tîn
manusia
menerangkan
dalam
kondisi
tentang
fisik
dan
penciptaan
psikis
yang
sempurna. Sedangkan dalam QS. Al-‘Alaq dijelakan
bahwa asal usul manusia diciptakan dari ‘alaqah,
sesuatu yang hina, tetapi karena Kemahakuasaan
Allah ia menjadi makhluk yang paling sempurna.
2) QS. At-Tîn dijelaskan bahwa manusia akan menjadi
manusia
sempurna
bila
diberi
agama
dan
pendidikan. Dalam QS. Al-‘Alaq diisyaratkan bahwa
kunci pendidikan adalah kemampuan membaca.
3) QS.
At-Tîn
menerangkan
bahwa
manusia
akan
menjadi makhluk yang terhina apabila menjadi
makhluk yang ingkar dan jahat, sedangkan dalam
QS. Al-‘Alaq dijelaskan sifat-sifat manusia yang jahat
dan hina itu.
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
b.Munasabah QS. Al-Baqarah: 32
Pada ayat ke 30, Allah menyampaikan keputusanNya bahwa Dia akan menciptakan manusia sebagai
kholifah di bumi. Hal ini menimbulkan rasa penasaran
bagi malaikat yang kemudian oleh Allah dijawab
secara singkat. Setelah itu pada ayat ke 31-32, Allah
membuktikan secara kongrit menyangkut kewajaran
manusia sekaligus ketidakwajaran malaikat menjadi
khalifah di bumi, yaitu dengan cara Allah mengajarkan
langsung nama-nama benda seluruhnya kepada Adam,
yang kemudian oleh Adam diajarkan kepada malaikat,
maka dari situlah malaikat baru bisa menyadari
tentang rahasia Allah menciptakan Adam, sekaligus
sebagai pertanda “penyesalan” mereka atas ucapan
atau kesan yang ditimbulkan oleh pernyataan itu.
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
5. Tafsir
a.QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5
Pada
ayat
س
سمَ ل لرب ب ل
ذيِ ل
ك ال ل ل
اقسلرأ لباً س
خل لقل
pertama
ini,
Allah
SWT.
memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk
membaca sebagai sarana untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
ل
ق
ع لل ق
ن
ل
ن ل
ساً ل
خل لقل ال لنِإ ل
م س
Pada ayat ini, Allah SWT. menjelaskan bahwa
Dia
memperkenalkan
jati
diri
manusia
pada
dasarnya, yakni diciptakan dari segumpal darah
yang hina.
اقسرأ س ورب ب ل ل
م
ك ا سلك سلر م
ل لل
Pada ayat ini, Allah menegaskan lagi kepada
Nabi
untuk
membaca.
Adapun
maksud
dari
pengulangan kata iqra’ adalah menegaskan bahwa
perbuatan
tersebut
tidak
dikatakan
membaca
kecuali kalau dilakukan secara berulang-ulang.1
قل لمَ ل
الباًل س ل
َم
ال ل ل
ذيِ ع لل ل ل
Setelah Allah memerintahkan untuk membaca
sebagai
sarana
pengetahuan,
memerintahkan
untuk
maka
untuk
memperoleh
pada
menulis
ayat
ini
dengan
ilmu
Dia
qalam
sebagai usaha untuk mengikat ilmu pengetahuan.
Terkait siapa yang diajar menggunakan qalam ada
tiga pendapat, ada yang menyebutkan Nabi Adam,
Nabi Idrîs ada juga yang menyebutkan semua
orang. Sedangkan yang dimaksud dari qalam itu
1 Wahbah az-Zuhailî, At-Tafsîr al-Munîr, (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2003),
vol. 15, cet. II, h. 705
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
sendiri ada tiga pengertian, antara lain: qalam yang
diciptakan
oleh
Allah
dengan
kekuasaan-Nya,
qalam para malaikat dan qalam manusia.
Ayat
ini
َم
ي لعسل ل س
َم
ساً ل
مَ ا سل لنِإ ل
ماًل ل س
ن ل
ع لل ل ل
menjelaskan,
bahwa
Allah
mengajarkan kepada manusia segala sesuatu yang
belum mereka ketahui dengan qalam/ menulis.
Ayat ini juga menunjukkan adanya ilmu yang
dianugrahkan langsung oleh Allah tanpa harus
melalui proses belajar terlebih dahulu, atau yang
biasanya disebut dengan ilmu ladunni. Hal ini
sebagaimana yang dalam sebuah riwayat:
من عمل بما علم أورثه الله علككم مككا لككم يكككن
يعلم
“Barang siapa yang mengamalkan ilmu yang
diketahuinya niscaya Allah akan mewariskan
kepadanya ilmu lain yang belum dia ketahui”.
b.
QS. Al-Baqarah [02]: 32
Ayat ini, menjelaskan bahwa Allah adalah
mu’allim (pengajar) yang pertama kali di alam ini.
Perlu diketahui, jika dalam setiap ilmu itu ada
pengajarnya, pastilah yang harus menjadi pengajar
pertama adalah Allah.
6. Petunjuk yang dapat diperoleh dari kedua ayat
tersebut
Dari pemaparan singkat di atas, penulis dapat
menyimpulkan beberapa ibrah/ pelajaran yang dapat di
ambil, yaitu sebagaimana berikut:
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
a. Allah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa
membaca,
karena
dengan
membaca
kita
dapat
menghimpun berbagai ilmu pengetahuan.
b. Membaca bukan hanya sebatas apa yang tertulis (alQur’an/ ayat qauliyyah), tetapi juga membaca apa
yang tidak tertulis (ayat kauniyah). Karena ketika
seseorang membaca ayat-ayat qauliyyah dengan
disertai membaca alam raya ini, ia akan lebih
mengetahui hakikat Kebesaran, Kemahakuasaan dan
Kemahasempurnaan Allah Dzat Pencipta alam raya
ini.
c. Kita disuruh untuk mengawali segala perbuatan dan
aktivitas dengan menyebut Nama Allah, yakni dengan
membaca
basmalah.
Karena
dengan
membaca
basmalah, segala perbuatan kita akan senantiasa
diberkahi oleh Allah. Hal ini sebagaimana
Sabda
Nabi:
َكل أمر ذيِ باًل ليبدأ فيه ببسمَ الله الرحمن الرحيم
أقطع
d. Pada hakikatnya, manusia berasal dari seseuatu yang
hina, yaitu ‘alaqah (segumpal darah), akan tetapi ia
akan menjadi manusia yang mulya dan sempurna jika
beragama dan berpendidikan.
e. Ketika seseorang ingin memahami suatu ilmu, tidak
cukup hanya dengan membaca/bereksperimen sekali
saja, akan tetapi harus dilakukan secara berulangulang.
f. Dilihat dari cara memperolehnya, ilmu ada dua
macam, pertama ilmu yang diraih dengan cara
Ringkasan Makalah Tafsir Maudhu’i
Moch. Anwar Mambauddin IT/II B Institut PTIQ Jakarta
belajar (baik melalui membaca maupun menulis)
terlebih dahulu dan kedua ilmu yang diperoleh
langsung dari Allah tanpa melalui proses belajar
terlebih dahulu (Ilmu Mauhibah/ Ladunni).
g. Hakikat manusia adalah makhluk yang mudah lupa,
jadi jika seseorang ingin mengikat suatu ilmu, maka
selayaknya disertai tulisan atau catatan.
h. Hendaknya manusia senantiasa bersyukur karena
telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang lebih banyak
dari
pada
malaikat
dan
makhluk-makhluk
yang
lainnya.
i. Ketika seseorang telah dikaruniai ilmu pengetahuan
dan daya pikir yang lebih oleh Allah, hendaklah
jangan sombong. Karena betapa pun tingginya ilmu
seseorang pada zaman sekarang ini, masih banyak
rahasia-rahasia yang masih belum dapat dijangkau
oleh ilmu pengetahuan manusia.
Wallahu A’lam