Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan A

Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun di Puskesmas
Jatinegara Jakarta Timur Siti Kamilah
DosenTetap Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Telp: (021)
78864045 Abstrak :
Anak merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak
memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka
Selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar,
dirasakandanmerekaseolah-olah tidak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak
Bersifat egosentris, dan memiliki rasa ingin tahu secara alamiah. Anak merupakan mahluk sosial,
unik kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian peendek, dan memiliki
masa yang paling potensial untuk belajar.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak di Puskesmas jatinegara jakarta Timur tahun 2014. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner kolerasi dengan Sampel sebanyak 95 responden. Tehnik pengambilan
sampel adalah secara simple random sampling.
Hasil univariat menunjukan perkembangan anak yang kurang (62,1%) yang baik (37,9%) dan
pola asuh permisif (41,1%), otoriter (34,7%) dan demokratif (24,2%).Hasil chi square
menunjukkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak di
Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014.
( Pvalue=0,003) Diharapkan penelitian ini dapat digunakan yang sesuai untuk perkembangan

yang lebih baik pada anak diusia toddler sehingga dapat dijadikan bahan pengetahuan untuk
dimasa mendatang.Kata kunci: pola asuh, demokratif, otoriter, permisif Abstract :

Child is a little man who has the potential to be developed. The child has certain distinctive
characteristics and not the same as adults, they are always active, dynamic, enthusiastic and
curious about what is seen, heard, felt, and they seem to never stop to explore and learn.
Children are egocentric, and have a natural curiosity. Children are social creatures, unique, rich
with fantasy, has a short attention, and has the most potential for future learning (Sugiono,
2009). The purpose of this study was to determine the relationship between parenting parents
with child development in East Jakarta Jatinegara Health Center in 2014. Design research is
descriptive correlation with cross sectional approach. Collecting data using questionnaires. A
sample of 95 res
pondents. Sampling techniques are simple random sampling. Univariate results showed that less
child development ( 62.1 % ) were good ( 37.9 % ) and permissive parenting
( 41.1 % ), authoritarian ( 34.7 % ) and demokratif ( 24.2 % ). Chi square results showed no
association between parenting parents with child development in East Jakarta Jatinegara Health
Center in 2014. ( Pvalue= 0,003) Hopefully this research can be used as appropriate for a better
development in the toddler age children so that they can be used as material for future knowledge
. Keywords:parenting, democratic, authoritarian, permissive. Siti Kamilah Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia34

Pendahuluan
Anak merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak
memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu
aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu

terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan mereka seolah-olah tidak pernah berhenti
bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, dan memiliki rasa ingin tahu secara alamiah.
Anak merupakan mahluk sosial, unik,
kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian pendek, dan memiliki masa yang paling potensial
untuk belajar.
Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia todler ini yaitu usia 1-3
tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat Agar masa keemasan ini
bermanfaat secara optimal, maka orang tua diharapkan dapat melakukan proses pola asuh dengan
cara yang baik dan optimal. Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya yaitu faktor paskanatal yang mencakup tiga hal, yaitu kebutuhan asuh, kebutuhan asih,
dan kebutuhan asah. Kebutuhan tersebut menjadi tugas keluarga/orang tua untuk memenuhinya.
Pola asuh keluarga terutama orang tua menjadi hal yang paling mendasar dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak orang tua yang menganggap wajar tentang
masalah yang sering muncul pada anak usia toddler, seperti agresif, banyak kemauan,
berbohong,bandel hyperaktif, suka berteriak, persaingan saudara (Sibling Rivalry). Akan tetapi,

apabila orang tua salah dalam memberikan pola asuh maka akan berdampak tidak baik bagi anak
dalam perkembangan selanjutnya.
Tingginya angka kelahiran akan mendorong ke masa pembangunan di era global yang penuh
dengan persaingan, setiap individu dituntut untuk mempersiapkan mentalnya agar mampu
menghadapi tantangan di masa depan. Hampir 50% anak usia 1-3 tahun di 54 negara maju
menunjukan beberapa simptom gangguan perilaku anti sosial yang dapat berkembang menjadi
gangguan perilaku tetap dikemudian hari. Fenomena ini terjadi di

berbagai negara misalnya di Kanada dan Selandia baru menunjukan sekitar 5-7% anak
mengalami antisosial, selain itu akibat dari pola pengasuhan yang salah anak bisa menjadi
depresi sebagai gambaran di Amerika menunjukan 1% pada anak usia 1-3 tahun, 2% usia
sekolah, dan 5-8% pada usia remaja yang mengalami depresi. Di Indonesia sendiri walau belum
ada angka pasti, namun jumlah anak yang terlibat kejahatan hukum atau kenakalan dapat
diprediksikan kalau hal tersebut sebagai akibat dari pola pengasuhan yang salah di awal tahun
perkembangan. Waktu 5 tahun terakhir di Indonesia rata-rata lahir 5 juta bayi per tahun. Dari 227
juta penduduk, 80 juta (34%) di antaranya adalah anak –anak. Badan Pusat Statistik Indonesia
(BPS) pada tahun 2000 melaporkan bahwa data statistik dari 206,2 juta penduduk, terdapat 27,8
juta anak. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) tahun 2007 saat ini jumlah
balita di tanah air mencapai 17% dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% pertahun. Dan
perkembangan tersebut mengalami pertumbuhan 7% anak dan tahun -tahun sebelumnya, dengan

peningkatan ini diharapkan kualitas anak di Indonesia juga akan meningkat sebab anak
merupakan energi peradapan masa depan yang hares disiapkan
dengan matang untuk mengendalikan perubahan zaman. Pembangunan kesehatan sebagai bagian
dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan
anak yang dilakukan sedini mungkin sejak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang
dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupanya,
ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup
anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta
memiliki intelegensi
majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Orang tua merupakan pendidik utama dan pengasuh
bagi anak, mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas

potensi anak secara wajar. Orang tua juga memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan
membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan
keluarga yang lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku
orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.
Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian, peraturan,
disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan
kebiasaan Vol. 5 No. 1 Maret 2015 Jurnal Ilmu Keperwatan Indonesia 35 orangtua selalu dilihat,
dinilai, dan ditiru oleh

anaknya yang kenudian semua itu secara sadar
atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi
kebiasaan pula bagi anak- anaknya. Hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pola
asuh yang baik pada anak toddler usia 1-3 tahun meliputi orang tua hendaknya selalu mengajak
anak berbicara dan bermain
interaktif, melibatkan anak sesering mungkin dalam melaksanakan tugas sehari-hari, jangan
memaksa anak untuk melakukan hal yang tidak disukainya, memberikan pujian kepada anak
ketika anak melakukan apa yang diperintahkan, memberikan kesempatan kepada anak untuk
mencoba keterampilan motorik, sosial serta bahasanya sesuai dengan tahap perkembangannya.
ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu: sosial ekonomi, lingkungan
sosial, pendidikan nilai- nilai agama yang dianut orang tua, kepribadian, jumlah anak.Polaasuh
anak menjadi tiga, yaitu: pola asuh otoritor, pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Pada
pola asuh otoriter, orang tua sangat menanamkan disiplin pada anaknya dan
menuntut prestasi tinggi. Namun, pihak lain orang tua tidak memberikan kesempatan pada
anaknya untuk mengumumkan pendapat sesuatu sekaligus memenuhi kebutuhan anak. Tipe pola

asuh otoriter ini membuat anak mandiri karena sifat orang tua yang terlalu disiplin dan tegas.
Tetapi, kemandiriananak tersebut bukan lahir dari kesadaranya sendiri melainkan melainkan
kemandirian karena sikap orang tua yang terlalu memaksa dalammemperoleh prestasi anak.
Sedangkan pola asuh permisif, orang tua menunjukan sikap kasih sayang tinggi, tetapi dengan

kendali dan tuntutan prestasi yang rendah. Pada tipe pola asuh ini anak tidak mandiri karena
orang tua terlalu memanjakan anaknya sehingga anak tidak peduli dengan tanggung jawab, susah
bergaul, dan dapat menghambat perkembangan moral anak. Demikian juga dengan pola asuh
demokratis, orang tua memberikan kontrol dengan
mengendalikan anak untuk mencapai target tertentu. Akan tetapi, orang tua juga memberi anak
kesempatan untuk mencapaikan keluhan dan pendapatnya. Dalam penelitian Wong menunjukan
bahwa pola pengasuhan
demokratis sangat mendukung perkembangan kemandirian (healthyautonomy) pada anak. Hal ini
dimungkinkan karena pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu
bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,
termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih
sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya.
Penelitian yang di lakukan yang berjudul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Anak Toddler (Usia 1-3 Tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan Wiradesa
Kabupaten Pekalongan”. maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pola asuh orang tua
dengan perkembangan anak toddler (usia 1-3 tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan Wiradesa
Kabupaten Pekalongan. Stu di pendahuluan dilakukan penulis di Puskesmas Jatinegara Jakarta
Timur diperoleh data bahwa dari hasil uji DDST diperoleh data pada tahun 2013 sebanyak 115
anak berusia 1-3 tahun dengan kriteria usia 1 tahun anak yang


mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan sebanyak 40 anak, usia 2 tahun anak yang
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan sebanyak 28 anak dan selebihnya anak
usia 3 tahun dengan jumlah 47 anak dari usia 1-2 tahun, sedangkan pada tahun 2014 dari bulan
Januari sampai Oktober sebanyak 124 anak yang berusia 1-3 tahun dengan kriteria usia 1 tahun
sebanyak 31 anak yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, usia 2 tahun
sebanyak 32 anak yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan anak usia 3
tahun sebanyak 61 anak yang mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu atau orang tua anak menyatakan bahwa ibu
tersebut melarang anaknya yang berusia 2,5 tahun bermain dengan anak-anak yang nakal dengan
sikap dimarahi dan
mengajaknya pulang. Salah satu aspek sosialisasi anak usia 1-3 tahun adalah bermain dengan
teman sebayanya, bila hal tersebut dilakukan oleh para orang tua maka akan membuat
perkembangan anaknya menjadi terganggu. Fenomena-fenomena yang sering kita lihat di
masyarakat ini menarik minat
peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “hubungan pola asuh dengan perkembangan anak
usia 1-3 tahun di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014”. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan Pola asuh dengan Perkembangan anak usia 1-3 tahun di Puskesmas
Jatinegara
Jakarta TimurTahun 2014. Siti kamilahJurnal Ilmu Keperawatan Indonesia 36
Metode Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Tujuan menggunakan
penelitian korelasi mengkaji hubungan dua variable Pola

asuh dengan perkembangan Anak. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data anak di
Puskesmas Jatinegara Jakarta Timuryaitu berjumlah 124 dengan sampel 95 orang. Uji validitas
dilakukan di Puskesmas Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan dengan 20 responden. Hasil
uji validitas diperoleh 27 pernyataan dari 30 pernyataan yang valid, 3 pernyataan yang tidak
valid dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian. Hasil reabilitas diperoleh nilai 0.962.
Artinya nilai cronbach;s Alphar hitung > r tabel sehingga semua pertanyaan yang digunakan
dinyatakan reabilitas.Analisis univariat digunakan untuk melakukan analisis terhadap distribusi
frekuensi dari variable- variabel yang digunakan dalam penelitian ini.Variabel yang akan
dianalisis

univariat

antara

lain

gambaran


pola

asuh

orang

tua

pola

asuh

demikratis,otoriter,permisif Analisis bivariat di gunakan untuk mencari hubungan antara data
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang
dilakukan dengan uji Chi-Square yaitu uji statistik yang digunakan untuk menguji signifikasi dua
variabel.Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu Pola asuh dan
Perkembangan anak. Hasil Tabel. 1 Analisa Univariat Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola
asuh dan Perkembangan anak usia 1-3 tahun di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur Tahun 2014
(n=95) Variabel Kategori N (%) Pola asuh Demokratif 2324,2 otoriter 3334,7 permisif

3941,1Perkembangan anak Baik

3637,9 Kurang 5962,1 Berdasarkan tabel diatas diketahui

bahwa frekuensi pola asuh orang tua di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014,
didapatkan pola asuh demokratif sebanyak 23 responden (24,2%), pola asuh otoriter sebanyak 33
responden (34,7) dan pola asuh permisif sebanyak 39 responden (41,1%). distribusi
frekuensi perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014, didapatkan
perkembangan anak yang baik sebanyak 36 responden (37,9) dan perkembangan anak yang

kurang sebanyak 59 responden (62,1%). Tabel. 2 Hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak usia 1-3 tahun di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur
Tahun 2014 (n=95) Pola asuh Perkembangan anak P-Value Baik Kurang Demokratif 1356,
51043, 50,003 Otoriter 1648,51751,5 Permisif 717,53 282,1 Total 3637,959 62,1
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 23 pola asuh demokratif, 13 responden (56,5%)
perkembangan anak baik, sedangkan 10 responden (43,5%) perkembangan anak kurang. Hasil
uji statistik diperoleh nilai Pvalue= 0, 003 (Pvalue≤ α = 0,05), maka dapat disimpulkan
adahubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara
Jakarta Timur tahun 2014.Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
pola asuh orang tua di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014, didapatkan pola asuh

demokratif sebanyak 23 responden (24,2%), pola asuh otoriter sebanyak 33 responden (34,7) dan
pola asuh permisif sebanyak 39 responden (41,1%). Dari kesimpulan di atas ternyata pola asuh
yang digunakan orang tua di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur adalah pola asuh permisif. Ada
tujuh faktor yang mempengaruhi orang tua
menerapkan pola asuh permisif yaitu, usia orang tua, keterlibatan orang tua dalam mengasuh
anak, pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stres orang tua dan
keharmonisan suami istri. Pola asuh otoriter menekankan segala aturan orang tua harus di taati
oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol dari anak. Anak harus
menuruti dan tidak boleh membantah terhadap apa yang Vol. 5 No. 1 Maret 2015 Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia 37diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini anak seperti robot,
sehingga dia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri dan minder
dalam pergaulan. Tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal atau melarikan diri dari
kenyataan. Dari segi positifnya, anak yang di didik dengan pola asuh ini, cenderung akan

menjadi disiplin yang kuat, akan tetapi bisa jadi, ia mau menunjukan kedisiplinan hanya di depan
orang tua, padahal didalam hati sang anak berbicara lain. Jadi anak cenderung memiliki
kedisplinan dan kepatuhan yang semu. Pola asuh permisif yaitu segala aturan dan ketetapan
keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan oleh
orang tua. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena,
tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif lain,
anak kurang disiplin dengan aturan sosial-sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan
kebebesan dengan baik dan benar maka anak akan menjadi seseorang yang mandiri, kreatif,
inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya. Pola asuh demokratis ini kedudukan antar anak
dan orang tua sejajar. Suatu keputusan
diambil bersama dengan mempertimbangkan kedudukan kedua belah
pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang di
lakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan
dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Keungulan dari pola asuh ini adalah anak akan
menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab atas segala tindakantindakanya,tidak munafik, dan jujur.
Namun dalam pola asuh ini mempunyai kekurangan yaitu anak akan cenderung merongrong
kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu di pertimbangkan antara orang tua dan anak.
Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mengasuh
anak, dalamn mengasuh anak menurut Tarsis menyatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi
anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Menurut hasil penelitian bahwa responden yang menyatakanpenerapan pola asuh permisif lebih
banyak dari pada responden yang menyatakan penerapan pola asuh otoriter dan demokratis untuk
itu akan beresiko buruk untuk pertu
mbuhan dan perkembangan anak di masa dewasanya nanti. Bagi orang tua
diharapkan agar meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya seorang ibu agar lebih
memperhatikan perkembangan anaknya dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
distribusi frekuensi perkembangan anak di
Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014, didapatkan perkembangan anak yang baik
sebanyak 36 responden (37,9) dan perkembangan anak yang kurang sebanyak 59 responden
(62,1%). Ternyata perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur sangat kurang,
oleh karena itu ada dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu; faktor dalam
dan faktor luar. Faktor dalam sendiri terdiri dari Ras/etnik, keluarga, umur, jenis
kelamin, genetik, kelainan kromosom. Sedangkan faktor luar sendiri terdiri
dari faktor prental, faktor persalinan dan faktor pascasalin. Anak memiliki suatu ciri yang khas
yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini
yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa keciil. Anak menunjukan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran
fisik dan struktur sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan
berat. Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang paling kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian Pertumbuhan terjadi secara
simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan

hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya
perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi
tersebut berperan penting
dalam kehidupan manusia yang utuh. Menurut hasil penelitian bahwa tingkat
perkembangan anak yang kurang baik lebih banyak dari pada perkembangan yang baik, jadi
berdasarkan pernyataan tersebut diharapkan bagi orang
tua, keluarga, agar lebih memperhatikan anak dan meluangkan waktu untuk anak, berkomunikasi
dengan baik pada Siti Kamilah Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia 38 anak agar anak merasa
nyaman dan diperhatikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Atabaki,
dkk yang berjudul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
Toddler (Usia 1-3 Tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan”.
Desain penelitian ini adalah study korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel
sebanyak 90 responden, alat ukur yang digunakan berupa kuesioner, Cara pengambilan sampel
dengan tehnik stratified random sampling. Uji statistik yang digunakan yaitu uji ChiSquare dengan α 5% (0,05). Hasil uji statistik menunjukkan ρ value = 0,005 (ρ value rtabel0,256, dengan taraf signifikansi 0,00 (p: < 0, 01) yang berarti ada hubungan antara
pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia1-3 tahun di desa buntalan. Pola asuh adalah
suatu keseluruhan interaksi
orang tua dan anak, di mana orang tua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah
tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak
bisa mandiri, tumbuh serta kembang
secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat,
dan berorientasi untuk sukses. Menurut hasil penelitian bahwa pola asuh orang tua sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu diharapkan untuk orang tua, keluarga
agar selalu

memperhatikan anak-anak, meluangkan waktu untuk anak dan memberi peraturan yang
mendidik kepada anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terganggu. Bagi petugas
kesehatan diharapkan agar selalu
memberi informasi atau penyuluhan mengenai hubungan pola asuh dengan perkembangan anak
khususnya ibu-ibu dikelurahan Jatinegara Jakarta timur dari segi pola asuh ibu dengan
keberhasilan memberi pola asuh yang baik pada anak diusia toddler sehingga dapat dijadikan
bahan pengetahuan untuk dimasa mendatang.Kesimpulan Hasil penelitian menemukan bahwa
sebagian besar pola asuh yang digunakan orang tua yaitu pola asuh permisif dari otoriter dan
demokratif untuk itu bisa disimpulkan ada hubungan antara pola
asuh dengan perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014.Bagi
peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menggunakan instrument yang lebih
baik lagi, menambah variabel seperti
faktor lingkungan, teman sebaya, dan media. Melakukan pendekatan penelitian dengan action
research/eksprimental seperti tentang pengaruh pola asuh terhadap perkembangan anak. Saran
Diharapkan bagi orang tua
meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya seorang ibu agar lebih memperhatikan
perkembangan anaknya dengan baik. Bagi perkembangan
keperawatan anak agar pengkajian holistik pada perkembangan anak pola asuh yang digunakan
oleh orang tua.Diharapkan peneliti selanjutnya untuk
Vol. 5 No. 1 Maret 2015 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia 39
menggunakan instrument yang lebih baik lagi, menambah variabel seperti faktor lingkungan,
teman sebaya, dan media. Melakukan pendekatan penelitian dengan action research dan
eksprimental seperti tentang pengaruh pola asuh terhadap perkembangan anak.

Daftar Pustaka
1. Soetjiningsih. Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja, Jakarta: Sangung Seto; 2008
2. Siregar.Masa balita masa keemasan (dalam halo balita-panduan untuk ayah dan
ibu).Diunduh dari http://.e


skripsi.stikesmuh



pkj.ac.id/e



skripsi/index.php%3Dfstream



pdf%26fid%3d62%26bid
%3d98&sa=u&ei=s2hvinxbiwyogtau4c4bg&ved=occuqfjak&sig2=zfdovohucdbolqd
3g. 4 maret2015. 2010

3. Soetjiningsih. Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja,

Jakarta:Sangung Seto;

2008
4. Abuila. Bagaimana menyikapi tingkah laku anak usia 1 –2 tahun (toddler). edisi2008
diunduh dari http://.e


skripsi.stikesmuh



pkj.ac.id/e



skripsi/index.php% 3Dfstream



pdf%26fid%3d62%26bid%3d98&sa=u&ei=
s2hvinxbiwyogtau4c4bg&ved=occuqfjak&s ig2=zfdovohucdbolqd3g 4 maret: 2015

5. Rosalina,

Dini.

Kreativitas

anak.

edisi.

diunduh

dari

http://eprints.ums.ac.id/23713/14/jurnal_publikasi.pdf4 desember 2014. 2008
6. Devi & Yanti. Hubungan kekerasan pada anak terhadap gangguan perilakubandung:
alfabeta;2015

7. Rahmayulis

&

saleh.

Jumlah

Balita

di

Indonesia.

Edisi

Diunduh

dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4234&val=36016oktober
2014.2009.
8. DepKes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar; 2006
9. Yusniyah.

Kreativitas

Anak

Prasekolah.

Diunduh

dari

http://eprints.ums.ac.id/23713/14/jurnal_publikasi.pdf 15 September 2014. 2008
10. Hidayat, AA. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:Salemba Medika; 2005
11. Laurent S. Ensiklopedia perkembangan bayi: apa yang terjadi dari 0 hingga 2 tahun,
trans: Andre lucman,