PEROLEHAN HAK GUNA USAHA PT. PERKEBUNAN XXIII KEBUN WONOSARI KABUPATEN MALANG Repository - UNAIR REPOSITORY

  S K R I P S I : pe£_lC|:¥H’N'AAJ IJ £ +

  y\: A\ A I

  FITRI DINAR PRAMITA

  P E R O L E H A N H A K G U N A U S A H A P T . P E R K E B U N A N X X I I I K E B U N W O N O S A R I — K A B U P A T E N M A L A N G ' U N I V t K S l I A S A i R L A N G C A ? E K i U S T A K A A N iVi i L i tv r*

  v t n J »•-A B A Y A

  P/y> t

  FAKULTAS H U K U M UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A 1988 PEROLEHAN HAK GUNA USAilA PT. PERKEBUNAN XXIII KEBUN WONOSARI-KABUPATEN MALANG

  SKKIPSI OLEii

  FITRI DINAR PRAMITA 038111094

  Jj’AKULTAS HUKUM UNIVER3ITA3 AIKLANGGA SURABAYA 1 9 8 8 PEHOLEHAN HAK GUNA USAiiA PT. PKtKKBUNAl: XXIII KEBUN WONOSAiU-KABUPAfEb UAlAllG

  SKiilPol DIAJUKAN UN'i’UK MELENGKAPI DAN

  MEMENUHI SYARAT-SYARAT GUNA MENGAPA1 GEliAH oAKJANA tiUKUto

  OLEH tflTRI DINAR PRAM IT A 038111094

  SURABAYA 1988 KATA PENGANTAR Dengan segala puji syukur saya panjatkan kehadirat

  Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan dan perlindungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini, walaupun dalam bentuk yang masih sangat sederhana.

  Skripsi ini di susun untuk melengkapi tugas-tugas yang di bebankan kepada mahasiswa sebagai salah satu sya- rat dan tugas, guna melengkapi gelar Sarjana Hukum di s'

  a- kultas Hukum Universitas Airlangga (IJneir) Surabaya© Dalam kesempatan ini tidak lupa, saya menyanipaikan rasa honnat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada

  1. Bapak Eman, S.H.,MS. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran-saran dan tambahan dalam penyelesaian skripsi ini*

  2c Bapak VVisnu Susanto, S.H. selaku kepada bidang nu- kum agraria* 3* Bapak Soedalhar, S.H. selaku dosen penguji.

  4. Para karyawan dan karyawati Fakultas Hukum Univer­ sitas Airlangga yang telah memberikan bantuan da­ lam penyelesaian skripsi ini0

  5. Bapak Direktur Utama PT. Perkebunan XXIII Jalan Rajawali 44 Surabaya, yang telah banyak memberikan kesempatan kepada kami dalam mengurapulkan data-da- ta hingga selesainya skripsi ini.

  6 o Bapak-Ibu, kakak serta adik yang telah bersusah payaii membimbing serta memberikan aorongan kepada saya hingga tercapailah cita-cita saya sebagai

  Sarjana Hukuma Semoga segala amal baik yang diberikan kepada saya mendapat balasan dari Allah SWT Amien.

  Demikianlah akhirnya saya berharap, semoga skripsi ini akan berguna di hari-hari mendatang.

  Surabaya, Nopember 198b Penulis*

  DAi’TAR ISI KATA PENGANTAR ............ ............................ i

  DAFTAR ISI ........... '................................ iii BAB I : PENDAHULUAN ................................

  1

  1. Pennasalahan : Latar Belakang dan Ru- musannya .............. ..................

  1

  2. Penjelasan Judul ......................... 5

  3. Alasan Pemilihan Juaul ...... •........... 6 4- Tujuan Penulisan ........................ 6

  

  6. Pertanggungjawaban Sistematika .......... 7 BAB

  II : CARA iaEtoPEROLEJi HAK GUNA USAriA MENURUT UUPA ......... .............................. 10

  1. Memperoleh Hak Guna Usaha Dengan Penetap- an Pemerintah............. .............. 12

  2. Cara Memperoleh Hak Guna Usaha Beraaal dari Tanah Perkebunan Belanda Partikelir.. 14

  BAB III : OBJEK YANG DAPAT DIBKBANI DENGAN HAK GUNA USAiiA............. ......................... 18

  1. Tanah Negara Bebas ...................... 19

  2a

  Tanah Negara Tidak Bebas ................ 22 BAB

  IV : SUBJEK DALAM PEMEGANG HAK GUNA USAHA ....... 25

  1. Badan Hukum Milik Negara ............... . 26

  2. Badan Hukum Milik Swaata ................ 29

  iii

  BAB V s PENUTUP

  1. Kesimpulan..... ....................... 33

  2. Saran-saran ........................... 34 DAFTAR BACAAU LAMPIRAN

  iv

  , M I L 1 k

  • , . • N I ^

  QAR T j '*UI *i i *'J ♦»41' ^ ^ | S U R A B A Y A

  PENDAHULUAU 1 e1 Permasalahan : Latar ffelakang dan Rumuaannya Negara Republik Indonesia merupakan suatu organi- sasi kekuasaan dari seluruh rakyat Indonesia yang di* bentuk untuk mengatur dan mengurus serta menyelesaikan segala keperluan yang ada di seluruh. rakyat Indonesia. Seperti yang tercantum dalam pasal 2 ayat 1 UUPA yang didasari dengan pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan : bahwa, bumi, air, ruang angkasa ter- masuk kekayaannya yang terkandung di dalamnya pada ting­ kat tertinggi dikuasai oleh negara. Di sini Jelas ter- bukti bahwa, pemerintah senantiasa selalu berupaya untuk mewujudkan kemakmuran rakyatnya.

  Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, tentang Pera­ turan Dasar Pokok-pokok Agraria (selanjutnya disingkat UUPA), merupakan sebuah Undang-undang yang memuat dasar pokok agraria dan juga landasan bagi negara untuk dapat menjamin dan memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dalam memanfaatkan fungsi bumi, air, serta ruang angkasa yang terkandung di dalamnya, termasuk dalam masalah hak guna usaha*

  Hak guna usaha adaiah suatu hak untuk mengusahakan dan menggunakan tanah yang langsung dikuasai oleh negara

  1

  2

  dengan maksud negaralan yang menetapkan dan memberikan tanah dengan hak guna usaha, agar dapat dipergunakan un­ tuk tujuan perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan.

  Dalam paaal 28 ayat 1 lindang-undang Pokok Agraria menyatalcan : "hak guna usaha adalah hak untuk mengusaha- kan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.1

  Dengan demikian jelas, bahwa hak ini adalah hak yang khusus untuk mengusahakan dan menggunakan tanah negara da­ lam jangka waktu yang tertentu, dan hak guna usaha ini nanya diberikan untuk tujuan tertentu, yaitu hanya untuk perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan.

  Mengingat akan pentingnya fungsi dari hak guna usa­ ha pada bidsng perusahaan pertanian, maka diadakanlah ke­ tentuan-ketentuan, yang mana ketentuan tersebut terdapat dalam Undang-undang Nomor Tahun 1960. Undang-undang ter­ sebut di dalamnya berisi tentang peraturan pokok hak guna usaha yang ketentuan lebih lanjut diatur dalam peraturan perundangan lainnya.

  Dalem pemberian hak guna usaha, pemerintah telah menentukan persyaratan-persyaratan untuk memperoleh hak "*Soedalhar, UUPA dan Landreform Beberapa Undang- undang dan Peraturan Hukum Tanah, Karya Bhakti, Surabaya, h. 11.

  3

  guna usaha, seperti dalam pasal 30 UUPA yang menyatakan : (1)* yang dapat mempunyai hak guna usaha ialah :

  a. Warga negara Indonesia; b* badan-badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

  mempunyai

  (2). Orang atau badan hukum yang hak guna

  memenuhi se-

  usaha dan tidak lagi syarat-syarat

  bagai yang

  teraebut dalain ayat 1 pasal ini dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat.

  Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak

  yang

  memperoleh hak guna usaha, jika tidak meme­ nuhi syarat tersebut, Jika hak guna usaha yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan da­

  hapu3

  lam jangka waktu tersebut maka hak itu ka­ rena hukum, dengan ketentuan-ketentuan yang di­ tetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dengan demikian jelas, hak guna usaha hanya dapat diberikan kepada warga negara Indonesia, (tidak dapat di- punyai oleh orang asing) dan badan-badan hukum bermodal

  • nasional yang progresif, baik asli maupun tidak. Bagi ba­ dan-badan hukum yang bermodal asing, hak guna usaha hanya dibuka kemungkinannya untuk diberikan jika itu diperlukan oleh Undang-undang yang mengatur pembangunan nasional 3e- mesta berencana (pasal 55).

  Memang telah

  diketahui, bahwa hak guna usaha ini tidak bersumber pada hukum adat, tetapi diadakan untuk memenuhi tuntutan modernisasi dibidang pengelolahan tanah.

  Dewasa ini yang dapat memiliki serta mendapat izin hak guna usaha adaiah warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di In­

  donesia, namun

  pemberiannya disesuaikan dengan kebijaksanaan 2 I b i d . . h . 1 2 . pemerintah dalam bidang penanaman modal asing. Dedam kait- annya dengan pasal 30 UUPA, maka saya akan menitik beratkan dalam penulisan ini mengenai cara perolehan hak guna usaha khusuanya di PT. Perkebunan XXIII, Kebun Wonosari yang ter- letak di Kabupaten Malang.

  Dalam penjelasan UUPA disebutkan, bahwa hak guna u- saha ini bukan kelanjutan dari hak erfpacht, tetapi hak guna uaaha merupakan hak yang baru dengan isi yang baru seperti dalam pasal 31 UUPA yang berbunyi : "hak guna usa­ ha terjadi karena Penetapan Pemerintah".^ Demikian pula yang terjadi di PT. Perkebunan XXIII perolehan hak guna usaha diperoleh dari Penetapan Pemerintah.

  Kalau kita teliti keadaan seperti tersebut di atas maka perolehan hak guna usaha yang tanpa penetapan peme­ rintah akan menimbulkan beberapa pennasalahan yang mungkin timbul dan mungkin pula dapat menyalahi ketentuan perun- dang-undangan yang telah ditetapkan di negara Indonesia dan tidak diketahui berasal dari mana tanah tersebut asal- nya. Dari uraian tersebut di atas masalah yang dapat di- rumuskan adalah :

  (1). Bagaimana cara memperoleh hak guna usaha yang pada umumnya dan bagaimana pula perolehan nak guna usaha di PT. Perkebunan XXIII, Kebun Wono- sari, Kabupaten Malang ?

  3Ibid.. h. 12

  5

  (2). Tanah apa sajakah yang dapat dibebani dengan hak guna usaha ? (3). Bagaimanakah jika hak guna usaha dipegang oleh badan uaaha milik negara dan bagaimana pula apa- bila dipegang oleh pihak swasta, bagaimana per- syaratan-persyaratan yang harus dipenuhi ?.

  2. Penjelasan Judul Secara hukum perolehan hak guna usaha terjadi kare­ na adanya Penetapan Peoerintah, karena dalain hal ini tanah yang diberikan sebagai hak guna usaha adaiah tanah negara, dengan kata lain tanah yang langsung dikuasai oleh negara*

  Dengan demikian pengelolahan dan penggunaan tanah tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu dan yang sesuai de­ ngan ketentuan yang ada di Undang-undang Nomor 5 Tahun i960.

  Untuk menjelaskan permasalahan tersebut di atas akan saya uraikan terlebih dahulu arti judul dalam "cara mem- peroleh hak guna usaha PT. Perkebunan XXIII, Kebun Wono­ sari, Kabupaten Malang. Kata "hak guna usaha" menurut UUPA adaiah "hak untuk mengu- sahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peteraakan". Sedang- kan "memperoleh mempunyai makna mendapatkan, jadi memper- oleh hak guna usana dari pemberian Pemerintah, karena ta­ nah yang akan digunakan sebagai hak guna usaha adaiah tanah yang dikuasai oleh. negara dengan kata lain tanah negara* Jadi dengan demikian jelas, bahwa cara memperoleh hak guna usaha dengan penetapan pemerintah, dan tiap- tiap penggunaan tanah tersebut harus seeuai dengan keten­ tuan yang telah ditetapkan dengan membuktikan izin pem­ berian hak guna usaha.

  3* Alasan Pemilihan Judul Dalam lalulintas kegiatan masyarakat, cara memper­ oleh hak guna usaha dilakukan dengan penetapan pemerin­ tah, oleh karena itu melalui skripsi ini saya ingin mem­ berikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana cara memperoleh hak guna usaha yang diberikan olen pemerintah kepada badan-badan hukum terutama yang diberikan oleh pemerintah kepada PT. Perkebunan XXIII, khusuanya Kebun

  Wonosari. Apakah dalam pemberiannya sesuai dengan pro- sedur yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan pera­ turan yang ada atau tidak, sehingga sering terjadi banyak penyelundupan dalam peralihan hak guna usaha.

  4- Tujuan Penulisan Penulisan ini mempunyai tujuan dan maksud yaitu un­ tuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum pada Pakultas Hukum Universi- tas Airlangga. Di samping itu, bagi saya menyusun suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam suatu pendidikan adalah latihan un­

  secara

  tuk berfikir dan bertindak iltniah. Tujuan lain yang saya ingink an adalah. untuk mencapai dan ikut serta memberikan Informasi atas segala hal yang bersangkut paut dengan permasalahan yang terdapat pada judul skrip3i ini kepada pihak-pihak yang memerlukan*

  5* Metodologi Metodologi yang saya gunakan dalam raenulis masalah ini adalah metodologi deduksi, yaitu dengan memperoleh dan memahami lebih dahulu hal-hal yang uroum dan teoritik baik dari perkuliahan maupun bacaan-bacaan, kemudian men- coba mengamati dalam praktek hal-hal yang sesuai dengan judul yang saya ajukan dan materi yang akan saya bohaa. a * Pendekatan Masalah

  Pendekatan masalah ini diusahakan mengetengahkan permasalahan yang cukup menonjol dan yang akan timbul dalam perolehan hak guna usaha, oleh karena itu metode yang digunakan dalam penulisan masalah ini adalah metode deduktif, sehingga dengan demikian penulisan skripsi ini akan lebih terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya. b« Sumber Data

  Dalam pencarian data untuk penulisan skripsi ini saya peroleh dari kepustakaan yaitu dengan membaca dan

  6

  mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan permasalah- an yang dibahas, catatan kuliah dan kitab perimdang-undang- an yang berlaku. Data lain yang dipergunakan adaiah data lapangan yang diperoleh dengan melakukan wawancara. c * PrQQeflu*1 Pengumpulan dan Pengolahan Data

  Untuk membahas bab-bab yang berhubungan dengan teo- ri ini, aaya memerlukan data dari atudi kepustakaan* Dari aini akan diperoleh bahan-banan dari membaca buku-buku dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan materi yang dibahas, disamping itu jugs mengumpulkan data dari haail penelitian.

  Dari Hasil penelitian ini, kemudian disusun data yang sistematis setelah melalui pengelolahan dan penilai- an sehingga dari aini akan diperoleh data yang dapat di- p ert anggung j awabkan.

  d. Anslisa Data Dari data yang ada dianalisa untuk mencari dan men- aapaxkan tcebenaran. Kebenaran yang diperoleh ini dipergu- nakan untuk menyelesaikan masalah yang dikewukakan dalam skripsi ini.

  6. Pertanggung.iawaban Siatematika Penuliaan skripai ini saya bagi dalain beberapa bab, pendahuluan aaya tempatkan dalam bab I, karena merupakan pangkal tolak dari permasalahan, yang selanjutnya akan dapat dijadikan dasar pembahasan dalam bab-bab berikutnya.

  Materi skripsi ini tentang hak guna usaha. Oleh ka- rena itu sebelum mengetahui tentang seluk beluk persoalan hak guna usaha, maka terlebih dahulu perlu dipaparkan ten­ tang cara memperoleh Hak Guna Usaha. Atas dasar inilah maka hal tersebut saya letakkan dalam Bab II. Setelah mengetahui cara memperoleh Hak Guna Usaha, maka pembahasan akan ditekankan apakah Hak Guna Usaha tersebut dapat di­ berikan pada semua tanah, baik tanah negara bekas dan ta­ nah negara tidak bebas. Untuk itu di dalam Bab III diurai- kan tentang objek yang dapat dibebani dengan Hak Guna Usa­ ha. Pada Bab IV berisi tentang subjek dalam pemegang Hak

  Guna Usaha, hal ini untuk melihat apakah ayarat dan pro- sedur diberikan secara sama, baik untuk badan hukum milik pemerintah dan badan hukum milik swasta. Pada akhirnya tulisan ini disampaikan kesimpulan dan saran yang menja- di penutup dalam skripsi ini dan untuk itu di tempatkan dalam bab V. ' U N I V t K S I T A S A i R L A N G O P E R P U S T / . K A A N M I L I K .

  S U R A B A Y A BAB II CARA MEMPEROLEH HAK. GUNA USAHA MENURUT UUPA Tanah dalam pengertian yang dikuasai oleh negara, salah satunya adaiah tanah yang raasih ada hak ulayatnya dalam arti sebagai hubungan antara suatu masyarakat hu­ kum dengan sumber alam yang ada dalam wilayah masyarakat hukum itu.

  Keberadaan hak ulayat sampai saat ini tetap diakui walaupun pelaksanaannya dibatasi dengan syarat-syarat tertentu. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 3 UUPA yang dalam pasal 3 UUPA menentukan, bahwa pelaksanaan hak u- layat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masya­ rakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa hingga sesuai dengan kepenting­ an nasional dan negara, yang berdasarkan atas peraatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengem undang-un- dang dan peraturan-peralur&n lain yang lebih tinggi.

  Ketentuan ini pertama-tama berpangkal pada pengakuan adanya hak ulayat itu dalam hukum agraria yang baru. Se- bagaimana diketahui biarpun menurut kenyataannya hak ula­ yat itu ada dan berlaku serta diperhatikan pula di dalam keputusan-keputusan hakim sebelum adanya UUPA tidaK p e m a h hak tersebut diakui secara resmi di dalam undang-undang,

  10

  11

  dengan akibat bahwa di dalam melaksanakan peraturan-per- aturan agraria hak ulayat itu pada jaman penjajahan dulu seringkali diabaikan. Berhubung dengan disebutkannya hak ulayat di dalam Undang-undang Pokok Agraria, yang pada hakekatnya berarti pula ada p eng aku an hak itu, maka pada dasarnya hak ulayat itu akan dipernatikan, sepanjang hak tersebut menurut kenyataan memang masih ada pada masya- rakat hukum yang Dersangkutan, misalnya di dalam pemberi­ an sesuatu hak atas tanah (umpamanya hak guna usaha) ma- syarakat hukum yang bersangkutan sebeiumnya akan didengar pendapatnya dan akan diberi "recognitie" yang memang ia berhak menerimanya selaku pemegang hak ulayat itu. Tetapi sebaliknya tidaklah dapat dioenarKan jiKa berdasarkan hak ulayat itu masyarakat hukum tersebut menghalang-halangi pemberian hak guna uaaha itu, sedangkan pemberian hak tersebut di daerah itu sungguh perlu untuk kepentingan yang lebih luas. Demikian pula tidaklah dapat dibenarkan jika sesuatu masyarakat hukum berdasarkan iiax ulayatnya, misaxnya menolak; begitu saja dibukanya hutan secara besar- besaran dan teratur untuk melaksanakan proyek-proyek **a- sil bahan makanan dan pemindahan penduduk.

  Kepentingan sesuatu masyarakat hukum harus tunduk pada kepentingan nasional dan negara yang lebih luas dan hak ulayatnyapun pelaksanaannya harus sesuai dengan kepen­ tingan yang lebih luas itu. Tidaklah dapat dibenarkan, jika di dalam alam bernegara dewasa ini sesuatu masyarakat

  1 2

  hukum masih mempertanankan isi dan pelaksanaan hale ulayat- nya secara autlak, seakan-akan ia terlepas dari hubungan- nya dengan masyarakat hukum dan daerah-daerah lainnya di- dalam lingkungan negara sebagai kesatuan.

  1• Memperoleh hak guna usaha dengan penetapan pemerintah Hak guna usaha adaiah merupakan hak untuk mengguna- kan dan mengusahakan tanah negara, yang cara perolehannya tanah negaralah yang dapat digunakan sebagai hak guna usa­ ha, sedangkan tanah hak milik perseorangan tidak dapat di- jadikan hak guna usaha.

  Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1^60 pasal 31 me­ nyatakan, bahwa hak guna usaha terjadi karena penetapan pemerintah. Dengan adanya ketentuan tersebut maka hak guna usaha dapat terjadi hanya dengan pemberian pemerintan, dan cara perolehannya telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu dalam hubungan dengan hak guna usaha. Dalam penjelasan UUPA disebutkan, bahwa hak guna usaha bukan kelanjutan dari hak erpacht, tetapi hak guna usaha merupakan hak yang baru dengan isi yang baru seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

  Hak guna usaha ini diberikan kepada warga negara Indonesia dengan jangka waktu 25 tahun dengan mengajukan permohonan untuk dapat memperoleh hak guna usaha, per- mohoaan tersebut diajukan kepada pejabat yang berwenang memberikan hak guna usaha, dalam hal ini adaiah Menteri

  13 Dalam Negeri dan Gubemur/Kepala Daerah menurut PL1DN No.6 Tahun 1972.

  Guberaur berwenang memberikan hak guna usaha jika

  a. luas tanahnya tidak melebihi 25 hektar.

  b. Peruntukannya bukan untuk tanaman keras (pasal 3 PMDN Ho. 6 Tahun 1972).5

  Dengan demikian jelas, bahwa untuk dapat memperoleh hak guna usaha diajukan kepada Menteri Dalam Negeri, demikian pula dalam rangka penanaman modal, baik penan am an modal dalam negeri maupun penanaman modal asing dalam hal ini Badan Koordinaai Penanaman Modal berhak atau nama Menteri Dalam Negeri memberikan hak guna usaha kepada perusahaan yang menanam modal, hal ini ditentukan dalam PMDN No. 5 Tahun 1977-

  Perraononan yang ditujukan kepada Menteri Dalam Ne­ geri atau Gubernur tergantung kepada siapa yang berwenang sehubungan dengan luasnya tanah yang dimohonkan itu rae- lalui Kepala Direktorat Agraria setempat. Surat permohon- an tersebut berupa daftar isian yang bentuknya standart. Pemohon dilengkapi dengan keterangan tentang :

  a. bonafiditas dan likuiditas pemohon;

  b. rencana penguasa tanah itu, baik jangka pendek maupun jangka panjang; c. tenaga ahli yang tersedia;

  d. rekomendasi diri instansi yang dianggap perlu se- ^Effendi Perangin, Hulcum Agraria di Indonesia,

  Jakarta* n. 269*

  14 hubungan dengan kegiatan pemohon.

  Cara permohonan hak guna usana diajukan oleh pemo­ hon kepada pejabat yang berwenang melalui kepala Direk­ torat Agraria Propinsi yang bersangkutan secara tertulis, jika persyaratan pengajuan permohonan sudan lengkap maka Direktorat Agraria Propinsi bersama instansi-instansi la- innya yang merupakan Panitia Pemeriksa Tanah untuk hak guna usana yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Iwenteri

  Dalam Negeri No* SK. 142/DJA/1973 mengadakan pemeriksaan setempat terhadap tanah yang dimohon. Hasil pemeriksaan tersebut disusun dalam suatu risalah pemeriksaan tanah dan ditandatangani olen semua anggota panitia.

  Dengan demikian jelas, bahwa untuk memperoleh hak guna usaha, dengan mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang sehingga mendapatkan suatu keputusan ten- tang pemberian hak guna usaha, seperti terjadi di PT. Per­ kebunan XXIIi yang memperolen hak guna usaha melalui Su­ rat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 13/HGU/DA/88.

  Cara memperoleh Hak Guna Usaha berasal dari Tan all Per­ kebunan Belanda Partikelir Pada abad 19 Jawa diselenggarakan "Cultuur Steilsel" oleh pemerintah jajahan, yangmewajibkan rakyat untuk me- nanami tanamem yang mempunyai harga tinggi dipasaran, hal ini merupakan Politik Monopoli, sehingga pada waktu itu pihak swasta tidak meperoleh atau menggunakan tan all

  15

  tetapi sangat terbatas yaitu mempunyai tanah yang luas dan pembeliannya berasal dari pemerlntah sebagai tanah partikelir/eigendom.

  Tetapi diluar tanah partikelir itu pinak swasta ti- dak mungkin memperoleh tanah yang diperlukan dan juga tidak diperbolehkan menggunakan/menyewa tanah. Pada per- tengahan abad 19 terjadilah perubahan, sebab dalam lial ini Belanda kelebih.an akan modal dan liberalisme memuncak serta cultuur stellsel. JJengan perubahan tersebut, peme- rintah Hindia Belanda mengeluarkan aturan yang berbentuk Agrarische wet, yang raemberikan kesempatan pada pihak swas­ ta untuk merabuka usaha*

  Dengan demikian jelas, bahwa perolehan erpacht aki- bat dari adanya agrarische wet, Tujuan dari agrarische- wet adalah :

  a. untuk memberikan kemungkinan/kesempatan kepada pe- nanara modal swasta asing, mula-mula Belanda kemu- dian juga dari negara-negara lain untuk beruaaha den berkembang dalam bidang agraria; b. untuk memberikan kemungkinan bagi perusahaan swas­ ta agar bisa berkembang di Indonesia, dengan menye- diakan tanah-tanah yang diperlukan. Agraria wet secara ideal bertujuan untuk melindun^i rak- yat asli, jadi dengan dibukanya kebun-kebun be3ar itu bahkan memperhatikan rakyat dalam meraanfaatkan perkebunan beaar itu. Tetapi dalam praktek pemerintah jajahan dalajn

  1 6

  melaksanakan aturan-aturan agraria untuk kepentingan ke- bun besar yang lebih didahulukan dari kepentingan rakyat asli# sebab dalam pasal 2 dan pa3al 3 agrarische wet me- nyatakan : "bahwa Agrarische wet bertujuan untuk menjamin hak rakyat asli, ataupun kepentingan rakyat a3li".

  Deng an adanya pembaharuan dala’n hukura agraria, ma- ka hak-hak yang lama dikonverai menjadi hak guna usana ditetapkan dengan peraturan pemerintah, dengan maksud agar tidak ada kesewenang-wenangan dalam penggunaan tanah dan status tanah dapat mempunyai kepastian hukuin dan ti­ dak dapat diganggu gugat. Seperti yang diperoleh PT. Per- kebunan XXIII khususnya Kebun Wonosari, yang berarjul dari hak erfpcht kemudian dikonversi menjadi hak guna usana melalui Surat Keputuoan Menteri Dalam Negeri.

  PT* Perkebunan XXIII, adaiah suatu badan hukum yang telah memenuhi persyaratan untuk raemperoleh nak guna uoa- ha atas tanah Perkebunan Wonosari, menurut Surat Keputua- an/Surat Pendaftaran Tanah tanggal 19 Juni 1985, Nomor 411/ KP/65, Nomor 412/KP/85, Nomor 413/KP/85, Noinor 414/KP/35,

  Nomor 415/KP/85, Nomor 416/KP/85, dan tanggal 19 Desember 1985, terletak di Kecaxnatan Singosari, Kabupaten Malang,

  Propinsi Jawa Timur, berstatus tanah ncgara bekas hak erfpacht, terdaftar atas naina Cultuur Mij Wonosari, yang telah berakhir haknya pada tanggal 3 Nopember i960, se- hingga sejak saat itu tanah perkebunan tersebut kembali menjadi tanah yang dikuasai oleh negara.

  Berdasarkan hal tersebut di ata3 daxi mengingat fungsi perkebunan sebagai penghaailan devisa negara ser- ta seauai dengan kebijaksanaan Pemerintah dal&Ti bid&ng ekonomi dan pembangunan, maka dipandang perlu untuk mem­ berikan hak guna usaha atas tanah negara bekas erpacht.

  Dengan demikian jelas, bahwa cara memperoleh hak guna usaha yang berasal dari Belanda kini menjadi hak guna usaha yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

  BAB III OBJEK YAKG DAPAT DIBEBANI DENGAU HAK GUI^'A USAtiA Telah kita ketahui, bahwa tanah mempunyai fungsi sosxal dalam arti tanah dipergunakan sesuai dengan kea- daan dan sifatnya dari hak itu diberikan dengan demikian akan terlihat penggunaannya itu dapat bermanfaat baik ba- gi diri sendiri (empunya) maupun bagi masyarakat dan ne­ gara, yang pada hakekatnya penggunaan hak milik ini ha- rus disesuaikan pula dengan kepentingan masyarakat dan negara, Karena fungsi sosxal ataa tanah harus dipelinara dengan sebaiK-baiknya oleh setiap orang yang bersangkut- an, Jadi jelas, bahwa sama sekali tidnk a<ia tempat untuk kepentingan perorangan yang bersifat absolut.

  Tanah negara adaiah tanah yang dikuasai oleh negara baik secara langsung maupun tiaaic secara langsung. Pada tanah negara yang langsung dikuasai oleh negara dapat di- jadikan objek untuk pemberian hak guna usaha, karena atas tanah tersebut menjadi wewenang sepenuhnya dari negara. Sedang pada tanah yang dikuasai/tidak dikuasai secara langsung oleh negara, untuk dapat menjadi objek pemberian hak guna usaha harus diperlukan terlebih dahulu adanya perabebasan hak atas tanah yang ada pada tanah tersebut sehingga menjadi tanah negara*

  18

  V3 Ja&i dengan demikian dapat dikatukan, bahwa objek

  hak guna usaha hanya dapat berupa tanah negara, dengan demikian tidak begitu saja dapat membebani tanah tersebut dengan hak guna usaha tanpa adanya penetapan dari pemerin- tah.

  1. Tanah Negara Bebas Telah kita ketahui, bahwa negara merupakan suatu organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat (bangsa). Sebab negara bertindak selaku badan penguasa, seperti dalam

  pasal 2 ayat2 UUPA yang berbunyi : "Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 Undang- undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud da- lam pasal 1 bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”.

  Dengan demikian jelas, adanya hubungan antara ne­ gara dan bumi, air, serta ruang angkasa, dan hubungan ini merupakan salah satu hubungan dari segi dasar kenasio- nalan. Jadi jelas baiiwa negara bertindak sebagai organi­ sasi kekuasaan bangsa.

  Dalam UUPA ditegaskan, bahwa hak menguasai dari ne­ gara ini memberikan wewenang untuk melakukan berbagai per- buatan yang berkenaan dengan tanah, Pemerintah sebagai wakil negara dapat mengatur pemilikan, penggunaan, per- sediaan pemelih&raan atas bumi, air, dan ruangangkasa

  dan

  ^Soedalhar, op.cit., h. 3-

  2 0 acsuai dongan kewenangannya.

  Masalah tanah negara adaiah tanah yang langsung dikuasai oleh negara, sehingga tidak ada siapapun yang mempunyai hak atas tanah tersebut dengan kata lain dapat dikatakan sebagai tanah negara bebas, karena tanah terse­ but belura dihaki oleh orang, dengan demikian yang mengu- asai adaiah negara. Tidak ada yang terkecuali, baik itu seluruh atau semua tanah-tanah yang ada diseluruh Indo­ nesia berada dalam penguasaan negara. Jadi seluruh wila- yah tanah yang ada di Indonesia itu dikuasai oleh negara dan terbagi atas : a* Tanah-tanah hak .yaitu tanah-tanah yang 3udah di- punyai rakyat dengan seauatu hak atas tanah.

  b. Tanah negara atau lengkapnya tanah yang dikuasai langsung oleh negara yaitu tanah-tanah dimana ~ tidak/belum ada hal-hal perorangan di ataanya,

  Jadi tanah negara tidak berarti tanah milik negara melainkan tanah yang langsung dikuasai oleh negara, dalam arti negara yang diberi wewenang untuk raengatur yang ber- kenaan dengan masalah tanah.

  Sebelum berlakunya UUPA yang dimaksud dengan tanah negara adaiah tanah domein, sedangkan sesudah berlakunya UUPA yang dimaksud dengan tanah negara dan bukan tanah yang dimiliki orang lain, demikian pula apa yang dimaksud dengan menguasai menurut UUPA adaiah meliputi semua sum- ber alam, tetapi hanya sifatnya yang berlainan.

  7Ibid, h. 81.

  2 1

  Dalam pasal 1 Undang-undeng Pokok Agraria, hak menguasai dalam negara itu bersumber pada hak bangsa atas sumber alam, sedangkan hak menguasai dari negara diatur dalam pasal 2 UUPA dalam melaksanakan haknya itu bangsa Indonesia merailiki alat pelaksanaannya dan sebagai pelak- sanannya adalah negara. Jadi negara dalam hal ini yang menguasai suinber-sumber alam alara itu bertindak sebagai alat pelaksanaan dari bangsa Indonesia, mengenai hel ini dapat dipersamakan/dibandingkan dengan hak ulayat yang diatur dalam pasal 3 UUPA.

  Masalah tanah yang tidak dipunyai oleh seseorang kekuasaan negara adalah lebih luaa dan lebih penuh, sebab tanah-tanah ini dapat diberikan oleh negara kepada seae- orang atau badan hukum dengan auatu hak tertentu, dan hak-hak ini akan disesuaikan dengan peruntukan dun ke- perluannya. Miaalnya dapatlah tanah ini diberikan dengan hak milik, hak guna usaha, hak bangunan (hak-hak yang bersifat kebendaan) atau hak pakai. Seperti yang terjadi pada F.P. Perkebunan XXIII, yang perolehannya berasal dari tanah negara yang pada jaman daliulu atau sebelum berla- kunya UUPA berasal dari tanah bekas hak erpacnt yang juga merupakan tanah negara dalani arti tanah yang dikuasai oleh negara.

  Misalkan terjadi atas sengketa mengenai tanah negara, maka negara tidak perlu membuktikan lagi haknya. Akan te­ tapi tanah yang dipersengketakan tersebut yang harus di-

  22

  buktikannya, jlka tanah tersebut tidak dapat dibuktikan berarti tanah tersebut adaiah tanah negara dengan kata lain jika tanah itu dikuasai oleh seseorang tonpa isin dari yang berhak atau kuasanya, maka pemerintah dapat memintakan segera untuk mengosongkannya terhadap orang yang mendudukinya tanpa hak.

  Jadi masalah kekuasaan negara mengenai semua bumi, air dan ruang angkasa maupun masalah kekuasaan negara mengenai tanah yang sudah dihaki (tanah negara tidak be- bas) atau tanah yang tidak dihaki (tanah negara bebas) merupakan tanah dikuasai olen negara.

  Jadi jelaslah bahwa tanah negara bebas adaiah ta­ nah yang tidak dipunyai oleh siapapun dan negara dalam hal ini bebas akan mengatur dan memberikan kepada siapa­ pun hak atas tanah tersebut.

  Tanah. Negara Tidak Bebas Telah kita ketahui, bahwa hukum agraria ^asional itu bertujuan untuk memenuiii kebutuhan hukum negara mo­ dern karena kalau dilihat tujuan hukum agraria adaiah untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. Dengan demikian dapat dikatukan, bahwa hukum' agraria disesuikan dengan. kebutuhan-kebutuhan negara Indonesia sebagai suu- tu negara modern dalam hubungannya dengan lalu lintas Internasional dengan negara-negara lain, sehingga dengan demikian negara tidak selalu berkuasa penuh dalam menggu-

  23

  nakan kekuasaannya untuk menguasai tanah, karens. kalau kita lihat sendiri dari tujuan yang ada dalam hukum agra­ ria adalah demi kemakmuran untuk itu tentunya tanah dalam hal ini dapat dihaki oleh seseorang yang terbatas akan kekuasaannya.

  Maaalah negara yang tidak bebas adalah tanah yang sudah dihaki dengan hak adat maupun hak Barat.^ Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa tanah negara yang tidak bebaa adalah tanah yang di atasnya telah dibebani dengan hak atas tanah yang lain* baik menurut hukum adat maupun menurut hukum Barat•

  Kekuasaan negara mengenai tanah yang sudah dipunyai orang dengan sesuatu hak dibatasi oleh isi dan hak itu, hal ini berarti kekuasaan negara terbatas. Dengan demikian halnya dapat dikatakan sampai sejauh mana negara memberi­ kan kekuasaan yang mempunyainya untuk menggunakan haknya, sampai disitulah batas kekuasaan negara tersebut, 3ebab telah dikatakan seperti tersebut di atas, bahwa tanah tersebut sudah dipunyai orang lain,

  Misalnya hak guna usaha yang kita juinpai 3ekarang ini, yang berasal dari penetapan pemerintah, yang diberi­ kan dengan jangka waktu yang tertentu yaitu paling la-na 25 tahun, maka kekuasaan negaralah terbatas. Seperti yang terjadi di PT. Perkebunan XXIII yang cara perolenonnya

  Q Boedi Harsono, op.cit., h. 81 P E K i U o i A K A A . N M i L I K. » A S A i R L A N G C A "

  a y a

  S U R A B

  d a l a m h a k b e b a 3

  24

  guna usaha dari tanah negara tidak yang terbukti n a h pemerintah tidak begitu saja mengaiabil alih ta­ tersebut, harus dengan penghapusan seperti dengan ha- bisnya jangka waktu yang telah diberikan oleh PT. Per­ h a kebunan XXIII tersebut. Dan cara memperoleh hak guna usa­ itupun tidak begitu saja, tetapi juga ada imbaleinnya sebagai auatu syarat pengakuan, bahwa semula tanah terse­ a d a but yang menguasai.

  BAB

  IV SUBJEK DALAfci PEMEGAWG HAK GUNA USAHA

  Setelah kita menguraikan latar belakang dari hak guna usaha, ialah mengenai siapakah yang diperbolehkan memmpunyai hak guna usaha. Dan telah kita ketahui pula, bahwa pengetahuan mengenai subjek hukum atau hak guna usaha ini sangat perlu. kenurut Undang-undang Wo. b Tahun 1950, yang dapat mempunyai hak guna usaha adalan : "warga negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia". Dengan demikian jelas, bahwa yang dapat mempunyai hak guna usaha tidak harus ke- warganegaraan tetapi juga warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan rangkap asalkazi didirikan menurut hu­ kum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, dengan sen- dirinya di Indonesia tidak ada perbedaan antara warga ne­ gara asli dan keturunan asing,

  Mengenai orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna usaha yang bukan merupakan warga negara Indonesia atau badan nukum yang didirikan menurut nuKum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, maxa jangka wakta 1 tahun wajib melepaskan atau mengalinkan hsic itu kepada fihak lain yang memenuhi syarat jika tiaak hak guna usana yang

  26

  bersangkutan tidak dile paskan atau dialihkan, maKa hak guna usaha tersebut hapus karena hukum.

  Dalam pemberian hak guna usaha pemerintah berhek memberikan kepada siapapun, baik itu kepada perusahaan milik negara maupun kepada perusahaan milik swasta, asal dengan syarat perusahaan-perusahaan tersebut memenuhi per- syaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah menurut perundang-undangan yang berlaku.

  Sehubungan dengan pemberian hak guna usaha, peme­ rintah raeneliti terlebih dahulu, dalam rangka penelitian penguasa atas tanah dalam hal ini negara, memberikan ke­ pastian akan hak kepada penguasa perkebunan, maka perlu diadakan ketentuan-ketentuan khusus terlebih dahulu yai- tu mengenai syarat-syarat mernperoleh hak guna usaha baik itu kepada perusahaan negara/pemerintah maupun perusahaan yang dikelola oleh swasta.

  Jadi dengan demikian jelas, bahwa pemerintah dalam memberikan hak guna usaha baik kepada perusahaan negara atau swasta, pertama-tama dilakukan penelitian tentang penguasaan tanah negara yang dapat menjanin kepastian baik itu kepastian akan hak maupun kepastian akan hukum bagi para penguasa tersebut, dalam hal ini sebagai subjek pemegang hak guna usaha.

  1o Badan Hukum Milik Negara Dalam memberikan hak &-una usaha kepada perusahaan

  27

  negara dalam hal ini pemerintah, misalnya diberiken hak guna usaha atas tanah Perkebunan, m&ka syarat yang diberi­ kan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum delain Pe- raturan Pemerintab No. 4 Tahun 1968 adalan sebagai ber- ikut :

  1. Hak guna usaha tersebut berjangka waktu 25 (dua puluh lima) tahun terhitung sejak tanggal di dnf- tarkannya pada kantor Pendaftaran Tanah;

  2. P.N. Perkebunan wajib mengadakan inventarisasi ataa kebun-kebun yang dikuasainya dengan disertai gambar/peta situasi yang dikeluarkan/dibuat oleh direktorat Pendaftaran Tanah, mengenai : a. Luas areal bekas konversi/erfpacht,

  b. Luas areal yang diusahakan,

  c. Luas areal cad&ngan yang dibutuhkan (wens areal), d* Ada tidaknya penduduk oleh rakyat pada a,

  b, dan c, bilamana ada beberapa luasnya,

  3. Untuk tanah perkebunan yang dimaksud ayat 2 dik- turnini, maka berda3arkan kontatering Panitia se- bagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Menteri

  Agraria No. SK, 113/Ka/l961, bahwa tanah dimaksud bebas dari pendudukan oleh rakyat dan bahwa menu­ rut fatwa Land Use masih dapat dipertanankan se- bagai perkebunan, hak guna usaha tersebut dapat langsung mendaftarkan , pada Kantor Pendaftaran tanah yang bersangkutan.

  4. Untuk tanah-tanah perkebunan yang diduduki oleh rakyat, maka sebelum didaftarkan pada K.P.T. ma­ salah pendudukan tersebut wajib diselesaikan le- bih dahulu menurut peraturan yang berlaku.

  5. Dengan mengingat ketentuan dalam angka 3 dan di* atas, maka pendaftaran hak guna usaha pada kantor Pendaftaran Tanah tersebut wajib dilakukan dalain waktu 2 tahun sejak mulai berlakunya Surat Kepu- tusan ini*

  6. Setelah lampaunya jangka waktu tersebut pada ang­ ka 5» maka pemberian hak guna usaha kepada P.N. - Perkebunan tersebut di atas yang belum di daftar- kan pada kantor pendaftaran Tanah menjadi batal dengan sendirinya dan penyelesaiannya hak ataa tanah perkebunan yang bersangkutan dilakukan me­ nurut peraturan dan acara biasa.

  Pamudji, Himpunan Peraturan Perundang-undanftan yang berhubunflan dengan nak guna usaha, Jakarta,n. ^6jT 9

  28 Dengan demikian jelas, bahwa hale guna usaha yang di­

  berikan oleh pemerintah kepada Perusahaan Negara/pemerin- tah tetap memenuhi syarat yang telah ditetapkan kalau ti­ dak akan hapus dengan aendirinya.

  Dalam maaa perpanjangan hak guna usaha yang diberi­ kan kepada P.N. Perkebunan tersebut adalah juga telah di­ tetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Kegeri No. SK. 45/DJA/Tahun 1973* tentang perpanjangan pemberian hak guna uaaha kepada P.N. Perkebunan.

  Didalam rangka penerbitan penggunaan tanah negara dan pemberian hak guna usaha kepada perusahaan negara per­ kebunan, seperti yang telah ditetapkan dalam Surat Keputus­ an Menteri Dalam Negeri No. 32/DDA/1970 karena seauatu hal pihak perusahaan negara Perkebunan belum dapat menyelesai- kan pada waktunya, maka untuk memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam surat keputusan di atas, kepada P.N. Perkebunan diberikan waktu perpanjangan untuk menyeleaaikan.

  Dengan demikian jelas, bahwa dengan tidak selesainya yang harua dikerjakan maka pemerintah memberikan kebijak- sanaan dengan memberikan perpanjangan waktu.

  Sehubungan dengan pemberian perpanjangan waktu Cen­ ter! Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Agraria inengin- atrukaikan kepada Kepala Direktorat Uruaan Hak-hak untuk menyelesaikan peraberian hak guna usaha selarabat-lambatnya dalam waktu

  30 (tiga puluh) hari setelah berkasnya diterima oleh Direktorat tersebut.

  Dengan demikian jelas, pemerintah masih memberikan kelonggaran walaupun waktu izin telah habis tetapi perae- rintah masih memberikan kelonggaran selama 30 hari sampai selesainya semua urusan yang masih ada.

  Salah satu contoh yang 3aya berikan yaitu yang ter- jadi di PT. Perkebunan XXIII, pemerintah memberikan wak­ tu dalam hak guna usaha yaitu selama 19 tahun dari mulai tanggal 26 Nopember 1950 sampai dengan 30 Nopember 1969, sehingga sejak saat itu tanan perkebunan tersebut kembali menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara.

  2. Badan Hukum Milik Swasta Untuk menjamin pengusaha yang sebaik-baiknya dari perusahaan-perusahaan kebun besar yang merupakan alat pro- duksi yang panting bagi perekonomian negara dan untuk meng- hindarkan dilakukannya cara-cara pengusaha yang kapital- istis dan bertentangan dengan aosialisme Indonesia perlu diadakannya suatu ketentuan-ketentuan dan juga perlu di- tetapkannya syarat-syarat dalam pemberian hak guna usaha kepada pengusaha-pengusaha swasta.

  Hak guna usaha yang diberikan kepada pengusaha swas­ ta harus memenuhi ayarat yang telah ditetapkan oleh peme­ rintah seperti ketentuan yang telah ditetapkan di perusaha­ an milik negara, pada perusahaan swasta telah ditetapkan oleh peraturan Menteri Pertanian dan Menteri Agraria No. 11

  29

  30 Tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat

  dalam pemberian hak guna usaha kepada pengusaha swasta naaional.

  Pada umumnya pemberian hak guna usaha untuk perusa- haan swasta, biasanya pemerintah memberikan dalain bentuk koperasi atau bentuk-bentuk lainnya yang bersendikan go- tong royong dan bermodalkan nasional penuh.

  Jika hal tersebut diberikan dalain berjtuk perseroan terbatas, maka cara pengusaha kebun yang bersangkutan ha- ruslah bersifat koperatip, sesuai dengan Sosialisme Indo­ nesia dan ketentuan-ketentuan Undang-undang Pokok Agraria yaitu hanya bermodalkan asing tetapi tujuan dari usana ter­ sebut untuk pembangunan

  Dengan demikian jelas, walaupun pemerintah memberi- kan hak guna usaha kepada pihak swasta, tetapi perusahaan yang dikelola oleh swasta tetap bertujuan untuk pembangun- an nasional dan harus sesuai dengan UUPA dan sosialisme

  Indonesia.

  Selain daripada itu di dalam UUPA, perseroan ter­ batas tersebut pada hakekatnya harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Peraturan Jtenteri Pertanian dan

  Menteri Agraria No, 11 Tahun 1962 yaitu ;

  a, Semua saham atas nama; b d Tidak boleh ada saham-saham khusus yang memberikan hak-hak istiraewa kepada pemegang;

  c. Harus dihindarkan terkuropulnya saham di beberapa tangan saja;

  31 d.

  Pemerintah Daerah dan buruh serta tani yang rnenja- di pekerja tetap pada perusahaan harus diikut ser- takan dalam perusahaan sebagai pemegang saham deng­ an perbandingan jumlah saham 25% untuk Pemerintah

  Daerah, 25% untuk buruh tani, 50% untuk penguaaha swasta; e. Agar supaya sebanyak mungkin buruh/ tani dapat mem- punyainya, maka saham-aaham perusahaan harus dike- luarkan dalam courpures yang kecil;

  f. Pembelian saham oleh buruh/tani dapat dilakukan ae- cara bersama-sama atau sendiri; g. Penyetoran uang saham oleh pemerintah daerah dan buruh/tani yang bersangkutan dapat dilakukan seca- ra angsuran dari keuntungan yang diterimanya dari perusahaan sebagai pemegang saham; h. Sungguhpun uang saham belum disetor penuh. Tetapi keuntungan perusahaan harus dibagikan kepada pe­ merintah daerah dan buruh/tani atas dasar imbaian pada huruf d di atas.

  Dengan demikian jelas, tujuan dari pada Uadang-un- dang ini demi kesejahteraan golongan kecil, dan benar-be- nar untuk pembangunan nasional. oebagaimana telah kita ketahui, boi.wa atas tanah perkebunan asing yang diserahkan kepada peiner:ntah dalam rangka konversi hak atas tanan perkebunan asing tersebut, telah diserahkan atau diberikan dengan hak guna usaha ke­ pada pengusaha perkebunan nasional, dengan ketentuan pe- nerimaan hak guna usaha tersebut dengan membayar ganti ru- gi pemerintah atas barang-barang inventaris dan tanaman- tanaman yang terdapat di atas tanan perkebunan tersebut.

  Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa pemerintah da- lam memberikan hak guna usaha kepada swasta nasional yang benar-benar bertujuan untuk menjamin perusahaannya dengan 1 0

  3*