PEMERIKSAAN KESADARAN wajib MENGUKUR GCS

PEMERIKSAAN KESADARAN / MENGUKUR GCS
Posted by ramzkesrawan on 2010/07/13

Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat
kesadarankesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak
seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam
rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami
injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas

(kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah
satu bagian dari vital sign.
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak
mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic
seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis;
pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena
perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
Mengukur Tingkat Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah menggunakan GCS
(Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal,
dan motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami
cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan
kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik
verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).

Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih sama akuratnya,
yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur

(drowsiness), dan tidak ada respon (unresponsiveness).
Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam
kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik. Hasil
pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…,
bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motor (respon motorik) :
(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…
Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu
E1V1M1.

Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)
GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)
GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)

Cuci tangan
1.
2.
3.
4.

5.

Sebelum kontak dengan pasien,
Sebelum tindakan aseptik,
Setelah terkena cairan tubuh pasien,
Setelah kontak dengan pasien,
Setelah kontak dengan linkungan di sekitar pasien

Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain :
1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik (handrub) atau dengan air
mengalir dan sabun antiseptik (handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua ini di sekitar
ruangan pelayanan pasien secara merata.
2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
3. 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash

OKSIGENASI

Peralatan
Nasal kanul : merupakan tabung plastik yang mempunyai cabang kecil yang menonjol untuk
dimasukkan kedalam lobang hidung, metode ini merupakan metode yang paling mudah dan

paling dapat diterima karena lebih efektif, mudah dipakai oleh klien (Potter&Perry,1997).
Klien yang menerima terapi oksigen melalui nasal kanul hidung dapat berkomunikasi dengan
mudah, dapat makan minum dan melakukan aktifitas setiap hari. Klien juga dianjurkan untuk
bernafar melalui hidung karena pernafasan lewat mulut dapat menurunkan bahkan dapat
menghilangkan oksigen. Oksigen dengan nasal kanule diberikan 1-6 l/mnt (Potter&Perry,
1997). Diatas 6 l/mnt tidak akan meningkatkan oksigen yang dihasilkan, justru hal ytersebut
akan meningkatkan kekeringan membran mukosa. Bagaimanapun oksigen dengan nasal
kanul biasanya digunakan dengan kecepatan aliran 2-3 l/mnt.
Humidifier : humidifier dilengkapi dengan tabung air steril yang bisa didisi kembali. Alat ini
melekat pada pada alat yang menghasilkan oksigen. Humidifier berfungsi melembabkan
membasahi oksigen sebelu bergerak melalui hidung ke paru-paru sehingga mencegah
mengeringnya membran mukosa saluran pernafasan. Air yang digunakan harus steril untuk
mencegah infeksi dari mikro organisme yang dapat tumbuh dalam lingkungan lembab.
Flowmeter : merupakan alat yang melekat ke oksigen outlet, yang mengatur jumlah oksigen
yang dihasilkan. Ada 2 tipe flowmeter : balon air raksa dan ukuran, kedua tipe mencatat
jumlah liter yang dikeluarkan permenit.
Sumber oksigen : Oksigen biasanya disimpan dalam tabung atau berasal sentral/\. jumlah
gas dicatat dalam ukuran pounds perinchi persegi. ketika tabung hampir kosong jarum
menunjuk ke area merah dan menandakan tabung harus ganti. terdapat juga tabung-tabung
yang kecil untuk keadaan darurat, dapat dipindahkan dan biasanya aman karena bertekanan

rendah.








ksigen yang diberikan dapat secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit.Konsentrasi
oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan nasal kanul:
1 Liter /min : 24 %
2 Liter /min : 28 %
3 Liter /min : 32 %
4 Liter /min : 36 %
5 Liter /min : 40 %
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
Bila pada mout to mout 18 persen


Rjp anak dan bayi
1. Penilaian respon.
Setelah penolong sudah yakin bahwa tindakan bersifat aman bagi penolong & anak yang ditolong maka
penilaian respons terhadap anak dapat dilakukan dengan segera.
Pertama kali berikan rangsangan dengan memanggil sambil menepuk/menggoyangkan pasien apakah
pasien tersebut memberikan respons terhadap rangsangan yang diberi & perhatikan juga apakah ada
tanda2 trauma pada anak tersebut.

2. Aktifkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpatu (SPGDT).
Apabila pasien tidak memberikan respons & penolong lebih dari satu orang, minta tolong kepada orang
terdekat untuk menelpon sistem gawat darurat & mengambil AED (Automatic External Defibrillator).
Apabila penolong hanya seorang diri & henti jantung disaksikan baru terjadi, maka segera untuk
mengaktifkan sistem gawat darurat & ambil AED jika tersedia.
Sedangkan apabila penolong hanya seorang diri & henti jantung tidak disaksikan, maka lakukan dulu
resusitasi jantung paru (RJP) selama 2 menit kemudian aktifkan sistem gawat darurat & ambil AED.

3. Kompresi Jantung (Circulation).
Dalam melakukan pemeriksaan nadi pada anak & bayi sebelum melakukan kompresi merupakan
hal yang tidak mudah karena pemeriksaan nadi tidak dilakukan pada arteri karotis, tetapi pada

arteri brakialis/arteri femoralis. Sedangkan pada anak usia 1 tahun keatas dapat dilakukan
seperti pada orang dewasa.
Kompresi harus dilakukan dengan segera pada anak maupun bayi yang tidak sadarkan diri,
serta tidak ada denyut nadi & tidak bernafas.
Dalam melakukan kompresi yang membedakan adalah teknik kompresi pada anak berumur
kurang dari 8 tahun teknik kompresi satu tangan, sedangkan pada bayi menggunakan teknik
kompresi 2 jari maupun 2 ibu jari.

Kompresi dada pada Anak usia 1-8 tahun.
Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah tulang dada (sternum), hindarkan jari2 pada tulang iga
anak.
Tekan sternum sedalam 2,5 sampai 4 cm, lalu lepaskan dengan rasio menekan : melepas adalah dengan
kecepatan 100 x permenit.
Sesudah 30 x kompresi, buka jalan nafas & berikan 2 x nafas buatan hingga dada terangkat ( untuk 1
penolong)
Kompresi & nafas buatan dengan rasio 15 : 2 (untuk 2 penolong).

Kompresi dada pada bayi.
Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum; lebar jari berada di bawah garis
intermammari.

Tekan sternum sedalam 1,25 hingga 2,5 cm, lalu angkat tanpa melepaskan jari dari sternum dengan
kecepatan 100 x permenit.
Setelah 30 x kompresi, buka jalan nafas & berikan 2 x nafas buatan hingga dada terangkat (untuk 1
penolong).
Kompresi & nafas buatan dengan rasio 15 ; 2 (untuk 2 penolong).

Rumus
Untuk memahami lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui rumus
dasar menghitung jumlah tetesan cairan dalam satuan menit dan dalam satuan
jam:
Rumus dasar dalam satuan menit

Rumus dasar dalam satuan jam

Dewasa (macro drip)

Infus set macro drip memiliki banyak jenis berdasarkan faktor tetesnya. Infus set
yang paling sering digunakan di instalasi kesehatan Indonesia hanya 2 jenis saja.
Berdasarkan merek dan faktor tetesnya:




Merek Otsuka
faktor tetes = 15 tetes/ml
Merek Terumo
faktor tetes = 20 tetes/ml

Infus Blood set untuk tranfusi memiliki faktor tetes yang sama dengan merek
otsuka, 15 tetes/menit.
Infus set macro drip dengan faktor tetes 10 tetes/menit jarang ditemui di
Indonesia. Biasanya hanya terdapat di rumah sakit rujukan pusat, rumah sakit
pendidikan, atau rumah sakit internasional.

Penurunan rumus dewasa

Berikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan
jam), untuk pasien dewasa:
o) Merek Otsuka

o) Merek Terumo


Contoh soal 1

Seorang pasien dengan berat 65 kg datang ke klinik dan membutuhkan 2.400 ml
cairan RL. Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien
mesti dicapai dalam waktu 12 jam? Di klinik tersedia infus set merek Otsuka.
Diketahui:
Cairan = 2.400 ml (cc)
Waktu = 12 jam
Faktor tetes Otsuka = 15 tetes/ml
Jawab:

Jadi, pasien tersebut membutuhkan 50 tetes infus untuk menghabiskan cairan
2400 ml dalam waktu 12 jam dengan menggunakan infus set Otsuka.

Contoh soal 2
Seorang pasien datang ke RSUD dan membutuhkan 500 ml cairan RL. Berapa
tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam
waktu 100 menit? Di RSUD tersedia infus set merek Terumo.
Diketahui:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 100 menit
Faktor tetes Terumo = 20 tetes/ml
Jawab:

Jadi, pasien tersebut membutuhkan 100 tetes infus untuk menghabiskan cairan
500 ml dalam waktu 100 menit dengan menggunakan infus set Terumo.

Anak (micro drip)
Lain halnya dengan dewasa, anak dengan berat badan dibawah 7 kg
membutuhkan infus setdengan faktor tetes yang berbeda.


Micro drip
faktor tetes = 60 tetes/ml

Penurunan rumus anak

Berikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan
jam) untuk pasien anak:

Contoh soal anak
Seorang ibu datang membawa bayinya yang sakit ke IGD dengan keluhan diare
lebih dari 5 kali. Anak bayi tersebut membutuhkan cairan RL sebanyak 100 ml.
Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai
dalam waktu 1 jam?

Jadi, pasien tersebut membutuhkan 100 tetes infus untuk menghabiskan cairan
100 ml dalam waktu 1 jam dengan menggunakan infus set micro drip.

PEMBERIAN OBAT MANITOL
DEFINISI
Mannitol adalah salah satu obat yang sering digunakan di ruang ICU yang
secara
rutin
digunakan
sebagai
komponen
solusi
dalam cardiopulmonary perfusion untuk mempertahankan osmolarity dari
perfusate(8).
Manitol merupakan 6-karbon alkohol, yang tergolong sebagai obat diuretic
osmotik. Istilah diuretik osmotik terdiri dari dua kata yaitu diuretik dan
osmotik. Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urine dengan adanya natriuresis (peningkatan pengeluaran natrium) dan
diuresis (peningkatan pengeluaran H2O). Diuretik Osmotik (manitol) adalah
diuretik yang mempunyai efek meningkatkan produksi urin, dengan cara
mencegah tubulus mereabsorbsi air dan meningkatkan tekanan osmotic di
filtrasi glomerulus dan tubulus.
FARMAKODINAMIK
Tempat kerja utama manitol adalah:
(1) Tubuli proksimal, yaitu dengan menghambat reabsorpsi natrium dan
air melalui daya osmotiknya;
(2) Ansa henle, yaitu dengan penghambatan reabsorpsi natrium dan air oleh
karena hipertonisitas daerah medula menurun;
(3) Duktus koligentes, yaitu dengan penghambatan reabsorbsi natrium dan air
akibat adanyapapillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau
adanya faktor lain.
FARMAKOKINETIK
Manitol merupakan diuretik osmotik yang spesifik karena tidak diabsorpsi
dalam traktus gastrointestinal. Manitol sangat sedikit dimetabolisme oleh
tubuh, lebih kurang 7% dimetabolisme di hati dan hanya 7% diabsorpsi.
Sebagian besar manitol (>90%) dikeluarkan oleh ginjal dalam bentuk utuh pada
urin. Manitol diekresikan melalui filtrasi glomerulus dalam waktu 30 – 60 menit
setelah pemberian. Diuretic osmotic absobsinya buruk bila diberikan peroral,
sehingga obat ini harus diberikan secara parenteral (intravena) dalam jumlah
besar.
INDIKASI dan DOSIS
Manitol dapat digunakan misalnya untuk profilaksis gagal ginjal akut, suatu
keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka traumatik berat, dan
menderita ikterus berat.
Manitol tersedia dalam berbagai kemasan dan konsentrasi, yaitu: manitol 10%
dalam kemasan plabottle 250 ml (25 gr) dan 500 ml (50 gr). Manitol 20% dalam
kemasan plabottle 250 ml (50 gr) dan 500 ml (100 gr). Sebelum digunakan
manitol dihangatkan terlebih dahulu untuk melarutkan kristal-kristalnya.
KONTRA INDIKASI
Pada penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, karena volume
darah yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang telah
gagal. Pemberian manitol juga dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan
anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan
intra kranial, kecuali bila akan dilakukan kraniotomi, serta pada pasien yang
hipersensitivitas terhadap manitol.
TOKSISITAS

1)
2)
3)
4)

Ekspansi Cairan Ekstraseluler.
Dehidrasi Dan Hipernatremia.
Hiperkalemia
Reaksi anafilaksis atau alergi

LUAS LUKA BAKAR
Dewasa : Hukum 9 (Rule Of Nine(s)) atau anak Table Lund & Bowder






Permukaan kepala
: 9 % – Permukaan pinggang
Permukaan setiap lengan : 9 %
– Permukaan paha
Permukaan dada
: 9 % – Permukaan betis
Permukaan perut
: 9 % – Perineum & genital
Permukaan punggung
: 9 % – Telapak tangan
: 1%

Bayi
:
Rumus
10, Anak
Atau
menggunakan
tabel
– Kepala
leher

Depan
belakang

Ekstermitas
atas
kanan
– Ekstremitas bawah ka/kiri : 15 %

:
Lund

Rumus
&

kiri

:

:
:

9
9
: 9
: 9

%
%
%
%

10-15-10
Browder
:
15 %
:
20
%
10
%

KATEGORI PENDERITA LUKA BAKAR
1. Luka Bakar Berat / kritis




Derajat
Derajat
III
Trauma
jalan
nafas

II-III
pada
muka,
tanpa
memikirkan

>

tangan,
luas
luka

40%
kaki
bakar


Trauma
– Disertai trauma lainnya , misal fraktur

listrik

2. Luka Bakar Sedang

Derajat
– Derajat III < 10% , kecuali muka, tangan dan kaki

II

15-40%

3. Luka Bakar Ringan

Derajat
– Derajat III < 2%

II

<

15%

Kategori ini untuk kepentingan prognosis berhubungan dengan angka morbiditas dan
mortalitas.

PROGNOSIS BERAT RINGANNYA LUKA BAKAR DITENTUKAN
OLEH
1.
2.
3.
4.
5.

Kedalaman sebesar derajat I, II atau III
Luasnya untuk ditentukan prosentase
Daerah yang terkena
Usia
Keadaan kesehatan

INDIKASI RAWAT INAP
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dewasa derajat II > 15 %
Anak & orang tua derajat II > 10 %
Derajat III > 10 %
Luka pada : wajah, tangan, genital/perineal
Penyebabnya : kimia dan listrik
Menderita penyakit lain : DM, hipertensi

Penderita dengan luka bakar
> 40% diusahakan pemasangan CVP
Bila
Luas
luka
bakar
:

<
20%
artinya
tubuh
masih
bisa
kompensasi
– > 20% akan terjadi shock hipovolemik (perpindahan cairan intra ke ekstravasculer)

PRINSIP PENANGANAN
1. Api masih hidup, Jika api masih hidup penderita disuruh berhenti lalu
jatuhkan diri dan kemudian berguling di lantai / tanah (stop drop roll)
2. Hilangkan heat-restore à bila < 15 menit siram air dingin
3. Lakukan pengecekkan ABC, Airway menentukan ada tidaknya trauma
inhalasi, pasang ET. Breathing, bila terjadi Eschar (kulit kaku),

lakukan Escharektomi, karena dapat menimbulkan sukar nafas. Bila perlu
lakukan zebra incision pada tulang iga dan Circulation dengan
menggunakan formula Baxter dengan larutan Ringer Laktat, jangan
memakai NaCl karena Cl memperberat asidosis.

FORMULA BAXTER
Formula
Baxter :
4
cc/24jam
x
BB
x
Cara
pemberian

8
jam
pertama
50%
(sejak
kejadian

16
jam
kedua
Untuk
anak-anak
:
2
cc
x
BB
x
%
LB
=
<
1
tahun
:
BB
x
100
1

3
tahun
:
BB
x
75
3

5
tahun
:
BB
x
50
Kebutuhan total = a x b , memakai lar RL : Dextran = 17:3

%LB
:
LB)
50%
a
cc
cc
cc
cc

PERAWATAN LUKA BAKAR
DERAJAT
Derajat I

KETERANGAN
– Cuci NaCl 500 cc
– Zalf Bioplasenton, dapat cegah kuman
masuk/infeksi
– Cuci dengan larutan savlon 5 cc dalam
NaCl 500 cc
– Sufratul

Derajat II

– Tutup verband steril tebal , ganti tiap
minggu
– Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc
tiap hari
– Debridemen tiap hari
– Escharektomi

Derajat III

– Dermazin/Burnazin (sulfadiazin) tiap hari

Hari ke-7 dimandikan air biasa, setelah mandi daerah luka didesinfektan sol savlon 1 : 30.
Luka dibuka 3 – 4 hari jika tidak ada infeksi / jaringan nekrose
POSISI PENDERITA
Ekstremitas sendi yang luka posisi fleksi / ekstensi maksimal
Leher & muka defleksi, semi fowler (bantal di punggung)
Eskarektomi dilakukan bila luka melingkar atau berpotensi penekanan

1. Luka bakar grade I (superficial burn) Kerusakan jaringan terbatas
pada kulit lapisan epidermis, secara klinis kulit tampak merah, kering
dan terasa sakit. luka bakar derajat satu 2. Luka bakar grade IIa
(superficial partial-thickness burn) Kerusakan jaringan mengenai
sebagian dermis, folikel rambut dan kelenjar keringat tetap utuh,
secara klinis kulit tampak merah/kuning, basah dengan bula, dan
terasa sakit. luka bakar derajat dua 3. Luka bakar grade IIb (deep
partial-thickness burn) Kerusakan jaringan mengenai sebagian dermis
dan folikel rambut, hanya kelenjar keringat yang tetap utuh, secara
klinis kulit tampak merah/kuning, basah dengan bula, dan terasa sakit.
3. Luka bakar grade III (full thickness burn) Kerusakan jaringan
mengenai seluruh lapisan dermis, secara klinisi kulit tampak putih,
coklat, hingga hitam, kering, dan tidak sakit karena ujung – ujung saraf
juga mengalami kerusakan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN, KESADARAN WAJIB PAJAK SERTA PELAYANAN PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Pada Pegawai Negeri di Lingkup Universitas Jember)

2 34 20

PENGARUH POPULARITAS MODEL IKLAN INDOSAT DAN XL DI TELEVISI TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT KESADARAN AKAN MEREK PADA KALANGAN MAHASISWI

1 29 54

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAN DI POLRES JEMBER DICTIONS AND LANGUAGE STYLES IN POLICE INVESTIGATION REPORT AT DISTRICT POLICE OF JEMBER

0 10 14

GAMBARAN PEMERIKSAAN IgM ANTI-HAV PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN KALIMANTAN KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

0 14 19

INTERVENSI OBAT NEUROPROTEKTIF DITINJAU DARI PERBAIKAN GCS DAN CER TERHADAP PASIEN CVA Hemorrhagic DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

1 82 18

Analisis perbandingan sebelum dan sesudah penerapan undang-undang perpajakan nomor 36 tahun 2008 mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan implikasinya terhadap perubahan jumlah wajib pajak orang pribadi (studi pada KPP Pratama Serpong)

2 24 111

Pengaruh Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Terhadap Pelaksanaan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak : Studi kasus pada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Cilandak

0 18 160

Pengaruh penegakan hukum pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan :(survey wajib pajak orang pribadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees)

8 68 51

Tinjauan atas penerapan self assesment system terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Tegallega

0 9 3

PENGARUH WORD OF MOUTH, KESADARAN MEREK DAN KUALITAS PRODUKTERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN(Studi pada MIE AKHIRAT di SURABAYA)

0 1 16