Makalah Hukum Perlindun gan Konsumen

MAKALAH
Hukum Perlindungan Konsumen

Disusun Oleh:
Fera Pebriyanti/180422623011
Ghufran Ghozali/180422623072
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

TAHUN AKADEMIK
2018/2019

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas Aspek Hukum dalam
Ekonomi ,Selain itu juga untuk meningkatkan pemahaman saya mengenai
materi .
Dengan membaca makalah ini penulis kami berharap dapat membantu

teman-teman serta pembaca dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya
wawasan pembaca. Walaupun penulis telah berusaha sesuai kemampuan penulis,
namun penulis yakin bahwa manusia

itu tak ada yang sempurna. Seandainya

dalam penulisan makalah ini ada yang kurang, maka itulah bagian dari kelemahan
penulis. Mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan membawa
kesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang
telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Untuk itu kami selalu
menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
penyusunan makalah ini.

Malang, 6 Sepetember 2018
Tim Penulis

i


DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah


2

C. Tujuan

3

BAB II PEMBAHASAN

4

A. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

4

B. Dasar dan Prisip Hukum Perlindungan Konsumen

5

C. Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen


7

D. Hak Dan Kewajiban Konsumen

8

E. Hak Dan Kewajiban Produsen terhadap Konsumen

9

BAB III PENUTUP

11

A. Kesimpulan

11

DAFTAR PUSTAKA


12

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang
cukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan
adanya keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen dapatmenciptakan
rakyat yang sejahtera dan makmur. Negeri-negeri yang sekarang ini disebut
negara-negara maju telah menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat
unifikasi, industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat yang pertama
yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas politik untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat kedua perjuangan untuk
pembangunan ekonomi dan modernisasi politik. Akhirya pada tingkat ketiga
tugas negara yang utama adalah melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi,
membetulkan kesalahan-kesalahan pada tahap sebelumnya dengan menekankan
kesejahteraan masyarakat.

Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan
ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di
masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak
akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu
diperhatikan.

Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati

secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan

berbagai

macam

produk

barang/pelayanan

jasa


yang

dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun
penawaran barang secara langsung.
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan,
konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa

1

yang dikonsumsinya. Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar
bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut
pada kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu
sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa
mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang
berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan
undang-undang serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan
berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga

bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut
dengan baik.
Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan
konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan
kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang
perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang

dilindungi

oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan sasial
kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan
lahirnya undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.
Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana
perlindungan terhadap konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen.
Dalam makalah ini kami

juga akan menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan


tujuan perlindungan konsumen yang mungkin akan berguna bagi pembaca
khususnya mahasiswa/I dimasa yang akan datang.

2

B. Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan Hukum Perlindungan

Konsumen ?



Bagaimana dasar dan Prinsip hukum perlindungan konsumen ?



Apa Saja Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen?




Apa hak dan kewajiban konsumen ?



Apa Hak Dan Kewajiban Pelaku usaha terhadap Konsumen?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum perlindungan konsumen.
2. Untuk mengetahui dasar dan prinsip hukum perlindungan konsumen
3. Untuk Mengetahui Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
4. Untuk Mengetahui hak dan Kewajiban Konsumen
5. Untuk mengetahui hak dan kewajiban Pelaku usaha terhadap konsumen.

3

BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen
yang lebih luas. Az. Nasution, misalnya berpendapat bahwa hukum konsumen
yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat megatur dan juga mengatur
sifat yang melindungi kepntenigan konsumen. Adapun hukum konsumen
diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaintan dengan
dengan barang dan/atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, defini Hukum Perlindungan Konsumen
adalah keseluruhan asas-asas serta kaidah-kaidah hukum yang mengatur
mengenai hubungan dan masalah antara berbagai pihak yang satu dengan yang
lain, dan berkaitan dengan barang dan jasa konsumen didalam pergaulan hidup
masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
Konsumen didalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa perlindungan konsumen
merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
menberikan perlindungan kepada konsumen.
Perlindungan hukum bagi konsumen merupakan sebuah perangkat hukum
yang diciptakan oleh lembaga pemerintah untuk dapat memberikan perlindungan
hukun dan jaminan kepastian hukum bagi para konsumen dari berbagai
permasalahan ataupun sengketa konsumen karena merasa dirugikan oleh pelaku
usaha. (Eli, 2015)
Sebagaimana dikatakan Ensiklopedi Wikipedia, Hukum Konsumen adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara konsumen selaku
individu dan pelaku usaha yang menjual barang dan jasa. Perlindungan konsumen
meliputi masalah yang luas, yang tidak hanya terbatas pada tanggung jawab

4

produk, hak-hak konsumen, praktik usaha tidak sehat, penipuan, penafsiran yang
keliru, hubungan lain konsumen/pelaku usaha. Hukum konsumen berhubungan
dengan pelunasan kredit, pencairan pinjaman, keamanan produk, pelayan dan
perjanjian penjualan, peraturan nota kolektif, harga, pembatalan, konsolidasi,
pinjaman seseorang yang mungkin menjadi bangkrut, dan masih banyak lagi.

B. PRINSIP DAN DASAR HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Secara garis besar prinsip-prinsip tanggung jawab produk didalam hukum
perlindungan konsumen dibedakan sebagai berikut:
1.Let The Buyer Beware


Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga tidak
perlu proteksi.



Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab sendiri.



Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha tidak
terbuka.



Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.

2.The due Care Theory


Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam memasarkan
produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat
dipersalahkan.



Pasal 1865 KUHP secara tegas menyatakan, barangsiapa yang
mengendalikan mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan haknya atau
membantah hak orang lain, atau menunjuk pada suatu peristiwa, maka ia
diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.



Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.

5

3.The Privity of Contract


Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk
melindungi konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara
mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat
disalahkan atas hal hal diluar yang diperjanjikan.



Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di masyarakat
merupakan petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya konsumen
menghadapi dominasi pelaku usaha.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat
mengajukan perlindungan adalah:
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat
(1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia No. 3821
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001
Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas
Indag Prop/Kab/Kota
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Dengan

diundang-undangkannya

masalah

perlindungan

konsumen,

6

dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya dilanggar bisa
mengadukan dan memproses perkaranya secara hukum di badan penyelesaian
sengketa konsumen (BPSK).
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam soal
pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan Konsumen,
masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagai
sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21
Juli tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21
Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21
Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21
Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat,
Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang,
dan Kota Makassar.
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota
Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.

7

C. ASAS DAN TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan perlindungan
konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas
yang relevan dalam pembangunan nasional yaitu:
1. Asas Manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya
dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha.
2. Asas Keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas Keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemeritah dalam arti materiil ataupun
spiritual.
4. Asas Keamanan dan Keselamatan konsumen dimaksudkan untuk meberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.
5. Asas Kepastian Hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen
mengemukakan, Perlindungan konsumen bertujuan:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

8

d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
usaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.

D. HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN
HAK KONSUMEN
1. Hak atan pendidikan konsumen
2. Hak untuk mendapatkan ganti rugi atas praktik bisnis yang tidak adil, praktik
bisnis yang mengekang, atau eksploitasi konsumen yang berlebihan.
3. Hak untuk didengar dan diyakinkan bahwa kepentingan konsumen akan
diterirma berdasarkan pertimbangan pihak-pihak pada forum yang layak.
4. Hak untuk terjamin untuk mendapatkan akses ke barang dan jasa dengan harga
yang bersaing, sebisa mungkin.
5.

Hak untuk mendapatkan informasii tentang mutu dan jumlah barang dan jasa

sehinggan dapat terlindungi dari praktik bisnis yang tidak adil.
6. Hak unruk dapat perlindungan terhadap pemasaran barang dan jasa yang
berbahaya bagi kehidupan dan harta benda.
KEWAJIBAN KONSUMEN
1. Bersikukuh untuk meminta tanda pembelian atau kwitansi tanpa kecuali
terhadap barang yang sudah dibeli.
2. Membaca dengan teliti informasi diatas barang sebelum membeli.

9

3. Jangan tergiur dengan iklan yang menyesatkan.
4. Membeli barang yang terstandardisasi.
5. Mengajukan tuntutan tehadap barang yang tidak baik pelayanannya, atau
terhadap praktik bisnis yang tidak adil.

E. HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN
Pasal 6 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
mengatakan, Hak pelaku usaha adalah :
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan menganai
kondisi dan nilai tukar barang da/atau jasa yang diperdagangkan
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dar tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik.
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum
sengkata konsumen.
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.
Pasal 7 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen
menyatakan, Kewajiban pelaku usaha adalah;
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.

10

d. Menjamin

mutu

barang

dan/atau

jasa

yang

diproduksi

dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasayang
berlaku.
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mecoba
barang dan/atau jasa tertentu serta meberi jaminan dan/atau garansi atas barang
yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan,

pemakaian

dan

pemanfaatan

barang

dan/atau

jasa

yang

diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Dalam penjelasan Pasal 7 dalam Huruf c. Pelaku usaha dilarang
membeda-bedakan konsumen dalam memberikan pelayanan. Pelaku usaha
dilarang membeda-bedakan mutu pelayanan kepada konsumen. Huruf e. Yang
dimaksud dengan barang dan/atau jasa tertantu adalah barang yang dapat diuji
atau dicoba tanpa mengakibatkan kerusakan atau kerugian.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesadaran

konsumen bahwa

mereka

memiliki hak,kewajiban

serta

perlindungan hukum atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan
kualitas pendidikan yang layak atas mereka, mengingat faktor utama perlakuan
yang semena-mena oleh produsen kepada konsumen adalah kurangnya kesadaran
serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta kewajiban mereka.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberi penjelasan dan dapat
mengingatkan para pembaca bahwa kita sebagai konsumen memiliki hak-hak
serta kewajiban yang harus kita laksanakan, dan kita juga memiliki perlindungan
penuh atas hukum dan UU yang berlaku yang bisa digunakan kapan saja ketika
diri kita endapat perlakuakuan yang tidak sesuai dengan apa-apa yang telah
ditetapkan bagi konsumen.
Semoga

makalah

mahasiswa/mahasiswi,

yang
dan

kami
bisa

buat

dijadikan

ini

bermanfaat

referensi

dalam

bagi

para

melakukan

kajian-kajian ilmiah tentang hukum perlindungan konsumen.

12

DAFTAR PUSTAKA
Mawadi dkk, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Akademia, Jakarta
Barat, 2012.
Dewi, Eli W. Hukum Perlindungan Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2015.
Kristiyanti, Celina T S. Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
2009.
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/07/06/makalah-perlindungan-kons
umen/&hl=id-ID

13