Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengel

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/283494950

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis
Ekosistem KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI
SUMBERDAYA AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST...
Conference Paper · September 1999
READS

CITATIONS

2

287

2 authors:
Tjahyo Adji

Eko Haryono

71 PUBLICATIONS   94 CITATIONS   


35 PUBLICATIONS   80 CITATIONS   

Gadjah Mada University
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
IGCP 598 View project

Karakterisasi Nilai Penting Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat View project

All content following this page was uploaded by Tjahyo Adji on 05 November 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

Gadjah Mada University
SEE PROFILE

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999


KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI SUMBERDAYA
AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST GUNUNG SEWU
(Oleh: Tj ahyo N Adj i dan Eko Haryono)*

ABSTRAK

Sebagai salah sat u sumber pemasok air ut ama di kawasan karst Gunung Sewu,
hakekat nya sungai bawah t anah sist em DAS bawah t anah Bribin sedang mengalami
konf lik kepent ingan pemanf aat an dan pelest ar ian. Secara geograf is, ent ah disadari
at aupun t idak, pusat -pusat lokasi penambangan bat ugamping berkualit as baik unt uk
indust ri yang dikenal sebagai ‘ keprus’ (chal ky l i mest one) t erlet ak t epat diat as daerah
resapan ut ama DAS Bribin. Pada lokasi yang secara administ rat if t arlat an di Kecamat an
Ponj ong, t erlihat puluhan bukit karst yang sudah “ dit ebas” habis t anpa adanya usaha
reklamasi yang secara hidrologis mampu meresapkan dan menyimpan air huj an sepert i
sediakala.
Sebagai suat u akuif er yang sangat berpot ensi, bukit -bukit karst ( coni cal hi l l s)
dengan porosit as sekundernya yang mencapai lebih dari 30% pada zone epikarst
berperan sangat pent ing sebagai reservoir ut ama kawasan ini. Sedangkan dibawahnya,
sungai bawah t anah dengan sist emnya hanya berperan sebagai media pengumpul dan
pengat us ( dr ai nage) yang menerima t et esan dan rembesan air dari simpanan air zone

epikarst melalui rekahan ( cavi t i es). Dapat dibayangkan, berapa j umlah kehilangan
simpanan air yang akan t imbul j ika 1 (sat u) buah bukit karst sebagai suat u media
penyimpan ut ama air dit ebas unt uk keperluan penambangan.
Makalah ini akan membahas permasalahan konf lik kepent ingan penambangan
dan konservasi sumberdaya air karst , nilai hidrologis bukit karst , sert a karakt erist ik DAS
bawah t anah Bribin. Selain it u, beberapa alt ernat if pengelolaan lingkungan kawasan
karst yang berbasis ekosist em akan diket engahkan, kait annya dengan kepent ingan
masyarakat akan nilai ekonomis bukit karst sert a aspek konservasi sungai bawah t anah.

MASALAH

Goa Bribin dengan debit sungai bawah t anahnya yang mencapai 1500 l/ dt
merupakan sumber air ut ama unt uk kebut uhan domest ik yang sudah dikembangkan.
Saat ini, penelit ian sedang dilakukan oleh Universit as Karshlure – BATAN unt uk
mengembangkan t eknologi mikrohidro unt uk penurapan lebih lanj ut . Sement ara ini
debit penurapan baru berkisar 150-200 lt / det ik dan diharapkan dengan t eknologi baru
t ersebut , debit yang dit urap dapat lebih di t ingkat kan. Meruj uk pada hal ini, dapat
disimpulkan bahwa airt anah dari Goa Bribin adalah merupakan sumber air yang
signif ikan unt uk mengat asi masalah kekeringan di daerah karst Gunung Sewu. Daerah
t angkapan (DAS) Goa Bribin yang sudah t erdet eksi diperkirakan mempunyai luas lebih

2
dari 50 km (Adj i dan Nurj ani, 1999). Bat as DAS adalah bat as t opograf i yang
diasumsikan sebagai bat as t angkapan huj an Sungai Bribin.
Haryono (2001) mengungkapkan bahwa bukit karst yang mendominasi t opograf i
DAS Bribin merupakan t andon air ut ama. Air yang t ert ampung di bukit karst pada zone
epikarst akan t erat us perlahan-lahan melalui celah-celah vadose, rekahan, dan
selanj ut nya mengisi aliran bawah t anah yang t erus berkembang menj adi sungai bawah
t anah. Oleh karena it u, mat a air at aupun sungai bawah t anah di DAS Bribin akan
mempunyai wakt u t unda set elah kej adian huj an selama beberapa saat dengan kualit as
kimia air yang relat if baik.
Pengamat an lapangan melalui observasi menunj ukkan bahwa pusat kegiat an
penambangan bat u gamping “ keprus” ( chal ky l i mest one) yang berada di sebagian besar
wilayah Kecamat an Ponj ong t erlet ak pada daerah t angkapan DAS Bribin dan bahkan
t epat berada di at as alur sungai ut ama Bribin. Selain it u, banyak t erdapat lokasi sisa
penambangan dengan bukit karst yang sudah hilang t ert ebas menj adi bero dan t anpa
usaha konservasi yang sesuai. Meruj uk pada kenyat aan lapangan t ersebut , dapat

1
* Kelompok Studi Karst, Fakultas Geografi UGM


Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999

diasumsikan bahwa j elas akan t erj adi degradasi j umlah air yang t ersimpan sebagai
komponen sungai Bribin karena hilangnya bukit karst .
DESKRISPSI DAS BRIBIN

Menurut Adj i dan Nurj ani (1999) DAS Bribin mencakup luasan lebih kurang 55
2
km dan mempunyai bent uk sepert i t apal kuda (Gambar 1). Bat as DAS Bribin yang
diprediksikan adalah bat as t opograf i permukaan (igir) dengan asumsi bahwa huj an yang
j at uh ke wilayah it u akan diat uskan ke Sungai Bribin. Penet apan DAS Bribin
mengabaikan karakt erist ik sist em karst yang khas yang memungkinkan t erj adinya
“ kebocoran” air keluar at aupun masuk melewat i bat as DAS.
Persebaran Goa
DAS Bribin memiliki 39 buah goa (vert ikal dan horizont al) yang sebagian besar
memiliki air dengan debit aliran yang bervariasi. Sebagian besar goa mempunyai sist em
yang t ergabung dalam sist em ut ama Goa Bribin. Secara umum goa di DAS Bribin dapat
dibagi at as (Gambar 1) :




Goa pada aliran primer, yait u mempunyai aliran sebagai hubungan langsung
dengan aliran ut ama Sungai Bribin



Goa pada aliran sekunder, yait u mempunyai aliran sebagai sub aliran yang
kemudian bergabung dengan aliran primer Sungai Bribin.



Goa yang t idak memiliki sist em (belum diket ahui), walaupun mempunyai airt anah,
t et api sist em pergoaannya belum dapat didef inisikan.

Kondisi Aliran

Dari Gambar 1 dapat didef inisikan bahwa secara umum arah aliran Sungai Bribin
adalah Ut ara-Selat an yang kemudian berbelok kearah Barat Daya di sekit ar Bedoyo dan
keluar sebagai out let di Goa Bribin. Jika lokasi di sekit ar daerah Tambak Romo

dianggap sebagai hulu Sungai Bribin, debit aliran t ercat at di Goa Jomblangan (aliran
primer) adalah sekit ar 37 l/ dt , kemudian Goa Gilap (primer - 40 l/ dt ), t erdet eksi lagi di
Goa Jomblang (primer – 350 l/ dt ), kemudian Luweng Jurangj ero (primer - 1200 l/ dt ),
dan t erakhir sebagai out let di Goa Bribin sebesar 1500 l/ dt .
Selain it u, beberapa goa lain diluar aliran primer at au non sist em yang memiliki
debit air cukup besar adalah Luweng Sindon (non sist em – 200 l/ dt ) dan Goa Gremmeng
(non sist em – 300 l/ dt ).
Kualitas Air
Dari hasil analisis sampel (Adj i, 1997) unsur mayor t erlarut dalam air baik it u
sampel t et esan ornamen goa maupun aliran bawah t anah menunj ukkan bahwa pot ensi
kualit as air goa di DAS Bribin masih dibawah bakumut u golongan B unt uk airminum
(dapat diminum dengan diolah/ dimasak). Secara hidrogeokimia, t ipe airt anah DAS
Bribin adalah Ca – HCO3 dengan nilai indeks kej enuhan (SI) t ehadap mineral kalsit
(CaCO3) lebih besar dari nol. Hal ini menunj ukkan bahwa proses hidrogeokimia yang
t erj adi adalah pelarut an dan bahkan pengendapan mineral kalsit dalam akuif er. Secara
umum, dari hulu ke hilir, nilai SI bert ambah besar yang berart i proses pengendapan
lebih akt if t erj adi di daerah hilir dekat out let Bribin.
NILAI HIDROLOGIS BUKIT KARST DAS BRIBIN

Sebagai salah sat u kawasan karst di Indonesia, Gunung Sewu dapat

dikat egorikan sebagai karst j enis t erbuka ( bar e/ nackt er kar st ) dicirikan oleh bent ukan
karst yang merupakan f enomena t ermashyur dari t opograf i karst yang sangat khas
berupa conical hi l l s yang t idak dij umpai pada kawasan karst lain di seluruh dunia. Sej ak
Junghunn pada 1836 yang merupakan ahli pert ama yang mencoba menganalisis dan
mendiskripsikan proses

2

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999

Gambar 1. Pet a perkiraan daerah t angkapan air (DAS) Goa Bribin dan sist em j aringan
sungainya

3

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999

t erj adinya bent ukan yang begit u khas, dan kemudian, karena khasnya, oleh Lehmann

(1936) conical hi l l s yang ada disebut sebagai Gunung Sewu Type , dan diperkuat oleh
Pannekoek (1949), bahwa hasil pengangkat an pada kawasan ini, menyebabkan
perkembangan karst t opograf i, yait u permukaan plat o yang berubah menj adi bukit yang
berbent uk kerucut dengan j umlah puluhan ribu. Sedangkan menurut Baladz (1968), t ipe
khusus dari bent uk lahan ini dipakai sebagai ist ilah t ersendiri dalam ilmu geomorf ologi
unt uk bent uk lahan yang sama. Sebagai cont oh adalah unt uk menyebut bent uk-bent uk
yang sama t erj adi pada j alur t ropik Asia Tenggara (Pegunungan Ant illes). Ket inggian
conical hills yang dominan pada kawasan ini sangat bervariasi yait u mulai dari 150
mdpal sampai dengan 700 mdpal dengan diamet er rat a-rat a ant ara 25 - 100 met er.
Bent uk dominan bukit -bukit karst ini adalah kerucut dengan sebagian hampir berbent uk
menara pada beberapa t empat .
Sebagai suat u akuif er, beberapa paramet er akuif er bukit -bukit karst di DAS
Bribin memiliki karakt erist ik yang mengunt ungkan dalam t erminologi sumberdaya air,
diant aranya adalah sebagai berikut :
Porositas

Porosit as adalah rasio volume ant ara rongga pada bat uan yang berpot ensi t erisi
air dengan volume t ot al bat uan dan biasa dinyat akan dalam sat uan %. Pada bukit karst ,
porosit as yang berkembang adalah porosit as sekunder yang t erj adi bukan karena sif at
asli dari bat uan gamping, t et api lebih disebabkan oleh proses sekunder berupa

pelarut an bat uan gamping pada rekahan yang membent uk rongga ant ar bat uan yang
akhirnya saling berhubungan ( pr ot ocave). Prot ocave inilah yang sebenarnya merupakan
cikal bakal dari sist em pergoaan yang berperan sebagai drainase pada sist em hidrologi
karst . Riset dari Hunt on (1992) dan Haryono (2000) menyimpulakan bahwasanya
proporsi pelarut an yang membent uk porosit as bat uan t erbesar t erj adi pada permukaan
bukit t ermasuk zona t anah, dan berangsur-angsur mengecil vert ikal ke bawah karena
mengecilnya energi pelarut an. Daya larut yang semakin mengecil ini disebabkan oleh
bert ambahnya t ingkat kej enuhan ( sat ur at ion indices) air t erhadap mineral karbonat
(CaCO3) kearah bawah.
Selanj ut nya, t erbent uknya rongga pelarut an j uga t erkonsent rasi pada permukaan
bukit karst (epikarst ) dan semakin berkurang j umlahnya ke arah bawah dan mencapai
bat uan gamping yang t idak t embus air ( imper meabl e). Rongga-rongga t ersebut t erisi
t anah yang j uga memiliki porosit as secara individual karena sif at f isiknya (t ekst ur, dll).
Unt uk menghit ung porosit as t ot al bukit karst , dapat dit ent ukan dengan menghit ung
porosit as rongga bat uan, porosit as t anah isian, sert a porosit as bat uan it u sendiri yang
secara bersama-sama mempunyai peranan pent ing sebagai media penyimpan air karst .
Tabel 1 menunj ukkan porosit as bukit karst di beberapa t empat di Kabupat en Gunung
Kidul.
Tabel 1. Porosit as Bukit Karst di Kabupat en Gunungkidul


Areal Sampel

Karakteristik

Karst poligonal di Kec.
Panggang
Karst

Labirin

di

Kec.

Batugamping terumbu yang keras dan
dangkal, karren dan rongga pelarutan
intensif, dijumpai banyak mataair
Batugamping terumbu yang keras dan

Batuan

Porositas
Rongga
Pelarutan

Endapan
Isian

1.1-14.0

22-52

40.-58.9

13.-16.6

22-52

36.6-

4

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999
Saptosari dan Tepus

Karst tower-cone di Kec.
Ponjong bagian selatan

dalam, karen dan rongga pelarutan
intensif, jaringan lembah kering intensif,
tidak terdapat mataair
Batugamping berlapis, lunak dan
dalam, karren tidak berkembang baik,
bukit terpencar dengan dataran planasi,
tidak diketemukan mataair

40.2

23.148.2

< 10

20.631.9

Sumber: Haryono, 2000

Dari dat a t ersebut t erlihat bahwa porosit as rat a-rat a bukit karst di Gunung
Sewu berkisar ant ara 30-35 %. Dalam perspekt if airt anah, porosit as t ersebut t ergolong
besar dan sangat berpot ensi unt uk menyimpan air dalan j umlah yang besar
Kadar Air dan permeabilitas endapan isian

Kadar air dalam t anah yang mengisi rongga-rongga pelarut an sebagai media
penyimpan air dapat dij adikan sebagai suat u paramet er unt uk menget ahui pot ensi
bukit karst sebagai akuif er. Menurut Haryono (2001), kadar air dalam t anah ( soi l
moi st ure) berkisar ant ara 21, 42 % - 34, 93 %. Selanj ut nya, t ekst ur t anah endapan isian
yang t idak begit u bervariasi mulai dari lempung – gelum lempung debuan menyebabkan
-9
-4
permeablit as t erprediksi sekit ar 10 sampai dengan 10 met er/ det ik. Kondukt ivit as ini
dapat dikat egorikan sebagai lambat , sehingga merupakan zone penyimpan (bukan
pengat us) yang sangat baik. Akibat nya, walupun permabilit as sekuder hasil pelarut an
rongga bat uan ( di akl as)
sangat besar, sungai bawah t anah Bribin t idak pernah
kekurangan air pada musim kemarau (800 l/ dt ). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa
diaklas yang t erisi oleh endapan isian dengan t ekst ur lempung berkadar air t inggi
merupakan zona penyimpan ( st or age) air yang sangat bagus.
Respon pada sungai bawah tanah.

Menurut Haryono (2001) Sungai Bribin memiliki respon yang cukup cepat ( t i me
l ag) t erhadap huj an yait u sekit ar 4 j am. Pada sisi lain, aliran vadose yang berasal dari
kadar air yang t esimpan pada rongga bat uan paling cepat akan direspon sekit ar 1
bulan. Selanj ut nya, beberapa mat aair DAS Bribin mempunyai wakt u t unda set elah
huj an bervariasi dengan wakt u t unda maksimum sekit ar 4 bulan.

KEGIATAN PENAMBANGAN VS KEPMEN. NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000

Di Kecamat an Ponj ong, indust ri penambangan bat u gamping t ersebar merat a
hampir di seluruh desa yang ada. Jumlah indust ri besar yang t ercat at adalah 9 buah,
beberapa yang paling besar adalah yang t erlet ak di Desa Bedoyo, Kent eng, dan Karang
Asem. Sement ara indust ri kecil (rumah t angga) hampir ada di semua desa di Kecamat an
Ponj ong (Purnomo, 1998). Terpusat nya penambangan di lokasi t ersebut adalah sebagai
akibat banyaknya bukit karst yang t ersusun oleh sat u t ipe bat uan karbonat yang dikenal
oleh masyarakat sebagai keprus at au chal ky l i mest one yang dalam indust ri gamping
merupakan salah sat u bahan baku yang berkualit as paling baik unt uk bahan baku
bangunan (cat , semen, t egel, bat ubat a), indust ri kimia (insekt isida, f ungisida,
desinf ekt an), indust ri kosmet ik (bedak dan sabun), sert a unt uk bahan indust ri lem dan
semir sepat u (Babeman, 1962). Sampai saat ini, j umlah indust ri penambangan dan
pengolahan bat ugamping semakin meningkat j umlahnya baik it u indust ri dengan skala
besar, sedang, dan kecil.
Dari pengamat an lapangan dan int erpret asi lokasi geograf is, t erlhat bahwa
penumpukan indust ri bat ugamping t erlet ak pada pusat DAS Bribin, bahkan beberapa
penambangan di Kent eng dan Karangasem t epat berada diat as sungai bawah t anah
Bribin. Hal ini berart i, j ika meruj uk pada nilai hidrologis bukit karst , maka memangkas
bukit -bukit karst unt uk kegiat an penambangan akan sangat signif ikan mengurangi

5

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999

simpanan air, yang logikanya j uga akan menurunkan debit Sungai Bribin dari wakt u ke
wakt u. Ilust rasi akibat penambangan disj ikan pada Gambar 2.

6

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999

Gambar 2. Tower-cone karst sebel um dit ambang (at as), penambangan dimul ai dari kaki bukit
2

(t engah), dan hilangnya zone epikarst sebagai t andon air (bawah) -(f ot o oleh Budi, Gunung
Kidul )

7

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999

KEPMEN. NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000

Keput usan Ment eri Energi dan Sumberdaya Mineral NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000
mengenai Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst seyogyanya dapat menj awab
permasalahan yang dikemukakan diat as. Kepmen ini membagi kawasan karst menj adi
t iga j enis, yait u Kawasan Karst Kelas I, Kawasan Karst Kelas II, dan Kawasan Karst
Kelas III. Kawasan Karst Kelas I didef inisikan sebagai kawasan karst yang diant aranya
memiliki f ungsi sebagai penyimpan airt nah secara permanen dalam bent uk sungai
bawah t anah. Selain it u kawasan ini j uga memiliki goa-goa dan sungai bawah t anah
yang membent uk j aringan. Speleot hem (ornamen) dalam goa masih akt if , sert a
mempunyai kandungan f lora dan f auna yang khas daerah karst . Sedangkan Kawasan
Karst Kelas II mempunyai f ungsi sebagai pengimbuh ( r echar ge) berupa daerah
t angkapan huj an yang mempengaruhi f lukt uasi sungai bawah t anah. , mempunyai
lorong bawah t anah yang sudah t idak akt if hasil proses pelarut an masa lampau
(vadose). Terakhir, Kawasan Karst Kelas III merupakan kawasan yang t idak memiliki
krit eria yang disebut kan diat as.
Pasal selanj ut nya dari KEPMEN. NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000 menyebut kan bahwa
tidak boleh ada kegiatan pertambangan di Kawasan Karst Kelas I, sedangkan di
Kawasan Karst Kelas II boleh ada kegiat an pert ambangan set elah dilakkan AMDAL
t erlebih dahulu.

Konflik Kepentingan

Dimanapun di dunia ini, kegiat an perekonomian past i mempunyai kepent ingan
yang berbeda dengan kepent ingan pelest arian lingkungan. Di sat u sisi, masyarakat di
wilayah karst DAS Bribin sudah sangat t ergant ung secara ekonomis t erhadap kegiat an
penambangan bat u gamping keprus. Pada sisi lain daerah pusat penambangan di
kecamat an Ponj ong merupakan Kawasan Karst Kelas I yang sebet ulnya t idak boleh
digunakan sebagai lahan penambangan.

SOLUSI

Secara geologis, keberadaan bat u gamping keprus ( chal ky l i mest one) akan
t ergant ung kepada sej arah t erbent uknya Pegunungan Seribu. Hal ini seharusnya dapat
memicu para ahli lingkungan dan ilmu bumi unt uk mulai mencari keberadaan chal ky
l i mest one di lokasi lain yang not abene t idak t ercakup kedalam DAS Bribin, at aupun
Kawasan Karst kelas I lainnya. Harapannya, lokasi t ersebut dapat digunakan sebagai
lokasi penambangan baru sehingga kegiat an ekonomi pernduduk t idak t erganggu.
Terhadap lokasi penambangan yang sudah ada, kegiat an reklamasi harus mulai
dij alankan. Reklamasi t erut ama bert uj uan unt uk membuat areal bekas penambangan
kembali dapat berf ungsi sebagai zone epi kar st yang dapat menyimpan air dan bukannya
melimpaskan air sebagai run-of f . Beberapa cara dapat dilakukan sepert i membuat
ar t i f icial f r act ur e yang diharapkan dapat menj adi t empat air unt uk t ersimpan,
sehingga proses pelarut an yang alami dapat t erus berlangsung dan mengimbuh sungai
bawah t anah Bribin.
Terakhir dan yang paling pent ing adal ah menegakkan hukum. Ij in kegiat an
penambangan harus disesuaikan dengan perundangan t erbaru dalam hal ini adalah
KEPMEN. NO. 1456 K/ 20/ MEM/ 2000. Penelit ian lanj ut an mungkin j uga perlu dilakukan
unt uk membukt ikan bahwa lokasi penambangan merupakan rechar ge/ imbuhan ut ama
Sungai Bribin. Set elah it u, sosialisasi KEPMEN dan nilai hidrologis bukit karst harus
dilakukan dengan harapan masyarakat t ahu akan pent ingnya nilai konservasi bukit
karst . Toh masyarakat di daerah ini j uga t ergant ung dari pasokan air Goa Bribin.

8

Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem
Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, Jogjakarta, September 1999

DAFTAR PUSTAKA

Adj i, T. N. , 1997, Kualit as Air Goa-Goa Karst di Sekit ar Cekungan Wonosari, Skr ipsi
Sar j ana, Fakult as Geograf i UGM, Yogyakart a
Adj i, T. N. , dkk. 1999. Kawasan Kar st dan Pr ospek Pengembangannya di Indonesi a,
Seminar PIT IGI di Universit as Indonesia, 26-27 Okt ober 1999.
Adj i, T. N. , Nurj ani, E. . 1999, Opt imasi Ai r t anah Kar st Sebagai Pemasok Ai r Domest i k
Pada Kawasan Kr i t i s Air di Gunung Ki dul , Laporan Penelit ian MAK 5250, LP
UGM, Yogyakart a.
Baladz, 1968, Karst Region in Indonesia, Kar szt -Es Bar kangkut at as-Vol ume V, Budapest .
Haryono, E. , 2001. Ni l ai Hidrol ogis Buki t Kar st , Makalah pada seminar Nasional, EkoHidrolik, 28-29 maret 2001, Jurusan Teknik Sipil , UGM
Haryono, E. , M. P. Hadi, S. W. Suproj o, Sunart o, 2000, Kaj i an Mint akat Epi kar st
Gunungki dul unt uk Penyedi aan Ai r Ber si h, Laporan PHB VIll, LIT -UGM, Yogyakart a.
Hunt on P. W. , 1992, Explorat ion and Development of Groundwat er f rom t he St one
Forest Aquif er in Sout h China. Ground Wat er , 30, . 324-330.
Lehmann, H. , 1936, Morphologische t udien auf Java, Geogr . Abhandl . 9, St ut gart .
Pannekoek, A. J. 1949. Out l i ne of The Geomorphol ogy Java. Luden : E. J.
Purnomo, D. R. , 1998. , Karakt erist ik Pekerj a Indust ri Pengolahan Gamping (Kasus
Pekerj a Indust ri Pengolahan Gamping di Kecamat an Ponj ong dan Semanu,
Kabupat en Gunung Kidul), Skripsi Sarj ana, Fakult as Geograf i UGM

9

View publication stats