Izat karya dan ilmiah 1

PENGARUH DAN DAMPAK RASM UTSMANI DALAM PENULISAN AL-QUR’AN
TERHADAP UMAT ISLAM
( Oleh : Fikri Hidayat El Izat / 2015080022 )
Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (A), Semester 4.

Abstrak :
al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah, selain sebagai pedoman
kehidupan umat islam didalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dalam
ber-agama seperti kaitannya dengan akidah, syariat, muamalah, kisah-kisah Nabi terdahulu
dll. Tidak dapat dipungkiri kebenaran al-Qur’an adalah mutlak fii kulli zaman wal makan.
Dalam perjalanannya bentuk al-Qur’an yang kita liat sekarang ini adalah hasil kerja keras
para ulama terdahulu khususnya para Khulafaur Rasyidin. Khalifah yang menonjol dalam
perbaikan mushaf al-Qur’an adalah khalifah ke-3 yaitu Utsman bin Affan.
Penyempurnaan bentuk tulisan al-Qur’an tujuannya tidak lain untuk menyatukan umat Islam
dalam satu seragam, yaitu satu bentuk tulisan mushaf al-Qur’an yaitu Rasm Utsmani yang
digunakan sampai sekarang ini. Rasm Utsmani adalah tata cara dalam penulisan al-Qur’an
yang terdiri dari 4 orang panitia Zaid ibn Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa’id ibn al- Ash,
dan Abdurrahman ibn Harits dalam masa Khalifah Utsman bin Affan.
Banyak ragam pendapat ulama tentang penulisan al-Qur’an terhadap Rasm Utsmani,
mereka beralasan dengan diperkuat dalil masing-masing. Tetapi satu hal yang perlu kita
garisbawahi, Rasm Utsmani telah memberikan dampak yang positif bagi umat Islam,

diantaranya menyatukan umat Islam dalam satu penulisan al-Qur’an sehingga umat Islam
lebih mudah membacanya.
Dalam Rasm Utsmani terdapat aturan-aturan yang telah ditetapkan, aturan tersebut
digunakan dalam penulisan al-Qur’an dengan Rasm Utsmani dan digunakan sampai
sekarang ini, aturan tersebut antara lain hadzf, ziyadah, badal dll.

Kata Kunci : Rasm Utsmani, Sejarah dan Urgensi Rasm Utsmani, Pengaruh Rasm Utsmani
Terhadap Umat Islam.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasmul Qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu al-Qur’an yang mana di
dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
khusus, baik dalam penulisan lafadz-lafadznya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
Rasmul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani.
Tulisan al-Qur’an ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada Sayyidina
Utsman ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Qur’an
yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Utsman pada tahun 25 H. Oleh para Ulama
cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’. Yang kemudian

dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.
Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang
berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari Rasulullah),
mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah
satu Kuttab (juru tulis wahyu) yaitu Mu’awiyah tentang tata cara penulisan wahyu. diantara
Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnu al-Mubarak dalam kitabnya “alIbriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul ‘Aziz al-Dibagh”, “bahwa tulisan yang
terdapat pada Rasm ‘Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada satupun
sahabat yang memiliki andil, seperti halnya diketahui bahwa al-Qur’an adalah mu’jizat begitu
pula tulisannya”. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul
Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Qur’an saja.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Utsmani
Arti Rasm menurut bahasa adalah Atsar (bekas). Lafadz rasm sinonim (muradif)
dengan lafadz Khat, Kitabah, Zubur, Satr dan Raqm. Rasm ada dua macam, yaitu Qiyasi
dan Istilahi. Rasm qiyasi yang biasa disebut juga Rasm imla’i adalah penggambaran
lafadz yang menggunakan huruf hijaiyah, dengan tetap memperhatikan standarisasi
ibtida’ dan waqaf padanya. Sedang Rasm istilahi yang bisa juga disebut Rasm Utsmani

adalah ejaan tulisan Zayd bin Sabit dan kawan-kawan yang dipakai untuk menulis alMasahif al-Utsmaniyah.1
Rasm Usmani disebut juga Rasmul Qur’an atau Rasm Utsman adalah tata cara
menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khalifah Utsman bin Affan. Istilah
rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin
Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-Qur’an. Untuk
melakukan pekerjaan ini Utsman membentuk tim empat yang terdiri dari Zaid ibn Tsabit,
Abdulllah ibn az-Zubair, Sa’id ibn al- Ash, dan Abdurrahman ibn Harits. 2 Mushaf
Utsman ditulis dengan kaidah tertentu.
Kaidah ini teringkas dalam enam kaidah;
1.

Al–Hadzf (membuang,menghilangkan, atau meniadakan huruf). Contohnya,

menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ (‫) يآآ آ يها النا س‬.
2.

Al-Ziyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang

mempunyai hukum jama’ (‫ ) بنوا اسرا ئيل‬dan menambah alif setelah hamzah marsumah
(hamzah yang terletak di atas lukisan wawu ( ‫)تاه تفتؤا‬.


1

Ahmad Malik Hammad, Miftah al-Aman f Rasm al-Qur’an, hlm. 12.
Manna’Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Mansyurat al-Hadits
al-‘Asr al-Hadits, hlm. 188.
2

3.

Al-Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis

dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh (‫) ائذن‬.
4.

Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada

kata (‫)الصلوة‬.
5.


Washal dan Fashl (penyambungan dan pemisahan),seperti kata kul yang diiringi

dengan kata ma ditulis dengan disambung ( ‫) كلما‬.
6.

Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua

bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf
ustmani, penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,(‫ملك‬
‫) يوم الدين‬. Ayat ini boleh dibaca dengan menetapkan alif (yakni dibaca dua alif), boleh
juga dengan hanya menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).3

B. Sejarah dan Urgensi Penulisan Rasm Utsmani
Dalam pembahasan Rasm al-Qur’an ini, kita tidak bisa terlepas dari awal penulisan ayatayat al-Qur’an yang dilakukan oleh para Sahabat Rasulullah SAW. Rasulullah dan sebagian
orang-orang Arab pada zaman dahulu masih banyak yang belum bisa dan pandai menulis dan
membaca. Sebagaimana al-Qur’an bercerita tentang hal tersebut :
‫ه آُو الّ ِذى بآ آع آ‬
‫لل‬
‫آاب آو ْال ِح ْك آمةآ آوإِ ْن آكانُوْ ا ِم ْن قآ ْب ُل لآفِى آ‬
‫ث فِى ْالُ ّميّ ْينآ آرسُوْ لل ِم ْنهُ ْم يآ ْتلُوْ ا آعلآ ْي ِه ْم ايآاتِ ِه آويُ آز ّك ْي ِه ْم آويُ آعلّ ُمهُ ُم ْال ِكت آ‬

ٍ ‫ضضض‬
(2 : ‫ ُمبِ ْي ٍن )الجمعة‬.
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka,
yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan Hikmah (sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah : 2).4
Di zaman Nabi SAW al-Qur’an ditulis pada benda- benda sederhana, seperti di
batu- batu, tulang- tulang, kulit unta, dan pelapah kurma. Tulisan al-Qur’an masih
terpencar- pencar dan belum terhimpun dalam sebuah mushaf dan di simpan di rumah
Nabi SAW. Penulisan ini bertujuan untuk membantu memelihara keutuhan dan
kemurnian al-Qur’an.
3
4

Al-Suyuti, hlm. 147-156.
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, Jakarta : CV. Indah Press , hlm. 932.

Di zaman Abu Bakar, al-Qur’an yang terpencar- pencar itu ditulis ke
dalam shuhuf (lembaran- lembaran). Penghimpunan al-Qur’an dilakukannya setelah
menerima usul Umar ibn al-Khatab yang khawatir akan semakin hilangnya para

penghafal al-Qur’an karena sebanyak 70 orang sahabat yang hafal al-Qur’an gugur dalam
perang Yamamah. Tujuan pokok penyalinan al-Qur’an pada masa Abu Bakar juga dalam
rangka pemeliharaan ayat- ayat al-Qur’an.
Masa Khalifah Utsman ibn Affan, al-Qur’an disalin lagi ke dalam beberapa naskah.
Untuk melakukan pekerjaan ini Utsman membentuk tim empat yang terdiri dari Zaid ibn
Tsabit, Abdulllah ibn az-Zubair, Sa’id ibn al- Ash, dan Abdurrahman ibn Harits. 5 Dalam
melakukan pekerjaan itu mereka mengikuti ketentuan- ketentuan yang disetujui oleh
Khalifah Utsman. Ketentuan itu adalah bahwa mereka menyalin ayat berdasarkan riwayat
mutawatir, mengabaikan ayat-ayat mansukh yang tidak diyakini dibaca kembali di masa
hidup Nabi SAW, tulisannya secara maksimal mampu mengakomodasi qira’at yang
berbeda-beda, dan menghilangkan semua tulisan sahabat yang tidak termasuk ayat alQur’an. Para penulis dan para sahabat setuju dengan tulisan yang mereka gunakan
ini.6 Utsman bin Affan berkata tentang hal ini : “Kalian yang ada di hadapanku telah
berselisih paham dan salah dalam membaca al-Qur’an, Penduduk daerah yang jauh dari
kami tentu lebih besar lagi perselisihan dan kesalahannya. Bersatulah wahai para
sahabat Muhammad, tulislah untuk semua orang satu imam (mushaf al-Qur’an
pedoman) saja”.
Ibnu Jarir mengatakan berkenaan dengan apa yang telah dilakukan Uisman : “Ia
menyatukan umat Islam dalam satu mushaf dan satu huruf, sedang mushaf yang lain
disobek. Ia memerintahkan dengan tegas agar setiap orang mempunyai mushaf yang
berlainan dengan mushaf yang disepakati itu membakar mushaf tersebut. Umat pun

mendukungnya dengan taat dan mereka melihat bahwa Utsman telah bertindak sangat
bijaksana.7
Dalam kitab “Manahil al-‘Irfan Fi ‘Ulum al-Qur’an” disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan Rasm al-Qur’an atau al-Mushaf adalah :
‫ران و ُحرُوْ فِه‬
‫آر ْس ُم‬
‫المصحف ي آُرا ُد به ال آوضْ ُع ال ِذى ارتآ آ‬
ِ ‫ضى ل آع ْنهُ فى ِكتآابآ ِة آكلِ آما‬
ِ ‫ضاه عُث آمان ر‬
ِ
ِ ُ‫ت الق‬
5

Manna’Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Mansyurat al-Hadits
al-‘Asr al-Hadits, hlm. 188.
6
Drs. H. Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta, hlm. 30.
7
Ibid.


" Rasm Mushaf yang dimaksud disini adalah kaidah yang disepakati oleh Utsman RA
dalam penulisan kalimat-kalimat al-Qur’an dan hurufnya”8
C. Pendapat Para Ulama Tentang Rasm Utsmani
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum rasm utsmani ini setelah kaidahkaidah tersebut usai ditulis. Perdebatan para ulama tentang ini adalah seputar hukum
rasm utsmani ini apakah dapat dihukumkan tauqifi, yaitu diajarkan langsung oleh
Rasulullah SAW atau ini adalah hasil ijtihad para sahabat terdahulu. Oleh karena itu,
perbedaan pendapat para ulama ini dibagi kepada tiga (3) golongan, diantaranya :
1.

Jumhur ulama berpendapat bahwa rasm utsmani adalah tauqifi,9 sehingga tidak

boleh menulis al-Qur’an selain dengan rasm utsmani ini. Dalil mereka berdasarkan
penunjukan Nabi orang-orang yang khusus menulis ayat yang diwahyukan kepada
Nabi, beliau memiliki sekretaris khusus untuk menulis ayat-ayat tersebut sehingga
menjadi rampung penulisannya menjelang beliau wafat. Kemudian dilanjutkan oleh
para Khulafa’ al-Rasyidin pewarisan al-Qur’an tersebut dengan berbagai terobosan
mereka seperti yang kita bahas sebelumnya. Walaupun berbeda generasi, al-Qur’an
tetap tidak berubah walau sedikitpun, hal ini menjadi jaminan Allah SWT tersendiri
terhadap wahyu tersebut. Dalam riwayat diceritakan tentang peletakan kaidah rasm
utsmani ini oleh Rasulullah SAW sendiri, yaitu Sabda beliau :

،‫ّح ْي آم‬
ِ ‫ آو آج ّو ِد الر‬، ‫ آو ُم ّد الرّحْ منآ‬،‫ آو آح ّس ِن لآ‬،‫ آو آل تُ آع ّو ِر ْال ِم ْي آم‬، ‫ق الس ْينآ‬
ِ ‫ آوا ْن‬،‫ف ْالقآلآ آم‬
ِ ‫ آو آح ّر‬،‫الدواةآ‬
‫ق آ‬
ِ ‫ آوفآ ّر‬،‫صب ْالبآا آء‬
ِ ‫أآ ْل‬
‫ فآإِنّهُ أآ ْذ ُك ُر لآكآ‬،‫ض ْع قآلآ آمكآ آعلآى أُ ُذنِكآ ْاليُ ْس آرى‬
‫ آو آ‬.
“ Pertemukanlah tinta, miringkanlah pena, tegakkan huruf ba’, pisahkan huruf sin,
jangan disembunyikan huruf mim, perbaiki kalimat Allah, panjangkan kalimat
rahman, perhatikanlah kalimat rahim, dan letakkan penamu ditelingamu sebelah kiri
agar aku mengingatkanmu tentang hal itu”.
Adapun ulama yang sepakat dengan tauqifinya rasm utsmani adalah Imam
Ibn al-Mubarak dalam kitabnya “al-Ibriz”, Abu ‘Amr ad-Dhani dalam karyanya “alMuqni” dan beberapa ulama lainnya. Alasan Ibn al-Mubarak tentang hal ini adalah
karena kekuatan dan rahasia yang tersimpan dibalik rasm tersebut.10 Penulisan huruf
8

Muhammad Abdul ‘Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan f ‘Ulum al-Qur’an Juz I, Kairo :
Darul Kutub al-Ilmi, hlm. 369.

9
Ibid, hlm. 377.
10
Shubhi Shalih, Mabahits f ‘Ulum al-Qur’an, Cet. IX, Beirut : Darul Kutub al-‘Ilmi : 1997,
hlm. 276.

Ya’ dalam kalimat (‫ )بِأآيي ٍد‬misalnya, mengandung rahasia bahwa kekuatan Allah SWT
berbeda dengan kekuatan manusia, maka ditambahkannya huruf ya’ pada kalimat
tersebut adalah sebagai penghormatan kepada-Nya.11
Imam Malik pernah ditanya tentang hukum menulis al-Qur’an dengan rasm
isthilahi, kemudian beliau menjawab :”Saya tidak sepakat dengan hal itu, menurut
saya al-Qur’an harus ditulis sesuai dengan tulisan pada periode pertama”. Abu Amr
ad-Dhani mengatakan bahwa tidak ada satupun ulama yang berseberangan dengan
pendapat Imam Malik ini. Bahkan Imam Sakhawi berkata bahwa pendapat Imam
Malik ini adalah pendapat yang benar, karena penulisan dengan model lain adalah
tindakan pembodohan dan terhadap keutamaan yang telah ditorehkan oleh ulama
periode pertama (sahabat).12
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa diharamkan menyalahi rasm
utsmani dalam penulisan wawu, alif, ya’, dan sebagainya. Sementara itu Imam anNaisaburi suatu ketika pernah mengatakan bahwa wajib bagi para ulama, qari, dan
penulis al-Qur’an untuk mengikuti rasm utsmani dalam penulisan al-Qur’an, karena
rasm ini adalah rasm Zaid bin Tsait dan beliau adalah sekretaris Rasulullah SAW dan
penulis wahyu.13
2.

Sebagian ulama mengatakan bahwa rasm utsmani adalah isthilahi, yaitu

berdasarkan ijtihad para sahabat, bukan tauqifi. Diantara ulama yang berpendapat
seperti itu adalah Imam Ibn Khaldun dalam “Muqaddimah”nya dan Qadhi Abu Bakar
al-Baqillani dalam “Nukat al-Intishar”. Pendapat mereka karena rasm utsmani ini
tidak ada dalil nash dari al-Qur’an, hadits atau perkataan ulama yang memerintahkan
dan melarang secara terang-terangan terhadap penulisan al-Qur’an dengan rasm
tertentu.
Menurut al-Baqillani, Rasulullah SAW tidak pernah memerintahkan para
sahabat untuk menulis al-Qur’an dengan satu bentuk tulisan, karena itulah banyak
perbedaan penulisan al-Qur’an dalam mushaf. Sebagian sahabat menulis kalimat
berdasarkan makharijul huruf, dan yang lain ada yang menambah atau mengurangi
tulisan tersebut, karena mereka tahu bahwa tulisan itu hanya ijtihad para sahabat.
11

Jalaluddin as-Shuyuthi, Al-Itqan f ‘ulum al-Qur’an, Beirut : Muassasah al-Kutub atTsaqafah: 1996, hlm. 448.
12
Muhammad Abdul ‘Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan f ‘‘lum al-Qur’an Juz I, Kairo :
Darul Kutub al-Ilmi, hlm. 451.
13
Ibid, hlm. 452.

3.

Kelompok ketiga berpendapat bahwa diperbolehkan bahkan diwajibkan bagi

orang awam untuk menulis al-Qur’an dengan model tulisan yang mereka kenal dan
pahami, agar tidak terjadi perubahan dan kesalahpahaman. Namun dalam waktu yang
sama, diharuskan menjaga dan melestarikan model tulisan rasm utsmani bagi kaum
terpelajar dan cerdik cendekia, sebagai sebuah bentuk penghormatan terhadap warisan
nenek moyang yang tak ternilai harganya.

D. Pengaruh Rasm Utsmani Terhadap Umat Islam
Terdapat berbagai dampak pengaruh setelah penulisan al-Qur’an dengan Rasm
Utsmani semenjak dicetuskannya pada masa khalifah Utsman bin Affan ra. Antara
lain
1. Menyatukan umat Islam dalam satu penulisan mushaf al-Qur’an yaitu Rasm
Utsmani.
2. Tertib susunannya sesuai dengan tertib ayat dan surat yang diajarkan oleh
Rasulullah, Sehingga tidak membingungkan masyarakat awam.
3. menjauhkan segala sesuatu yang bukan al-Qur’an, seperti tafsiran yang ditulis
sebagian sahabat dalam mushaf pribadinya seperti Ibnu Mas’ud dan lainnya.
4. Penyusunan mushaf standar atau yang dikenal dengan mushaf Utsmani terbukti
ampuh meminimalisir adanya perpecahan di tubuh umat Islam.
5. Dalam Mushaf Utsmani Rasm ditulis dengan menggunakan Rasm yang sebisa
mungkin mengakomodir perbedaan qira'at. Sehingga perselisihan akibat
perbedaan qira'at bisa diminimalisir.
6. Memelihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an sesuai dengan pola penulisan
al-Qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya.

PENUTUP

Setelah menyaksikan dan mempelajari dengan seksama tentang rasm utsmani ini
memanglah diperlukan untuk memelihara keaslian mushaf al-Qur’an dan lebih sesuai
dengan kondisi ummat, dan sebagai satu cara untuk melestarikan rasm utsmani,
kesepakatan para penulis al-Qur’an dengan rasm utsmani harus diindahkan dalam
pengertian menjadikannya sebagai rujukan yang keberadaannya tidak boleh hilang dari
masyarakat Islam. Sementara jumlah umat Islam dewasa ini cukup besar yang tidak
menguasai rasm utsmani. Bahkan, tidak sedikit jumlah ummat Islam yang mampu
membaca aksara arab. Mereka membutuhkan tulisan lain untuk membantu mereka agar
dapat

membaca

ayat-ayat

al-Qur’an,

seperti

tulisan

latin.

Namun

demikian rasm utsmani harus dipelihara sebagai standar rujukan ketika dibutuhkan.
Demikian juga tulisan ayat-ayat al-Qur’an dalam karya ilmiah, rasm utsmani mutlak
diharuskan karena statusnya sudah masuk dalam kategori rujukan dan penulisannya tidak
mempunyai alasan untuk mengabaikannya. Dari sini kita dapat memahami bahwa
menjaga keotentikan al-Qur’an tetap merujuk kepada penulisan mushaf utsmani. Akan
tetapi segi pemahaman membaca al-Qur’an bisa menggunakan penulisan yang lain
berdasarkan tulisan yang dalam proses penulisan al-Qur’an mulai dari zaman Rasulullah,
zaman khalifah Abu Bakar sampai khalifah Utsman bin Affan yang penulisnya tidak
pernah lepas dari Zaid bin Tsabit yang merupakan sekretaris Rasulullah SAW. Sehingga
secara historis hal ini membuktikan bahwa Allah SWT tetap menjaga dan memelihara
keotentikan al-Qur’an hingga akhir zaman nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Malik Hammad,Miftah al-Aman fiRasm al-Qur’an.
Manna’Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Mansyurat alHadits al-‘Asr al-Hadits.
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, Jakarta : CV. Indah Press.
Drs. H. Ramli Abdul Wahid,Ulumul Qur’an, Jakarta.
Muhammad Abdul ‘Azim Az-Zarqani, Manahil al-Irfan fi ‘Ulum al-Qur’anJuz
I,Kairo : Darul Kutub al-Ilmi.
Shubhi Shalih,Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Cet. IX, Beirut : Darul Kutub
al-‘Ilmi : 1997.
Jalaluddin as-Shuyuthi,Al-Itqan fi ‘ulum al-Qur’an, Beirut : Muassasah al-Kutub
at-Tsaqafah: 1996.