REKOMENDASI PENGEMBANGAN WISATA ALAM EDU

1

REKOMENDASI PENGEMBANGAN WISATA ALAM EDUKASI SUMBER
PODANG KABUPATEN KEDIRI MELALUI ANALISIS SWOT
Muhammad Raad Assidiqy1
1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Malang
Allow46@yahoo.com
ABSTRAK
Pengembangan pariwisata pada dewasa ini merupakan hal yang esensial dalam hal
kepariwisataan. Hal ini berkaitan dengan banyak hal, termasuk konservasi,
pemanfaatan, serta reservasi yang merupakan satu kesatuan pemanfaatan pariwisata.
Hal ini dimungkinkan apabila pariwisata dipandangan sebagai objek yang
berdayaguna dan dapat meningkatkan investasi atau pemasukan riil. Maka diperlukan
analisis dan pemikiran yang mencakup ketiga aspek diatas, yaitu salah satunya adalah
analisis SWOT atau Strength, Weakness, Opportunity, Threat. Melalui analisis
SWOT dimungkinkan pengembangan kepariwisataan menjadi terintegratif, total, dan
bersiklus. Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengembangan kawasan
sumberpodang dilakukan oleh penulis secara bertahap mulai dari 2014 hingga tahun

2016. Hasil yang didapatkan oleh penulis berupa pengembangan kawasan pariwisata
tersebut menjadi sebuah kawasan pariwisata integrative dan bertemakan wisata
edukasi. Penelitian yang dilakukan oleh penulis ditujukan sebagai analisis
rekomendasi tekstual dalam pengembangan kawasan sumber podang melalui
pertimbangan analisis SWOT.
Kata kunci: SWOT, pengembangan wisata, sumber podang, wisata edukasi integratif

PENDAHULUAN
Kabupaten

Kediri

merupakan

sebuah

kabupaten

dengan


kuantitas

sumberdaya alam yang melimpah, baik sumberdaya alam hayati maupun non-hayati.
Sumberdaya alam hayati dapat berupa kuantitas pangan yang bersifat konsumsi
seperti pertanian, perikanan, perkebunan, maupun kuantitas sumberdaya yang
aplikatif, seperti halnya kehutanan, pembangkit tenaga listrik dan sebagainya.
Sedangkan sumberdaya alam non-hayati semisalkan adalah barang tambang maupun
barang galian C yang kuantitasnya dapat digolongkan sebagai bahan ekonomis dalam
jumlah besar. Dari segi lainnya, kabupaten Kediri merupakan kawasan yang memiliki
kekhasan dalam hal bentangan alam. Hal ini dimungkinkan karena adanya beberapa
gunung api aktif yang berada pada kawasan tersebut. Sehingga pada setiap
periodenya menimbulkan keberagaman perubahan bentangan alamnya.

2

Bentang alam pada saat ini merupakan eksotisme tersendiri apabila ditinjau
dari segi kepariwisataan. Tendensi dan tren masyarakat akan pandangan
kepariwisataan lebih kepada wisata alam cenderung lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan wisata modern yang sifatnya wahana. Seiring dengan kondisi
yang sedemikian rupa, pengembangan kawasan-kawasan serta bentang alam menjadi

kawasan wisata mulai dilakukan seiring dengan berjalannya waktu, yang pada
umumnya dikenal sebagai kawasan ekowisata. Berbagai hal pun dilakukan agar
kawasan wisata alam menjadi jauh lebih bermakna dibandingkan hanya sekedar
berwisata, yaitu proses merger antara unsur wisata dengan unsur pendidikan atau
pengetahuan (education).
Salah satu wisata alam yang ada di kabupaten Kediri yang keberadaannya
mulai dikenal sebagai kawasan ekowisata adalah sumber podang. Dalam beberapa
decade, sumber podang menjadi kawasan wisata alam yang menyuguhkan
kewisataan alam yang memiliki eksotisme yang sangat baik. Potensi ini didukung
dengan keasrian kawasan alam lengkap dengan kondisi social masyarakat yang masih
sangat alami. Namun kondisi tersebut yang sangat alami tersebut justru menimbulkan
permasalahan minimnya pengunjung akibat minimnya fasilitas pendukung. Oleh
karena itu diperlukan analisis mendalam mengenai kelebihan ataupun potensi,
kekurangan, serta proyeksi pengembangan kawasan sumber podang agar menjadi
kawasan wisata yang terintegratif, yaitu kawasan ekowisata, lengkap dengan
prasarana edukasi dan fasilitas yang memadai. Sehingga pengelolaan kewisataan
dapat dilakukan seiring dengan bertambangnya jumlah pengunjung.
Sebagai bahan acuan dalam penulisan jurnal ini adalah analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, and Threat), yang bertujuan mengupas mengenai
potensi-potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata alam sumber podang, baik dari

segi kekuatan (kelebihan-strength), kelemahan (kekurangan-weakness), peluang
pengembangan (opportunity), serta ancaman (threat) yang akan dihadapi apabila
pengembangan maupun pembangunan kawasan wisata alam sumber podang
dilakukan. Analisis SWOT merupakan analisis terintegratif yang akan menempatkan

3

diri sebagai acuan dasar pengambilan kebijakan pengembangan maupun
pembangunan kawasan sumber podang. Oleh karena itu, segala bentuk rekomendasi
dalam jurnal ini didasarkan akan analisis SWOT yang telah dilakukan secara empiris
dan kepustakaan.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini merupakan metode library
research atau metode kepustakaan dengan memadukan dengan tinjauan lapangan
berkaitan dengan kawasan wisata yang sedang diteliti oleh penulis sejak tahun 2014.
Menurut Assidiqy, Penulisan jurnal library research didasarkan atas penelusuran
referensi atau disebut dengan research paper yang selanjutnya dijelaskan secara
kualitatif (Assidiqy, 2014:7). Sedangkan tinjauan lapangan dimaksudkan untuk
melakukan crosscheck data dengan temuan yang didapatkan dari hasil pustaka,
sehingga didapatkan analisis yang valid dan aktual. Penelitian ini dimaksudkan sebagai

pengembangan dari penelitian terdahulu dan merujuk pada beberapa bahan rujukan
yang sudah dihasilkan oleh penulis sejak tahun 2014. Oleh karena itu, subjek
penulisan berupa referensi, acara televisi, jurnal dan hasil penelitian berbagai
lembaga universal terkait, yang pencatatannya dilakukan secara runtut didalam
catatan referensi. Segala bentuk referensi berupa data dan informasi terkait menjadi
bahan utama penulisan jurnal ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekuatan (kelebihan-strength) yang dimiliki oleh kawasan wisata alam sumber
podang
Sumber podang merupakan salah satu wisata alam yang dimiliki kabupaten
Kediri. Terletak di dusun karangnongko, desa joho, kecamatan semen, kabupaten
Kediri. Sumber podang, atau pada dewasa ini disebut sebagai waterpark sumber
podang, merupakan wisata alam berbasis edukasi dan secara langsung terintegrasi
dengan hutan konservasi pinus, serta perkebunan manggis, kopi serta beragam
macam buah-buahan milik masyarakat. Sesuai dengan konsep wilayah, Menurut

4

Sumarmi, konsep wilayah adalah merupakan bagian tertentu dari permukaan bumi
yang memunyai sifat khas tertentu akibat hubungan khusus kompleks lahan, air,

udara, tanaman, binatang, serta manusia—sehingga tercipta homogenitas struktur
ekonomi dan sosial sebagai perwujudan kombinasi factor lingkungan dan demografis
(Sumarmi, 2012:18). Sehingga kawasan sumber podang dapat dikategorikan sebuah
kompleksitas kewilayahan, atau lebih jauh disebut dengan wilayah pariwiwsata
integrative. Disebut sebagai sumber podang, karena mayoritas banyaknya pohon
mangga berjenis podang yang ada di kawasan sekitar joho. Sehingga kuantitas
utamanya berupa manga podang, yang seringkali disebut sebagai manga premature
oleh sebagian orang, karena proses matangnya yang begitu cepat. Kondisi alam
disekitar sumber podang merupakan kawasan pertanian seperti halnya sawah tadah
hujan dan semi teknis, namun terdapat campuran kebun masyarakat yang memiliki
kuantitas buah-buahan yang melimpah.
Selama beberapa decade, perubahan nyata yang terlihat pada kawasan sumber
podang sangatlah lambat. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi kawasan yang
cukup terisolir. Dibandingkan kawasan yang ada dibawahnya, sumber podang
memiliki suasana yang jauh lebih kedesaan. Berada pada kawasan yang cukup tinggi,
menunjukkan bahwa sumber podang merupakan daerah yang sulit untuk
dikembangkan. Namun karena sumber podang merupakan kawasan wisata alam yang
berbasis edukasi, maka kawasan yang natural dan belum mengalami perubahan yang
signifikan justru mendukung keberlanjutan pengembangannya. Beberapa kekuatan
atau kelebihan yang dimiliki kawasan wisata sumber podang sebagai wisata alam

berbasis edukasi adalah:
1. Merupakan kawasan wisata yang berada pada daerah beriklim tropis dataran
tinggi sehingga menyebabkan varietas-varietas produk perkebunan menjadi
tumbuh subur. Menurut Martı´n dalam bukunya WEATHER, CLIMATE AND
TOURISM:A Geographical Perspective (Martı´n, 2004:578-579):
Climate can also be an attraction in itself and plays a decisive
role in the selection of destinations. When tourists are thinking

5

about buying a product, they weigh up its different elements,
such as resources, infrastructure, services, and price. The
climate is also evaluated in this process, as it is a natural
resource that usually forms a part of the product (Martı´n,
2004:578-579).
Sehingga dapat dikonklusikan bahwa kondisi iklim sangat berpengaruh
terhadap minat wisatawan pada kawasan atau resort wisata tertentu. Sebagai
bahan pertimbangannya, kondisi iklim menjadi tolok ukur bagaimana
rekomendasi suatu wilayah dapat dijadikan referensi tujuan wisata selain
biaya, dan sebagainya. Seperti halnya kondisi yang terlihat pada sumber

podang, perkebunan masyarakat seperti manggis, durian, manga, dan jenis
tanaman perkebunan menunjukkan bahwa kondisi iklim tropis yang baik.
Komoditas utama tersebut secara langsung merupakan keunggulan yang
dapat ditawarkan sebagai produk jual yang menarik wisatwan untuk dapat.
Mengingat komoditas produk manga yang memiliki kekhasan dibandingkan
dengan kawasan lainnya yang meskipun serupa.
2. Menurut Williams, (Williams, 2009:13-14):
Most tourists choose destinations for a diversity of purposes
and will combine more than one form of experience within a
visit. One of the intractable Tourism, geography and
geographies of tourism problems of isolating generalities
within patterns is that the real-world complexity of tourism
admits a whole spectrum of motives and behaviours that in
many cases will co-exist within visits. So, for example, the
business traveller may visit friends, take in a show or tour a
museum, alongside the business meetings that provide the
primary motive for the trip.
Variasi lokasi yang bermacam-macam, mulai dari perkebunan, peternakan,
persawahan, kehutanan, camp ground, sungai, areal wisata desa, air terjun,
yang terintegrasi dalam satu wilayah atau suaka sumber podang tersebut.


6

Perkebunan misalkan perkebunan manga, perkebunan manggis, perkebunan
dengan komoditas nilai jual yang cukup tinggi. Areal perasawahan
masyarakat yang menambah kesan alami sebagai jati diri wisata alam.
Peternakan lebah salah satunya menjadi pilar dan identitas edukasi yang
dimiliki wisata alam sumber podang, hal ini ditunjukkan dengan adanya
campur tangan penduduk yang mengadakan tour mengenai sarang lebah dan
produksi madu. Air terjun yang terintegrasi dengan kawasan sumber podang,
seperti halnya irenggolo merupakan air terjun yang berpotensi untuk
dilakukan proses merger dengan kawasan suaka sumber podang untuk
memperluasnya.
3. Masyarakat yang mendukung dan justru mengintegrasikan kawasan-kawasan
mereka untuk dijual (dalam artian sebagai wana wisata). Hal ini ditunjukkan
dengan adanya kebun-kebun serta komoditas hutan yang dibuka untuk
pengunjung untuk dapat menikmati hasil kebun. Selain itu masyarakat juga
menjadi dan ikut andil bagian dalam hal pengelolaan kawasan tersebut.
Keberadaan kekuatan ataupun kelebihan kawasan sumber podang tersebut
mendukung terciptanya kawasan wisata alam yang terintegratif, baik dari segi

kualitas alam, maupun sosialnya. Namun analisis mendalam berkaitan dengan sisi
lain dari sebuah kawasan wisata sebagai rekomendasi pengembangan kawasan wisata
secara menyeluruh.
Kelemahan (kekurangan-weakness) yang dimiliki kawasan wisata alam sumber
podang
Berdasarkan analisis mengenai kekuatan ataupun kelebihan yang dimiliki
kawasan sumber podang, maka dapat dianalisis pula kelemahan yang dimiliki. Hal
ini dikarenakan setiap bentuk kawasan baik kawasan wisata ataupun non-wisata pasti
memiliki kekurangan dari berbagai sisi. Sehingga ditilik kembali, apabila
dikembangkan untuk suatu sisi tertentu dapat dimungkinkan untuk tidak terdapat
kekurangan, namun apabila ditilik dari sisi yang lainnya pasti terdapat kelemahan
ataupun kekurangan. Sebagai contohnya, kawasan yang dekat dari pemukiman sangat

7

cocok untuk dijadikan atau dikembangkan dalam hal usaha atau spot perekonomian.
Hal ini disebabkan karena tempat yang mendekati pasar sangat cocok dengan usaha
yang berbasis penjualan atau kegiatan ekonomi. Namun apabila dilakukan
pengembangan kepada segi peternakan, maka akan memiliki kelemahan dari sisi
sosialnya karena bau yang ditimbulkan dapat mengganggu masyarakat sekitarnya.

Dari segi kelemahan atau kekurangan yang dimiliki kawasan wisata alam
sumber podang memiliki tendensi dan kecenderungan lebih kepada kualitas fisik dan
social yang dinilai dapat menghambat perkembangan kawasan pariwisata. Beberapa
hal yang dapat menghambat pengembangan kawasan wisata dikarenakan kekurangan
atau kelemahan wisata sumber podang adalah sebagai berikut:
1. Kualitas lingkungan yang masih terintegrasi dengan masyarakat. Hal tersebut
bukan hanya berdampak positif karena keikutsertaan masyarakat dalam hal
pengelolaan, namun juga berdampak negative pada kawasan wisata sumber
podang tersebut. Dampak negative yang ditimbulkan dengan adanya
penyatuan antara kawasan wisata dengan kawasan masyarakat adalah kendala
lambatnya pengembangan yang akan dilakukan. Sebagai contohnya apabila
kawasan akan dikembangkan, namun terkendala dalam masalah perluasan,
pasti akan berbenturan dengan kawasan permukiman warga.
2. Kontur

kawasan

yang

sangat

terjal,

yang

akan

menyebabkan

pengembangannya sedikit mengalami kendala. Dapat dipastikan apabila
pengembangan tidak memerhatikan unsur tersebut. Strategi tepat guna yang
dapat menyelaraskan antara pengembangan dan perombakan kawasan yang
akan menyebabkan pembekakan pendanaan. Hal inilah yang seringkali
membuat kawasan pariwisata menjadi amat mahal dan menurunkan minat
kunjungan wisatawan.
3. Berada pada disekitar kawasan pariwisata-pariwisata dengan aksesbilitas
tersulit karena terdapat pada daerah dataran tinggi yang minim dengan
fasilitas penunjang seperti halnya SPBU maupun supermarket. Hal tersebut
dinilai dapat menurunkan minat wisatawan yang ingin berkunjung ke

8

kawasan wisata sumber podang. Aksesbilitas merupakan sekian benyak
permasalahn kompleks yang dihadapi sebuah kawasan pariwisata. Apabila
aksesbilitas sulit, maka wisatawan akan cenderung menurun dan mengurangi
daya tarik. Sedangkan fasilitas penunjang juga sangat krusial untuk dapat
mensupport kawasan wisata tersebut. Seperti halnya SPBU akan berpengaruh
besar terhadap pertimbangan wisatawan untuk singgah ke kawasan tersebut.
Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kawasan sumber podang, menjadikan
bahan pertimbangan dalam hal pengembangan kedepannya agar tidak menimbulkan
permasalahan yang baru dan pelik.
Peluang pengembangan (opportunity) yang dimiliki kawasan wisata alam
sumber podang
Sebuah konklusi yang dapat ditarik sebagai tindak lanjut dari kelebihan
ataupun kekuatan dan kelemahan ataupun kekurangan kawasan wisata sumber
podang adalah peluang pengembangannya. Hal ini dikarenakan factor-faktor yang
mutlak dipertimbangkan adalah kelebihan dan kekurangan, yang dianalogikan
sebagai nilai tambah dan nilai kurang suatu produk, sehingga dapat ditarik sebuah
kesimpulang mengenai harganya. Peluang pengembangan sejatinya terfokus pada
peningkatan kualitas, bukan pada kuantitasnya. Karena apabila ditilik kembali arti
kata pengembangan berarti sebagai development bukan extension. Maka dalam hal
ini peluang pengembangan yang dimiliki oleh kawasan wisata sumber podang lebih
ditekankan karena didasarkan pada nilai plus dan minus yang dimiliki oleh kawasan
sumber podang itu sendiri. Beberapa peluang pengembangan yang dimiliki oleh
kawasan wisata alam sumber podang adalah:
1. Pengembangan kawasan wisata edukasi yang mencakup semua sisi yang ada
disekitarnya, termasuk kawasan air terjun, taman bunga, perkebunan,
peternakan lebah, serta pengelola areal persawahan. Hal ini akan menciptakan
kawasan ecowisata yang memiliki basis edukasi. Selain itu integrasi atau
penggabungan mengindikasikan konsep pariwisata yang menyeluruh, dan

9

tidak menimbulkan kebosanan apabila dibandingkan dengan wisata yang
mengutamakan satu wisata utama saja, misalkan seperti candi Borobudur
ataupun pagora, yang hanya menyuguhkan satu wahana saja. Konsep terbaik
dalam hal pariwisata adalah pengunjung dapat menikmati ragam situs yang
tinggi, sehingga ketika wisatawan bergerak pada suatu tempat lainnya,
mereka akan menemukan tempat yang baru lagi, dan notabene berbeda
dengnan kawasan utama. Namun pengelolaan yang terbaik didasarkan pada
system terintegrasi yang mana dimaksudkan untuk memudahkan arah
pengembangan. Dengan pengembangan kawasan wisata sumber podang kea
rah ecowisata edukasi sumber podang, maka dinilai sumber podang
berpeluang mengembangkan dua garis besar kewisataan, yaitu wisata alam
dan wisata edukasi yang pada dewasa ini sudah sangat marak.
2. Pengembangan produk hilir yang berbasis pengelolaan pribadi. Seperti yang
telah dijelaskan diatas, bahwa kawasan wisata sumber podang merupakan
kawasan wisata yang memiliki produksi komoditi utama berupa manga
podang dan buah-buahan yang berasal dari perkebunan masyarakat. Hal ini
akan terkesan biasa apabila buah-buahan tersebut dijual mentah.
Sebagaimana teori ekonomi, bahwa hal-hal yang dapat melemahkan nilai jual
adalah penjualan barang itu sendiri dalam bentuk masih mentah (belum diolah
kedalam bentuk lain). Sebagai contohnya, kampong coklat di blitar, pada
awalnya hanya menjual produk kokoa mentah, baik yang berasal dari pohon,
atau bahkan hanya pohon kokoa saja. Hal tyersebut menimbulkan rendahnya
minat wisatawan untuk dapat berkunjung ke kampong coklat tersebut,
meskipun komoditi coklat merupakan kekhasan yang utama dari kawasan
tersebut. Sejak dikembangkan kearah pengolahan tingkat lanjut, berupa
produk-produk olahan dari coklat, seperti susu coklat, mie coklat, pop corn
coklat, produk-produk olahan lainnya yang berbahan baku coklat, serta
dikembangkan kearah wisata edukasi (karena dilengkapi dengan pembuatan
alur sejarah coklat) maka kawasan tersebut menjadi sangat ramai dikunjungi
wisatawan. Kondisi tersebut menjadi bukti, bahwa apabila kawasan sumber

10

podang dikembangkan menjadi kawasan yang bukan hanya sekedar memiliki
kekhasan berupa produksi komoditi manga dan buah-buahan yang dijual
mentah saja, namun dapat diolah menjadi produk-produk olahan yang
berbasis local pengelolaannya, maka dapat dipastikan bahwa sumber podang
akan menjadi kawasan wisata yang dikenal akan kekhasannya mengenai
produk-produk hulu dan hilir yang unggul, dimana wisatawan tidak hanya
mencari unsur “hiburan” saja, namun konsep oleh-oleh yang akan di-merger
dengan wisata justru akan meningkatkan daya jual wisata tersebut (sebagai
contohnya malioboro-yang eksis dikarenakan produk hilir berupa oleh-oleh
yang unik).
3. Pengembangan kearah desa wisata atau wisata alam berbasis desa.
Pengembangan kawasan wisata sumber podang menjadi desa wisata
sebenarnya tidak terlepas pada konsep pengembangan yang pertama berupa
wisata edukasi, namun terkait dengan bagaimana totalitas sebuah wisata dapat
menjadi daya tarik bagi pengunjung. Keberadaan sumber podang sebagai
wisata alam dengan spot-spot alami yang masih sangat alami menjadikan
kawasan tersebut unggul apabila dikenbangkan menjadi kawasan wisata
berbasis desa. Kawasan wisata berbasis desa adalah pengembangan wisata
menjadi wisata yang mengikutsertakan pengunjung untuk mengikuti aktivitas
di desa dalam 24 jam penuh, termasuk menginap di kawasan desa tersebut.
Sumber podang sebagai wisata yang akan dikembangkan kea rah wisata alam
edukasi terintegrasi maka akan memungkinkan dilakukan pengembangan
kearah tersebut, mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan yang
berintegrasi dengan masyarakat dan perhutani. Dengan menggandeng ketiga
pihak tersebut, maka pengembangan secara totalitas kearah desa wisata dapat
dikembangkan, dengan kontribusi masing-masing pihak dalam proses
realisasinya. Namun pengembangan tersebut harus diimbangi dengan
perombakan besar-besaran mulai dari fasilitas yang disediakan oleh kawasan
wisata, seperti parkir, hall-hall, SPBU, ATM, dan fasilitas yang basisnya
sekunder. Pembangunan cottage, restaurant, jalur jalan, pembangunan rumah-

11

rumah warga melalui konsep kedesaan yang harus dilakukan oleh pihak-pihak
terkait (notabene memerlukan negosiasi lanjut) karena masyarakat beleum
tentu mau dilakukan kerja sama mengenai suatu konsep yang akan merubah
gaya hidup mereka. Sebagai contoh pengembangan kawasan wisata desa yang
sukses adalah pengembangan kawasan wisata desa di spanyol, yang
mengusung tema film “smurf” bahwa desa secara menyeluruh dicat berwarna
biru dan berkonsep film tersebut. Pengelolaannya diserahkan kepada
masyarakat dan pemerintah daerah kawasan spanyol tersebut. Konsep
tersebut mengikutsertakan masyarakat hidup di desa tersebut selama beberapa
hari mengikuti aktivitas masyarakat di kawasan tersebut. Alhasil kawasan
desa tersebut menjadi sangat mendunia karena konsep wisata desa tersebut.
Sehingga apabila kawasan wisata sumber podang dapat dikembangkan kearah
desa wisata akan memiliki keunggulan.
Peluang yang muncul merupakan pengembangan dari fungsi kelebihan yang dimiliki
oleh kawasan wisata alam sumber podang. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
kelebihan dan kekurangan yang secara langsung digabungkan. Sehingga
memunculkan sebuah peluang pengembangan tertentu yang mengangkat kelebihan
kawasan dan menghindari fungsi kelemahan atau kekurangan yang dapat
menurunkan nilai jual atau daya tarik kepariwisataan.
Ancaman yang timbul (threat) akibat pengembangan kawasan wisata alam
sumber podang
Setiap hal yang dikembangkan pada dasarnya akan menimbulkan efek
samping atau dampak yang mana dapat dikategorikan sebagai ancaman. Ancaman
dalam artian bahwa hal yang dapat merusak kestabilan kawasan, baik dari segi alam
maupun sosialnya. Sebagaimana contohnya, permasalahan-permasalahan perubahan
alam akibat pembangunan kawasan pariwisata sudah sangat marak terjadi. Hal ini
disebabkan pengunjung atau wisatawan yang singgah memiliki kepribadian yang
bermacam-macam, terdapat pengunjung yang menghormati dan menaati peraturan
yang telah ditetapkan pengelola, ada yang cenderung ingin bebas karena merasa

12

mereka telah membayar retribusi. Adakalanya ancaman yang timbul dikarenakan
memang pembangunan yang dilakukan pada kawasan wisata tersebut memiliki
dampak yang cukup signifikan. Namun pendapatan yang dihasilkan dinilai dapat
menutup kemungkinan kerusakan ataupun ancaman yang ditimbulkan sehingga
pembangunan maupun pengembangan tetap dilanjutkan.
Ancaman merupakan factor yang diperhitungkan sebagai evaluasi, karena
sifatnya sebagai warning atau perkiraan terburuk yang dapat terjadi apabila
pengembangan sudah dilakukan. Bahkan dalam kasus yang lainnya, seperti pada
permasalahan DAS, system warning menjadi sangat penting untuk diadopsi, dan
kecenderungannya ada secara alami dan buatan. Menurut Asdak, diperlukan tiga
pendekatan untuk dapat melakukan perumusan dan perbaikan kebijakan pengelolaan
sumberdaya—yaitu dengan pendekatan pengembangan perangkat pemantauan
sehingga dapat memberikan peringatan dini terhadap aktivitas pembangunan yang
tidak sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan, pendekatan pengembangan
mekanisme praktis yang mampu menentukan penyebab atau hasil pembangunan yang
tidak berkelanjutan, serta pendekatan pengembangan mekanisme adaptasi dan
pemilihan kebijakan pengelolaan yang telah memerhatikan aspek ekonomi dan sosial
yang relevan dengan permasalahan pada pendekatan kedua (Asdak, 2010:530-531)
Beberapa kemungkinan ancaman yang ditimbulkan akibat pengembangan kawasan
wisata sumber podang adalah:
1. Kerusakan lingkungan disekitar kawasan integrative sumber podang.
Pengembangan kawasan sumber podang sudah tentu akan mengintegrasikan
kawasan-kawasan wisata disekitarnya, yang juga akan merombak struktur
alam termasuk jalan, kawasan wisata, dan rombakan wahana didalamnya.
2. Merubah kepribadian masyarakat yang masuk dalam pengelolaan. Halm ini
dimungkinkan masyarakat akan cenderung bersikap layaknya orang asing,
dan meninggalkan kebudayaan asli mereka. Termasuk didalamnya terdapat
unsur persaingan yang tidak sehat karena penglolaannya melibatkan

13

masyarakat termasuk whana yang ditawarkan juga melibatkan kepemilikan
masyarakat.
3. Klaim yang tidak jelas akan menimbulkan harga-harga di kawasan tersebut
menjadi sangat mahal karena memiliki prospek yang tinggi. Harga yang
cenderung tinggi akan merusak harga pasaran, dan justru masyarakat disekitar
tersebut akan berperilaku one time to sold atau lebih memilih melepaskan
tanahnya untuk dijual. Hal ini akan menyebabkan akan terjadi pengaturan
harga yang tidak berpihak kepada masyarakat.
4. Ekspliotasi terhadap sumberdaya yang ada di kawasan tersebut, termasuk air,
tanah, serta tumbuh-tumbuhan. Eskploitasi tersebut berkaitan dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan wisatawan saat berkunjung
ke sumber podang. Seperti halnya air, apabila pengembangannya dilakukan
secara penuh, pembangunan kamar mandi mutlak dilakukan maka akan
mengekspoitasi air secara besar-besaran. Selain itu karena komoditas
utamanya merupakan buah manga, maka pasti karena merupakan kekhasan,
oleh-oleh yang mutlak dibutuhkan. Karena banyaknya permintaan, maka
akan terjadi eksploitasi mengenai pemenuh kebutuhan oleh-oleh tersebut.
Ancaman –ancaman diatas muncul akibat aktivitas peluang pengembangan yang
sudah dilakukan. Menurut Sumarmi, perkembangan awal kehidupan manusia sangat
tergantung pada alam, perkembangan selanjutnya saling memengaruhi antara
manusia dan alam, dan pada masa mendatang diperkirakan dominasi manusia
terhadap perubahan lingkungan cenderung meningkat (Sumarmi, 2012:39). Sehingga
untuk rekomendasi pengembangan diperlukan adopsi keempat nilai analisis SWOT
tersebut agar tidak saling berbenturan dan justru melemahkan nilai dari kawasan
wisata itu sendiri.
Rekomendasi

pengembangan

kawasan

wisata

alam

sumber

podang

berdasarkan analisis SWOT
Pariwisata atau sector kepariwisataan sesungguhnya memiliki sebuah
kekhasan berupa mudah mati atau perishable. Menurut Boniface dalam bukunya

14

Worldwide Destinations: The geography of travel and tourism menyebutkan bahwa
(Boniface, 2009:36):
Tourism resources are perishable. Not only are they vulnerable to
alteration and destruction by tourist pressure but in common with
many service industries, tourism resources are also perishable in
another sense. Tourist services such as beds in accommodation, or
ride seats in theme parks are impossible to stock and have to be
consumed when and where they exist. Unused tourism resources
cannot be stored, hence the development of yield management systems
to maximise the consumption of resources.
Maka dapat dikatagorikan bahwa suatu kawasan pariwisata akan mati apabila
dibiarkan saja tanpa adanya pengembangan yang signifikan, termasuk variasi
“produk” pariwisata. Dalam suatu pengembangan diperlukan analisis yang cukup
memerhatikan sisi-sisi penting kepariwisataan, seperti manajemen, akomodasi, serta
beberapa fasilitas yang terkait kepariwisataan tersebut.
Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan dengan mengakumulasi nilai
Strength, Weakness, Opportunity, and Threat, maka dapat dianalisis mengenai
rekomendasi pengembangan wisata alam sumber podang. Hal ini dikarenakan
akumulasi nilai tersebut diperlukan dalam rangka penentuan arah pengembangannya.
Sebagai asumsi bahwa, pengembangan kawasan wisata apabila hanya didasarkan
pada satu pertimbangan saja. Pembentukan kawasan wisata berdasarkan
kelebihannya saja pasti akan berbenturan dengan permasalahan-permasalahan.
Analisis SWOT memberikan solusi dalam rangka pembangunan wilayah yang
menyeluruh, termasuk sebagai upaya preventif mengenai pengembangan tertentu.
Antisipasi dinilai merupakan hal yang sangat penting karena antisipasi yang telat
justru akan menguras waktu dan membuat pekerjaan pengembangan tidak efektif.
Menurut Hariyanto dan Tukidi, Konsep pengembangan wilayah di Indonesia
lahir dari suatu proses interaktif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman

15

teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang
dinamis atau dengan kata lain, konsep pengembangan wilayah di Indonesia
merupakan penggabungan dari berbagai teori dan model yang selalu berkembang
yang telah diujiterapkan yang selanjutnya dirumuskan kembali menjadi suatu
pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembangunan di
Indonesia (Hariyanto dan Tukidi, 2007:1-2). Sehingga rekomendasi pengembangan
kawasan sumber podang kedepannya berdasarkan analisis SWOT, cenderung
dikembangkan kedalam segi pengembangan ekowisata berbasis edukasi yang
mengikutsertakan masyarakat sebagai pengelola dibawah pengawasan pemerintah
daerah dan pihak perhutani. Pengembangan ini didasarkan atas analisis yang
menunjukkan bahwa kawasan wisata alam sumber podang cenderung memiliki
kelebihan dalam hal wisata alamnya. Pada dewasa ini scene atau pemandangan
merupakan hal yang marak untuk diperjualbelikan dibandingkan wahana. Wisata
yang seperti ini dinamakan sebagai ekowisata atau wisata alam. Biasanya wisata alam
dipadukan dengan adanya edukasi ataupun pembelajaran mengenai suatu hal. Hal
yang dapat diakumulasikan pada kawasan wisata sumber podang
Mengembangkan kawasan wisata sumber podang tidak bias secara serta
merta dilakukan tanpa adanya pertimbangan secara baik. Hal ini dikarenakan tidak
adanya kebijakan pemerintah daerah kabupaten Kediri untuk pengelolaan serta
pembebasan komunitas masyarakat yang ada disekitar kawasan. Apabila diteruskan
untuk dilakukan pengembangan, maka masyarakat sekitar akan merasa terpinggirkan
dan cenderung merongrong dengan usaha mereka sendiri. dengan hal tersebut lah
terdapat kecenderungan suatu pariwisata akan mengalami collapse dan tidak tertata.
Sehingga strategi khusus dalam pengembangan kawasan wisata sumber podang
mutlak diperlukan. Beberapa strategi khusus yang diperlukan dalam pengembangan
kawasan wisata sumber podang yang berbasis ecowisata edukasi adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan kawasan wisata sumber podang dengan mengadopsi seluruh
wisata-wisata yang ada di sekitarnya, seperti air terjun dan taman Bungan

16

yang ada di kawasan yang lebih rendah dibandingkan kawasan tersebut.
Gunanya adalah untuk memvariasi lebih banayk kawaan ekowisata sumber
podang yang bertujuan agar wisatawan yang berkunjung tidak mengalami
kebosanan mengenai wahana atau wisata yang disuguhkan.
2. Menghasilkan wisata edukasi yang berbasis kuliner olahan produk kekhasan
wilayah pariwisata sumber podang, yaitu manga podang. Olahan tersebut
dapat berupa manisan, selai, dan lain sebagainya. Namun pengelolaannya
ditunjang oleh keikutsertaan masyarakat sekitar kawasan wisata sumber
podang agar pemberdayagunaan tenaga kerja dan antisipasi sifat masyarakat
yang dianaktirikan.
3. Membangun fasilitas public seperti ATM, SPBU, restaurant agar mencukupi
kebutuhan-kebutuhan pengunjung atau wisatawan saat berkunjung ke
kawasan wisata wumber podang. Meskipun terkesan biasa dan kecil, fasilitasfasilitas penunjang tersebut dapat memengaruhi minat wisatawan untuk hadir
di kawasan wisata. Dapat dibayangkan apabila fasilitas-fasilitas diatas tidak
ada, maka keterbatasan akses juga akan dimungkinkan.
4. Meminimasikan kontak antara wisatawan dengan penduduk local melalui
penentuan atau penetapan zonasi atau mintakat terhadap kawasan wisata
sumber podang kedalam 3 zonasi utama agar tidak terdapat kerancuan serta
terpengaruhnya masyarakat atau penduduk local dengan kawasan wisata. Hal
ini untuk menghindari culture lag antara masyarakat local dengan masyarakat
wisatawan. Kawasan wisata terbagi atas 3 zonasi, yang pertama zona kawasan
wisata, kedua zona kawasan administrative kewisataan, serta zona ketiga
kawasan masyarakat local. Ketiga zonasi ini secara penuh dikelola oleh
developer wisatawan dengan upaya pemberdayaan kawasan sekitar.
5. Yang terakhir adalah input fungsi reservasi dan perbaikan lingkungan dari
pendapatan yang dihasilkan. Revenue atau pendapatan harus dilakukan
kontribusi kepada lingkungan. Hal tersebut merupakan satu kesatuan dari
ecowisata yang mana memanfaatkan lingkungan dan memperbaiki
lingkungan agar berkelanjutan.

17

Konsep-konsep pengembangan kawasan wisata alam sumber podang berdasarkan
analisis SWOT diatas merupakan analisis pengembangan yang masih sederhana dan
memerlukan pengembangan yang lebih jauh lagi dan kompleks.
PENUTUP
Berdasarkan analisis diatas, maka kawasan wisata sumber podang dapat
dikembangkan kearah kawasan ecowisata berbasis edukasi yang terintegrasi.
Pengembangannya dilakukan atas dasar pengelolaan bersama, dan memperdayakan
masyarakat sekitar. Pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang juga mutlak
diperlukan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan untuk dapat mengunjungi
kawasan wisata sumber podang. Jurnal ini merupakan gagasan analitik yang dapat
digunakan sebagai acuan pengembangan kawasan wisata sumber podang kearah yang
lebih baik melalui analitik-analitik lainnya pada penelitian maupun gagasan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Assidiqy, Muhammad Raad. 2014. Urgensi Peran Pemerintah Dalam Mengatasi
Permasalahan Korupsi Sebagai Upaya Menciptakan Masyarakat Yang
Beradab Di Indonesia. Malang: FIS UM.
Boniface, Brian, Chris Cooper and Robyn Cooper. 2009. Worldwide Destinations:The
geography of travel and tourism. New York: Routledge.
Hariyanto dan Tukidi. 2007. Konsep Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang
Indonesia di Era Otonomi Daerah.Semarang: Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
Marti´n, Bele´n Go´mez. 2004. WEATHER, CLIMATE AND TOURISM:A
Geographical Perspective. Great Britain: Annals of Tourism Research,Vol.
32, No. 3, pp. 571–591, 2005 ELSEVIER.
Sumarmi. 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang. Aditya Media
Publishing.
Williams, Stephan. 2009. Tourism Geography:Second edition. New York:
Routledge.