BAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN - DOCRPIJM 2fe549da9c BAB VIBAB VI Keuangan

BAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN

6.1. Petunjuk Umum

  Analisis kapasitas keuangan daerah ini adalah studi mengenai aspek keuangan dalam rangka penyusunan RPIJM. Analisis digunakan dalam membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten. Yang meliputi:

  1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun.

  2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.

  3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru. Dalam pembahasan ini juga diperhatikan hasil total atau produktifitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan masyarakat secara menyeluruh tanpa melihat penyedia dana dan masyarakat penerima hasil. Pembahasan aspek keuangan memperhatikan hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua yang dipakai dalam proyek-proyek untuk masyarakat yang meneriman hasil proyek tersebut.

  Arah kebijakan keuangan daerah Kabupaten Malinau meliputi arah pengelolaan (a.) Belanja Daerah yang meliputi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung, (b.) Pengelolaan Pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah,Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain Yang Sah,(c.) Pengelolaan Pembiayaan Daerah yang meliputi Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

6.1.1 Arah dan Kebijakan Belanja Daerah

  Belanja daerah diarahkan pada peningkatan proposi belanja yang memihak kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Dalam penggunaannya, belanja daerah harus tetap mengedepankan efisiensi, efektifitas dan penghematan sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan program-program strategis daerah. Pengelolaan belanja daerah merupakan bagian dari pelaksaaan program dan kegiatan pembangunan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan. Kebijakan pengelolaan belanja daerah secara bertahap didasarkan pada anggaran berbasis kinerja dengan orientasi pada pencapaian hasil, serta prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas Komponen belanja terbagi atas belanja aparatur dan belanja modal dan komponen belanja yang digunakan dalam struktur APBD meliputi:

  (1) Kebijakan Belanja Langsung diarahkan untuk:

  a. Mempercepat terwujudnya visi,misi dan tujuan dan sasaran pembangunan 2014 -2018 terutama peningkatan mutu sumberdaya manusia melalui penyediaan layanan pendidikan dan kesehatan, serta mendorong peningkatan perekonomian masyarakat; b. Mendorong pengembangan ekonomi lokal melalui percepatan pembangunan ekonomi berbasis kepulauan, dan memperkuat pemberdayaan ekonomi masyarakat;

  c. Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana daerah untuk meningkatkan daya saing daerah dan mendorong pemerataan pembangunan. (2) Kebijakan belanja tidak langsung diarahkan untuk:

  a. Meningkatkan efisiensi, efektivitas mutu dan nilai tambah dalam pelayanan umum dan administrasi pemerintahan; b. Melaksanakan kegiatan tugas pokok dan fungsi SKPD yang memenuhi kriteria kesesuaian antara masukan dan daya dukung setiap unit kerja, antara keluaran dan manfaat yang dirasakan masyarakat, serta antara dampak dan nilai tambah bagi kemajuan daerah; c. Meningkatkan efektivitas organisasi dengan kriteria kegiatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja, tidak terjadi tumpang tindih, dan dapat mendorong keterpaduan tindakan antar unit. Dari struktur belanja Daerah Kabupaten Malinau Tahun 2014 -2018 belanja langsung yang ditujukan untuk meningkatkan pelayanan publik rata-rata mencapai Rp 692.582,42 juta pertahun atau 75,14 persen dari total belanja daerah. Bagian terbesar dari belanja langsung digunakan untuk belanja modal dengan rata-rata pertahun sebesar Rp 465.142,46 juta atau 50,66 persen dari total belanja daerah, dan belanja barang dan jasa dengan rata-rata pertahun sebesar Rp 179.649,84 juta atau 19,73 persen dari total belanja daerah. Selama periode 2008 -2012 total belanja daerah meningkat dari Rp

  1.157.077.377.145 juta pada tahun 2009 menjadi Rp 1.551.261.035.531,76 juta pada tahun 2012 atau meningkat rata-rata 25.41 persen pertahun. Pertumbuhan belanja tidak langsung sebesar 29,39 persen pertahun dan belanja langsung sebesar 26,33 persen. Sementara belanja tidak langsung rata-rata mencapai Rp 225.347,33 juta pertahun atau 24,86 persen dari total belanja daerah. Belanja pegawai rata-rata sebesar Rp 146.954,12 juta pertahun atau 16,14 persen dari total belanja daerah.

  Struktur belanja tersebut menunjukkan bahwa belanja daerah sebagian besar diarahkan untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang langsung ditujukan untuk meningkatkan pelayanan publik dan mendorong peningkatan kesejahteraan dan percepatan pembangunan daerah.

Tabel 6.1 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Malinau Menurut Jenis Belanja Tahun 2008-2012 (Rp Juta) 2008 2009 2010 2011 2012 BELANJA DAERAH Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

TOTAL BELANJA 1,093,113.54 1,156,845.02 1,065,078.16 1,237,931.94 1,550,605.81

A. Belanja Tidak Langsung 251,816.37 269,751.47 316,790.79 369,634.80 535,017.82

  1 Belanja Pegawai 160,121.54 184,884.71 216,219.64 262,393.39 319,984.78

  2 Belanja Bunga - - -

  • 3 Belanja Subsidi 11,898.79 20,024.30 25,143.35 22,001.20

  4 Belanja Hibah 1,320.77 933.48 - 24,123.11 55,119.90

  5 Belanja Bantuan Sosial 18,834.55 22,851.22 38,622.14 38,974.41 14,260.98

  6 Belanja bagi Hasil Kepada - -

  • Desa

  7 Belanja Bantuan Keuangan 71,539.51 50,116.75 40,554.60 18,973.54 120,075.30 Desa

  8 Belanja Tidak Terduga 436.63 - - 27.00 3,575.66

B. Belanja Langsung 841,297.17 887,093.55 748,287.37 868,297.14 1,015,587.99

  1 Belanja Pegawai 69,583.74 75,257.73 70,599.80 57,958.54 85,052.66

  2 Belanja Barang dan Jasa 228,734.88 217,537.13 226,685.19 304,787.43 409,377.16

  3 Belanja Modal 542,978.55 594,298.69 451,002.38 505,551.17 521,158.17 Sumber: Domuken LKPJ Kabupaten Malinau

Tabel 6.2 Perkembangan Belanja Dalam APBD Lima Tahun Terakhir

  Sumber : Dokumen LKPJ Kabupaten Malinau 2013

  Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan belanja daerah antara lain adalah: (1) Belum adanya konsistensi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang struktur keuangan daerah. Selain itu, peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah terus mengalami perubahan yang menyebabkan keterlambatan dalam proses penyusunan anggaran, mengganggu kelancaran dalam pelaksanaan anggaran dan menghambat kecepatan dalam pelaporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran;

  (2) Adanya perubahan peraturan perundangan yang sangat cepat tanpa diikuti oleh sosialisasi juga telah menyebabkan keterlambatan penyesuaian terhadap peraturan yang baru dan berdampak terhadap kurang optimalnya penyerapan belanja daerah;

  (3) Terbatasnya pemahaman aparatur terhadap teknis penyusunan anggaran dan teknis pengalokasian dana terutama dalam penentuan prioritas belanja dengan mengacu pada prinsip anggaran berbasis kinerja;

  (4) Belum adanya standar pelayanan minimal sebagai acuan dalam mengalokasikan anggaran belanja daerah; (5) Belum adanya standar analisis belanja sebagai acuan yang digunakan untuk mengukur tingkat kewajaran belanja dan beban kerja;

  (6) Belum semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) baik Dinas, Kantor, Badan maupun Bagian menggunakan anggaran berbasis kinerja sebagai dasar penyusunan anggaran. Kondisi ini menyebabkan kesulitan dalam menetapkan indikator kinerja program dan kegiatan setiap SKPD dan ketidaktepatan dalam mengalokasikan belanja daerah untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan.

6.1.2 Arah dan Kebijakan Pengelolaan pendapatan Daerah

  Pendapatan Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi. Sumber

  • – sumber Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain Yang Sah

a. Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) :

  1. PAD bersumber dari:

  a. Pajak Daerah

  b. Retribusi Daerah

  c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah.

  2. Lain-lain PAD yang sah meliputi:

  a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan

  b. Jasa giro

  c. Pendapatan bunga

  d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

  e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

  Dalam struktur APBD, jenis pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan

  Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi :

  c. Pajak Hiburan

  b. Retribusi Jasa Usaha

  a. Retribusi Jasa Umum

  3. Retribusi dirinci menjadi:

  f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir.

  e. Pajak Penerangan Jalan

  d. Pajak Reklame

  b. Pajak Restoran

  1. Pajak Propinsi terdiri atas:

  a. Pajak Hotel

  2. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

  d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

  c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

  b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air

  a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

  c. Retribusi Perijinan Tertentu Pendapatan daerah dalam struktur APBD masih merupakan elemen yang cukup penting peranannya baik untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan maupun pemberian pelayanan kepada publik. Apabila dikaitkan dengan pembiayaan, maka pendapatan daerah masih merupakan alternatif pilihan utama dalam mendukung program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik di Kabupaten Malinau. Arah pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Malinau tahun 2008 -2012. yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Malinau meliputi pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba perusahaan milik daerah/hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Sedangkan Dana Perimbangan meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP), dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (DBHBP).

  Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang dilakukan pada kurun waktu 2008 - 2012 diarahkan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah terutama sumber penerimaan dari Pendpatan Asli Daerah (PAD) termasuk pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, serta penerimaan lain-lain PAD yang sah. Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah juga dilakukan dengan mengoptimalkan dana perimbangan termasuk dana alokasi khusus dan dana bagi hasil.

  Realisasi perkembangan pendapatan daerah selama periode 2008-2012 menunjukkan bahwa pendapatan daerah telah memenuhi target yang telah ditetapkan (Tabel 6.1). Pendapatan daerah terus meningkat sebesar 72,37persen pada tahun 2008;menurun 2,35 persen pada tahun 2009;meningkat 27,92 persen pada tahun 2010; menurun 17,40 persen pada tahun 2011 dan meningkat 16,27 persen pada tahun 2012 dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 41,52 persen. Dalam periode 2008-2012 Pendapatan Asli Daerah juga terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 42,88 persen. Sementara, pertumbuhan dana perimbangan rata-rata per tahun sebesar 16,44 persen. Melalui pola kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah, Kabupaten Malinau secara bertahap akan mampu keluar dari berbagai persoalan yang selama ini dihadapi seperti tingkat pengangguran yang tinggi dan jumlah penduduk miskin yang cukup besar.

Tabel 6.3 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau Tahun 2008-2012 (dalam Rp juta)

  39,454,089 54,378,882 62,841,663 91,107,695 - 111,977,540 2008 2009 2010 2011 2012 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

  1 Pajak Daerah 695,509 874,521 804,837 1,227,601 3,362,438 2 Retribusi Daerah 1,667,842 3,378,384 23,836,848 16,321,685 1,903,589 3 Pendapatan Hasil Kekayaan Daerah yang disahkan 6,192,114 8,518,241 7,820,889 16,749,378 7,825,359 4 Lain - lain pendapatan asli daerah yang sah 30,898,624 41,607,736 30,379,089 56,809,031 98,886,154 Dana Perimbangan 513,305,127 492,835,673 413,692,288 626,562,087 675,239,979 1 Dana Bagi Hasil 64,814,858 51,175,329 64,493,499 67,038,131 68,074,026 2 Dana Alokasi Umum 403,558,269 400,951,344 312,144,289 518,760,056 557,697,933 3 Dana Alokasi Khusus 44,932,000 40,709,000 37,054,500 40,763,900 49,468,020 670,597,753 525,602,174 698,337,340 929,133,587 1,017,727,538

  1 Dana Hibah - - - - - 2 Dana Darurat - - - - - 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemda Lainnya ( SDA ) 558,575,532 403,601,523 578,862,938 735,924,552 842,391,296 4 Bantuan Keuangan dari Propinsi dan Pemda Lainnya 101,438,029 106,996,239 30,927,670 49,496,879 117,981,821

  5 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus/DPDF dan PPD - - - - - 6 Lain-lain Penerimaan 10,584,192 15,004,412 88,546,732 82,606,228 7 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 61,105,928 57,354,421 8 DPIPD - - - - -

  Lain - Lain Pendapatan Daerah 9 DPPIP - - - - - 1,223,356,969 1,072,816,729 - 1,174,871,291 - 1,646,803,369 - 1,804,945,056 yang sah PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah TOTAL Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau

b. Dana Perimbangan dan Lain – Lain Pendapatan yang Sah

  Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana Perimbangan terdiri atas:

  1. Dana Bagi Hasil

  2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus.

  1. Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyeleng- garaan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekon- sentrasi dan Tugas Pembantuan. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

  Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar Daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan ini merupakan sistem transfer dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.

  2. Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.

  a. Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

  b. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari: Kehutanan Pertambangan umum Perikanan

  Pertambangan minyak bumi Pertambangan gas bumi Pertambangan panas bumi.

  3. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar.

  4. Celah Fiskal Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara lain adalah penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan.

  Jumlah penduduk merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap Daerah. Setiap kebutuhan pendanaan diukur secara berturut-turut dengan:

  a. Jumlah penduduk

  b. Luas wilayah

  c. Indeks Kemahalan Konstruksi

  d. Produk Domestik Regional Bruto per kapita e. Indeks Pembangunan Manusia.

  Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah. Indeks Kemahalan Konstruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar- Daerah. Produk Domestik Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produksi kotor dalam suatu wilayah. Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal Daerah dan kapasitas fiskal Daerah. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi. Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/kota dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah kabupaten/kota. Bobot daerah kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah kabupaten/kota.

  Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah Fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU. Data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal diperoleh dari lembaga statistik pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Dari segi pertumbuhan selama periode 2008-2012, penerimaan total dana perimbangan meningkat rata-rata sebesar 16,44 persen pertahun. Dana bagi hasil meningkat rata-rata 14,51 persen pertahun, dana alokasi umum sebesar 31,41 persen dan dana alokasi khusus 43,95 persen. Struktur penerimaan Kabupaten Malinau dari dana perimbangan menunjukkan bahwa dana bagi hasil rata-rata menyumbang sebesar 60,35 persen pertahun terhadap total dana perimbangan, dana alokasi umum rata- rata sebesar 35,42 persen pertahun, dan dana alokasi khusus rata-rata sebesar 4,23 persen pertahun. Sementara itu, pendapatan daerah yang berasal dari lain-lain pendapatan yang sah selama periode 2008-2012 rata-rata mencapai Rp 73.946,78 juta pertahun terdiri dari dana bagi hasil pajak dan provinsi rata-rata Rp 14.891,07 juta pertahun, bantuan keuangan dari provinsi Rp 51.122,08 juta pertahun, dan lain-lain penerimaan Rp 7.931,54 juta pertahun.

  5. Alokasi Dasar Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah gaji pokok ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian Pegawai Negeri Sipil. Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan DAU dengan memperhatikan pertimbangan dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah. Hasil penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari DAU Daerah yang bersangkutan. Penyaluran DAU dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan.

  Alokasi DAU secara proporsional menggunakan rumus sebagai berikut:

  Bobot daerah bersangkutan Besarnya DAU Jumlah x masing-masing daerah

  DAU untuk daerah Jumlah bobot seluruh daerah

  6. Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri atas layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial.

  Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan Daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai. Kemampuan daerah (APBD) dihitung sebagai berikut.

  Kemampuan Penerimaan _ Belanja

  =

  Keuangan Daerah Umum APBD pegawai Penerimaan Umum APBD = PAD + DAU + ( DBH

  • – DBHR) DBH = Dana Bagi Hasil DBHR = Dana bagi Hasil yang dibagikan merata untuk daerah Belanja Pegawai = Belanja Pegawai Pegawai Negeri Sipil Daerah Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik Daerah. Karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan. Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. Peraturan perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis.

  7. Dana Pendamping Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang- kurangnya 10 (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD. Namun Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping

  Tabel. 6.4 perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau Lima Tahun Terakhir Sumber : Dispenda Tahun 2010

6.1.3 Arah dan Kebijakan Pembiayaan Daerah

  Pembiayaan yang terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dimaksudkan untuk menutup defisit ataupun memanfaatkan surplus anggaran. Untuk periode 2014 -2018 pemerintah Kabupaten Malinau mengambil kebijakan anggaran defisit mengingat adanya masa transisi seiring telah terbentuknya propinsi Kalimantan Utara dan masih banyaknya kebutuhan untuk pemenuhan kebutuhan Barang-barang publik. Meskipun investasi ini tidak langsung menghasilkan pendapatan, namun diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup masyarakat.

  Untuk membiayai anggaran defisit tersebut bersumberkan dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dan Pinjaman Daerah. Silpa juga diharapkan dapat menambah pernyataan modal Pemerintah Kabupaten Malinau dan Pembentukan dana cadangan serta menutup pembayaran utang yang jatuh tempo. a. Pembiayaan Penerimaan Daerah Kabupaten Malinau Kebijakan penerimaan pembiayaan Kabupaten Malinau tahun 2014 - 2018 adalah mencegah terjadinya Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dengan menerapkan perencanaan dan penganggaran secara terpadu dan konsisten, serta prinsip perencanaan dan anggaran berbasis kinerja. Selain itu, penggunaan SiLPA dilakukan secara cermat untuk mempertahankan kesinambungan fiskal dan menjaga keberlanjutan pelayanan umum.pada Pertumbuhan komponen pajak daerah retribusi daerah dan hasil perusahaan daerah akan menjadi faktor yang penting dalam mendorong pertumbuhan PAD nanti. Upaya pemerintah Kabupaten Malinau didalam rangka menunjang belanja pembangunannya adalah dengan jalan mengusahakan untuk tetap meningkatkan pendapatan dari hasil pajak, retribusi, penerimaan lain

  • – lain, maupun bantuan – bantuan yang diterima dari pihak atasan.

  b. Pembiayaan Pengeluaran Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya, yang meliputi pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah.

  Pembentukan cadangan cadangan setiap tahun dialokasikan sebesar Rp.2.500 juta sehingga kebutuhan dana cadangan selamat periode 2014 - 2018 adaalah sebesar Rp. 12.500 juta. Sementara, penyertaan modal pemerintah daerah rata-rata pertahun sebesar Rp.9.500.000 dalam periode 2014 - 2018.

  Kebijakan pengeluaran pembiayaan Kabupaten Malinau tahun 2014 - 2018 adalah sebagai berikut: a. Mendorong percepatan pengembangan ekonomi perdesaan melalui pengeluaran pembiayaan untuk penyertaan modal; b. Menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan pinjaman daerah pada saat terjadi defisit anggaran;

  c. Mendukung penyertaan modal dan pemberian pinjaman pada saat terjadi surplus anggaran dengan tetap mempertimbangkan kesinambungan fiskal daerah dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

   Tabel 6.5

Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Malinau Menurut

Rincian Tahun 2008-2012 (Rp. Juta)

  Rincian 2008 2009 2010 2011 2012 Penerimaan Pembiayaan Daerah 119,668.38 141,491.06 391,255.98 869,912.41 983,956.90 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya (SiLPA)

  119,668.38 141,491.06 391,255.98 869,912.41 983,956.90

  • Penerimaan Daerah
  • Pengeluaran Pembiayaan Daerah 119,396.54 74,816.62 78,390.00 -

  Pembentukan Dana Cadangan

  • Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Kabupaten - 119,396.54 - 74,816.62 78,390.00 Pembayaran Pokok Hutang - - -
  • - - - - -

  Pembayaran Bunga Hutang Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kab.Malinau

6.2 Profil Investasi Bidang Cipta Karya

  Pembangunan infrastruktur permukiman bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah .Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  

6.2.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Ciptak Karya Bersumber Dana

dari APBN 5 Tahun Terakhir

  Perkembangan investasi pembangunan bidang keciptakaryaan di Kabupaten Malinau yang bersumber dana dari APBN. Bidang Pengembangan Air Minum mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebesar Rp. 1.507 Juta meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp.

  11.831.56 Juta atau naik sebesar 12.73 % . Pada Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ( PLP ) ditahun 2010 sebesar Rp. 429.98 Juta di Tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 7.439.59 Juta atau meningkat sebesar 57.7 %. Bidang Pengembangan Permukiman pada tahun 2010 sebesar Rp.1.383.42 Juta meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp. 3.677.68 atau meningkat sebanyak 37 %. Dan Bidang Penataan Bangunan L ingkungan ( PBL ) pada tahun 2010 sebesar Rp. 1383.42 Juta meningkat di tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 3.677.68 Juta atau sebesar

Tabel 6.6 Perkembangan APBN Bidang Cipta Karya di Kabupaten Malinau dalam 5 TahunTerakhir SEKTOR 2008 2009 2010 2011 2012

  Pengembangan Air Minum 3,401.40 - - 1,507.00 11,821.56 Pengembangan PLP 428.98 - - - 7,439.59 Pengembangan Permukiman 2,353.99 - 2,695.54 3,493.13 - Penataan Bangunan &

  • 1,383.42 2,468.05 3,677.68 - Lingkungan Total 1,507.00 4,166.39 16,004.58 18,992.37 -

  Sumber : Buku Monitoring

  Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya pada DAK Air Minum tahun 2010 Minum adalah sebesar Rp. 908.20 Juta menurun pada tahun 2012 sebesar Rp. 652.52 Juta atau sebesar 71.84 % DAK Sanitasi di tahun 2010 sebesar Rp. 428.98 Juta naik pad tahun 2011 sebesar Rp. 1.073 Juta akan tetapi ditahun 2012 turun menjadi Rp. 618.28 Juta.

Tabel 6.7 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Malinau dalam 5 TahunTerakhir

  

Jenis DAK 2008 2009 2010 2011 2012

DAK Air Minum 908.20 - 622.30 652.52

2,510.00

  • DAK Sanitasi 428.98 1,073.00 618.28

  Sumber : Buku Monitoring

  Perkembangan investasi pembangunan bidang keciptakaryaan di Kabupaten Malinau yang bersumber dana dari APBN. Bidang Pengembangan Air Minum mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebesar Rp. 9.025 Juta meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp. 18.134 Juta atau naik sebesar 49.76% . Pada Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ( PLP ) ditahun 2010 sebesar Rp. 429.98 Juta di Tahun

  2011 meningkat menjadi Rp. 7.439.59 Juta atau meningkat sebesar 0.86 %. Bidang Pengembangan Permukiman pada tahun 2008 sebesar Rp.31.176 Juta menurun pada tahun 2012 sebesar Rp. 5.421 atau sebesar 0.26 %. Dan Bidang Penataan Bangunan L ingkungan ( PBL ) pada tahun 2008 sebesar Rp. 29.552 Juta meningkat di tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 112.724 Juta atau sebesar 0.53 %

Tabel 6.8 Perkembangan Alokasi APBD Kabupaten untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 TahunTerakhir 2008 2009 2010 2011 2012 SEKTOR Alokasi % APBD Alokasi % APBD Alokasi % APBD Alokasi % APBD Alokasi % APBD

  Pengembangan Air 9,025 0.59 7,703 0.50 3,874 2.94 15,515 0.97 18,134

  0.86 Minum Pengembangan PLP 31,167 2.04 35,719 2.30 54,297 4.13 4,178 2.60 5,421

  0.26 Pengembangan 29,552 1.93 98,279 0.63 25,515 0.19 186,793 1.16 112,724

  0.53 Permukiman Penataan Bangunan & 44,270 2.89 28,156 1.82 7,054 0.54 110,639 0.69 34,816

  1.65 Lingkungan Total APBD 114,014 7.45 169,857 5.25 90,740 7.80 317,125 5.42 171,096

  3.30 Sumber : Buku Monitoring

  Tabel trend perbandingan belanja daerah sektor bidang cipta karya dengan belanja Lainnya pada APBD Kabupaten Malinau

  Perkembangan Dana Daerah Untuk Urusan Bersama ( DDUB ) untuk sektor Air Minum pada tahun 2011 sebesar Rp. 350 Juta meningkat ditahun 2012 menjadi sebesar Rp. 650 Juta atau 45 % , Sketor Penyehatan Lingkungan Permukiman pada tahun 2011 sebesar Rp. 250 Juta meningkat di tahun 2012 sebesar Rp . 450 Juta atau naik sebesar 45 %

Tabel 6.9 Perkembangan DDUB untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 TahunTerakhir 2008 n-1 2009 n-1 2010 n - 1 2011 n - 1 2012 n - 1 SEKTOR Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi APBN APBN APBN APBN APBN DDUB DDUB DDUB DDUB DDUB

  Pengembangan Air - 392 422 33,000 350 54,300 650 Minum

  • Pengembangan PLP 474 7,479 250 4,942 400 Pengembangan -
  • 422 Permukiman - Penataan Bangunan & 2,250 750 2,250 750 2,250 750 - Lingkungan

  Total 392 3,568 750 - 42,729 1,350 61,492 1,800

6.2.2 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

  Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Malinau adalah satu

  • – satunya persahaan daerah yang berinvesatasi di bidang cipta karya yang bergerak di sektor air minum , perkembangannya hingga 5 tahun terakhir sangatlah mengkhawatirkan hal ini dikarenakan tidak seimbangannya antara biaya opersional dan income yang diterima dari iuran bulanan pelanggan .Beberapa hal yang mengakibatkan PDAM Kab. Malinau menjadi tidak sehat antara lain :

  1. Sumber air baku yang selama ini diambil dari Sungai Sesayap sudah tidak layak lagi untuk digunakan pencemaran limbah B3 sudah diatas standar baku mutu yang berlaku, yang mengakibat mahalnya biaya opersional.

  2. Belum adanya regulasi terhadap mengenaikan kenaikan rekening air minum

  

6.2.3 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

Swasta dalam 5 Tahun Terakhir

  Perkembangan Investasi Bidang Cipta Karya yang bersumber dari Swasta dalam lima tagun pada Kabupaten Malinau hanya terjadi pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman ( PLP ) yaitu berupa bantuan alat angkut sampah untuk TPA sempayang oleh Bank Kaltim yang dilakukan sejak tahun 2010 s/d Tahun 2012.

Tabel 6.10 Perkembangan Investasi Bidang Cipta Karya dari Swasta 5 Tahun terakhir

  Komponen Skema Kegiatan Tahun Satuan Volume Nilai Ket KPS Pembiayaan Pengembangan Air Minum

  Pengembangan PLP Bantuan Dump Truck untuk TPA sempayang 2010 Unit 1 400 Bantuan Dump Truck untuk TPA sempayang 2011 Unit 1 400 Bantuan Dump Truck untuk TPA sempayang 2012 Unit 1 400 Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan

  6.2.4 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Malinau Tabel 6.11 Realisasi Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan 2011 – 2012 dan Proyeksi Pendapatan Penerimaan Pembiayaan 2014 – 2018 No Uraian Bagian Dan Pos Realisasi APBD % Per % Proyeksi Proyeksi Tahun Pertumbuha 2011 2012 2011 2012 2014 2015 2016 2017 2018 n

  1 Pendapatan ( Dana Perimbangan ) 1,362,486.63 1,517,631.27 1,068,180.37 1,216,491.32

  16.20 1.60 1,346,490.09 1,476,488.85 1,606,487.62 1,736,486.39 1,866,485.16 a Dana Alokasi Umum 518,760.05 557,697.93 519,080.39 557,697.93

  7.44 1.60 566,621.10 575,544.26 584,467.43 593,390.60 602,313.76 b Dana Alokasi Khusus 40,763.90 49,468.02 40,780.00 49,468.02 21.30 1.60 49,468.02 49,468.02 49,468.02 49,468.02 49,468.02 c Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi 802,962.68 910,465.32 508,319.98 609,325.37 19.87 1.60 730,400.97 851,476.57 972,552.17 1,093,627.77 1,214,703.37 Hasil Bukan Pajak

  2 Lain - Lain Pendapatan yang Sah 193,209.01 154,301.57 191,803.70 168,936.86 (11.92) 1.60 148,796.21 128,655.55 108,514.90 85,648.06 65,507.40

a. Dana bagi Hasil Pajak dari 61,105.92 66,765.06 50,415.14 68,047.05

  34.97 1.60 91,845.45 115,643.84 139,442.24 157,074.15 180,872.54 Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya b Bantuan Keuangan dari Provinsi 82,606.22 77,274.10 82,522.85 90,627.40

  9.82 1.60 99,527.90 108,428.39 117,328.89 125,433.44 134,333.93 dan Pemerintah Daerah Lainnya c. Pendapatan Lainnya ( Dana 49,496.87 10,262.41 58,865.71 10,262.41 (82.57) 1.60 10,426.61 10,590.81 10,755.01 10,919.20 11,083.40 Penyesuaian dan Otonomi

  Khusus )

3 Pendapatan Asli Daerah 91,107.68 112,425.79 96,758.77 117,617.16

  21.56 1.60 142,972.02 168,326.87 193,681.73 214,540.12 239,894.97 a Retribusi 16,321.68 1,903.58 6,494.35 1,463.55 (77.46) 1.60 1,486.97 1,510.38 1,533.80 1,557.22 1,580.63 b Pendapatan Pajak Daerah 1,227.60 3,362.43 807.70 1,081.00

  33.84 1.60 1,446.78 1,812.55 2,178.33 2,451.63 2,817.40 c Hasil Pengelolaan Kekayaan 16,749.37 8,273.63 9,511.04 9,000.00 (5.37) 1.60 8,516.42 8,032.84 7,549.26 7,038.22 6,554.64 Daerah Yang dipisahkan d Penerimaan Lainnya Yang Sah 56,809.03 98,886.15 79,945.68 106,072.61

  32.68 1.60 140,738.04 175,403.48 210,068.91 236,195.84 270,861.27

  VI - 250 R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A M E N E N G A H T A H U N 2 0 1 4 - 2 0 1 8

  • 29,208.61 - 29,208.61 - 1.60 467.34 42,155.68 42,623.01 43,090.35 43,557.69 c Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat - - - - - - - - - - - d Pinjaman Dalam Negeri - Pemda Lain - - - - - - - - - - - e Pinjaman Dalam Negeri - Bank - - - - - - - - - - - f Pinjaman Dalam Negeri - Non Bank - - - - - - - - - - - g Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi - - - - - - - - - - - h Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya - - - - - - - - - - - i Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara - - - - - - - - - - - j Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah - - - - - - - - - - - k Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Pemda Lainnya - - - - - - - - - - -

  R E N C A N A P R O G A M I N V E S T A S I J A N G K A M E N E N G A H T A H U N 2 0 1 4 - 2 0 1 8

  VI - 251 2011 2012 2011 2012 2014 2015 2016 2017 2018

  4 392,040.68 809,191.61 392,040.68 809,191.61 106.41 1.60 792,930.07 847,098.13 860,045.20 872,992.26 885,939.33 a Penggunaan SILPA 392,040.68 779,983.00 392,040.68 779,983.00

  98.95 1.60 792,462.73 804,942.46 817,422.18 829,901.91 842,381.64 b Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

  Jumlah Pendapatan 1,845,634.99 2,439,248.67 1,556,979.82 2,143,300.09 144.17 18.82 2,332,025.76 2,591,181.04 2,809,115.32 2,991,231.73 3,209,166.01 Penerimaan Pembiayaan Proyeksi Uraian Bagian Dan Pos No Realisasi APBD % Per Tahun % Proyeksi Pertumbuha n

6.3 Kebijakan Umum Anggaran

  Secara ringkas gambaran prakiraan pendapatan dan belanja daerah tahun 2008 – 2012 adalah sebagai berikut : Kebijakan umum anggaran Pemerintah Kabupaten Malinau disusun dalam rangka memberikan arah pengelolaan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah untuk menunjang upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu kebijakan umum anggaran Pemerintah Kabupaten Malinau diarahkan pada :

  1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja daerah dengan menitikberatkan alokasi belanja pada program dan kegiatan yang produktif dalam rangka mengembangkan perekonomian yang maju dan mandiri khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya,

  2. Peningkatan dan pengembangan kemampuan keuangan daerah yang bertumpu pada kemandirian daerah dengan intensifikasi, ekstensifikasi serta deversifikasi potensi sumber- sumber pendapatan daerah dan tetap menjaga iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha,

  3. Pengembangan pola kemitraan daerah dalam rangka membiayai program dan kegiatan pemerintah yang berorientasi pada upaya pelayanan prima kepada masyarakat,

  4. Peningkatan optimalisasi penerapan system anggaran berbasis kinerja pada seluruh jajaran hingga pada perangkat Pemerintah Desa dengan tetap menjaga prinsip anggaran yang sehat, dinamis dan dapat dipertanggungjawabkan.