KATA PENGANTAR - TASKAP BAB I VII FONT 12 EDIT website

  LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPULIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

  Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta atas segala rakhmat dan perkenan-Nya, penulis sebagai salah satu peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, telah berhasil menyelesaikan tugas Kertas Karya Perorangan (TASKAP) ini. Berbagai kendala yang penulis hadapi, baik berupa keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, maupun keterbatasan waktu, namun berkat dukungan berbagai pihak yang dengan tulus membantu penulis, maka tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Kertas Karya Perorangan ini memilih judul : “Implementasi Kepemimpinan Rahmatan

  

Lil Alamin di Lingkungan Polri Guna Peningkatan Ketahanan Pangan

Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”.

  Judul TASKAP ini dipilih dengan latar belakang diantaranya bahwa, setelah Polri dipisahkan dari Abri di sekitar tahun 1998, sampai saat ini belum ada sebuah penamaan khusus yang merupakan kristalisasi dari asas-asas ataupun nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan ataupun pedoman kepemimpinan di lingkungan Polri seperti misalnya adanya “11 Asas Kepemimpinan Abri” sebelumnya. Pemilihan akan kata-kata kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) ini, dikarenakan makna dari RLA itu sendiri sebagai sebuah ungkapan yang bermakna “rahmat bagi semesta alam”. Hal ini menurut penulis selaras dengan “roh” atau “jiwa” ataupun “hakekat” dari keberadaan berbagai aparat pemerintah lebih-lebih sebagai polisi yang secara universal memiliki tugas-tugas menjaga dan memilihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dengan pendekatan pengyoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat. RLA senantiasa menebarkan cinta kasih bagi seluruh umat manusia dan segala ciptaan Tuhan di alam semesta baik benda hidup (biotik) maupun benda mati (abiotik). Dengan demikian penggunaan istilah kepemimpinan RLA ini adalah sebagai sebuah alternatif penamaan. Lebih lanjut hal ini didorong oleh perkembangan dari organisasi Polri itu sendiri, dimana setelah dipisahkan dari Abri telah memiliki landasan operasional yang baru berupa undang-undang yang berbeda dari sebelumnya yaitu undang- undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, kemudian ada pemaknaan baru dari pedoman hidup maupun pedoman kerja di lingkungan Polri selama ini yaitu Tribrata dan Catur Prasetya. Disamping itu Polri telah memiliki Grand Strategi 2005-2025 yang dijadikan pedoman atau arah pembangunan Polri untuk jangka waktu tertentu. Dalam Grand Strategi ini terkandung pikiran- pikiran pokok pembangunan Polri baik jangka pendek, sedang dan panjang maupun visi sebagai arah yang dikehendaki dalam kerangka memperkuat pembangunan masyarakat sipil yang madani ataupun membangun masyarakat yang demokrasi, patuh pada hukum dan menghargai hak asasi manusia sebagaimana yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman hidup, pandangan hidup maupun idiologi dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasayarakat. Hal lain yang cukup mendasar dalam perkembangan Polri setelah dipisahkan dari Abri adalah pemilihan strategi maupun filosofi perpolisian yang modern yaitu perpolisian masyarakat atau pemolisian masyarakat (Polmas). Kebijakan Polmas ini telah tertuang dalam Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi Dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Kebijakan Polmas ini baik sebagai strategi maupun filosofi pada intinya adalah mensetarakan aparat atau para petugas Polri dengan masyarakatnya yang harus dilayani dan pemecahan masalah bersama. Berbagai perubahan-perubahan di lingkungan Polri tersebutlah, setidaknya yang mendorong penulis untuk membahas dan mencoba merumuskan style atau gaya kepemimpinan di lingkungan Polri dengan tentu saja didasarkan pada nilai-nilai kepemimpinan yang diterapakan di Indonesia dan diajarkan di Lemhannas ii seperti nilai-nilai kepemimpinan nasional, kepemimpinan kontemporer, kepemimpinan visioner, kepemimpinan negarawan dan tentu juga tidak terlepas dari sifat-sifat kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW yaitu fatonah, amanah, siddig dan tabligh.

  Implementasi kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri pada tataran realitas akan membawa organisasi Polri sebagai bagian dari aparat pemerintahan yang transparan dan akuntabel dan dapat menjadi pengungkit terwujudnya pemerintahan yang bersih atau baik dan sistem tata kelola pemerintahan yang amanah atau yang baik dan bertangung jawab (clean government and good governance). Kehadiran Polri sebagai bagian dari pemerintah yang dapat dipercaya, berkemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan serta memberikan pelayanan yang prima, adalah ujud atau keluaran dari pada Polri yang RLA. Dengan demikian, dalam pelaksanaan tugas pokok Polri yang bernuansakan ramatan lil alamin, dengan senantiasa melalui pendekatan komprehensif, integratif dan holistik, akan memberikan kontribusi kepada penguatan ketahanan pangan dan penguatan ketahanan pangan pada gilirannya akan memperkuat kemandirian bangsa Indonesia.

  Dengan segala kerendahan hati, menjadi suatu kehormatan bagi penulis apabila dalam kesempatan ini dapat menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

  1. Bapak Gubernur Lemhannas RI, beserta para pejabat utama dan seluruh staff Lemhannas RI yang dengan penuh perhatian telah membimbing dan mengarahkan penulis selama mengikuti Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012.

  2. Bapak Dr. Adi Sujatno, Bc.Ip, SH, MH sebagai Tenaga Profesional Bidang Pimnas Lemhannas R.I dan sebagai tutor Taskap penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis sehingga Kertas Karya Perorangan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

  3. Rekan-rekan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012 Lemhannas RI, yang dengan setia memberikan dorongan semangat kepada penulis sehingga Kertas Karya Perorangan ini dapat penulis selesaikan.

  4. Istri tercinta, MILAWATI serta anak-anak kami, PUTRI ZAHNAS ADINEGARA, BUNGA ZAHNAS S. ADINEGARA, MOCH. GHOLIB

  ADINEGARA dan BERLIAN ZULIA ADINEGARA, doa dan pemberian semangat mereka menjadi bekal bagi penulis dalam menekuni tugas belajar di Lemhannas RI ini. Penulis menyadari bahwa TASKAP ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sumbang saran dan kritik membangun dari berbagai pihak akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penulis dalam menyempurnakan tulisan ini.

  Semoha Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkah dan petunjuk serta bimbingan kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan pengabdian kepada negara dan bangsa Indonesia yang kita cintai dan kita banggakan.

  Jakarta, 31 Oktober 2012 Penulis Taskap, Drs. Zulkarnain Kombes Pol. NRP : 61100610 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERNYATAAN KEASLIAN

  1. Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ZULKARNAIN Pangkat : KOMISARIS BESAR POLISI Jabatan : KEPALA LEMBAGA PENJAMIN MUTU STIK PTIK POLRI Instansi : KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Alamat : Jl. TIRTAYASA NO. 6 JAKARTA SELATAN Sebagai peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012 menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Kertas Karya Perorangan (TASKAP) yang saya tulis adalah asli.

  b. Apabila ternyata sebagian tulisan TASKAP ini terbukti tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia untuk dibatalkan.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

  Jakarta, 31 Oktober 2012 Penulis Taskap Drs. ZULKARNAIN KOMISARIS BESAR POLISI

  Nomor Urut : 82

  DAFTAR ISI

  35 Bab III Kondisi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri, Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa Serta Permasalahannya 11 Umum ...............................................................

  63 19 Peluang dan Kendala ..........................................

  62 18 Pengaruh Perkembangan Nasional .......................

  47 17 Pengaruh Perkembangan Regional .......................

  57 16 Pengaruh Perkembangan Global ..........................

  55 Bab IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis 15 Umum ................................................................

  49 14 Permasalahan yang Ditemukan ...........................

  13 Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Ketahanan Pangan dan Implikasi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa ............................

  40

  12 Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Saat Ini ......................................................

  39

  30 10 Tinjauan Pustaka ................................................

  IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RAHMATAN LIL ALAMIN DI LINGKUNGAN POLRI GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BANGSA Halaman

  23 9 Landasan Teori ..................................................

  20 8 Peraturan Perundang-undangan ..........................

  19 7 Paradigma Nasional ............................................

  18 Bab II Landasan Pemikiran 6 Umum ...............................................................

  15 5 Pengertian .........................................................

  13 4 Metode dan Pendekatan .....................................

  12 3 Ruang Lingkup dan Sistimatika ............................

  8 2 Maksud dan Tujuan ............................................

  Bab I Pendahuluan 1 Umum ...............................................................

  KATA PENGANTAR ....................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................... vi

  65 Bab V Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri yang Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan dan

  20 Umum ................................................................

  29 Saran ............................................................. 106

  lingkungan Polri sebagaimana adanya nilai-nilai falsafah hidup Polri yang 1

   Walaupun tentu saja ada nilai-nilai secara khusus yang berlaku di

  Pada saat Polri masih di lingkungan ABRI (sebelum tahun 2000), Kepemimpinan di lingkungan Polri tentu saja senantiasa berkorelasi dengan nilai-nilai Kepemimpinan yang ada di lingkungan ABRI pada saat itu yang cukup dikenal yaitu dengan “11 (sebelas) asas Kepemimpinan ABRI

  1. Umum

  

BAB I

PENDAHULUAN

  4. DATA TAMBAHAN.

  3. DAFTAR PUSTAKA.

  2. POLA PIKIR.

  LAMPIRAN : 1. ALUR PIKIR.

  28 Kesimpulan ..................................................... 101

  71

  85 Bab VII Penutup

  85 27 Upaya ................................................................

  84 26 Strategi ..............................................................

  83 25 Kebijakan ...........................................................

  78 Bab VI Konsepsi Implementasi Kepemimpinan RLA yang Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa 24 Umum ................................................................

  75 23 Indikator Keberhasilan ........................................

  22 Kontribusi Impelementasi Kepemimpinan RLA Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan dan Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa .............................

  71

  21 Implementasi Kepemimpinan RLA yang Diharapakan .......................................................

  

11 Asas Kepemimpinan ABRI atau saat ini TNI adalah : (1) TAQWA, (2) ING NGARSA SUNG

TULADA, (3) ING MADYA MANGUN KARSA, (4) TUT WURI HANDAYANI, (5) WASPADA PURBA

WISESA, (6) AMBEG PARAMA ARTA, (7) PRASAJA, (8) SATYA, (9) GEMI NASTITI, (10) BALAKA,

  bersumber dari Pancasila yaitu Tribrata dan pedoman kerja Polri yaitu Catur Prasetya, yang dengan sendirinya akan mempengaruhi gaya atau

  

style Kepemimpinan di lingkungan Polri. Akan tetapi setelah berpisah

  dengan ABRI, gaya atau style kepemimpinan di lingkungan Polri secara khusus belum ada yang dapat dikatakan sebagai ciri khas Kepemimpinan yang berlaku di lingkungan Polri seperti ketika berlaku 11 (sebelas) asas Kepemimpinan ABRI waktu itu. Memang telah banyak diskusi dan kajian- kajian khususnya di Sespimmen dan Sespimti Polri yang membahas tentang Kepemimpinan di lingkungan Polri ini yang pada dasarnya identik dengan pembahasan di Lemhannas yang membahas tentang Kepemimpinan Nasional, Kepemimpinan Negarawan, Kepemimpinan Visioner, Kepemimpinan Kontemporer, bahkan karena salah satu tugas pokok Polri adalah pengayoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat maka dikemukakan juga tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari dari teori-teori Kepemimpinan Negarawan dan Visioner. Berkaitan dengan falsafah hidup dan pedoman kerja di atas, seiring dengan perkembangan reformasi birokrasi Polri telah terjadi

  

  perubahan pemaknaan tentang Tribrata dan Catur Prasetya, dengan

  

  ditandai oleh perubahan kata-kata dan pemaknaanya. Sehingga sesunguhnya dengan mencermati perubahan ini, dimana Tribrata sebagai falsafah hidup Polri dan Catur Prasetya sebagai pedoman kerja Polri dengan sendirinya akan berpengaruh pada Kepemimpinan di lingkungan Polri.

   Sehubungan dengan kondisi belum adanya “brand” ataupun

  “merk” khusus yang berlaku dalam kepemimpinan Polri dan dengan didasarkan kepada pemahaman kehadiran seorang pemimpin ataupun fitrah dari kehadiran umat manusia yang seharusnya membawa rahmat bagi sesama manusia maupun alam serta seisinya (rahmatan lil alamin) 2 Tribrata yang lama adalah; Tribrata, Polisi ialah : (1) Rastra Sewakottama, (2) Nagara Yanottama,

  

(3) Yana Anusasana Dharma. Catur Prasetya yang lama adalah; Catur Prasetya, (1) Satya Habrabu,

(2) Hanyaken musuh, (3) Giniung Pratidina, (4) Tansa Trisna. Lebih lengkap dengan maknanya lihat

3 dalam lampiran. 4 Perubahan kata-kata dan pemaknaan baru Tribrata dan Catur Prasetya lihat dalam lampiran.

  Hermawan Kertajaya, Bahan Ceramah Ilmiah Kuliah Sespati Polri 2008, Strategi

Memasyarakatkan Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran Polri dalam Rangka Meningkatkan Citra Polri, sebagaimana yang dicontohkan oleh junjungan dan panutan umat manusia Nabi Besar Muhammad S.A.W dan didasarkan akan tujuan kehadiran Polri ditengah-tengah masyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara maka penulis mengemukakan dalam kaitan dengan masalah penegakan hukum maupun pengembanan tugas-tugas Polri lainnya, kepemimpinan yang baik di lingkungan Polri itu adalah “Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin”. Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) ini tentu saja pada dasarnya adalah pengejawantahanan dari teori-teori kepemimpinan nasional, negarawan, visioner maupun kontemporer maupun bersumber dari sifat-sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yaitu fatonah, amanah, shiddiq dan tablig yang dikaitkan dengan tugas pokok Polri yaitu penegakan hukum, pemeliharaan kamtibmas dan selaku pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat. Kepemimpinan rahmatan lil alamin ini

  

  bila dikaitkan dengan teori “Scenario Learning” adalah sebuah focal concern sebagai pernyataan strategis yang menjadi obsesi dengan menitik beratkan pada pendorong perubahan atau driving forces berupa variabel- variabel kritikal yaitu Moral dan Profesional. Tentu saja variabel-variabel atau driving forces yang memberikan kontribusi kepada terujudnya kepemimpinan rahmatan lil alamin cukup banyak, tetapi kedua driving forces Moral dan Profesionalisme merupakan variabel pengungkit yang dapat digambarkan sebagai garis ordinat dan aksis. Artinya kepemimpinan rahmatan lil alamin yang diobsesikan di lingkungan Polri khususnya dalam penegakan hukum itu adalah kepemimpinan yang menekankan pada moral yang positif dan profesionalisme yang positif sebagai daya pengungkit untuk membawa organisasi penegak hukum yang bermamfaat bagi sesamanya umat manusia serta memberikan kemanfaatan dan kebaikan bagi alam dan seisinya. Tidak justru sebaliknya fenomena yang sering ditunjukkan justru aparat penegak hukum atau Polri atas kehadirannya membuat keresahan, keberpihakan dan memberikan keadilan yang tidak proporsional sehingga berpengaruh pada “kepercayaan” masyarakat kepada institusi Polri itu sendiri. Tidak justru kehadiran aparat penegak 5 hukum atau Polri berkolusi dengan para pengusaha tambang, logging,

  

Nusyirwan Zen, Bahan Ceramah Ilmiah di Sespati Polri 2008, Scenario Learning Suatu fishing yang serba illegal sehingga justru membuat kerusakan bagi alam dan lingkungannya. Pemilihan focal concern Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin ini juga berkaitan dengan kondisi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri, misalnya hasil survey dan analisis yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC), Citra Publik Indonesia dan lain-lain dapat di lihat pada Bab III di bawah.

  Disisi lain, sebagai sebuah tema dari pendidikan reguler di Lemhannas angkatan XLVIII/ 2012, bangsa dan negara ini sangat membutuhkan sebuah ketahanan dibidang pangan sebagai bagian dari kemandirian bangsa. Dalam UU NO. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dikatakan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan SDM yang

  

  berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Dikatakan bahwa pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan dikatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan

  

pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar

merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli

  

  masyarakat Untuk mewujudkan ketahanan pangan ini, tentu Polri sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam sistem pemerintahan negara khususnya sebagai aparat penegak hukum terdepan dan pemeliharaan kamtibmas bersama-sama Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) lainnya 6 mempunyai peran yang sangat penting. Oleh karenanya melalui 7 ______ Undang-undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal Pertimbangan.

  Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan mengatur; Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan/ atau

sumber lain. Terjangkau adalah keadaan di mana rumah tangga secara berkelanjutan mampu implementasi kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mewujudkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat yang baik untuk mendukung suasana yang memungkinkan terjadinya proses pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan nasional. Untuk lebih mendalami bagaimana implementasi kepemimpinan RLA, penulis selaku salah satu peserta PPRA XLVIII-2012 Lemhannas R.I mencoba menguraikan dalam bentuk karya tulis perorangan (Taskap) dengan judul : “Implementasi

  

Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) di Lingkungan Polri Guna

Meningkatkan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian

Bangsa”. Tidaklah berlebihan penulisan Taskap ini juga dikandung

  maksud sebagai kontribusi strategis penulis dalam upaya membantu pemerintah khususnya Polri dalam mengatasi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini baik masalah kepemimpinan di lingkungan Polri sendiri maupun masalah ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

2. Maksud dan Tujuan

  a. Maksud. Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas

  bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri secara umum maupun lebih khusus dalam penegakan hukum peraturan perundang-undangan di bidang pangan dan upaya- upaya yang dapat dilakukan oleh Polri dikaitkan dengan masalah peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa. Tulisan ini dimaksudkan juga untuk memberikan gambaran driving forces atau pengungkit utama apa saja yang dapat mewujudkan kepemimpinan RLA maupun alternatif asas-asas atau prinsif-prinsif kepemimpinan RLA itu sendiri.

  b. Tujuan. Tujuan penulisan Taskap ini adalah memberikan

  sumbangan pemikiran dan bahan masukan kepada Lembaga Lemhannas maupun Polri guna melakukan berbagai kajian strategis berkaitan dengan masalah style atau brand ataupun merk kepemimpinan RLA, serta kepada para penentu kebijakan khususnya di lingkungan Polri untuk menerapkan kepemimpinan nasional, negarawan, kontemporer ataupun visioner dan RLA dalam meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

3. Ruang Lingkup dan Sistimatika

  Ruang lingkup penulisan naskah ini dibatasi pada implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri, yang dengan demikian anggota Polri khususnya dalam pelaksanaan tugas sebagai aparat penegak hukum serta memelihara kamtibmas untuk berperan serta secara aktif menegakkan berbagai peraturan perundang-undangan maupun melakukan upaya-upaya yang berkaitan dengan pangan dalam peningkatan ketahanan pangan. Tata urut penulisan naskah ini disusun sebagai berikut :

  a. BAB I, PENDAHULUAN. Pada bab ini diuraikan secara

  singkat garis besar latar belakang makalah, Maksud dan Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup dan Tata Urut serta beberapa Pengertian yang terkait dengan judul penulisan.

  b. BAB II, LANDASAN PEMIKIRAN. Bab ini membahas dasar-

  dasar pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam menyusun makalah dan digunakan sebagai instrumental input dalam pemecahan persoalan berupa paradigma nasional yang meliputi Landasan ldiil Pancasila, Landasan konstitusional UUD Negara RI 1945, Landasan Visional Wawasan Nusantara, dan Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional dan Landasan Operasional peraturan perundang-undangan yang terkait serta landasan teori yang relevan dan tinjauan pustaka.

  c. BAB III, KONDISI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI, IMPLIKASI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI TERHADAP PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA SERTA PERMASALAHANNYA. Pada bab ini dibahas tentang kondisi implementasi kepemimpinan RLA saat ini, dan implikasinya terhadap peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa, serta mengindentifikasi permasala- han yang dihadapi.

  d. BAB IV, PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS. Pada bab ini diuraikan tentang perkembangan

  lingkungan strategis yang mencakup Lingkungan Global, Lingkungan Regional, dan Lingkungan Nasional, berikut Peluang dan Kendala yang mempengaruhi implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

  e. BAB V, IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI YANG DIHARAPKAN YANG DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA. Pada bab ini dibahas tentang implementasi

  kepemimpinan RLA di lingkungan Polri yang diharapkan, dan kontribusinya terhadap ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa, serta indikator keberhasilan.

  f. BAB VI, KONSEPSI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA YANG DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA. Pada Bab ini diuraikan konsepsi

  implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa yang berisikan kebijakan yang ditempuh, strategi yang diterapkan dan upaya yang dilakukan.

  g. BAB VII, PENUTUP. Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan

  dari keseluruhan pembahasan dan beberapa saran yang dikemukakan.

4. Metode dan Pendekatan

  Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah deskriptif yang berkaitan dengan materi permasalahan, sekaligus analisis yang didasarkan pada tinjauan kepustakaan (library research), serta menerapkan pendekatan yang komprehensif, integral dan holistik dengan menggunakan pisau analisis Ketahanan Nasional dengan beberapa gatra di dalamnya.

5. Pengertian

a. Kepemimpinan. Seperti diketahui kata Kepemimpinan

  adalah kata sifat yang berasal dari kata “pemimpin”, sehingga dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah sifat atau perilaku

  

  dari seorang pemimpin. Teori tentang Kepemimpinan ini seperti diketahui cukup banyak. Seperti George R. Terry misalnya mengatakan : Kepemimpinan merupakan hubungan seseorang dengan pimpinannya, dimana pemimpin tersebut dapat mempengaruhi untuk bekerja bersama-sama secara ikhlas. Sayidin Suryodiningrat dalam Kepemimpinan ABRI, 1996, menguraikan : Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk membawa atau mengajak orang-orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memperoleh kepercayaan dan respek dari orang-orang itu. Harold Koontz dan Cyrill O’ Donnel menyatakan bahwa : Kepemimpinan dapat didifinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi seseorang dengan sarana komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berkaitan dengan bangsa dan negara maka Kepemimpinan ini dimaksudkan sebagai

  Kepemimpinan Nasional yang dapat didifinisikan sebagai

  kelompok pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan nasional di dalam setiap gatra (Astagatra) pada bidang/ sektor profesi baik di supra struktur, infra struktur dan sub struktur, formal dan informal yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk mengarahkan/ mengerahkan segenap potensi kehidupan nasional (bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional 8 berdasarkan Pancasila dan UUD N RI 1945 serta memperhatikan

  

Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Kepemimpinan, Kepemimpinan dan memahami perkembangan lingkungan strategis guna

   mengantisipasi berbagai kendala dalam memanfaatkan peluang.

  b. Rahmatan Lil Alamin diambil dari bahasa Al Qur’an atau

  Arab dari surat Al-Anbiya ayat (107), yang artinya “Dan tiada kami mengutus kamu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. Jadi sesungguhnya rahmatan lil alamin ini sesuatu yang melekat pada Nabi Muhammad SAW, sesuatu yang berhubungan dengan “diin” atau keyakinan Islam. Dengan tidak menghilangkan pemaknaan tersebut, penulis mengambil istilah rahmatan lil alamin (RLA) sebagai sebuah ungkapan yang bermakna “rahmat bagi semesta alam”, menebar cinta kasih bagi seluruh umat manusia di dunia dan segala ciptaan Tuhan di alam semesta baik benda hidup (biotik) maupun benda mati (abiotik). Rahmatan lil alamin yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah paradigma yang harus memberi mashlahat (kebaikan atau kemanfaatan), tidak boleh merusak dan menghancurkan yang juga bermakna anti kekerasan (baik phisik maupun psikis) dan toleran terhadap perbedaan yang melampaui dari makna kebhinekaan.

  c. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi

  dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan

   masyarakat.

  d. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber 9 hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang 10 Ibid, hal. 12.

  

Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 2, UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,

   pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

  e. Ketahanan Pangan. Ketahanan Pangan adalah kondisi

  terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

  

  f. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik bangsa

  Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan

   nasionalnya.

  g. Kemandirian diartikan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri

  tanpa tergantung pada orang lain. Padanan katanya independent, otonom, swasembada, sendiri dan bebas. Dalam pembelajaran “Implementasi Sismennas Dalam Penyelengaraan Negara Guna Mendukung Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa” yang disampaikan oleh Mayjend. TNI (Pur) SHM Lerrick, kemandirian bangsa tidak berarti bahwa segala upaya pembangunan diprogramkan dan dianggarkan sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Kebutuhan pangan nasional tidaklah mungkin dipenuhi dari dalam negeri saja, tetapi impor pangan tetap 11 dibutuhkan tanpa mengorbankan produk-produk pangan nasional.

  

______ UU Nomor 7 tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 1 ayat (1) dan Peraturan

12 Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan, Pasal 1 ayat (2).

  

Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 142, Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun

13 2002 Tentang Ketahanan Pangan, Pasal 1 ayat (1).

  

Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Ketahanan Nasional, Pokok

  Kemandirian Bangsa diartikan sebagai kemampuan untuk

  mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara melalui kerja keras secara mandiri dan mampu berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Suatu bangsa dikatakan mandiri apabila proses penyelenggaraan bernegara diarahkan sepenuhnya bagi kepentingan bangsa itu sendiri dan dilakukan oleh seluruh komponen bangsa secara berdaulat.

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum

  Seperti telah sedikit disinggung di atas khususnya dalam pengertian tentang kepemimpinan, menegaskan bahwa betapa pentingnya posisi pemimpin dalam suatu organisasi. Dari difinisi kepemimpinan dan kepemimpinan nasional menegaskan kepada kita bahwa posisi dan kedudukan dari seorang pemimpin adalah sebagai unsur penggerak dalam berkehidupan di organisasi, apa lagi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat untuk mencapai tujuan nasional. Posisi atau kedudukan para pemimpin sangat menentukan apakah tujuan organisasi, bangsa dan negara mereka dapat dicapai atau tidak. Dr. Adi Sujatno, S.H salah satu Tenaga Profesional Bidang Kepemimpinan Nasional Lemhannas R.I menegaskan tetang pengertian kepemimpinan sebagai berikut; (1) Kepemimpinan merupakan sebuah kegiatan, (2) Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk selalu berusaha mempengaruhi orang lain dan (3)

  Posisi yang

  penting dan strategis dari pemimpin ini dalam konteks kehidupan nasional, berbangsa dan bernegara setiap implementasi atau operasionalisasinya dalam bentuk gaya atau style haruslah berlandaskan pada nilai-nilai pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila sebagai landasan idiil, UUD N RI 1945 sebagai landasan konstitusional, Wawasan Nusantara sebagai landasan visional dan Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional, dengan tetap meletakkan kepentingan nasional di atas segala-galanya.

  Demikian juga halnya dengan pilihan style atau gaya kepemimpinan yang penulis kemukakan yaitu kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) tidaklah terlepas dari paradigma nasional maupun nilai-nilai yang berlaku di lingkungan Polri seperti Tribrata, Catur Prasetya, Kode Etik Polri dan peraturan perundang-undangan tentang pembangunan nasional, tentang Polri maupun yang berkaitan dengan ketahanan pangan.

7. Paradigma Nasional

a. Pancasila sebagai Landasan Idiil

  Sesuatu yang penting direnungkan dalam pemaknaan Pancasila sebagai falsafah pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila digali dari nilai-nilai luhur yang lebih mementingkan adanya keseimbangan hubungan antar manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan alam sekitarnya. Pancasila mengajarkan sebuah ketaqwaan kepada sang penciptanya dan religiusitas dimana hubungan manusia dengan Tuhan akan menjadi dasar hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam ciptaannya. Hubungan yang harmonis ini akan memunculkan suasana damai antar sesama manusia dan

   14 dengan alam sekitarnya. Dengan bahasa lain dapat dikatakan

Dr. Adi Sujatno, SH., Teori-teori Kepemimpinan, Lemhannas R.I., Cetak Kedua, Jakarta,

15 2010, Hal. 15.

  

Lemhannas R.I., Tim B.S. Idiologi, TOR DAK B.S Idiologi PPRA XLVIII-2012, Jakarta, bahwa kehadiran manusia yang ber-Pancasila akan memberikan kemanfaatan bagi sesamanya manusia serta alam dengan segala isinya atau dikatakan rahmatan lil alamin (membawa rahmat atau kemanfaatan bagi sesamanya manusia serta alam dan seisinya). Membawa rahmat bagi siapapun juga ini dimaksudkan baik bagi sesamanya manusia yang memang baik seperti patuh kepada ajaran agama dan Pancasila maupun bagi sesamanya yang tidak baik, dalam bahasa hukum yang patuh hukum maupun yang tidak patuh hukum.

  Sebagai ideologi nasional, Pancasila merupakan panggilan hidup dan komitmen bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan visi pembangunan nasionalnya, yaitu terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai yang menjunjung tinggi hukum, ketenteraman dan hak asasi manusia, serta terwujudnya penghidupan yang layak guna memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan berkelanjutan. Pancasila memberikan pemahaman bahwa kodrat manusia ialah sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, Pancasila merupakan penuntun dan pengikat moral serta norma sikap dan tingkahlaku Bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk dalam kehidupan global.

  

a. UUD Negara RI 1945 (Amandemen) Sebagai Landasan

Konstitusional

  UUD Negara RI 1945 merupakan keputusan politik nasional yang dituangkan dalam norma-norma konstitusi dalam rangka menentukan sistem dan pemerintahan negara. Seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara dengan demikian tercakup dalam pengaturan yang tertuang dalam perundang-undangan berdasarkan konstitusi. Negara RI bukanlah negara kekuasaan yang dilaksanakan dengan sistem totaliter, karena penyelenggaraan negara didasarkan atas hukum. Dengan demikian, kekuasaan hanya dilaksanakan melalui pengaturan menurut hukum yang berlaku.

  Hukum sebagai pranata sosial disusun bukan untuk kepentingan kekuasaan golongan maupun perorangan, termasuk bukan untuk keenakan bagi seorang pemimpin, namun untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia agar dapat berfungsi sebagai penjaga ketertiban bagi seluruh rakyat dengan peran pemimpin sebagai penggeraknya. Sebagai landasan konstitusional UUD Negara RI 1945 merupakan sumber hukum yang menuntun bagaimana penerapan hukum atau pelaksanaan kebijakan yang diantaranya untuk mewujudkan kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri guna peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

c. Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional

  Wawasan atau cara pandang dalam mencapai tujuan pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantara, yang mencakup perwujudan kepulauan Nusantara sebagai suatu kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial budaya dan kesatuan hankam dalam kaitan dengan ideologi nasional. Wawasan Nusantara merupakan operasionalisasi lebih lanjut dari ideologi nasional dalam memandang diri dan lingkungannya. Keyakinan yang mantap terhadap Pancasila dan UUD Negara RI 1945 merupakan modal dasar dalam pencapaian tujuan nasional dengan motor penggeraknya dari para pemimpin yang berada pada level apapun. Dengan demikian, sesungguhnya seluruh komponen bangsa seperti birokrat, politisi (supra struktur politik, infra struktur politik) lebih khusus para pemimpinnya harus berwawasan Nusantara, yaitu memberikan pengakuan dan kesadaran bahwa masyarakat Indonesia adalah manusia yang mendiami kepulauan Nusantara, serta memiliki komitmen menuju kesejahteraan bersama melalui pembangunan nasional di tengah-tengah keanekaragaman.

  d. Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional

  Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan kehidupannya, eksistensinya dan untuk mewujudkan tujuan berdasarkan ideologi nasionalnya perlu memiliki pemahaman ideologi nasional, konstitusi, wawasan geopolitik dan dalam implementasinya diperlukan suatu geostrategi. Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi, selaras dan berkeadilan dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berdasarkan Pancasila, UUD Negara RI 1945 dan Wawasan Nusantara. Ketahanan Nasional harus diwujudkan dan dibina secara dini dan terus menerus serta sinergis, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional berdasarkan pemikiran geostrategi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan geografi Indonesia. Pemikiran tersebut merupakan konsepsi Ketahanan Nasional yang dapat digunakan untuk melandasi implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

  e. Tribrata Sebagai Pedoman Hidup Polri

  Seperti telah juga disinggung di atas tentang perubahan dan pemaknaan baru Tribrata sebagai pedoman hidup Polri, maka pemaknaan baru ini tentu harus menjadi landasan dari pada implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri. Tribrata adalah nilai dasar yang merupakan pedoman moral dan penuntun nurani bagi setiap anggota Polri serta dapat pula berlaku bagi pengembangan fungsi kepolisian lainnya. Pemaknaan baru tersebut

   dijelaskan sebagaimana dalam lampiran.

  Dengan pemaknaan baru akan Tribrata tersebut, menegaskan kepada kita bahwa implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa haruslah mendasarkan kepadanya. Dengan demikian gaya atau style kepemimpinan RLA merupakan pengejawantahanan nilai-nilai yang terkandung dalam Tribarata.

f. Catur Prasetya Sebagai Pedoman Kerja Polri

  Nilai-nilai yang juga berlaku di lingkungan Polri sebagai pedoman dalam bekerja dan tentu akan mempengaruhi terhadap implementasi kepemimpinan di lingkungan Polri adalah Catur

   Prasetya. Pemaknaan baru akan nilai-nilai tersebut terlampiran.

8. Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri. Hal yang

  penting dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri ini diantaranya adalah pertimbangan pembentukan UU ini yang menyebutkan bahwa keamanan dalam negeri sebagai syarat utama mendukung terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan beradap berdasarkan Pancasila dan UUD N RI 1945. Dikatakan juga bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri dilakukan melalui penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi harkamtibmas, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan oleh Polri selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia. Hal yang penting lainnya dalam UU ini adalah pengaturan tentang fungsi kepolisian yang dijelaskan adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang harkamtibmas, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat. Diatur juga tentang tujuan Polri, yaitu mewujudkan Kamdagri meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjungjung tinggi HAM. Hal lainnya UU ini mengatur tentang tugas pokok, tugas- tugas dan wewenang Polri, tugas pokok Polri adalah (1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (2) Menegakkan hukum; dan (3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Demikian juga tentang wewenang diatur lebih rinci sebagai penjabaran dari tugas pokok sebagai pemelihara kamtibmas dan penegak hukum.

  b. Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. UU ini

  mengatur tentang pangan yang pembuatannya didasarkan pada beberapa pasal dalam UUD N RI 1945 (amandemen), yaitu : pasala 5 (1) tentang hak Presiden mengajukan rancangan UU,

  pasal 20 (1) tentang kekuasaan DPR membentuk UU, pasal 27 (2) tentang hak tiap-tiap warga negara atas pekerjaannya dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan pasal 33 tentang perekonomian negara disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

  UU ini bertujuan mengatur, membina dan mengawasi masalah pangan agar : 1) Tersediannya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia. 2) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan 3) Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan

  

  c. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan. PP ini dibuat atas dasar UUD N RI 1945