BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan - Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan

  Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat

  1

  dibuka pasang oleh pasien. Perawatan dengan gigitiruan sebagian lepasan adalah perawatan yang dapat dipilih untuk merestorasi kehilangan gigi oleh sebagian besar

  3,25 pasien yang kehilangan gigi sebagian karena biayanya yang lebih terjangkau.

  Beberapa akibat kehilangan gigi sebagian yang tidak digantikan adalah migrasi dan rotasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan pendukung, gangguan bicara, estetis yang buruk, terganggunya kebersihan mulut, atrisi, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak. Fungsi gigitiruan sebagian lepasan antara lain memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada

  1 agar tetap sehat.

2.1.2 Keuntungan dan Kerugian

  Rehabilitasi keadaan rongga mulut dengan gigitiruan, baik cekat maupun lepasan, memiliki peranan yang penting untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan sistemik pasien yang mengalami kehilangan gigi. Keuntungan perawatan gigitiruan sebagian lepasan dibandingkan dengan gigitiruan cekat adalah biaya yang lebih terjangkau dan prosedur pemeliharaan kebersihan yang lebih mudah dilakukan karena

  26 gigitiruan jenis ini dapat dibuka pasang.

  Salah satu kerugian pemakaian gigitiruan sebagian lepasan yaitu dapat merusak jaringan mulut yang tersisa. Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan permukaan gigi asli, yang mengganggu aksi self-cleansing oleh lidah dan bukal

  4

  selama proses pengunyahan. Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan juga

  27 berperan dalam perkembangan bakteri pada rongga mulut dan pembentukan plak.

  Plak gigitiruan mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan terhadap gigi penyangga yang sangat penting perannya terhadap perawatan gigitiruan sebagian lepasan. Penumpukan plak pada gigi penyangga lebih banyak daripada gigi asli yang lain. Hal ini disebabkan terhambatnya aksi self-cleansing oleh cangkolan yang

  28

  terdapat pada gigitiruan sebagian lepasan. Gigitiruan sebagian lepasan harus didesain untuk dapat mengurangi penumpukan sisa makanan serta plak pada gigi dan

  29 tepi gingiva dari gigi penyangga.

2.2 Pemeliharaan Kebersihan Gigitiruan Setelah Pemasangan

  Pemakaian gigitiruan terbukti berkaitan erat dengan pemeliharaan kesehatan

  1

  rongga mulut. Pemeliharaan gigitiruan yang baik dan benar sangat penting bagi pasien, tidak hanya untuk memperbaiki estetis dan fungsional, tetapi juga untuk

  11 kesehatan jaringan pendukung dan perlindungan terhadap gigitiruan itu sendiri.

  Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan yang tidak baik adalah alasan

  30

  utama meningkatnya pembentukan plak gigitiruan. Plak memegang peranan penting dalam proses kerusakan jaringan gigi dan dalam proses inflamasi jaringan lunak

  31

  sekitar gigi. Evaluasi terhadap 74 pasien yang telah memakai gigitiruan sebagian lepasan selama 10 tahun menemukan bahwa hanya 36% pemakai gigitiruan yang bebas dari segala masalah kesehatan rongga mulut. (Wagner dan Kern cit. Preshaw dkk, 2011). Pemeliharaan kesehatan rongga mulut sangat penting sekali untuk

  29

2.2.1 Tujuan/Manfaat

  Plak dapat melekat pada permukaan gigitiruan secepat dan semudah perlekatannya terhadap permukaan gigi asli, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan terhadap gigitiruan sebagian lepasan. Cara pemeliharaan gigitiruan sebagian lepasan meliputi cara penyimpanan dan pembersihan. Tujuan pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan antara lain agar gigitiruan sebagian lepasan dapat tahan lama, mencegah penumpukan plak, memelihara kesehatan rongga mulut, mencegah

  29

  penyakit mulut dan bau mulut yang tidak enak. Pentingnya memelihara kebersihan gigi asli yang masih ada, mukosa jaringan rongga mulut, dan gigitiruan harus ditegaskan berkali-kali kepada pasien untuk keberhasilan perawatan jangka

  32 panjang.

2.2.1.1 Kesehatan Rongga Mulut

  Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan mulut yang ada. Penumpukan stein dan debris pada gigitiruan sebagian lepasan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada kesehatan rongga

  4

  mulut pasien. Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dikaitkan dengan meningkatnya penumpukan plak, tidak hanya pada permukaan gigi asli yang secara langsung berkontak dengan permukaan gigitiruan, tetapi juga pada gigi asli yang ada di lengkung rahang yang berlawanan, dan bahkan dalam beberapa kasus, pada

  

27

  permukaan bukal gigi asli yang masih ada. Penumpukan plak pada sekeliling gigi asli yang masih ada dan pada gigitiruan dapat menyebabkan karies, dekalsifikasi

  4 enamel, dan gingivitis.

  Aktivitas karies yang tinggi ditemukan pada pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan lebih berhubungan dengan buruknya pemeliharaan kesehatan rongga mulut oleh pasien daripada akibat secara langsung dari pemakaian gigitiruan itu sendiri. Skor plak, resiko karies, dan resiko kerusakan gigi penyangga meningkat secara

  33 signifikan pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan.

  Moimas dkk (2006) menyatakan bahwa pemakaian gigitiruan sebagian lepasan berhubungan dengan terjadinya penyakit periodontal. Hal ini dikaitkan dengan kebersihan rongga mulut yang buruk, meningkatnya plak dan kalkulus, dan transmisi kekuatan transversal yang berlebihan pada struktur periodontal gigi asli dari

  27 permukaan oklusal gigitiruan.

  Menurut Sesma dkk (2005), stomatitis akibat gigitiruan adalah salah satu infeksi rongga mulut yang berhubungan dengan pemakaian gigitiruan. Stomatitis akibat gigitiruan adalah inflamasi kronis yang terlokalisasi/generalisasi atau inflamasi

  34 hiperplasia papiler yang dapat terjadi pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan.

  Etiologi dari penyakit stomatitis akibat gigitiruan antara lain terdiri dari trauma akibat gigitiruan, pemeliharaan kebersihan rongga mulut dan gigitiruan yang buruk, pemakaian gigitiruan secara terus-menerus, infeksi jamur, dan hipersensitifitas terhadap bahan basis gigitiruan. Pasien dengan kebersihan gigitiruan yang baik sangat

  

35

jarang terkena stomatitis akibat gigitiruan.

2.2.1.2 Kebersihan Gigitiruan

  Gigitiruan sebagian lepasan yang tidak terjaga kebersihannya dapat sisa makanan dan bakteri rongga mulut. Deposit yang menumpuk pada gigitiruan tersebut selain memberikan kesan kotor pada gigitiruan, juga akan mengeluarkan bau

  4

  yang kurang enak. Plak yang melekat pada gigitiruan berhubungan dengan

  36 penampilan yang tidak estetis, serta rasa dan bau tidak enak yang timbul.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

  Dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus menyadari pentingnya kebutuhan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan kebersihan

  9

  gigitiruannya. Usaha-usaha untuk memberikan edukasi tentang pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan dokter gigi dan pasien akan pentingnya pemeliharaan gigitiruan setelah pemasangan agar gigitiruan sebagian lepasan dapat dipelihara dengan baik dan dapat digantikan segera

  3

  apabila timbul indikasi. Selain dokter gigi dan pasien, bahan basis gigitiruan sebagian lepasan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemeliharaan

  17 kebersihan gigitiruan.

2.2.2.1 Dokter Gigi

  Pengetahuan seorang dokter gigi tentang pemeliharaan gigi asli yang masih ada, akar, tulang alveolar, dan mukosa rongga mulut adalah faktor yang penting

  3

  untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan. Tanggung jawab utama dokter gigi adalah menjamin bahwa gigi dan jaringan yang masih tinggal telah

  1

  dirawat dalam keadaan sehat. Dokter gigi harus memberikan instruksi kepada pasien

  

35

  setelah pemasangan gigitiruan dilakukan. Instruksi lisan dan tulisan sangat efektif untuk menambah pengetahuan pasien tentang menjaga kebersihan gigitiruan dan harus diberikan kepada pasien. Instruksi tulisan tersebut termasuk penjelasan kepada pasien tentang terbatasnya penggunaan gigitiruan dan pentingnya peran pasien untuk keberhasilan perawatan, instruksi untuk membersihkan gigi asli yang masih ada, instruksi untuk melepaskan gigitiruan selama 6-8 jam per hari, instruksi untuk membersihkan gigitiruan, dan instruksi untuk melakukan kontrol berkala minimal setahun sekali. Instruksi tulisan ini harus ditambah dengan instruksi lisan yang sesuai dengan kebutuhan individu, yang diberikan oleh dokter gigi apabila diperlukan. Telah ditemukan bahwa pengetahuan dan kebiasaan yang positif meningkat karena

  11

  pemberian instruksi tulisan kepada pasien. Pasien perlu diinstruksikan untuk membersihkan gigitiruan dan rongga mulut mereka setiap setelah makan, merendam gigitiruannya dalam larutan pembersih non-bleaching, dan untuk menghindari

  35

  memakai gigitiruan mereka selama tidur. Apabila pasien responsif terhadap instruksi pemeliharaan kesehatan dan kebersihan mulutnya, resiko pemakaian

  1 gigitiruan sebagian lepasan menjadi berkurang.

2.2.2.2 Pasien

  Edukasi dan motivasi kepada pasien untuk memelihara kesehatan rongga mulut merupakan faktor yang penting untuk keberhasilan perawatan gigitiruan

  3

  sebagian lepasan. Pasien dengan daya tahan dan adaptasi yang tinggi dapat mentoleransi desain gigitiruan sebagian lepasan yang kurang baik, tetapi tetap harus menyadari bahaya kerusakan yang mungkin timbul, sehingga ia harus selalu berupaya

  1

  melaksanakan instruksi pemeliharaan dan kesehatan mulutnya. Pentingnya kebiasaan pasien untuk melakukan usaha menjaga kesehatan rongga mulut di rumah dan

  37

  gigitiruan sebagian lepasan. Penumpukan plak dan perubahan yang terjadi pada jaringan mulut yang tersisa, seperti karies gigi, penyakit periodontal, dan lesi pada mukosa, berhubungan dengan pemakaian gigitiruan sebagian lepasan. Efek yang tidak diinginkan pada gigi asli dan jaringan pendukung ini akan berkurang apabila pasien melakukan program pemeliharaan kebersihan, mencakup motivasi dan instruksi kebersihan yang diberikan, sama halnya dengan melakukan kontrol berkala

  26

  ke dokter gigi. Pasien yang dapat termotivasi untuk menjaga tingkat kebersihan yang tinggi, dan dengan program pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang baik dilakukan, indeks plak, indeks gingiva, skor kalkulus dan stein dari gigitiruan

  12 sebagian lepasan dapat dijaga tetap dalam level atau tingkatan yang rendah.

2.2.2.3 Bahan Basis Gigitiruan Sebagian Lepasan

  17 Bahan basis gigitiruan sebagian lepasan terdiri atas logam atau akrilik.

  Semua jenis gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari mulut setiap setelah makan untuk dibersihkan. Memelihara gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam pada dasarnya sama dengan memelihara gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik. Gigitiruan kerangka logam memiliki keuntungan dimana gigitiruan sebagian lepasan jenis ini lebih mudah dibersihkan daripada gigitiruan sebagian lepasan resin

  38

  akrilik. Penelitian yang dilakukan terhadap 74 pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan, pada 36% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan resin akriliknya, dan hanya pada 14% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan kerangka logamnya (Wagner dan Kern cit. Preshaw dkk, 2011).

  Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigitiruan di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik dan kekuatan relatif baik serta mudah dimanipulasi, tetapi kekurangannya, resin akrilik mempunyai

  39

  sifat porus. Resin akrilik memiliki pori-pori yang irregular dan mikroskopis yang dapat menjadi tempat penumpukan plak serta berkembangnya koloni bakteri

  34,38

  dan jamur yang berbahaya bagi kesehatan rongga mulut. Menurut Silva dkk (2009), gigitiruan dengan basis resin akrilik dapat menjadi tempat berkumpulnya stein dan plak disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan menyerap air, sehingga mudah terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman sehingga akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan rongga mulut si pemakai. Permukaan gigitiruan yang tidak dilakukan pemolesan juga mempermudah melekatnya plak dan merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan inflamasi. Inflamasi yang terjadi dapat menjadi lebih buruk apabila gigitiruan tersebut kotor, oleh karena itu pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus benar-benar menjaga

  40 kebersihan gigitiruannya.

2.2.2.3.2 Logam

  Logam adalah bahan yang tahan terhadap abrasi, sehingga permukaannya tetap licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut. Sifat ini membuat deposit makanan dan kalkulus sulit melekat, sehingga dapat dengan mudah dibersihkan secara mekanis. Karakteristik ini membuat basis logam disebut

  1

  “naturally cleaner” dibandingkan dengan resin akrilik. Keuntungan lain yang juga dimiliki gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam adalah dapat mencegah bau tak dapat menjadi tempat melekatnya plak dan bakteri yang dapat menghasilkan bau

  38 mulut.

2.3 Kondisi Kebersihan Gigitiruan

  Plak, stein, kalkulus, dan deposit lain yang melekat pada gigitiruan menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan antara lain kondisi gigitiruan

  22 menjadi kotor, dan adanya rasa serta bau yang tidak menyenangkan. Dikbas dkk.

  (2006) dalam penelitiannya menetapkan kondisi kebersihan gigitiruan berdasarkan ada atau tidaknya debris, stein dan kalkulus pada gigitiruan dengan kategori sebagai berikut: gigitiruan bersih dimana tidak terdapat debris lunak, kalkulus atau stein pada gigitiruan; gigitiruan kotor dimana terdapat debris lunak di antara anasir gigitiruan setelah dicuci di bawah air mengalir dan atau terdapat kalkulus atau stein di sekeliling tepi gingiva anasir gigitiruan; dan gigitiruan sangat kotor dimana debris lunak terdapat di antara anasir gigitiruan dan di atas permukaan basis, dan atau terdapat kalkulus serta stein pada anasir gigitiruan dan permukaan basis gigitiruan yang

  10

  menutupi mukosa rongga mulut dan palatum. Kondisi gigitiruan yang kotor berhubungan dengan kurangnya instruksi kebersihan yang diterima, desain gigitiruan yang buruk, kurangnya kemampuan pasien untuk memelihara kebersihan

  22

  gigitiruannya, dan tidak tersedianya bahan pembersih gigitiruan di pasaran. Dikbas dkk (2006), Baran dan Nalcaci (2009), serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa kebanyakan pasien pemakai gigitiruan tidak dapat menjaga kebersihan gigitiruan

  10,16,19 mereka secara teratur dan terus memakai gigitiruan dengan kondisi yang kotor.

2.4 Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan

  Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi

  7

  pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan

  18

  penghasilan yang rendah. Lansia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memelihara kebersihan rongga mulut dan gigitiruannya, dimana hal ini merupakan kunci keberhasilan perawatan gigitiruan, baik cekat maupun lepasan (Strayer dkk cit. Barreiro dkk, 2009). Efek preventif yang didapatkan dari memelihara kebersihan rongga mulut oleh lansia tidak sebaik yang didapatkan oleh pasien yang lebih muda.

  Hal ini disebabkan menurunnya penglihatan, kepikunan yang berat (demensia), dan menurunnya keadaan fisik yang mempengaruhi kemampuan untuk mengurus diri sendiri. Pasien lansia mengerti bahwa mereka harus menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan baik, namun tidak mengetahui bahwa usaha mereka kurang dapat

  9

  membuahkan hasil yang baik. Maupome dkk (1998) menyatakan bahwa kesehatan rongga mulut yang lebih baik biasanya ditemukan pada pasien yang lebih muda dan

  41 pada pasien yang mendapatkan dukungan dari teman, sahabat, dan keluarganya. Baran dan Nalcaci (2009) serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa pasien perempuan lebih banyak memakai gigitiruan yang bersih dibandingkan dengan pasien

  16,19

  laki-laki. Hal ini disebabkan pasien perempuan lebih mementingkan estetis dan

  16

  cenderung memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih baik. Dalam Third National dengan kehilangan gigi selain usia dan jenis kelamin, dimana pasien non-Hispanic yang berkulit gelap merupakan yang paling banyak mengalami kehilangan gigi dibandingkan pasien yang berkulit terang, karena tidak menjaga kesehatan rongga

  42

  mulutnya. Pasien yang bertempat tinggal di daerah pedesaan mengalami lebih banyak kerusakan pada gigi seperti lesi karies (Jamieson dkk cit. Willershausen dkk, 2010). Pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang tinggi (Chavers dkk cit. Willershausen dkk, 2010). Pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih peduli terhadap kebersihan rongga mulut, dimana mereka lebih sering pergi ke dokter gigi untuk melakukan kontrol berkala. Penelitian yang dilakukan pada pasien dewasa berusia 35-44 dan 64-75 tahun, pasien dengan latar belakang pendidikan yang rendah lebih sering menderita penyakit periodontal daripada pasien dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi (Krustrup dan Petersen cit. Willershausen dkk, 2010).

2.4.1 Frekuensi Pembersihan

  Setiap satu kali sehari sebelum tidur, sangat penting untuk melepas gigitiruan dari rongga mulut dan merendamnya dalam larutan pembersih untuk membunuh mikroorganisme pada gigitiruan dan membersihkan stein yang ada, yang

  14,24

  diikuti menyikat dengan pasta gigi setiap selesai makan. Hasil penelitian Barbosa dkk (2008) menyatakan bahwa 98% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari dan 62,6% pasien melakukannya 3 kali sehari atau lebih, dimana hal ini cukup (Nevalainen dkk cit. Barbosa dkk, 2008). Kualitas dari pembersihan jauh lebih penting daripada frekuensi pembersihan dalam usaha menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut (Bellini dkk cit. Watt dan Roy, 1984).

  2.4.2 Waktu Pembersihan

  Gigitiruan dan rongga mulut harus dibersihkan setiap setelah makan. Pada malam hari, gigitiruan harus dilepas dan direndam dalam larutan pembersih

  4,5,13

  gigitiruan. Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau 30 menit tergantung dari bahan pembersih yang

  34 digunakan.

  2.4.3 Cara Pembersihan

  Cara pembersihan yang tepat harus dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu

  12

  sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan. Gigitiruan sebagian lepasan

  13

  dapat dibersihkan secara mekanis, kemis, atau gabungan keduanya. Cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigitiruan, yaitu cara mekanis dilakukan dengan sikat gigi atau alat pembersih ultrasonik. Pembersihan dengan cara mekanis menggunakan sikat gigi dengan atau tanpa bahan abrasif bersifat efektif dalam menghilangkan plak, tetapi jika dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan keausan pada plat gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik yang nantinya dapat

  34

  menyebabkan gigitiruan menjadi tidak retentif. Pembersihan dengan cara ini mudah dilakukan, efektif jika digunakan dengan keahlian yang tepat dan tidak mahal, namun teknik penyikatan dengan penuh antusias dan kasar dapat menyebabkan kerusakan orang dengan ketidakmampuan manual, misalnya cacat, dimana pembersih ultrasonik

  15

  atau pembersih kemis merupakan pilihan yang tepat. Pembersihan dengan energi ultrasonik merupakan salah satu cara pembersihan secara mekanis yang jarang digunakan karena masih sedikitnya pengetahuan tentang cara ini dan biayanya yang

  22

  relatif mahal. Pembersih ultrasonik ini dapat membersihkan bagian-bagian gigitiruan yang tidak terjangkau oleh sikat biasa dan dapat membersihkan gigitiruan

  43 hanya dalam waktu beberapa menit saja.

  Gambar 1. Pembersih Ultrasonik

  Cara pembersihan kemis adalah perendaman dengan larutan pembersih,

  22

  pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave. Bahan pembersih kimia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok yaitu alkalin peroksida, alkalin

  

15

  hipoklorit, asam, desinfektan, dan enzim. Pemaparan oksigen dengan air-drying jarang digunakan oleh pemakai gigitiruan sebagian lepasan karena dua alasan, yang pertama karena gigitiruan yang kotor jika dibiarkan terpapar dengan udara akan membuat deposit yang melekat menjadi lebih lengket sehingga akan sangat susah kedua adalah karena pemaparan terhadap udara akan merusak kontur gigitiruan tersebut. Desinfeksi gigitiruan lepasan menggunakan radiasi microwave merupakan cara yang efektif, cepat, mudah, dan biayanya tidak mahal serta dapat dilakukan oleh dokter gigi, tekniker, dan pasien untuk membunuh mikroorganisme yang tidak aktif.

  Radiasi microwave bekerja efektif untuk menurunkan jumlah organisme pada permukaan gigitiruan (Webb dkk cit. Garg, 2010). Pembersihan secara kemis memiliki keuntungan yaitu sangat mudah digunakan, tetapi kerugiannya pembersih kemis ini harganya relatif mahal dan dapat menyebabkan korosi pada gigitiruan

  6 lepasan basis logam dan juga bleaching pada gigitiruan lepasan basis resin akrilik.

  Idealnya, cara pembersihan mekanis dan kemis harus dilakukan bersamaan

  10

  untuk kontrol plak yang lebih baik. Cara pembersihan gigitiruan lepasan secara gabungan mekanis dan kemis lebih efektif. Contohnya adalah menyikat gigitiruan

  44 lebih dulu kemudian direndam dalam larutan kimia sebagai pembersih gigitiruan.

  Menurut penelitian Silva dkk (2009), penyikatan yang diikuti dengan perendaman

  40 cukup efektif dan efisien untuk membunuh bakteri dan jamur.