Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

(1)

POLA ASUPAN NUTRISI AKIBAT KEHILANGAN

SEBAGIAN GIGI PADA MASYARAKAT YANG

TIDAK DAN MENGGUNAKAN GIGITIRUAN

SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN

TANJUNG REJO KECAMATAN

MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

OKTAVINA MANIK NIM : 080600038

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 22 September 2012

Pembimbing : Tanda tangan

Prof . Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D.,Sp.Pros (K) ……….. NIP : 19480831 197902 1 002


(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 22 September 2012

TIM PENGUJI

KETUA :Eddy dahar, drg.,M.Kes

ANGGOTA : 1. Prof .Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D.,Sp.Pros (K) 2. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K)


(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2012

Oktavina Manik

Pola Asupan Nutrisi akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak dan Menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

vii + 56 halaman

Kehilangan sebagian gigi disebabkan oleh beberapa hal terutama oleh penyakit periodontal, karies gigi, dan trauma. Kehilangan sebagian maupun seluruh gigi juga memiliki dampak, yaitu emosional, sistemik, dan fungsional. Dampak fungsional dapat berupa gangguan bicara dan gangguan mengunyah sehingga masyarakat yang sudah mengalami kehilangan gigi memiliki kesulitan untuk mengunyah dan memakan makanan keras. Hal ini berdampak pada pola asupan nutrisi masyarakat. Penggunaan gigitiruan sebagian lepasan diharapkan dapat membantu memperbaiki kemampuan fungsional sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang tidak dan menggunakan gigitiruan sebagian lepasan (GTSL). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 36 orang.


(5)

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak dan menggunakan GTSL, kemudian dilanjutkan dengan analisis data untuk mengamati hubungan antara pola asupan nutrisi dengan jumlah dan daerah gigi yang hilang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang tidak menggunakan GTSL paling banyak dijumpai pada kelompok usia di atas 60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan tingkat pendidikan SD. Berdasarkan keadaan gigi geligi, jumlah sampel terbanyak adalah pada karakteristik jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi, dengan daerah gigi yang hilang pada daerah anterior dan posterior. Kelompok usia yang paling banyak menggunakan GTSL terdapat pada kelompok usia 20-39 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan tingkat pendidikan SMA. Berdasarkan keadaan gigi geligi, jumlah sampel terbanyak adalah pada kelompok anterior dan anterior posterior dengan masing masing jumlah gigi yang hilang 1-6 gigi. Pola asupan nutrisi pada masyarakat akibat kehilangan sebagian gigi yang tidak menggunakan GTSL berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang merasakan adanya perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, terutama pada daerah posterior dan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi. Sedangkan yang menggunakan GTSL berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang tidak merasakan adanya perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan.


(6)

Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan dengan jumlah dan daerah gigi yang hilang pada masyarakat yang tidak dan menggunakan GTSL.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ... KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehilangan Gigi ... 5

2.1.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi ... 5

2.1.2 Dampak Kehilangan Gigi ... 6

2.1.2.1 Dampak Emosional ... 6

2.1.2.2 Dampak Sistemik ... 7

2.1.2.3 Dampak Fungsional ... 8

2.1.2.3.1 Gangguan Bicara ... 8

2.1.2.3.2 Gangguan Mengunyah ... 8

2.2 Klasifikasi Kehilangan Sebagian Gigi ... 9

2.2.1 Daerah Gigi yang Hilang ... 9

2.2.2 Jumlah Gigi yang Hilang ... 9

2.3 Nutrisi ... 9

2.3.1 Jenis-jenis Zat Gizi ... 10


(8)

2.3.1.2 Protein ... 11

2.3.1.3 Lemak ... 12

2.3.1.4 Vitamin ... 12

2.3.1.5 Mineral ... 13

2.4 Pola Asupan Nutrisi ... 13

2.5 Dampak Perubahan Pola Asupan Nutrisi ... 13

2.6 Hubungan Penggunaan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi ... 14

2.6.1 Hubungan Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi ... 14

2.6.2 Hubungan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi ... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 16

3.2 Populasi Penelitian ... 16

3.3 Sampel... 16

3.3.1 Kriteria Inklusi... 16

3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 17

3.4 Variabel Penelitian ... 17

3.4.1 Variabel Bebas... 17

3.4.2 Variabel Terikat ... 17

3.4.3 Variabel Terkendali ... 18

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali ... 18

3.5 Defenisi Operasional ... 18

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.7 Prosedur Penelitian ... 19

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 19

3.7.1.1 Alat Penelitian ... 19

3.7.1.2 Bahan Penelitian ... 20

3.7.2 Cara Penelitian... 20

3.7.3 Analisis Data ... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 22

4.2 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 24

4.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 26


(9)

4.3.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 26 4.3.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang .... 28 4.3.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 31 4.4 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 35 4.4.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 35 4.4.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang .... 37 4.4.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 40 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 44 5.2 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang

Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 45 5.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 46 5.3.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal


(10)

Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 46 5.3.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang .... 47 5.3.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 48 5.4 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 49 5.4.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 49 5.4.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang .... 50 5.4.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 51 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 52 6.2 Saran ... 52

DAFTAR RUJUKAN ... 53 LAMPIRAN ...


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Persentase distribusi karakteristik masyarakat yang kehilangan sebagian gigi

yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 23 2. Persentase distribusi karakteristik masyarakat yang kehilangan sebagian gigi

yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. ... 25

3. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 27

4. Uji chi-square antara daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 28

5. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 30

6. Uji chi-square antara daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 31

7. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior dan posterior) dan jumlah gigi yang hilang ... 33


(12)

8. Uji chi-square antara daerah (anterior dan posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 34

9. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 36

10.Uji chi-square antara daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 37

11.Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 39

12.Uji chi-square antara daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 40

13.Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior dan posterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 42

14. Uji chi-square antara daerah (anterior dan posterior ) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 43


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kerangka Konsep Skripsi

2. Kerangka Operasional

3. Lembar Persetujuan Responden

4. Kuesioner Penelitian

5. Perhitungan Statistik

6. Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

7. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan

8. Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Medan Sunggal


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi disebabkan oleh beberapa hal terutama oleh penyakit periodontal, karies gigi, dan trauma.1 Penyebab terbanyak kasus kehilangan gigi adalah penyakit periodontal dan karies akibat buruknya kondisi rongga mulut. Hal ini dapat terjadi pada satu atau beberapa gigi, dan dapat mengenai seluruh gigi apabila tidak dilakukan perawatan.2-3 Pada kasus lain, kehilangan gigi disebabkan oleh trauma baik itu pada gigi atau pada jaringan sekitarnya.3 Hal-hal yang juga dapat mempengaruhi kehilangan gigi dapat berupa umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.2,4

Kehilangan sebagian maupun seluruh gigi memiliki dampak, yaitu emosional, sistemik, dan fungsional.5-9 Emosi merupakan pengalaman psikologi yang kompleks dari suatu keadaan pikiran individu sebagai interaksi dari lingkungan luar dan lingkungan dalam.5 Dampak emosional antara lain berkurangnya rasa percaya diri, terganggunya aktivitas, dan terjadinya perubahan penampilan.6 Sistemik adalah pengaruh yang ditimbulkan akibat efek lokal.7 Dampak sistemik antara lain penyakit kardiovaskular, kanker gastrointestinal, dan stroke diakibatkan status rongga mulut yang buruk.8-11 Fungsional artinya lebih berhubungan dengan fungsi daripada psikologis.12 Dampak fungsional dapat berupa gangguan bicara dan gangguan mengunyah.3,8 Masyarakat yang sudah mengalami kehilangan gigi memiliki kesulitan untuk mengunyah dan memakan makanan keras.8

Fungsi utama dari gigi adalah untuk pengunyahan. Kehilangan gigi mengakibatkan menurunnya kemampuan pengunyahan. Akibatnya, terjadi pemilihan makanan pada masyarakat yang telah kehilangan gigi. Pemilihan makanan yang diakibatkan kehilangan gigi merupakan suatu perubahan pola konsumsi makanan yang selanjutnya akan mempengaruhi pola asupan nutrisi. Pada penelitian yang dilakukan Hung dkkditemukan persentase yang lebih kecil dalam konsumsi makanan yang sulit dikunyah seperti apel, pir, dan wortel pada subjek yang memiliki jumlah


(15)

gigi sedikit dibandingkan dengan subjek yang memiliki seluruh gigi.8

Menurut penelitian yang dilakukan Yoshihara dkk ditemukan bahwa adanya penurunan pola asupan nutrisi, seperti mineral dan vitamin pada orang yang telah mengalami kehilangan gigi atau memiliki jumlah gigi yang sedikit disebabkan menurunnya kemampuan pengunyahan.13 Seseorang yang kehilangan gigi pada bagian posterior dan memiliki jumlah gigi yang sedikit cenderung memilih makanan yang lebih mudah dikunyah.8-9

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat nutrisi dan atau unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi nutrisi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan kedalam tubuh. Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status nutrisi seseorang. Nutrisi yang baik atau nutrisi yang optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat nutrisi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status nutrisi yang kurang optimal terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat essensial. Zat nutrisi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.14 Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang menyebabkan dampak bagi tubuh secara umum, seperti terjadinya penyakit sistemik, penurunan kemampuan fungsional serta peningkatan infeksi sehingga mempengaruhi kualitas hidup masyarakat.6,8,10 Kemampuan pengunyahan akan meningkat setelah menggunakan gigitiruan sebagian lepasan (GTSL). Pemasangan GTSL pada masyarakat yang kehilangan gigi memiliki asupan nutrisi yang lebih baik dari yang tidak menggunakan. Pemakaian GTSL diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.15-17

1.2Permasalahan

Kasus kehilangan gigi dapat menyebabkan masalah baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi dokter gigi. Masalah bagi individu yaitu terganggunya pola asupan nutrisi. Terganggunya pola asupan nutrisi bagi tubuh akibat kehilangan


(16)

gigi akan mempengaruhi kesehatan tubuh secara umum dan rongga mulut secara khusus. Hal ini menjadi tantangan bagi dokter gigi agar dapat membuat gigitiruan yang baik untuk mampu mengatasi masalah pola asupan nutrisi pada masyarakat yang telah mengalami kehilangan gigi, sehingga menyebabkan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak dan menggunakan GTSL.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik masyarakat yang kehilangan sebagian gigi yang tidak dan menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

2. Bagaimana pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang.

3. Bagaimana pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat yang kehilangan sebagian gigi yang tidak dan menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

2. Untuk mengetahui pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang.

3. Untuk mengetahui pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang.


(17)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memperoleh data mengenai pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak dan menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengatasi masalah nutrisi pada masyarakat yang kehilangan sebagian gigi agar tidak terjadi dampak yang tidak diinginkan bagi tubuh seperti penyakit kronis, penurunan kemampuan fungsional, dan peningkatan kejadian infeksi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk penelitian yang lebih lanjut.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kehilangan sebagian gigi adalah hilangnya beberapa gigi asli dalam satu lengkung rahang.1,18 Kehilangan sebagian gigi yang dialami oleh pasien mempengaruhi kesehatan umum dan rongga mulut. Hal ini berpengaruh pada kualitas hidup secara keseluruhan, termasuk dalam hal menikmati makanan dan asupan nutrisi.8

2.1 Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat menimbulkan berbagai dampak.3,6,10

2.1.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi

Penyebab kehilangan gigi yang paling umum adalah penyakit periodontal, karies, dan trauma.3 Kehilangan gigi juga sering dihubungkan dengan penambahan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.2,4 Data Oral Health US menujukkan bahwa prevalensi kehilangan gigi pada usia 22-44 tahun adalah 2%, prevalensi kehilangan gigi ada pada usia 45-60 adalah 10%, dan prevalensi kehilangan gigi pada usia 65-74 adalah 25%.19 Berdasarkan data Canandian Community Health Survey, kehilangan gigi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria.20 Hal ini sesuai dengan penelitian Shamdol Z dkk di Malaysia yang melaporkan bahwa wanita memiliki resiko lebih besar mengalami kehilangan gigi daripada pria. Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi dan berjenis kelamin perempuan cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut, menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup yang lebih baik untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut.2,21

Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kehilangan sebagian gigi adalah hilangnya beberapa gigi asli dalam satu lengkung rahang.1,18 Kehilangan sebagian gigi yang dialami oleh pasien mempengaruhi kesehatan umum dan rongga mulut. Hal ini berpengaruh pada kualitas hidup secara keseluruhan, termasuk dalam hal menikmati makanan dan asupan nutrisi.8

2.1 Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat menimbulkan berbagai dampak.3,6,10

2.1.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi

Penyebab kehilangan gigi yang paling umum adalah penyakit periodontal, karies, dan trauma.3 Kehilangan gigi juga sering dihubungkan dengan penambahan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.2,4 Data Oral Health US menujukkan bahwa prevalensi kehilangan gigi pada usia 22-44 tahun adalah 2%, prevalensi kehilangan gigi ada pada usia 45-60 adalah 10%, dan prevalensi kehilangan gigi pada usia 65-74 adalah 25%.19 Berdasarkan data Canandian Community Health Survey, kehilangan gigi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria.20 Hal ini sesuai dengan penelitian Shamdol Z dkk di Malaysia yang melaporkan bahwa wanita memiliki resiko lebih besar mengalami kehilangan gigi daripada pria. Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi dan berjenis kelamin perempuan cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut, menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup yang lebih baik untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut.2,21

Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri


(20)

pada plak yang terakumulasi di antara gigi dan gusi dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak, dan berdarah pada tekanan ringan. Gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis jika tidak dilakukan perawatan. Gejala yang dirasakan salah satunya adalah perdarahan gusi ketika menyikat gigi. Selain itu juga dapat terjadi halitosis, resesi gingiva, dan pembentukan saku gusi. Periodontitis yang tidak dirawat akan mengakibatkan kehilangan tulang alveolar di sekitar gigi dan pada akhirnya akan terjadi kehilangan gigi.22

Karies adalah suatu penyakit pada jaringan gigi yang ditandai kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi yang meluas ke arah pulpa. Karies dapat timbul pada satu permukaan gigi dan dapat meluas ke dentin atau ke pulpa. Apabila tidak dirawat, karies dapat menimbulkan rasa nyeri, infeksi, dan kehilangan gigi.23 Pada beberapa kasus, ditemukan bahwa karies juga dapat menyebabkan kematian.10

Trauma atau injuri baik yang langsung mengenai gigi maupun jaringan sekitarnya dapat membuat gigi terlepas dari soketnya. Kehilangan gigi akibat trauma dapat terjadi karena kecelakaan seperti kecelakaan bermotor, bersepeda, serangan pada wajah, dan kontak ketika berolahraga. Kehilangan gigi juga disebabkan oleh perawatan orthodonti. Penelitian yang dilakukan oleh Sanya BO dkk pada masyarakat di Kenya menunjukkan bahwa penyebab utama kehilangan gigi adalah karies 52,6%, penyakit periodontal 27,6%, dan secara umum akibat trauma dan alasan pencabutan karena perawatan ortodonti sebesar 2% dan 2,2%.24

2.1.2 Dampak Kehilangan Gigi

Kehilangan sebagian maupun seluruh gigi memiliki dampak seperti emosional, sistemik, dan fungsional.6,8,10

2.1.2.1 Dampak Emosional

Kehilangan gigi dapat menimbulkan berbagai dampak emosional dalam kehidupan sehari-hari. Emosi merupakan pengalaman psikologi yang kompleks dari suatu keadaan pikiran individu sebagai interaksi dari lingkungan luar dan lingkungan dalam.5 Beberapa dampak yang terjadi diantaranya adalah berkurangnya kepercayaan diri dan keterbatasan aktivitas sosial. Keadaan yang lebih kompleks lagi dari dampak


(21)

emosional yang terjadi yaitu perasaan sedih dan depresi, merasa kehilangan bagian diri, dan merasa lebih tua. Penelitian Davis dkk menunjukkan 45% dari pasien di London sulit menerima kehilangan gigi dan mengungkapkan adanya dampak emosional akibat kehilangan gigi.6

2.1.2.2 Dampak Sistemik

Sistemik adalah pengaruh yang ditimbulkan akibat efek lokal.7 Dampak sistemik antara lain penyakit kardiovaskular, kanker gastrointestinal, dan stroke diakibatkan status rongga mulut yang buruk .8,10,11 Penyakit-penyakit di atas terjadi karena ketidakcukupan nutrisi karena ketidakmampuan dalam mengunyah makanan sehubungan dengan kehilangan gigi. Hubungan lain kehilangan gigi dengan penyakit kardiovaskular adalah akibat infeksi peradangan pada rongga mulut yang disebabkan penyakit periodontal. Penyakit periodontal dapat menyebabkan disfungsi endotelial, pembentukan plak arteri karotid, dan dapat menyebabkan kemunduran kemampuan antiterogenik dari HDL.22 Ketidakseimbangan dari konsumsi makanan tersebut akan menimbulkan penyakit kardiovaskular, osteoporosis, dan keganasan gastrointestinal.10

Kurangnya konsumsi kalsium dan vitamin D yang berasal dari buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan terjadinya osteoporosis.25 Resiko timbulnya penyakit gastrointestinal seperti kanker esofagus dan kanker lambung dapat juga meningkat sehubungan dengan kehilangan gigi. Kehilangan gigi merupakan suatu gambaran yang buruk dari kondisi kesehatan rongga mulut yang memperantarai penumpukan bakteri pada gigi dan juga sebagai penanda adanya bakteri endogen, khususnya flora gastrointestinal. Penelitian Abnet dkk menunjukkan bahwa pasien yang kehilangan gigi memiliki jumlah flora mulut yang lebih banyak sehingga lebih selektif dalam mereduksi nitrat menjadi nitrit. Nitrit akan bereaksi secara langsung dengan amina dan akan diubah menjadi carsinogenik nitrosiamines. Nitrosiamin yang dihasilkan akan mengakibatkan keganasan pada gastrointestinal. Zat karsinogenik seperti oksigen reaktif dan asetaldehid juga diproduksi oleh bakteri mulut.10


(22)

2.1.2.3 Dampak Fungsional

Dampak fungsional dapat berupa gangguan bicara dan gangguan mengunyah.3,8

2.1.2.3.1 Gangguan Bicara

Dalam proses bicara, gigi geligi memilki peranan yang sangat penting. Menurut penelitian Hugo dkk menunjukkan adanya kesulitan bicara pada subjek yang telah kehilangan gigi.4 Melalui bantuan bibir dan lidah yang berkontak dengan gigi geligi dihasilkan beberapa huruf tertentu. Huruf-huruf yang dibentuk melalui kontak gigi-geligi dan lidah adalah seperti huruf d, n, l, j, t, s, z, x, th, ch, dan sh yang merupakan huruf konsonan. Sedangkan huruf yang dibentuk melalui kontak gigi-geligi dan bibir yaitu f dan v. Pasien yang telah mengalami kehilangan gigi akan kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf tersebut. Hal inilah yang akan mengganggu proses bicara dan komunikasi dengan orang lain.9

2.1.2.3.2 Gangguan Mengunyah

Sistem pengunyahan adalah suatu unit fungsional yang terdiri dari gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibular, otot-otot termasuk bibir, pipi, lidah, palatum, sekresi saliva, sistem peredaran darah, dan persyarafan.26 Proses pengunyahan merupakan fenomena yang melibatka diteruskan ke rongga makanan yang tadinya keras menjadi agak lembut dan lunak.26,27 Gigi anterior berfungsi untuk memotong makanan, sedangkan gigi posterior digunakan untuk mengunyah atau menghaluskan makanan.9

Penelitian yang dilakukan oleh Hugo FN dkk ditemukan bahwa jumlah gigi geligi mempunyai dampak signifikan terhadap kemampuan pengunyahan.4 Pada penelitian yang dilakukan Hung dkk ditemukan persentase yang lebih kecil dalam konsumsi makanan yang sulit dikunyah seperti apel, pir, dan wortel pada subjek yang memiliki jumlah gigi sedikit dibandingkan dengan subjek yang memiliki seluruh gigi.8 Menurut penelitian Yoshihara dkk ditemukan bahwa adanya penurunan pola asupan nutrisi, seperti mineral dan vitamin pada orang yang telah mengalami


(23)

kehilangan gigi atau memiliki jumlah gigi yang sedikit disebabkan menurunnya kemampuan pengunyahan.13 Seseorang yang kehilangan gigi pada bagian posterior dan memiliki jumlah gigi yang sedikit cenderung memilih makanan yang lebih mudah dikunyah.8-9

2.2 Klasifikasi Kehilangan Sebagian Gigi

2.2.1 Daerah Gigi yang Hilang

Kehilangan gigi dapat diklasifikasikan berdasarkan daerahnya yaitu anterior, posterior, serta anterior dan posterior. Klasifikasi ini dibuat untuk mengetahui perbedaan kebutuhan akan pemakaian gigitiruan yaitu kebutuhan estetis atau fungsional. Kehilangan gigi anterior mencakup hilangnya minimal satu gigi anterior dan memerlukan perbaikan estetis. Kehilangan gigi posterior mencakup hilangnya minimal tiga gigi posterior dan memerlukan perbaikan fungsional karena kehilangan gigi posterior akan mempengaruhi kemampuan individu untuk mengunyah. Gigi premolar termasuk ke dalam kedua klasifikasi ini karena gigi premolar penting untuk fungsi estetis. Kehilangan gigi anterior posterior merupakan gabungan dari kedua klasifikasi di atas.28,29

2.2.2 Jumlah Gigi yang Hilang

Jumlah gigi-geligi yang memadai akan mempengaruhi fungsi pengunyahan, penampilan, berbicara, serta akan terbebas dari rasa sakit dan rasa tidak nyaman, sehingga hilangnya gigi-geligi akan mempengaruhi banyak aspek dalam kualitas hidup seseorang.28 Dalam penelitiannya, Knezovic-Zlataric D dkk membagi kelompok jumlah kehilangan gigi menjadi tiga yaitu kehilangan satu sampai lima gigi, kehilangan enam sampai sepuluh gigi, dan kehilangan lebih dari sepuluh gigi.30

2.3 Nutrisi

Nutrisi merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum. Optimalnya


(24)

status nutrisi dapat terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien.14

2.3.1 Jenis-jenis Zat Gizi

Menurut Almatsier S, zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat gizi terdiri dari beberapa jenis, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.14

2.3.1.1 Karbohidrat

Karbohidrat atau disebut juga sakarida, berasal dari bahasa Yunani Sakcharon yang berarti gula, memiliki jumlah paling banyak diantara empat kelas biomolekul, yang juga termasuk protein, lemak, dan asam nukleat. Unit dasar dari karbohidrat adalah monosakarida yang terdiri dari glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Monosakarida adalah sumber utama dalam metabolisme, khususnya sebagai sumber energi dan biosintesis. Dua monosakarida dapat bergabung membentuk disakarida, dan gabungan lebih dari dua monosakarida disebut polisakarida.14,31

Karbohidrat memegang peranan penting dalam beberapa proses, seperti sistem pertahanan tubuh, fertilisasi, patogenesis, pembekuan darah, dan perkembangan. Fungsi utama dari karbohidrat adalah sebagai sumber energi bagi tubuh. Karbohidrat mengandung empat kilokalori dalam tiap gramnya. Apabila kebutuhan karbohidrat tidak terpenuhi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Karbohidrat, khususnya jenis monoskarida dan disakarida, dapat berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada makanan. Gula yang paling manis adalah fruktosa, disusul glutosa, maltosa, dan laktosa. Selain sebagai pemanis, laktosa juga membantu penyerapan kalsium dan menyebabkan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran cerna. 14

Fungsi lain dari karbohidrat adalah membantu pengeluaran feses. Selulosa dalam serat akan mengatur peristaltik usus dan hemiselulosa dapat memberi bentuk pada feses dengan penyerapan air yang banyak dalam usus besar. Penyakit-penyakit seperti kegemukan, konstipasi, hemoroid, kanker usus besar, diabetes melitus, dan


(25)

jantung koroner dapat dicegah oleh serat. Karbohidrat membutuhkan lebih sedikit air untuk dicerna dibandingkan protein dan lemak. Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi, roti, ubi, kentang, sereal, bihun, mie, tepung-tepungan dan sebagainya. 14,31

2.3.1.2 Protein

Protein berasal dari bahasa Yunani proteos, yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar kedua di tubuh setelah air. Beberapa fungsi dari protein adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi. Seperti halnya karbohidrat, protein mengandung empat kilokalori dalam tiap gramnya. Beberapa makanan yang mengandung protein termasuk daging sapi, ayam, telur, tempe, tahu, ikan, kacang-kacangan, padi-padian, polong-polongan, dan keju.14,32

Dalam proses pencernaan, protein dari makanan dihancurkan dengan menggunakan enzim prototase menjadi polipeptida yang lebih kecil. Polipeptida ini diperlukan untuk menghasilkan asam amino bagi organisme, termasuk asam amino esensial yang tidak bisa dibiosintesis oleh organisme itu sendiri. Ada dua puluh macam asam amino yang dibutuhkan tubuh dalam sintesis protein. Sebelas diantaranya termasuk asam amino nonesensial, yang mana asam amino jenis ini dapat disintesis oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup. Berbeda dengan asam amino nonesensial, sembilan jenis asam amino esensial tidak dapat disintesis oleh tubuh, namun dapat diperoleh dari makanan. Beberapa makanan yang mengandung asam amino esensial adalah susu, telur, daging, dan kedelai.32

Kebutuhan protein per harinya berbeda antara pria dan wanita. Wanita berusia 19-70 tahun membutuhkan 46 gram protein per hari, sedangkan pria berusia 19-70 tahun membutuhkan lebih banyak protein, yaitu 56 gram per hari. Perbedaan ini disebabkan oleh pria memiliki masa tubuh yang lebih besar dibandingkan wanita. Perbedaan kebutuhan akan asupan protein juga tampak pada beberapa kondisi


(26)

tertentu. Kebutuhan jumlah protein meningkat pada individu dengan aktifitas fisik yang lebih, pada anak dalam masa pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui, atau apabila tubuh dalam masa penyembuhan setelah trauma dan operasi. Tidak tercukupinya kebutuhan protein dapat menyebabkan penyakit serius seperti kwashiorkor dan marasmus, bahkan kematian di beberapa negara berkembang. Dilaporkan sekitar 500 juta orang mengalami malnutrisi energi protein. Menurut Moynihan PJ, malnutrisi energi protein pada usia tua berhubungan dengan kehilangan jaringan otot, penurunan masa tulang, perusakan fungsi kognitif, penyembuhan luka yang buruk, dan meningkatkan insiden kecacatan dan kematian.32

2.3.1.3 Lemak

Lemak terdiri dari sekelompok ikatan yang dapat larut oleh pelarut organik namun tidak dapat dilarutkan oleh air. Lemak dapat berwujud cair dan padat pada suhu ruang. Dalam kehidupan, lemak atau yang disebut juga lipid berguna dalam fungsi struktural maupun fungsi metabolik. Beberapa fungsi lemak antara lain sebagai sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, pemberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan, memelihara suhu tubuh, dan pelindung organ seperti jantung, hati, dan ginjal. Lapisan lemak di bawah kulit akan mengisolasi tubuh dan mencegah kehilangan panas tubuh.14,33

Lemak bisa didapat dari hewan maupun tumbuhan. Beberapa contoh makanan yang mengandung lemak hewani adalah hati, ginjal, kuning telur, minyak ikan, mentega, susu, dan bagian bawah kulit hewan. Lemak nabati dapat diperoleh dari kacang tanah, kacang kedelai, cokelat, keju, biji-bijian, wijen, kelapa, zaitun, dan minyak sayuran. Lemak-lemak ini dapat dikategorikan menjadi lemak jenuh dan tak jenuh.14,33

2.3.1.4 Vitamin

Vitamin merupakan zat organik kompleks yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh, oleh karena itu harus didapatkan dari makanan. Vitamin berperan sebagai pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Dalam beberapa tahap reaksi


(27)

metabolisme energi, peran vitamin sangat dibutuhkan. Pada umumnya, vitamin berfungsi sebagai koenzim atau bagian dari enzim.14

2.3.1.5 Mineral

Mineral berperan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Sumber mineral dapat diperoleh dari makanan, baik hewani maupun nabati. Mineral hewani dapat diperoleh dari daging, hati, ginjal, unggas, ikan kaleng, ikan kering, kerang, udang, telur, mentega/margarin, susu, dan ekstrak susu. Mineral nabati terdapat pada sayuran, buah-buahan seperti pisang dan tomat, biji-bijian, kacang-kacangan, tahu, tempe, dan cokelat. Sumber lain adalah garam dapur yang kaya akan natrium dan klor.14,34

2.4 Pola Asupan Nutrisi

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan. Pola asupan nutrisi adalah pola konsumsi makanan pasien dengan menilai perasaan pasien terhadap perubahan dalam pemilihan makanan dengan zat gizi tertentu akibat kesulitan mengkonsumsi makanan yang dinilai dengan merasa berubah dan tidak merasa berubah. Pasien yang kehilangan gigi akan mengalami gangguan pengunyahan, sehingga mereka lebih cenderung mengkonsumsi makanan yang lunak daripada makanan yang keras.14, 27

2.5 Dampak Perubahan Pola asupan Nutrisi

Perubahan pada pola asupan nutrisi dapat menimbulkan dampak bagi tubuh, seperti penyakit kronis, penurunan kemampuan fungsional, dan peningkatan kejadian infeksi. Nutrisi memegang peranan penting dalam pencegahan penyakit. Malnutrisi dapat terjadi pada keadaan defisiensi kalori, protein, dan nutrient mikro di dalam tubuh. Asupan nutrisi yang baik dan terkontrol akan mengurangi resiko terjadinya malnutrisi, sebagaimana akan mengurangi resiko penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular dan kanker.10,11


(28)

Pada pasien yang telah memiliki usia lanjut, resiko terjadinya osteoporosis akan meningkat akibat kekurangan kalsium dan vitamin D yang berperan penting untuk absorbsi kalsium. Kurangnya asupan makanan yang mengandung vitamin C dapat menyebabkan defisiensi besi karena vitamin C yang berperan dalam pernyerapan besi. Konsumsi vitamin B yang adekuat, khususnya folat dan vitamin B12, dapat mencegah terjadinya demensia pada usia lanjut. 36

Makanan yang dikonsumsi juga mempengaruhi gigi-geligi seseorang. Dan sebaliknya, keadaan gigi-geligi juga mempengaruhi makanan yang dikonsumsi.31 Infeksi bisa menjadi faktor utama terjadinya infeksi dan inflamasi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan disfungsi pada sistem imun dan mempengaruhi pertahanan diri terhadap infeksi. Infeksi dapat terjadi pada gigi-geligi, mukosa membran, gingiva, lidah, dan juga kelenjar saliva.37

Pertahanan terhadap infeksi didapatkan dengan mengkonsumsi beberapa jenis zat gizi yang diperoleh dari makanan, seperti protein, vitamin, asam lemak esensial, dan nutrient mikro.38 Kurangnya mengkonsumsi vitamin B kompleks dan zat besi mengakibatkan nyeri pada mulut atau lidah terasa panas. Cara mengatasinya bisa dengan memberi tambahan B kompleks. 39

2.6 Hubungan Penggunaan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi

Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang. Diantaranya yaitu : berkurangnya kemampuan mengunyah dan mencerna makanan, berkurangnya cita rasa, dan faktor penyerapan makanan. Pengunaan GTSL pada pasien yang telah mengalami kehilangan gigi akan memperbaiki kemampuan pengunyahan mereka.15-17

2.6.1 Hubungan Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi

Tahap pertama dari proses pencernaan adalah pengunyahan. Pengunyahan merupakan fungsi penting sehubungan dengan sistem pencernaan. Makanan akan dihaluskan saat pengunyahan berlangsung kemudian ditelan dan dicerna. Pasien yang telah mengalami kehilangan gigi, dan tidak menggunakan GTSL akan merasakan


(29)

bahwa makanan akan lebih sulit dikunyah dan proses penelanan akan menjadi tidak nyaman, serta kehilangan fungsi pengunyahan optimal yang berdampak pada makin sedikitnya pilihan diet, menurunnya asupan nutrisi, status gizi serta berat badan.8

Kehilangan gigi sering menyebabkan penurunan konsumsi sayur-sayuran, serat, makanan yang sulit dikunyah seperti apel, wortel, seledri, dan roti. Pada umumnya orang yang kehilangan gigi juga memiliki asupan energi yang rendah dan secara signifikan mengkonsumsi protein, kalsium, zat besi, niasin, dan vitamin C dalam jumlah sedikit. Kesulitan mengunyah merupakan indikator penting mengidentifikasi kemungkinan pasien edentulus mengalami resiko kekurangan nutrisi.15

2.6.2 Hubungan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi

Pasien yang kehilangan gigi dapat menghambat konsumsi makanan dan membatasi pemenuhan nutrisi yang sangat penting bagi tubuh, sehingga pola asupan nutrisi mereka menjadi terganggu. Pemasangan GTSL pada pasien kehilangan gigi memiliki asupan nutrisi yang lebih baik dari yang tidak menggunakan. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, pemasangan GTSL akan meningkatkan fungsi pengunyahan. Hal ini akan memperbaiki kualitas hidup pasien.16


(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah masyarakat yang kehilangan sebagian gigi yang tidak dan menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

3.3 Sampel

Cara sampling yang digunakan adalah teknik penarikan sampel nonprobabiliti secara purposive, yaitu dengan mengadakan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi karakteristik populasi dan kemudian menetapkan sampel. Sampel yang digunakan adalah masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang kehilangan sebagian gigi yang tidak dan menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Sesuai angka minimum yang ditetapkan Bailey dan Gay untuk penelitian statistik, jumlah sampel minimal 30 orang. 36,37

3.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria sampel inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang berumur lebih besar atau sama dengan 20 tahun dan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

2. Masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang kehilangan sebagian gigi yang tidak menggunakan GTSL.


(31)

3. Masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang menggunakan GTSL yang berfungsi dengan baik.

4. Masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang bersedia diwawancarai.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

1. Masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang berumur dibawah 20 tahun dan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani yang tidak baik.

2. Masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang tidak bersedia diwawancarai.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Warga di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang kehilangan sebagian gigi yang tidak dan menggunakan gigitiruan sebagian lepasan berdasarkan :

1. Daerah gigi yang hilang 2. Jumlah gigi yang hilang

3.4.2 Variabel Terikat

Pola asupan nutrisi setelah kehilangan sebagian gigi : a. Karbohidrat

b. Protein c. Lemak d. Vitamin

• Vitamin A • Vitamin B • Vitamin C • Vitamin D


(32)

• Vitamin E • Vitamin K e. Mineral

3.4.3 Variabel Terkendali Peneliti dan alat ukur sama

3.4.4 Variabel Tak Terkendali

Kejujuran dan keakuratan masyarakat dalam menjawab pertanyaan.

3.5Defenisi Operasional

1. Pola asupan nutrisi adalah pola konsumsi makanan masyarakat setelah kehilangan sebagian gigi dengan menilai perasaan masyarakat terhadap perubahan dalam pemilihan makanan dengan zat gizi tertentu akibat kesulitan mengkonsumsi makanan yang dinilai dengan merasa berubah dan tidak merasa berubah.

2. Karbohidrat adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya nasi, roti, ubi/singkong, jagung dan mie.

3. Protein adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya telur, daging sapi/ayam, unggas, ikan dan kerang.

4. Lemak adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya kelapa, kacang tanah, cokelat, dan keju.

5. Vitamin A adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya hati, daun singkong, kangkung, bayam, dan kacang panjang.

6. Vitamin B adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya buncis, kentang, dan pisang.

7. Vitamin C adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya kol, kemangi, tomat, dan sawi.

8. Vitamin D adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya keju dan kuning telur.

9. Vitamin E adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya kacang-kacangan dan jagung.


(33)

10. Vitamin K adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya kacang polong, brokoli, dan tauge.

11. Mineral adalah zat gizi yang dikandung oleh beberapa makanan/bahan makanan diantaranya teri kering, udang segar, dan jambu biji.

12. Masyarakat yang tidak menggunakan gigitiruan sebagian lepasan adalah masyarakat yang mengalami kehilangan sebagian gigi dan tidak memakai gigitiruan sebagian lepasan.

13. Masyarakat yang menggunakan gigitiruan sebagian lepasan adalah masyarakat yang mengalami kehilangan sebagian gigi dan memakai gigitiruan sebagian lepasan.

14. Daerah gigi yang hilang adalah daerah pada rongga mulut yang kehilangan gigi, yang dikelompokkan menjadi: - anterior

- posterior

- anterior dan posterior

15. Jumlah gigi yang hilang adalah jumlah gigi masyarakat yang telah hilang atau sudah dilakukan pencabutan yang dibedakan atas 1-5 gigi, 6-10 gigi, dan lebih dari 10 gigi.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal pada bulan Juni 2012.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1.1 Alat Penelitian

1. Alat pemeriksaan rongga mulut yaitu kaca mulut, sonde, dan pinset. 2. Alat tulis.


(34)

3.7.1.2 Bahan Penelitian Lembar kuesioner

3.7.2 Cara Penelitian

1. Penelitian diawali dengan observasi terhadap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal untuk memperoleh gambaran sampel yang akan digunakan. Data sampel yang akan digunakan diperoleh dari puskesmas dan tenaga kesehatan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

2. Peneliti mengurus surat pengantar untuk izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi USU, Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan kota Medan, Kecamatan Medan Sunggal, dan Kelurahan Tanjung Rejo.

3. Setelah memperoleh surat izin melakukan penelitian, peneliti memulai penelitian dengan mengunjungi rumah responden untuk melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.

4. Sebelum memulai wawancara, peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan, kemudian membagikan surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian (informed consent) kepada responden.

5. Peneliti mencatat identitas responden dan melakukan pemeriksaan terhadap rongga mulut masyarakat.

6. Peneliti melakukan wawancara langsung dengan responden sambil mengisi kuesioner.

7. Informasi yang diperoleh dari masyarakat dicatat menggunakan skala Likert dan dikategorikan menjadi sangat tidak merasa berubah, tidak merasa berubah, biasa saja, merasa berubah, dan sangat merasa berubah.

8. Sangat tidak merasa berubah, tidak merasa berubah, dan biasa saja menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak merasakan perubahan, sedangkan merasa berubah dan sangat merasa berubah menunjukkan bahwa subjek penelitian merasakan perubahan.


(35)

9. Setelah data hasil wawancara dan pemeriksaan dari semua responden telah diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah dengan bantuan komputer. Setelah mendapatkan hasil pengolahan data, peneliti membuat laporan dan menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

3.7.3 Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan coding card. Data disajikan dengan menghitung frekuensi distribusi, kemudian melakukan uji statistik dengan Chi-Square dan dilanjutkan uji Kruskal-Wallis jika distribusi data tidak memungkinkan untuk dilakukan uji Chi-Square. Berdasarkan hasil uji Chi-Square dan Kruskal-Wallis dapat ditentukan variabel yang menunjukan hubungan signifikan (p < 0,05).


(36)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Pada penelitian ini, masyarakat yang kehilangan sebagian gigi di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal dikelompokkan menjadi enam karakteristik, yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan akhir, penggunaan GTSL, daerah gigi yang hilang, dan jumlah gigi yang hilang. Berdasarkan usia, masyarakat yang kehilangan sebagian gigi yang tidak menggunakan GTSL dibagi atas tiga kelompok usia yaitu, kelompok pertama usia 20-39 tahun sebanyak 6 orang (33,33%), kelompok kedua usia 40-59 tahun sebanyak 4 orang (22,22%), dan kelompok ketiga usia 60 tahun ke atas sebanyak 8 orang (44,44%). Jumlah masyarakat yang tidak menggunakan GTSL yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (66,67%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang (33,33%). Berdasarkan tingkat pendidikan, masyarakat yang kehilangan sebagian gigi terdiri atas lima kelompok, yaitu masyarakat di tingkat SD 8 orang (44,44%), di tingkat SMP 5 orang (27,78%), di tingkat SMA 2 orang (11,11%), di tingkat Perguruan Tinggi 3 orang (16,67%), sedangkan masyarakat yang tidak bersekolah tidak dijumpai.

Untuk karakteristik keadaan gigi geligi, masyarakat kehilangan sebagian gigi dikelompokkan berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang, yaitu pada daerah anterior dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi 2 orang (11,11%), 6-10 gigi 1 orang (5,56%), lebih dari 10 gigi 1 orang (5,56%), pada daerah posterior dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi 3 orang (16,67%), 6-10 gigi 1 orang (5,56%), lebih dari 10 gigi 2 orang (11,11%), pada daerah anterior dan posterior dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi 2 orang (11,11%), 6-10 gigi 2 orang (11,11%), dan lebih dari 10 gigi 4 orang (22,22%). (Tabel 1)


(37)

Tabel 1. Persentase distribusi karakteristik masyarakat yang kehilangan sebagian gigi yang tidak menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1 Umur (Tahun)

20-39 6 33,33

40-59 4 22,22

≥ 60 8 44,44

JUMLAH 18 100

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 12 66,67

Perempuan 6 33,33

JUMLAH 18 100

3 Pendidikan

Tidak sekolah -

SD 8 44,44

SMP 5 27,78

SMA 2 11,11

Perguruan Tinggi 3 16,67

JUMLAH 18 100

4 Daerah dan jumlah gigi yang hilang

- Anterior

1-5 gigi 2 11,11

6-10 gigi 1 5,56

> 10 gigi 1 5,56

- Posterior

1-5 gigi 3 16,67

6-10 gigi 1 5,56

> 10 gigi 2 11,11

- Anterior dan posterior

1-5 gigi 2 11,11

6-10 gigi 2 11,11

> 10 gigi 4 22,22


(38)

4.2 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Masyarakat yang kehilangan sebagian gigi yang menggunakan GTSL dibagi atas tiga kelompok usia yaitu, kelompok pertama usia 20-39 tahun sebanyak 9 orang (50%), kelompok kedua usia 40-59 tahun sebanyak 4 orang (22,22%) dan kelompok ketiga usia 60 tahun ke atas sebanyak 5 orang (27,78%). Jumlah masyarakat yang menggunakan GTSL yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 orang (55,56%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang (44,44%). Berdasarkan tingkat pendidikan, masyarakat yang kehilangan sebagian gigi terdiri atas lima kelompok, yaitu masyarakat di tingkat SD 3 orang (16,67%), di tingkat SMP 4 orang (22,22%), di tingkat SMA 8 orang (44,44%), di tingkat Perguruan Tinggi 3 orang (16,67%), sedangkan masyarakat yang tidak bersekolah tidak dijumpai.

Untuk karakteristik keadaan gigi geligi, masyarakat kehilangan sebagian gigi dikelompokkan berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang, yaitu pada daerah anterior dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi 4 orang (22,22%), 6-10 gigi 2 orang (11,11%), lebih dari 10 gigi 1 orang (5,56%), pada daerah posterior jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi 2 orang (11,11%), 6-10 gigi 1 orang (5,56%), lebih dari 10 gigi 1 orang (5,56%), pada daerah anterior dan posterior jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi 4 orang (22,22%), 6-10 gigi 1 orang (5,56%), dan lebih dari 10 gigi 2 orang (11,11%). (Tabel 2)


(39)

Tabel 2. Persentase distribusi karakteristik masyarakat yang kehilangan sebagian gigi yang menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1 Umur (Tahun)

20-39 9 50

40-59 4 22,22

≥ 60 5 27,78

JUMLAH 18 100

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 8 44,44

Perempuan 10 55,56

JUMLAH 18 100

3 Pendidikan

Tidak sekolah -

SD 3 16,67

SMP 4 22,22

SMA 8 44,44

Perguruan Tinggi 3 16,67

JUMLAH 18 100

4 Daerah dan jumlah gigi yang hilang

- Anterior

1-5 gigi 4 22,22

6-10 gigi 2 11,11

> 10 gigi 1 5,56

- Posterior

1-5 gigi 2 11,11

6-10 gigi 1 5,56

> 10 gigi 1 5,56

- Anterior dan posterior

1-5 gigi 4 22,22

6-10 gigi 1 5,56

> 10 gigi 2 11,11


(40)

4.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang

4.3.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang

Masyarakat tidak merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, keterbatasan pemilihan makanan, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin K dan mineral. Kesulitan memakan makanan tertentu dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi, 6-10 gigi, dan lebih dari 10 gigi yaitu masing- masing 1 orang (25,00%). Kesulitan memakan yang mengandung protein dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi dan lebih dari 10 gigi yaitu masing- masing 1 orang (25,00%). Kesulitan memakan yang mengandung vitamin E dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi dan lebih dari 10 gigi yaitu masing- masing 1 orang (25,00%). (Tabel 3)

Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan tertentu, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, dan mineral. (Tabel 4)


(41)

Tabel 3.Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi

Anterior n=4

1-5 gigi 6-10 gigi > 10 gigi

Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa

n % n % n % n % n % n %

1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

2 Kesulitan saat mengunyah 0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

3 Pilihan makanan terbatas 0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

4 Kesulitan memakan makanan tertentu 1 25,00 1 25,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00

5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein

0 00,00 2 50,00 1 25,00 0 00,00 1 25% 0 00,00

7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E

1 25,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00 1 25,00 0 00,00

13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral


(42)

Tabel 4. Uji chi-square antara daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

4.3.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang Masyarakat yang merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin E paling tinggi pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 2 orang (33,33%) dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi yaitu 1 orang (16,67%). Kesulitan memakan makanan tertentu dan mineral paling tinggi dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 2 orang (33,33%) dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi dan 6-10

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi p

1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan 1,000

2 Kesulitan saat mengunyah 1,000

3 Pilihan makanan terbatas 1,000

4 Kesulitan memakan makanan tertentu 0,518

5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung

karbohidrat 1,000

6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein 1,000 7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak 1,000 8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A 1,000 9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B 1,000 10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C 1,000 11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D 1,000 12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E 0,529 13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K 1,000 14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral 1,000


(43)

gigi yaitu masing-masing 1 orang (16,67). Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin K hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 2 orang (33,33%). Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C dan vitamin D hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 1 orang (16,67%). (Tabel 5)

Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan tertentu, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, dan mineral. (Tabel 6)


(44)

Tabel 5.Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi

Posterior n=6

1-5 gigi 6-10 gigi > 10 gigi

Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa

n % n % n % n % n % n %

1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan

0 00,00 3 50,00 1 16,67 0 00,00 2 33,33 0 00,00

2 Kesulitan saat mengunyah 0 16,67 3 50,00 1 16,67 0 00,00 2 33,33 0 00,00

3 Pilihan makanan terbatas 0 00,00 3 50,00 1 16,67 0 00,00 2 33,33 0 00,00

4 Kesulitan memakan makanan tertentu 1 16,67 2 33,33 1 16,67 0 00,00 2 33,33 0 00,00

5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat

0 00,00 3 50,00 1 16,67 0 00,00 2 33,33 0 00,00

6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein

0 00,00 3 50,00 1 16,67 0 00,00 2 33,33 0 00,00

7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak

0 00,00 3 50,00 1 16,67 0 00,00 2 33,33 0 00,00

8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A

0 00,00 3 50,00 0 00,00 1 16,67 2 33,33 0 00,00

9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B

0 00,00 3 50,00 0 00,00 1 16,67 2 33,33 0 00,00

10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C

0 00,00 3 50,00 0 00,00 1 16,67 1 16,67 1 16,67

11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D

0 00,00 3 50,00 0 00,00 1 16,67 1 16,67 1 16,67

12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E

0 00,00 3 50,00 1 16,67 0 00,00 2 33,33 0 00,00

13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K

0 00,00 3 50,00 0 00,00 1 16,67 2 33,33 0 00,00

14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral


(45)

Tabel 6. Uji chi-square antara daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

4.3.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang

Masyarakat yang merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan tertentu, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin E, vitamin K, dan mineral paling tinggi pada kelompok

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi p

1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan 0,600

2 Kesulitan saat mengunyah 0,600

3 Pilihan makanan terbatas 0,600

4 Kesulitan memakan makanan tertentu 0,600

5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat 0,600 6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein 0,600 7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak 0,600 8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A 0,400 9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B 1,000 10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C 0,500 11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D 0,600 12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E 1,000 13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K 0,670 14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral 0,400


(46)

dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 4 orang (50%) dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi yaitu 2 orang (25,00%). Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A paling tinggi dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 3 orang (37,50%) dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi yaitu 1 orang (12,25%). Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B dan vitamin C paling tinggi dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 4 orang (50,00%) dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi yaitu 1 orang (12,25%). Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 3 orang (37,50%). (Tabel 7)

Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan tertentu, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K dan mineral. (Tabel 8)


(47)

Tabel 7. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior dan posterior) dan jumlah gigi yang hilang

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi

Anterior dan Posterior n=8

1-5 gigi 6-10 gigi > 10 gigi

Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa

n % n % n % n % n % n %

1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan

0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

2 Kesulitan saat mengunyah 0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

3 Pilihan makanan terbatas 0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

4 Kesulitan memakan makanan tertentu 0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat

0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein

0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak

0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A

0 00,00 2 25,00 1 12,25 1 12,25 3 37,50 1 12,25

9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B

0 00,00 2 25,00 1 12,25 1 12,25 4 50,00 0 00,00

10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C

0 00,00 2 25,00 1 12,25 1 12,25 4 50,00 0 00,00

11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D

0 00,00 2 25,00 0 12,25 2 25,00 3 37,50 1 12,25

12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E

0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K

0 00,00 2 25,00 2 25,00 0 00,00 4 50,00 0 00,00

14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral


(48)

Tabel 8. Uji chi-square antara daerah (anterior dan posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

4.4 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang

4.4.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang

Masyarakat tidak merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, keterbatasan pemilihan makanan, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C,

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi p

1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan 0,071

2 Kesulitan saat mengunyah 0,071

3 Pilihan makanan terbatas 0,071

4 Kesulitan memakan makanan tertentu 0,071

5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung

karbohidrat

0,071 6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein 0,071 7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak 0,071 8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A 0,071 9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B 0,071 10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C 0,071 11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D 0,286 12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E 0,011 13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K 0,670 14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral 0,400


(49)

vitamin D, vitamin K, dan mineral. Kesulitan memakan makanan tertentu dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi, 6-10 gigi, dan lebih dari 10 gigi yaitu masing- masing 1 orang (14,28%). Kesulitan memakan yang mengandung protein hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi yaitu 1 orang (14,28%). Kesulitan memakan yang mengandung lemak hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 1 orang (14,28%). Kesulitan memakan yang mengandung vitamin E hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi yaitu 1 orang (14,28%). (Tabel 9)

Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan tertentu, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, dan mineral. (Tabel 10)


(50)

Tabel 9. Persentase pola asupan nutrisi kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi

Anterior n= 7

1-5 gigi 6-10 gigi > 10 gigi

Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa

n % n % n % n % n % n %

1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan 0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

2 Kesulitan saat mengunyah 0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

3 Pilihan makanan terbatas 0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

4 Kesulitan memakan makanan tertentu 1 14,28 3 42,85 1 14,28 1 14,28 1 14,28 0 00,00

5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat

0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein

1 14,28 3 42,85 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak

0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 1 0 00,00

8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A

0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B

0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C

0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D

0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E

0 00,00 4 42,85 1 14,28 1 14,28 0 00,00 1 14,28

13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K

0 00,00 4 57,14 0 00,00 2 28,57 0 00,00 1 14,28

14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral


(51)

Tabel 10. Uji chi-square antara daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

4.4.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang

Masyarakat tidak merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin K, dan mineral. Kesulitan memakan makanan tertentu dan yang mengandung protein dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi, 6-10 gigi, dan lebih dari 10 gigi yaitu masing-masing 1 orang

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi p 1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan 0,571 2 Kesulitan saat mengunyah 0,571 3 Pilihan makanan terbatas 0,571 4 Kesulitan memakan makanan tertentu 0,472 5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat 0,571 6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein 0,571 7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak 0,571 8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A 0,571 9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B 0,571 10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C 0,571 11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D 0,571 12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E 0,571 13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K 0,703 14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral 0,571


(52)

(25,00%). Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 1 orang (25,00%). (Tabel 11)

Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan tertentu, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K dan mineral. (Tabel 12)


(53)

Tabel 11. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi

Posterior n = 4

1-5 gigi 6-10 gigi > 10 gigi

Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa Merasa Tidak Merasa

n % n % n % n % n % n %

1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan 0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00 2 Kesulitan saat mengunyah 0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00 3 Pilihan makanan terbatas 0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00 4 Kesulitan memakan makanan tertentu 1 25,00 1 25,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung

karbohidrat

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein

1 25,00 1 25,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00

7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak 0 00,00 2 50,00 0 25,00 0 00,00 0 00,00 1 25,00 8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung

vitamin A

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 1 25,00 0 00,00

13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K

0 00,00 2 50,00 0 00,00 1 25,00 0 00,00 1 25,00

14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral


(54)

Tabel 12. Uji chi-square antara daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

4.4.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang

Masyarakat tidak merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin K, dan mineral. Kesulitan memakan makanan tertentu dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi, 6-10 gigi, dan

No Perubahan Pola Asupan Nutrisi p 1 Perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan 0,500 2 Kesulitan saat mengunyah 0,500 3 Pilihan makanan terbatas 0,500 4 Kesulitan memakan makanan tertentu 0,344 5 Kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat 0,500 6 Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein 0,500 7 Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak 0,442 8 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A 0,500 9 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B 0,500 10 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C 0,500 11 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D 0,500 12 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E 0,703 13 Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K 0,500 14 Kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral 0,500


(1)

Pilihan makanan terbatas * kelompok daerah anterior dan

posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.

Kesulitan memakan makanan tertentu * kelompok daerah anterior

dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.


(2)

Kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.

Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .226

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .226

Fisher's Exact Test 2.896 .226

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.


(3)

Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.

Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.


(4)

Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.

Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.


(5)

Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.

Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 2.917a 2 .233 .429

Likelihood Ratio 2.969 2 .227 .429

Fisher's Exact Test 2.896 .429

Linear-by-Linear Association

2.132b 1 .144 .286 .286 .286

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .14. b. The standardized statistic is -1.460.


(6)

Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin K *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square .875a 2 .646 1.000

Likelihood Ratio 1.105 2 .576 1.000

Fisher's Exact Test 1.299 1.000

Linear-by-Linear Association

.253b 1 .615 .810 .524 .381

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .29. b. The standardized statistic is -.503.

Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin mineral *

kelompok daerah anterior dan posterior

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square .875a 2 .646 1.000

Likelihood Ratio 1.105 2 .576 1.000

Fisher's Exact Test 1.299 1.000

Linear-by-Linear Association

.253b 1 .615 .810 .524 .381

N of Valid Cases 7

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .29. b. The standardized statistic is -.503.


Dokumen yang terkait

Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

3 51 98

Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

0 26 125

Penatalaksanaan Space Maintainer Lepasan Pada Kehilangan Gigi Molar Susu Bilateral

0 28 30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan - Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

0 0 14

Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

0 0 8

KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012

0 0 16

POLA ASUPAN NUTRISI AKIBAT KEHILANGAN SEBAGIAN GIGI PADA MASYARAKAT YANG TIDAK DAN MENGGUNAKAN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

0 0 13

Lampiran 1 Kerangka Konsep Skripsi Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

0 0 55

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

0 0 11

POLA ASUPAN NUTRISI AKIBAT KEHILANGAN SEBAGIAN GIGI PADA MASYARAKAT YANG TIDAK DAN MENGGUNAKAN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

0 0 13