Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

(1)

KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN

PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN

LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN

MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

BERNIKE ISABORA SIPAYUNG NIM : 080600107

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2012

Bernike Isabora Sipayung

Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

xii + 68 Halaman

Gigitiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian.Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan secara teratur dan efisien memiliki peranan penting untuk memelihara kesehatan rongga mulut dan keberhasilan perawatan jangka panjang. Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah. Setiap setelah selesai makan, gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari rongga mulut dan dibersihkan. Gigitiruan juga perlu direndam dalam larutan pembersih pada malam hari untuk membersihkan deposit dari permukaannya. Cara pembersihan yang tepat harus


(3)

dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei deskriptif melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Besar sampel minimum adalah 55 orang. Cara sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling dengan cluster yang digunakan adalah 24 lingkungan yang ada di Kelurahan Tanjung Rejo. Berhubung keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, peneliti memilih 6 lingkungan secara acak untuk dijadikan lokasi penelitian mewakili Kelurahan Tanjung Rejo secara keseluruhan untuk memenuhi besar sampel minimum.

Hasil penelitian ini, karakteristik responden yang memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 terbanyak pada kelompok usia 40-59 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan tingkat pendidikan SLTA. Berdasarkan frekuensi pembersihan dimana responden yang terbanyak membersihkan GTSL 2 kali sehari yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun. Berdasarkan waktu pembersihan dimana responden yang terbanyak membersihkan GTSL setiap mandi pagi dan sore yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun. Berdasarkan cara pembersihan dimana responden yang terbanyak membersihkan GTSL dengan cara menyikat pakai pasta gigi atau sabun yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun. Berdasarkan kondisi kebersihan


(4)

gigitiruan dimana responden yang terbanyak memakai GTSL dengan kondisi kotor yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun.

Sebagian besar responden tidak mengetahui frekuensi, waktu, dan cara yang paling tepat untuk membersihkan GTSL disebabkan setelah pemasangan gigitiruan selesai dilakukan atau setiap kontrol berkala, responden tidak menerima instruksi kebersihan lisan dan tulisan yang tepat dari pembuat gigitiruannya secara teratur sehingga sebagian besar responden memakai GTSL dengan kondisi yang kotor.


(5)

KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN

PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN

LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN

MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

BERNIKE ISABORA SIPAYUNG NIM : 080600107

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 3 Agustus 2012

Pembimbing : Tanda tangan

1. Eddy Dahar, drg., M.Kes. ... NIP : 19540910 1981121 002

2. Putri Welda Utami Ritonga, drg. ... NIP : 19870818 2009122 005


(7)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 3 Agustus 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K). ANGGOTA : 1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K).

2. Eddy Dahar, drg., M.Kes. 3. Putri Welda Utami Ritonga, drg.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua yaitu Ayahanda Ibob Sipayung dan Ibunda Berlianta Sitepu yang telah memberi kasih sayang, doa, dorongan, dan semangat, serta dukungan baik secara moril dan materil kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yaitu kedua adik penulis Yudi Adrian Sipayung dan Juanda Kurniawan Sipayung dan bou penulis Benny Sipayung yang telah memberikan bantuan, semangat dan dukungan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara Medan atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

2. Eddy Dahar, drg., M.Kes. selaku dosen pembimbing utama skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, semangat, petunjuk, dan pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi ini.


(9)

3. Putri Welda Utami Ritonga, drg. selaku dosen pembimbing pendamping skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, semangat, petunjuk, dan pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K)., sebagai Ketua Departemen Prostodonsia FKG USU dan seluruh staf pengajar Prostodonsia atas masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

5. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)., selaku ketua tim penguji skripsi beserta Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K)., Eddy Dahar, drg., M.Kes., dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., selaku anggota tim penguji skripsi atas masukan dan saran yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K)., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah begitu banyak membantu, membimbing, dan memberi nasihat yang berharga selama penulis menjalani masa studi di perkuliahan.

7. Maya Fitria, SKM., M.Kes., selaku Dosen Biostatistik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan masukan-masukannya yang sangat berharga dalam perhitungan statistik.

8. Abu Kosim, S.Sos, selaku Lurah Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelurahannya dan Bapak Zul Elham, atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.


(10)

9. Sahabat-sahabat penulis Hana, Desy, Yudha, Arigato, Runggu, Ilice, Fransiska, Marlina, Arini, Billy, Rizka, Fitri dan Dania, yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan penulis di Departemen Prostodonsia FKG USU: Mina, Shanta, Rora, Jennifer, Feri, Okta, Darius, Margo, Christine, Yenny, Ira, Ria, Edwin, dan teman-teman angkatan 2008 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah bersama-sama penulis untuk berjuang menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 3 Agustus 2012

Penulis,

( Bernike Isabora Sipayung ) NIM: 080600107


(11)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan……… 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian………... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan... 9

2.1.1 Definisi………... 9

2.1.2 Keuntungan dan Kerugian.……….. 9

2.2 Pemeliharaan Kebersihan Gigitiruan Setelah Pemasangan.. 10

2.2.1 Tujuan/Manfaat………. 11

2.2.1.1 Kesehatan Rongga Mulut………. 11

2.2.1.2 Kebersihan Gigitiruan………... 13

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi……….... 13

2.2.2.1 Dokter Gigi………... 14

2.2.2.2 Pasien……… 15

2.2.2.3 Bahan Basis Gigitiruan Sebagian Lepasan... 15

2.2.2.3.1 Resin Akrilik………. 16

2.2.2.3.2 Logam………... 17


(12)

2.4 Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan…………. 18

2.4.1 Frekuensi Pembersihan……….. 20

2.4.2 Waktu Pembersihan………... 20

2.4.3 Cara Pembersihan……….. 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian……….………... 24

3.2 Populasi Penelitian………... 24

3.3 Sampel Penelitian………. 24

3.3.1 Besar Sampel………... 24

3.3.2 Cara Sampling……... 25

3.4 Variabel Penelitian.……….. 26

3.4.1 Variabel Bebas…….………. 26

3.4.2 Variabel Terikat………..………... 26

3.4.3 Variabel Terkendali……….. 26

3.4.4 Variabel Tak Terkendali………... 26

3.4.5 Kriteria Sampel………. 27

3.5 Definisi Operasional……… 27

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 30

3.7 Prosedur Penelitian……….. 30

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian……… 30

3.7.1.1 Alat Penelitian………. 30

3.7.1.2 Bahan Penelitian……….. 30

3.7.2 Cara Kerja………. 31

3.8 Pengolahan Data………. 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012... 33

4.2 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Frekuensi Pembersihan... 36

4.3 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Waktu Pembersihan... 40

4.4 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Cara Pembersihan... 41 4.5 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di

Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal


(13)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2012... 46 5.2 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di

Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2012 Berdasarkan Frekuensi Pembersihan... 48 5.3 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di

Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2012 Berdasarkan Waktu Pembersihan... 52 5.4 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di

Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2012 Berdasarkan Cara Pembersihan... 54 5.5 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di

Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2012 Berdasarkan Kondisi Kebersihan Gigitiruan 57 5.6 Kelemahan Penelitian... 59 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan………... 60

6.2 Saran………. 61

DAFTAR RUJUKAN..……….. 63

LAMPIRAN………...


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Persentase Distribusi Karakteristik Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012... 33 2 Data GTSL yang Dipakai Masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo

Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Meliputi Lokasi dan Jumlah Elemen Gigi yang Diganti, Bahan Basis, Lama Pemakaian, Tempat Pembuatan, dan Instruksi Kebersihan Setelah Pemasangan

Gigitiruan... 35 3 Persentase Distribusi Karakteristik Masyarakat Pemakai Gigitiruan

Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Frekuensi Pembersihan Setiap

Hari... 38 4 Persentase Distribusi Karakteristik Masyarakat Pemakai Gigitiruan

Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Frekuensi Pembersihan dalam

Jangka Waktu Tertentu... 39 5 Persentase Distribusi Karakteristik Masyarakat Pemakai Gigitiruan

Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Waktu Pembersihan... 43 6 Persentase Distribusi Karakteristik Masyarakat Pemakai Gigitiruan

Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan

Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Cara Pembersihan... 44 7 Persentase Distribusi Karakteristik Masyarakat Pemakai Gigitiruan

Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kerangka Konsep Skripsi

2 Kerangka Operasional Penelitian

3 Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Penelitian 4 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

5 Kuesioner Penelitian

6 Daftar Responden Pemakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

7 Ethical Clearance

8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal


(17)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2012

Bernike Isabora Sipayung

Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

xii + 68 Halaman

Gigitiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian.Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan secara teratur dan efisien memiliki peranan penting untuk memelihara kesehatan rongga mulut dan keberhasilan perawatan jangka panjang. Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah. Setiap setelah selesai makan, gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari rongga mulut dan dibersihkan. Gigitiruan juga perlu direndam dalam larutan pembersih pada malam hari untuk membersihkan deposit dari permukaannya. Cara pembersihan yang tepat harus


(18)

dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei deskriptif melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Besar sampel minimum adalah 55 orang. Cara sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling dengan cluster yang digunakan adalah 24 lingkungan yang ada di Kelurahan Tanjung Rejo. Berhubung keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, peneliti memilih 6 lingkungan secara acak untuk dijadikan lokasi penelitian mewakili Kelurahan Tanjung Rejo secara keseluruhan untuk memenuhi besar sampel minimum.

Hasil penelitian ini, karakteristik responden yang memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 terbanyak pada kelompok usia 40-59 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan tingkat pendidikan SLTA. Berdasarkan frekuensi pembersihan dimana responden yang terbanyak membersihkan GTSL 2 kali sehari yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun. Berdasarkan waktu pembersihan dimana responden yang terbanyak membersihkan GTSL setiap mandi pagi dan sore yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun. Berdasarkan cara pembersihan dimana responden yang terbanyak membersihkan GTSL dengan cara menyikat pakai pasta gigi atau sabun yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun. Berdasarkan kondisi kebersihan


(19)

gigitiruan dimana responden yang terbanyak memakai GTSL dengan kondisi kotor yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun.

Sebagian besar responden tidak mengetahui frekuensi, waktu, dan cara yang paling tepat untuk membersihkan GTSL disebabkan setelah pemasangan gigitiruan selesai dilakukan atau setiap kontrol berkala, responden tidak menerima instruksi kebersihan lisan dan tulisan yang tepat dari pembuat gigitiruannya secara teratur sehingga sebagian besar responden memakai GTSL dengan kondisi yang kotor.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigitiruan sebagian lepasan adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien. Berdasarkan bahan yang digunakan, gigitiruan sebagian lepasan dibagi dua yaitu gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik dan gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam.1,2 Gigitiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian.3 Salah satu kelemahan pemakaian gigitiruan sebagian lepasan yaitu dapat merusak jaringan mulut yang tersisa. Hal ini berhubungan dengan terjadinya penumpukan plak pada gigi asli yang masih ada dan pada gigitiruan, karena adanya bagian tertentu dari gigitiruan tersebut yang sulit dijangkau saat dibersihkan.4 Gigitiruan harus didesain untuk mengurangi resiko ini, tetapi standar kebersihan rongga mulut dan gigitiruan yang tinggi tetap diperlukan.5 Salah satu keuntungan dari perawatan gigitiruan sebagian lepasan adalah memudahkan pasien dalam memelihara kebersihan rongga mulutnya. Pemakaian gigitiruan ini memungkinkan pasien untuk membersihkan gigi asli yang masih ada dan gigitiruan itu sendiri, karena gigitiruan tersebut dapat dilepaskan dari rongga mulut.3

Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan secara teratur dan efisien memiliki peranan penting untuk memelihara kesehatan rongga mulut dan untuk


(21)

keberhasilan perawatan gigitiruan jangka panjang.6,7 Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan meningkatkan terjadinya penumpukan plak yang dapat menimbulkan perubahan yang tidak diinginkan pada gigi asli yang masih ada dan jaringan pendukung seperti timbulnya karies, penyakit periodontal, dan lesi pada mukosa rongga mulut.8 Prosedur pembersihan gigitiruan secara rutin dan teratur setiap hari harus dilakukan sedemikian rupa untuk membersihkan dan mencegah penumpukan plak mikrobial, dan juga untuk membersihkan debris makanan, kalkulus, dan perubahan warna pada gigitiruan.9 Prosedur pembersihan gigitiruan yang tidak tepat dapat menyebabkan bau mulut, estetis yang buruk, dan inflamasi pada mukosa rongga mulut seperti stomatitis akibat gigitiruan.10 Kesehatan rongga mulut yang baik dapat tercapai melalui pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang teratur.11

Dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus menyadari pentingnya kebutuhan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan kebersihan gigitiruannya.12 Seorang dokter gigi seharusnya bertanggung jawab untuk memberikan instruksi yang cukup setelah pemasangan kepada pemakai gigitiruan sebagian lepasan tentang bagaimana cara yang tepat untuk menjaga kebersihan gigitiruannya.7 Instruksi secara lisan yang diberikan kepada pasien, sebaiknya diperkuat dengan pemberian instruksi tertulis.13 Nassif (2008) menyatakan bahwa pengetahuan dan kebiasaan perilaku positif meningkat dengan instruksi tertulis yang diberikan.12 Hal ini juga sangat penting untuk pasien lansia atau cacat, dimana terdapat kemungkinan instruksi lisan tanpa pemberian instruksi tertulis dapat disalahartikan atau dilupakan.13 Sebagian besar pemakai gigitiruan sebagian lepasan tidak mengetahui cara membersihkan gigitiruan karena mereka tidak pernah


(22)

mendapatkan instruksi dari dokter giginya ataupun tidak mengikuti instruksi yang diberikan.7,10,14,15 Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kebanyakan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan tidak dapat menjaga kebersihan gigitiruan mereka dan terus menggunakan gigitiruan yang kotor.10,16 Selain dokter gigi dan pasien, bahan basis gigitiruan sebagian lepasan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemeliharaan kebersihan gigitiruan. Bahan basis gigitiruan terdiri atas logam atau akrilik.17 Salah satu keuntungan logam sebagai bahan basis gigitiruan adalah tahan terhadap abrasi, sehingga permukaannya tetap licin dan mengkilat serta tidak menyerap saliva. Sifat ini membuat deposit makanan dan kalkulus sulit melekat. Resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan tidak memiliki sifat tahan terhadap abrasi terutama pada saat pemakaian dan pembersihan, sehingga kalkulus dan deposit makanan mudah melekat.1 Dalam hal ini, logam lebih disukai karena sifatnya yang lebih kuat dan mudah dipelihara kebersihannya.17

Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda.10 Beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah.18 Kanli dkk. (2005) menyatakan bahwa kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan ditemukan kurang baik pada lansia. Hal ini dikarenakan menurunnya kemampuan fisik seiring bertambahnya usia.16 Baran dan Nalcaci (2009) menyatakan bahwa usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan


(23)

memiliki hubungan yang signifikan dengan kebersihan gigitiruan. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pasien yang berusia 60-70 tahun lebih memiliki kemampuan untuk melakukan prosedur pembersihan daripada pasien yang berusia di atas 70 tahun. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa gigitiruan yang dipakai pasien perempuan lebih bersih daripada pasien laki-laki.19 Hal ini disebabkan pasien perempuan lebih mementingkan estetis dan cenderung memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih baik. Menurut Willershausen dkk. (2010), pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih memelihara kesehatan rongga mulutnya daripada pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah.20 Hal ini disebabkan pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui serta rutin melakukan perawatan gigi dan mulut.21 Amjad dkk. (2010) juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebersihan gigitiruan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan, tetapi tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kebersihan gigitiruan dengan usia. Dalam penelitiannya pada 173 sampel, yang terdiri atas 90 laki-laki dan 83 perempuan, lebih dari 50% pasien laki-laki memakai gigitiruan yang kotor dan lebih dari 50% pasien perempuan memakai gigitiruan yang cukup bersih. Dari 112 pasien yang tidak bersekolah, lebih dari 50% memakai gigitiruan yang kotor.16

Setiap setelah selesai makan, gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari rongga mulut dan dibersihkan.4,13 Dikbas dkk. (2006) menyatakan bahwa 70% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari, tetapi hanya 25% yang melakukannya 3 kali sehari.10 Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Barbosa dkk. (2008) yang menyatakan bahwa 98% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari dan 62,6% pasien melakukannya 3 kali sehari atau lebih.11 Gigitiruan juga perlu


(24)

direndam dalam larutan pembersih pada malam hari untuk membersihkan deposit dari permukaannya.Gigitiruan sebagian lepasan dapat dibersihkan secara mekanis, kemis, atau gabungan keduanya.13 Cara pembersihan yang tepat harus dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan.15 Bahan dan alat pembersih mekanis terdiri atas sikat, pasta dan bubuk, serta pembersih ultrasonik. Cara pembersihan kemis adalah perendaman dengan larutan pembersih, pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave.22 Kulak-Ozkan dkk. (2002) menyatakan bahwa menyikat adalah satu-satunya cara pembersihan mekanis yang dilakukan oleh sebagian besar pasien.10 Barreiro dkk. (2009) menyatakan bahwa sebagian besar pasien tidak menggunakan larutan pembersih rendaman. Hal ini disebabkan mereka kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara ini.23 Idealnya, cara pembersihan mekanis dan kemis harus dilakukan bersamaan untuk kontrol plak yang lebih baik.10 Pasien disarankan untuk merendam gigitiruan dalam larutan pembersih selama 15 menit setiap satu kali sehari, selain membersihkannya dengan penyikatan.24

1.2 Permasalahan

Kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat. Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan bertujuan untuk memelihara kesehatan rongga mulut pasien dan kebersihan gigitiruan itu sendiri. Beberapa penelitian menemukan bahwa kebersihan gigitiruan sebagian lepasan memiliki hubungan yang signifikan dengan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan seseorang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk


(25)

melakukan penelitian mengenai kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan yang terdiri dari frekuensi, waktu, dan cara pembersihan serta untuk melihat kondisi kebersihan gigitiruannya berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan pada masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

2. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan frekuensi pembersihan

3. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan waktu pembersihan

4. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan cara pembersihan

5. Bagaimana karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan kondisi kebersihan gigitiruan


(26)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

2. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan frekuensi pembersihan

3. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan waktu pembersihan

4. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan cara pembersihan

5. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 berdasarkan kondisi kebersihan gigitiruan

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memperoleh data-data mengenai kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan pada masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012 sehingga menambah pengetahuan dokter gigi dan mahasiswa fakultas kedokteran gigi tentang bagaimana masyarakat memelihara kebersihan gigitiruannya.


(27)

2. Berdasarkan data dari hasil penelitian, diharapkan dokter gigi ataupun mahasiswa fakultas kedokteran gigi dapat memberikan instruksi yang tepat tentang bagaimana memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan pada pasien setelah pemasangan gigitiruan.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan 2.1.1 Definisi

Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien.1 Perawatan dengan gigitiruan sebagian lepasan adalah perawatan yang dapat dipilih untuk merestorasi kehilangan gigi oleh sebagian besar pasien yang kehilangan gigi sebagian karena biayanya yang lebih terjangkau.3,25

Beberapa akibat kehilangan gigi sebagian yang tidak digantikan adalah migrasi dan rotasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan pendukung, gangguan bicara, estetis yang buruk, terganggunya kebersihan mulut, atrisi, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak. Fungsi gigitiruan sebagian lepasan antara lain memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat.1

2.1.2 Keuntungan dan Kerugian

Rehabilitasi keadaan rongga mulut dengan gigitiruan, baik cekat maupun lepasan, memiliki peranan yang penting untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan sistemik pasien yang mengalami kehilangan gigi. Keuntungan perawatan gigitiruan sebagian lepasan dibandingkan dengan gigitiruan cekat adalah biaya yang lebih


(29)

terjangkau dan prosedur pemeliharaan kebersihan yang lebih mudah dilakukan karena gigitiruan jenis ini dapat dibuka pasang.26

Salah satu kerugian pemakaian gigitiruan sebagian lepasan yaitu dapat merusak jaringan mulut yang tersisa. Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan meningkatkan penumpukan sisa makanan pada bagian yang berkontak dengan permukaan gigi asli, yang mengganggu aksi self-cleansing oleh lidah dan bukal selama proses pengunyahan.4 Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan juga berperan dalam perkembangan bakteri pada rongga mulut dan pembentukan plak.27 Plak gigitiruan mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan terhadap gigi penyangga yang sangat penting perannya terhadap perawatan gigitiruan sebagian lepasan. Penumpukan plak pada gigi penyangga lebih banyak daripada gigi asli yang lain. Hal ini disebabkan terhambatnya aksi self-cleansing oleh cangkolan yang terdapat pada gigitiruan sebagian lepasan.28 Gigitiruan sebagian lepasan harus didesain untuk dapat mengurangi penumpukan sisa makanan serta plak pada gigi dan tepi gingiva dari gigi penyangga.29

2.2 Pemeliharaan Kebersihan Gigitiruan Setelah Pemasangan

Pemakaian gigitiruan terbukti berkaitan erat dengan pemeliharaan kesehatan rongga mulut.1 Pemeliharaan gigitiruan yang baik dan benar sangat penting bagi pasien, tidak hanya untuk memperbaiki estetis dan fungsional, tetapi juga untuk kesehatan jaringan pendukung dan perlindungan terhadap gigitiruan itu sendiri.11 Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan yang tidak baik adalah alasan utama meningkatnya pembentukan plak gigitiruan.30 Plak memegang peranan penting dalam proses kerusakan jaringan gigi dan dalam proses inflamasi jaringan lunak


(30)

sekitar gigi.31 Evaluasi terhadap 74 pasien yang telah memakai gigitiruan sebagian lepasan selama 10 tahun menemukan bahwa hanya 36% pemakai gigitiruan yang bebas dari segala masalah kesehatan rongga mulut. (Wagner dan Kern cit. Preshaw dkk, 2011). Pemeliharaan kesehatan rongga mulut sangat penting sekali untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan.29

2.2.1 Tujuan/Manfaat

Plak dapat melekat pada permukaan gigitiruan secepat dan semudah perlekatannya terhadap permukaan gigi asli, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan terhadap gigitiruan sebagian lepasan. Cara pemeliharaan gigitiruan sebagian lepasan meliputi cara penyimpanan dan pembersihan. Tujuan pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan antara lain agar gigitiruan sebagian lepasan dapat tahan lama, mencegah penumpukan plak, memelihara kesehatan rongga mulut, mencegah penyakit mulut dan bau mulut yang tidak enak.29 Pentingnya memelihara kebersihan gigi asli yang masih ada, mukosa jaringan rongga mulut, dan gigitiruan harus ditegaskan berkali-kali kepada pasien untuk keberhasilan perawatan jangka panjang.32

2.2.1.1 Kesehatan Rongga Mulut

Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan mulut yang ada. Penumpukan stein dan debris pada gigitiruan sebagian lepasan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada kesehatan rongga mulut pasien.4 Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dikaitkan dengan meningkatnya penumpukan plak, tidak hanya pada permukaan gigi asli yang secara langsung berkontak dengan permukaan gigitiruan, tetapi juga pada gigi asli yang ada di


(31)

lengkung rahang yang berlawanan, dan bahkan dalam beberapa kasus, pada permukaan bukal gigi asli yang masih ada.27 Penumpukan plak pada sekeliling gigi asli yang masih ada dan pada gigitiruan dapat menyebabkan karies, dekalsifikasi enamel, dan gingivitis.4

Perawatan prostodontik dapat meningkatkan resiko karies pada pasien. Aktivitas karies yang tinggi ditemukan pada pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan lebih berhubungan dengan buruknya pemeliharaan kesehatan rongga mulut oleh pasien daripada akibat secara langsung dari pemakaian gigitiruan itu sendiri. Skor plak, resiko karies, dan resiko kerusakan gigi penyangga meningkat secara signifikan pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan. 33

Moimas dkk (2006) menyatakan bahwa pemakaian gigitiruan sebagian lepasan berhubungan dengan terjadinya penyakit periodontal. Hal ini dikaitkan dengan kebersihan rongga mulut yang buruk, meningkatnya plak dan kalkulus, dan transmisi kekuatan transversal yang berlebihan pada struktur periodontal gigi asli dari permukaan oklusal gigitiruan.27

Menurut Sesma dkk (2005), stomatitis akibat gigitiruan adalah salah satu infeksi rongga mulut yang berhubungan dengan pemakaian gigitiruan. Stomatitis akibat gigitiruan adalah inflamasi kronis yang terlokalisasi/generalisasi atau inflamasi hiperplasia papiler yang dapat terjadi pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan.34 Etiologi dari penyakit stomatitis akibat gigitiruan antara lain terdiri dari trauma akibat gigitiruan, pemeliharaan kebersihan rongga mulut dan gigitiruan yang buruk, pemakaian gigitiruan secara terus-menerus, infeksi jamur, dan hipersensitifitas


(32)

terhadap bahan basis gigitiruan. Pasien dengan kebersihan gigitiruan yang baik sangat jarang terkena stomatitis akibat gigitiruan.35

2.2.1.2 Kebersihan Gigitiruan

Gigitiruan sebagian lepasan yang tidak terjaga kebersihannya dapat mengendapkan berbagai deposit yang berasal dari saliva dan substansi lain termasuk sisa makanan dan bakteri rongga mulut. Deposit yang menumpuk pada gigitiruan tersebut selain memberikan kesan kotor pada gigitiruan, juga akan mengeluarkan bau yang kurang enak.4 Plak yang melekat pada gigitiruan berhubungan dengan penampilan yang tidak estetis, serta rasa dan bau tidak enak yang timbul. 36

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus menyadari pentingnya kebutuhan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan kebersihan gigitiruannya.9 Usaha-usaha untuk memberikan edukasi tentang pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan dokter gigi dan pasien akan pentingnya pemeliharaan gigitiruan setelah pemasangan agar gigitiruan sebagian lepasan dapat dipelihara dengan baik dan dapat digantikan segera apabila timbul indikasi.3 Selain dokter gigi dan pasien, bahan basis gigitiruan sebagian lepasan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemeliharaan kebersihan gigitiruan.17

2.2.2.1 Dokter Gigi

Pengetahuan seorang dokter gigi tentang pemeliharaan gigi asli yang masih ada, akar, tulang alveolar, dan mukosa rongga mulut adalah faktor yang penting untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan.3 Tanggung jawab utama


(33)

dokter gigi adalah menjamin bahwa gigi dan jaringan yang masih tinggal telah dirawat dalam keadaan sehat.1 Dokter gigi harus memberikan instruksi kepada pasien setelah pemasangan gigitiruan dilakukan.35 Instruksi lisan dan tulisan sangat efektif untuk menambah pengetahuan pasien tentang menjaga kebersihan gigitiruan dan jaringan mulut yang tersisa. Salinan ringkas dari informasi dan instruksi tersebut harus diberikan kepada pasien. Instruksi tulisan tersebut termasuk penjelasan kepada pasien tentang terbatasnya penggunaan gigitiruan dan pentingnya peran pasien untuk keberhasilan perawatan, instruksi untuk membersihkan gigi asli yang masih ada, instruksi untuk melepaskan gigitiruan selama 6-8 jam per hari, instruksi untuk membersihkan gigitiruan, dan instruksi untuk melakukan kontrol berkala minimal setahun sekali. Instruksi tulisan ini harus ditambah dengan instruksi lisan yang sesuai dengan kebutuhan individu, yang diberikan oleh dokter gigi apabila diperlukan. Telah ditemukan bahwa pengetahuan dan kebiasaan yang positif meningkat karena pemberian instruksi tulisan kepada pasien.11 Pasien perlu diinstruksikan untuk membersihkan gigitiruan dan rongga mulut mereka setiap setelah makan, merendam gigitiruannya dalam larutan pembersih non-bleaching, dan untuk menghindari memakai gigitiruan mereka selama tidur.35 Apabila pasien responsif terhadap instruksi pemeliharaan kesehatan dan kebersihan mulutnya, resiko pemakaian gigitiruan sebagian lepasan menjadi berkurang.1

2.2.2.2 Pasien

Edukasi dan motivasi kepada pasien untuk memelihara kesehatan rongga mulut merupakan faktor yang penting untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan.3 Pasien dengan daya tahan dan adaptasi yang tinggi dapat


(34)

mentoleransi desain gigitiruan sebagian lepasan yang kurang baik, tetapi tetap harus menyadari bahaya kerusakan yang mungkin timbul, sehingga ia harus selalu berupaya melaksanakan instruksi pemeliharaan dan kesehatan mulutnya.1 Pentingnya kebiasaan pasien untuk melakukan usaha menjaga kesehatan rongga mulut di rumah dan seringnya melakukan kontrol berkala, mempengaruhi keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan.37 Penumpukan plak dan perubahan yang terjadi pada jaringan mulut yang tersisa, seperti karies gigi, penyakit periodontal, dan lesi pada mukosa, berhubungan dengan pemakaian gigitiruan sebagian lepasan. Efek yang tidak diinginkan pada gigi asli dan jaringan pendukung ini akan berkurang apabila pasien melakukan program pemeliharaan kebersihan, mencakup motivasi dan instruksi kebersihan yang diberikan, sama halnya dengan melakukan kontrol berkala ke dokter gigi.26 Pasien yang dapat termotivasi untuk menjaga tingkat kebersihan yang tinggi, dan dengan program pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang baik dilakukan, indeks plak, indeks gingiva, skor kalkulus dan stein dari gigitiruan sebagian lepasan dapat dijaga tetap dalam level atau tingkatan yang rendah.12

2.2.2.3 Bahan Basis Gigitiruan Sebagian Lepasan

Bahan basis gigitiruan sebagian lepasan terdiri atas logam atau akrilik.17 Semua jenis gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari mulut setiap setelah makan untuk dibersihkan. Memelihara gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam pada dasarnya sama dengan memelihara gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik. Gigitiruan kerangka logam memiliki keuntungan dimana gigitiruan sebagian lepasan jenis ini lebih mudah dibersihkan daripada gigitiruan sebagian lepasan resin


(35)

akrilik.38 Penelitian yang dilakukan terhadap 74 pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan, pada 36% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan resin akriliknya, dan hanya pada 14% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan kerangka logamnya (Wagner dan Kern cit. Preshaw dkk, 2011).

2.2.2.3.1 Resin Akrilik

Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigitiruan di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik dan kekuatan relatif baik serta mudah dimanipulasi, tetapi kekurangannya, resin akrilik mempunyai sifat porus.39 Resin akrilik memiliki pori-pori yang irregular dan mikroskopis yang dapat menjadi tempat penumpukan plak serta berkembangnya koloni bakteri dan jamur yang berbahaya bagi kesehatan rongga mulut.34,38 Menurut Silva dkk (2009), gigitiruan dengan basis resin akrilik dapat menjadi tempat berkumpulnya stein dan plak disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan menyerap air, sehingga mudah terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman sehingga akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan rongga mulut si pemakai. Permukaan gigitiruan yang tidak dilakukan pemolesan juga mempermudah melekatnya plak dan merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan inflamasi. Inflamasi yang terjadi dapat menjadi lebih buruk apabila gigitiruan tersebut kotor, oleh karena itu pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus benar-benar menjaga kebersihan gigitiruannya.40

2.2.2.3.2 Logam

Logam adalah bahan yang tahan terhadap abrasi, sehingga permukaannya tetap licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut. Sifat ini membuat


(36)

deposit makanan dan kalkulus sulit melekat, sehingga dapat dengan mudah dibersihkan secara mekanis. Karakteristik ini membuat basis logam disebut “naturally cleaner” dibandingkan dengan resin akrilik.1 Keuntungan lain yang juga dimiliki gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam adalah dapat mencegah bau tak sedap pada rongga mulut karena gigitiruan jenis ini tidak memiliki mikroporus yang dapat menjadi tempat melekatnya plak dan bakteri yang dapat menghasilkan bau mulut.38

2.3 Kondisi Kebersihan Gigitiruan

Plak, stein, kalkulus, dan deposit lain yang melekat pada gigitiruan menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan antara lain kondisi gigitiruan menjadi kotor, dan adanya rasa serta bau yang tidak menyenangkan.22 Dikbas dkk. (2006) dalam penelitiannya menetapkan kondisi kebersihan gigitiruan berdasarkan ada atau tidaknya debris, stein dan kalkulus pada gigitiruan dengan kategori sebagai berikut: gigitiruan bersih dimana tidak terdapat debris lunak, kalkulus atau stein pada gigitiruan; gigitiruan kotor dimana terdapat debris lunak di antara anasir gigitiruan setelah dicuci di bawah air mengalir dan atau terdapat kalkulus atau stein di sekeliling tepi gingiva anasir gigitiruan; dan gigitiruan sangat kotor dimana debris lunak terdapat di antara anasir gigitiruan dan di atas permukaan basis, dan atau terdapat kalkulus serta stein pada anasir gigitiruan dan permukaan basis gigitiruan yang menutupi mukosa rongga mulut dan palatum.10 Kondisi gigitiruan yang kotor berhubungan dengan kurangnya instruksi kebersihan yang diterima, desain gigitiruan yang buruk, kurangnya kemampuan pasien untuk memelihara kebersihan gigitiruannya, dan tidak tersedianya bahan pembersih gigitiruan di pasaran.22 Dikbas


(37)

dkk (2006), Baran dan Nalcaci (2009), serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa kebanyakan pasien pemakai gigitiruan tidak dapat menjaga kebersihan gigitiruan mereka secara teratur dan terus memakai gigitiruan dengan kondisi yang kotor.10,16,19

2.4 Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan

Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda.7 Beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah.18 Lansia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memelihara kebersihan rongga mulut dan gigitiruannya, dimana hal ini merupakan kunci keberhasilan perawatan gigitiruan, baik cekat maupun lepasan (Strayer dkk cit.

Barreiro dkk, 2009). Efek preventif yang didapatkan dari memelihara kebersihan rongga mulut oleh lansia tidak sebaik yang didapatkan oleh pasien yang lebih muda. Hal ini disebabkan menurunnya penglihatan, kepikunan yang berat (demensia), dan menurunnya keadaan fisik yang mempengaruhi kemampuan untuk mengurus diri sendiri. Pasien lansia mengerti bahwa mereka harus menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan baik, namun tidak mengetahui bahwa usaha mereka kurang dapat membuahkan hasil yang baik.9 Maupome dkk (1998) menyatakan bahwa kesehatan rongga mulut yang lebih baik biasanya ditemukan pada pasien yang lebih muda dan pada pasien yang mendapatkan dukungan dari teman, sahabat, dan keluarganya.41


(38)

Baran dan Nalcaci (2009) serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa pasien perempuan lebih banyak memakai gigitiruan yang bersih dibandingkan dengan pasien laki-laki.16,19 Hal ini disebabkan pasien perempuan lebih mementingkan estetis dan cenderung memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih baik.16 Dalam Third National

Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III), etnis dan ras berhubungan

dengan kehilangan gigi selain usia dan jenis kelamin, dimana pasien non-Hispanic

yang berkulit gelap merupakan yang paling banyak mengalami kehilangan gigi dibandingkan pasien yang berkulit terang, karena tidak menjaga kesehatan rongga mulutnya.42 Pasien yang bertempat tinggal di daerah pedesaan mengalami lebih banyak kerusakan pada gigi seperti lesi karies (Jamieson dkk cit. Willershausen dkk, 2010). Pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang tinggi (Chavers dkk cit. Willershausen dkk, 2010). Pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih peduli terhadap kebersihan rongga mulut, dimana mereka lebih sering pergi ke dokter gigi untuk melakukan kontrol berkala. Penelitian yang dilakukan pada pasien dewasa berusia 35-44 dan 64-75 tahun, pasien dengan latar belakang pendidikan yang rendah lebih sering menderita penyakit periodontal daripada pasien dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi (Krustrup dan Petersen cit. Willershausen dkk, 2010).

2.4.1 Frekuensi Pembersihan

Setiap satu kali sehari sebelum tidur, sangat penting untuk melepas gigitiruan dari rongga mulut dan merendamnya dalam larutan pembersih untuk membunuh


(39)

mikroorganisme pada gigitiruan dan membersihkan stein yang ada, yang diikuti menyikat dengan pasta gigi setiap selesai makan.14,24 Hasil penelitian Barbosa dkk (2008) menyatakan bahwa 98% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari dan 62,6% pasien melakukannya 3 kali sehari atau lebih, dimana hal ini cukup memuaskan. Frekuensi tidak mengindikasikan prosedur pembersihan yang efisien. (Nevalainen dkk cit. Barbosa dkk, 2008). Kualitas dari pembersihan jauh lebih penting daripada frekuensi pembersihan dalam usaha menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut(Bellini dkk cit. Watt dan Roy, 1984).

2.4.2 Waktu Pembersihan

Gigitiruan dan rongga mulut harus dibersihkan setiap setelah makan. Pada malam hari, gigitiruan harus dilepas dan direndam dalam larutan pembersih gigitiruan.4,5,13 Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau 30 menit tergantung dari bahan pembersih yang digunakan.34

2.4.3 Cara Pembersihan

Cara pembersihan yang tepat harus dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan.12 Gigitiruan sebagian lepasan dapat dibersihkan secara mekanis, kemis, atau gabungan keduanya.13 Cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigitiruan, yaitu cara mekanis dilakukan dengan sikat gigi atau alat pembersih ultrasonik. Pembersihan dengan cara mekanis menggunakan sikat gigi dengan atau tanpa bahan abrasif bersifat efektif dalam menghilangkan plak, tetapi jika dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan


(40)

keausan pada plat gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik yang nantinya dapat menyebabkan gigitiruan menjadi tidak retentif.34 Pembersihan dengan cara ini mudah dilakukan, efektif jika digunakan dengan keahlian yang tepat dan tidak mahal, namun teknik penyikatan dengan penuh antusias dan kasar dapat menyebabkan kerusakan basis gigitiruan. Kerugian lainnya adalah cara ini tidak dapat dilakukan oleh orang-orang dengan ketidakmampuan manual, misalnya cacat, dimana pembersih ultrasonik atau pembersih kemis merupakan pilihan yang tepat.15 Pembersihan dengan energi ultrasonik merupakan salah satu cara pembersihan secara mekanis yang jarang digunakan karena masih sedikitnya pengetahuan tentang cara ini dan biayanya yang relatif mahal.22 Pembersih ultrasonik ini dapat membersihkan bagian-bagian gigitiruan yang tidak terjangkau oleh sikat biasa dan dapat membersihkan gigitiruan hanya dalam waktu beberapa menit saja.43

Gambar 1. Pembersih Ultrasonik

Cara pembersihan kemis adalah perendaman dengan larutan pembersih, pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave.22 Bahan pembersih kimia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok yaitu alkalin peroksida, alkalin


(41)

hipoklorit, asam, desinfektan, dan enzim.15 Pemaparan oksigen dengan air-drying

jarang digunakan oleh pemakai gigitiruan sebagian lepasan karena dua alasan, yang pertama karena gigitiruan yang kotor jika dibiarkan terpapar dengan udara akan membuat deposit yang melekat menjadi lebih lengket sehingga akan sangat susah membersihkan antigen mikrobial yang ada di permukaan gigitiruan, dan alasan yang kedua adalah karena pemaparan terhadap udara akan merusak kontur gigitiruan tersebut.Desinfeksi gigitiruan lepasan menggunakan radiasi microwave merupakan cara yang efektif, cepat, mudah, dan biayanya tidak mahal serta dapat dilakukan oleh dokter gigi, tekniker, dan pasien untuk membunuh mikroorganisme yang tidak aktif. Radiasi microwave bekerja efektif untuk menurunkan jumlah organisme pada permukaan gigitiruan (Webb dkk cit. Garg, 2010). Pembersihan secara kemis memiliki keuntungan yaitu sangat mudah digunakan, tetapi kerugiannya pembersih kemis ini harganya relatif mahal dan dapat menyebabkan korosi pada gigitiruan lepasan basis logam dan juga bleaching pada gigitiruan lepasan basis resin akrilik.6

Idealnya, cara pembersihan mekanis dan kemis harus dilakukan bersamaan untuk kontrol plak yang lebih baik.10 Cara pembersihan gigitiruan lepasan secara gabungan mekanis dan kemis lebih efektif. Contohnya adalah menyikat gigitiruan lebih dulu kemudian direndam dalam larutan kimia sebagai pembersih gigitiruan.44 Menurut penelitian Silva dkk (2009), penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan efisien untuk membunuh bakteri dan jamur.40


(42)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif. 3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

3.3 Sampel Penelitian 3.3.1 Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :45

n

dimana : n = besar sampel minimum

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu = 1,96

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu = 1,281

Po = proporsi di populasi = 25% = 0,25

Pa = perkiraan proporsi di populasi = 45% = 0,45

Pa - Po = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di


(43)

n =

n =

= 54,78

≈ 55

Besar sampel minimum adalah 55 orang. 3.3.2 Cara Sampling

Cara sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Dalam penelitian ini, cluster yang digunakan adalah 24 lingkungan yang ada di Kelurahan Tanjung Rejo. Dari 24 lingkungan yang ada, dipilih beberapa lingkungan dengan random sederhana. Kelurahan Tanjung Rejo terdiri dari 24 lingkungan dengan jumlah penduduk 42.512 jiwa. Berhubung keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, peneliti memilih 6 lingkungan secara acak untuk dijadikan lokasi penelitian mewakili Kelurahan Tanjung Rejo secara keseluruhan. Masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan yang berada pada 6 lingkungan tersebut akan dijadikan sampel penelitian untuk memenuhi besar sampel yang diinginkan. Apabila dari keenam lingkungan yang telah dipilih, jumlah sampel yang ada melebihi besar sampel minimum, maka jumlah sampel yang berlebih akan tetap dijadikan sampel penelitian. Sebaliknya, apabila besar sampel yang diinginkan tidak terpenuhi, peneliti akan mengambil sampel dari lingkungan yang terdekat untuk mendapatkan besar sampel minimum.


(44)

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas

Masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal, dengan karakteristik :

1. Usia, dibagi atas beberapa kategori menurut Erikson yaitu 20 – 39 tahun, 40 – 59 tahun, dan 60 tahun.46

2. Jenis kelamin, dibedakan atas laki-laki dan perempuan

3. Tingkat pendidikan, dibedakan atas tidak bersekolah, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi

3.4.2 Variabel Terikat

1. Kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan terdiri dari: a. Frekuensi pembersihan

b. Waktu pembersihan c. Cara pembersihan

2. Kondisi kebersihan gigitiruan yang dikategorikan sebagai berikut: bersih, kotor, dan sangat kotor

3.4.3 Variabel Terkendali Peneliti dan alat ukur yang sama 3.4.4 Variabel Tak Terkendali


(45)

3.4.5 Kriteria Sampel 1. Kriteria Inklusi :

Responden yang masuk dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal yang kehilangan gigi sebagian di rahang atas atau rahang bawah atau di rahang atas dan rahang bawah, yang memakai gigitiruan sebagian lepasan

2. Kriteria Eksklusi :

- Responden yang kehilangan gigi sebagian di rahang atas atau rahang bawah atau di rahang atas dan rahang bawah, yang tidak memakai gigitiruan sebagian lepasan

- Responden yang kehilangan gigi sebagian di rahang atas atau rahang bawah atau di rahang atas dan rahang bawah yang memakai gigitiruan sebagian lepasan, tetapi tidak mampu membersihkan gigitiruannya sendiri

3.5 Definisi Operasional

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

Masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan

Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal, dengan karakteristik :

• Usia • Usia kronologis yang

penentuannya dihitung menurut tahun kelahiran, dibagi atas beberapa kategori menurut

Skala Interval


(46)

• Jenis Kelamin

• Tingkat

Pendidikan

Erikson yaitu: 20 – 39 tahun, 40 – 59 tahun, dan 60 tahun.

• Jenis kelamin pasien yaitu

laki-laki atau perempuan

• Status pendidikan terakhir pasien

yang dibedakan atas tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi Skala Nominal Skala Ordinal - -

Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

1. Kebiasaan

memelihara kebersihan gigitiruan yang terdiri dari:

• Frekuensi

pembersihan

• Waktu

pembersihan

• Jumlah seberapa kali responden

membersihkan gigitiruan sebagian lepasan yang dipakainya dalam satu hari yang terdiri dari 1 kali, 2 kali, dan 3 kali sehari, atau dalam suatu jangka waktu tertentu yang terdiri dari 2-4 hari sekali, seminggu sekali, dan tidak tentu.

• Saat tertentu dimana responden

membersihkan gigitiruan sebagian lepasannya yang terdiri dari setiap setelah makan; sebelum tidur; mandi pagi dan sore; mandi pagi dan sebelum tidur; dan mandi pagi, sore, dan sebelum tidur.

-

-

-


(47)

• Cara pembersihan

2. Kondisi kebersihan

gigitiruan

• Cara yang digunakan responden

untuk membersihkan gigitiruan sebagian lepasan yang dipakainya yang terdiri dari menyikat tanpa pasta gigi atau sabun; menyikat pakai pasta gigi atau sabun; merendam dalam air; menyikat tanpa pasta gigi atau sabun ditambah merendam dalam air; dan menyikat pakai pasta gigi atau sabun ditambah merendam dalam air.

Keadaan kebersihan gigitiruan responden yang dilihat langsung secara klinis setelah responden melepaskan gigitiruan tersebut dari rongga mulut dan dikategorikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Bersih: tidak terdapat debris

lunak, kalkulus atau stein pada gigitiruan

b. Kotor: terdapat debris lunak di

antara anasir gigitiruan dan atau terdapat kalkulus atau stein di sekeliling tepi gingiva anasir gigitiruan

c. Sangat Kotor: debris lunak

terdapat di antara anasir gigitiruan dan di atas permukaan basis, dan atau terdapat kalkulus serta stein pada anasir gigitiruan dan permukaan basis gigitiruan yang menutupi mukosa rongga mulut dan palatum

-

-

-


(48)

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal dan waktu penelitiannya adalah Maret-April 2012.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis

2. Alat pengolah data (komputer dan kalkulator) 3.7.1.2 Bahan Penelitian

1. Lembar kuesioner

2. Surat pernyataan kesediaan untuk menjadi subjek penelitian

Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

• Peneliti dan alat

ukur yang sama

• Operator yang melakukan

penelitian dan kuesioner yang

digunakan

- -

Variabel Tak Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

• Kejujuran responden

dalam menjawab pertanyaan

• Kebenaran dari jawaban

responden pada kuesioner yang digunakan


(49)

3.7.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti mengurus surat pengantar untuk izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi USU yang ditujukan kepada Lurah Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Setelah surat pengantar untuk izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi USU diperoleh, peneliti mengurus surat izin melakukan penelitian dari lurah di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

2. Setelah memperoleh surat izin melakukan penelitian, peneliti memulai penelitian dengan mengunjungi rumah responden untuk melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.

3. Sebelum memulai wawancara, peneliti membagikan surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian (informed consent) kepada responden. Setelah responden menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian, peneliti melakukan wawancara langsung dengan responden sambil mengisi kuesioner.

4. Setelah selesai mengisi kuesioner, peneliti meminta responden melepaskan gigitiruan sebagian lepasannya dari rongga mulut, kemudian peneliti melakukan pemeriksaan klinis secara langsung terhadap keadaan gigitiruan tersebut dan menetapkan kondisi kebersihannya dengan kategori bersih, kotor, atau sangat kotor, dan mencatatnya dalam kuesioner.

5. Setelah data hasil wawancara dan pemeriksaan klinis gigitiruan dari semua responden telah diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah dengan bantuan komputer. Setelah mendapatkan hasil pengolahan data, peneliti membuat laporan dan menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.


(50)

3.8 Pengolahan Data

Semua data yang diperoleh, diproses dan diolah dengan bantuan komputer menggunakan program Microsoft Excel 2007. Data yang diperoleh peneliti berupa data hasil wawancara dan pemeriksaan terhadap gigitiruan sebagian lepasan yang dipakai responden. Data disajikan dengan menghitung frekuensi distribusi.


(51)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Jumlah responden yang diwawancarai adalah 55 orang dengan kriteria inklusi kehilangan sebagian gigi di rahang atas, rahang bawah, atau di rahang atas dan rahang bawah yang memakai gigitiruan sebagian lepasan. Responden sebanyak 55 orang didapatkan dari 6 lingkungan yang berada di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ditambah 2 lingkungan lagi untuk memenuhi besar sampel minimum. Lingkungan yang dipilih peneliti untuk menjadi lokasi penelitian adalah lingkungan IV, VI, XI, XII, XIII, XIV, XVI, dan XVII. Setelah responden diwawancarai, dicatat kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan yang dipakainya pada lembar kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi kebersihan gigitiruan sebagian lepasan tersebut dan hasil pemeriksaannya juga dicatat pada lembar kuesioner. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian dihitung frekuensi distribusinya dan disajikan dalam bentuk tabel.

4.1 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

Pada penelitian ini, responden yang memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal dikelompokkan menjadi tiga karakteristik, yaitu usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan kelompok usia, responden terbanyak pada kelompok usia 40-59 tahun terdiri dari 33 orang (60%). Jumlah responden yang memakai GTSL berjenis kelamin perempuan lebih banyak


(52)

dibandingkan laki-laki yaitu 41 orang (74,5%). Berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang memakai GTSL terbanyak berpendidikan SLTA yaitu 20 orang (36,4%). (Tabel 1)

Tabel 1. PERSENTASE DISTRIBUSI KARAKTERISTIK MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012

No. Karakteristik n %

1. Usia

a. 20-39 tahun b. 40-59 tahun c. ≥ 60 tahun

12 33 10 21,8 60* 18,2

Jumlah 55 100

2. Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 14 41 25,5 74,5*

Jumlah 55 100

3. Tingkat pendidikan a. Tidak sekolah b. SD

c. SLTP d. SLTA

e. Perguruan tinggi

1 12 9 20 13 1,8 21,8 16,4 36,4* 23,6

Jumlah 55 100

* Persentase tertinggi pada masing-masing karakteristik

Tabel 2 memperlihatkan data GTSL yang dipakai responden meliputi lokasi dan jumlah elemen gigi yang diganti, bahan basis yang digunakan untuk membuat GTSL, lama pemakaian, tempat pembuatan, dan instruksi kebersihan setelah pemasangan. Data tersebut digunakan sebagai data pendukung untuk pembahasan lebih lanjut.


(53)

Tabel 2. DATA GTSL YANG DIPAKAI MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 MELIPUTI LOKASI DAN JUMLAH ELEMEN GIGI YANG DIGANTI, BAHAN BASIS, LAMA PEMAKAIAN, TEMPAT PEMBUATAN, DAN INSTRUKSI KEBERSIHAN SETELAH PEMASANGAN GIGITIRUAN

No Data GTSL meliputi lokasi dan jumlah elemen gigi yang diganti, bahan basis, lama pemakaian, tempat pembuatan, dan instruksi kebersihan setelah pemasangan

gigitiruan

n %

1. Lokasi gigitiruan sebagian lepasan dan jumlah elemen gigi yang diganti a. Rahang atas

- 1-6 elemen - > 6 elemen

Jumlah b. Rahang bawah

- 1-6 elemen - > 6 elemen

Jumlah c. Rahang atas dan rahang bawah

- RA 1-6; RB > 6 - RA > 6; RB 1-6 - RA 1-6; RB 1-6 - RA > 6; RB > 6

Jumlah 28 11 39 3 2 5 2 1 0 8 11 50,9* 20 70,9 5,5 3,6 9,1 3,6 1,8 0 14,6 20

Total 55 100

2. Bahan basis gigitiruan sebagian lepasan a. Resin akrilik

b. Logam

51

4

92,7*

7,3

Jumlah 55 100

3. Lama pemakaian gigitiruan sebagian lepasan 1. Rahang atas

- < 1 tahun - 1 – 5 tahun - 6 – 10 tahun - > 10 tahun 2. Rahang bawah

- < 1 tahun - 1 – 5 tahun - 6 – 10 tahun - > 10 tahun

3. Rahang atas dan rahang bawah - < 1 tahun

- 1 – 5 tahun - 6 – 10 tahun - > 10 tahun

8 16 6 9 1 3 0 1 1 6 0 4 14,6 29,1* 10,9 16,7 1,8 5,5* 0 1,8 1,8 10,9* 0 7,3

Jumlah 55 100

4. Tempat pembuatan gigitiruan sebagian lepasan a. Dokter gigi

b. Tukang gigi

c. Mahasiswa pendidikan profesi

28 25 2 50,9* 45,5 3,6

Jumlah 55 100

5. Instruksi kebersihan setelah pemasangan a. Lisan

b. Tulisan c. Tidak ada

35 0 20 63,6* 0 36,4


(54)

Pada Tabel 2 terlihat bahwa berdasarkan lokasi GTSL dan jumlah elemen gigi yang diganti, responden yang memakai GTSL di rahang atas saja 39 orang (70,9%), yang terbanyak dengan 1-6 elemen gigi yang diganti 28 orang (50,9%). Berdasarkan bahan basis GTSL yang dipakai, responden yang terbanyak memakai GTSL berbasis resin akrilik 51 orang (92,7%). Jika dilihat dari lama pemakaian gigitiruan oleh responden, untuk GTSL di rahang atas saja terbanyak dipakai selama 1-5 tahun 16 orang (29,1%), untuk GTSL di rahang bawah saja terbanyak dipakai selama 1-5 tahun 3 orang (5,5%), dan untuk GTSL di rahang atas dan rahang bawah terbanyak dipakai selama 1-5 tahun 6 orang (10,9%). Berdasarkan tempat pembuatan GTSL, responden terbanyak memakai GTSL yang dibuat di dokter gigi 28 orang (50,9%). Berdasarkan instruksi kebersihan yang diterima, responden yang terbanyak menerima instruksi kebersihan secara lisan saja 35 orang (63,6%).

4.2 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Frekuensi Pembersihan

Berdasarkan frekuensi pembersihan, jumlah responden yang membersihkan GTSL setiap hari terdiri dari 51 orang (92,7%) dibagi atas tiga kelompok yaitu responden yang membersihkan GTSL setiap 1 kali sehari, 2 kali sehari, dan 3 kali sehari. Responden yang membersihkan GTSL setiap 1 kali sehari 3 orang (5,5%) yang terdiri dari responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun, responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun, dan responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA


(55)

pada kelompok usia 60 tahun ke atas. Responden yang membersihkan GTSL 2 kali sehari 38 orang (69,1%), yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun 10 orang (18,2%). Responden yang membersihkan GTSL setiap 3 kali sehari 10 orang (18,2%), yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 20-39 tahun 2 orang (3,6%) dan responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SD pada kelompok usia 60 tahun ke atas 2 orang (3,6%). (Tabel 3)

Jumlah responden yang tidak membersihkan GTSL setiap hari atau membersihkan GTSL dalam jangka waktu tertentu terdiri dari 4 orang (7,3%), dibagi atas tiga kelompok yaitu responden yang membersihkan GTSL setiap 2-4 hari sekali, 1 minggu sekali, dan tidak tentu. Responden yang membersihkan GTSL setiap 2-4 hari sekali 2 orang (3,6%) terdiri dari responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 20-39 tahun 1 orang (1,8%) dan responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 60 tahun ke atas 1 orang (1,8%). Responden yang membersihkan GTSL setiap 1 minggu sekali 1 orang (1,8%) yaitu responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun. Responden yang membersihkan GTSL dalam jangka waktu yang tidak tentu 1 orang (1,8%) yaitu responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun. (Tabel 4)


(56)

(57)

(58)

4.3 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Waktu Pembersihan

Berdasarkan waktu pembersihan, responden pemakai GTSL dibagi atas lima kelompok yaitu responden yang membersihkan GTSL setiap setelah makan; sebelum tidur; mandi pagi dan sore; mandi pagi dan sebelum tidur; dan mandi pagi, sore, dan sebelum tidur. Responden yang membersihkan GTSL setiap setelah makan 3 orang (5,5%) terdiri dari responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 20-39 tahun 1 orang (1,8%), responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTP pada kelompok usia 40-59 tahun 1 orang (1,8%), dan responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 60 tahun ke atas 1 orang (1,8%). Responden


(59)

yang membersihkan GTSL setiap sebelum tidur 4 orang (7,3%), yang terbanyak responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun 2 orang (3,6%). Responden yang membersihkan GTSL setiap mandi pagi dan sore 28 orang (50,9%), yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun 8 orang (14,6%). Responden yang membersihkan GTSL setiap mandi pagi dan sebelum tidur 11 orang (20%), yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTP 2 orang (3,6%) dan responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA 2 orang (3,6%), keduanya pada kelompok usia 40-59 tahun. Responden yang membersihkan GTSL setiap mandi pagi, sore, dan sebelum tidur 9 orang (16,3%), yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 20-39 tahun 2 orang (3,6%) dan responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SD pada kelompok usia 60 tahun ke atas 2 orang (3,6%). (Tabel 5)

4.4 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Cara Pembersihan

Dilihat dari cara pembersihan, responden pemakai GTSL dibagi atas lima kelompok yaitu responden yang membersihkan GTSL dengan cara menyikat tanpa pasta gigi atau sabun, menyikat pakai pasta gigi atau sabun, merendam dalam air, menyikat tanpa pasta gigi atau sabun ditambah merendam dalam air, dan menyikat pakai pasta gigi atau sabun ditambah merendam dalam air. Responden yang membersihkan GTSL dengan cara menyikat tanpa pasta gigi atau sabun yaitu responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan SD pada kelompok


(60)

usia 60 tahun ke atas 2 orang (3,6%). Responden yang membersihkan GTSL dengan cara menyikat pakai pasta gigi atau sabun 39 orang (70,9%), yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun 9 orang (16,4%). Responden yang membersihkan GTSL dengan cara merendam dalam air yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 60 tahun ke atas 1 orang (1,8%). Responden yang membersihkan GTSL dengan cara menyikat tanpa pasta gigi atau sabun ditambah merendam dalam air yaitu responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 20-39 tahun 1 orang (1,8%). Responden yang membersihkan GTSL dengan cara menyikat pakai pasta gigi atau sabun ditambah merendam dalam air 12 orang (21,8%), yang terbanyak responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun 3 orang (5,5%). (Tabel 6)

4.5 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Kondisi Kebersihan Gigitiruan

Berdasarkan kondisi kebersihan gigitiruan, responden yang memakai GTSL dibagi atas tiga kelompok yaitu responden dengan kondisi gigitiruan bersih, kotor dan sangat kotor. Responden yang memakai GTSL dengan kondisi bersih 18 orang (32,7%), yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun 4 orang (7,3%). Responden yang memakai GTSL dengan kondisi kotor 26 orang (47,3%), yang terbanyak responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun 5 orang (9,1%). Responden yang memakai GTSL dengan kondisi sangat


(61)

kotor 11 orang (20%), yang terbanyak responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun 2 orang (3,6%), responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun 2 orang (3,6%), responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan pada SLTA kelompok usia 40-59 tahun 2 orang (3,6%), dan responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan SD pada kelompok usia 60 tahun ke atas 2 orang (3,6%). (Tabel 7)


(62)

(63)

(64)

(65)

BAB 5 PEMBAHASAN


(66)

Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengumpulkan data-data tentang kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan pada masyarakat pemakai gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2012. Pertanyaan mengenai kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan hanya dilihat frekuensi distribusinya dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

5.1 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

Responden yang memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal memiliki karakteristik terbanyak berusia 40-59 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan tingkat pendidikan SLTA. Responden berusia 40-59 tahun paling banyak, karena populasi terbanyak yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo berusia 40-59 tahun, sedangkan responden berusia 20-39 tahun yang mengalami kehilangan gigi sebagian kebanyakan mengganti giginya yang hilang dengan perawatan GTC. Responden berusia 60 tahun ke atas paling sedikit dikarenakan pada umumnya di usia tersebut responden sudah kehilangan gigi seluruhnya dan memakai GTP. Hasil ini sesuai dengan penelitian Cosme dkk (2006), yang menemukan responden yang memakai GTSL terbanyak pada rentang usia 41-60 tahun.28 Hasil penelitian ini pada responden perempuan lebih banyak dikarenakan responden laki-laki tidak terlalu mementingkan estetis dan kurang memahami fungsi gigitiruan sehingga mereka tidak memakai GTSL walaupun sudah mengalami kehilangan gigi sebagian. Hasil ini sesuai dengan penelitian Cosme dkk (2006) dan JH Wu dkk (2011) bahwa responden terbanyak yang memakai GTSL berjenis kelamin perempuan.28,47 Responden berpendidikan SLTA paling banyak memakai


(67)

GTSL disebabkan responden tersebut lebih memahami pentingnya mengganti kehilangan gigi sebagian dengan perawatan GTSL dan juga tersedianya sarana pendidikan yang cukup memadai di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Hasil ini sesuai dengan penelitian Chodwary dan Chandraker (2011) bahwa responden yang terbanyak memakai GTSL adalah responden dengan tingkat sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan) yang tinggi.48

Berdasarkan riwayat gigitiruan, responden yang memakai GTSL paling banyak di rahang atas saja dengan 1-6 jumlah elemen gigi yang diganti. Hal ini disebabkan kehilangan gigi pada rahang atas lebih sering dijumpai dan sangat mempengaruhi estetis apabila dibandingkan dengan kehilangan gigi pada rahang bawah. Dilihat dari bahan basis GTSL yang dipakai, responden paling banyak memakai GTSL dengan basis resin akrilik. Hal ini disebabkan biaya perawatan GTSL berbasis resin akrilik lebih terjangkau dan lebih mudah membuatnya apabila dibandingkan yang berbasis logam, serta apabila rusak dengan mudah dapat diperbaiki. Responden terbanyak memakai GTSL di rahang atas saja, rahang bawah saja, dan pada kedua rahang masing-masing selama 1-5 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Barreiro dkk (2009), Peracini dkk (2010), dan Karniah (2012) bahwa responden paling banyak memakai gigitiruan mereka selama 1-5 tahun.6,23,49 Hal ini kemungkinan disebabkan kualitas gigitiruan yang cukup baik sehingga gigitiruan yang dipakai dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama meskipun dengan pemeliharaan kebersihan yang kurang tepat. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden juga cukup merasa puas dengan gigitiruan yang mereka pakai dan merasa belum perlu menggantinya dengan gigitiruan yang baru. Responden terbanyak


(68)

memakai GTSL yang dibuat oleh dokter gigi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Natamiharja (1991) tentang bahwa sebagian besar masyarakat pemakai gigitiruan di Kecamatan Medan Kota membuat gigitiruannya di praktek dokter gigi.50 Hal ini disebabkan sebagian besar responden berpendidikan tinggi, sehingga lebih memahami pentingnya pembuatan GTSL oleh dokter gigi untuk menunjang keberhasilan perawatan yang lebih baik serta tersedianya sarana klinik dan praktek dokter gigi yang cukup memadai di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Dilihat dari instruksi kebersihan yang diterima, responden terbanyak menerima instruksi kebersihan secara lisan dari pembuat gigitiruannya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Dikbas dkk (2006) bahwa sebagian besar dokter gigi memberikan instruksi kebersihan secara lisan saja kepada pasien setelah pemasangan gigitiruan selesai dilakukan.7 Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dari klinisi terhadap pentingnya pemberian instruksi secara lisan dan tulisan tentang cara yang tepat memelihara kebersihan gigitiruan untuk keberhasilan perawatan jangka panjang.

5.2 Karakteristik Responden yang Memakai GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Frekuensi Pembersihan

Pada penelitian ini, responden yang membersihkan GTSL setiap 1 kali sehari hanya sebanyak 3 orang terdiri dari responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun, responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun, dan responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 60 tahun ke atas. Hal ini kemungkinan disebabkan responden tersebut tidak mengikuti instruksi kebersihan yang benar


(69)

secara lisan dan tulisan dari pembuat gigitiruannya. Responden yang membersihkan GTSL setiap 2 kali sehari terbanyak pada responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA pada kelompok usia 40-59 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Chodwary dan Chandraker (2011) bahwa sebagian besar responden dengan tingkat sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan) yang tinggi membersihkan gigitiruannya setiap 2 kali sehari.48 Hal ini disebabkan responden tersebut lebih memelihara kesehatan rongga mulutnya sehingga membersihkan GTSL bersamaan dengan waktu menyikat giginya yaitu 2 kali sehari. Responden yang membersihkan GTSL setiap 3 kali sehari terbanyak masing-masing pada responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SLTA kelompok usia 20-39 tahun dan responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SD kelompok usia 60 tahun ke atas. Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian antara lain Peracini dkk (2010) menyatakan bahwa lebih dari setengah jumlah responden yang membersihkan gigitiruannya 3 kali sehari berjenis kelamin perempuan dan Christensen dkk (2003) menyatakan bahwa sebagian besar responden yang membersihkan gigitiruannya lebih dari 1 kali sehari berjenis kelamin perempuan.6,51 Pada kedua kategori karakteristik tersebut, responden sama-sama berjenis kelamin perempuan sehingga kemungkinan lebih memelihara kebersihan gigitiruannya, meskipun dengan usia dan tingkat pendidikan yang sangat berbeda. Hasil yang bertentangan ini tidak terlalu signifikan dikarenakan responden terbanyak dengan dua kategori karakteristik tersebut masing-masing hanya 2 dari 10 orang total responden yang membersihkan gigitiruannya setiap 3 kali sehari.


(70)

Pada penelitian ini, responden yang membersihkan GTSL setiap 2-4 hari sekali 2 orang (3,6%) masing-masing pada responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi kelompok usia 20-39 tahun dan responden berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan SLTA kelompok usia 60 tahun ke atas. Responden berjenis kelamin laki-laki berpendidikan tinggi dengan usia 20-39 tahun jarang membersihkan gigitiruannya kemungkinan disebabkan responden tersebut hanya menerima instruksi kebersihan secara lisan saja tanpa tulisan dari pembuat gigitiruannya sehingga mereka cenderung lupa untuk melakukannya, sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki pada usia 60 tahun ke atas jarang membersihkan gigitiruannya karena tidak terlalu memperdulikan kebersihan gigitiruannya, walaupun berpendidikan SLTA. Responden yang membersihkan GTSL setiap 1 minggu sekali berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun. Responden yang membersihkan GTSL dalam jangka waktu yang tidak tentu berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi pada kelompok usia 40-59 tahun. Responden berjenis kelamin laki-laki dalam kedua kategori frekuensi pembersihan tersebut jarang membersihkan gigitiruannya kemungkinan tidak memahami pentingnya menjaga kebersihan gigitiruan secara teratur setiap hari, walaupun berpendidikan Perguruan Tinggi. Hal ini kemungkinan juga disebabkan responden tersebut tidak menerima instruksi kebersihan secara lisan dan tulisan dari pembuat gigitiruannya atau tidak mengikuti instruksi yang diberikan dengan baik.

Apabila dilihat dari frekuensi pembersihan setiap hari, responden terbanyak membersihkan GTSL 2 kali sehari. Hasil ini sesuai dengan penelitian Karniah (2012)


(1)

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat diketahui kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai pedoman untuk merancang program penyuluhan tentang cara yang baik dan benar dalam memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan. Selain itu, dapat diketahui kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.

Adapun cara penelitiannya adalah anda akan diwawancara secara langsung dengan bantuan kuesioner untuk mengetahui kebiasaan memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan anda. Setelah wawancara dengan kuesioner, anda akan diminta untuk membuka gigitiruan sebagian lepasan anda untuk diperiksa kondisi kebersihannya.

Tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari penelitian ini. Namun, anda mungkin akan merasa tidak nyaman karena akan diminta untuk membuka gigitiruan sebagian lepasan anda untuk dilihat kondisinya.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Jika selama menjalankan penelitian ini subjek mengalami keluhan silahkan hubungi saya, Bernike Isabora Sipayung (085261776522).

Demikian penjelasan ini saya sampaikan kepada anda. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,


(2)

Lampiran 5

DEPARTEMEN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KUESIONER PENELITIAN

No. :

Tanggal :

I. Pencatatan Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Alamat :

KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI


(3)

3. Umur : 1. 20-39 tahun 2. 40-59 tahun 3. 60 tahun 4. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

5. Tingkat Pendidikan : 1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SLTP 4. SLTA

5. Perguruan Tinggi

II. Pencatatan Data Gigitiruan

6.

7. Jenis gigitiruan sebagian lepasan apakah yang Anda pakai? 1. Gigitiruan Resin Akrilik

2. Gigitiruan Kerangka Logam

8. Sudah berapa lama Anda memakai gigitiruan sebagian lepasan Anda? a. Rahang Atas : 1. < 1 tahun

Lokasi Gigitiruan Sebagian Lepasan

Jumlah Elemen Gigi yang Diganti 1-6 > 6 Rahang Atas


(4)

3. 6 – 10 tahun 4. > 10 tahun b. Rahang Bawah : 1. < 1 tahun

2. 1 – 5 tahun 3. 6 – 10 tahun 4. > 10 tahun

9. Dimanakah Anda membuat gigitiruan sebagian lepasan Anda? 1. Dokter gigi

2. Tukang gigi

3. Mahasiswa pendidikan profesi 4. Tekniker Gigi

10. Apakah Anda menerima instruksi lisan tentang cara membersihkan gigitiruan setelah pemasangan?

1. Ya 2. Tidak

11. Apakah Anda menerima instruksi tulisan tentang cara membersihkan gigitiruan setelah pemasangan?

1. Ya 2. Tidak

III. Pencatatan Riwayat Kebersihan Gigitiruan

12. Apakah Anda membersihkan gigitiruan sebagian lepasan Anda setiap hari?


(5)

13. a. Berapa kali sehari Anda membersihkan gigitiruan sebagian lepasan Anda? 1. Sekali

2. Dua kali 3. Tiga kali

b. Kapan Anda membersihkan gigitiruan sebagian lepasan Anda?

1. 2 – 4 hari sekali 2. Seminggu sekali 3. Tidak tentu

14. Pada waktu kapan saja Anda membersihkan gigitiruan sebagian lepasan Anda? 1. Setiap setelah makan

2. Sebelum tidur

3. Sewaktu mandi pagi dan sore

4. Sewaktu mandi pagi dan sebelum tidur 5. Sewaktu mandi pagi, sore, dan sebelum tidur

15. Bagaimana cara Anda membersihkan gigitiruan sebagian lepasan Anda? 1. Menyikat tanpa pasta gigi atau sabun

2. Menyikat pakai pasta gigi atau sabun 3. Merendam dalam air

4. Kombinasi (1) dan (3) 5. Kombinasi (2) dan (3)

IV. Pemeriksaan Kondisi Kebersihan Gigitiruan

16. Bagaimana kondisi kebersihan gigitiruan sebagian lepasan? 1. Bersih

2. Kotor 3. Sangat kotor


(6)

Dokumen yang terkait

Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

3 36 125

Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

0 26 125

Gigitiruan Sebagian Lepasan Seksional Sebagai alternatif Desain Pada Gigitiruan sebagian Lepasan

0 31 47

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan - Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

0 0 14

Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Pada Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012

0 0 8

KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012

0 0 16

POLA ASUPAN NUTRISI AKIBAT KEHILANGAN SEBAGIAN GIGI PADA MASYARAKAT YANG TIDAK DAN MENGGUNAKAN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

0 0 13

Lampiran 1 Kerangka Konsep Skripsi Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

0 0 55

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi Pada Masyarakat Yang Tidak Dan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

0 0 11

POLA ASUPAN NUTRISI AKIBAT KEHILANGAN SEBAGIAN GIGI PADA MASYARAKAT YANG TIDAK DAN MENGGUNAKAN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

0 0 13