PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA MAKAR (Jurnal)

  PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA MAKAR (Jurnal) Oleh Raka Prayoga Putra Pratama FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

  

ABSTRAK

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA

MAKAR

Oleh

Raka Prayoga Putra Pratama, Eko Raharjo, Gunawan Jatmiko

  

E-mail

  Tindak pidana makar diatur didalam KUHP, yang dimaksud dengan tindakan makar ialah makar terhadap presiden dan wakil presiden, makar terhadap kedaulatan Negara, dan makar terhadap pemerintahan Negara yang sah. Pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui seperti apa makar, dan bagaimana peran kepolisian dalam mengatasi tindak pidana makar. Permasalahan: Bagaimanakah peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana makar?, Apakah yang menjadi tolak-ukur pihak kepolisian dalam menentukan bahwa suatu perbuatan tersebut dikatakan sebagai makar?Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Narasumber pada penelitian ini terdiri dari Penyidik Kepolisian Daerah Lampung, dan Akademisi Hukum Pidana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

  Kepolisian dalam perananannya melakukan penyidikan terhadap tindak pidana makar mengacu kepada KUHP.Terkait wewenang kepolisian melakukan penyidikan terhadap suatu tindak pidana diatur oleh KUHAP dan UU Kepolisian.Selain dalam hal penyidikan, kepolisian juga berperan dalam hal mencegah terjadinya suatu tindak pidana makar. Pada dasarnya kepolisian melakukan berbagai cara dalam proses penyidikannya dengan menggunakan metode yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Tolak- ukur dalam menentukan bahwa suatu perbuatan tersebut dikatakan sebagai makar, adalah perbuatan yang membahayakan kepala Negara sehingga kepala Negara tersebut tidak dapat menjalankan tugasnya dengan semestinya. Berbagai macam bentuk perbuatan apabila ditujukan kepada mereka maka dalam proses hukumnya dapat dikenakan pasal makar. Saran: salah-satu yang dapat dilakukan oleh kepolisian dalam pencegahan makar adalah dengan melakukan penyuluhan terkait dengan wawasan kebangsaan, melakukan pelatihan bela Negara, ataupun melakukan pendekatan secara intens di tiap-tiap lingkungan melalui pembinaan masyarakat sehingga harapannya dari hal tersebut masyarakat dapat menanamkan rasa cinta kepada tanah air, bangsa dan negaranya demi terwujudnya cita-cita bangsa sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  Kata Kunci : Peran Kepolisian, Penyidikan, Tindak Pidana Makar

  

ABSTRACT

THE ROLE OF POLICE DEPARTMENT IN INVESTIGATING

THE CRIMINAL ACT OF TREASON

By

  

Raka Prayoga Putra Pratama, Eko Raharjo, Gunawan Jatmiko

E-mail

The criminal act of treason was regulated in KUHP, which the meaning of the

treason act is a treason against the president and the vice president, the treason

act towards the state sovereignty and the legitimate government state. In reality

there were still a lot of people who do not know about what the treason act is and

how about the role of police department in overcoming the crime of treason. The

problems: How is the role of police department in investigating the criminal act of

treason? What is the measurement of the police in determining that an act can be

said as a treason act? The problem approaches that used in this case were

normative and empirical juridical. The informants in this research consisted of

The Police Investigator Lampung District, and The Criminal Law Academician at

Law Faculty of Lampung University.

The police department in its role of doing investigation to the criminal act of

treason was referred to KUHP. Related to the police department’s authority doing

the investigation to a cri me was regulated by KUHAP and Police’s Code. Besides

insvesigating, The Police Department was also play a role in preventing the

occurance of the criminal act of treason. Basically the police department did

various ways in its investigating process by using the methods that were contract

to constitution.The measurement in determining about an act can be said as

treason, was an act that can lead the head of state into a danger so that the head

of the state can not run its duties properly. Various forms of deeds if that were

directed to them then in the legal process can be imposed the treason article.

Suggestion: one that can be done by the police department in preventing the

treason act is by giving awareness-raising program related to national insight,

giving state defense training, or doing an intense approach in each environment

through society development so it can be expected from it that society can instill

the sense of loving the homeland, nation and country for the realization of the

nation’s aspiration according to the preamble in 1945 constitution of the republic

of Indonesia.

  

Key words: The Role of Police Department, Investigation, The Criminal Act of

Treason

  Negara Republik Indonesia merupakan Negara yang berlandaskan atas hukum.Sebagai Negara hukum, hendaknya agar hukum senantiasa harus ditegakkan, dihormati, dan ditaati oleh siapapun tanpa ada pengecualian.Hal tersebut bertujuan agar terciptanya suatu keamanan, ketertiban, sehingga timbulnya suatu kesejahteraan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menurut R. Abdoel Djamali, “Hukum tidak otonom atau tidak mandiri, berarti hukum itu tidak terlepas dari pengaruh timbal-balik dari keseluruhan aspek yang ada didalam masyarakat. Sebagai patokan, hukum dapat menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.Tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat melanggar hukum”.

  pidana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia.Tindak pidana makar sendiri diatur didalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).Pada kitab tersebut, yang dimaksud dengan tindakan makar ialah makar terhadap presiden dan wakil presiden, makar terhadap kedaulatan Negara, dan makar terhadap pemerintahan Negara yang sah.

  Indonesia , Jakarta, Raja Grapindo Persada,

  Kata makar itu sendiri terdapat di dalam KUHP:

I. PENDAHULUAN

  2 Pasal 104 “Makar dengan maksud

  membunuh Presiden atau Wakil Presiden, atau dengan maksud merampas kemerdekaan mereka atau menjadikan mereka tidak mampu memerintah, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.

  Pasal 106 “Makar dengan maksud supaya wilayah negara seluruhnya atau sebagian jatuh ke tangan musuh, atau dengan maksud untuk memisahkan sebagian wilayah Negara dari yang lain, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.

1 Makar merupakan salah-satu tindak

  Pasal 107 Ayat (1) “Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintahan, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.

  Pasal 107 Ayat (2) “Pemimpin dan pengatur makar tersebut Ayat 1, diancam dengan pidana penjara selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. Tindak pidana tersebut secara normatif telah lama ada didalam KUHP, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui seperti apa makar, apa sebenarnya makar itu sendiri, dan bagaimana peran kepolisian sebagai 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1946

1 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum

  Tentang Peraturan Hukum Pidana (Kitab lembaga penegakan hukum dalam mengatasi tindak pidana makar. Belum lama ini, di Indonesia kembali mencuat terkait tindak pidana makar.Hal tersebut dikaitkan dengan ditangkapnya beberapa aktivis atau tokoh masyarakat oleh pihak kepolisian atas dugaan melakukan tindak pidana makar.Aktivis atau tokoh masyarakat tersebut antara lain Ahmad Dhani, Kivlan Zein, Ratna Sarumpaet, Rachmawati Soekarnoputri, dan Sri Bintang Pamungkas.Atas hal tersebut, maka lembaga penegakan hukum yang menjadi sorotan masyarakat luas adalah lembaga kepolisian.Kepolisian merupakan segala hal-ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur tentunya harus mempunyai suatu penegak hukum yang bisa mengontrol masyarakat. Salah satu penegak hukum yang dimaksud adalah polisi. Selain hal tersebut, keingintahuan masyarakat pun semakin besar atas apa sebenarnya suatu perbuatan yang dapat diklasifikasikan sebagai upaya makar khususnya dalam perspektif pihak kepolisian. Dan bagaimana peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana makar. Dengan alasan yang telah dikemukakan diatas maka penulis terdorong untuk melakukan kajian secara mendalam terkait tindak pidana makar dalam perspektif kepolisian dan peran kepolisian dalam penyidikan atas tindak pidana makar dalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul yaitu

  “Peran Kepolisian dalam Penyidikan Tindak Pidana Makar”.

  Permasalahan dalam skripsi ini adalah :

  1. Bagaimanakah peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana makar?, 2. Apakah yang menjadi tolak-ukur pihak kepolisian dalam menentukan bahwa suatu perbuatan tersebut dikatakan sebagai makar?

  Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis empiris.Narasumber pada penelitian ini terdiri dari Penyidik Kepolisian Daerah Lampung, dan Akademisi Hukum Pidana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.Analisis data dilakukan secara komulatif dan disimpulkan secara induktif dan deduktif.

  II. PEMBAHASAN A. Peran Kepolisian Dalam Penyidikan Tindak Pidana Makar

  Secara konseptual Peran merupakan kelengkapan dari hubungan- hubungan berdasarkan kewajiban yang dimiliki oleh seseorang karena menduduki suatu status-status sosial khusus.

  3 Kepolisian adalah “segala

  hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang- undangan”, pasal 1 angka (1) Undang-undang No. 2 Tahun 2002. 3 Dikutip dari:

  

Dan kepolisian berfungsi “sebagai salah-satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelaya nan kepada masyarakat”, pasal

  2 Undang-undang No. 2 Tahun 2002.

4 Berbicara masalah peran kepolisian

  maka dalam segi teoritisnya kepolisian harus berpegang pada beberapa jenis peranan yang terdapat pada teori peran, dan hal tersebut harus diimplementasikan demi terlaksananya peran kepolisian dalam penegakan hukum itu sendiri. Jenis-jenis peran tersebut berdasarkan teori peranan antara lain: 1.

  Peranan normatif, merupakan peran yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat

  2. Peranan ideal, merupakan peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem.

  3. Peranan faktual, merupakan peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara konkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.

  Tentang Kepolisian Negara Republik

  Mengenai penyidikan tindak pidana makar, maka hal tersebut tidak terlepas atas wewenang kepolisian dalam melakukan penyidikan terhadap suatu tindak pidana.Dalam hal ini penulis menitik-beratkan pada penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian terhadap tindak pidana makar.Pada ketentuan Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa “Penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang- undang untuk melakukan penyidikan”.Dari hal tersebut, dapat dikatakan secara tegas bahwa fungsi dan ruang lingkup “penyidik” adalah untuk melakukan “penyidikan”.

  Dalam pembahasan mengenai penyidikan terhadap tindak pidana makar, maka dalam penulisan ini penulis akan menjabarkan penjelasan mengenai makar itu sendiri. Pada dasarnya makar berasal dari kata

  “aanslag” (Belanda) yang berarti

  serangan atau

  “aanual” yang berarti

  suatu penyerangan dengan maksud tidak baik (misdadige aanranding). Menurut Mardjono Reksodiputro, makar sebagai kata tersendiri, bukan merupakan konsep hukum. Kata makar baru memiliki arti apabila dikaitkan dengan suatu perbuatan yang dimaksud oleh pelakunya. Jadi yang merupakan konsep hukum adalah “makar” dalam kalimat- kalimat seperti “makar dengan maksud untuk membunuh presiden atau wakil presiden”; “makar dengan maksud memisahkan sebagian dari wi layah Negara”; “makar dengan

4 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002

  maksud menggulingkan pemerintahan”.

  tindak pidana makar adalah suatu tindak pidana yang berhubungan dengan masalah keamanan negara. Mengapa seseorang melakukan tindak pidana makar banyak faktor yang mempengaruhi, salah-satu yang menjadi faktor utama terkait hal tersebut adalah terdapat rasa ketidakpuasan terhadap pemerintahan/kekuasaan yang sedang berlangsung. Perbuatan tersebut pada umumnya dilakukan oleh sekelompok orang yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama, meskipun tidak menutup kemungkinan juga dilakukan oleh satu atau dua orang saja. Karena pada berbagai tindak pidana khususnya tindak pidana makar segala kemungkinan dapat terjadi baik dari segi bentuk perbuatannya seperti apa, maupun bagaimana pola yang diatur demi terlaksana suatu tindak pidana tersebut oleh pelaku.

  6 Pada ketentuan Pasal 87 KUHP yang

  dalam pasal tersebut mengatakan bahwa perbuatan makar yang diatur dalam Pasal 104, Pasal 106, Pasal 107, dan Pasal 140 KUHP baru ada atau baru dapat dikatakan sebagai makar apabila ada “permulaan pelaksanaan”. Sehingga dari pasal tersebut menentukan bahwa tindak pidana makar baru dianggap terjadi apabila telah dimulainya perbuatan- 5 Dikutip dari

   8 september 2017. 6 Hasil Wawancara dengan Anggota Kepolisian pada Kepolisian Daerah Lampung Ahmad Defyudi, 20 November

  perbuatan pelaksanaan dari orang yang berbuat makar. Tindak pidana makar itu sendiri merupakan tindak pidana yang dirumuskan secara khusus (“makar” yang berhasil maupun “makar” yang tidak berhasil diatur oleh pasal yang sama) karena tindak pidana tersebut tergolong menjadi tindak pidana yang sangat berbahaya karena dapat mengancam keamanan suatu Negara. Berdasarkan penjelasan diatas, makar dapat di klasifikasikan antara lain: 1.

5 Menurut Ahmad Defyudi, pengertian

  Melakukan tipu daya secara sembunyi-sembunyi.

  2. Memalingkan orang lain dari tujuannya dengan suatu bentuk tipu daya.

  3. Menimpakan hal yang dibenci kepada orang lain dengan sembunyi-sembunyi.

  4. Rencana yang tersembunyi untuk menyampaikan orang yang ditipunya kepada sesuatu yang tidak disangka- sangka. Dalam penerapannya, peraturan terkait tindak pidana makar termasuk dalam kategori delik formil. Penjelasan dari delik formil tersebut adalah bahwa perbuatan terkait yang diklasifikasikan sebagai makar tidak perlu sampai harus terjadi secara penuh atau tidak sampai harus timbulnya dampak yang berarti terhadap perbuatan-perbuatan yang diatur dalam makar, tetapi dalam hal perbuatan tersebut masih dalam tahap perencanaan pun sudah dapat dikenakan atau dikatakan bahwa hal tersebut termasuk dalam tindak pidana makar. Tindak pidana makar merupakan murni pidana umum sehingga dalam penanganan kasusnya tindak pidana makar tersebut tergolong kedalam delik laporan, delik laporan dalam hal ini laporan tersebut benar-benar dibuat atau dilakukan oleh orang yang merasa dirugikan atas tindakan tersebut.

  penegakan hukum, apabila hukum (hukum pidana) ingin dijadikan panglima dalam mengawal pembangunan, maka langkah dan strategi pendekatan penanggulangan harus melalui keterpaduan atau pendekatan integral, yang dalam pelaksanaannya tidak cukup dengan tindakan pencegahan, penegakan hukum, ataupun pembaharuan hukum semata-mata, tetapi juga memperhatikan pembangunan di segala aspek kehidupan masyarakat menyangkut pembangunan ekonomi, sosial, politik, kultur, administrasi dan masalah etika dan moralitas bangsa.

  wawancara yang penulis lakukan terhadap para narasumber, kepolisian menjalankan perannya sebagai penyidik terkait tindak pidana makar menggunakan berbagai cara atau metode yang didasarkan atas keyakinan penyidik. Hal tersebut perlu dilakukan demi terungkap dengan jelas dan terangnya suatu kasus pidana khususnya dalam hal ini tindak pidana makar. Dengan keadaan teknologi yang semakin 7 Hasil Wawancara dengan Anggota

  Kepolisian pada Kepolisian Daerah Lampung Ahmad Defyudi, 20 November 8 Sunarto D.M., Rekonstruksi Hukum Pidana Era Transformasi dan Globalisasi Dalam Penegakan Hukum Secara Integratif , Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2009, hlm.

  maju ini maka kepolisian pun selalu melakukan pembaharuan dari segi penggunaan alat bantu dalam proses pencarian fakta dan selalu melakukan pembaharuan pemahaman kompetensi ilmu yang harus dimiliki setiap penyidik. Dalam pelaksanaan teknisnya, meskipun kepolisian menggunakan berbagai cara dan metode dalam penyidikannya, tetapi kepolisian bukan berarti tidak memiliki pedoman atau batasan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Pada proses penyidikannya kepolisian sebagai penyidik mengacu kepada KUHAP (Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana) dan Undang-Undang Kepolisian.

7 Menurut Sunarto D.M., Dalam

  Dalam melaksanakan peranannya, kepolisian tidak semata-mata hanya melakukan penyidikan saja. Namun, adapula langkah preventif yang dilakukan oleh pihak kepolisian baik yang dilakukan sendiri oleh lembaga kepolisian maupun bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintahan terkait. Langkah- langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan terkait dengan wawasan kebangsaan, melakukan pelatihan bela Negara, ataupun melakukan pendekatan secara intens di tiap-tiap lingkungan melalui pembinaan masyarakat sehingga harapannya dari hal tersebut masyarakat dapat menanamkan rasa cinta kepada tanah air, kepada bangsa dan negaranya demi terwujudnya cita-cita bangsa yang terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

8 Berdasarkan uraian dan hasil

B. Tolak-Ukur Pihak Kepolisian Dalam Menentukan Bahwa Suatu Perbuatan Tersebut Dikatakan Sebagai Makar

  Sebelum melakukan pembahasan lebih dalam, penegakan hukum merupakanproses menjalankan atas fungsi norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

9 Dengan kata lain,

  melaksanakan penegakan hukum merupakan langkah pengimplementasian terhadap norma-norma hukum yang ada dan hal tersebut dijadikan sebagai pedoman atau acuan perilaku yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dari penegakan hukum itu sendiri harapannya adalah memberikan jaminan terlaksananya keadilan dan perlindungan terhadap harkat martabat manusia, ketertiban, ketentraman dan kepastian hukum sesuai dengan apa yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain hal tersebut Negara juga menjamin terjaga dan terpeliharanya nilai-nilai moral bangsa Indonesia. Menurut Ahmad Defyudi, hal pokok yang menjadi perhatian kepolisian dalam menegakan hukum adalah menyelesaikan konflik secara beradab dan manusiawi, mencegah agar konflik tidak meluas, memberikan pelayanan perlindungan dan pengayoman kepada korban dan para pencari keadilan.

  9

  , diakses pada tanggal 16 Agustus 2017. 10 Hasil Wawancara dengan Anggota

  menambahkan, bahwa hukum merupakan simbol peradaban untuk menyelesaikan masalah, bukan sebagai alat balas dendam dalam kehidupan. Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan. Yang disebut keinginan-keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran pembuat undang- undang yang dirumuskan dalam peraturan hukum itu. Pembicaraan mengenai proses penegakan hukum menjangkau pula sampai kepada pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat undang-undang (hukum) yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan.

  11 Dalam

  pandangan lain, penegakan hukum pidana juga diartikan sebagai upaya untuk menerjemahkan dan mewujudkan keinginan-keinginan hukum pidana menjadi kenyataan, yaitu hukum pidana menurut Van Hammel adalah keseluruhan dasar dan aturan yang dianut oleh Negara dalam kewajibannya untuk menegakkan hukum, yakni dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum (On Recht) dan mengenakan nestapa (Penderitaan) kepada yang melanggar larangan tersebut.

  12 Menegakkan hukum pidana harus

  melalui beberapa tahap yang dilihat

10 Beliau

  Lampung Ahmad Defyudi, 20 November 2017. 11 Peradilan Pidana Indonesia (Dinamika dan Perkembangan) , Bandar Lampung, PKKPUU FH UNILA, 2013, hlm 37 12 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,

  sebagai usaha atau proses rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu tertentu yang merupakan suatu jalinan mata rantai aktifitas yang tidak termasuk bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan. Tahapan tersebut adalah: 1.

  Tahap Formulasi Pada tahap ini merupakan tahap penegakan hukum pidana in

  abstracto oleh badan pembuat

  undang-undang yang melakukan kegiatan memilih yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan situasi yang akan datang. Kemudian hal tersebut dirumuskan dalam bentuk suatu peraturan perundang-undangan yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Pada tahapan ini merupakan tahap kebijakan legislatif.

  2. Tahap Aplikasi Pada tahapan ini merupakan tahap penerapan hukum pidana oleh aparat penegak hukum, mulai dari lembaga kepolisian sampai dengan lembaga peradilan. Dengan demikian, aparat penegak hukum bertugas menegakkan serta menerapkan peraturan-peraturan perundang- undangan pidana yang telah dibuat oleh lembaga pembuat undang-undang. Dalam melakukan tugas tersebut, aparat penegak hukum harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan daya guna. Pada tahapan ini disebut pula tahap yudikatif.

  3. Tahap Eksekusi Pada tahapan ini merupakan tahap penegakan pelaksanaan hukum secara konkrit oleh aparat-aparat pelaksana pidana.

  Pada tahap ini aparat-aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh pembuat undang- undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan. Dengan demikian, proses pelaksanaan pemidanaan yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan, aparat-aparat pelaksana pidana itu dalam pelaksanaan tugasnya harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh lembaga pembuat undang-undang.

  Pada dasarnya dalam menangani suatu permasalahan dalam hal penegakan hukum pidana yang terjadi di dalam masyarakat dapat dilakukan setidaknya dengan dua cara,yaitu secara penal (Hukum Pidana) dan secara non penal (tanpa menggunakan hukum pidana).

  13 1.

  Secara Penal Upaya penal merupakan salah- satu upaya penegakan hukum atau segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum yang lebih menitik- beratkan pada pemberantasan setelah terjadinya kejahatan yang dilakukan dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang merupakan suatu ancaman bagi pelakunya. Tahapan dalam cara ini meliputi penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan dan seterusnya yang dalam hal ini merupakan bagian dari 13 Dikutip dari

   politik kriminil. Fungsionalisasi hukum pidana adalah suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan melalui penegakan hukum pidana yang rasional dengan tujuan agar menciptakan terpenuhinya rasa keadilan dan daya guna.

2. Secara Non Penal

  Pada upaya secara non penal ini hal yang ditekankan adalah upaya pencegahan sebelum terjadinya kejahatan dan secara tidak langsung dilakukan tanpa menggunakan sarana pidana atau hukum pidana, beberapa langkah tersebut antara lain: a.

  Penanganan objek kriminalitas dengan saran fisik atau hal konkrit guna mencegah hubungan antara pelaku dengan objeknya dengan sarana pengamanan, pemberian pengawasan pada objek kriminalitas.

  b.

  Mengurangi atau menghilangkan kesempatan berbuat kriminal dengan perbaikan lingkungan.

  c.

  Penyuluhan kesadaran mengenai tanggung jawab bersama dalam terjadinya kriminalitas yang akan mempunyai pengaruh baik dalam penanggulangan kejahatan.

  Kemudian dalam hal mengimplementasikan asas legalitas itu sendiri, kepolisian sebagai lembaga penegak hukum harus dapat memahami apa yang merupakan unsur-unsur terpenuhinya suatu tindak pidana. Hal tersebut dilihat, dikaji, dan dipahami oleh penyidik kepolisian melalui setiap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan suatu tindak pidana.Dalam hal menentukan tolak-ukur bahwa suatu perbuatan tersebut dikatakan sebagai makar, kepolisian mengacu pada KUHP terkait makar.Secara umum, unsur dari terpenuhinya suatu tindak pidana makar itu sendiri cukup sulit untuk mengetahuinya bagi masyarakat luas.Namun pada dasarnya, untuk mengetahui suatu unsur dari tindak pidana adalah dengan menjabarkan kata-kata yang terdapat dalam suatu pasal itu sendiri. Dengan menjabarkan kata- kata tersebut maka dapat diketahuilah hal apa saja yang dapat dijadikan tolak-ukur atau unsur- unsur dari tindak pidana makar tersebut. Menurut Ahmad Defyudi, bahwa pada praktiknya hukum pidana merupakan ilmu penjabaran, dalam hal ini maka untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam suatu peraturan perundang-undangan harus dijabarkan atau dimaknai secara keseluruhan baik dalam hal kata-katanya, kata penghubung, sampai dengan tanda baca yang terdapat pada setiap pasal tersebut.

  14 Terkait tolak-ukur terhadap tindak

  pidana makar beliau menambahkan, bahwa makar itu sendiri dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan tipu muslihat, maupun akal busuk, bahkan perbuatan dengan maksud hendak menyerang orang atau perbuatan menjatuhkan pemerintahan yang sah. Sehingga, dari hal tersebut dijelaskan bahwasannya apapun perbuatan yang dilakukan seseorang apabila itu membahayakan keselamatan presiden dan wakil presiden sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan, membahayakan 14 Hasil Wawancara dengan Anggota

  Kepolisian pada Kepolisian Daerah Lampung Ahmad Defyudi, 20 November pemerintahan maka hal tersebut sudah tergolong dalam unsur terpenuhinya suatu tindak pidana makar.

  Menurut Erna Dewi, tolak-ukur kepolisian dalam menentukan bahwa suatu perbuatan tergolong makar antara lain adalah dengan melakukan penyelidikan terkait tujuan sekelompok orang dalam melakukan permufakatan, terhadap hal yang menjadi objek sasaran dari tujuan permufakatan tersebut. Beliau menambahkan, mulai dari permufakatannya sudah dianggap melakukan tindak pidana makar secara penuh, sehingga terpenuhi unsur dari tindak pidana makar itu sendiri. Walaupun pada kenyataannya hasil dari permufakatan tersebut belum menimbulkan akibat atau dengan kata lain belum terlaksana secara penuh hal yang menjadi tujuan dari suatu kelompok tersebut. Hal tersebut demikian karena makar itu sendiri merupakan tindak pidana yang termasuk kejahatan yang luar biasa, dan bukan tidak mungkin dalam proses penyidikannya kepolisian bekerja sama dengan pihak intelijen.

  beberapa penjelasan diatas, menurut penulis dalam hal terkait tolak-ukur kepolisian dalam menentukan bahwa suatu perbuatan tersebut dikatakan sebagai makar adalah perbuatan yang membahayakan kepala Negara atau kepala pemerintahan sehingga kepala Negara atau kepala pemerintahan tersebut tidak dapat menjalankan tugasnya dengan semestinya. 15 Akademisi Fakultas Hukum Universitas

  Lampung, Dr. Erna Dewi, S.H., M.H. , 30

  Berbagai macam bentuk perbuatan apabila ditujukan kepada mereka maka dalam proses hukumnya dapat dikenakan pasal makar. Begitu juga dengan permufakatan yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat kepala Negara tidak mampu lagi menjalankan tugasnya, permufakatan yang dilakukan dengan tujuan merebut pemerintahan yang sah, permufakatan dengan tujuan memecah kedaulatan Negara dengan bekerja sama dengan Negara atau pihak lain pun dapat dikenakan pasal makar dalam proses hukumnya. Menurut penulis sendiri, pada dasarnya individu-individu maupun kelompok-kelompok yang terindikasi melakukan makar tersebut tidak terlepas atas kepentingan- kepentingan politik dari suatu golongan atau kelompok yang ingin berkuasa dan pada kenyataannya kelompok tersebut bertentangan dengan pemerintahan yang sah yang sedang berkuasa.

  III. PENUTUP A. Simpulan

  Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya penulis dapat menyimpulkan, bahwa: 1.

15 Berdasarkan hasil wawancara dan

  Kepolisian menjalankan perannya sebagai penyidik terkait tindak pidana makar menggunakan berbagai cara atau metode yang didasarkan atas keyakinan penyidik. Dalam pelaksanaan penyidikan tersebut, kepolisian sebagai penyidik mengacu pada KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) sebagai hukum pidana materiilnya dan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) dan Undang-Undang Kepolisian sebagai hukum pidana formilnya. Dalam melaksanakan peranannya, kepolisian tidak semata-mata hanya melakukan penyidikan saja. Namun, adapula langkah preventif yang dilakukan oleh pihak kepolisian baik yang dilakukan sendiri oleh lembaga kepolisian maupun bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintahan terkait. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya makar itu sendiri dan dapat mencegah perluasan paham-paham yang tidak sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang terkandung dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  2. Tolak-ukur kepolisian dalam menentukan bahwa suatu perbuatan dikatakan sebagai makar adalah perbuatan yang terindikasi dapat membahayakan kepala Negara atau kepala pemerintahan sehingga kepala Negara atau kepala pemerintahan tersebut tidak dapat menjalankan tugasnya dengan semestinya. Berbagai macam bentuk perbuatan apabila ditujukan kepada mereka maka dalam proses hukumnya dapat dikenakan pasal makar. Begitu juga dengan permufakatan yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat kepala Negara tidak mampu lagi menjalankan tugasnya, permufakatan yang dilakukan dengan tujuan merebut pemerintahan yang sah, permufakatan dengan tujuan memecah kedaulatan Negara dengan bekerja sama dengan Negara atau pihak lain pun dapat dikenakan pasal makar dalam proses hukumnya. Dan dalam persepektif penulis sendiri, pada dasarnya terjadinya indikasi tindak pidana makar tidak terlepas atas hal yang menyangkut kepentingan- kepentingan politik suatu golongan ataupun kelompok tertentu.

  B. Saran

  Berdasarkan simpulan diatas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran bahwasannya, salah-satu yang dapat dilakukan oleh kepolisian dalam pencegahan makar adalah dengan melakukan penyuluhan terkait dengan wawasan kebangsaan, melakukan pelatihan bela Negara, ataupun melakukan pendekatan secara intens di tiap-tiap lingkungan melalui pembinaan masyarakat sehingga harapannya dari hal tersebut masyarakat dapat menanamkan rasa cinta kepada tanah air, kepada bangsa dan negaranya demi terwujudnya cita-cita bangsa yang terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan cita-cita bangsa Indonesia tidak menyebar luas dikalangan masyarakat, dan potensi terjadinya tindak pidana makar dapat diredam.Namun, apabila sudah terjadi suatu tindak pidana makar, maka kepolisian diharapkan mampu untuk berperan aktif dalam hal penegakan hukumnya dan menindak tegas pelaku makar baik itu yang merupakan perencananya sampai dengan eksekutor makar tersebut.Sehingga tindak pidana makar tersebut tidak terjadi. Meskipun tindak pidana makar ini jarang terjadi, namun kepolisian Secara Integratif , Bandar diharapkan jangan sampai apa yang Lampung, Universitas menjadi rencana makar dari pelaku Lampung, 2009, hlm. 33. makar tersebut terjadi. Karena Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 dampak yang timbul apabila tindak Tentang Peraturan pidana tersebut terjadi secara utuh Hukum Pidana (Kitab adalah tidak berjalan dengan baiknya Undang-Undang Hukum pemerintahan dan dapat Pidana). menimbulkan kekacauan sehingga Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 akan memicu terjadinya tindak Tentang Kepolisian pidana lain yang lebih besar. Negara Republik Indonesia.

  diakses pada

DAFTAR PUSTAKA

  tanggal 1 september 2017 Erna Dewi dan Firganefi, Sistem

  Peradilan Pidana

  

  Indonesia (Dinamika dan

   diakses pada

  Perkembangan) , Bandar tanggal 16 Agustus 2017.

  Lampung, PKKPUU FH UNILA, 2013, hlm 37

  R. Abdoel Djamali, Pengantar

  Hukum Indonesia ,

   Jakarta, Raja Grapindo diakses pada tanggal 8 Persada, 2005, hlm. 25. september 2017. Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,

  Bandung, Alumni, 1986, hlm. 60.

  Sunarto D.M., Rekonstruksi Hukum , diakses

  Pidana Era Transformasi

  pada tanggal 16 Agustus

  dan Globalisasi Dalam 2017. Penegakan Hukum