BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Gaya kepemimpinan dan Iklim Komunikasi terhadap Motivasi kerja Pegawai di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah kehidupan berorganisasi, faktor manusia adalah hal yang
sangat penting. Hal ini wajar karena secara alamiah manusia adalah mahluk sosial
yang hidupnya berkelompok dan saling berinteraksi satu sama lain. Adanya
interaksi antar sesama manusia dalam kelompok ataupun organisasi tersebut
adalah hasil dari sebuah proses komunikasi. Dimana komunikasi merupakan
saluran hubungan untuk melakukan dan menerima mekanisme perubahan, juga
sebagai sarana untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi. Tanpa adanya
komunikasi, maka ide, pikiran dan perasaan tidak dapat disalurkan pada orang
lain. Komunikasi dalam hal ini adalah komunikasi antarmanusia dalam konteks
organisasi. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang berfokus kepada manusia manusia dalam pencapaian tujuan
organisasi. Peranan dan status setiap manusia dalam organisasi menentukan juga
bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain, dan bagaimana orang lain
berkomunikasi dengan dia sesuai dengan status dan perannya dalam organisasi.
Liliweri (2004:59-60), mendefenisikan bahwa komunikasi organisasi
memproses informasi dan pesan, menafsirkannya dan bertindak berdasarkan
informasi. Komunikasi disini menekankan pada metode dan tehnik yang

memungkinkan orang untuk beradaptasi dengan lingkungan organisasi. Ada
pendapat para ahli lain dapat dilihat seperti kutipan berikut :

1
Universitas Sumatera Utara

Wirianto (dalam Romli, 2011:2) “Komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal maupun informal dari suatu organisasi”. Romli mengatakan
komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu
sendiri dalam organisasi sifatnya berorientasi kepentingan organisasi.
Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo,
kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat surat resmi. Adapun
komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual (Romli 2011:2).
Dalam sebuah organisasi formal didalamnya terdapat unsur-unsur dasar
yaitu : pemimpin, pegawai, pekerjaan, struktur dan pedoman dalam perusahaan.
Unsur-unsur tersebut merupakan sub-sub sistem yang saling terkait satu sama lain

dan menjadi pendukung perusahaan sebagai sebuah sistem yang memiliki tujuan.
Dalam pelaksanaan tugas dari masing-masing sub-sub sistem
terjadi berbagai macan

tersebut akan

hubungan antara satu dengan yang lainnya yang

kesemuanya termasuk dalam konteks komunikasi.
Faktor kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting karena
pemimpinlah yang akan membawa dan menggerakkan kelompoknya kearah
tujuan yang akan dicapai dengan cara dan gayanya masing-masing. Pemimpin
mempersatukan kelompok dengan satu tujuan dan komitmen yang bisa diterima
dan disetujui oleh setiap anggota kelompok. Bermacam macam pengertian tentang
kepemimpinan yang diberikan para ahli, namun pada intinya kepemimpinan
adalah bagaimana proses menggerakan, mengarahkan dan membimbing dan
mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan
organisasi.
Menurut Getol (2012:2) bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk memengaruhi sekelompok orang yang memiliki kebutuhan yang


Universitas Sumatera Utara

sama dan mengarahkan mereka agar mereka bersedia melakukan pekerjaan sesuai
dengan pengarahannya dan pada akhirnya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
bersama

sama

tersebut.

Sementara

Anoraga

mengemukakan

bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain melalui

komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk
menggerakkan orang orang agar dengan penuh pengertian kesadaran dan senang
hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. (dalam Romli 2011:93)
Tidak mudah menjadi seorang pemimipin dalam organisasi karena harus
memahami berbagai macam karakter dan prilaku bawahan yang berbeda. Ini
disebabkan karena yang dipimpin adalah manusia yang punya perasaan akal dan
berbagai jenis dan sifatnya masing-masing. Dalam struktur perusahaan pemimpin
berada pada strata teratas, sehingga dia bertanggung jawab terhadap setiap
kebijakan yang dikeluarkan. Serta dalam pengoperasiannya pemimpin memiliki
gaya tersendiri dalam pelaksanaannya dapat mempengaruhi kinerja pegawai
dalam satu organisasi.
Defenisi gaya kepemimpinan menurut Thoha (2007:303) adalah norma
prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut berusaha
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dengan menerapkan gaya
kepemimpinan yang tepat maka seorang pemimpin dapat memotivasi anggota
kelompok untuk bekerja secara maksimal. Dapat diartikan bahwa jika kelompok
memiliki kemampuan dan tingkat kesiapan yang tinggi akan termotivasi bila
pemimpin dapat mendelegasikan sebagian besar wewenangnya. Rezeki (2010)
telah meneliti pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja, menyatakan bahwa


Universitas Sumatera Utara

gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Dalam sebuah organisasi hal yang penting untuk diperhatikan adalah
bagaimana menciptakan sebuah iklim komunikasi yang kondusif. Iklim dipandang
sebagai suatu kualitas pengalaman yang subyektif yang berasal dari persepsi atas
karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi. Pentingnya iklim
komunikasi dalam organisasi disadari oleh Redding, ia mengatakan bahwa “Iklim
komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada ketrampilan atau tehnik-tehnik
komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif Pace
And Faules (2001:148). Sejalan dengan pemikiran Redding, Kriyantono
(2008:313) mendefinisikan Iklim komunikasi sebagai persepsi mengenai seberapa
jauh anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung,
terbuka, menaruh perhatian, dan secara aktif meminta pendapat mereka, serta
memberi penghargan atas standar kinerja yang baik. Hal tersebut tentu saja sangat
berpengaruh terhadap motivasi kerja bagi pegawai. Ini disebabkan karena
terpenuhinya keinginan pegawai sebagai seorang yang merasa dihargai, didengar,
diperhatikan, dan mendapat dukungan dari atasan. Demikian juga dengan ide
ataupun gagasan yang muncul harus dikomunikasikan agar didengarkan oleh

anggota yang lain.
“Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota
organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota
yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani
berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan (Muhammad

Universitas Sumatera Utara

2007:85)” Iklim komunikasi dalam sebuah organisasi sangat penting karena
menjembatani praktek-praktek pengelolaan sumber daya manusia dengan
produktivitas. Setiap pemimpin yang memiliki pengetahuan luas tentang iklim
komunikasi organisasi, akan dapat memahami secara lebih baik apa yang
mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu.
Keputusan yang diambil anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan yang
efektif, merasa bagian dari organisasi, memiliki semangat, mengedepankan
kejujuran, kreatifitas, inovasi, mampu mencari peluang dalam organisasi, dan
mendukung anggota lain untuk memiliki kinerja yang lebih baik, merupakan
kondisi yang dipengaruhi oleh iklim organisasi positif. Hal inilah yang sepatutnya
dijaga dan dibina secara terus menerus oleh setiap anggota agar organisasi
berjalan sesuai dengan tujuannya. Sebaliknya iklim yang negatif benar-benar

dapat merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana
mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. Pada akhirnya akan
berpengaruh buruk juga terhadap motivasi kerja pegawai.
Pegawai adalah salah satu sumber daya terbesar dalam sebuah perusahaan
yang diposisikan sebagai bawahan. Salah satu tantangan yang cukup berat bagi
seorang pemimpin adalah bagaimana memotivasi bawahan agar dapat bekerja
penuh semangat dan bersedia mengerahkan seluruh kemampuannya yang terbaik
untuk kepentingan lembaga ataupun perusaha annya. Ada anggapan bahwa
peningkatan kemampuan pegawai tidak perlu melalui kepemimpinan, tetapi cukup
melalui motivasi dari diri mereka sendiri untuk maju, tetapi pandangan yang

Universitas Sumatera Utara

demikian itu tidaklah benar karena bagaimanapun tingginya motivasi seseorang
untuk maju jika tidak didukung oleh pimpinannya tidak akan berhasil.
“Motivasi diartikan sebagai alat pembangkit, penguat, penggerak seorang
karyawan yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan hasil “ Nasution (2000:191)
Sementara

Hasibuan


dalam

Romli

(2011:72)

mengatakan

“Motivasi

mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan agar mereka
mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan
untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Jika motivasi kerja pegawai tinggi, maka
produktivitas juga akan meningkat, sebaliknya jika motivasi rendah maka
produktivitas juga ikut melemah. Berdasarkan hal itu maka pemimpin dituntut
untuk selalu memotivasi bawahannya agar senantiasa mau bekerja dengan penuh
gairah dalam melaksanakan tugas tugasnya. Arif Suadi (1996:35) menyatakan
bahwa: “Seperti apapun mahirnya managemen, mereka tidak akan berhasil kalau
mereka tidak mampu memotivasi dan memimpin pegawainya untuk mencapai

tujuan perusahaan. Oleh karena itu penting untuk mengetahui motivasi kerja.
Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI)
Sumatera Utara adalah salah satu organisasi ataupun lembaga yang bergerak di
bidang penyiaran di Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Putri Hijau Medan.
Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi tertua di Indonesia
dan satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia
dengan jumlah penonton sekitar 82% penduduk Indonesia. TVRI sempat
memonopoli siaran di wilayah indonesia sebelum lahirnya televisi swasa seperti
RCTI, TPI, SCTV di awal tahun 1989. Dalam perjalananya TVRI banyak

Universitas Sumatera Utara

mengalami perubahan. Bulan Juni 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36
tahun 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan),
yang secara kelembagaan berada dibawah pembinaan dan bertanggung jawab
kepada Departemen Keuangan RI. Bulan Oktober 2001, diterbitkan Peraturan
Pemerintah No.64 tahun 2001 tentang pembinaan Perjan TVRI dibawah kantor
Menteri Negara BUMN untuk urusan organisasi dan Departemen Keuangan RI
untuk urusan keuangan. Tanggal 17 April 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah
No.9 tahun 2002, status TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) TVRI

dibawah pengawasan Departemen Keuangan RI dan Kementerian Negara BUMN.
Selanjutnya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002
tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang
berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara. Semangat yang mendasari
lahirnya TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik adalah untuk melayani
informasi untuk kepentingan publik, bersifat netral, mandiri dan tidak komersial.
Perubahan ini dilakukan agar TVRI dapat melakukan pembenahan disegala
bidang baik dari segi management, SDM, struktur organisasi, program acara dan
lain sebagainya.
Dalam kompetisi dunia pertelevisian saat ini TVRI Sumut sudah jauh
tertinggal dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya, baik dari segi SDM, serta
program program acara yang disiarkan. Orang orang lebih memilih televisi swasta
karena dianggap lebih menarik dan lebih berkualitas. Melihat kondisi diatas TVRI
Sumut akan semakin memprihatinkan dan akan mendapat peringkat terbawah bila
tidak dikelola dengan baik. Disinilah dibutuhkan seorang pemimpin yang tepat

Universitas Sumatera Utara

serta iklim komunikasi yang kondusif dalam mengelola dan membenahi stasiun
ini secara baik dan benar agar TVRI Sumut tidak kehilangan pemirsanya dan tetap

dijadikan sebagai media yang memiliki kekuatan untuk mengokohkan kesatuan
rakyat Sumatera Utara. Sejalan dengan kebutuhan akan perubahan di lembaga
TVRI saat ini TVRI Sumatera Utara sedang dalam pembenahan, berbagai
kebijakan baru serta berbagai program acara telah dirancang terutama yang
memuat kearifan lokal yang menjadi unggulan. Kepala LPP TVRI Sumatera Utara
saat ini Ir.Safrullah nampaknya serius dalam mengelola stasiun ini. Hal tersebut
dapat dilihat dalam kutipan pemberitaan berikut:
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN-Televisi Republik Indonesia (TVRI)
lahir kembali! Reborn! Memasuki usianya yang ke-41 tahun, TVRI Stasiun
Sumatera Utara akan mengangkat kearifan lokal sebagai program
unggulan mereka.
Lahirnya kembali TVRI ini bertujuan untuk menjadikan Lembaga
Penyiaran Publik ini benar- benar milik rakyat. Dengan jangkauan siar
yang lebih luas dan mengIndonesia, bukan hal sulit untuk mewujudkan
ambisi ini.
Semangat inilah yang terungkap dalam perayaan milad ke-41
TVRI Sumatera Utara, Rabu (28/12). Dengan tema Reborn! Dengan
Paradigma Baru dan Komitmen Baru, stasiun televisi plat merah ini
mencoba bangkit ditengah sengitnya persaingan dunia penyiaran di
Sumatera Utara.
Sengitnya pertarungan itulah yang disadari Kepala Lembaga
Penyiaran Publik TVRI Stasiun Sumatera Utara Ir Syafrullah.
Tak heran jika dia pun mulai pasang kuda-kuda, menyiapkan program
baru yang bermuatan lokal sebagai mata acara unggulan. Beberapa yang
patut disebutkan adalah program Markombur. Dari namanya sudah pasti
program ini akan berbau cakap-cakap semacam talkshow dengan
kemasan ala Sumatera Utara. Ada pula program Jelajah Negeri yang
bakal menggali keindahan dan potensi alam serta pariwisata Sumatera
Utara. Kemudian acara Negeri Cinta spesial menampilkan kearifan dan
keramahan warga Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Melihat isi pemberitaan tersebut terlihat adanya keinginan dari pimpinan
TVRI untuk membenahi dari segi isi (content) siaran. Ini di lakukan untuk dapat
mengimbangi tingkat persaingan dengan competitor-competitor lainnya.Tetapi
Pembenahan content

saja tidak cukup tanpa membenahi keseluruhan dari

lembaga ini. Pembenahan dari segala bidang adalah hal yang paling penting agar
lembaga ini dapat berjalan dengan baik. Pembenahan program tidak akan
maksimal jika tidak dibarengi dengan pembenahan individu yang bekerja
didalamnya.
Untuk membenahi lembaga ini sangat dibutuhkan seorang pemimpin yang
tepat agar dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai penanggung jawab
setiap kebijakan dalam sebuah lembaga pemimpin mempunyai tugas yang sangat
penting, seperti memberi arahan, menetapkan program, memotivasi, dan
menerima masukan serta keluhan dari bawahan. Gerungan mengatakan: Tugas
utama seorang pemimpin adalah: 1) Memberi struktur yang jelas terhadap situasi
situasi rumit yang dihadapi kelompok, 2) merasakan dan menerangkan kebutuhan
kelompok pada dunia luar, baik mengenai sikap-sikap, harapan, tujuan dan
kekhawatiran kelompok. (dalam Romli 2011:97), karena motivasi yang tinggi
dapat menggerakan dan mendorong para pegawai untuk bekerja lebih giat dalam
melaksanakan ide ataupun gagasan baru yang telah direncanakan. Dimana untuk
mencapai keberhasilan suatu lembaga sebagian besar tergantung kepada motivasi
pegawai untuk melaksanakan pekerjaanya.
Sebagai organisasi besar, LPP TVRI Sumatera utara didalamnya terdiri
dari kumpulan individu yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan

Universitas Sumatera Utara

organisasi dan saling melakukan kontak antara satu dengan yang lain. Secara
umum iklim komunikasi di TVRI Sumut berfungsi dalam memberikan motivasi
kerja terhadap pegawai. Namun dalam pelaksanaan tugas oleh pegawai sangat
mungkin terjadi persoalan persoalan dalam komunikasi. Biasanya terjadi apabila
individu yang satu berperan lebih besar dari individu lainnya dalam organisasi,
ketidak percayaan antara sesama anggota organisasi, dan pembawaan atau sifat
individu itu sendiri akan memicu terjadinya konflik antar sesama individu dalam
organisasi.
Komunikasi yang terjadi diantara sesama anggota organisasi sangat
penting agar pesan dapat diterima dengan baik oleh seluruh anggota organisasi.
Apabila tidak ada komunikasi para pegawai TVRI tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan, pimpinan tidak dapat memperoleh masukan-masukan dari
pegawai, serta tidak dapat memberikan intruksi yang tepat. Koordinasi tidak
tercapai, kerjasama tidak terlaksana karena orang orang yang berada didalamnya
tidak dapat menyampaikan keinginan dan persaanya kepada pihak lain. Faktorfaktor tersebut harus selalu dijaga agar tidak terjadi penurunan kualitas iklim
komuikasi di lembaga ini. Untuk itu penting memelihara iklim komunikasi di
lembaga ini.
Pemikiran-pemikiran tersebut melatar belakangi peneliti untuk melakukan
telaah lebih dalam mengenai gaya kepemimpinan, iklim komunikasi dan motivasi
kerja. Disamping itu belum pernah dilakukan penelitian tentang gaya
kepemimpinan, iklim komunikasi dan motivasi dilingkungan tersebut. Sehingga
penulis membuat suatu penelitian dengan judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Universitas Sumatera Utara

dan Iklim Komunikasi terhadap Motivasi kerja Pegawai di LPP TVRI Sumatera
Utara”

1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Iklim
Komunikasi terhadap Motivasi kerja Pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara?”

1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi kerja
pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh Ilkim Komunikasi terhadap Motivasi kerja
pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi
terhadap motivasi kerja pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif terhadap khasanah keilmuan di Jurusan Ilmu Komunikasi
khususnya tentang Gaya kepemimpinan, Iklim Komunikasi serta
pengaruhnya terhadap Motivasi kerja pegawai.
2. Secara teoritis, penelitian ini dapat diharapkan menjadi khasanah
pengetahuan

dan

penelitian

khususnya

tentang

Pengaruh

Gaya

Universitas Sumatera Utara

kepemimpinan dan Iklim Komunikasi terhadap dan Motivasi kerja
pegawai
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran
kepada LPP TVRI Sumatera Utara tentang Pengaruh Gaya kepemimpinan
dan Iklim komunikasi terhadap Motivasi Kerja.

1.5. Kerangka Teori
Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan
batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan
dilakukan. Nawawi (2003:6-7); Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak
atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu
perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang
menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Adapun
landasan teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori Gaya
kepemimpinan, teori Iklim Komunikasi dan Motivasi kerja.

1.5.1. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan terkait dengan cara mempengaruhi bawahan dan
menyampaikan serta menerapkan ide idenya kepada kelompoknya dan seberapa
besar pemimpin dapat memberikan atau mendelegasikan kepercayaan, wewenang
dan lain-lain dengan prilaku prilaku tertentu. Berdasar pada teori Path-Goal
(jalan–tujuan) tentang kepemimpinan telah dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana perilaku seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya.

Universitas Sumatera Utara

House

dan

Mitcell

(1974)

dalam

(Yukl

1998:242-243)

telah

mengkategorikan ada empat gaya kepemimpinan sebagai berikut :
1. Gaya Supportive (mendukung): Memberi perhatian kepada kebutuhan
para bawahan, memperlihatkan perhatian kepada kesejahteraan mereka
dan menciptakan suasana yang bersahabat dalam unit kerja mereka.
2. Gaya Directive (instruktif): Memberitahukan kepada para bawahan apa
yang diharapkan dari mereka, memberi pedoman yang spesifik,
meminta para bawahan untuk mengikuti peraturan-peraturan dan
prosedur, mengatur waktu, dan mengkoordinasi pekerjaan mereka.
3. Gaya Partisipative (partisipative): Berkonsultasi dengan para bawahan
dan memperhitungkan opini dan saran mereka.
4. Gaya Achievment oriented (orientasi kepada keberhasilan):
Menetapkan tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam
kinerja, dan memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan
mencapai standar yang tinggi.

1.5.2. Iklim Komunikasi
Komunikasi selalu terjadi di setiap kegiatan hidup manusia baik dalam
hidup bermasyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Dalam hidup
berorganisasi, komunikasi adalah salah satu hal terpenting yang pengaruhnya
sangat besar untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Adanya komunikasi dalam
suatu organisasi akan membentuk suatu iklim komunikasi. Iklim komunikasi ada
yang bersifat positif dan negatif. Iklim komunikasi yang bersifat positif atau
kondusif dapat mendorong produktivitas kerja karyawan dalam suatu organisasi,
sehingga lebih mempermudah tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya iklim
komunikasi yang negatif, dapat menghambat tingkat produktivitas kerja karyawan
dalam organisasi yang mengakibatkan tujuan perusahaan juga sulit untuk dicapai.
Untuk menganalisis iklim komunikasi di suatu organisasi, (Pace dan
Faules 2001:149) mengemukakan enam faktor besar yang bisa digunakan untuk
menganalisis masalah tersebut, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1

Kepercayaan, personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya
kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan
dan tindakan.
2 Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkat dalam
organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai
semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang
relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai disemua tingkat
harus diberikan kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan
manajemen diatas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan
keputusan dan penentuan tujuan.
3 Kejujuran, suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan
harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para
pegawai mampu mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka tanpa
mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat,
bawahan, atau atasan.
4 Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, kecuali untuk keperluan
informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh
informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu,
yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan
pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan
yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin,
dan rencana-rencana
5 Mendengarkan dalam komunikasi keatas, personil disemua tingkat
dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporanlaporan masalah yang dikemukakan personel disemua tingkat bawahan
dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran
terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk
dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
6 Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi, personel disemua
tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap
tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi,
biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada
anggota organisasi lainnya.

1.5.3. Motivasi kerja
1.5.3.1. Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakan. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya
dan potensi bawahan agar bekerja secara efektif sehingga berhasil mencapai dan

Universitas Sumatera Utara

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk lebih memahami
arti motivasi peneliti mengetengahkan pengertian motivasi menurut beberapa ahli,
antara lain:
Hasibuan (2000 :142) “Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.” Sedangkan menurut
Siagian (1997:287): “Motivasi adalah dorongan yang tepat untuk karyawan agar
berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena menyakini
bahwa dengan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya, kepentingan-kepentingan pribadi para anggota organisasi tersebut
akan terpelihara pula”. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan dapat
dijelaskan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul baik dari dalam maupun
luar diri seseorang, untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan segala
upayanya agar berhasil dalam mencapai tujuan dan sasaran dari organisasi.

1.5.3.2. Pengukuran Motivasi Kerja
Dalam melakukan pengukuran tentang motivasi kerja, yang dapat
dilakukan ialah mengidentifikasi beberapa indikator motivasi kerja. Dalam
penelitian ini pengukuran motivasi berdasar kepada teori isi (content theories) dari
teori motivasi dua faktor Frederick Herzberg atau two factor motivation theory
(Thoha 2007:231). Teori ini menyebutkan bahwa kepuasan pekerja selalu
dihubungkan dengan isi pekerjaan (job content), dan ketidak puasan bekerja

Universitas Sumatera Utara

disebabkan karena hubungan pekerjaan tersebut dengan aspek-aspek sekitar yang
berhubungan dengan pekerjaan.
Kepuasan dalam bekerja disebut motivator, adapun ketidakpuasan dalam
bekerja disebut faktor hygiene (Thoha, 2007:232). Yang termasuk kedalam faktor
motivator adalah: Prestasi; Pengakuan; Pekerjaan itu sendiri; Pengembangan
potensi individu. Yang termasuk faktor Higyene adalah: Gaji atau Upah; Kondisi
kerja; Kebijaksanaan dan Administrasi Perusahaan; Hubungan antar Pribadi;
Pengembangan potensi individu. Faktor-faktor

tersebutlah yang menjadi

pengukuran dalam menetukan indikator penelitian pada variabel motivasi.

1.5.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi
2001:40). Kerangka konsep dapat diartikan sebagai gambaran ringkas mengenai
keterkaitan suatu konsep dengan konsep lainnya. Dalam penelitian ini ada
beberapa konsep yang akan dioperasionalisasikan sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X). Variabel bebas (pengaruh) adalah variabel yang diduga
sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya. (Kriyanto 2006:21).
Variabel bebas (X1) dalam penulisan ini adalah Gaya Kepemimpinan di
lingkungan LPP TVRI Sumatera Utara.
2. Variabel bebas (X2) dalam penelitian ini, adalah Iklim komunikasi di
lingkungan kerja LPPa TVRI Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

3. Variabel terikat (Y). Variabel terikat (tergantung) adalah variabel yang diduga
sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya.
(Kriyanto 2006:21) Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Motivasi
kerja pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara
Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat digambarkan melalui
model teoritis berikut.
Gambar 1.1.
Model teoritis
Gaya Kepemimpinan (X1)
(House dan Mitchel)
Motivasi (Y)
(Dua faktor Hezerberg)

Iklim Komunikasi (X2)
(Pace dan Faules)
Sumber : Merangkum dari teori
Kerangka konsep diatas apabila dibuat secara terpisah akan membentuk
kerangka konsep seperti dibawah ini:
Gambar 1.2.
Kerangka Konsep Secara Terpisah
Gaya Kepemimpinan (X1)
(House dan Mitchel)

Motivasi (Y)
(Dua faktor Hezerberg)

Iklim Komunikasi (X2)
(Pace dan Faules)

Motivasi (Y)
(Dua faktor Hezerberg)

Sumber : merangkum dari teori.

Universitas Sumatera Utara

Melalui kerangka konsep yang telah digambarkan tersebut maka dapat
diterangakan melalui pemikiran peneliti sebagai berikut:
Bahwa gaya kepemimpinan yang tepat menjadi hal penting dalam suatu
organisasi. Seorang pemimpin yang baik tau bagaimana menerapkan prilakuprilaku tertentu untuk memotivasi bawahan sehingga lebih termotivasi dalam
bekerja dan mendorong mereka untuk lebih giat dan semangat serta dapat
melakukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai target yang telah ditentukan
organisasi sehingga tercapai tujuan bersama.
Bahwa pemikiran iklim komunikasi merupakan hal yang menjadi
perhatian seluruh anggota organisasi, karna faktor tersebut sedikit banyaknya ikut
mempengaruhi tingkah laku pegawai. Iklim komunikasi merupakan fungsi
kegiatan yang terdapat dalam organisasi, untuk menunjukan kepada anggota
organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka, dan memberikan
kesempatan untuk berkomunikasi dari setiap tingkatan sehingga arus informasi
dapat berjalan lancar dan tidak terjadi kesalah pahaman. Iklim komunikasi juga
memainkan peranan yang penting dalam membentuk komitmen untuk berkinerja
tinggi dalam melaksanakan tugas. Pace and Faules dalam penelitian Siahaan
(2010) mengatakan bahwa konsep komunikasi yang sejalan dengan gagasan
motivasi dalam organisasi adalah “iklim”. Tingkat kepercayaan yang tinggi,
begitu pula dukungan, keterbukaan, mendengarkan dengan penuh perhatian,
keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan perhatian pada standart yang
tinggi menciptakan dasar bagi suatu angkatan kerja yang termotivasi. Jadi gaya

Universitas Sumatera Utara

kepemimpian dan iklim komunikasi akan sangat berpengaruh terhadap motivasi
kerja.

1.5.5. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan,
maka untuk mempermudah operasionalnya dalam memecahkan masalah dibuatlah
operasionalisasi variabel sebagai berikut:.1.
Operasionalisasi Variabel
Defenisi
Operasional
Variabel
Gaya
Kemampuan
kepemimpinan Pemimpin membina
(X1)
dan mengarahkan
bawahannya
dengan perilakuperilaku tertentu.
Variabel
Teoritis

Iklim
Komunikasi
(X2)

Motivasi
kerja (Y2)

Sebuah keadaan
komunikasi yang
menekankan pada
persepsi anggota
terhadap proses
komunikasi yakni
sumber komunikasi
yang bersifat
terbuka, dipercaya
dan memberikan
kepuasan dalam
penyampaian
informasi
Motivasi merupakan
faktor yang
mempengaruhi
semangat dan
kegairahan kerja

Indikator Variabel

Skala

Diukur menggunakan teori Path
Goal oleh House dan Mitcell
dengan indikatornya:
1. Gaya Supportive (mendukung)
2. Gaya Directive (instruktif)
3. Gaya Partisipative
(partisipatif)
4. Gaya Achievment oriented
(orientasi kepada keberhasilan)

Likert

Face and Faules
1. Kepercayaan
2. Pembuatan keputusan bersama
3. Kejujuran,
4. Keterbukaan dalam
komunikasi ke bawah
5. Mendengarkan dalam
komunikasi keatas
6. Perhatian pada tujuan kinerja
tinggi

Likert

Ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi
(Hezerberg).
a. Faktor motivator adalah:
Prestasi; Pengakuan; Pekerjaan

Likert

Universitas Sumatera Utara

karyawan untuk
itu sendiri; Pengembangan
berperan serta secara
potensi individu. Yang
aktif dalam proses
termasuk
kerja (Teori dua
b. Faktor Higyene adalah: Gaji
faktor Hezerberg.)
atau Upah; Kondisi kerja;
kebijaksanaan dan Administrasi
Perusahaan; Hubungan antar
Pribadi; Kualitas Supervisi.

1.5.6. Defenisi Operasional
Defenisi operasioanal merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep
yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional juga
merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang
akan menggunakan variabel yang sama.
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas (X1) Gaya kepemimpinan, yang terdiri dari :
1. Gaya Supportive (mendukung): Memberi perhatian kepada kebutuhan para
bawahan, memperlihatkan perhatian kepada kesejahteraan mereka dan
menciptakan suasana yang bersahabat dalam unit kerja mereka.
2. Gaya Directive (instruktif): Memberitahukan kepada para bawahan apa yang
diharapkan dari mereka, memberi pedoman yang spesifik, meminta para
bawahan untuk mengikuti peraturan-peraturan dan prosedur, mengatur waktu,
dan mengkoordinasi pekerjaan mereka.
3. Gaya Partisipative (partisipatif): Berkonsultasi dengan para bawahan dan
memperhitungkan opini dan saran mereka.
4. Gaya Achievment oriented (orientasi kepada keberhasilan): Menetapkan
tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam kinerja, dan

Universitas Sumatera Utara

memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai standar
yang tinggi.
Variabel bebas (X2) Iklim Komunikasi terdiri dari:
1. Kepercayaan, personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk
mengembangkan

dan

mempertahankan

hubungan

yang

didalamnya

kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan
tindakan.
2. Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkat dalam
organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua
masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan
kedudukan mereka. Para pegawai disemua tingkat harus diberikan kesempatan
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen diatas mereka agar
berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
3. Kejujuran, suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus
mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu
mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka tanpa mengindahkan apakah
mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, kecuali untuk keperluan informasi
rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang
berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi
kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan
orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan
perusahaan, organisasi, para pemimpin, dan rencana-rencana
5. Mendengarkan dalam komunikasi keatas, personil disemua tingkat dalam
organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah

Universitas Sumatera Utara

yang dikemukakan personel disemua tingkat bawahan dalam organisasi,
secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan
harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang
berlawanan.
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi, personel disemua tingkat dalam
organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan
berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah- demikian
pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.
=
Variabel terikat (Y) Motivasi kerja, yang terdiri dari:
1. Prestasi. Karyawan meningkatkan prestasi kerjanya dan melakukan pekerjaan
lebih baik sesuai target perusahaan.
2. Pengakuan. Yakni besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga
kerja atas kinerjanya, serta memberikan pujian atas prestasi yang dicapai.
3. Pekerjaan itu sendiri. Yaitu minat terhadap pekerjaan itu sendiri seberapa
besar atau kecilnya tantangan yang dirasakan pekerja terhadap pekerjaanya.
4. Pengembangan potensi individu. Sejauhmana kemungkinan pegawai dapat
maju dan berkembang dalam pekerjaanya.
5. Gaji atau upah. Karyawan atau pegawai merasa gaji atau upah sudah memadai
dan apakah tunjangan sudah didapatkan.
6. Kondisi kerja. Pegawai merasa atau mendapatkan suasana kerja yang
menyenangkan, tempat kerja yang mendukung, pasilitas dan peralatan kerja
yang memadai.

Universitas Sumatera Utara

7. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan. Pegawai mendapatkan dukungan
dalam pelaksanaan tugas, adanya pengawasan di kantor, dan jabatan yang
sesuai.
8. Hubungan antar pribadi. Mendapatkan perhatian dari atasan terhadap
bawahan, adanya hubungan informal di luar jam kerja, dan adanya hubungan
kerja kesesama karyawan.
9. Kualitas supervisi. Karyawan bekerja tidak banyak diarahkan dan diatur

1.5.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian maka dapat diajukan jawaban
sementara atas jawaban penelitian yang masih diuji kebenarannya. Maka hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. (H0)

:

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai di LPP TVRI
Sumatera Utara.

(Ha)

:

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Gaya
kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai LPP TVRI
Sumatera Utara.

2. (H0)

:

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Iklim
Komunikasi dengan motivasi kerja pegawai LPP TVRI Sumatera
Utara.

(Ha)

:

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara iklim
komunikasi dengan motivasi kerja pegawai di LPP TVRI Sumatera
Utara.

Universitas Sumatera Utara

3. (H0)

:

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan dan iklim komunikasi dengan motivasi kerja
pegawai LPP TVRI Sumatera Utara.

(Ha)

:

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan dan iklim komunikasi dengan motivasi kerja
pegawai di LPP TVRI Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya kepemimpinan dan Iklim Komunikasi terhadap Motivasi kerja Pegawai di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Sumatera Utara

2 60 156

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Stasiun Jawa Barat

1 7 1

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Stasiun Jawa Barat

0 5 1

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Stasiun Jawa Barat

7 73 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Penyesuaian diri kepada tunadaksa dalam bersosialisasi dilingkungan kerja - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2011-2013

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Dinas Pendapatan Kabupten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 terhadap Kinerja Pegawai pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Kepada Yth. Bapak Ibu Di- Tempat Hal: Bantuan Pengisian kuesioner Lampiran : 4 (empat) Lembar - Pengaruh Gaya kepemimpinan dan Iklim Komunikasi terhadap Motivasi kerja Pegawai di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Sumatera Utara

0 0 29

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Pelitian terdahulu yang relevan - Pengaruh Gaya kepemimpinan dan Iklim Komunikasi terhadap Motivasi kerja Pegawai di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Sumatera Utara

0 1 25