BAB 1 PENDAHULUAN - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kesehatan merupakan prioritas utama manusia dalam menjalani kehidupan. Setiap orang berharap mempunyai tubuh yang sehat dan kuat serta memiliki kekebalan tubuh yang baik agar tidak mudah terserang penyakit. Namun hal itu pula yang menjadi kekhawatiran para ibu yang ada di Negara ini. Banyak cara pencegahan yang dilakukan oleh para ibu agar anaknya selalu sehat dan tidak mudah terserang penyakit, namun penyakit sering datang tiba-tiba sehingga tidak dapat dihindari.

  Seperti halnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang biasa disingkat dengan ISPA.

  Infeksi Saluran Pernafasan Akut atauistilah dalam bahasa inggrisnya

  

Acute Respiratory Infections (ARI) merupakan sekelompok penyakit kompleks

  dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai faktor penunjang risiko yang menyerang setiap lokasi saluran pernafasan mulai dari saluran atas (hidung) hingga pada saluran bawah pada sistem pernafasan manusia. ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak terutama balita, karena sistem pertahanan tubuh yang masih rendah sehingga rentan terhadap penyakit. Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung selama 14 hari. Adapun yang termasuk dan pneumonia. Kejadian penyakit batuk disertai pilek pada balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 8 kali dalam setahun.

  ISPA merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada anak balita dan bayi di Indonesia. Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada balita di daerah pedesaan.

  Seorang anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5- 8 episode dalam setahun, sedangkan di pedasaan sebesar 3-5 episode setahun.

  ISPA mengakibatkan sekitar 20% - 30% kematian anak balita. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan.

  Sebanyak 40%- 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit di sebabkan oleh ISPA yang dianggap sebagai penyakit membahayakan.

  Beberapa faktor yang telah diketahui mempengaruhi tingginya mortalitas dan morbiditas ISPA antara lain: malnutrisi, kelahiran dengan dengan berat badan rendah (BBLR), pemberian ASI yang kurang, kepadatan hunian, sosioekonomi yang rendah, cuaca (udara dingin),imunisasi tidak lengkap, defesiensi vitamin A, air bersih dan lain-lain.

  Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat lewat slauran pernafasan. Viruslah yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas, yang sering terjadi pada semua golongan masyarakat dimusim dingin. Akan tetapi ISPA yang tidak ditangani secara lanjut, akan menjadi momok sebuah pneumonia yang menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan lingkunganyang tidak bersih. Beban imunologis yang besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, tidak tersedianya atau pemakaian terlebih antibiotic dan meningkatnya infeksi silang adalah risiko utama pada anak- anak dan balita.

  Penyakit-penyakit saluran pernafasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada saat masa dewasa. Tugas pemberantasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat, pemerintah, serta pihak-pihak yang telah ditugaskan melayani masyarakat dalam hal kesehatan terutama kepala puskesmas yang harus bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan ISPA di wilayah kerjanya. terjadinya penyakit ISPA, penulis menganggap perlu mengetahui lebih dalam tentang faktor-faktor apa saja yang benar-benar menjadi penyebab utama banyaknya anak balita yang terserang penyakit ini. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang mengangkat judul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012”.

  1.2 Rumusan Masalah

  Hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini bagi penulis yaitu mengapa ISPA serta faktor-faktor penunjang risiko yang di pilihh menjadi permasalahan dalam penelitian, seberapa besar pengaruh yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, serta faktor apa yang secara signifikan berpengaruh terhadap jumlah penderita ISPA di Kota Medan.

  1.3 Batasan Masalah

  Pembatasan masalah bertujuan untuk memperjelas arah dan tujuan dari suatu masalah yang akan diteliti sehingga tidak menimbulkan kekeliruan. Untuk mengarahkan agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan, maka penulis membatasi masalah hanya pada pengaruh kepadatan penduduk, banyak hari hujan dalam setahun, dan jumlah keluarga yang memiliki akses air bersih terhadap jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan.

1.4.1 Tujuan Penelitian

  Secara umum penelitian bertujuan untuk: 1.

  Menjelaskan mengapa ISPA serta faktor-faktor yang dipilih menjadi permasalahan dalam penelitian.

  2. Menentukan persamaan regresi linier berganda, dari faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi jummlah penderita ISPA.

  3. Mengetahui seberapa besar pengaruh yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut terhadap jumlah penderita ISPA di Kota Medan.

  4. Menetukan faktor yang secara signifikan paling berpengaruh terhadap jumlah penderita ISPA di Kota Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1.

  Memberikan informasi kepada masyarakat tentang jumlah penderita ISPA di Kota Medan tahun 2002-2012 serta faktor yang sangat mempenagaruhinya.

  Sebagai bahan masukan kepada pihak terkait untuk mengntisipasi meningkatnya jumlah penderita ISPA di Kota Medanpada tahun-tahun berikutya.

3. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasanbagi penulis dalam menganalisis data.

  4. Diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian lanjutan terhadap peneliti lainnya yang mengangkat judul berkaitan dengan jumlah penderita ISPA.

1.5 Tinjauan Pustaka (Sudjana. 1992) “Metoda Statistika”, edisi 6 Tarsito, Bandung.

  Jika data terdiri atas dua atau lebih variable, maka sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana data itu berhubungan. Hubungan yang didapat biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variable-variabel. Studi yang menyangkut masalah ini disebut analisis regresi.

  Yogyakarta.

  Mencari regresi dengan beberapa variabel atau disebut dengan regresi ganda (multiple regression) bertujuan untuk menghitung persamaan regresi, menguji tingkat signifikan garis regresi, serta hubungan antar variabel yang akan dianalisis.

  (Wibisono, Yusuf, 2005) “Metode Statistik”, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

  Analisis regresi telah lama dikembangkan untuk mempelajari pola dan mengukur hubungan statistik antara dua variabel atau lebih. Teknik analisis regresi menjelaskan bentuk hubungan antara dua variabel atau lebih yang mengandung sebab akibat yang disebut analisis regresi. Persamaan matematik yang memungkinkan melakukan peramalan nilai-nilai suatu variabel tak bebas dari satu atau lebih variabel bebas disebut persamaan regresi. Istilah ini berasal dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Sir Francis Galton (1822-1911) yang membandingkan tinggi badan anak laki-laki dengan tinggi badan bapaknya.

  Galton menyatakan bahwa tinggi badan anak laki-laki dengan tinggi badan bapaknya pada beberapa generasi kemudian cenderung “mundur”.

  Yogyakarta.

  Persamaan regresi yang menyatakan hubungan linier antara satu peubah tak bebas dengan satu peubah bebas disebut regresi linier sederhana. Sedangkan regresi yang menyatakan hubungan linier satu peubah tak bebas denga beberapa peubah bebas disebut regresi linier ganda.

  Regresi dan korelasi dapat digunakan untuk mendeskripsi data, mendapatkan hubungan sebab akibat antara peubah tak bebas dengan peubah bebas, mengetahui faktor-faktor lain selain peubah bebas yang mempengaruhi peubah tak bebas, menentukan ramalan atau prakiraan serta membangun model.

1.6 Metodologi Penelitian

  Untuk mendukung penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk memperoleh data. Metode yang digunakan sebagai berikut: 1.

  Metode Penelitian Kepustakaan (Studi Literature) Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data maupun informasi yang dibutuhkan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku perkuliahan atau umum, serta mencari sumber informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti yang bersifat teoritis yang mendukung penulisan tugas akhir.

  Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis melakukan riset dengan mengambil data sekunder di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera utara.

3. Metode Pengolahan Data

  Adapun pengolahan data dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penderita ISPA di Kota Medan, dengan menggunakan perumusan:

  Analisis Regresi

  Persamaan penduga regresi linier berganda, adalah sebagai berikut:

  1

  1

  2

  2

  • … + + =

  dimana: = variable tak bebas (dependent variable) = dugaan bagi parameter konstanta = dugaan bagi parameter koefisien regresi = variable bebas (independent variable) Adapun sistematika penulisan yang akan diuraikan oleh penulis antara lain:

  BAB 1 : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian berdasarkan kutipan-kutipan keustakaan. BAB 3 : GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET Bab ini memberikan gambaran secara umum mengenai tempat penelitian atau riset. BAB 4 : PENGOLAHAN DATA Bab ini menguraikan proses pengolahan data dengan regresi linier berganda, analsis korelasi, dan koefisien berganda. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini menguraikan tentang pengolahan data dengan program SPSS, sehingga hasil outputnya membantu dalam menyelesaikan permasalahan dalam penulisan.

  Bab ini terdiri atas kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan serta saran berdasarkan kesimpulan yang tentunya bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Individu dengan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Amplas Tahun 2005

6 50 96

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Batita di Kelurahan Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur Tahun 2011

0 15 111

Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Medan

17 141 71

Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kota Medan & Kabupaten Deli Serdang

0 33 3

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya

0 38 8

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Kota Medan Tahun 2003 - 2013

0 40 54

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1. Definisi - Pengaruh Perilaku Ibu dan Kondisi Fisik Rumah Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 201

0 1 40

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kota Medan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi - Hubungan Status Imunisasi dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Sakit (1-5 tahun) di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

0 1 13

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

0 0 14