BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) - Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Sebagai Upaya Pencegahan Komplikasi Kehamilan di Kelurahan Kutambaru Kabupaten Langkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge)

  1. Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. sendiri maupun orang, media massa, maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

  2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan

  (Notoatmodjo, 2007) yaitu : a.

  Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah kembali (recall), sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

  b.

  Memahami (Comprehantion) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.

  Orang yang telah paham secara objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  c.

  Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

  d.

  Analisis (Analisys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen- komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada e.

  Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  f.

  Evaluasi (Evaluasi) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Cara Mendapatkan Pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2007), ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu: a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

  Cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelumnya ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : 1) Cara coba-salah (Trial and Error) adalah cara coba-coba dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas adalah dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

  b.

  Cara Modern Memperoleh Pengetahuan Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dilakukan mula-mula dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau masyarakat. Kemudian hasil pengamatan tersebut 4.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) yaitu: a.

  Sosial ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

  b.

  Kultur (budaya, agama) Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

  c.

  Pendidikan Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

  d.

  Pengalaman

  Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak. Pengetahuan sangat penting perannya dalam memberikan wawasan terhadap terbentuknya sikap dan akan diikuti dengan tindakan dalam hal pelaksanaan P4K. Jika ibu sudah mengetahui stimulus atau obyek kesehatan tentang pengertian P4K, manfaat P4K, dan keuntungan P4K, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahuinya maka akan timbul perilaku untuk melaksanakan P4K (Syafei, 2009).

   Sikap 1.

  Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman, perasaan dan tindakan atau tingkah laku kearah positif atau negatif terhadap suatu objek (Widoyoko, 2012).

  Sikap merupakan kesiapan seseorang dalam melakukan tindakan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Azwar, 2009).

  Sikap juga dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk berespon atau bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif. Dengan kata lain sikap perlu penilaian. Ada penilaian positif, negatif, dan netral (Maramis, 2006).

2. Tingkatan Sikap

  a) Menerima (Receiving) dapat diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek). b) Merespon (Responding) memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan hal yang dimaksud. c) Menghargai (Valving) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d) Bertanggung Jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Maramis, 2006).

  3. Komponen pokok sikap (Widoyoko, 2012) Sikap mempunyai komponen sebagai berikut: a. Afeksi

  Merupakan komponen emosional atau perasaan, pernyataan tentang hal yang disenangi. Sebuah sikap yang terdiri dari persepsi, opini, dan keyakinan-keyakinan seseorang. Kognisi

  Adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-keyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.

  c.

  Perilaku Sebuah sikap yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu. Seseorang misalnya dapat bertindak terhadap orang lain, atau hal lain dengan cara bersahabat, hangat, agresif, bermusuhan atau apatis, ataupun dengan cara-cara lain.

  4. Fungsi sikap menurut Maramis (2006) adalah : a.

  Fungsi instrumental Yaitu sikap yang dikaitkan dengan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.

  b.

  Fungsi pertahanan ego Yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya. c.

  Fungsi nilai ekspresi Yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang diambil individu bersangkutan.

  d.

  Fungsi pengetahuan Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari.

  e.

  Fungsi penyesuaian sosial Yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2009) adalah : a.

  Pengalaman pribadi Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis.

  b.

  Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma yang cenderung bebas bagi interaksi lawan jenis, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan lawan jenis. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

  c.

  Orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, sesorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang satatus sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain.

  d.

  Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi pengaruh yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

  e.

  Institusi/ lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

  f.

  Faktor emosi dalam diri individu Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Selain dari faktor- faktor diatas yang mempengaruhi pembentukan sikap, menurut Walgito (2003) adalah faktor pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan tersebut mengenai objek yang bersangkutan.

6. Pengukuran Sikap Model Likert

  Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala likert (Hidayat, 2007).

  Subjek yang diteliti harus memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang adalah : a. Sangat setuju (Strogly approve) :

  4

  b. Setuju (Approve) : 3

  c. Tidak setuju (Disapprove) :

  2

  d. Sangat tidak setuju (Strogly disapprove) :

  1 Alternatif untuk pernyataan negatif adalah :

  a. Sangat setuju (Strogly approve) :

  1

  b. Setuju (Approve) : 2

  c. Tidak setuju (Disapprove) :

  3

  d. Sangat tidak setuju (Strogly disapprove) :

  4 Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2009): a.

  Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.

  b.

  Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

C. Program Perencanaan Peralinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 1.

  Pengertian P4K Program Pererencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan suatu kegiatan dalam rangka peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan suatu persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, serta menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir (Syafei, 2009).

  Tujuan P4K menurut Kemenkes RI (2008) adalah : Tujuan dari P4K adalah meningkatkan pelayanan ibu hamil agar melahirkan dengan aman dan selamat, khususnya : a.

  Percepatan P4K dengan stiker keseluruh desa di Indonesia.

  b.

  Semua komponen bangsa berpartasipasi secara bersama-sama baik pemerintah dan nonpemerintah.

  c.

  Peningkatan kesadaran suami dan masyarakat dalam penyelamatan ibu hamil d. Tenaga dan fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang berkualitas.

  Selain itu, tujuan P4K juga terbagi atas : a. Tujuan umum yaitu meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih sehingga menurunkan unmet need KB pada ibu, serta meningkatkan pelayanan ibu hamil agar melahirkan dengan aman dan selamat (Syafei, 2009).

  b.

  Tujuan khusus adalah dipahaminya setiap persalinan berisiko oleh suami, keluarga, dan masyarakat luas, memfokuskan pola motivasi kepada keluarga saat antenatal care oleh bidan, adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan, terdatanya sasaran dan terpasangnya stiker P4K, adanya kesiapan menghadapi komplikasi (transportasi, calon donor darah, dan dana) yang disepakati ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan, adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun nonformal, kader, dukun bayi, memantau kemitraan antara bidan, dukun bayi, dan kader (Syafei, 2009).

  3. Manfaat stiker P4K menurut Syafei (2009) : Untuk mempercepat berfungsinya desa siaga, meningkatnya cakupan pelayanan ANC

  (antenatal care) sesuai standar, meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, meningkatkan kemitraan bidan dan dukun, dapat tertanggulanginya kejadian komplikasi secara dini, serta meningkatkan peserta KB pasca melahirkan. Selain itu, menurunkan kejadian kesakitan dan kematian ibu.

  4. Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan P4K menurut Depkes RI (2008) : a.

  Situasi geografis Bentuk dan struktur geografis wilayah kependudukan masyarakat di Indonesia yang terdiri dari lembah dan pegunungan mempengaruhi keaktifan petugas kesehatan untuk pemantauan kesehatan ibu hamil dengan stiker P4K. Sehingga dapat mempengaruhi cakupan P4K di masing-masing daerah.

  b.

  Pengetahuan dan informasi Pengetahuan dan informasi yang cukup tentang tujuan dan manfaat P4K akan mempengaruhi sikap dan kesadaran masyarakat akan pentingnya program P4K.

  c.

  Dukungan keluarga Dalam hal ini suami, keluarga mempunyai peran penting untuk keberhasilan tujuan P4K, karena keluarga terdekat dapat memantau secara aktif kesehatan ibu hamil.

  d.

  Budaya Dalam pelaksanaan P4K budaya tetap berpengaruh besar terhadap keberhasilan cakupan P4K. Dalam hal ini tokoh masyarakat sangat berpengaruh terhadap budaya yang ada agar dapat mendukung pelaksanaan P4K.

5. Proses Pelaksanaan P4K menurut Syafei (2009) adalah sebagai berikut: a.

  Pertama, dengan melakukan advokasi dan orientasi P4K dengan stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan Puskesmas.

  b.

  Kedua, sosialisasi kepada kader, dukun bayi, tokoh agama dan tokoh masyarakat, PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) serta lintas sektor di tingkat desa.

  c.

  Ketiga, operasional P4K dengan stiker di tingkat desa yang meliputi: 1.

  Pemanfaatan pertemuan bulanan tingkat desa antara bidan desa, kader, dukun, kepala desa, tokoh masyarakat untuk mendata jumlah ibu hamil yang ada di wilayah desa serta membahas dan menyepakati calon donor darah, transport dan pembiayaan (askeskin, tabulin).

  2. Para bidan di desa bersama kader dan atau dukun melakukan kontak dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pascapersalinan.

  3. Melakukan pemasangan stiker di rumah ibu hamil.

  4. Para suami, anggota keluarga, kader dan dukun bayi memantau secara intensif keadaan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar.

  d.

  Keempat, para bidan di desa melakukan pencatatan di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai pegangan ibu hamil, dan di kartu ibu serta kohort ibu untuk disimpan difasilitas, memberikan pelayanan sesuai standar pemantauan ibu hamil, serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu di wilayah desa (termasuk laporan dari dokter dan bidan praktek swasta di desa tersebut) ke puskesmas setiap bulan termasuk laporan kematian ibu, bayi lahir hidup dan bayi lahir mati.

  e.

  Kelima, petugas puskesmas melakukan rekapitulasi laporan dari seluruh bidan di desa/ kelurahan dan rumah bersalin swasta serta melakukan pemantauan wilayah setempat tentang Pemantauan Wilayah Setempat- Kesehatan Ibu dan Anak (PWS- KIA) dan melaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/ kota setiap bulan.

  f.

  Keenam, petugas dinas kesehatan kabupaten/ kota melakukan rekapitulasi laporan dari seluruh puskesmas di wilayahnya dan laporan pelayanan kesehatan ibu dari rumah sakit pemerintah dan swasta dan melakukan pemantauan wilayah setempat (PWS- KIA), evaluasi dan melaporkan ke dinas kesehatan provinsi setiap tiga bulan.

  g.

  Ketujuh, petugas dinas kesehatan provinsi melakukan rekapitulasi dari seluruh dinas kesehatan kabupaten/ kota di wilayahnya dan melakukan pemantauan, fasilitas dan h.

  Kedelapan, di departemen kesehatan sebagai penanggung jawab tingkat nasional melakukan rekapitulasi laporan dari dinas kesehatan provinsi dan melakukan pemantauan berkala, fasilitas, evaluasi P4K dengan stiker dalam rangka pemantauan penurunan AKI. i.

  Kesembilan, untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-masing tingkat wilayah, maka puskesmas, kabupaten/ kota dan provinsi memiliki wadah forum komunikasi yang meliputi lintas program dan lintas sektor.

6. Pemantauan pelaksanaan P4K menurut Syafei (2009) :

  Untuk menjamin keberhasilan program ini maka perlu dilakukan kegiatan pemantauan dengan mencatat hal–hal sebagai berikut yaitu : a.

  Persentase desa yang melaksanakan P4K dengan stiker.

  b.

  Persentase rumah ibu hamil yang mendapat stiker. Setiap ibu hamil hanya mendapat satu stiker selama kehamilan yang akan diberikan oleh petugas puskesmas atau bidan desa.

  c.

  Persentase ibu hamil berstiker yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar.

  d.

  Persentase ibu hamil berstiker yang bersalin dan ditolong tenaga kesehatan. e.

  Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi tertangani.

  f.

  Persentase ibu hamil berstiker yang menggunakan KB pasca bersalin.

  g.

  Persentase ibu hamil berstiker yang bersalin di tenaga kesehatan dan mendapatkan pelayanan nifas.

7. Keuntungan adanya program P4K menurut Syafei (2009) :

  Dapat menekan AKI dengan pembuatan peta desa. Peta ini digunakan untuk mengetahui dimana letak ibu hamil. Dengan adanya data di stiker tersebut, kriteria ibu sudah tergambar di peta desa. Selanjutnya peta desa ini akan dipasang atau ditempatkan di pos kesehatan desa atau tempat-tempat lainnya, seperti di rumah bidan, kantor balai desa dan lain-lain yang menjadi tempat pos desa SIAGA (Siap Antar Jaga).

                         

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Sebagai Upaya Pencegahan Komplikasi Kehamilan di Kelurahan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2013

5 92 69

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kehamilan Risiko Tinggi dengan Persiapan Persalinan pada Ibu Hamil Usia Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Bangsalsari Kabupaten Jember

0 15 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Pengetahuan Ibu Hamil tentang Asupan Zat Gizi Mikro selama Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

0 1 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa

0 4 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

0 2 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan - Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Tindakan Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Di Puskesmas Medan Deli Tahun 2015

0 1 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Kelas XI dalam Upaya Pencegahan Kanker Serviks di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan (Knowledge) - Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Penerapan Metode Kanguru Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RSU. Pirngadi Medan Tahun 2014

0 0 18

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Sebagai Upaya Pencegahan Komplikasi Kehamilan di Kelurahan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 15