Krisis ekonomi global krisis final

Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko:

KRISIS EKONOMI GLOBAL
DAMPAK DAN MITIGASINYA DI INDONESIA

Kelompok 1 - 9B D4
Khusus
Adang M. Sugiri - 01
Hendry Darmawan - 11
Naranggi Pramudya Soko - 21

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2
DAM PAK TERJADINYA KRISIS EKONOM I GLOBAL BAGI INDONESIA ....................................................... 7
I.

Ekonomi M akro ........................................................................................................................... 8

II.


Korporasi & BUM N sekt or energi (PLN) ...................................................................................... 9

III. Sekt or Keuangan.......................................................................................................................... 9
BEBERAPA SOLUSI M ENGATASI KRISIS EKONOM I GLOBAL YANG PERNAH DILAKUKAN...................... 10
I.

Sekt or Ekonomi M akro .............................................................................................................. 10

II.

Level Korporasi & BUM N sekt or energi (PLN) ........................................................................... 11

III. Sekt or Keuangan........................................................................................................................ 12
IV. Pembent ukan Badan Khusus di Eropa....................................................................................... 14
ALTERNATIF SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PEM ERINTAH INDONESIA UNTUK M EM ITIGASI
DAM PAK TERJADINYA KRISIS EKONOM I DI M ASA DEPAN.................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 19

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 1


PENDAHULUAN
Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar
dunia mengalami keruntuhan atau degresi dan mempengaruhi sektor lainnya diseluruh dunia.
Krisis ekonomi global terjadi diakibatkan oleh permasalahan ekonomi pasar diseluruh dunia
dan tidak dapat terelakan karena kebangkrutan ataupun terdapatnya situasi yang kacau.
Sejarah mencatat krisis ekonomi global sudah terjadi dari ratusan tahun yang lalu dan terus
berulang sampai saat ini. Salah satu krisis ekonomi global yang kita alami adalah pada tahun
2008 dimana terjadi depresi ekonomi yang berawal dari krisis keuangan amerika serikat yang
diakibatkan oleh banyaknya default payment dari instrument credit default swap pada pasar
keuangan Amerika Serikat.













Berikut ini adalah sejarah singkat tentang terjadinya krisis ekonomi global.
Tahun 1797
Pada tahun ini telah terjadi krisis ekonomi yang diakibatkan oleh deflasi pada Bank of
England yang kemudian meluas hingga lautan atlantik dan Amerika Utara. Krisis
ekonomi ini menyebabkan hancurnya perdagangan pada Amerika Serikat sampai dengan
Karibia pada bidang perdagangan dan pemasaran real estate. Krisis ekonomi ini
berlangsung sampai tahun 1800.
Tahun 1807
Pada periode ini krisis ekonomi terjadi selama tujuh tahun dimulai dari tahun 1807
sampai dengan 1814. Krisis ekonomi ini diakibatkan oleh disahkannya Undang- Undang
embargo Amerika Serikat pada kongres saat presiden Thomas Jefferson. Hal ini
menyebabkan industry yang berhubungan dengan pengapalan menghadapi kehancuran.
Akibat adanya embargo ini kaum federal berusaha melawan dengan melakukan
penyelundupan di New England.
Tahun 1819
Pada periode ini krisis ekonomi terjadi selama lima tahun mulai dari tahun 1819 sampai
dengan 1824. Ini merupakan krisis ekonomi yang memiliki dampak besar mulai dari
bangkrutnya sektor perbankan, banyaknya pengangguran serta merosotnya sektor

pertanian dan industry manufaktur.
Tahun 1837
Krisis ekonomi ini terjadi disebabkan karena kegagalan sektor perbankan dan kurangnya
keyakinan terhadap uang kertas sehingga ekonomi Amerika runtuh. Krisis ini
berlangsung antara tahun 1837 sampai dengan 1843.
Tahun 1857
Terjadi selama tiga tahun hingga tahun 1860. Kejatuhan Perusahaan Asuransi Hidup dan
Kepercayaan Ohio menimbulkan ledakan spekulasi di sektor transportasi Amerika
Serikat. Lebih dari 5000 bisnis gagal kurang dari setahun sejak terjadinya kepanikan dan
kaum pengangguran melakukan protes di kawasan urban
Tahun 1873
Krisis ini disebabkan oleh masalah ekonomi di Eropa yang mengakibatkan jatuhnya Jay
Cooke & Company, bank terbesar di Amerika Serikat. Hal ini juga menimbulkan
K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 2







spekulasi terhadap perang saudara di Amerika. Undang-undang koin 1873 juga
memberikan kontribusi dalam jatuhnya harga perak yang menghancurkan industri
pertambangan Amerika Utara. Selain itu Runtuhnya Bursa Efek Vienna menyebabkan
depresi ekonomi yang menyebar ke seluruh dunia. Ini sangat penting dicatat dimana pada
periode ini, produksi industri global meningkat pesat. Di Amerika Serikat misalnya,
pertumbuhan produksi mencapai empat kali lipat.
Tahun 1893
Terjadi selama tiga tahun hingga 1896. Terjadi akibat kegagalan Reading Railroad
Amerika Serikat dan penarikan investor Eropa terhadap pasar saham serta jatuhnya bankbank.
Tahun 1919
Terjadi selama tiga tahun hingga 1921. Terjadinya hiper inflasi di Eropa menyebabkan
kelebihan produksi besar-besaran di Amerika Utara.
Tahun 1929
Kejatuhan Wall Street di tahun 1929, yang dikenal dengan nama “Black Thursday,”
adalah suatu peristiwa yang mengirim AS dan ekonomi global berada pada jurang
kekacauan, serta menyebabkan momen tergelap dalam sejarah ekonomi dunia yang
dikenal sebagai “The Great Depression” di tahun 1930-an. Setelah maraknya aksi
spekulatif besar pada akhir tahun 1920, yang didasarkan pada munculnya industri baru
berprospek cerah seperti siaran radio dan manufaktur mobil, index saham AS turun 13%
pada hari Kamis, 24 Oktober. Meskipun segala tindakan protektif yang dilakukan oleh

otoritas pasar modal di Wall Street untuk menstabilkan pasar, index trading di Wall
Street kembali menambahkan kerugiannya sebesar 11% pada Selasa, 29 Oktober.
Kekacuan ini baru berhenti di tahun 1932, total kerugian tercatat bahwa index trading di
Wall Street telah turun sebanyak 90% dari sebelum “crash” terjadi. Butuh waktu 25
tahun sebelum Dow Jones industrial average pulih ke level sebelum 1929. Dampak pada
perekonomian riil sangat beragam, kepemilihan saham yang meluas berarti bahwa
kerugian juga dirasakan oleh banyak konsumen dari kelas menengah. Kekacauan ini
segera merembet ke segala sektor, para investor menunda investasi dan pabrik-pabrik
banyak yang ditutup. Pada tahun 1932, perekonomian AS telah menurun hingga
setengahnya, dan sepertiga dari angkatan kerja menganggur. Sistem keuangan AS secara
keseluruhan juga hancur, dengan ditutupnya seluruh sistem perbankan pada Maret 1933
pada saat Presiden yang baru, Franklin Roosevelt mengambil kantor dan meluncurkan
program pemulihan. Banyak ekonom telah mengkritik respon pemerintah tidak memadai.
Federal Reserve selaku Bank sentral AS justru menaikkan suku bunga untuk melindungi
nilai dolar dan melestarikan sistem standar emas. Program pemulihan ekonomi yang
dilancarkan oleh Presiden Franklin Roosevelt telah meringankan beberapa masalah
terburuk pada era depresi, tetapi ekonomi AS tidak sepenuhnya pulih hingga Perang
Dunia II. Program pemulihan ekonomi dari Roosevelt inilah yang menjadi cikal bakal
dibentuknya Securities and Exchange Commission (SEC) yang ditugaskan khusus untuk
mengawasi kestabilan market sampai sekarang. Depresi ini termasuk yang paling besar

dan dikenang sepanjang sejarah. Terjadi selama 10 tahun sejak 1929 hingga 1939. Pasar

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 3














saham di seluruh dunia saat itu berjatuhan dan bank-bank di Amerika Serikat mengalami
kebangkrutan. Jutaan pengangguran bermunculan dan kemiskinan merajalela.
Tahun 1945

Jerman mengalami hyper inflasi akibat perang dunia kedua serta krisis Perbankan di
Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak teregulasi dengan baik pada tahun 1945.
Pada saat yang sama, Perancis mengalami hyperinflasi sejak tahun 1944 sampai 1966.
Tahun 1953
Terjadi selama satu tahun. Setelah periode inflasi perang Korea berakhir, banyak uang
yang ditransferkan untuk keamanan nasional Amerika Serikat. Berubahnya kebijakan
The Fed yang lebih membatasi tahun 1952 menyebabkan terjadinya inflasi yang lebih
lanjut.
Tahun 1973
Terjadi selama dua tahun hingga 1975. Naiknya harga minyak yang ditetapkan oleh
OPEC dan tingginya biaya yang dikeluarkan Amerika Serikat pada Perang Vietnam
menyebabkan terjadinya stagflasi di Amerika Serikat. Selain itu pada saat bersamaan
pada tahun 1973 – 1874 terjadi krisis perbankan kedua di Inggris yang diakibatkan oleh
Bank of England yang meningkatkan kompetisi pada supply of credit dan pada tahun
1974 Krisis pada Euro dollar Market akibat west German Bankhaus ID Herstatt gagal
mengantisipasi international crisis
Tahun 1980
Terjadi di awal tahun 1980 selama dua tahun, revolusi Iran membuat melonjaknya harga
minyak dan munculnya krisis energi 1979. Pergantian rezim di Iran menyebabkan
menurunnya pasokan minyak sehingga harga minyak melambung. Ketatnya kebijakan

moneter di Amerika Serikat untuk mengontrol inflasi menyebabkan terjadi resesi
lainnya.
Tahun 1990
Terjadi selama satu tahun dimana perdagangan produk industri dan manufaktur menurun.
Tahun 1997
Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara, krisis yang dimulai di
Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan.
Krisis Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asteng. Kemudian, pada
tahun 1998 terjadi krisis keuangan di Rusia dengan jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat
spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998. pada saat yang
hampir bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999.
Tahun 2000
Selama 1990-an, market dibuai oleh pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang bergerak
di bidang internet seperti Amazon dan AOL, yang tampaknya mengantarkan era baru
bagi perekonomian. Saham mereka menjadi buruan bagi mayoritas investor di Nasdaq,
meski pada kenyataannya hanya sedikit perusahaan yang bergerak di bidang ini dan
menghasilkan profit yang konsisten. Trader menyebutnya sebagai “dot.com bubble”
yang artinya gelembung era internet. Bubble ini mencapai puncaknya ketika AOL
membeli perusahaan media tradisional Time Warner seharga USD 200 miliar pada bulan
Januari 2000. Namun pada Maret 2000, bubble ini meledak, dan mayoritas index saham

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 4



yang berbasis teknologi ini jatuh bebas. Index trading Nasdaq jatuh hingga 78% pada
Oktober 2002. Kecelakaan itu memiliki dampak yang lebih luas, dengan bisnis investasi
jatuh dan perlambatan ekonomi AS pada tahun berikutnya, proses ini diperburuk oleh
serangan 9/11, yang menyebabkan market ditutup sementara diikuti dengan beredarnya
banyak spekulasi mengenai konspirasi dalam insiden jatuhnya 2 tower WTC setelah
ditabrak oleh 2 pesawat jet komersial. Federal Reserve, sebagai bank sentral AS segera
mengambil langkah protektif dan memangkas suku bunga sepanjang tahun 2001 dan
secara bertahap menurunkan suku bunga dari 6,25% menjadi 1% untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi.
Tahun 2008
Krisis global tahun 2008 yang berawal dari krisis keuangan Amerika Serikat terjadi
karena banyaknya default payment dari instrumen credit default swap di pasar keuangan
Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan
(mortgage) yang diberikan kepada debitor dengan sejarah kredit yang buruk atau belum
memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko
tinggi. Penyaluran subprime mortgage di AS mengalami peningkatan pesat yakni sebesar

US$ 200 miliar pada 2002 menjadi US$ 500 miliar pada 2005. Meskipun subprime
mortgage yang menjadi awal terciptanya krisis, namun sebenarnya jumlahnya relatif
kecil dibandingkan keseluruhan kerugian yang dialami oleh perekonomian dunia secara
keseluruhan. Kerugian besar yang terjadi bersumber dari praktik pengemasan subprime
mortgage tersebut ke dalam berbagai bentuk sekuritas lain, yang kemudian
diperdagangkan di pasar finansial global. Pada tahap pertama, sekuritisasi dilaksanakan
terhadap sejumlah subprime mortgage sehingga menjadi sekuritas yang disebut
mortgage-backed securities (MBS). Dalam sistem keuangan modern, praktik sekuritisasi
MBS ini merupakan suatu hal yang telah lazim, dan bahkan pada tahun 2006 jumlah
kredit perumahan di AS (mortgage) yang disekuritisasi menjadi MBS telah mencapai
hampir 60% dari seluruh outstanding kredit perumahan. Proses sekuritisasi ini
melibatkan pihak ketiga baik institusi pemerintah (antara lain lembaga Fannie Mae dan
Freddie Mac) maupun swasta. Dalam proses sekuritisasi ini, pihak ketiga melakukan
pengemasan dengan melakukan penggabungan sejumlah mortgage, yang selanjutnya
dijual kepada investor yang berminat. Untuk menanggulangi risiko gagal bayar (default),
maka pihak ketiga sekaligus bertindak sebagai penjamin. Praktik sekuritisasi mortgage
ini ternyata tidak berhenti sampai di sini. Melalui rekayasa keuangan (financial
engineering) yang kompleks, MBS kemudian diresekuritisasi lagi menjadi jenis sekuritas
yang dikenal sebagai Collateralised Debt Obligations (CDOs). Sejalan dengan jumlah
MBS yang terus meningkat, persentase jumlah MBS yang diresekuritisasi menjadi CDOs
juga mengalami peningkatan pesat. Dalam skala global, total penerbitan CDOs pada
2006 telah melebihi US$ 500 milar, dengan separuhnya didominasi oleh CDOs yang
bersumber dari MBS. Pada tahun 2004 total penerbitan CDOs global baru berada pada
level sekitar US$ 150 miliar. Selain dalam bentuk CDOs, MBS juga diresekuritisasi
dalam beberapa bentuk sekuritas lain yang sudah sulit dilacak bentuk maupun
jumlahnya, diantaranya sekuritas SIV (Structured Investment Vehicles). Maraknya
perdagangan CDOs di pasar global juga dipengaruhi hasil rating yang dikeluarkan oleh

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 5



lembaga-lembaga pemeringkat internasional, yang cenderung underpricing terhadap
risiko dari produk-produk derivatif di atas. Kondisi ini pada akhirnya memberi pukulan
berat pada pasar perumahan AS, yang ditandai dengan banyaknya debitur yang
mengalami gagal bayar. Gelombang gagal bayar yang terjadi bersamaan dengan jatuhnya
harga rumah di AS, akhirnya menyeret semua investor maupun lembaga yang terlibat
dalam penjaminan ke dalam persoalan likuiditas yang sangat besar. Salah satu yang
terkena dampak buruk dan harus bangkrut diantaranya adalah Lehman Brothers.
Raksasa-raksasa finansial tak ada satupun yang bisa lari dari dampak buruk krisis ini.
Krisis yang disebabkan gagal bayar (default) ini menunjukkan bahwa institusi keuangan
harus mengontrol likuiditasnya lebih cermat dengan melakukana menajemen resiko yang
efektif dan efisien. Maka dari itu, pertumbuhan permintaan (demand) terhadap
manajemen resiko yang efektif dan lebih transparan semakin bertambah besar dalam
pasar keuangan internasional.
Tahun 2011
Pada tahun ini terjadi krisis pada kawasan Euro (Eurozone Sovereign debt crisis), krisis
ini disebabkan oleh akumulasi dari ketidakseimbangan fiskal, ekonomi, perbankan dan
pasar keuangan secara keseluruhan terutama disaat-saat siklus kredit berada pada titik
balik (OECD,2012).peningkatan ekonomi yang terjadi dibeberapa Negara Euro tidak
diikuti dengan peningkatan pengawasan terhadap pengawasan pada sektor keuangan.
Suku bunga yang rendah pada saat itu membuat kenaikan kredit konsumsi terutama
untuk pembelian properti tanpa adanya persyaratan yang ketat. Kondisi ini menyebabkan
penggelembungan nilai properti yang pada saat terjadi permasalahaan kredit diambil alih
dan di konversikan menjadi utang pemerintah dalam bentuk bail out pemerintah.
Sementara itu di Negara yunani ketidakmampuan pemerintah membayar gaji pegawai
sektor publik meningkatkan utang pemerintah dalam waktu yang cepat.

Dari data diatas telah terjadi beberapa kali krisis besar yang melanda banyak negara.
Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat
yang mengakibatkan penderitaan bagi ratusan juta umat manusia. Krisis ekonomi global yang
telah terjadi memiliki penyebab yang berbeda-beda. Banyak para ahli berpendapat bahwa
kerapuhan fundamental ekonomi (fundamental economic fragility) adalah merupakan
penyebab utama munculnya krisis ekonomi. Hal ini seperti disebutkan oleh Michael
Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam kata-kata
sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes (kurang lebih) sebagai berikut:
"Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang
besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak
seimbang, tingkat bunga yang tidak riilistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan
pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang
akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi".
Hal ini menunjukkan bahwa deficit neraca pembayaran, beban hutang luar negeri
yang membengkak serta beberapa indikator ekonomi telah berperan aktif dakam mengundang
munculnya krisis ekonomi. Sementara itu, menurut pakar ekonomi Islam, penyebab utama
krisis adalah kepincangan sektor moneter (keuangan) dan sektor riil yang dalam Islam

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 6

dikategorikan dengan riba. Sektor keuangan berkembang cepat melepaskan dan
meninggalkan jauh sektor riil.
Bahkan ekonomi kapitalis, tidak mengaitkan sama sekali antara sektor keuangan
dengan sektor riil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara sektor moneter dan sektor
riil. Pakar manajamen tingkat dunia, Peter Drucker, menyebut gejala ketidak seimbangan
antara arus moneter dan arus barang/jasa sebagai adanya decopling, yakni fenomena
keterputusan antara maraknya arus uang (moneter) dengan arus barang dan jasa. Fenomena
ketidakseimbangan itu dipicu oleh maraknya bisnis spekulasi (terutama di dunia pasar modal,
pasar valas dan properti), sehingga potret ekonomi dunia seperti balon saja (bubble economy).
Disebut ekonomi balon, karena secara lahir tampak besar, tetapi ternyata tidak berisi apa-apa
kecuali udara. Ketika ditusuk, ternyata kosong. Dari perumpamaan tersebut dapat kita ketahui
bahwa bublle economy adalah sebuah ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas
moneternya, namun tak diimbangi oleh sektor riil, bahkan sektor riil tersebut amat jauh
ketinggalan perkembangannya.
Robin Hahnel dalam artikelnya Capitalist Globalism In Crisis: Understanding the
Global Economic Crisis (2000), mengatakan bahwa globalisasi - khususnya dalam financial
market, hanya membuat pemegang asset semakin memperbesar jumlah kekayaannya tanpa
melakukan apa-apa. Dalam kacamata ekonomi Islam, mereka meraup keuntungan tanpa
'iwadh (aktivitas bisnis riil,seperti perdagangan barang dan jasa riil) Mereka hanya
memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam pasar uang dengan kegiatan spekulasi
untuk menumpuk kekayaan mereka tanpa kegiatan produksi yang riil. Dapat dikatakan uang
tertarik pada segelintir pelaku ekonomi serta meninggalkan lubang yang terbuka pada
sebagian besar aspek ekonomi. “They do not work, they do not roduce, they trade money for
stocks, stocks for bonds, dollars for yen, etc.They speculate that some way to hold their
wealth will be safer and more remunerative than some other way. Broadly speaking, the
global credit system has been changed over the past two decades in ways that pleased the
speculators (Hahnel, 2000). Hahnel juga menyoroti bagaimana sistem kredit atau sistem
hutang sudah memerangkap perekonomian dunia sedemikian dalam. Apalagi mekanisme
bunga (interestrate) juga menggurita bersama sistem hutang ini. Yang kemudian membuat
sistem perekonomian harus menderita ketidak seimbangan kronis. Sistem hutang ini menurut
Hahnel hanya melayani kepentingan spekulator, kepentingan segelintir pelaku ekonomi.
Namun segelintir pelaku ekonomi tersebut menguasai sebagian besar asset yang ada di dunia.

DAMPAK TERJADINYA KRISIS EKONOMI GLOBAL BAGI
INDONESIA
Krisis ekonomi yang sedang dialami oleh beberapa negara besar di dunia diantaranya
AS secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian di Indonesia, hal ini dikarenakan
capital yang berputar di pasar negara dunia ketiga merupakan capital yang berasal dari
negara-negara maju. Maka dari itu pemerintah harus waspada dan antisipatif, karena resesi
ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa berdampak hebat terhadap
K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 7

kehidupan ekonomi di dalam negeri. Krisis ekonomi global bisa diumpamakan sebagai
deretan kartu domino yang diatur sejajar, jika pemain utamanya terjatuh maka akan
membawa dampak buruk terhadap yang lainnya (efek domino). Krisis ekonomi pada tahun
2008 yang terjadi di Indonesia pada dasarnya berakar dari terjadinya capital flight.
Perputaran modal yang terjadi di pasar sebagian besar berasal dari modal asing, sehingga
pada saat investor asing menarik modalnya akibat krisis yang terjadi di negaranya hal ini
akan turut mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Dampak krisis ekonomi global
tahun 2008 di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sektor berikut.

I.

Ekonomi Makro

Sektor ekonomi makro secara umum terdiri dari dua hal, yaitu fiskal dan moneter.
Krisis ekonomi yang terjadi akan secara langsung berdampak kepada keduanya. Dalam
teori pendapatan agregat (Y), fiskal dan moneter akan mempengaruhi seluruh elemen
pendapatan agregat, yaitu Governement Expenditure (G), Consumption (C), Investation
(I), dan Net Export (X-M).
a) Sektor Fiskal
i.

ii.

iii.

Penurunan penerimaan pajak. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan
negara, sekitar 80% penerimaan Indonesia dihasilkan dari pajak. Capital flight
yang terjadi di Indonesia pada saat krisis memicu penurunan harga sahamsaham korporasi besar di Indonesia yang pada akhirnya berujung pada
penurunan output dan PHK besar-besaran. Hal ini tentunya berimbas juga
pada turunnya pendapatan negara dari pajak.
Pembengkakan beban utang negara. Krisis ekonomi berimbas juga pada
turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Akibatnya, beban utang
pemerintah Indonesia yang berasal dari luar negeri yang menggunakan mata
uang asing mengalami pembengkakan.
Neraca perdagangan semakin defisit. Turunnya tingkat Konsumsi dan
Investasi, pada gilirannya menurunkan permintaan bahan-bahan pendukung
industri/pabrik di hampir semua negara. Harga Minyak, Gas dan Komoditas
lainnya termasuk Nikel dan bijih tambang lainnya yang merupakan komoditi
ekspor andalan Indonesia, terus merosot.

b) Sektor Moneter
i.

ii.

Penurunan nilai tukar rupiah. Krisis ekonomi global yang terjadi berimbas
pada turunnya nilai tukar rupiah secara signifikan. Nilai tukar rupiah terus
merosot tajam dari sekitar Rp 9.500,- per USD pada 30 September 2008
menjadi berada di kisaran Rp 11.000,- per USD pada 31 Desember dan terus
merangkak naik.
Kenaikan BI rate. Kenaikan BI rate tidak terhindarkan lagi untuk mengcounter terjadinya capital flight. Kenaikan ini berimbas pada naiknya suku
K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 8

bunga kredit. Ini menyebabkan tersendatnya pertumbuhan ekonomi terutama
pada sektor property yang sangat bergantung pada kredit.

II.

Korporasi & BUMN s e ktor e ne rgi (PLN)

Korporasi selalu menjadi korban yang paling merasakan dampak terjadinya krisis
ekonomi yang terjadi. Sebagai salah satu pelaku ekonomi yang merupakan cerminan dari
Investasi (I) pada rumus pendapatan agregat, korporasi merupakan pemain penting dalam
perekonomian suatu negara. Beberapa dampak krisis ekonomi 2008 terhadap sektor
korporasi dan BUMN sektor energi (PLN) adalah:
a) Capital flight dan penurunan output dan investasi. Besarnya modal asing yang
ditarik dari pasar Indonesia pada gilirannya memicu penurunan harga saham
perusahaan dan penurunan ouput yang pada akhirnya menurunkan tingkat
investasi (I). Penurunan output ini pada akhirnya juga akan berimbas pada
terjadinya PHK (yang akan berimbas lagi pada penurunan consumption). Tercatat,
pada akhir tahun 2008 sebanyak 66.000 pekerja mengalami PHK.
b) Kenaikan harga tarif dasar listrik karena melemahnya nilai tukar rupiah. PLN
merupakan perusahaan yang sebagian besar pengeluarannya berbentuk valas, oleh
karena itu perusahaan ini sangat sensitif terhadap penurunan nilai tukar rupiah.
Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan
membengkaknya biaya operasional PLN, yang pada akhirnya memaksa
pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik pada pertengahan tahun 2009 yang
berkisar antara 6 – 18 persen tergantung jenis pelanggan. Kenaikan tersebut harus
dilakukan untuk menghindari anggaran subsidi yang terus membengkak. Tak
pelak, kenaikan tarif dasar listrik akan menaikkan selueruh biaya operasional
pelaku ekonomi sehingga inflasi tidak terhindarkan.

III.

Se ktor Ke uangan

Sektor keuangan menjadi sektor berikutnya yang turut merasakan dampak dari terjadi
krisis ekonomi global di Indonesia. Dampak tersebut salah satunya adalah terganggunya
likuiditas perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya. Capital flight dan trauma akan
terjadinya krisis ekonomi terdahulu membuat para investor dalam negeri ikut menarik
dananya. Suku bunga kredit yang tinggi juga menyebabkan angka pertumbuhan kredit
menurun sekaligus meningkatkan kredit macet. Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat
likuiditas perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya. Untuk mengatasi dampak krisis
ekonomi 2008, pemerintah dengan segera menyuntikkan dana kepada bank yang
memiliki CAR minus 25%. Ambruknya Bank Century pada tahun 2008 yang hingga kini
masih menjadi perdebatan merupakan contoh nyata korban dari krisis global yang terjadi
pada tahun 2008.

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 9

BEBERAPA SOLUSI MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL
YANG PERNAH DILAKUKAN
I.

Se ktor Ekonomi Makro
Di Indonesia, urusan fiskal menjadi tanggung jawab pemerintah (dalam hal ini
menteri keuangan) sedangkan urusan moneter merupakan kewenangan Bank
Indonesia (bank sentral Indonesia). Beberapa solusi yang pernah dilakukan baik di
Indonesia maupun di negara lain adalah:
a) Kebijakan Fiskal :
i.

ii.

iii.

iv.

Mengurangi defisit anggaran. Dalam kondisi resesi atau menuju resesi,
pada umumnya negara yang sedang mengalaminya akan segera
mengurangi defisit anggaran yang terjadi. Langkah – langkah yang umum
dilakukan untuk mengurangi defisit anggaran adalah dengan melakukan
penghematan anggaran seperti ; memotong anggaran sosial (Thailand
1998), penundaan proyek infrastruktur, menghapus subsidi dan
pembebasan pajak pertambahan nilai, dan menyesuaikan harga-harga
barang dan jasa yang dikontrol oleh pemerintah seperti listrik dan bahan
bakar minyak, serta menerbitkan obligasi negara (Indonesia 1998).
Mengurangi tingkat utang valas. Utang dalam bentuk valas memiliki risiko
yang lebih tinggi karena nilainya akan terpengaruhi nilai tukar mata uang
nasional terhadap valas. Penurunan nilai tukar mata uang nasional akan
mengakibatkan pembengkakan beban utang valas yang dimiliki oleh
pemerintah. Pada tahun 1998, Indonesia menerbitkan obligasi negara
untuk pertama kalinya dan mengakhiri kebijakan untuk tidak melakukan
pinjaman dalam negeri yang diberlakukan sebelumnya.
Saat krisis pada kawasan Euro (Eurozone Sovereign debt crisis) pada
tahun 2011 sampai dengan 2012, pemerintah melakukan tindakan berupa
memaksimalkan dana cadangan risiko fiskal untuk mengantisipasi dampak
dari krisis ekonomi tersebut. Dimana pada tahun 2012 pemerintah
meningkatkan cadangan risiko fiskal menjadi sebesar 15,8 triliun dimana
hal ini jauh lebih besar dibandingkan tahun 2011 yang hanya sebesar 4,7
triliun. Dana cadangan fiskal ini akan digunakan sebagai biaya untuk
memitigasi risiko perubahan asumsi ekonomi makroakibat factor
ketidakpastian ekonomi global.
Meningkatkan belanja modal dan belanja dalam penguatan konsumsi
dalam negeri, hal ini diperlukan guna meningkatkan produktivitas dalam
negeri sedangkan belanja seperti bantuan social dan subsidi untuk
meningkatkan daya beli maasyarakat dalam hal terjadi kinerja ekspor dan
impor yang merosot tajam akibat terjadinya krisis ekonomi.

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 10

v.

Pembelian surat berharga (saham) portofolio investasi di pasar modal
dalam rangka stabilisasi bursa pada tahun 2009 oleh Pusat Investasi
Pemerintah.

b) Kebijakan Moneter
i.

ii.

iii.

iv.

v.

vi.

vii.

II.

Mengamankan persediaan stok valas. Langkah ini digunakan untuk
mencegah terjadinya undersupply atas valas yang dapat menekan nilai
mata uang nasional. Indonesia melakukan hal ini pada tahun 2008 dengan
jalan menurunkan setoran valas ke Bank Indonesia.
Menjaga likuiditas perbankan. Meningkatnya kredit macet pada saat
terjadinya krisis ekonomi akan mempengaruhi likuiditas perbankan. Pada
tahun 2008, Indonesia menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) dari
9,08% menjadi 7,5% serta menaikkan jaminan risiko deposito nasabah dari
Rp 100juta menjadi Rp 2Miliar.
Menjaga tingkat inflasi. Langkah ini umum dilakukan oleh pemerintah
suatu negara yang sedang mengalami krisis guna mempertahankan
kemampuan tingkat konsumsi masyarakat.
Stabilitas nilai tukar. Penurunan nilai tukar nasional akan secara langsung
mempengaruhi neraca perdagangan satu negara dan menurunkan
kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya. Oleh karena itu
menjaga stabilitas nilai tukar menjadi hal yang wajib dilakukan oleh
pemerintah.
Mencegah terjadinya penarikan dana investasi asing (capital flight).
Negara yang sedang mengalami krisis akan membutuhkan dana yang tidak
sedikit untuk menggerakkan roda perekonomiannya. Dalam upayanya
mengatasi krisis pada tahun 2008, Indonesia menaikkan tingkat suku
bunga Bank Indonesia hingga 9,5% guna menarik minat investor asing.
Bank Indonesia dan perbankan nasional membangun sistem agar kredit
bisa mendorong sektor riil. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara,
pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif
dan kemudahan secara proporsional.
Memperluas cakupan pinjaman yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintah
mengendorkan spesifikasinya dalam memberikan pinjaman. Dengan cara ini,
pemerintah dapat memberikan pinjaman kepada peminjam yang lebih beresiko
untuk meningkatkan perputaran uang di pasar. Cara ini dilakukan oleh Bank
Indonesia dan Federal Bank of America untuk menjaga tingkat investasi (I)
dalam upayanya menanggulangi krisis 2008.

Le ve l Korporasi & BUMN se ktor e ne rgi (PLN)
Korporasi memegang peranan penting dalam sistem ekonomi yang berjalan
berdasarkan mekanisme pasar. Tingkat output yang dihasilkan oleh korporasi secara
langsung akan mempengaruhi kondisi perekonomian, oleh karena itu pemerintah

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 11

berupaya melindungi pelaku ekonomi ini dalam masa krisis. Beberapa hal yang
pernah dilakukan baik di Indonesia maupun di negara lain adalah:
a) Nasionalisasi perusahaan swasta. Langkah ini dilakukan oleh pemerintah
Inggris pada tahun 2008 (Northern Rock, Bradford & Bingley) dan pemerintah
Amerika Serikat pada tahun yang sama (Fannie Mae & Freddie Mac).
Nasionalisasi ini bertujuan untuk menyelamatkan perusahaan terkait dengan
harapan perusahaan tersebut dapat terselamtkan dari kebangkrutan sehingga
tingkat investasi (I) dapat terjaga dan PHK dapat terhindari.
b) Buyback saham korporasi milik pemerintah. Langkah ini ditempuh untuk
mencegah terus menurunnya harga saham korporasi milik pemerintah di pasar
modal akibat capital flight. Indonesia melakukan hal ini pada tahun 2008
dengan meminta korporasi pemerintah (BUMN) melakukan buyback saham di
bursa efek.
c) Hedging harga bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak merupakan bahan
baku yang esensial bagi PLN dimana sebagian besar pembangkit listrik yang
ada masih menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan bakar utamanya.
Oleh karena itu, harga bahan bakar minyak yang fluktuatif membuat beban
yang ditanggung oleh PLN menjadi sulit diprediksi. Dengan melakukan
hedging pada harga yang relatif rendah, maka PLN dapat lebih
memprediksikan beban operasionalnya kedepan sehngga dapat menciptakan
strategi cash flow yang baik. Sejak tahun 2012, PLN dan beberapa BUMN
lainnya yang berkepentingan terhadap fluktuasi harga bahan bakar minyak
seperti Garuda Indonesia telah melakukan hedging ini.

III.

Se ktor Ke uangan
Seperti halnya korporasi, sektor keuangan juga berperan penting dalam membantu
berputarnya roda perekonomian. Mandeknya sektor ini secara langsung akan
mempengaruhi tersendatnya perputaran roda ekonomi sehingga menghambat
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Beberapa hal yang pernah dilakukan oleh
beberapa negara yang mengalami krisis ekonomi diantaranya adalah:
a) Pemberian jaminan bagi perusahaan pembiayaan yang bersedia membantu
perusahaan pembiayaan lain yang kolaps. Dalam menghadapi krisis tahun
2008, pemerintah Amerika Serikat memberikan jaminan senilai US$ 30 miliar
kepada JP Morgan Chase untuk mengambil alih Bear Stearns.
b) Menutup bank-bank yang tidak sehat. Hal ini pernah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia pada rentang waktu April 1998 sampai dengan Oktober
1999 terhadap bank-bank yang mempunyai tingkat kecukupan modal (CAR)
kurang dari negatif 25%.
c) Menyuntikkan dana pemerintah kepada perbankan. Langkah ini umum
dilakukan oleh negara yang sedang mengalami krisis ekonomi. Amerika
Serikat melakukan langkah ini dalam upayanya mengatasi krisis ekonomi
K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 12

2008 dimana pemerintah Amerika Serikat menggelontorkan dana sebesar US$
125 miliar yang digunakan untuk membeli saham-saham perbankan. Jepang
mengucurkan dana sebesar 10 Triliun Yen kepada bank-bank yang mengalami
penurunan. Indonesia sendiri pernah melakukan ini pada saat krisis ekonomi
1998, dimana bank yang mendapat suntikan dana adalah bank yang memiliki
kecukupan modal (CAR) sampai dengan negatif 25%. Suntikan dana diberikan
hingga bank tersebut mampu mencapai tingkat kecukupan modal positif 4%.
Pada tahun 2008 Indonesia juga melakukan hal yang sama dimana dana
diberikan kepada Bank Century.
d) Pembentukan otoritas jasa keuangan (OJK) yang diharapkan mampu
menjawab tantangan dari globalisasi yang meliliki tujuan agar keseluruhan
kegiatan dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,
transparan dan akuntabel sehingga akan mampu mewujudkan sistem jasa
keuangan baik itu sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pension,
lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.
Selain hal-hal yang telah dilakukan dalam memitigasi risiko dari krisis ekonomi
global diatas, pemerintah juga memiliki peran untuk menenangkan masyarakat dan para
pelaku pasar agar tidak terjadi rush penarikan dana yang akan semakin menurunkan
angka Investasi (I), hal ini dilakukan pemerintah dengan memberikan arahan atau
himbauan kepada masyarakat dari berbagai sektor. Berikut ini beberapa arahan dari
pemerintah Indonesia dalam menghadapi dampak krisis ekonomi global pada tahun 2008
1. Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus
memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar
kepercayaan masyarakat.
2. Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan antara lain
dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan
perekonomian domestik.
3. Semua pihak lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan
mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak secara
langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.
4. Menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik
akan bertambah kuat.
5. Perlunya penguatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia
perbankan serta sektor swasta.
6. Semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap ego-sentris dan memandang
remeh masalah yang dihadapi.
7. Ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak.
Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga
tenaga kerja dapat terjaga.
8. Mengingat tahun 2009 merupakan tahun politik dan tahun pemilu, kaitannya dengan
upaya menghadapi krisis keuangan AS adalah memiliki pandangan politik yang non
K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 13

partisan, serta mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan
maupun pribadi termasuk dalam kebijakan-kebijakan politik.
9. Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada
masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta perbankan, Kepala
Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat penting karena memiliki
akses informasi pada masyarakat.

IV.

Pe mbe ntukan Badan Khusus di Eropa

Dalam upayanya untuk menanggulangi krisis ekonomi global yang terjadi pada
tahun 2008, Uni Eropa membentuk suatu badan keuangan khusus, yaitu The European
Stability Mechanism (ESM) dan Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF).
1. Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) adalah sebuah kendaraan khusus yang
didanai oleh anggota-anggota zona euro untuk menekan krisis utang nasional Eropa.
Pendiriannya disetujui oleh 27 negara anggota Uni Eropa pada 9 Mei 2010 dengan
tujuan melindungi stabilitas keuangan di Eropa dengan menyediakan bantuan
keuangan kepada negara-negara zona euro ketika menghadapi kesulitan ekonomi.
Fasilitas ini berkantor pusat di Luxembourg City, dan Bank Investasi Eropa
menyediakan jasa manajemen keuangan dan dukungan administratif melalui kontrak
tingkat jasa. EFSF diberi hak untuk meminjam €440 miliar. Sebuah entitas lain
bernama Mekanisme Stabilisasi Keuangan Eropa (EFSM), sebuah program yang
bergantung pada dana yang dikumpulkan di pasar finansial dan dijamin oleh Komisi
Eropa menggunakan anggaran Uni Eropa sebagai kolateralnya, memiliki hak untuk
menggalang €60 miliar. 1

1. The European Stability Mechanism (ESM) adalah sebuah organisasi internasional
yang terletak di Luxembourg yang didirikan pada 27 September 2012 sebagai tembok
permanen bagi zona eropa untuk menjaga dan memberikan akses cepat ke program
bantuan keuangan bagi negara-negara anggota zona eropa dalam kesulitan keuangan,
dengan kapasitas kredit maksimum sebesar € 500 miliar. ESM menggantikan dua
program pendanaan Uni Eropa sebelumnya: Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa
(EFSF) dan Mekanisme Keuangan Eropa Stabilization (EFSm). Semua dana talangan
baru untuk setiap negara anggota zona euro sekarang akan ditanggung oleh ESM,
sedangkan EFSF dan EFSm akan terus menangani transfer uang dan monitoring
program pinjaman bailout yang disetujui sebelumnya seperti ke Irlandia, Portugal dan
Yunani.2

1

2

ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Fasilit as_St abilit as_Keuangan_Eropa
ht t p:/ / en.w ikipedia.org/ w iki/ European_St abilit y_M echanism

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 14

ALTERNATIF SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH INDONESIA UNTUK MEMITIGASI DAMPAK
TERJADINYA KRISIS EKONOMI DI MASA DEPAN
1. Penggunaan Hedging dalam Konteks yang Lebih Luas
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1987), hedge atau lindung nilai adalah
“proses melindungi diri sendiri terhadap perubahan harga yang tidak menyenangkan.
Jadi seseorang dapat memasuki pembelian atau penjualan yang mengimbangi untuk
menekan keseimbangan perubahan yang tidak menyenangkan dalam persetujuan yang
telah dijalankan karena adanya fluktuasi harga. Transaksi perlindungan biasanya
dilaksanakan untuk melindungi posisi dalam (1) Mata uang asing, (2) Komoditas, dan
(3) Surat Berharga.”3 Selama ini, hedging di Indonesia hanya dikenal dalam sektor
korporasi. Sedangkan dalam pemerintahan, lindung nilai belum diterapkan secara riil
meskipun Indonesia telah mempunyai dasar hukum lindung nilai dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2013 tentang Transaksi Lindung Nilai dalam
Pengelolaan Utang Pemerintah.
Transaksi lindung nilai ini belum dapat diterapkan oleh praktisi sektor keuangan
pemerintah karena belum adanya peraturan pendukung, terutama terkait kerugian
yang masih mungkin timbul akibat pelaksanaan transaksi ini. Ketidakberadaan
peraturan yang secara gamblang mendefinisikan bentuk kerugian yang dapat
diterjemahkan sebagai kerugian negara ini membuat para praktisi gamang untuk
menerapkannya. Ini karena ketidakberadaan aturan tersebut akan membuat segala
bentuk kerugian yang muncul akibat pelaksanaan transaksi lindung nilai
diterjemahkan sebagai kerugian negara, dimana orang yang melakukan transaksi
tersebut dapat didakwa melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian negara
meskipun transaksi tersebut telah dilakukan berdasarkan kemampuan profesionalnya.
Padahal, secara alamiah transaksi lindung nilai ini tetap berpotensi menimbulkan
kerugian.
Dalam pandangan kami, transaksi lindung nilai ini perlu dilakukan dalam konteks
keuangan publik yang lebih luas seperti misalnya dalam pembentukan utang valas
pemerintah baik lindung nilai atas nilai tukar maupun bunga yang harus dibayarkan.
Meskipun utang valas memiliki resiko yang lebih tinggi daripada utang dalam negeri,
tetapi kita tidak dapat meninggalkan transaksi pembentukan utang valas ini. Hal ini
dikarenakan utang valas merupakan salah satu sumber pemerintah untuk mendapatkan
devisa dengan cepat dan dalam jumlah yang besar. Keberadaan devisa itu sendiri
3

Siegel, Joel G. and Jae K. Shim. 1987. The Dictionary of Accounting Terminology. Barron’s Financial Guides.
p-220.

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 15

penting dalam strategi menahan fluktuasi nilai tukar mata uang nasional. Oleh karena
itu penggunaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan utang pemerintah ini
penting selain untuk mencegah kerugiann akibat selisih kurs, juga untuk mencegah
volatilitas cash flow pemerintah yang terlalu volatil akibat perubahan kurs mata uang
asing.
2. Meningkatkan Peran Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Utang Pemerintah
Pada tahun 2003, IMF menerbitkan Guidelines for Public Debt Management yang
dapat digunakan sebagai best practices pengelolaan utang pemerintah. Guidelines ini
diterbitkan tidak lain dilatarbelakangi krisis ekonomi yang melanda banyak negara
berkembang pada tahun 1997 dimana sebagian besar terjadi karena belum
diterapkannya kerangka manajemen utang yang baik oleh negara-negara yang
mengalami krisis. Sejak 2005, Indonesia telah berusaha mengadopsi guidelines ini
dengan membentuk Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Terbukti, krisis tahun 2008
tidak menimbulkan dampak sebesar krisis tahun 1997. Hal ini diantaranya berkat
pengelolaan utang yang lebih baik.
Perlu disadari bahwa manajemen risiko yang baik (sound management risk)
mempunyai peran yang penting di dalam pengelolaan utang. Pelaksanaan manajemen
risiko yang baik dan penghitungan risiko yang cermat merupakan kunci keberhasilan
tercapainya tujuan manajemen utang pemerintah. Oleh karena itu, manajemen risiko
perlu mendapat perhatian yang lebih di dalam manajemen utang pemerintah Republik
Indonesia agar ketahanan ekonomi Indonesia ke depan menjadi lebih baik dalam
menghadapi krisis ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.
3. Strategi Aliran Kas yang Baik
Kerentanan suatu negara dalam menghadapi krisis dapat dilihat dari fiscal
sustainabilty –nya, fiscal sustainability suatu negara di antaranya dipengaruhi oleh
besarnya celah fiskal yang dimiliki, dan volatilitas anggaran sangat mempengaruhi
celah fiskal tersebut. Dengan kata lain, volatilitas anggaran/aliran kas suatu negara
dapat mempengaruhi ketahanan negara tersebut dalam menghadapi krisis. Semakin
kecil volatilitas aliran kas-nya, maka semakin baik fiscal sustainability negara
tersebut.
Penerapan strategi aliran kas yang baik diperlukan untuk menjaga volatilitas anggaran
tetap kecil. Pada saat terjadi “lembah” merupakan saat yang tepat untuk mendapatkan
pembiayaan, sedangkan pada saat terjadi “bukit” merupakan saat yang tepat untuk
melakukan pengeluaran. Dengan demikian, akan selalu tersedia celah fiskal yang
cukup sepanjang tahun sehingga kapanpun krisis ekonomi melanda maka pemerintah
dapat bergerak dengan cepat menanggulangi krisis dengan menggunakan celah fiskal
yang tersedia.

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 16

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 17

4. Ekonomi Syariah Sebagai Pondasi Perekonomian
Seperti yang telah kita dibahas diatas dalam hal-hal yang menyebabkan terjadinya
krisis ekonomi global adalah ketidakseimbangan antara sektor moneter dan sektor riil.
Dalam ekonomi Islam, sektor finansial mengikuti pertumbuhan sektor riil, inilah
perbedaan konsep ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional, yaitu ekonomi
konvensional jelas memisahkan antara sektor finansial dan sektor riil. Akibat
pemisahan itu, ekonomi dunia rawan krisis, khususnya negara–negara berkembang.
Pelaku ekonomi tidak lagi menggunakan uang hanya untuk sector riil semata
melainkan untuk spekulasi mata uang, spekulasi inilah yang menimbulkan jumlah
barang yang beredar tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar.
Dan Taylor (Head of Banking at BDO Stoy Hayward) mengungkapkan bahwa sistem
ekonomi syariah memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan
sistem ekonomi konvensional. Konsep ekonomi syariah diyakini menjadi sistem
“imun” yang efektif dalam menghadapi gejolak krisis ekonomi. Oleh sebab itulah
ekonomi syariah berkembang cukup pesat saat ini diunia dan menjadi fenomena
global termasuk di eropa walaupun negara–negara tersebut mayoritas nonmuslim.

-----o-----

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 18

DAFTAR PUSTAKA
http://vanezintania.wordpress.com/2013/07/04/dampak-krisis-ekonomi-global-bagi-indonesia/
http://indonesiaindonesia.com/f/36953-sejarah-krisis-ekonomi-dunia/
http://www.futuresgalleriablog.com/2012/12/05/sejarah-krisis-finansial-global-yangmempengaruhi-market/
http://pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1236:akar-krisiskeuangan-global-dan-momentum-ekonomi-syariah-sebagai-solusi-&catid=8:kajianekonomi&Itemid=60
http://vanezintania.wordpress.com/2013/07/04/dampak-krisis-ekonomi-global-bagi-indonesia/
Detik finance, 2009, kronologi dan latar belakang krisis finansial global, per 15 April 2009
Derayati dan Kader. 2010. Risk Calculation of Interest Rate Swaps for Cinnober Financial
Technology AB. Master’s Thesisi; School of Royal Institute of Technology.
http://rizal-razib.blogspot.com/2012/12/penyebab-krisis-subprime-mortgage.html
Subiyanto, Bambang. Tanpa Tahun. Kebijakan Fiskal Dalam Menghadapi Krisis. Universitas
Terbuka
Indonesia.
Diambil
dari
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/mapu5202/Suple%20web%20keupub/keb%20fiskal/KE
BIJAKSANAAN%20FISKAL%20DALAM%20MENGHADAPI%20KRISIS.doc
Karunatilleka, Eshan. 1999. The Asian Economic Crisis. House of Commons Library Research
Paper 99/14.
Arndt, H. W. and Hall Hill. 1999. Southeast Asia's Economic Crisis: Origins, Lessons, and the
Way Forward. Singapore: Institute of Southeast Studies.
Mengukur risiko ekonomi di Negara G20, Syurkani Ishak Kasim, 2012.
http://nasional.kontan.co.id/news/antisipasi-dampak-krisis-pemerintah-perbesar-dana-cadanganrisiko-fiskal-1

Pemerintah Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun
2013 tentang Transaksi Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang Pemerintah.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

K r i si s Ek on om i Gl oba l : D a m p a k d a n M i t i ga si n y a d i I n d on esi a | 19